3 solvabilitas, likuiditas.
• Kelancaran Sistem Pembayaran
• Meliputi analisa atas desain,
pengaturan operasional, dan pelaksanaan Sistem Pembayaran
• Analisa yang mendalam terhadap
masing-masing institusion site inspection
• Kombinasi antara ketentuan dan
himbauan •
Ketentuanperaturan •
Dilaksanakan oleh bank sentral •
Dilaksanakan oleh bank sentral atau otoritas lain yang berwenang.
C. TUJUAN PENGAWASAN SISTEM PEMBAYARAN
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Bank Indonesia, pengawasan sistem pembayaran dilakukan untuk memastikan bahwa sistem pembayaran berjalan
dengan efisien, cepat, aman, dan handal. Di samping itu, pengawasan sistem pembayaran dimaksudkan untuk mendukung penerapan prinsip-prinsip
perlindungan konsumen. Dalam memastikan bahwa sistem pembayaran berjalan dengan efisien, cepat,
aman dan handal, Bank Indonesia menyusun peraturan yang mewajibkan penyelenggara dan peserta sistem pembayaran untuk menerapkan praktek
manajemen risiko. Peraturan Bank Indonesia tersebut antara lain berpedoman pada the Core Principles for Systemically Important Payment Systems CP-SIPS, yakni
sepuluh prinsip yang dapat menjadi pedoman untuk sistem pembayaran yang bersifat systemically important :
I. The system should have a well founded legal basis under all relevant
jurisdictions. Sistem harus memiliki dasar hukum yang kuat pada semua yurisdiksi yang terkait.
II. The system’s rules and procedures should enable participants to have a clear
understanding of the system’s impact on each of the financial risks they incur through participation in it. Ketentuan dan prosedur sistem harus
4 memungkinkan bagi setiap peserta untuk memperoleh pemahaman yang jelas
mengenai dampak dari setiap risiko keuangan yang harus ditanggung oleh setiap peserta sehubungan dengan keikutsertaan mereka pada sistem BI-
RTGS. III.
The system should have clearly defined procedures for the management of credit risks and liquidity risks, which specify the respective responsibilities of
the system operator and the participants and which provide appropriate incentives to manage and contain those risks. Sistem BI-RTGS harus
memiliki prosedur yang jelas untuk meminimalkan risiko kredit dan risiko likuiditas, yang mengatur tanggung jawab penyelenggara maupun peserta
serta menyediakan sarana yang mendorong terlaksananya prosedur Sistem BI-RTGS.
IV. The system should provide prompt final settlement on the day of value, preferably during the day and at a minimum at the end of the day. Sistem
wajib menjamin terlaksananya settlement pada waktu yang telah ditentukan pada tanggal valuta, selambat-lambatnya pada akhir hari.
V. A system in which multilateral netting takes place should, at a minimum, be capable of ensuring the timely completion of daily settlements in the event of
an inability to settle by the participant with the largest single settlement obligation. Suatu sistem yang menjalankan multilateral netting system
sekurang-kurangnya harus mampu menjamin penyelesaian settlement harian secara tepat waktu dalam hal terjadi ketidaksanggupan peserta yang
mempunyai satu kewajiban settlement terbesar untuk melakukan settlement. VI.
Assets used for settlement should preferably be a claim on the central bank; where other assets are used, they should carry little or no credit risk and little
or no liquidity risk. Asset yang digunakan untuk penyelesaian akhir transaksi sebaiknya merupakan tagihan Peserta kepada Bank Sentral; apabila digunakan
asset yang lain bukan tagihan pada Bank Sentral harus diyakini bahwa hal tersebut mengandung risiko kredit dan risiko likuiditas yang minimal.
5 VII.
The system should ensure a high degree of security and operational reliability and should have contingency arrangements for timely completion of daily
processing. Sistem harus menjamin tingkat keamanan dan kehandalan operasional dan harus mempunyai contingency arrangements untuk
menyelesaikan proses harian tepat waktu.
VIII. The system should provide a means of making payments which is practical for
its users and efficient for the economy. Sistem BI-RTGS harus dapat menyediakan sarana pembayaran yang praktis bagi pengguna dan efisien bagi
perekonomian. IX.
The system should have objective and publicly disclosed criteria for participation, which permit fair and open access. Sistem harus mempunyai
tujuan dan kriteria yang jelas dan transparan sehingga memungkinkan Peserta mendapatkan akses dan perlakuan yang sama.
X. The system’s governance arrangements should be effective, accountable and
transparent Tata kelola dalam Sistem BI-RTGS harus efektif, dapat dipertanggungjawabkan dan transparan.
System should seek to exceed the minima included in these two Core Principles.
Dalam kaitan dengan CP-SIPS, menurut BIS terdapat 4 empat kewajiban Bank Sentral yaitu:
I. The central bank should define clearly its payment system objectives and
should disclose publicly its role and major policies with respect to systemically important payment systems.
Bank sentral harus mendefinisikan dengan jelas tujuansasaran sistem pembayaran dan
menyatakan kepada publik peranan dan kebijakan utamanya. II.
The central bank should ensure that the systems it operates comply with the Core Principles.
Bank sentral harus menjamin bahwa sistem pembayaran mengacu pada core principles.
6 III.
The central bank should oversee compliance with the Core Principles by systems it does not operate and it should have the ability to carry out this
oversight. Bank sentral harus mengawasi kesesuaiankepatuhan
terhadap CP-SIPS pada sistem pembayaran yang dioperasikan oleh pihak lain dan mengawasi sistem pembayaran tersebut.
IV. The central bank, in promoting payment system safety and efficiency through
the Core Principles, should cooperate with other central banks and with any other relevant domestic or foreign authorities.
Bank sentral dalam mengembangkan sistem pembayaran yang aman dan efisien perlu
melakukan kerjasama dengan bank sentral negara lain dan otoritas terkait lainnya baik domestik maupun luar negeri.
D. CAKUPAN PENGAWASAN SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA