Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah(Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Abu Vulkanik Gunung Sinabung dan Arang Sekam Padi

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU VULKANIK GUNUNG SINABUNG DAN ARANG SEKAM PADI SKRIPSI OLEH : ESTHER TARIGAN/100301257 AGROEKOTEKNOLOGI-BPP
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
Universitas Sumatera Utara

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU VULKANIK GUNUNG SINABUNG DAN ARANG SEKAM PADI SKRIPSI OLEH : ESTHER TARIGAN/100301257 AGROEKOTEKNOLOGI-BPP Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
Universitas Sumatera Utara

Judul

:…Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah

…... …(Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Abu

……………Vulkanik Gunung Sinabung dan Arang Sekam Padi

Nama

: Esther Tarigan


Nim : 100301257

Minat

: Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Program Studi

:.. Agroekoteknologi

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Yaya Hasanah, M. Si Ketua

Ir. Mariati, M. Sc Anggota

Mengetahui,
Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M. Agr.Sc Ketua Program Studi Agroekoteknologi


Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK ESTHER TARIGAN: Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Abu Vulkanik Gunung Sinabung dan Arang Sekam Padi, dibimbing oleh YAYA HASANAH dan MARIATI.
Abu vulkanik mengandung hara penyubur tanah untuk pertanian sebenarnya baru bisa dimanfaatkan sekitar 10 tahun setelah peristiwa meletusnya gunung, namun teknologi percepatan pelapukan abu vulkanik dapat dilakukan dengan mencampur bahan organik. Salah satu bahan organik yang mampu untuk melepaskan hara yang terikat dari abu vulkanik yaitu arang sekam padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) terhadap pemberian abu vulkanik gunung sinabung dan arang sekam padi. Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU mulai bulan Mei ˗ Agustus 2014, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu pemberian abu vulkanik (0, 5, 10, 15 ton/ha) dan arang sekam padi (0, 10, 20 ton/ha). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan relatif, laju pertumbuhan tanaman, bobot basah per sampel, bobot basah per plot, bobot kering per sampel, dan bobot kering per plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian abu vulkanik dan arang sekam padi berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah amatan, tetapi interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan pada 3 MST dan laju pertumbuhan tanaman. Perlakuan terbaik pada pemerian abu vulkanik 0 ton/ha dan arang sekam padi 10 ton/ha pada jumlah anakan dan 15 ton/ha abu vulkanik dan 20 ton/ha pada laju pertumbuhan tanaman. Kata kunci : abu vulkanik, arang sekam padi, bawang merah
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT ESTHER TARIGAN: The Growth and Yield of shallot (Allium ascalonicum L.) the aplications Sinabung Volcanic Ash and Rice Husk Ash, guided by YAYA HASANAH and MARIATI.
Volcanic ash contains nutrients for the soil to farm new fact can be used about 10 years after the eruption of the mountain, but the technology accelerated weathering of volcanic ash can be made by mixing organic matter. One of the organic material that is able to release the bound nutrients from volcanic ash is rice shell ash. The aim of research was to identify the growth and yield of shallot (Allium ascalonicum L.) the aplications Sinabung Volcanic Ash and Rice Husk Ash. Research was conducted at the experimental field of the Agricultural Faculty USU from May up to August 2014, using a factorial randomized block design with two factors and replicated 3 times. The first factor was volcanic ash with for level i.e: volcanic ash 0, 5, 10, 15 ton/ha and rice husk ash 0, 10, 20 ton/ha. Parameters observed were plant height, number of leaves, number of tillers, fresh weight per sample, per plot wet weight, dry weight per sample, dry weight per plot, net assimilation rate, relative growth rate, the rate of plant growth. The results showed that all parameters observed were not both treatment on the significantly affected by both treatment, however there was interaction between the number of tillers at 3 MST and plant growth rate. The best treatment on defining a volcanic ash 0 ton/ha and rice husk ash 10 ton/ha in the number of tillers and 15 ton/ha volcanic ash and 20 ton/ha rice husk ash on the growth rate of plants.
Keywords: volcanic ash, rice shell ash, shallot
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Muara Bungo, pada tanggal 24 Januari 1992 dari ayah S. Tarigan dan ibu JN. Sihombing. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri I Muara Bungo, Jambi dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan, Program Studi Agroekoteknologi. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek), Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara IV, Kebun Tinjowan pada bulan Juli hingga Agustus 2013.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Pemberian Abu Vulkanik Gunung Sinabung dan Arang Sekam Padi”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ir. Yaya Hasanah, M. Si dan Ibu Ir. Mariati, M. Sc., selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan finansial dan spiritual. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada seluruh staf pengajar, pegawai serta kerabat di lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah berkontribusi dalam kelancaran studi dan penyelesaian skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca terutama bagi petani bawang merah sebagai bahan informasi.
Medan, Januari 2015
Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Hal.
ABSTRAK ................................................................................................................ i
ABSTRACT................................................................................................................ ii
RIWAYAT HIDUP................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ................................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 3 Hipotesis Penelitian ........................................................................................... 3 Kegunaan Penulisan........................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ................................................................................................. 4 Syarat Tumbuh................................................................................................... 5 Iklim ........................................................................................................... 5 Tanah.......................................................................................................... 6 Abu Vulkanik..................................................................................................... 7 Arang Sekam Padi.............................................................................................. 8
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian............................................................................ 10 Bahan dan Alat................................................................................................... 10 Metode Penelitian .............................................................................................. 10 Peubah Amatan .................................................................................................. 12 Panjang tanaman (cm) ........................................................................... 12 Jumlah Daun per Rumpun (helai).......................................................... 12 Jumlah Anakan per Rumpun (anakan) .................................................. 12 Laju Asimilasi Bersih (g.cm2.hari-1)...................................................... 12 Laju Pertumbuhan Relatif (g.g-1.hari-1) ................................................. 13 Laju Pertumbuhan Tanaman (g.g-1.hari-1) ............................................. 13 Bobot Basah Umbi per Sampel (g)........................................................ 14 Bobot Basah Umbi per Plot (g) ............................................................. 14 Bobot Kering Umbi per Sampel (g) ...................................................... 14 Bobot Kering Umbi per Plot (g)............................................................ 14 Pelaksanaan Penelitian ...................................................................................... 14
Universitas Sumatera Utara

Persiapan Lahan..................................................................................... 14 Pengolahan Tanah ................................................................................. 15 Persiapan Abu Vulkanik ....................................................................... 15 Persiapan Arang Sekam Padi ................................................................ 15 Persiapan Bibit....................................................................................... 15 Aplikasi.................................................................................................. 15 Penanaman............................................................................................. 16 Pemeliharaan ......................................................................................... 16
Penyiraman................................................................................... 16 Penyulaman.................................................................................. 16 Pemupukan................................................................................... 16 Penyiangan ................................................................................... 17 Pengendalian Hama dan Penyakit................................................ 17 Panen ..................................................................................................... 17 Pengeringan ........................................................................................... 17 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................. 19 Hasil ........................................................................................................... 18 Pembahasan................................................................................................ 27 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ................................................................................................ 32 Saran........................................................................................................... 32 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 33 LAMPIRAN.............................................................................................................. 36
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No. Halaman


1. Rataan panjang tanaman (cm) 2-7 MST pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

18

2. Rataan jumlah daun per rumpun (helai) 2-7 MST pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

20

3. Rataan jumlah anakan per rumpun (anakan) 2-7 MST pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi
4. Rataan laju asimilasi bersih (g.cm2.hari-1) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi
5 Rataan laju pertumbuhan relatif (g.g-1.hari-1) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi
6. Rataan laju pertumbuhan tanaman (g.g-1.hari-1) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

21 22 23 24

7. Rataan bobot basah umbi per sampel (g) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

25


8. Rataan bobot basah umbi per plot (g) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

26

9. Bobot kering umbi per sampel (g ) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

26

10. Rataan bobot kering umbi per plot (g) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

27

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Grafik interaksi abu vulkanik dan pemberian arang sekam padi pada jumlah anakan


22

2. Grafik interaksi abu vulkanik dan pemberian arang sekam padi pada laju pertumbuhan tanaman

24

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN No. 1. Deskripsi Tanaman Bawang Merah Varietas Bima 2. Bagan Penelitian 3. Bagan Letak Tanaman Per Plot 4. Hasil Analisis Abu Vulkanik dan Analisi Tanah 5. Hasil Analisis Arang Sekam Padi 7. Dosis Abu Vulkanik dan Arang Sekam Padi yang digunakan 8. Data Pengamatan Panjang Tanaman 2 MST (cm) 9. Sidik ragam panjang tanaman 2 MST 10. Data Pengamatan Panjang Tanaman 3 MST (cm) 11. Sidik ragam panjang tanaman 3 MST 12. Data Pengamatan Panjang Tanaman 4 MST (cm) 13. Sidik ragam panjang tanaman 4 MST 14. Data Pengamatan Panjang Tanaman 5 MST (cm) 15. Sidik ragam panjang tanaman 5 MST 16. Data Pengamatan Panjang Tanaman 6 MST (cm) 17. Sidik ragam panjang tanaman 6 MST 18. Data Pengamatan Panjang Tanaman 7 MST (cm) 19. Sidik ragam panjang tanaman 7 MST 20. Data Pengamatan Jumlah Daun 2 MST (helai) 21. Sidik ragam jumlah daun 2 MST 22. Data Pengamatan Jumlah Daun 3 MST (helai) 23. Sidik ragam jumlah daun 3 MST

Halaman 36 37 38 39 40 40 41 41 42 42 43 43 44 44 45 45 46 46 47 47 48 48

Universitas Sumatera Utara

24. Data Pengamatan Jumlah Daun 4 MST (helai) 25. Sidik ragam jumlah daun 4 MST 26. Data Pengamatan Jumlah Daun 5 MST (helai) 27. Sidik ragam jumlah daun 5 MST 28. Data Pengamatan Jumlah Daun 6 MST (helai) 29. Sidik ragam jumlah daun 6 MST 30. Data Pengamatan Jumlah Daun 7 MST (helai) 31. Sidik ragam jumlah daun 7 MST 32. Data Pengamatan Jumlah Anakan 2 MST (anakan) 33. Sidik ragam jumlah anakan 2 MST 34. Data Pengamatan Jumlah Anakan 3 MST (anakan) 35. Sidik ragam jumlah anakan 3 MST 36. Data Pengamatan Jumlah Anakan 4 MST (anakan) 37. Sidik ragam jumlah anakan 4 MST 38. Data Pengamatan Jumlah Anakan 5 MST (anakan) 39. Sidik ragam jumlah anakan 5 MST 40. Data Pengamatan Jumlah Anakan 6 MST (anakan) 41. Sidik ragam jumlah anakan 6 MST 42. Data Pengamatan Jumlah Anakan 7 MST (anakan) 43. Sidik ragam jumlah anakan 7 MST 44. Data Pengamatan Laju Asimilasi Bersih (g.cm2.hari-1) 45. Sidik ragam laju asimilasi bersih 46. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Relatif (g.g-1.hari-1) 47. Sidik ragam laju pertumbuhan relatif 48. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Tanaman (g.g-1.hari-1) 49. Sidik ragam laju pertumbuhan tanaman

49 49 50 50 51 51 52 52 53 53 54 54 55 55 56 56 57 57 58 58 59 60 61 62 63 64

Universitas Sumatera Utara


50. Data Pengamatan Bobot Basah Umbi Per Sampel (g) 51. Sidik ragam bobot basah umbi per sampel 52. Data Pengamatan Bobot Basah Umbi Per Plot (g) 53. Sidik ragam bobot basah umbi per plot 54. Data Pengamatan Bobot Kering Umbi Per Sampel (g) 55. Sidik ragam bobot kering umbi per sampel 56. Data Pengamatan Bobot Kering Umbi Per Plot (g) 57. Sidik ragam bobot kering umbi per plot 58. Foto Penelitian

65 65 66 66 67 67 68 68 69

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK ESTHER TARIGAN: Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Abu Vulkanik Gunung Sinabung dan Arang Sekam Padi, dibimbing oleh YAYA HASANAH dan MARIATI.
Abu vulkanik mengandung hara penyubur tanah untuk pertanian sebenarnya baru bisa dimanfaatkan sekitar 10 tahun setelah peristiwa meletusnya gunung, namun teknologi percepatan pelapukan abu vulkanik dapat dilakukan dengan mencampur bahan organik. Salah satu bahan organik yang mampu untuk melepaskan hara yang terikat dari abu vulkanik yaitu arang sekam padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) terhadap pemberian abu vulkanik gunung sinabung dan arang sekam padi. Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU mulai bulan Mei ˗ Agustus 2014, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu pemberian abu vulkanik (0, 5, 10, 15 ton/ha) dan arang sekam padi (0, 10, 20 ton/ha). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan relatif, laju pertumbuhan tanaman, bobot basah per sampel, bobot basah per plot, bobot kering per sampel, dan bobot kering per plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian abu vulkanik dan arang sekam padi berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah amatan, tetapi interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan pada 3 MST dan laju pertumbuhan tanaman. Perlakuan terbaik pada pemerian abu vulkanik 0 ton/ha dan arang sekam padi 10 ton/ha pada jumlah anakan dan 15 ton/ha abu vulkanik dan 20 ton/ha pada laju pertumbuhan tanaman. Kata kunci : abu vulkanik, arang sekam padi, bawang merah
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT ESTHER TARIGAN: The Growth and Yield of shallot (Allium ascalonicum L.) the aplications Sinabung Volcanic Ash and Rice Husk Ash, guided by YAYA HASANAH and MARIATI.
Volcanic ash contains nutrients for the soil to farm new fact can be used about 10 years after the eruption of the mountain, but the technology accelerated weathering of volcanic ash can be made by mixing organic matter. One of the organic material that is able to release the bound nutrients from volcanic ash is rice shell ash. The aim of research was to identify the growth and yield of shallot (Allium ascalonicum L.) the aplications Sinabung Volcanic Ash and Rice Husk Ash. Research was conducted at the experimental field of the Agricultural Faculty USU from May up to August 2014, using a factorial randomized block design with two factors and replicated 3 times. The first factor was volcanic ash with for level i.e: volcanic ash 0, 5, 10, 15 ton/ha and rice husk ash 0, 10, 20 ton/ha. Parameters observed were plant height, number of leaves, number of tillers, fresh weight per sample, per plot wet weight, dry weight per sample, dry weight per plot, net assimilation rate, relative growth rate, the rate of plant growth. The results showed that all parameters observed were not both treatment on the significantly affected by both treatment, however there was interaction between the number of tillers at 3 MST and plant growth rate. The best treatment on defining a volcanic ash 0 ton/ha and rice husk ash 10 ton/ha in the number of tillers and 15 ton/ha volcanic ash and 20 ton/ha rice husk ash on the growth rate of plants.
Keywords: volcanic ash, rice shell ash, shallot
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN Latar Belakang
Gunung Sinabung atau dalam bahasa Karo, Deleng Sinabung terdapat di dataran tinggi Karo, Sumatera Utara. Letusan Gunung Sinabung selain mengeluarkan lava pijar dan semburan awan panas, juga mengeluarkan abu vulkanik. Abu vulkanik ini terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus yang berdampak negatif sehingga menyebabkan kerugian yang besar bagi petani karo (Saputra, 2010).
Di samping berdampak negatif, debu yang menutupi lahan pertanian memberikan dampak positif bagi tanah dan tanaman. Dampak positif bagi tanah yaitu dapat memperkaya dan meremajakan tanah sehingga meningkatnya kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman (Andreita, 2011).
Lapisan debu vulkanik yang berpotensi mengandung hara penyubur tanah untuk pertanian sebenarnya baru bisa dimanfaatkan sekitar 10 tahun setelah peristiwa penyebaran abu vulkanik itu. Namun teknologi sederhana percepatan pelarutan abu letusan gunung api dapat dilakukan dengan mencampur bahan organik. Bahan organik yang mengandung berbagai jenis asam organik mampu untuk melepaskan hara yang terikat dalam struktur mineral dari abu vulkanik (Tim Kompas, 2010).
Salah satu bahan organik yang mengandung berbagai jenis asam organik yang mampu untuk melepaskan hara yang terikat dalam struktur mineral dari debu yaitu arang sekam padi. Arang sekam mengandung SiO2 (52%), C (31%), K (0.3%), N (0,18%), F (0,08%), dan kalsium (0,14%). Selain itu juga mengandung unsur lain seperti Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO dan Cu dalam

Universitas Sumatera Utara

jumlah yang kecil serta beberapa jenis bahan organik. Kandungan silikat yang tinggi dapat menguntungkan bagi tanaman karena menjadi lebih tahan terhadap hama dan penyakit akibat adanya pengerasan jaringan (Septiani, 2012).
Tingginya kandungan unsur hara silika yang ada pada arang sekam padi tersebut diharapkan mampu menyediakan kebutuhan hara pada bawang merah. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Sumarni dan Hidayat (2005) yang menyatakan bahwa bawang merah merupakan salah satu jenis tanaman yang membutuhkan banyak silika. Silika memegang peranan penting dalam metabolisme tanaman yang berhubungan dengan beberapa parameter penentu kualitas nutrisi tanaman sayuran.
Di Indonesia tanaman bawang merah telah lama diusahakan oleh petani sebagai usaha tani komersial. Meskipun demikian, adanya permintaan dan kebutuhan bawang merah yang terus meningkat setiap tahunnya belum dapat diikuti oleh peningkatan produksinya (Ambarwati dan Prapto, 2003).
Alasan lain dalam penelitian menggunakan bawang merah karena produksi bawang merah masih jauh di bawah kebutuhan. Dari data BPS (2013), produksi bawang merah provinsi Sumatera Utara pada tahun 2012 adalah 14.158 ton sedangkan kebutuhan bawang merah mencapai 66.420 ton, sehingga untuk memenuhi kebutuhan bawang merah, dilakukan impor dari luar negeri.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh pemberian abu vulkanik dan arang sekam padi pada pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.).
Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian Untuk mengidentifikasi respons pertumbuhan dan produksi tanaman
bawang merah (Allium ascalonicum L.) terhadap pemberian abu vulkanik Gunung Sinabung dan arang sekam padi. Hipotesis Penelitian
Pemberian abu vulkanik, arang sekam padi, dan interaksi antara abu vulkanik dan arang sekam padi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) Kegunaan Penulisan
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Sumater Utara, Medan serta sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Botani tanaman

Dalam sistematika tumbuhan, kedudukan tanaman bawang merah


diklasifikasikan

sebagai

berikut.

Divisi:

Spermatophyta;

Subdivisi: Angiospermae; Kelas: Monocotyledoneae; Ordo: Liliales;

Famili: Liliaceae; Genus: Allium; Species: Allium ascalonicum L.

(Putrasamedja dan Suwandi, 1996).

Tanaman mempunyai akar serabut dengan daun berbentuk silinder

berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang


yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis

(Hervani dkk, 2008).

Bawang merah tidak berbatang, berumbi lapis, merah keputihputihan,

berlobang, bentuk lurus, ujung runcing, tapi rata, panjang ± 50 cm, lebar ± 0,5 cm,

menebal dan berdaging sefta mengandung persediaan makanan yang terdiri atas

subang yang dilapisi daun sehingga menjadi umbi lapis, hijau (Nasution, 2008)

Daun berbentuk silindris kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang dan

bagian ujungnya runcing, berwarna hijau muda sampai tua, dan letak daun

melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pandek (Sudirja, 2007).

Bentuk bunga seperti payung. Warna bunga berwarna putih. Banyak buah


per tangkai 60-100. Banyaknya bunga per tangkai 120-160. Banyaknya tangkai

bunga per rumpun 2-4 (Putrasamedja dan Suwandi, 1996).

Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji

berjumlah 2 – 3 butir. Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening

atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji-biji berwarna merah dapat

Universitas Sumatera Utara

dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif (Sudirja, 2007).
Bawang merah adalah tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu. Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas (Hervani dkk, 2008). Syarat tumbuh Iklim
Tanaman bawang merah dapat tumbuh baik pada suhu 25 0C - 30 0C, intensitas sinar matahari penuh 14 jam/hari, curah hujan 300 – 2500 mm/tahun, cocok ditanam dimusim hujan atau musim kering dan umbi akan tumbuh baik di ketinggian 0 – 500 m dpl (Direktorat Jendral Hortikultura, 2008).
Tanaman bawang merah tumbuh di daerah beriklim kering. Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal (minimal 70%), suhu udara 25-32oC, dengan kelembaban nisbi 50-70% (Nasution, 2008).
Ketinggian tempat terbaik untuk tanaman bawang merah adalah di bawah 800 m di atas permukaan laut. Namun sampai ketinggian 1.100 m dpl tanaman ini masih dapat tumbuh. Ketinggian tempat suatu daerah berhubungan dengan suhu udara, yang sangat mempengaruhi proses perkecambahan, pertunasan, pembungaan dan sebagainya (Sumarni dan Achmad, 2005).
Agar dapat tumbuh dengan baik, tanaman bawang merah harus di tanam pada kondisi lingkungan yang cocok. Tanaman bawang merah paling menyukai
Universitas Sumatera Utara

daerah yang beriklim kering, suhu udara yang agak panas, tempat terbuka atau cukup terkena sinar matahari, dan tidak berkabut. Daerah yang berkabut kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah karena dapat menimbulkan penyakit. Selain itu, daerah yang terlindung dapat menyebabkan pembentukan umbi bawang merah tidak maksimal (Nasution, 2008). Tanah
Tanaman bawang merah dapat tumbuh baik dilahan sawah, tanah tegalan dan pekarangan. Jenis tanah yang palin cocok adalah tanah lempung berpasir/lempung berdebu. Keasaman tanah (pH) 5,8-7,0 (Direktorat Jendral Hortikultura, 2008).
Secara umum tanah yang baik untuk di tanami bawang merah ialah tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik atau humus, mempunyai sirkulasi udara yang baik, dapat dengan mudah mengalirkan air, aerasi baik, dan tidak becek (Nasution, 2008).
Tanah yang digunakan untuk penanaman bawang merah mempunyai struktur tanah yang bagus, drainase yang lancar dan tidak mudah padat. Sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan biji bawang merah menjadi optimal. Oleh karena itu sebaiknya tanah persemaian digunakan tanah lempung berpasir yang dicampur dengan pupuk kandang (Hervani dkk, 2008).
Tanaman bawang merah memerlukan tanah berstruktur remah, tekstur sedang sampai liat, drainase/aeraso baik, mengandung bahan organic yang cukup, dan reaksi tanah tidak masam. Tanah yang paling cocok untuk tanaman bawang merah adalah tanah Aluvial atau kombinasinya dengan tanah Glei-Humus atau Latosol (Sumarni dan Achmad, 2005).
Universitas Sumatera Utara

Tanah yang subur dan gembur dapat mempermudah pertumbuhan bawang merah sehingga umbi yang muncul berukuran besar-besar. Tanah yang bersifat masam tidak baik untuk pertumbuhan bawang merah sehingga perlu dilakukan pengapuran. Proses pengapuran dilakukan sebelum ditanami bawang merah. Pengapuran sebaiknya dilakukan beberapa hari sebelum penanaman dilakukan (Nasution, 2008). Abu Vulkanik
Abu vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan dan dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan bahkan ribuan kilometer dari kawah karena pengaruh hembusan angin. Adanya abu vulkanik merupakan akibat dari proses erupsi gunung berapi. Erupsi adalah fenomena keluarnya magma dari dalam bumi karena dorongan dari gas yang bertekanan tinggi dalam perut bumi atau karena gerakan lempeng bumi, tumpukan tekanan dan panas cairan magma. Letusan gunung Merapi dinamakan “Letusan Tipe Merapi” oleh para ahli gunungapi, karena kekhasan Merapi ketika meletus yang dicirikan dengan adanya luncuran awan panas yang biasa disebut “Wedhus Gembel” yang berarti bulu biri-biri. Secara tidak langsung unsur-unsur yang terkandung dalam abu vulkanik turut memberikan kontribusi pada kesuburan tanah di sekitar gunung Merapi (Hermawati dkk, 2011).
Abu vulkanik adalah salah satu jenis tephra (ekstrusi vulkanik udara), yang biasanya merusak (destruktif) pada awalnya tetapi dalam waktu tertentu dapat berguna. Material vulkanik terdiri dari batuan yang berukuran besar hingga berukuran halus, yang berukuran besar biasanya jatuh disekitar kawah dalam radius 5-7 km, sedangkan yang berukuran halus sampai ratusan bahkan ribuan km
Universitas Sumatera Utara

dari kawah disebabkan oleh adanya hembusan angin (Sudaryo, 2009). Ukuran patikel pasir dan lumpur berkisar 0,001 mm hingga 2 mm, abu vulkanik tidak larut dalam air, sangat kasar dan agak korosif (Johnston,1997 dalam Ali, 2011).
Sifat fisik abu merapi yang khas adalah apabila jatuh kepermukaan tanah menyebabkan abu akan cepat mengeras dan sulit ditembus oleh air baik dari atas atau dari bawah permukaan tanah. Hal ini disebabkan abu merapi memiliki kadar air yang cukup tinggi. Pada lapisan bawah kandungan air cukup tinggi, namun karena lapisan atasnya cukup keras menyebabkab air tidak dapat keluar melalui penguapan. Salah satu cara untuk menanggulang hal ini adalah dengan penghancuran melalui pengolahan tanah (Deptan, 2014).
Teknologi sederhana percepatan pelarutan abu letusan gunung api dapat dilakukan dengan mencampur debu letusan dengan bahan organik. Bahan organik yang mengandung berbagai jenis asam organik mampu untuk melepaskan hara yang terikat dalam struktur mineral dari debu letusan. Disamping itu bahan organik juga mampu menjaga kondisi kelembaban agar pelapukan fisik, kimia dan biologi berlangsung secara simultan untuk mempercepat pelepasan hara tanaman dari mineral pembawa cadangan hara. Pelepasan unsur hara makro baik yang melekat pada permukaan debu melalui kondensasi maupun sebagai bagian struktur mineral mudah slapuk (easily weatherable minerals) adalah Si, Ca, Mg, K, P dan S. Disamping itu juga terdapat unsur mikro seperti Fe, Zn, Mn dan Cu (Badan Litbang Pertanian, 2011). Arang Sekam Padi
Arang sekam merupakan media tanam yang porous dan memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam ini menjadi
Universitas Sumatera Utara

gembur. Kelemahan penggunaan arang sekam adalah mudah hancur dan harus rajin melakukan penggantian media tanam. Arang sekam disarankan sebagai bahan campuran media, tetapi digunakan sekitar 25% saja, karena dalam jumlah banyak akan mengurangi kemampuan media dalam menyerap air (Rianti, 2009).
Arang sekam padi berifat porous, sehingga drainase dan aerasi tanah menjadi baik. Arang sekam juga mengandung oksigen, meningkatkan luas permukaan dan sehingga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (Septiani, 2012).
Mahdiannoor (2011) mengatakan pemberian arang sekam padi memberikan pengaruh, artinya kandungan hara yang ada pada tanah dan arang mampu mencukupi kebutuhan hara tanaman, hal ini diduga karena unsur N yang dimiliki oleh arang sekam dapat memberikan sumbangan N yang dibutuhkan tanaman.
Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera, Medan dengan ketinggian tempat ±25 meter di atas permukaan laut.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: umbi bibit bawang

merah varietas Bima, abu vulkanik, arang sekam, pupuk urea, TSP, dan KCL, air,

fungisida, serta bahan pendukung lainnya.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: cangkul, meteran,

timbangan, handsprayer, gembor, pacak sampel, alat tulis serta bahan pendukung

lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial,

dengan 2 faktor perlakuan, yaitu:

Faktor 1: Abu Vulkanik

V0 = 0 ton/ha

(Kontrol = Tanpa abu vulkanik)

V1 = 5 ton/ ha

(Setara dengan 720 g/plot)

V2 = 10 ton/ ha

(Setara dengan 1440 g/plot)

V3 = 15 ton/ ha

(Setara dengan 2160 g/plot)

Faktor 2: Arang Sekam

S0 = 0 ton/ ha

(Kontrol = Tanpa abu vulkanik)

S1 = 10 ton/ ha

(Setara dengan 1440 g/plot)

S2 = 20 ton/ ha

(Setara dengan 5760 g/plot)

Universitas Sumatera Utara

Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 12 kombinasi, yaitu:

V0S0

V1S0

V2S0

V3S0

V0S1

V1S1

V2S1

V3S1

V0P2

V1P2

V2P2

V3P2

Jumlah ulangan

: 3 ulangan

Jumlah plot

: 36 plot

Ukuran plot

: 120 cm x 120 cm

Jarak antar plot

: 30 cm

Jarak antar blog

: 50 cm

Jarak tanam

: 20 cm x 20 cm

Jumlah tanaman/plot

: 25 tanaman

Jumlah sampel/plot

: 4 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya

: 144 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya

: 900 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan

model linear aditif sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

i = 1,2,3 j = 1,2,3,4 k = 1,2,3

Dimana:

Yijk :Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan abu vulkanik dan

……….pemberian arang sekam pada taraf ke-k

µ : Nilai tengah

ρi : Efek dari blok ke-i αj : Efek perlakuan abu vulkanik

Universitas Sumatera Utara

βk : Efek perlakuan arang sekam (αβ)jk : Interaksi antara abu vulkanik taraf ke-j dan arang sekam taraf ke-k εijk : Galat dari blok ke-i, perlakuan abu vulkanik ke-j dan arang sekam ke-k
Terhadap perlakuan yang berpengaruh nyata, dilakukan analisis lanjutan dengan menggunakan Uji Beda Rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf α = 5% (Bangun, 1991). Peubah Amatan Panjang Tanaman (cm)
Panjang tanaman diukur mulai dari pangkal umbi sampai ke ujung daun. Panjang tanaman diukur mulai 2 MST hingga 7 MST, yang dilakukan dengan interval 1 minggu sekali. Jumlah Daun per Rumpun (helai)
Jumlah daun dihitung mulai 2 MST hingga 7 MST yang dilakukan dengan interval 1 minggu sekali. Daun yang dihitung adalah daun yang telah tumbuh sempurna. Jumlah Anakan per Rumpun (anakan)
Dihitung jumlah anakan yang terbentuk dalam satu rumpun, dilakukan pada umur 2 MST sampai 7 MST, yang dilakukan dengan interval 1 minggu sekali. Laju Asimilasi Bersih (g.cm2.hari-1)
Laju penambahan bobot kering tanaman per satuan luas daun per satuan waktu (Sitompul dan Guritno, 1995). Dihitung pada umur 30 dan 40 hari setelah tanam, dengan persamaan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara

Dimana :

LAB = Laju Asimilasi Bersih 30 - 40 HST W1 = Berat kering tanaman 30 HST

W2 = Berat kering tanaman 40 HST

A1 = Total luas daun 30 HST

A2 = Total luas daun 40 HST

T1 = Waktu pengamatan pada 30 HST

T2 = Waktu pengamatan pada 40 HST Laju Pertumbuhan Relatif (g.g-1.hari-1)

Laju pertumbuhan relatif merupakan nilai rata-rata kecepatan

pertumbuhan relatif selama satu periode waktu (Sitompul dan Guritno, 1995):

Dimana : LPR = Laju Pertumbuhan Relatif 30 - 40 HST W1 = Berat kering tanaman 30 HST W2 = Berat kering tanaman 40 HST t1 = Waktu pengamatan pada 30 HST t2 = Waktu pengamatan pada 40 HST
Laju Pertumbuhan Tanaman (g/hari) Laju Pertumbuhan didasarkan pada berat kering total tanaman
(Sitompul dan Guritno, 1995), dengan persamaan:

Dimana:

LPT = Laju Pertumbuhan Tanaman W1 = Berat kering tanaman 30 HST W2 = Berat kering tanaman 40 HST t1 = Waktu pengamatan pada 30 HST

Universitas Sumatera Utara

t2 = Waktu pengamatan pada 40 HST Bobot Basah Umbi per Sampel (g)
Bobot basah umbi per sampel ditimbang setelah dipanen. Dengan syarat umbi bersih dari tanah dan kotoran, dibersihkan, dikeringanginkan, kemudian ditimbang. Bobot Kering Umbi per Sampel (g)
Bobot kering umbi per rumpun ditimbang setelah dibersihkan dan dikering anginkan selama 2 minggu. Bobot Basah Umbi per Plot (g)
Bobot basah umbi per plot ditimbang setelah dipanen. Dengan syarat umbi bersih dari tanah dan kotoran. Bobot Kering Umbi per Plot (g)
Bobot kering jual umbi per plot ditimbang setelah seluruh umbi per plot dibersihkan dan dikering anginkan selama 2 minggu. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian meliputi persiapan lahan, pengolahan tanah, persiapan abu vulkanik, persiapan arang sekam, persiapan bibit, aplikasi, penanaman, pemeliharaan, panen dan pengeringan. Persiapan Lahan
Lahan penelitian yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma maupun sampah yang terdapat disekitar areal tersebut. Lahan penelitian dibagi menjadi 3 blok, kemudian dibuat plot penelitian dengan ukuran 120 cm x 120 cm, jarak antar blok 50 cm, dan jarak antar plot 30 cm. Pengolahan Tanah
Universitas Sumatera Utara

Pengolahan tanah dilakukan 4 minggu sebelum tanam, tanah di olah sampai gembur. Setelah pengolahan tanah selesai, dilaksanakan penggaruan dan membersihan areal pertanaman dari rumput-rumputan kemudian dibuat bedengan. Persiapan Abu Vulkanik
Abu vulkanik diambil langsung dari Desa Tiga Pancur Kecamatan Payung Tanah Karo. Sebelum diaplikasikan terlebih dahulu dianalisis dengan parameter N, P, K, Al, S dan pH. Persiapan Arang Sekam
Arang sekam diambil langsung dari Tj. Anom, Medan. Sebelum diaplikasikan terlebih dahulu dianalisis dengan parameter N, P, K, Al, S dan pH. Persiapan Bibit
Umbi yang digunakan adalah umbi bawang merah varietas bima yang diusahakan memiliki ukuran seragam. Umbi terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran yang menempel. dilakukan pemotongan ¼ bagian dari ujung umbi dengan tujuan merangsang pembentukan tunas. Umbi bibit kemudian direndam dalam larutan fungisida Dithane M-45 selama 5 menit untuk menghindar serangan cendawan pathogen. Aplikasi
Aplikasi abu vulkanik dilakukan 4 minggu sebelum tanam dan di sebarkan pada bedengan. Arang sekam diaplikasikan 2 minggu sebelum tanam atau 2 Minggu setelah aplikasi abu vulkanik dan di sebarkan pada bedengan. Penanaman
Sebelum penanaman dilakukan, dibuat lubang tanam yang ditugal pada areal tanam dengan jarak 20 x 20 cm, kemudian dimasukkan 1 umbi perlubang
Universitas Sumatera Utara

tanam kemudian ditutup dengan tanah. Tidak dianjurkan untuk menanam telalu dalam karena umbi mudah mengalami pembusukan. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman terdiri dari penyiraman, penyulaman, pemupukan, penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi atau sore hari tergantung keadaan cuaca. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor secukupnya. Penyulaman
Penyulaman dilakukan mulai awal pertumbuhan sampai umur 7 hari setelah tanam (HST) dengan mengganti umbi busuk atau mati dengan umbi yang sehat. Pemupukan
Pupuk yag digunakan sebagai pupuk dasar adalah pupuk Urea, TSP, dan KCL sesuai dengan dosis anjuran. Pupuk dasar dilakukan satu hari sebelum tanam dengan dosis urea 100 kg/ha, SP-36 125 kg/ha dan KCl 125 kg/ha. Pemupukan dilakukan dengan cara tebar, sedangkan pemupukan susulan hanya diberikan pupuk urea dengan dosis 100 kg/ha yang dilakukan pada umur 21 hari setelah tanam (Latarang dan Syakur, 2006). Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma sekaligus menggemburkan tanah. Gulma perlu dikendalikan agar tidak menjadi saingan bagi tanaman utama dalam hal penyerapan unsur hara serta untuk mencegah serangan
Universitas Sumatera Utara

hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma agar perakaran tanaman tidak terganggu. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan jenis dan intensitas serangan. Panen
Panen dilakukan saat tanaman berumur ±65 HST, kriteria panen tanaman bawang yaitu 60-70% leher dari daun telah lemas dan daun telah menguning, dimana umbi lapis kelihatan penuh berisi, dan sebagian umbi terlihat diatas permukaan tanah, warna umbi menjadi merah tua, merah keunguan atau merah muda, daun bagian atas mulai rebah. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan menebar/membentang umbi diatas plastik pada ruangan dengan suhu 27 – 28°C. Pengeringan dilakukan selama 2 minggu.
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Panjang Tanaman (cm)

Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam panjang tanaman

2 ˗ 7 MST dapat dilihat pada lampiran 9 ˗ 20.

Rataan panjang tanaman bawang merah ˗2 7 MST pada perlakuan abu

vulkanik dan arang sekam padi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan panjang tanaman 2˗ 7 MST (cm) p ada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

MST Abu Vulkanik
V0 (Kontrol) 2 V1 (5 ton/ha)
V2 (10 ton/ha) V3 (15 ton/ha) Rataan V0 (Kontrol) 3 V1 (5 ton/ha) V2 (10 ton/ha) V3 (15 ton/ha) Rataan V0 (Kontrol) 4 V1 (5 ton/ha) V2 (10 ton/ha) V3 (15 ton/ha) Rataan V0 (Kontrol) 5 V1 (5 ton/ha) V2 (10 ton/ha) V3 (15 ton/ha) Rataan V0 (Kontrol) 6 V1 (5 ton/ha) V2 (10 ton/ha) V3 (15 ton/ha) Rataan V0 (Kontrol) 7 V1 (5 ton/ha) V2 (10 ton/ha) V3 (15 ton/ha) Rataan

Arang Sekam

S0 (kontrol) S1 ( 10 ton/ha) S2 (20 ton/ha)

- - - - - - - - - - - - - - - - (cm) - - - - - - - - - - - - - - - -

20.86

21.12

20.85

20.58

20.88

21.70

19.72

21.98

21.13

22.07

21.39

20.52

20.81

21.34

21.05

27.78

26.77

26.30

26.28

25.58

28.38

25.34

27.98

26.98

27.50

25.68

26.93

26.73

26.50

27.15

31.04

29.16

29.13

27.83

27.86

31.78

27.17

30.39

29.75

30.43

26.68

29.41

29.12

28.52

30.02

32.89

30.36

31.30

29.23

29.36

32.99

29.11

32.03

31.90

31.80

27.14

31.43

30.76

29.72

31.91

32.89

30.08

31.14

28.62

28.89

31.85

28.17

31.68

30.40

31.56

26.47

30.68

30.31

29.28

31.02

30.17

27.75

29.80

25.28

27.38

27.54

25.75

27.33

27.86

28.05

22.72

27.28

27.31

26.29

28.12

Rataan
20.94 21.05 20.94 21.33
26.95 26.75 26.76 26.71
29.78 29.16 29.10 28.84
31.52 30.53 31.01 30.13
31.37 29.79 30.08 29.57
29.24 26.73 26.98 26.02

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan sidik ragam dapat dilihat walaupun perlakuan dosis abu vulkanik berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tanaman namun dari tabel 1 dapat dilihat bahwa peningkatan dosis abu vulkanik cenderung menghasilkan tanaman yang lebih pendek, hal ini dapat terlihat mulai pengamatan 3 - 7 MST. Namun hal ini berbeda dengan pemberian arang sekam padi, peningkatan dosis arang sekam padi menghasilkan panjang tanaman lebih tinggi. Jumlah Daun (helai)
Data rataan jumlah daun bawang 2 ˗ 7 MST dan sid ik ragamnya dap at dilihat pada lampiran 21˗ 32. Hasil analisis sidik ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun.
Rataan jumlah daun tanaman bawang 2˗ 7 MST pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi dapat dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan dosis abu vulkanik berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun namun dari tabel 2 dapat dilihat bahwa peningkatan dosis abu vulkanik cenderung menghasilkan daun lebih sedikit, hal ini dapat terlihat mulai pengamatan 3 - 7 MST. Namun hal ini berbeda dengan pemberian arang sekam padi, semakin tinggi pemberian dosis arang sekam padi menghasilkan jumlah daun lebih banyak, dapat dilihat dari tabel 2 dengan pemberian dosis 20 ton/ha menghasilkan jumlah daun lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian 10 ton/ha.
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Rataan jumlah daun 2 ˗ 7 MST (helai) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

MST Abu Vulkanik
V0 (Kontrol) 2 V1 (5 ton/ha)
V2 (10 ton/ha) V3 (15 ton/ha) Rataan V0 (Kontrol) 3 V1 (5 ton/ha) V2 (10 ton/ha) V3 (15 ton/ha) Rataan V0 (Kontrol) 4 V1 (5 ton/ha) V2 (10 ton/ha) V3 (15 ton/ha) Rataan V0 (Kontrol) 5 V1 (5 ton/ha) V2 (10 ton/ha) V3 (15 ton/ha) Rataan V0 (Kontrol) 6 V1 (5 ton/ha) V2 (10 ton/ha) V3 (15 ton/ha) Rataan V0 (Kontrol) 7 V1 (5 ton/ha) V2 (10 ton/ha) V3 (15 ton/ha) Rataan

Arang Sekam

S0 (kontrol)

S1 ( 10 ton/ha)

S2 (20 ton/ha)

- - - - - - - - - - - - - - - - - (helai) - - - - - - - - - - - - - - - -

14.17

16.50

13.33

11.75

11.58

12.58

13.08

14.08

13.25

15.00

12.75

13.00

13.50

13.73

13.04

21.08

19.92

17.75

18.00

16.50

19.58

18.75

19.25

18.67

21.42

16.17

18.00

19.81

17.96

18.50

25.42

24.67

22.58

21.00

19.92

23.58

23.00

24.33

24.33

24.58

17.42

21.25

23.50

21.58

22.94

27.42

23.08

25.00

21.33

21.75

24.67

24.33

25.67

25.25

25.33

16.50

24.33

24.60

21.75

24.81

22.58

18.67

20.25

16.17

17.42

20.00

19.08

20.00

19.75

19.42

12.00

20.92

19.31

17.02

20.23

14.00

12.83

14.42

9.75 12.50 15.08

14.33

13.50

12.75

12.75

8.58

14.17

12.71

11.85

14.10

Rataan
14.67 11.97 13.47 13.58
19.58 18.03 18.89 18.53
24.22 21.50 23.89 21.08
25.17 22.58 25.08 22.06
20.50 17.86 19.61 17.44
13.75 12.44 13.53 11.83

Jumlah Anakan (anakan) Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anakan bawang merah umur
2 ˗ 7 MST berpengaruh tidak nyata, namun interaksi keduanya berpengaruh nyata pada 3 MST. Hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 33 ˗ 44.
Rataan jumlah anakan tanaman bawang ˗2 7 MST pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi dapat dilihat pada Tabel 3.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3. Rataan jumlah anakan 2˗ 7 MS T (anakan) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

MST Abu Vulkanik

Arang Sekam S0 (kontrol) S1 ( 10 ton/ha) S2 (20 ton/ha) - - - - - - - - - - - - - - - (anakan) - - - - - - - - - - - - - -

Rataan

V0 (Kontrol)

5.08

5.17

4.50 4.92

2 V1 (5 ton/ha)

4.17

4.75

4.92 4.61

V2 (10 ton/ha)

4.67

4.92

4.42 4.67

V3 (15 ton/ha)

5.25

3.83

4.50 4.53

Rataan

4.79 4.67 4.58

V0 (Kontrol) 3 V1 (5 ton/ha)
V2 (10 ton/ha) V3 (15 ton/ha) Rataan

5.33 a-c 4.33 de 4.92 b-d 5.58 ab
5.04

5.75 a 4.75 cd 5.50 ab 3.92 e
4.98

4.75 de 5.25 a-c 5.00 b-d 4.92 b-d
4.98

5.28 4.78 5.14 4.81

V0 (Kontrol)

5.42

6.17

4.75 5.44

4 V1 (5 ton/ha)

4.50

5.00

5.50 5.00

V2 (10 ton/ha)

5.25

5.75

5.33 5.44

V3 (15 ton/ha)

5.67

4.08

5.17 4.97

Rataan

5.21 5.25 5.19

V0 (Kontrol)

5.50

6.42

4.92 5.61

5 V1 (5 ton/ha)

5.25

5.33

6.00 5.53

V2 (10 ton/ha)

5.50

6.33

5.58 5.81

V3 (15 ton/ha)

5.83

4.67

5.58 5.36

Rataan

5.52 5.69 5.52

V0 (Kontrol)

5.50

6.00

4.92 5.47

6 V1 (5 ton/ha)

5.50

5.33

6.00 5.61

V2 (10 ton/ha)

5.67

6.33

5.75 5.92

V3 (15 ton/ha)

6.25

4.50

5.83 5.53

Rataan

5.73 5.54 5.63

V0 (Kontrol)

5.58

5.83

5.00 5.47

7 V1 (5 ton/ha)

5.58

5.67

6.08 5.78

V2 (10 ton/ha)

5.67

6.33

5.75 5.92

V3 (15 ton/ha)

6.25

4.50

5.83 5.53

Rataan

5.77 5.58 5.67

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris atau kolom yang

sama disetiap minggu pengamatan menunjukkan berbeda nyata

menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian abu vulkanik dan

arang sekam padi berpengaruh tidak nyata namun interaksi keduanya berpengaruh

nyata terhadap jumlah anakan pada 3 MST. Pada 3 MST perlakuan V3S1

menunjukkan hasil terendah sedangkan V0SI menunjukkan hasil tertinggi

dibandingkan kombinasi perlakuan yang lain, hal ini dapat dilihat pada tabel 3.

Kurva hubungan abu vulkanik dan arang sekam padi terhadap jumlah

anakan dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1. Hubungan jumlah anakan pada 3 MST dengan perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi dapat dilihat pada Gambar 1.
Laju Asimilasi Bersih (g.cm2.hari-1)

Data hasil pengamatan laju asimilasi bersih dan sidik ragamnya dapat

dilihat pada lampiran 53 dan 54, yang menunjukkan perlakuan abu vulkanik dan

arang sekam padi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap laju

asimilasi bersih.

Rataan laju asimilasi bersih tanaman bawang pada perlakuan abu vulkanik

dan arang sekam padi dapat dilihat pada Tabel 4.

Hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan V1S0

merupakan perlakuan dengan hasil tertinggi dibandingkan dengan perlakuan

lainny

Dokumen yang terkait

Respons Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos Kascing Dan Urine Kambing

4 71 54

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Jenis Mulsa dan Pemberian Urine Sapi

3 78 82

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Komposisi Pemberian Abu Vulkanik Gunung Sinabung, Arang Sekam Padi dan Kompos Jerami

0 3 90

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Komposisi Pemberian Abu Vulkanik Gunung Sinabung, Arang Sekam Padi dan Kompos Jerami

0 0 13

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Komposisi Pemberian Abu Vulkanik Gunung Sinabung, Arang Sekam Padi dan Kompos Jerami

0 0 2

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Komposisi Pemberian Abu Vulkanik Gunung Sinabung, Arang Sekam Padi dan Kompos Jerami

0 0 3

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Komposisi Pemberian Abu Vulkanik Gunung Sinabung, Arang Sekam Padi dan Kompos Jerami

0 0 6

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Komposisi Pemberian Abu Vulkanik Gunung Sinabung, Arang Sekam Padi dan Kompos Jerami

0 3 3

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Komposisi Pemberian Abu Vulkanik Gunung Sinabung, Arang Sekam Padi dan Kompos Jerami

0 0 44

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah(Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Abu Vulkanik Gunung Sinabung dan Arang Sekam Padi

0 0 14