PEMBELAJARAN TARI MENGGUNAKAN TAHAPAN KOREOGRAFI PADA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMA NEGERI 1 KALIREJO, LAMPUNG TENGAH TAHUN AJARAN 20142015

(1)

PEMBELAJARAN TARI MENGGUNAKAN TAHAPAN KOREOGRAFI PADA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMA NEGERI 1

KALIREJO LAMPUNG TENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh

Rendri Feriana Lazorgi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikn Seni Tari

Jurusan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

SANWACANA ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... .. 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...10

2.1 Penelitian Terdahulu ...10

2.2 Pembelajaran ...11

2.3 Seni Tari ...19

2.3.1 Tari Tradisi ...21

2.3.2 Tari Kreasi ...22

2.3.3 Tari Kreasi Lampung ... 24

2.4 Ekstrakurikuler Tari ... 28

2.5 Koreografi ... 30

2.5.1 Audio Visual ... 31

2.5.2 Eksplorasi ...32

2.5.3 Improvisasi ...32

2.5.4 Pembentukan ...34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Metode Penelitian... 35

3.2 Sumber Data ...36

3.2.1 Data Penelitian 36 3.2.2 Sumber Data Diklasifikasikan Menjadi 3 37 3.3 Teknik pengumpulan Data ...37

3.3.1 Observasi ...37

3.3.2 Wawancara ... 38

3.3.3 Dokumentasi ...38

3.3.4 Tes Praktik ...39


(3)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Sejarah Sekolah ... 45

4.1.1 Perkembangan Sekolah ... 47

4.1.2 Visi Dan Misi Sekolah ... 49

4.1.3 Sarana & Prasarana Sekolah ... 50

4.2 Persiapan Penelitian ... 52

4.3 Laporan Hasil Penelitian dan Pembahsan... 54

4.3.1 Pertemuan Pertama...54

4.3.2 Pertemuan Kedua ... 61

4.3.3 Pertemuan Ketiga...68

4.3.4 Pertemuan Keempat ...77

4.3.5 Pertemuan Kelima ... 85

4.3.6 Pertemuan Keenam………92

4.3.7 Pertemuan Ketujuh...100

4.3.8 Pertemuan Kedelapan ... ……...106

4.4 Penerapan Tahapan Koreografi………...114

4.5 Rekapitulasi Pembelajaran ...116

4.6 Temuan ... 119

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 121

5.1 Kesimpulan ... 121

5.2 Saran ...122 DAFTAR PUSTAKA


(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara keseluruhan dalam kehidupan masyarakat. Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan siswa bergantung pada dua unsur yang saling mempengaruhi, yakni bakat yang dimiliki oleh siswa sejak lahir, dan lingkungan yang mempengaruhi hingga bakat itu tumbuh dan berkembang. Hamalik (2014: 3).

Tujuan pendidikan adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif. Dengan perkataan lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik. Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara anak didik bersikap dan berbuat dalam lingkungan sosialnya, baik di sekolah mapun di luar sekolah. Tujuan mempunyai jenjang dari yang luas dan umum sampai kepada yang sempit/khusus. Semua tujuan itu berhubungan antara yang satu dengan yang


(5)

2

lainnya, dan tujuan dibawahnya menunjang tujuan diatasnya. Bila tujuan terendah tidak tercapai, sebagai rumusan tujuan terendah biasanya menjadikan tujuan di atasnya sebagai pedoman. Ini berarti dalam merumuskan tujuan harus benar-benar memperhatikan kesinambungan setiap jenjang tujuan dalam pendidikan dan pengajaran. Bahri, Zain ( 2010: 42).

Pendidikan seni pada dasarnya adalah bagaimana seni itu ada dan dimasukan dalam pendidikan untuk diterapkan atau diajarkan, agar siswa dapat mengembangkan bakat seni yang dimilikinya. Pendidikan seni secara umum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan setiap anak atau siswa untuk memperkenalkan warisan budaya, memperluas kesadaran sosial dan sebagai jalan untuk pengetahuan. Pendidikan seni sangat mengutamakan kreatifitas siswa untuk aktif dalam setiap jenis seni yang dipelajari disekolah baik seni tari, seni musik, seni drama dan seni rupa. Mustika (2013: 26).

Kegiatan yang diajarkan pada ekstrakurikuler tari di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah, yaitu diantaranya tari Sekapur Sirih, Sigeh Penguten, Saman, Bedana Kreasi, Yapong dan lain sebagainya. Pada semester genap guru mengajarkan tari kreasi yang merupakan pengembangan dari tari tradisi, untuk tari tradisi guru memberikan contoh tari Sigeh Penguten. Tari Sigeh Penguten

memiliki 18 ragam gerak diantaranya Lapah Tebeng, Seluang Mudik, Merunduk, Jong Ippek, Sembah, Kilat Mundur, Samber Melayang, Gubuh Gakhang, Ngiyam Bias, Kenui Melayang, Ngerujung level Tinggi, Sabung Melayang, Mampan Bias, Tolak Tebeng, Belah Hui, Ngerujung level Rendah, Ngerujung level Sedang, Lipeto, tetapi dalam penelitian kali ini guru hanya mengajarkan tiga ragam gerak


(6)

yaitu ragam gerak samber melayang, lipeto, dan ngerujung, karena dari ketiga ragam gerak tersebut memiliki kesamaan gerak dengan tari Melinting. Tari

Melinting merupakan tari tradisi Lampung dan siswa dalam mengkreasikan gerakan harus berpedoman pada tari tradisi.

Guru seni budaya mengajarkan tari kreasi menggunakan tahapan koreografi kepada siswa, karena guru ingin melatih sejauh mana kemampuan siswa dalam menciptakan sebuah tari kreasi baru menggunakan tahapan koreografi, siswa dalam menciptakan sebuah tari kreasi tidak boleh terlepas dari unsur tradisi sehingga tari yang diciptakan tidak menghilangkan unsur aslinya. Untuk tahun-tahun sebelumnya guru hanya mengajarkan tari kepada siswa sebuah tarian bentuk atau tari yang sudah jadi, untuk sebuah tari bentuk siswa sudah mulai bisa menirukan apa yang diberikan oleh guru, tetapi untuk tari yang menggunakan tahapan koreografi siswa dituntut tidak hanya bisa menarikan tetapi siswa harus bisa menciptakan dan berkreatifitas dalam menciptakan sebuah tarian kreasi yang mengacu pada tari tradisi dan tidak menghilangkan unsur tari tradisi dalam menciptakan gerakan tari.

Istilah koreografi atau komposisi tari sesuai dengan arti katanya, berasal dari kata Yunani choreia yang berarti tari masal atau kelompok, dan kata grapho yang berarti catatan, sehingga apabila hanya dipahami dari konsep arti katanya saja, berarti catatan tari masal atau kelompok. Koreografi sebagai pengertian konsep adalah proses perencanaan, penyeleksian, sampai kepada proses pembentukan (forming) gerak tari dengan maksud dan tujuan tertentu. Dalam koreografi dipakai sebagai pemahan terhadap sebuah penataan tari yang dapat dianalisis dari aspek


(7)

4

isi, bentuk, maupun tekniknya. Hadi (2012: 1). Pembelajaran tari kreasi khususnya penciptaan gerak menggunakan tahapan Audio Visual, tahap eksplorasi, tahap improvisasi, dan tahap pembentukan. Hawkins dalam Hadi (2012: 70).

Pembelajaran dengan tahapan koreografi di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah, diadakan bertujuan untuk menambah kreatifitas siswa dalam menciptakan sebuah tari kreasi baru. Pada pembelajaran tari menggunakan tahap koreografi menggunakan empat tahap yaitu tahap media audio visual, tahap eksplorasi, tahap improvisasi, dan tahap pembentukan. Untuk masing-masing tahapan guru selalu memberikan penilaian proses untuk setiap pertemuan, dan siswa ditugaskan untuk mengkreasikan tari yang sudah diberikan oleh guru. Pada setiap tahap siswa harus bisa melakukan atau bisa menciptakan sebuah tarian sehingga pada saat penilaian berlangsung mereka bisa mendapatkan hasil yang maksimal.

Tahapan koreografi dibutuhkan tingkat kreatifitas yang tinggi, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk menuangkan ide-ide kreatif dalam sebuah gerakan baru. Setiap siswa memiliki hak yang sama untuk menuangkan ide-ide kreatif yang mereka punya. Hal tersebut sangat berkaitan dengan masalah yang akan digali pada penelitian ini yaitu siswa dituntut kreatif dalam menciptakan suatu gerakan tari kreasi yang berpacu dengan gerakan tari tradisi. Mengapa tahapan koreografi penting untuk dipelajari karena untuk menggali sebuah kreatifitas siswa dalam menciptakan suatu gerakan tari kreasi.


(8)

SMA Negeri 1 Kalirejo ini berada di kabupaten Lampung Tengah, tepatnya di desa Sridadi kecamatan Kalirejo. SMA ini memiliki fasilitas yang cukup baik sehingga memudahkan peneliti dalam penelitian. Peneliti mengambil SMA Negeri 1 Kalirejo karena besarnya antusias yang dimiliki para siswa dalam hal pembelajaran seni budaya khususnya seni tari, sekolah ini juga sering mengikuti perlombaan tari Se-kabupaten Lampung Tengah dan sekolah ini sering juga mendapatkan juara dalam setiap perlombaan, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti sekolah tersebut.

Selain itu, pihak sekolah SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah juga mengharapkan adanya tari kreasi baru yang dibuat berdasarkan kreatifitas peserta didik, dengan adanya pembelajran tentang tahapan koreografi khusunya tari kreasi siswa mempunyai wawasan yang luas dalam menciptakan suatu gerakan tarian baru. Tahapan koreografi juga diharapkan dapat memperkaya hasil tari kreasi yang diciptakan oleh peserta didik. Hal tersebut disebabkan karena dari pihak sekolah sendiri selalu mengadakan Pentas Seni setiap tahunnya dan setiap acara perpisahan mereka juga menampilkan tari kreasi, beberapa kelas ditugaskan untuk menciptakan tari kreasi baru. Pembelajaran tari kreasi dirasa mampu untuk meningkatkan kraetifitas siswa dalam menciptakan suatu gerakan tari dan menjadikannya sebagai tari kreasi baru berdasarkan gerak tari tradisi yang sudah dipelajari dalam proses pembelajaran di kelas. Berhubungan dengan tahapan koreografi harus dilakukan latihan secara pengulangan yang bertujuan untuk lebih memantapkan hasil belajar. Latihan juga memiliki fungsi mengembangkan kemampuan berfikir unuk menciptakan dan memecahkan suatu permasalahan yang tengah dihadapi oleh peserta didik. Hamalik (2014: 95).


(9)

6

Tari kreasi Lampung diadakan pada kegiatan ekstrakurikuler, dirasa pada kegiatan ekstrakurikuler siswa bisa lebih mengembangkan bakat yang mereka miliki karena di dalam proses pembelajaran di kelas terbatas hanya mempelajari tentang tari tradisi bukan tari kreasi, hal ini yang mendasari mengapa peneliti mengambil tentang tari kreasi Lampung. Ekstrakurikuler merupakan kegiatan tambahan dari luar struktur program dilaksanakan diluar jam pembelajaran biasa agar memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan siswa Suryosubroto (2009: 287).

Ekstrakurikuler tari juga diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan kemampuan siswa dibidang seni tari. Pembelajaran tari di kelas hanya terbatas pada tari tradisi daerah setempat atau tari tradisi Nusantara tidak mempelajari tentang tari kreasi apalagi proses pembuatan tari kreasi, ini dikarenakan waktu yang terbatas dan sumber daya manusia yang tidak memungkinkan. Pembelajaran tari di kelas belum memenuhi tujuan kreatifitas karena hanya terbatas pada pembelajaran tari yang sudah ada, kreatifitas anak hanya untuk mengembangkan pola lantai sedangkan dalam tari kreasi banyak sekali hal yang mengacu kepada kreatifitas siswa.

Pada pembelajaran seni tari siswa diharapkan dapat memahami dan mengenal kesenian tari di Lampung baik tari tunggal maupun kelompok. Pelaksanaan pembelajaran tari melalui tahapan koreografi di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah merupakan materi yang sulit dipahami oleh siswa, karena siswa dituntut tidak hanya mengetahui tentang ekspresi dalam menari, melainkan siswa dituntut


(10)

untuk bisa menciptakan tari kreasi baru dan menarikan tari tersebut dengan teknik yang tepat dan benar.

Berdasarkan uraian di atas penulis mengambil judul “Pembelajaran tari menggunakan tahapan koreografi pada kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah Tahun Ajaran 2014/2015”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah “Bagaimana proses pembelajaran tari menggunakan tahapan koreografi pada kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah tahun ajaran 2014/2015”.

1.3Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan proses pembelajaran tari melalui tahapan koreografi pada kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah.

2. Mendeskripsikan hasil pembelajaran tari melalui tahapan koreografi pada kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah.

1.4Manfaat Penelitian

Jika tujuan yang sudah dipaparkan di atas dapat tercapai maka manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat bagi peneliti, diharapkan peneliti dapat menambah wawasan dalam mengembangkan proses pembelajaran seni tari di sekolah. Dan peneliti juga bisa menggunakan model atau metode yang sesuai dengan karakter peserta didiknya.


(11)

8

2. Manfaat bagi guru seni budaya, dapat membantu menambah wawasan guru dalam proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan model atau metode baru sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran.

3. Manfaat bagi siswa, siswa mendapatkan pengalaman dalam proses penciptaan gerak tari kreasi Lampung.

4. Manfaat bagi mahasiswa pendidikan seni tari diharapkan dapat mengembangkan model atau metode dalam pembelajaran seni tari dan

mengembangkannya di kelas.

5. Manfaat bagi masyarakat supaya mereka lebih mengetahui lagi tentang tari kreasi, karena dengan tari kreasi kita bisa mengembangkan bakat yang dimiliki.

1.5Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup objek penelitian, subjek penelitian, tempat penelitian dan waktu penelitian.

1. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran tari melalui tahapan koreografi pada kegiatan ekstra kurikuler di SMA Negeri 1 Kalirejo, Lampung Tengah.

2. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Kalirejo, Lampung Tengah

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini bertempat di Ruang Kesenian dan Aula SMA Negeri 1 Kalirejo, Lampung Tengah


(12)

4. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini adalah tahun ajaran 2014/2015

NO Tanggal Aktivitas

1. 12 Januari 2015 Observasi Awal

3. 26 Januari 2015 Pengamatan Pembelajaran Menggunakan Audio Visual 4. 31 Januari 2015 Pengamatan Pembelajaran Tahap Eksplorasi

5. 2 Februari 2015 Pengamatan Tahap Eksplorasi Penggabungan Gerak 6. 7 Februari 2015 Pengamatan Tahap Eksplorasi Menggunakan Musik 7. 9 Februari 2015 Pengamatan Pengambilan Nilai Proses

8. 28 Maret 2015 Pengamatan Pembelajaran Pertemuan Keenam 9. 30 Maret 2015 Pengamatan Pengambilan Nilai Proses Kedua 10. 4 April 2015 Pengamatan Pengambilan Nilai Hasil Belajar


(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Pada penelitian terdahulu pembelajaran tari menggunakan tahap koreografi telah diteliti oleh Nabila Kurnia Adzan dalam skripsinya menuliskan tentang “Pembelajaran tari menggunakan tahapan koreografi pada kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 5 Bandar Lampung pada tahun 2013, dalam tulisannya mengkaji proses pembelajaran, kemudian pada penelitian terdahulu contoh tari yang digunakan berbeda, ia menggunakan contoh tari Bedana sebagai tariyang akan dikreasikan oleh siswa. Untuk tari Bedana yang dikreasikan adalah ragam gerak Hombak Moloh, Ayun, Ayun Gantung, pada penelitian sekarang menggunakan contoh tari Sigeh Penguten sebagai tari tradisi yang akan dikreasikan. Gerakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ragam gerak

Samber Melayang, Lipeto, Ngerujung, sehingga membedakan penelitian yang terdahuludengan sekarang.


(14)

2.2 Pembelajaran

Hamalik (2014: 57) mengemukakan pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboraturuim. Material meliputi, buku-buku, papan tulis, slide dan film. Sistem pembelajaran dapat dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar dikelas atau di sekolah, karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang saling berkaitan, untuk membelajarkan siswa.

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. “Learning is defined as the modifacation or streng thening of behavior through experriencing”. Hamalik (2014: 36). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan.

Bukti bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar ialah adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, yang sebelumnya tidak ada atau tingkah lakunya tersebut masih lemah atau kurang.

Bahri, Zain (2010: 44). Mengemukakan bahwa kegiatan belajar mengajar, guru dan siswa terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Interaksi itu siswa yang lebih aktif, bukan guru. Dan sebaiknya guru memperhatikan perbedaan individu siswa, yaitu pada aspek biologis, intelektual,


(15)

11

dan psikologis. Demikian kegiatan belajar mengajar yang bagaimana pun, juga ditentukan dari baik atau tidaknya pogram pengajaran yang telah dilakukan dan akan berpengaruh terhadap tujuan yang akan dicapai.

Kriyacou (2012: 15-16). Mengemukakan bahwa pembelajaran efektif bisa dirumuskan sebagai pembelajaran yang berhasil mewujudkan pembelajaran oleh para siswa sebagaimana dikehendaki oleh guru. Pada hakikatnya ada dua elemen sederhana dalam pembelajaran efektif:

1. Guru harus secara pasti memiliki ide yang jelas terkait pembelajaran apa yang hendak disampaikan.

2. Pengalaman belajar dibangun dan diberikan untuk mewujudkan hal tersebut.

Pembelajaran efektif sepenuhnya mengabaikan apa yang sebenarnya terjadi di ruang kelas. Untuk membangun landasan bukti riset bagi praktik ruang kelas yang efektif dan menggunakannya sebagai titik tolak pengembangan profesi guru, dan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di ruang kelas. Untuk mengacu apa yang sebenarnya berlansung di ruang kelas, dan membahas persepsi, strategi dan perilaku guru dan murid. Dibawah ini merupakan aktivitas-aktivitas untuk berinteraksi antara siswa dengan guru sehingga pembelajaran bisa dikatakan efektif:

1. Antusiasme guru

2. Terang tidaknya penjelasan 3. Penggunaan pertanyaan 4. Penggunaan pujian dan kritik 5. Manajemen strategi


(16)

6. Teknik-teknik disipliner 7. Iklim ruang kelas

8. Organisasi pembelajaran 9. Kesesuaian tugas belajar

10. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran

11. Interaksi dengan guru yang diprakarsai oleh murid.

Dari uraian di atas guru bisa melakukan pembelajaran efektif melalui tahap-tahap yang sudah dijelaskan. Apabila guru sudah mulai melakukan tahap-tahap di atas pembelajaran bisa dikatakan pembelajaran efektif.

Sudjana (2010: 20-24) mengemukakan bahwa cara belajar siswa aktif merupakan istilah yang bermakna sama dengan Student Active Learning (SAL). Sebagai konsep, pembelajaran aktif merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dari emosional sehingga ia betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Untuk melihat terwujudnya belajar aktif dalam proses belajar-mengajar, terdapat beberapa indikator cara belajar aktif dapat dilihat tingkah laku nama yang muncul dalam suatu proses belajar-mengajar berdasarkan apa yang dirancang oleh guru.

Perencanaan proses belajar-mengajar berwujud dalam bentuk satuan pelajaran yang berisi rumusan tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kegiatan belajar siswa, metode dan alat bantu mengajar, dan penilaian. Sedangkan tahap pelaksanaan proses belajar-mengajar adalah pelaksanaan satuan pelajaran pada saat praktek pengajaran, yakni interaksi guru dengan siswa pada saat pengajaran itu berlangsung.


(17)

13

Menurut Nadler dalam Robinson (1989) mengemukakan bahwa pelatihan (training) sebagai teknik-teknik yang memusatkan pada belajar tentang ketrampilan-ketrampilan. Pengetahuan dan sikap-sikap yang dibutuhkan untuk memulai suatu pekerjaan atau tugas-tugas atau untuk meningkatkan kemampuan dalam melakukan suatu pekerjaan atau tugas. Proses pelatihan dimulai sejak perancangan, pelaksanaan hingga evaluasi. Hasil evaluasi inilah yang akan menggambarkan berhasil dan tidaknya suatu pelatihan. Perancangan merupakan faktor kunci penentu keberhasilan tersebut, karena ia berada dalam tahapan pertama dari keseluruhan proses pelatihan.

Inti dari suatu pelatihan adalah proses pembelajaran yang bermuara pada adanya perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan-ketrampilan. Ketepatan penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran akan sangat mempengaruhi keberhasilan suatu pelatihan. Suatu pelatihan harus dirancang sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan akan mampu memfasilitasi untuk terjadinya sebuah proses pembelajaran. (zakarija.staff.umm.ac.id, 22 Mei 2015).

Coombs dan Ahmed dalam Mustofa (2009: 10) pendidikan formal yang dipakai disini adalah sistem pendidikan yang terlambangkan, secara hirarkis, dan terstruktur, mempunyai kelas yang berurutan yang terentang dari Sekolah Dasar sampai tingkat Universitas. Pendidikan nonformal merupakan setiap kegitan yang teroganisir yang sistematis yang diadakan di luar kerangka sistem formal, pendidikn nonformal diselenggarakan secara tersendiri atau merupakan bagian penting dari sebuah pembelajaran.

Mustofa (2009: 15) mengemukakan bahwa istilah pendidikan nonformal memberikan informasi bahwa pada hakikatnya pendidikan tidak hanya


(18)

diselenggarakan di pendidikan formal saja, tetapi juga di pendidikan nonformal. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (10). Pendidikan nonformal diselenggarakan melalui tahapan-tahapan pengembangan bahan belajar, pengorganisasian kegiatan belajar, pelaksanaan belajar mengajar dan penilaian.

Mustofa (2009: 24) mengemukakan bahwa pendidikan nonformal sebagai modes of learning, memberikan akses pendidikan dan belajar lebih luas kepada siswa. oleh karena itu siswa berpeluang memiliki daya suai, daya lentur, kapasitas inovatif. Sehingga siswa tertantang mencari dan memperkuat basic knowledge and competences, curiosity and motivations, critical and creative behaviors untuk menciptakan situasi-situasi yang memungkinkan dirinya lebih mapan.

Undang-undang No 39 tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan mengemukakan:

1. Untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal yang terpadu meliputi bakat, minat dan kreatifitas.

2. Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan.

3. Mengaktualisasikan potensi siswa dalam pencapaian prestasi unggulan sesuai bakat dan minat.

4. Menyiapkan siswa agar menjadi warga yang berakhlak mulia, demokratis, menghormati hak-hak manusia dalam rangka mewujudkn masyarakat madani.


(19)

15

Pendidikan nonformal baik secara praktik maupun teori, akan dilakukan atas dasar kerangka-kerangka kerja tertentu. Salah satu pengujian filosofis pendidikan nonformal adalah ditujukan pada hubungan antara filsafat yang mendasarinya dengan kegiatannya (antara teori dan praktik) sehingga kekuatan filosofis yang mendasari pendidikan nonformal tergantung pada kemampuannya, dan dapat memahami dan mengekspresikan aktivitasnya sehari-hari dengan cara yang lebih. Mustofa (2009: 31).

Mustofa (2009: 12) mengemukakan bahwa pendidikan informal merupakan sebuah proses sepanjang hayat yang setiap orang mendapatkan dan mengumpulkan pengetahuan, ketrampilan, pendirian, dan wawasan, baik diperoleh dari pengalaman sehari-hari, pengamatan lingkungan di rumah, di lingkungan kerja dan lingkungan bermain, dari teladan dan sikap anggota keluarga dan teman, dari perjalanan, membaca koran dan buku, atau dengan mendengarkan radio atau menonton film atau acara TV, dan pendidikan informal juga bisa melalui keluarga dan lingkungan yang baik.

Dari ketiga proses pembelajaran tersebut (formal, non formal dan informal) yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda sehingga siswa lebih lengkap dalam memahami ilmu pengetahuan, karena setiap siswa tingkatan dalam penyerapan ilmu pengetahuannya berbeda-beda sehingga dengan adanya ketiga proses pembelajaran tersebut dapat menutupi kekurangan dalam penyerapan ilmu oleh individu siswa itu sendiri, selain itu siswa dapat diarahkan dalam memilih potensi yang lebih dominan yang terdapat pada diri siswa itu sendiri dengan wadah berupa ekstrakulikuler.


(20)

Suryosubroto, (2009: 287) mengemukakan dalam bukunya kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan seperangkat pengalaman belajar memiliki nilai-nilai manfaat bagi pembentukan kepribadian siswa. Sekolah juga mengadakan kegiatan nonformal sehingga membantu siswa dalam memilih bakat apa yang mereka sukai dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler sangat membantu siswa dalam mengembangkan bakat yang mereka miliki misalnya mereka mengikuti ekstrakurikuler seni khususnya seni tari.

Amir dalam Suryosubroto (2009: 288) mengemukakan bahwa kegiatan ekstrakurilkuler dibagi menjadi dua jenis, yaitu bersifat rutin dan periodik. Kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat rutin adalah latihan menari, olahraga, latihan menyanyi dan sebagainya, sedangkan kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat periodik adalah bentuk kegiatan yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu saja, seperti lintas alam, kemping, dan sebagainya.

Dekdikbud dalam Suryosubroto (2009: 291) bahwa materi kegiatan yang dapat memberikan pengayaan bagi siswa, sejauh mungkin tidak membebani siswa, memanfaatkan potensi alam lingkungan, memanfaatkan kegiatan-kegiatan industri dan dunia usaha. Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler :

1. Kegiatan ekstrakurikuler diberikan kepada siswa secara perorangan atau kelompok ditetapkan oleh sekolah berdasarkan minat siswa, tersedianya fasilitas yang diperlukan serta guru yang diperlukan untuk kegiatan ekstrakurikuler.

2. kegiatan yang dirancang untuk diberikan kepada siswa hendaknya diperhatikan keselamatannya dan kemampuan siswa serta kondisi sosial budaya setempat.


(21)

17

Sudjana (2010: 68) pelaksanaan proses belajar mengajar meliputi pentahapan sebagai berikut :

1. Tahap Prainstruksional

a. Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siswa yang tidak hadir. b. Bertanya kepada siswa sampai dimana pembahsan sebelumnya.

c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya, dan pelajaran yang sudah disampaikan. d. Mengajukan pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan bahan yang

diberikan.

e. Mengulang bahan pelajaran yang lain secara singkat tetapi mencakup semua aspek bahan.

2. Tahap Instruksional

a. Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa. b. Menjelaskan pokok materi yang akan dibahas.

c. Membahas pokok materi yang sudah dituliskan.

d. Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh yang konkret, pertanyaan, tugas.

e. Penggunaan alat bantu pengajaran yang memperjelas pembahasan pada setiap materi pelajaran.


(22)

3. Tahap Evaluasi

a. Mengajukan pertanyaan kepada kelas atau kepada murid mengenai semua pokok materi yang telah dibahas pada tahap instruksional.

b. Apabila pertanyaan belum bisa dijawab oleh siswa guru harus mengulang pembelajaran.

c. Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberitahukan pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.

2.3 Seni Tari

Mustika (2013: 39) mengemukakan dalam bukunya gerak dalam tari merupakan bentuk reaksi spontan dari batin manusia yang dapat membuat suatu rangkaian gerak, apabila ditata dengan memperhatikan unsur ruang, waktu, estetika, dan dikukung dengan irama musik, maka dapat membentuk suatu gerak tari. Menyusun gerak yang baik adalah memadukan antara gerak maknawi dengan gerak murni, dan sudah mencakup arah gerak dan arah hadap. Gerak maknawi merupakan gerak-gerak yang memiliki maksud atau arti dan melambangkan suatu hal. Gerak murni merupakan gerak yang mengutamakan keindahan, tidak menyimbolkan sesuatu tetapi lebih mementingkan nilai estetis.

Pentingnya pendidikan di sekolah, proses pembelajaran pada mata pelajaran seni budaya sangat penting. Hal ini pendidikan seni tidak hanya untuk melatih anak agar mampu menguasai proses dan teknik berkarya seni saja, namun melalui proses ini juga difungsikan sebagai alat pendidikan dalam mengembangkan siswa agar lebih optimal, Mustika (2013: 28).


(23)

19

Seni tari sebagai salah satu dari kebudayaan juga perlu dilestarikan, termasuk tari tradisional daerah yang merupakan simbol dari kebudayaan daerah. Peran pemerintah dalam melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia juga sangat penting, salah satunya dengan menjadikan seni budaya sebagai mata pelajaran di sekolah dan siswapun bisa menunjukan kreatifitasnya melalui bakat-bakat yang mereka miliki dalam bidang seni misalnya seni tari. Manfaat pembelajaran seni diterapkan dalam pembelajaran adalah :

a. Membantu pertumbuhan dan perkembangan anak

b. Membina perkembangan estetik

c. Membantu menyempurnakan kehidupan, Mustika (2013: 30).

Beetlestone (2012: 3) mengemukakan dalam bukunya kreatifitas melibatkan pengungkapan atau pengekspresian gagasan dan perasaan serta penggunaan berbagai macam cara untuk melakukannya. Kreatifitas melibatkan pembuatan : menggunakan imajinasi, penciptaan, merangkai, mengarang, skill musik, pertunjukan, perencanaan, mengonstruksikan, membangun, skil-skil teknologis dan keluaran skala besar maupun skala kecil. Kreatifitas dapat dipandang sebagai sebuah bentuk intelejensi. Gardner dalam Beetlestone (2012: 28).

Memandang kreatifitas sebagai salah satu dari multipel intelejensi yang meliputi berbagai macam fungsi otak. Kreatifitas merupakan sebuah komponen penting dan memang perlu. Tanpa kreatifitas pelajar hanya akan bekerja pada sebuah tingkat kognitif yang sempit. Kreatifitas dan seni berkaitan erat melalui rangkaian representasi. Gagasan sebagian besar orang tentang kreatifitas seringkali


(24)

dituangkan dalam bentuk gambar, lukisan, tarian serta permainan musik. Sebagian besar kreatifitas berada dalam kategori “seni”. Beetlestone (2012: 41).

Beetlestone (2012: 56). Dalam bukunya mengemukakan mempertimbangkan tentang kreatifitas penting untuk membangun pemahaman bahwa semua anak memiliki hak yang sama untuk menjadi kreatif dan untuk memiliki akses penuh pada kesempatan dalam bidang-bidang kreatif dalam kurikulum mungkin kita tidak selalu memandang semua anak memiliki bakat yang setara terkait dengan kreatifitas dan mungkin menghubungkan semua ini dalam perbedaan dalam memandang pemikiran tentang kemampuan, kelas, ras, gender dan kekuatan fisik.

2.3.1 Tari Tradisi

Tari tradisi merupakan tari yang berkembang didaerah tertentu yang berpijak dan berpedoman luas pada adaptasi kebiasaan turun-temurun dan dianut oleh masyarakat pemilik tari tersebut. Tari tradisi merupakan tari yang berasal dari suatu daerah dan biasanya tarian ini memiliki fungsi sebagai sarana upacara ritual dan yang boleh menarikan hanya orang-orang tertentu tidak semua kalangan rakyat boleh ikut menari bersama. (atoenwidyaningsih, 25 November 2015).

Tari yang diajarkan oleh guru pada kegiatan ekstrakurikler yaitu mengacu pada tari tradisi Sigeh Penguten, Tari Sigeh Penguten memiliki 18 ragam gerak diantaranya Lapah Tebeng, Seluang Mudik, Merunduk, Jong Ippek, Sembah, Kilat Mundur, Samber Melayang, Gubuh Gakhang, Ngiyam Bias, Kenui Melayang, Ngerujung level Tinggi, Sabung Melayang, Mampan Bias, Tolak Tebeng, Belah Hui, Ngerujung level Rendah, Ngerujung level Sedang, Lipeto, tetapi dalam


(25)

21

penelitian kali ini guru hanya mengajarkan tiga ragam gerak yaitu ragam gerak

samber melayang, lipeto, dan ngerujung.

Guru memberikan beberapa contoh ragam gerak kepada siswa untuk dikreasikan kembali oleh siswa dan tidak menghilangkan unsur asli pada gerakan tari Sigeh Penguten tersebut. Untuk tari kreasi siswa hanya mengkreasikan pola lantainya saja, untuk menciptakan suatu gerak siswa harus mengacu kepada gerak tari tradisi. Untuk masing-masing siswa diberikan kesempatan untuk mengkreasikan gerakan sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.

2.3.2 Tari Kreasi

Kata kreasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to create yang artinya suatu karya cipta, daya khayal sebagai sebuah fikiran atau kecerdasan akal manusia. Kemampuan berkreasi dan mencipta itu disebut kreatifitas, sedangkan orang yang memiliki kemampuan berkreasi dan mencipta disebut kreatif. Orang yang mampu mencipta atau menyusun tari disebut Koreografer dan hasil atau susunan tarinya disebut koreografi. (Mario Pulana, 22 Mei 2015).

Menyusun ide atau gagasan kedalam sebuah kreasi tari diperlukan persiapan khusus tentang pengetahuan tentang tari daerah sehingga dapat menjadi dasar pijakan untuk menemukan bentuk yang lain atau kreasi yang baru. Dalam kehidupan sehari-hari misalnya pergaulan muda-mudi, persahabatan dan lain sebagainya dapat menjadi gagasan atau ide didalam sebuah karya tari. Demikian juga halnya apabila merespon suatu kejadian yang terjadi didalam masyarakat misalnya bencana alam , banjir atau sunami. Untuk memudahkan penyusunan ide


(26)

atau gagasan dalam mewujudkan sebuah kreasi maka perlu membuat sebuah perencanaan kerja yang dapat dikerjakan secara berurutan sebagai berikut :

1. Landasan kreasi tari (tema) dapat diambil dari kehidupan sehari-hari, permainan tradisi, peniruan alam dan binatang, dongeng dan cerita. Tema adalah isi atau poko dari tarian. Tema tentang kehidupan sehari-hari seperti gembira, sedih dan lain-lain. Tema tentang permainan tradisi seperti “maggasing” (main gasing). Tema kejadian alam seperti banjir, sunami, hujan dan lain-lain. Tentang binatang seperti kupu-kupu, kodok dan lain-lain. 2. Mengadakan eksplorasi gerak berdasarkan tema yang sudah ditentukan,

kemudian dikembangkan geraknya. Eksplorasi adalah penjajakan tentang gerak yang akan dipakai. Tentukan gerak yang sudah dikembangkan untuk kemudian disusun dan dirangkai kedalam satu susunan ragam gerak tari. 3. Improvisasi, dilakukan dengan cara spontan atas dasar intuisi atau perasaan

berdasarkan tema tarinya. Untuk memudahkan menghafal geraknya maka setiap gerak terdiri dari delapan hitunga.

4. Membuat Pola Lantai yang akan dipakai misalnya pola lantai garis lengkung (lingkaran), dan pola lantai garis lurus (bentuk V, U, diagonal dll).

5. Menyesuaikan gerak dengan musik mengiringi tari, baik musik rekaman (musik yang sudah jadi) maupun musik langsung. Kecocokan dan keselarasan antara musik dan tari merupakan konsep yang pokok baik dalam tari tradisional maupun tari kreasi baru. Keselarasan ini dapat dilihat pada irama dan temponya sehingga gerakan itu dirasa nyaman sesuai dengan tema tari.


(27)

23

6. Mencarikan kostum atau tata busana yang sesuai dengan tema tarinya, artinya kostum atau pakaian pertunjukan memiliki makna tersendiri , yang umumnya berbeda dengan pakaian sehari-hari.

7. Adakah properti (kipas, selendang, tombak, dll) yang dipergunakan didalam kreasi tari. Properti bisa berupa alat tersendiri seperti tersebut di atas dan bisa pula bagian dari tata busana yang bisa digerakkan ketika menari.

8. Mengatur komposisinya (elemen-elemen seni) sehingga menjadi satu bentuk kesatuan yang harmonis, tidak saja pada gerak tetapi juga musik, kostum, properti dan panggung pertunjukan yang akan dipergunakan (mario-pulana.blogspot.com/2011/08/kreasi-tari-nusantara.html, 22 Mei 2015).

2.3.3 Tari Kreasi Lampung

Tari kreasi Lampung merupakan sebuah bentuk tari tradisi Lampung dimana gerakannya mengacu pada gerakan-gerakan tradisi dan iringan musiknya diambil dari daerah Lampung itu sendiri, dan alat musiknya menggunakan alat musik tradisi Lampung. Akan tetapi dalam tari kreasi Lampung gerakannya ditata sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah tarian baru. Dengan pendekatan koreografi melalui kegiatan ekstrakurikuler siswabisa mengembangkan tari tradisi sehingga menjadi kesatuan tari kreasi yang utuh.

Proses lahirnya tari kreasi Lampung tidak lepas dari realitas budaya Lampung cerita dalam tariannya pun mengangkat tentang sejarah-sejarah Lampung. Sebagai contoh Tari sigeh penguten merupakan salah satu tari kreasi baru dari daerah Lampung. Tari ini merupakan pengembangan dari tari sembah yang merupakan tari tradisi asli masyarakat Lampung, para koreografer harus memperhatikan ciri


(28)

khas gerakan-gerakan tari Lampung sehingga memudahkan dalam menciptakan suatu gerakan tari kreasi karena pada tahap koreografi gerakan-gerakan yang dipakai adalah gerakan dari pengembangan tari tradisi Lampung. Contoh dari gerak tradisi menjadi kreasi :

No Nama Ragam Gerak Gambar Gerak Keterangan

1. Samber Melayang Posisi badan rendah

lalu posisi tangan disilang kedepan, setelah tangan disilang posisi kaki jinjit dan tangan dikepakan

kesamping kanan dan kiri.

2. Samber Melayang

yang dikreasikan

Setelah keterangan dari gambar di atas lalu gerakan dikreasikan seperti gambar di samping posisi badan rendah, tangan disilang kedepan lalu posisi badan berputar kearah kiri.


(29)

25

3. Samber Melayang

yang dikreasikan

Setelah melalui proses gambar 1 dan 2 gerakan ini merupakan gerakan terakhir dari samber melayang, posisi badan rendah dan posisi tangan dikepakan

kesmaping seperti pada gambar.

4. Ngerujung Posisi badan rendah

dan posisi kaki kiri berada didepan dan kaki kanan berada dibelakang dengan posisi jinjit, posisi tangan kiri berada didepan dada dan taangan kiri sejajar dengan kepala, posisi kepala kebawah dan keatas lalu kedua tangan diukel.

5. Ngerujung yang dikreasikan

Posisi badan sedikit rendah lalu kaki berjalan kearah kanan dengan posisi kaki kanan berada di depan sampai hitungan dan posisi tangan dibuka dan ditutup.


(30)

6. Lipeto Posisi badan rendah, kaki kanan berada di depan dan kaki kiri berada dibelakang dengan posisi jinjit. Lalu kaki kaki kanan maju 1 langkah kedua tangan diukel.

7. Lipeto yang dikreasikan

Setelah melalui proses dari gambar 6 posisi badan rendah kaki kanan maju kedepan dan kedua tangan diukel posisi kedua tangan terlihat pada gambar di samping

8. Lipeto yang dikreasikan

Setelah proses dari gambar 7 lanjut ke gambar 8 dengan posisi badan rendah kaki kiri berada didepan dan kaki kanan berada dibelakang dengan posisi jinjit dan kedua tangan diukel. Posisi terakhir terlihat pada gambar di samping.


(31)

27

2.4 Ekstrakurikuler Tari

Di sekolah terdapat pembelajaran formal dan nonformal, pembelajaran formal yaitu pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan di sekolah. Sedangkan pembelajaran nonformal pembelajaran yang dilaksanakan di luar jam pelajaran. Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa, misalnya olahraga, kesenian, berbagai macam ketrampilan dan diselenggarakan di sekolah diluar jam pelajaran biasa. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler antara satu sekolah dan sekolah lain bisa saling berbeda. Variasinya sangat ditentukan oleh kemampuan guru, siswa dan kemampuan sekolah. Sutisna dalam Suryosubroto (2009: 286).

Kegiatan ekstrakurikuler sebagai organisasi siswa di sekolah agar dapat melibatkan semua siswa di sekolah, harus menyelenggarakan jenis kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan memiliki kemanfaatan bagi dirinya sebagai sarana pendewasaan diri dan penyaluran bakat-bakat potensial mereka, disamping kepala sekolah harus memerintahkan siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah yang bertujuan mengembangkan program kegiatan ekstrakurikuler sekolah.

Burep dalam Suryosubroto (2009: 302) mengatakan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah akan memberikan banyak manfaat tidak hanya terhadap siswa tetapi juga bagi efektivitas penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Begitu banyak fungsi dan makna kegiatan ekstrakurikuler dalam menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Biasanya mengatur siswa di luar jam-jam pelajaran lebih sulit


(32)

dari mengatur mereka dalam kelas. Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler melibatkan banyak pihak, memerlukan peningkatan administrasi yang lebih tinggi.

Ekstrakurikuler tari diharapkan untuk menambah kreatifitas siswa dalam menciptakan suatu gerakan tari karena di dalam pembelajaran di kelas hanya terbatas pada pembelajaran tari tradisi dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler ini hendaknya dipandang sebagai integral program pendidikan di sekolah, ekstrakurikuler tari berhubungan dengan pelajaran tari di kelas jika di kelas hanya mempelajari tari daerah kalau di ekstrakurikuler mempelajari tari kreasi baru. Kegiatan ekstrakurikuler sebagai organisasi siswa di sekolah agar dapat melibatkan semua siswa di sekolah harus menyelenggarakan jenis kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Suryosubroto (2009: 299).

Kembali lagi kepada siswa untuk menentukan ekstrakurikuler yang mereka inginkan guru tidak bisa memaksa siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tari. Selain itu, ekstrakurikuler tari di sekolah juga berfungsi untuk menunjukkan eksistensi sekolah tersebut di dalam bidang pelestarian budaya khususnya tari. Selain mempelajari tentang tari daerah Lampung, ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Kalirejo, Lampung Tengah juga mempelajari tari kreasi baru melalui tahapan koreografi dimana kegiatan ekstrakurikuler bebas diikuti oleh siapa yang memiliki bakat dan minat terhadap suatu hal dalam ekstrakurikuler.


(33)

29

2.5 Koreografi

Koreografi sebagai pengertian konsep, adalah proses perencanaan, penyeleksian, sampai kepada pembentukan (forming) gerak tari dengan maksud tujuan tertentu. Hadi (2012: 1). Koreografi dipakai sebagai pemahaman terhadap sebuah penataan tari yang dapat dianalisis dari aspek isi, benttuk, maupun tekniknya baik untuk tari kelompok maupun tunggal. Koreografi dapat dipahami sebagai seni kerja sama sesama penari. Koreografi sangat penting dipelajari di sekolah karena dengan adanya koreografi siswa bisa menggali bakat-bakat yang mereka miliki, mereka bisa menciptakan suatu gerakan, mengembangkan gerak yang sudah diberikan sebelumnya dan menyatukan gerakan demi gerakan menjadi kesatuan tari yang utuh.

Pengalaman-pengalaman seseorang penari atau koreografer dalam kesadaran gerak, ruang, dan waktu untuk tujuan pembangunan kreatifitas dalam proses koreografi. Pengalaman tari yang memberikan kesempatan bagi aktivitas yang dapat diarahkan atau dilakukan sendiri serta dapat memberi sumbangan bagi pengembangan kreatif. Beberapa tahapan dalam penciptaan gerak dalam tahapan koreografi yaitu tahap audio visual, tahap eksplorasi, tahap improvisasi, tahap pembentukan. Karena dalam penelitian ini siswa hanya mempelajari tentang penciptaan gerak saja maka tahap-tahap yang digunakan antara lain :

1. Tahap Audio Visual 2. Tahap Eksplorasi 3. Tahap Improvisasi 4. Tahap Pembentukan.


(34)

2.5.1 Audio Visual

Bahri, Zain (2010: 124) mengemukakan bahwa media audio visual merupakan jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Media audio visual dapat dikatakan seperangkat alat yang melibatkan indra dan organ tubuh seperti telinga (audio), mata (visual) dan tangan (kinetik) yang memberikan informasi atau pesan yang mudah dimengerti berupa gambar dalam bentuk video dan musik. Video bersifat interaktif tutorial membimbing siswa untuk memahami sebuah materi melalui visualisasi. Media ini dibagi lagi ke dalam :

1. Audiovisual Diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, dan cetak suara. 2. Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan

gambar yang bergerak seperti film suara dan video-cassette.

Pembagian lain dari media ini adalah :

a. Audiovisual Murni, yaitu bai unsur suara maupun unsur gambar berasal dari satu sumber seperti film video-cassette, dan

b. Audiovisual Tidak Murni, yaitu yang unsur suara dan unsur gambar nya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slides proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder. Contoh lainnya adalah film strip suara dan cetak suara.


(35)

31

Diharapkan dengan adanya pemutaran video siswa dapat memahami dan mengamati tentang tari kreasi Lampung sehingga mereka bisa berkreasi dalam menciptakan suatu gerakan.

2.5.2 Eksplorasi

Eksplorasi merupakan tahap awal dalam proses koreografi, yaitu suatu penjajagan terhadap objek atau fenomena dari luar dirinya. Eksplorasi termasuk memikirkan, mengimajinasikan, merenungkann, merasakan dan juga merespon objek-objek atau fenomena alam yang ada, Hawkins dalam Hadi (2012 : 70). Bagi seorang penari maupun koreografer tahap ini dapat direncakan atau dipersiapkan secara terstruktur, maupun sama sekali secara bebas belum distrukturkan. Tahap eksplorasi terhadap obyek atau fenomena untuk menemukan ide-ide tari yang distrukturkan, dapat direncanakan misalnya untuk mengeksplor tentang “kebentukan”, “tehnik”maupun “isi”.

Pada penelitian tahap eksplorasi atau penjajagan awal objek yang akan dibuat menjadi tari adalah mengksplor gerak tari Lampung yang diambil dari gerak tradisi Lampung yaitu Sigeh Penguten. Gerak tersebut adalah gerak Samber Melayang, Ngerujung, Lipeto. Dalam tahap eksplorasi ini mereka melakukan gerak secara bebas sesuai dengan kata hatinya, dalam pelaksanaanya siswa dapat melakukan latihan di dalam studio ataupun diluar stidio secara individu maupun secara berkelompok.


(36)

2.5.3 Improvisasi

Tahap improvisasi sering disebut tahap coba-coba atau secara spontanitas. Tahap improvisasi sebagai proses koreografi, merupakan satu tahap dari pengalaman tari yang lain (eksplorasi, komposisi) untuk memperkuat kretifitas. Kreatifitas melalui improvisasi sering diartikan sebagai “terbang ke yang tak diketahui”. Artinya bebas yaitu membebaskan seluruh tubuh untuk spontan bergerak, seolah-olah tanpa tujuan, sehingga diharapkan melalui pengalaman tahap improvisasi, hadirlah suatu kesadaran baru yang bersifat ekspresif yaitu gerak. Hawkins (2012: 77). Suatu improvisasi dikaitkan memiliki kehidupannya sendiri, apabila seorang cukup terbuka dan selalu membiarkan cara penjelajahan secara kreatif dengan mengalami sungguh apa yang dirasakan untuk penemuan gerak, sehingga seseorang itu akan lebih banyak mempunyai suatu pengalaman yang baru.

Disamping secara bebas dan spontan, sesungguhnya tahap improvisasi dapat dikaitkan dengan tahap eksplorasi, sehingga menjadi satu kesatuan proses koreografi yang bersifat terstruktur. Misalnya dengan cara memberi rangsangan motif-motif gerak tertentu untuk dieksplorasi, dan setelah dapat diimprovisasikan. Sebagai contoh misalnya studi kinestis “langkah kaki”, motif gerak langkah kaki itu sebagai rangsangan atau motivasi untuk dieksplorasi dengan cara diamati, dipelajari, dirasakan, dengan situasi-situasi tertentu. Hal ini siswa akan menghadirkan gerakan-gerakan baru melalui beberapa tahap yang sudah diberikan.

Mengingat tari kreasi merupakan pengembangan dari gerakan tari tradisi yang sudah ada maka dalam penelitian ini digunakan tiga ragam gerak yang akan


(37)

33

dilakukan eksplorasi dan improvisasi. Tari kreasi merupakan sebuah pengembagan dari gerakan tari tradisi itu sendiri, siswa mempunyai kesempatan untuk berkreasi dalam menciptakan suatu gerakan tari yang berpacu dengan gerakan-gerakan tradisi.

2.5.4 Pembentukan

Tahap pembentukan (forming) atau komposisi, merupakan tahap yang terakhir dari proses koreografi. Seorang koreografer atau penari setelah melakukan tahap-tahap sebelumnya yaitu eksplorasi, improvisasi, mulai berusaha „membentuk” atau mentransformasikan bentuk gerak menjadi sebuah tarian. Hawkins (2012: 78). Tahap ini termasuk termasuk menyeleksi atau mengevaluasi, menyusun, merangkai, atau menata motif-motif gerak menjadi satu kesatuan yang disebut “koreografi”. Kebutuhan forming atau membentuk sebuah koreografi tumbuh dari hasrat si seniman untuk produk kesatuan dari gerak-gerak yang ditemukan dan dikembangkan menjadi bentuk simbolis yaitu suatu tarian yang menyajikan ekspresi unik dari penciptanya. Melalui tahap ini merupakan suatu bukti bahwa seorang seniman atau pencipta karya seni tari yang kreatif. Tahap pembentukan ini merupakan tahap terakhir dari proses eksplorasi dan improvisasi, siswabisa mempresentasikan tarian kedepan dan guru pun bisa menilai bagaimana wiraga, wirasa dan wirama dari siswa.


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dan dapat dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksdukan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang hasilnya sudah dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Sugiyono (2008: 6).

Kegiatan penelitian ini peneliti hanya menyajikan apa yang terjadi pada diri objek atau wilayah yang diteliti, kemudian memaparkan apa yang terjadi dalam bentuk laporan penelitin secara lugas, seperti apa adanya. Penelitian ini merupakan penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan, atau wilayah tertentu. Data yang terkumpul


(39)

35

diklasifikasikan atau dikelompokan menurut jenis, sifat, atau kondisinya. Sesudah datanya lengkap kemudian dibuat kesimpulan. Arikunto (2010: 3)

Penelitian kualitatif memandang obyek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil kontruksi pemikiran dan interprestasi terhadap gejala yang diamati, serta utuh (holistic) karena setiap aspek dari obyek itu mempunyai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pada penelitian kualitatif tidak ditunjukan untuk menarik kesimpulan suatu populasi melainkan untuk mempelajari karakteristik yang diteliti, baik itu perorangan atau kelompok sehingga berdasarkan hasil penelitian tersebut hanya untuk orang atau kelompok yang sedang diteliti tersebut.

3.2 Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Arikunto (2010: 172).

Data penelitian pembelajaran tari menggunakan tahapan koreografi yaitu berupa data-data sebagai berikut :

3.2.1 Data Penelitian

Varibel pertama : Pembelajaran tari

Variabel kedua : Menggunakan tahapan koreografi

Variabel ketiga : Pada kegiatan ekstrakurikuler.

Subjek penelitian : Guru seni budaya dan siswa yang mengikuti kegiatan


(40)

Responden Penelitian : Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan guru seni

budaya.

Sumber Data : Guru seni budaya dan siswa yang mengikuti kegiatan

pembelajaran ekstrakurikuler.

3.2.2 Sumber Data Diklasifikasikan menjadi 3

a. Person (orang) : Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan guru seni

budaya.

b. Paper (kertas) : Surat Izin Pendahuluan, Surat Izin Penelitian, RKH.

c. Place (tempat) : Aula SMA Negeri 1 Kalirejo, Lampung Tengah, SMA Negeri 1 Kalirejo, Lampung Tengah.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Sugiyono (2008: 308).

3.3.1 Observasi

Dalam menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Arikunto (2010: 272).


(41)

37

Pengamatan secara langsung pada pembelajaran tari di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang pengamatan secara langsung terhadap pembelajaran seni tari di kelas. Melalui tahap observasi diharapkan dapat diperoleh data tentang pembelajaran gerak tari kreasi Lampung melalui tahapan koreografi.

3.3.2 Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang diperoleh. Sugiyono (2013: 319). Peneliti menggunakan wawancara secara terstruktur, wawancara dilakukan kepada guru seni budaya Septi Hidayati, S.Pd dan siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tari di sekolah.

Penelitian kali ini hanya dilakukan untuk memperoleh data secara langsung dari informan yaitu wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, guru seni budaya, dan siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.

3.3.3 Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkip, buku, majalah, prasati, dan sebagainya. Dokumentasi sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dengan banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Arikunto (2010: 274).

Pada penelitian kali ini dokumentasi digunakan untuk pengambilan foto, video yang diambil dalam setiap pertemuan. Teknik dokumentasi digunakan untuk


(42)

mendapatkan informasi tentang sekolah yang diteliti dan proses pembelajaran tari pada SMA Negeri 1 Kalirejo, Lampung Tengah.

3.3.4 Tes Praktik

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa sampai sejauh mana keberhasilan mereka melakukan proses pembelajaran. Untuk itu perlu dilakukan tes aktifitas belajar siswa, pengamatan tahapan koreografi dengan instrumen yang berupa lembar pengamatan tes praktik, sebagai berikut :


(43)

39

3.1 Instrumen Penilaian Menggunakan sistem Checklis

No. Tahapan P1 P2 P3

1. Tahapan Audio Visual P1

a. Siswa memperhatikan tayangan video tari kreasi Lampung yang diberikan oleh guru. b. Siswa bertanya kepada guru tentang makna

dari tarian tersebut

c. Siswa menayakan kepada guru busana dan asesoris apa saja yang dipakai

d. Siswa sudah mengerti dengan konsep tayangan video tari kreasi Lampung

2. Tahap Eksplorasi P2 P3 P4 P5

a. Siswa mulai berfikir gerak apa yang akan dipresentasikan kepada guru

b. Siswa mencoba memperagakan gerakan yang belum dimengerti

c. Siswa memperagakan beberapa gerakan yang sudah dimengerti dan guru memperhatikan siswa dalam melakukan gerak

d. Siswa sudah paham dengan tari kreasi

e. Siswa bersama kelompok melakukan kerja sama untuk menggabungkan setiap gerakan f. Siswa memilah gerakan mana yang sesuai

dengan sinopsis yang mereka buat

g. Gerakan yang mereka gabungkan sesuai dengan sinopsis

h. Musik yang siswa bawa sudah sesuai dengan gerakan yang mereka ciptakan


(44)

Keterangan :

P1 : Pertemuan satu P4 : Pertemuan empat P2 : Pertemuan dua P5 : Pertemuan lima P3 : Pertemuan tiga P6 : Pertemuan enam P7 : Pertemuan tujuh

P8 : Pertemuan delapan

i. Ketepatan siswa bergerak dengan iringan musik

j. Saat menggabungkan gerak siswa sudah menggunakan pola lantai

3. Tahap Improvisasi dan Tahap Pembentukan P6 P7 P8 a. Siswa melakukan gerakan-gerakan tambahan

pada saat menari disebabkan properti terjatuh b. Siswa bergerak spontanitas karena mereka lupa

dengan gerakan yang sudah dibuat

c. Siswa melakukan gerakan yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya

d. Siswa tersenyum lebar pada saat salah melakukan gerak

e. Siswa dapat menyusun gerakan yang sudah mereka buat mulai dari tahap eksplorasi sampai tahap eksplorasi dengan menggabungkan gerakan dengan musik

f. Siswa bersama kelompoknya berdiskusi tentang gerakan dan pola lantai lalu mempresentasikan kepada guru


(45)

41

Pada instrumen ini menggunakan sistim checklis untuk setiap penilaian dari pertemuan pertama sampai kedelapan, instrumen ini untuk menilai kegiatan dalam melakukan penilaian proses.

Tabel 3.2 Sebagai Nilai Hasil Dalam Menari Kreasi (kelompok) No Aspek Indikator penilaian Skor 1 2 Kreatifitas penciptaan gerak Kreatifitas berdasarkan hitungan

Siswa bersama kelompok mampu menciptakan lebih dari 10 ragam gerak dengan variasi gerak berbeda setiap hitungan

5

Siswa bersama kelompok mampu menciptakan 8 ragam gerak dengan variasi gerak berbeda setiap hitungan

4

Siswa bersama kelompok mampu menciptakan 6 ragam gerak dengan variasi gerak berbeda setiap hitungan

3

Siswa bersama kelompok mampu menciptakan 4 ragam gerak dengan variasi gerak berbeda setiap hitungan

2

Siswa bersama kelompok mampu menciptakan 4 ragam gerak dengan variasi gerak berbeda setiap hitungan

1

Siswa menciptakan gerakan dengan hitungan 15X8

5 Siswa menciptakan gerakan

dengan hitungan 13X8

4 Siswa menciptakan gerakan

dengan hitungan 11X8

3 Siswa menciptakan gerakan

dengan hitungan 9X8

2 Siswa menciptakan gerakan

dengan hitungan 8X8


(46)

3 4 Kreatifitas melalui penghayatan Kreatifitas pola lantai

Siswa memperagakan gerak tari dengan tersenyum dari awal hingga akhir tarian

5

Siswa memperagakan gerak tari dengan tersenyum namun terlihat gugup

4

Siswa memperagakan gerak tari dengan tersenyum namun senyumnya terlalu berlebihan

3

Siswa memperagakan gerak tari dengan tersenyum hanya diawal tarian saja

2

Siswa memperagakan gerak tari tidak tersenyum dari awal hingga akhir tarian

1

Siswa menciptakan 10 pola lantai dengan level, transisi, ruang, gerak bergantian bersama kelompoknya

5

Siswa menciptakan 8 pola lantai dengan level, transisi, ruang bersama kelompoknya

4

Siswa menciptakan 6 pola lantai dengan level, transisi ruang bersama kelompoknya

3

Siswa menciptakan 4 pola lantai dengan level dan transisi yang bebeda

2

Siswa menciptakan pola lantai tetapi tidak menggunakan level dan transisi


(47)

43

3.5 Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain, Sugiyono (2013: 244). Hasil analisis disusun untuk mendeskripsikan pembelajaran tahapan koreografi pada kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah.

Langkah-langkah analisi data pada penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Mengamati pembelajaran siswa menggunakan setiap tahap dalam pembelajaran tari menggunakan tahap koreografi.

2. Menganalisis hasil tes tari menggunakan tahapan koreografi menggunakan lembar tes praktik.

3. Memberi nilai hasil tes praktik menggunkan tahapan koreografi pada pembelajaran tari di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah, dengan rumus sebagai berikut:

Berdasarkan tabel diatas KKM (kriteria ketutantasan minimum) sekolah adalah 67, apabila siswa memenuhi nilai 67 siswa dinyatakan lulus dalam penilaian praktik melalui tahapan koreografi. Rumus untuk menentukan nilai adalah sebagai berikut :

Rumus =


(48)

Contoh : Rumus

= 75

Devi Wulan merupakan anggota kelompok 1 dalam pembelajaran tari kreasi yang beranggotakan 7 siswa. pada ujian akhir pembelajaran Devi Wulan bersama kelompok mendapatkan hasil 15 skor. Maka kelompok 1 mendapatkan nilai 75 sebagai nilai kelompok. Dengan perolehan tersebut secara otomatis Devi juga mendapat nilai 75 sebagai nilai hasil pribadinya.


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian secara deskriptif kualalitatif maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran gerak tari kreasi Lampung melalui tahap koreografi pada kegiatan ekstrakurikuler tari di SMA Negeri 1 Kalirejo, Lampung Tengah melalui tahap koreografi peserta didik lebih mudah memahami pembelajaran gerak tari kreasi yang mereka ciptakan sendiri.

Tujuan dalam penelitian ini yaitu untk mendeskripsikan proses pembelajaran tari menggunakan tahap koreografi. Proses pembelajaran tari kreasi Lampung melalui tahapan koreografi yaitu menggunakan tahap audio visual pada tahap ini guru menayangkan contoh tari kreasi kepada siswa, tahap eksplorasi yaitu guru memberikan rangsangan gerakan kepada siswa, tahap improvisasi dan tahap pembentukan sudah dijadikan dalam satu penilaian yaitu penilaian pada pertemuan ketujuh dan kedelapan.

Pada saat proses pembelajaran berlangsung ditemukan beberapa siswa yang gagal dalam mengikuti pembelajaran hal ini dikarenakan mereka terkadang merasa malu


(50)

untuk melakukan gerak, dan mereka juga tersenyum lebar pada saat mempresentasikan hasil tarian mereka, kemudian mereka juga melakukan gerakan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya dikarenakan lupa dengan gerakan yang sudah mereka ciptakan sehingga mereka dinyatakan gagal pada saat pengambilan nilai hasil yang dilakukan pada pertemuan kedelapan. Hasil pembelajaran siswa menggunakan tahap koreografi mendapatkan nilai 67 dengan kriteria lulus.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian kali ini sebagai berikut :

1. Untuk penelitian selanjutnya apabila ingin meneliti tari menggunakan tahapan koreografi sebaiknya menggunakan tari tradisi sebagai contoh misalnya tari

Melinting, agar tari yang diciptakan oleh siswa tidak menghilangkan unsur asli dalam sebuah tari tradisi Lampung.

2. Siswa harus lebih datang tepat waktu pada saat pembelajaran dilakukan agar menjadikan pribadi yang lebih baik untuk kedepannya.

3. Siswa harus mencari referensi tentang tari kreasi supaya mereka tidak mengalami kesulitan pada saat mengikuti proses pembelajaran.

4. Bagi guru seni budaya hendaknya mempertahankan tahapan koreografi karena pada tahapan ini siswa bisa berkreasi dalam menciptakan suatu gerak.

5. Untuk pihak sekolah seharusnya mempersiapkan tempat yang sesuai jika guru memberikan pembelajaran menggunakan media audio visual.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Prkatik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Bahri, Syaiful, dkk. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Beetlestone, Florence. 2012. Creative Learning. Strategi Pembelajaran untuk Melesatkan Kreatifitas Siswa. Bandung : Nusa Media.

Hadi, Y Sumandiyo. 2012. Koreografi (Bentuk-Teknik-Isi). Yogyakarta : Cipta Media.

Hamalik, Oemar. 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Kamil, Mustofa. 2009. Pendidikan Nonformal. Bandung : Alfabeta

Kyriacou, Chris. 2012. Efective Teaching. Bandung : Nusa Media

Mustika, I Wayan. 2013. Teknik Dasar Gerak Tari Lampung. Lampung : Aura.

Sudjana, Nana. 2010. Cara Siswa Belajar Aktif. Sinar Baru Algensindo : Bandung


(52)

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta

Tim Penyusun. 2011. “Format Penulisan Karya Ilmiah”. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Atoenwdyaningsih. Tari Tradisi [Online].

Tersedia : Atoenwdyaningsih.Wordpres.com. 25 November 2014.

Mario Pulana. (2011). Tari Kreasi [Online].

Tersedia: Mario-pulana.blogspot.com/2011/08/kreasi-tari- nusantara html. 20 Mei 2015.


(1)

3.5 Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain, Sugiyono (2013: 244). Hasil analisis disusun untuk mendeskripsikan pembelajaran tahapan koreografi pada kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah.

Langkah-langkah analisi data pada penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Mengamati pembelajaran siswa menggunakan setiap tahap dalam pembelajaran tari menggunakan tahap koreografi.

2. Menganalisis hasil tes tari menggunakan tahapan koreografi menggunakan lembar tes praktik.

3. Memberi nilai hasil tes praktik menggunkan tahapan koreografi pada pembelajaran tari di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah, dengan rumus sebagai berikut:

Berdasarkan tabel diatas KKM (kriteria ketutantasan minimum) sekolah adalah 67, apabila siswa memenuhi nilai 67 siswa dinyatakan lulus dalam penilaian praktik melalui tahapan koreografi. Rumus untuk menentukan nilai adalah sebagai berikut :

Rumus =


(2)

44 Contoh : Rumus

= 75

Devi Wulan merupakan anggota kelompok 1 dalam pembelajaran tari kreasi yang beranggotakan 7 siswa. pada ujian akhir pembelajaran Devi Wulan bersama kelompok mendapatkan hasil 15 skor. Maka kelompok 1 mendapatkan nilai 75 sebagai nilai kelompok. Dengan perolehan tersebut secara otomatis Devi juga mendapat nilai 75 sebagai nilai hasil pribadinya.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian secara deskriptif kualalitatif maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran gerak tari kreasi Lampung melalui tahap koreografi pada kegiatan ekstrakurikuler tari di SMA Negeri 1 Kalirejo, Lampung Tengah melalui tahap koreografi peserta didik lebih mudah memahami pembelajaran gerak tari kreasi yang mereka ciptakan sendiri.

Tujuan dalam penelitian ini yaitu untk mendeskripsikan proses pembelajaran tari menggunakan tahap koreografi. Proses pembelajaran tari kreasi Lampung melalui tahapan koreografi yaitu menggunakan tahap audio visual pada tahap ini guru menayangkan contoh tari kreasi kepada siswa, tahap eksplorasi yaitu guru memberikan rangsangan gerakan kepada siswa, tahap improvisasi dan tahap pembentukan sudah dijadikan dalam satu penilaian yaitu penilaian pada pertemuan ketujuh dan kedelapan.

Pada saat proses pembelajaran berlangsung ditemukan beberapa siswa yang gagal dalam mengikuti pembelajaran hal ini dikarenakan mereka terkadang merasa malu


(4)

122 untuk melakukan gerak, dan mereka juga tersenyum lebar pada saat mempresentasikan hasil tarian mereka, kemudian mereka juga melakukan gerakan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya dikarenakan lupa dengan gerakan yang sudah mereka ciptakan sehingga mereka dinyatakan gagal pada saat pengambilan nilai hasil yang dilakukan pada pertemuan kedelapan. Hasil pembelajaran siswa menggunakan tahap koreografi mendapatkan nilai 67 dengan kriteria lulus.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian kali ini sebagai berikut :

1. Untuk penelitian selanjutnya apabila ingin meneliti tari menggunakan tahapan koreografi sebaiknya menggunakan tari tradisi sebagai contoh misalnya tari

Melinting, agar tari yang diciptakan oleh siswa tidak menghilangkan unsur asli dalam sebuah tari tradisi Lampung.

2. Siswa harus lebih datang tepat waktu pada saat pembelajaran dilakukan agar menjadikan pribadi yang lebih baik untuk kedepannya.

3. Siswa harus mencari referensi tentang tari kreasi supaya mereka tidak mengalami kesulitan pada saat mengikuti proses pembelajaran.

4. Bagi guru seni budaya hendaknya mempertahankan tahapan koreografi karena pada tahapan ini siswa bisa berkreasi dalam menciptakan suatu gerak.

5. Untuk pihak sekolah seharusnya mempersiapkan tempat yang sesuai jika guru memberikan pembelajaran menggunakan media audio visual.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Prkatik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Bahri, Syaiful, dkk. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Beetlestone, Florence. 2012. Creative Learning. Strategi Pembelajaran untuk Melesatkan Kreatifitas Siswa. Bandung : Nusa Media.

Hadi, Y Sumandiyo. 2012. Koreografi (Bentuk-Teknik-Isi). Yogyakarta : Cipta Media.

Hamalik, Oemar. 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Kamil, Mustofa. 2009. Pendidikan Nonformal. Bandung : Alfabeta

Kyriacou, Chris. 2012. Efective Teaching. Bandung : Nusa Media

Mustika, I Wayan. 2013. Teknik Dasar Gerak Tari Lampung. Lampung : Aura.

Sudjana, Nana. 2010. Cara Siswa Belajar Aktif. Sinar Baru Algensindo : Bandung


(6)

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta

Tim Penyusun. 2011. “Format Penulisan Karya Ilmiah”. Bandar Lampung:

Universitas Lampung.

Atoenwdyaningsih. Tari Tradisi [Online].

Tersedia : Atoenwdyaningsih.Wordpres.com. 25 November 2014.

Mario Pulana. (2011). Tari Kreasi [Online].

Tersedia: Mario-pulana.blogspot.com/2011/08/kreasi-tari- nusantara html. 20 Mei 2015.