Defenisi Anatomi Fisiologis Nervus Trigeminus

BAB II TRIGEMINAL NEURALGIA

A. Defenisi

Trigeminal neuralgia adalah sindrom nyeri pada wajah pada area persarafan Nervus Trigeminus pada satu cabang atau lebih, secara paroksismal berupa nyeri tajam yang tidak diketahui penyebabnya dan biasanya terjadi pada umur 40 tahun keatas.

B. Anatomi Fisiologis Nervus Trigeminus

Nervus Trigeminus merupakan saraf cranial terbesar yang memiliki 3 percabangan yaitu : 1. Nervus Opthalmicus bersifat sensoris murni. Berjalan ke depan pada dinding lateral sinus cavernosus dalam fossa crania media dan bercabang tiga; n. lacrimalis, frontalis, dan nasociliaris, yang masuk ke orbita melalui fissure orbitalis superior. Saraf ini disebarkan ke kornea mata, kulit dahi dan kepala, kelopak mata, mukosa sinus paranasales, dan cavum nasi. 2. Nervus maxillaries bersifat sensoris murni. Meninggalkan cranium melalui foramen rotumdum dan kemudian disebarkan ke kulit muka di atas maxilla, gigi rahang atas, mukosa hidung, sinus maxillaries dan palatum. 3. Nervus mandibularis bersifat motoris dan sensoris. Radiks sensoris meninggalkan ganglion trigeminal dan berjalan keluar cranium melalui foramen ovale. Radiks motoris n.trigeminus juga keluar dari cranium melalui foramen yang sama dan bergabung dengan akar sensoris membentuk truncus n.mandibularis. Serabut sensoris n.mandibularis mensarafi kulit pipi dan kulit atas mandibula dan sisi kepala. Juga mensarafi articulation temporomandibularis dan gigi rahang bawah, mukosa pipi, dasar mulut, dan bagian depan lidah. Serabut motoris n.mandibularis mensarafi otot-otot pengunyah. Nervus Trigeminus merupakan saraf sensoris utama kepala dan saraf otot-otot pengunyah. Dan juga menegangkan palatum molle dan membrane tympani. 2 Fungsi nervus Trigeminus dapat dinilai melalui pemeriksaan rasa suhu, nyeri dan raba pada daerah inervasi N. V daerah muka dan bagian ventral calvaria, pemeriksaan refleks kornea, dan pemeriksaan fungsi otot-otot pengunyah. Fungsi otot pengunyah dapat diperiksa, misalnya dengan menyuruh penderita menutup kedua rahangnya dengan rapat, sehingga gigi-gigi pada rahang bawah menekan pada gigi-gigi rahang atas, sementara m. Masseter dan m. Temporalis dapat dipalpasi dengan mudah.

C. Etiologi