Sedangkan dalam organisasi nirlaba, siklus operasi normal biasanya dimulai dari perencanaan kegiatan berikut rencana keuangannya, diikuti pelaksanaan
kegiatan, dilanjutkan dengan evaluasi, dan akhirnya membuat laporan sekaligus mempertanggungjawaban kegiatan tersebut. Transaksi dan siklus operasi normal
jelas
akan mempengaruhi
perlakuan akuntansi
dan pelaporan
keuangannya. 3.
Standar pelaporan keuangan organisasi nirlaba
Perbedaan mendasar antara organisasi nirlaba, seperti yang sudah diuraikan di atas, sebenarnya telah diakomodir oleh Ikatan Akuntan Indonesia dengan
diterbitkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK Ikatan Akuntan Indonesia No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi
Nirlaba. PSAK tersebut disahkan tanggal 23 Desember 1997 dan mulai berlaku efektif tanggal 1 Januari 2000. Terbitnya PSAK No. 45 tersebut mengandung
konsekuensi penerapannya dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi seluruh LSM di Indonesia.
4. Undang-undang Yayasan
Banyak lembaga swadaya masyarakat berbadan hukum yayasan. Dalam Undang-undang RI No. 28 tahun 2004 mengenai Yayasan, yayasan
diwajibkan menyusun laporan tahunan. Laporan tahunan terdiri dari dua komponen, yaitu laporan kegiatan dan laporan keuangan. Yayasan yang
memperoleh bantuan lima ratus juta atau lebih; atau mempunyai kekayaan di luar harta kekayaan wakaf sebesar dua puluh miliar atau lebih wajib diaudit oleh
akuntan publik dan memgumumkannya dalam surat kabar harian. Kewajiban hukum tersebut lebih menegaskan lagi adanya kebutuhan penyusunan laporan
keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku bagi organisasi nirlaba yang berbadan hukum yayasan.
5. Penganggaran dan manajemen arus kas
Pelaporan keuangan sebenarnya hanyalah proses pencatatan dan pengiktisaran data dari transaksi yang sudah terjadi historical report. Proses lain yang tidak
kalah penting adalah proses perencanaan anggaran budgeting dan pengawasan realisasi anggaran controlling. Maka pelaporan keuangan yang memadai
menjadi sangat bergantung pada kemampuan organisasi nirlaba dalam merencanakan anggaran dan manajemen realisasi arus kasnya.
6. Audit terhadap laporan keuangan organisasi nirlaba
Pemberian sumbangan yang tidak mengharapkan imbalan ekonomi yang sebanding, tidak berarti para penyumbang mengabaikan tahapan pelaksanaan
dan pelaporan keuangannya. Berkaitan pula dengan semakin tingginya tuntutan akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan dan pelaporan keuangan, maka
laporan keuangan dan audit terhadapnya menempati posisi yang sangat penting sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban organisasi nirlaba
secara material dan moral bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
7. Kemandirian keuangan organisasi nirlaba
Dalam kerangka jangka panjang, organisasi nirlaba diharapkan mampu menuju tahap kemandirian keuangan. Kemandirian keuangan tersebut harus ditopang
oleh kemampuan manajerial keuangan yang handal. Laporan keuangan akan menjadi instrumen penting bagi pencapaian tujuan jangka panjang tersebut, baik
sebagai alat analisa dan evaluasi maupun sebagai dasar proyeksi periodik.
Laporan keuangan harus mampu menyediakan informasi khusus bagi para manajer dan pengambil keputusan yang memungkinkan organisasi nirlaba
menjalankan kegiatan-kegiatannya sesuai dengan sumber daya yang dimilikinya.
3. SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN
Penganggaran m erupakan garis “start” dari siklus pengelolaan keuangan. Dalam
organisasi nirlaba, penyusunan anggaran akan diikuti dengan penyusunan proposal biaya. Seandainya proposal tersebut memperoleh respon positif, maka organisasi
nirlaba tersebut akan menerima dana hibah yang digunakan untuk membiayai program yang ditawarkan. Dalam rentang pelaksanaan program itulah terjadi aneka
transaksi keuangan, maka pencatatan akuntansi pun langsung bekerja yang kemudian menghasilkan laporan keuangan.
Begitulah yang terjadi pada organisasi nirlaba, siklus pengelolaan keuangan akan berjalan sejajar dengan siklus pengelolaan program. Mari kita melihat masing-
masing siklus pengelolaan yang terjadi pada program dan keuangan. Dalam siklus pengelolaan program, tahapan yang dilalui seperti di bawah ini:
Maka dalam siklus pengelolaan keuangan akan terjadi tahapan: PENGANGGARAN
Jika dalam sebuah proses program, tahapan perencanaan selalu memperoleh perhatian besar karena dipandang sebagai titik penting yang sangat mempengaruhi
berhasil atau gagalnya satu program dilaksanakan. Maka, proses penganggaran seharusnya juga dipandang sebagai bagian penting dalam proses pengelolaan
keuangan dan juga pencapaian keberhasilan organisasi. Sayangnya, hingga saat ini penganggaran belum memperoleh perhatian serius dari para pengelolaan keuangan
maupun program. Anggaran yang efektif akan membantu organisasi untuk:
Memandu implementasi kebijakan dan arahan yang dikeluarkan oleh manajemen organisasi boarddireksi.
Memandu manajemen organisasi untuk merencanakan kondisi keuangan organisasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang
Memandu manajemen organisasi untuk mengelola administrasi dan operasional organisasi secara efektif.
Mengantisipasi terjadinya biaya dan menghindari defisit. Menghindari terjadinya biaya-biaya yang tidak diperbolehkan dan
pengeluaran yang sebenarnya tidak perlu. Menghindari sejak dini adanya temuan-temuan auditor.
Mendorong pengelolaan arus kas yang efektif.
Perencanaan Penggalangan
Sumber Daya Pelaksanaan
Program Kegiatan
Pertanggung jawaban
Penganggaran Penyusunan
Proposal Biaya Transaksi dan
Pencatatan Pelaporan
Keuangan
Dengan anggaran yang memadai, organisasi bisa memperoleh gambaran mengenai: Tujuan yang akan dicapai
Kegiatan yang akan dilakukan dalam upaya pencapaian tujuan Sumber daya yang dibutuhkan agar kegiatan dapat dilaksanakan
Kecukupanpersediaan sumber daya yang dimiliki organisasi Rencana penggalangan sumber daya lainnya
Kerangka waktu kegiatan Penanggung jawab kegiatan
Pada saat proses penyusunan anggaran berlangsung, sangat baik untuk tidak melupakan dan selalu mempertimbangkan prinsip-prinsip berikut:
1.
Anggaran harus tegas dan jelas mendefinisikan menterjemahkan rencana strategis organisasi
Anggaran seharusnya mengkomunikasikan tujuan, prioritas, rencana operasional organisasi kepada seluruh komponen organisasi.
2. Proses penganggaran harus melibatkan kerjasama dari seluruh pihak