PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD PADA PEMBELAJARAN TARI PIRING DUA BELAS DI SMA NEGERI 1 KALIREJO LAMPUNG TENGAH

(1)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD PADA PEMBELAJARAN TARI PIRING DUA BELAS

DI SMA NEGERI 1 KALIREJO LAMPUNG TENGAH

Oleh

DEVI NURMALASARI

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penggunaan model kooperatif tipe STAD dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tari piring dua belas kelas XII IPA 2 SMA Negeri 1 Kalirejo.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan yaitu pembelajaran dan model kooperatif tipe STAD. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru seni budaya dan siswa kelas XII IPA 2 yang berjumlah 35 siswa, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki, dan 23 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni pengamatan, dokumentasi yang berupa foto serta catatan lapangan, wawancara yang dilakukan dengan guru seni budaya dan siswa, tes praktik dan pengamatan aktivitas siswa dan pengamatan aktivitas guru.

Dalam pelaksanaan pembelajaran model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran tari piring dua belas, guru dan siswa sangat berperan aktif dalam proses

pembelajaran. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dengan cara diundi dan ditentukan ketua dari masing-masing kelompoknya. Selama proses pembelajaran, setiap kelompok terlihat antusias dalam mendemonstrasikan tari piring dua belas. Namun dalam pelaksanaannya masih memiliki kelemahan yakni siswa masih mengandalkan ketua kelompoknya, terlihat pada tiap kelompok rata-rata masih mengalami kesulitan pada hafalan urutan gerak dan ketepatan gerak dengan musik.

Hasil belajar siswa dalam mendemonstrasikan tari piring dua belas di SMA Negeri 1 Kalirejo tergolong dalam kategori baik. Ditinjau dari kemampuan menari siswa per aspek hafalan urutan gerak tergolong dalam kategori baik, yakni siswa mampu memperagakan urutan gerak tari piring dua belas akan tetapi masih mengalami kesalahan 1-2 kali pada tujuh ragam gerak. Penggunaan properti (piring) tergolong dalam kategori sangat baik, yakni siswa mampu membawa


(2)

belas 1-2 kali terlambat atau mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak.


(3)

ABSTRACT

THE USE OF STAD TYPE OF COOPERATIF MODEL ON LEARNING TARI PIRING DUA BELAS

IN SMA NEGERI 1 KALIREJO LAMPUNG TENGAH

By

Devi Nurmalasari

The objektives of this reseach are to describe the use of the use of stad type of cooperatif model on learning and to describe the result of studen in achievement tari piring dua belas at class XII IPA 2 in SMA Negeri 1 Kalirejo.

The research method was descriptive qualitative. The theory which is use were learning and STAD type of cooperative model. The sources of this research were the teacher of arts and culture and the students of class XII IPA 2 which consists of 35 student with 12 male student and 23 famale student. The data collecting techiques which is use was observation, dokumentation in form of photo and field note, interview which was done with the teacher of arts and culture and student, practice test and obsevation, student activity, and the observasion of teacher activity.

In conducted STAD type of cooperative model on learning tari piring dua belas. The teacher and students were very active in the learning process. Teacher divide the student into several groups, by using lottery and be define the leader of each group. During th steps and the axact gesture teacher learning process, each group looks antusis in demonstrating tari piring dua belas, but in the implementation still having the weakness that is students still depend the leader of their group, it can be seen on each group, in the average still having the weakness on

remembering the gesture with the musics.

The result of students learning in demonstrating tari piring dua belas at SMA Negeri 1 Kalirejo, include on the category good. It is consider from the students dance ability on each aspects in remembering the gesture steps, include on the category good that is the students are able to modeling the gesture steps tari piring dua belas , but it still having the false i until 2 times on the seven kinds of gesture.


(4)

with the music include on the category good that is the students are able to modeling tari piring dua belas 1-2 times late or begin the music and were not approprite with the tempo, rhytme and the calculation of every gesture steps.


(5)

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD

PADA PEMBELAJARAN

TARI PIRING DUA BELAS

DI SMA NEGERI 1 KALIREJO

LAMPUNG TENGAH

Oleh

DEVI NURMALASARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(6)

Pembelajaran Tari Piring Dua Belas Di Sma Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah

Nama Mahasiswa :

Devi Nurmalasari

Nomor Pokok Mahasiswa : 0913043021

Program Studi : Pendidikan Seni Tari

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Fitri Daryanti, S.Sn., M.Sn. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. NIP 19801001 2005001 2 002 NIP 19590722 198603 1 003

2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. NIP 19590722 198603 1 003


(7)

MENGESAHKAN

1.

Tim Penguji

Ketua : Fitri Daryanti, S.Sn., M.Sn. ...

Sekertaris : Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Hasyimkan, S.Sn., M.A. ...

2.

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 196003151985031003


(8)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini :

nama : Devi Nurmalasari

nomor pokok mahasiswa : 0913043021

program studi : Pendidikan Seni Tari

jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada universitas atau institut lain.

Bandar Lampung, Januari 2013 Yang menyatakan

Devi Nurmalasari NPM 0913043021


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sridadi Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah pada tanggal 28 Desember 1990, sebagai anak kedua dari empat bersaudara, dari buah hati pasangan Bapak Suhandi S.Pd dan Ibu Naniek Suprapti S.Pd.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi Sridadi Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah pada tahun 1997, Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Sridadi Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kalirejo pada tahun 2009.

Pada tahun 2009 penulis diterima menjadi mahasiswa Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Seni Tari melalui Jalur Mandiri. Pada tahun 2012 penulis melakukan Program Kerja Nyata (PPL) di SD Negeri 2 Bandar Agung Lampung Timur.


(10)

MOTO

Perkataan yang baik dan pemberi maaf, lebih baik daripada sedekah dengan diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Maha Kaya, Maha Penyentuh.

(QS. Al-Baqarah : 35)

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka mengubah keadaannya sendiri.


(11)

PERSEMBAHAN

Teriring do’a dan rasa syukur ke hadirat Allah SWT. saya persembahkan skripsi

ini sebagaitanda cinta dan kasihku yang tulus kepada

1. ayah dan ibundaku tersayang yang senantiasa menyayangi dan dengan penuh kesabaran membesarkan, mendidik, berkorban, memberi semangat, dan senantiasa berdoa untuk keberhasilanku;

2. kakak dan adikku tersayang yang selalu membuatku bersemangat untuk menuju keberhasilan;

3. keluarga besarku yang senantiasa menyayangi, mendoakan, dan memberi dukungan, serta semangat;

4. sahabat-sahabatku yang senantiasa ada untukku; 5. seseorang yang kelak akan menjadi imamku; 6. para pendidik yang kuhormati;

7. teman-teman seperjuangan; 8. almamater tercinta.


(12)

SANWANCANA

Bismillahirohmanirohim

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, dengan judul

“penggunaan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran tari piring dua

belas di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah”, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada

1. Fitri Daryanti, S.Sn., M.Sn., sebagai pembimbing pertama sekaligus Ketua Program Studi Pendidikan Seni Tari, atas ketekunan, ketabahan, kesabaran, dan bersusah payah dalam memberikan pengarahan serta bimbingan dalam penulisan skripsi ini;

2. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., sebagai pembimbing kedua sekaligus Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni yang penuh semangat untuk

memberikan bimbingan dan ketelitiannya dalam penyelesaian skripsi ini; 3. Hasyimkan, S.Sn., M.A., sebagai penguji utama, atas nasihat, arahan, dan


(13)

5. Seluruh bapak dan ibu dosen, staf TU, serta karyawan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Lampung;

6. Drs. Sudiono sebagai kepala SMA Negeri 1 Kalirejo atas kesempatan dan kebaikan beliau penulis dapat melakukan penelitian;

7. Beni Bertiana, S.Pd., sebagai guru bidang studi seni budaya SMA Negeri 1 Kalirejo atas kebaikan beliau membantu dalam penelitian serta selalu memberikan motivasi;

8. Orang tuaku ayah dan ibundaku selalu memberi dukungan kasih sayang dengan doa dan keikhlasan hati yang telah membimbing dan selalu memperjuangkan segalanya untuk keberhasilan anaknya;

9. Kakakku tercinta Anton Nurdianto, S.E dan adikku tercinta Vikky Ferdian Gustrio dan Irfan Fernanda Aditya selalu mendukungku dan yang selalu menghibur di saat-saat sulitku;

10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2009 pendidikan seni tari : Freny Oktaviana, Novita Hendra TW, Febrylian Sakuntala Devi, dan Nurul Oktavia Ningrum Js serta semuanya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu; 11. Teman–teman KKN dan PPL, Grace, Sefty, Uswatun, Ine, Debora, Rani, Tya,

Titik, Persie, Gilang, Roni, dan Andri. Terima kasih atas persaudaraan yang kalian berikan padaku;

12. Adik tingkat di Program Studi Pendidikan Seni Tari serta semua pihak yang tidak dapat ditulis satu per satu;


(14)

14. Almamater tercinta yang telah memberikan kebanggaan dan motivasi bagi penulis untuk menimba ilmu dan semoga bermanfaat di masyarakat serta semua pihak yang telah membantu dalam menyusun skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.

Bandar Lampung, Januari 2013 Penulis,

Devi Nurmalasari NPM 0913043021


(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iv

PERSETUJUAN ... v

MENGESAHKAN ... vi

SURAT PERNYATAAN ... vii

RIWAYAT HIDUP ... viii

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA ... ix

MOTTO ... x

PERSEMBAHAN ... xi

SANWANCANA ... xii

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR DIAGRAM ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I . PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan Penelitian ... 6

1.4.Manfaat Penelitian ... 6

1.5.Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1.Model Pembelajaran Kooperati tipe STAD ... 8

2.1.1. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajarn Kooperatif Tipe STAD ... 10

2.1.2. Langkah – langkah Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 11

2.2.Pembelajaran ... 13

2.3. Proses Pembelajaran Tari Piring Dua Belas ... 14

2.3.1. Belajar Gerak ... 15

2.3.2. Tari Piring Dua Belas ... 16

2.3.3. Aktivitas Belajar ... 38 2.3.4. Pengertian Kemampuan Gerak Tari Piring


(16)

BAB III. METODE PENELITIAN ... 40

3.1.Desain Penelitian ... 40

3.2.Sumber Data ... 40

3.3.Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.3.1. Observasi ... 41

3.3.2. Wawancara ... 42

3.3.3. Catatan Lapangan ... 43

3.3.4. Dokumentasi …... 43

3.3.5. Tes Praktik ... 44

3.3.6. Nontes ... 48

3.4.Instrumen Penelitian ... 52

3.5.Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56

4.1 Gambaran Sekolah Tempat Penelitian ... 56

4.1.1 Sejarah SMA Negeri Kalirejo Lampung Tengah ... 56

4.1.2 Situasi Umum Pengelolaan Sekolah ... 58

4.1.3 Keadaan siswa ... 58

4.1.4 Organisasi Sekolah ... 59

4.1.5 Sarana dan Prasarana Sekolah ... 59

4.2 Hasil Penelitian ... 60

4.2.1 Laporan Hasil Penelitian ... 60

4.2.2 Penggunaan Model Kooperatif tipe STAD ... 72

4.2.3 Penyajian Data ... 74

1) Pengamatan Tes Praktik ... 75

2) Pengamatan Aktivitas Siswa ... 78

4.3 Pembahasan ... 84

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

5.1 Kesimpulan ... 89

5.2 Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nama dan Rangkaian Ragam Gerak Tari Piring Dua Belas ... 19

2. Nama dan Rangkaian Ragam Gerak Kaki Tari Piring Dua Belas ... 24

3. Lembar Pengamatan Tes Praktik ... 46

4. Penentuan Patokan dengan Perhitungan Persentase untuk Skala Lima ... 49

5. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ... 50

6. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru ... 53

7. Keadaan Siswa SMA Negeri 1 Kalirejo ... 60

8. Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Kalirejo ... 61

9. Urutan Gerak Tari Piring Dua Belas 1-9 ... 63

10. Urutan Gerak Tari Piring Dua Belas 10-27 ... 67

11. Urutan Gerak Tari Piring Dua Belas 28-35 ... 70

12. Kelompok Siswa ... 72

13. Pengamatan Tes Praktik Berdasarkan Hafalan Urutan Gerak ... 75

14. Pengamatan Tes Praktik Berdasarkan Penggunaan Properti ... 76

15. Pengamatan Tes Praktik Berdasarkan Ketepatan Gerak dengan Musik ... 77

16. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Berdasarkan Aspek Visual Activities ... 78

17. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Berdasarkan Aspek Listening Activities ... 79

18. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Berdasarkan Aspek Motor Activities ... 81

19. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru ... 82

20. Kemampuan Rata-rata Setiap Aspek Hafalan Urutan Gerak, Penggunaan Properti, dan Ketepatan Gerak dengan Musik Berdasarkan Deskriptor Penilaiannya ... 85


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Susunan Dua Belas Piring ... 18

2. Dua Piring Penari ... 18

3. Teknik Membawa Piring ... 19

4. Teknik Menginjak Piring ... 19

5. Ragam Gerak Mejong Sembah ... 20

6. Ragam Gerak Ngaka Kelap ... 21

7. Ragam Gerak Ngahilok ... 23

8. Ragam Gerak Sebatang Masuk ... 25

9. Ragam Gerak Sebatang Keluar ... 26

10. Ragam Gerak Laga Puyuh ... 28

11. Ragam Gerak Nokoh ... 30

12. Gerakan Kaki 1 ... 33

13. Gerakan Kaki 2 ... 35

14. Gerakan Kaki 3 ... 37

15. Latihan Mendemonstrasikan Gerak Nokoh ... 62

16. Pembagian Kelompok ... 64

17. Latihan Mendemonstrasikan Masing-Masing Kelompok ... 65

18. Setiap Kelompok Latihan Mendemonstrasikan Gerak dengan Iringan Musik ... 66

19. Setiap Siswa Latihan Mendemonstrasikan gerak Ngahilok dengan gerak kaki 3 Pada Masing-masing Kelompok ... 68

20. Latihan Bersama-sama ... 69

21. Pengambilan Nilai ... 69

22. Guru Memberikan Contoh Gerak Nokoh dengan Gerak Kaki 3 ... 70


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Penggunaan model pembelajaran untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya (Rusman, 2011:133).

Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi.

Pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif berfungsi melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan

komunikasi antar-anggota kelompok selama kegiatan.

Tujuan pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah situasi, karena satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh karena itu, untuk meraih tujuan personal mereka, anggota kelompok harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apapun guna membuat kelompok mereka berhasil. Dengan kata lain, penghargaan


(20)

kelompok yang didasarkan pada kinerja kelompok. Dalam tujuan pembelajaran kooperatif menciptakan norma-norma yang pro-akademik diantara para siswa, dan norma-norma pro-akademik memiliki pengaruh yang amat penting bagi

pencapaian siswa (Slavin, 2005:34).

Ada beberapa varian jenis model atau tipe dalam pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah model atau tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat sampai enam orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa menjalani kuis tentang materi itu dengan catatan saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.

Tipe pembelajaran inilah yang sudah digunakan dalam pembelajaran seni budaya di SMA N 1 Kalirejo. Dipilihnya model pembelajaran kooperatif tipe STAD karena model pembelajaran ini dianggap dapat mempermudah siswa dalam memahami mata pelajaran dan lebih mudah guru mengevaluasi atau mengoreksi kesalahan siswa dan adanya kerja sama serta memiliki nilai efektif dan efisiensi dalam proses pembelajaran tari.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berkenaan dengan tujuan untuk mencapai kompetensi akademik, kepribadian, sosial, dan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor serta model pembelajaran ini sesuai dengan tingkat kematangan peserta didik. Model pembelajaran ini didesain untuk memotivasi


(21)

siswa supaya memberi semangat dan tolong-menolong untuk mengembangkan keterampilan yang diajarkan guru.Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena termotivasi dan terlibat secara aktif dalam pembelajaranjuga dianggap lebih baik karena siswa lebih mudah menentukan dan memahami konsep-konsep yang sulit dengan mendiskusikan bersama temannya. Melalui diskusi akan terjalin

komunikasi dan kerja sama untuk membantu memahami suatu proses pembelajaran tari yang belum dikuasai (Rusman, 2011: 213).

Pendidikan sebagai dua sisi, disatu sisi individu yang sedang tumbuh dan sisi lain nilai sosial, intelektual, dan moral yang menjaditanggungjawab pendidikan untuk mendorong individu tersebut. Pendidikan selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktik. Teori pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana seharusnya pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan praktik adalah tentang pelaksanaan pendidikan secara kongkretnya. Teori dan praktik itu seharusnya tidak dipisahkan. Proses pendidikan merupakan proses dalam rangka

mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya dan yang akan menimbulkan perubahan pada dirinya yang memungkinkan sehingga berfungsi sesuai kompetensinya dalam kehidupan masyarakat (Sagala, 2011 : 1).

Komponen yang dianggap sangat mempengaruhi proses pendidikan adalah komponen guru, guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar (Sanjaya, 2006: 14).


(22)

Tari dalam pendidikan yaitu mengembangkan kreativitas, memberi peluang kepada siswa untuk berekspresi, dan mengembangkan pribadi anak ke arah pembentukan pribadi yang utuh dan menyeluruh, baik secara individual, sosial, maupun budaya. Pendidikan Seni Budaya diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik,yang terletak pada pemberian pengalaman estetis dalam bentuk kegiatan (Hidayat, 2005 :7).

Proses mempelajari gerak tari siswa berusaha mengerti gerakan yang dipelajari. Proses belajar gerak berbentuk kegiatan mengamati gerakan yang dilakukan guru kemudian siswa mencoba mempraktikkan gerakan secara berulang-ulang dengan bimbingan guru secara langsung sehingga siswa dapat menanyakan secara langsung jika ada gerakan yang belum dimengerti.

Pendidikan merupakan hak setiap warga Negara. Oleh karena itu, pemerintah memberikan kesempatan seluas-luasnya pada peserta didik untuk mengenyam berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Kesempatan itu dari segi jasmani dan rohani guna meningkatkan kemampuan anak. Pendidikan sangat penting bagi semua orang. Oleh sebab itu, seorang anak harus diberi pendidikan sedini mungkin (Somad dan Hernawati, 1995 : 6).

Dalam dunia pendidikan, pelajaran seni budaya sudah masuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Perguruan Tinggi. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMA kelas XII semester 1 dengan Standar


(23)

Dasar (KD) Menunjukkan sikap apresiatif terhadap tari tunggal kreasi nonetnik Nusantara sesuai konteks budaya masyarakat daerah setempat.

Tari piring dua belas adalah tari tunggal tradisional daerah Lampung yang kaitannya dengan gawi adat orang Lampung yang beradat Saibatin, tari ini merupakan seni pertunjukan yang bersifat hiburan sebagai pelengkap dari acara gawi adat. Tari piring dua belas berarti penari menarikan bersama piring yang sudah disiapkan di bawah sejajar sebanyak dua belas piring ditambah dua piring yang dibawa penari. Tarian ini menggambarkan betapa terampil, dan cerianya putri-putri Lampung membawa, dan menyusun piring. Umumnya tari piring dua belas waktu pertunjukannya kurang lebih 15 menit. Tempat penyelenggaraan dilakukan di balai adat, bisa juga dipanggung, lapangan terbuka, dan gedung (Tim Taman Budaya Lampung, 2006).

SMA N 1 Kalirejo merupakan salah satu sekolah menegah atas yang menerapkan pembelajaran tari mulai dari kelas X-XII. Pembelajaran tari masuk ke dalam pembelajaran intrakulikuler dan ekstrakulikuler di sekolah tersebut. Pada penelitian ini masuk ke dalam intrakulikuler karena sudah masuk dalam KTSP SMA kelas XII semester 1 yang tertulis dalam silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Dipilihnya SMA N 1 Kalirejo karena menurut pengalaman peneliti di SMA N 1 Kalirejo memiliki ketersediaan data yang dapat membantu dan mempermudah jalannya penelitian, serta sekolah tersebut

merupakan salah satu sekolah yang menerapkan pembelajaran tari tunggal daerah Lampung, tari piring dua belas. Pembelajaran tari piring dua belas di SMA N 1 Kalirejo, guru tidak hanya menggunakan satu metode dalam satu kali pertemuan. Tetapi guru menggabungkan dari beberapa metode yang bertujuan agar siswa


(24)

lebih mengerti selain mendapat materi juga dapat mempraktikkan langsung. Karenatingkat kesulitannya yang tinggi dalam penggunakan properti, sehingga pembelajaran tari piring dua belas dianggap sulit apabila siswa hanya mendengar atau melihat guru memberikan contoh tanpa mempraktikkan langsung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah

“Bagaimanakah penggunaan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran

tari piring dua belas di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas maka tujuan dari peneliti ini adalah 1. mendeskripsikan penggunaan model kooperatif tipe STAD dalam

pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 1 Kalirejo;

2. mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tari piring dua belas melalui model kooperatif tipe STAD di SMA Negeri 1 Kalirejo.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut;

1. memberi alternatif bahan ajar bagi guru seni budaya khususnya seni tari siswa kelas XII SMA Negeri 1 Kalirejo;

2. menambah pengetahuan dan kecintaan siswa mengenai bentuk tari Lampung khususnya tari tunggal yaitu tari piring dua belas;


(25)

3. menambah dan memberi pengetahuan kepada peneliti mengenai penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran tari piring dua belas siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 1 Kalirejo.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencangkup objek penelitian, subjek penelitian, tempat penelitian, dan waktu penelitian.

1. Objek penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Penggunaan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 1 Kalirejo;

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA 2 dan guru seni budaya SMA Negeri 1 Kalirejo;

3. Tempat Penelitian

Tempat Penelitian ini adalah di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah; 4. Waktu Penelitian

Waktu dalam penelitian ini adalah pada petengahan bulan Oktober sampai minggu terakhir bulan November.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Skripsi Septi Hidayati menuliskan tentang tari piring dua belas, dalam tulisannya mengkaji tentang penggunaan media audio visual dan kemampuan

mendemonstrasikan tari piring dua belas di SMA Negeri 1 Kalirejo, sementara dalam tulisan ini mengkaji tentang penggunaan model kooperataif tipe STAD pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 1 Kalirejo, sehingga tulisan ini berbeda dengan tulisan Septi Hidayati, akan tetapi tidak menutup kemungkinan tulisan Septi Hidayati dijadikan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini.

2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dalam pembelajaran ini tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakuakan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (Rusman, 2011:202).

Cooperatif learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran berkelompok adalah rangkaian kegiatan


(27)

belajar yang dilakukan siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Sanjaya, 2006:217). Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan pembelajaran.

Model pembelajaran (Student Teams Achievement Division) STAD merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Dalam STAD, siswa menjadi kelompok beranggotakan empat sampai enam orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pembelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa akumulasi dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya (Rusman, 2011: 213).

Fungsi utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin agar timnya mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu timnya untuk mempelajari materinya. Mereka harus mendukung teman satu timnya untuk bisa melakukan yang terbaik, menunjukkan norma bahwa belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan (Slavin, 2005 : 12).


(28)

2.1.1 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Teams Achievement Division) STAD

a) Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

1. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

2. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.

3. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya.

4. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi.

5. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.

6. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.

7. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.

8. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.

9. Interaksi antar-siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.


(29)

b) Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai.

2.1.2 Langkah-langkah Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Teams Achievement Division) STAD

a) Menyampaikan Tujuan dan Motivasi

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa agar tertarik pada materi yang akan mereka pelajari;

2. Guru memberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.

b) Pembagian Kelompok

Guru membentuk kelompok ke dalam beberapa kelompok, dan setiap kelompoknya terdiri dari empat sampai enam siswa yang

memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, rasa dan etnik.

c) Presentasi dari Guru

1. Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada

pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari;

2. Guru memberi motivasi siswa agar terdapat belajar dengan aktif dan kreatif;


(30)

3. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, metode ceramah dan metode demostrasi, dijelaskan juga tentang

keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, guru mempraktikkan gerak tari sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota kelompok menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi.

d) Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)

Siswa belajar kelompok yang telah dibentuk. Siswa diberikan kesempatan untuk mencoba mempaktikkan gerak tari bersama kelompoknya. Selama kerja tiap kelompok, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD. e) Kuis

Guru menyampaikan hasil belajar melalui pemberian kuis terhadap ragam gerak yang didemonstrasikan dan juga presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk mendemonstrasikan gerak dan tidak dibenarkan bekarja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individual

bertanggumg jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap aspek yang dinilai.


(31)

2.2 Pembelajaran

Pengertian pembelajaran kata pembelajaran terjemahan dari “ instruction “ yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti bahan-bahan, media cetak, program televisi, gambar, audio, dan sebagainya. Semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Dalam istilah pembelajaran yang lebih dipengaruhi oleh perkembangan hasil-hasil teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar, siswa diposisikan sebagai subjek yang memegang peranan utama, sehingga dalam proses belajar mengajar siswa sebaiknya beraktivitas secara penuh, bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran. Dengan demikian, jika mengajar

(pengajaran) atau teaching menempatkan guru sebagai pemeran utama memberikan informasi, maka dalam pembelajaran atau instruction guru lebih banyak berperan sebagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa (Sanjaya, 2011 : 100).

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid (Sagala, 2011: 61).

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan


(32)

pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran (Sagala, 2011: 62).

Proses pembelajaran merupakan bagian yang paling pokok dalam kegiatan pendidikan di sekolah. Pembelajaran adalah interaksi timbal balik antara siswa dengan guru dalam proses pembelajaran. Pengertian interaksi mengandung unsur saling memberi dan menerima. Proses pengajaran itu berlangsung dalam situasi pengajaran yang di dalamnya terdapat komponen-komponen atau faktor-faktor ; 1) tujuan yang hendak dicapai;

2) siswa yang belajar; 3) guru yang mengajar;

4) metode atau model pembelajaran yang digunakan untuk menciptakan situasi belajar mengajar;

5) alat bantu mengajar; 6) situasi pengajaran;

7) penilaian yang fungsinya untuk menetapkan seberapa jauh tercapainya tujuan. Di dalam proses pengajaran itu, semua komponen tersebut bergerak sekaligus dalam suatu rangkaian kegiatan yang terarah dalam rangka membantu

pertumbuhan siswa ke tujuan.

2.3 Proses Pembelajaran Tari Piring Dua Belas

Proses pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses belajar yang berkaitan dengan aktivitas guru dan siswa dalam mempraktikkan ragam gerak tari piring dua belas.


(33)

2.3.1 Belajar Gerak

Belajar adalah suatu proses untuk mencapai tujuan, jadi merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh (Hamalik, 2011: 29).

Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Belajar itu juga akan lebih baik, jika si subjek belajar mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik (Sardiman, 2011: 20).

Gerak di dalam tari adalah bahasa yang dibentuk menjadi pola-pola gerak dari seorang penari. Prinsip yang sangat penting dalam bentuk gerak mengandung pengertian menjadi satu yang utuh. Kesatuan aspek-aspek gerak, ruang, dan waktu yang hadir dalam tari (Hadi, 2007: 25).

Proses pembelajaran gerak tari seorang siswa tidak terlepas dari kemampuan guru untuk membimbing. Seorang guru dapat mengarahkan anak didik dalam

mencapai hasil belajar yang optimal. Dalam hal ini guru dapat mempraktikkan gerak atau menari dengan tepat dan dengan teknik yang benar. Selain kemampuan guru seorang guru dalam belajar gerak tari diharapkan adanya aktivitas siswa itu sendiri. Sehingga pembelajaran gerak akan memperoleh hasil yang lebih baik. Fitts dan Ponser (Tarigan, 2010: 30) mengemukakan tiga fase belajar gerak, yaitu

1) Fase Kognitif

Fase kognitif merupakan tahap awal dalam belajar gerak. Di sini siswa berusaha memahami bentuk gerak. Pada fase ini efektifitas aktivitas berpikir


(34)

masih menonjol karena harus berusaha memahami bagaimana bentuk gerak dan bagaimana harus melakukannya.

2) Fase Asosiatif

Fase Asosiatif merupakan fase kedua dalam belajar gerak. Pada fase asosiatif, anak sudah sampai pada taraf merangkaikan bagian-bagian gerakan secara keseluruhan.

3) Fase Otonom

Fase Otonom merupakan fase akhir dalam belajar gerak. Pada fase ini anak menguasai pengetahuan tertinggi. Siswa dapat melakukan gerak dengan luwes dan keseluruhan gerak dengan iringan tari, pola lantai dan ekspresi pada tari.

2.3.2 Tari Piring Dua Belas

Tari piring dua belas adalah tari tunggal masyarakat Lampung yang

menggunakan piring sebagai properti dalam mendemostrasikan gerak. Tari ini merupakan tari pergaulan masyarakat Lampung pesisir yang beradat Saibatin. Tari piring dua belas berarti penari menarikan bersama piring yang sudah siapkan di bawah sejajar sebanyak dua belas piring ditambah dua piring yang dibawa penari. Tari ini berfungsi sebagai sarana hiburan dalam salah satu rangkaian acara adat.

Diperkirakan Tari piring dua belas berasal dari Sekala Brak kecamatan Belalau Lampung Barat. Masuknya tari piring dua belas di kecamatan Kota Agung wilayah Teluk Semaka dibawa oleh masyarakat Lampung Pesisir dari Belalau yang berpindah mencari daerah penghidupan baru pada abad XV (Tim Taman Budaya Lampung, 2006 : 1).


(35)

Diperkirakan Tari piring dua belas pada awalnya adalah tarian sang ratu yang digunakan untuk menyambut kedatangan hulu balang ”pengawal” dari perang. Sang ratu memberikan suguhan kepada para pengawal kerena luapan rasa gembira ketika pulang dari perang. Ratu berasal dari paksi Marga Benawangan yang mana asal mula berasal dari Sekala Brak Gunung Pesagi yang turun ke Teluk Semaka namanya Raja Baniting kemudian turun gelar menjadi Raja Semaka, dari Raja Semaka membuat sebuah kerajaan kecil menjadi paksi Marga Benawang Simbol menggunakan dua belas piring dalam mempraktikkan tari piring dua belas karena paksi Marga Benawang mempunyai dua belas bandar (tempat berlabuh atau markas), dan tiap bandar memiliki pengawal, dan setiap pengawal memiliki pasukan perang. Nama ke 12 bandar yaitu Bandar Raja Basah, Sanggi, Ngaghip, Telagening, Maja, Muakhas, Telunggu, Buway Nyata, Ratu regah, Limau, Putih, dan Tulung Buya.

Tari piring dua belas juga menggunakan dua piring kecil yang melambangkan bahwa segala sesuatu itu ada dua, ada kalah ada menang, ada baik ada buruk, ada sedih ada pula senang.

Awalnya, tari piring dua belas digunakan ratu dalam menyambut pengawal ketika pulang dari perang dan untuk menyambut tamu-tamu tertentu. Diikuti oleh abdi kerajaan pemain musik dan dayang ratu sebagai penyanyi, sedangkan ratu itu sendiri yang menarikan tarian ini. Musik yang digunakan untuk mengiring sang ratu menari pada saat itu adalah tepuk tangan, kayu, dan kulit-kulit binatang yang dimainkan oleh abdi kerajaaan. Seiring dengan perkembangan zaman karena tidak


(36)

ada peperangan lagi tari piring dua belas digunakan untuk upacara penayuhan atau acara adat resepsi pernikahan.

Saat ini, tari piring dua belas merupakan tarian hiburan pada acara pesta adat yaitu dapat dipertunjukkan dalam acara pesta pernikahan, penetapan gelar, menyambut tamu agung, dan acara hari-hari besar lainnya. Alat musik yang digunakan saat ini antara lain gambus lunik, rebana, tamborin, dan gong. Tempat penyelenggaraan dilakukan di balai adat, bisa juga di panggung, lapangan terbuka, dan gedung apabila sudah mendapatkan izin berdasarkan musyawarah adat . Musik Pengiring

PENAYUHAN

: . . 1 2 3 3 . 4 3 . 2 1 7 6 6 6 6 7 1 2 3 4 . 3 2 1 2 1 7

. . 1 2 3 3 . 4 3 2 1 7 6 6 6 6 7 1 2 3 4 3 2 1 2 1 7

. . 6 7 1 1 . 1 3 2 1 7 6 5 6 . 1 7 6 5 4 3 \ . . .


(37)

Lagu Pengiring Tari Piring Dua Belas

a. Robbikum ya robbikum b. Pantunni takhi hinji Robbikum illahi robbi Makai bahasa lappung Assalamu alaikum Kisah haga tikaji Sikam haga butakhi Riwayat seni Lappung

c. Takhlan sai tiusung d. Awal mula pekhtama Takhi pikhing khua belas Ditahun enam lapan Seni budaya lapping Takhi hinji menjelma Dang sappai haga tekas Sai nakhi tenggalaman

e. Pikhingni angkah khua f. Ditahun tujuh tiga Diculuk kikhi kanan Takhi khadu bukhubah Gambus wat moneh dia Mak ninggalkon asalna Katutukni terbangan Ajo khadu lestakhikan

g. Payu kham jama-jama h. Lahot jama puakhi Ngabina takhi sinji Mak milih tuha ngukha Dang sappai haga lupa Budayakonlah seni

Ajo khadu lestakhi Demi pembangunan bangsa

i. Takhupai antak ija Tantun dalih butakha Kantu kukhang sempukhna Tinggal maklum dikutti


(38)

Gambar 1. Dua Belas Piring (Foto, Devi Nurmalasari : 2012) Keterangan :

Susunan dua belas piring pada saat menarikan tari piring dua belas.

Gambar 2. Dua Piring Penari (Foto, Devi Nurmalasari : 2012) Keterangan:


(39)

Gambar 3. Teknik Membawa Piring (Foto, Devi Nurmalasari : 2012) Keterangan

Penggunaan properti (dua piring) yang dibawa penari menggunakan teknik membawa piring yang benar (jari berada dibagian bawah piring, dan jari-jari tangan tidak menyentuh piring bagian atas).

Gambar 4. Teknik Menginjak Piring (Foto, Devi Nurmalasari : 2012) Keterangan :

Gerak kaki 3 atau menginjak dua belas piring secara bergantian kaki kanan dan kiri. Posisi kaki menjinjit, tumit tidak menyentuh piring.


(40)

Uraian nama ragam gerak tari piring dua belas terdiri dari tujuh dasar gerak tangan dan tiga gerak dasar gerakan kaki. Akan tetapi, gerakan kaki tidak memiliki nama, arti, atau maksud tertentu.

Tabel 1. Nama dan Rangkaian Ragam Gerak Tari Piring Dua Belas

No Nama

Gerak Hitungan Uraian Gerak Keterangan

1. Mejong sembah 1 Proses pertama, kedua telapak tangan terbuka dengan lengan ditekuk Posisi awal kedua telapak tangan tertutup di atas paha dengan posisi sejajar. 2 Lanjutan dari hitungan pertama, kedua telapak tangan menutup dengan lengan ditekuk 3 Lanjutan dari hitungan kedua, kedua telapak tangan menutup dengan lengan ditekuk ( badan mulai bagun) 4 Kedua telapak tangan menutup dengan lengan ditekuk, posisi ujung jari-jari menghadap ke depan


(41)

Proses merunduk telapak tangan menetup, arah kebawah 6 Lanjutan proses dari hitungan kelima, telapak tangan dan badan merunduk

7

Lanjutan proses dari hitungan keenam, telapak tangan dan badan merunduk

8

Kedua telapak tangan

menghadap ke atas atau terbuka dengan posisi badan merunduk 1 Kedua telapak tangan ditutup secara menyilang dengan posisi tangan kanan di

atas tangan kiri Posisi awal kedua telapak tangan dibuka di atas paha dengan posisi sejajar. Pandangan mengikuti arah tangan dengan ekspresi tersenyum. 2 Kedua telapak tangan dibuka dengan posisi telapak tangan kanan dan kiri sejajar 3 Kedua telapak tangan ditutup secara menyilang dengan posisi tangan kanan di atas tangan kiri


(42)

2. Ngaka kelap 4 Kedua telapak tangan dibuka dengan posisi tangan kanan dan kiri sejajar di depan pundak 5 Kedua telapak tangan ditutup secara menyilang dengan posisi tangan kanan di atas tangan kiri dan badan hadap kekanan atau kekiri 6 Kedua telapak tangan dibuka secara sejajar dengan posisi badan hadap kekanan atau kekiri 7 Kedua telapak tangan ditutup secara menyilang dengan posisi badan hadap kekanan atau kekiri 8 Kedua telapak tangan dibuka secara sejajar dengan posisi badan hadap kekanan atau kekiri 1

Siku tangan kanan ditarik ke dalam


(43)

3. Ngahilok Posisi awal dengan memegang properti piring tangan ditekuk dan lengan bagian bawah mengarah ke depan sejajar dengan dada, serta telapak tangan bagian dalam menghadap ke atas. Posisi badan tegap dengan pandangan ke depan 2 Proses telapak tangan kanan diputar ke arah dalam 3 Lanjutan dari hitungan kedua proses telapak tangan kanan diputar ke arah dalam hingga kembali ke posisi awal dengan posisi menyilang tangan kanan diatas tangan kiri

4

kedua tangan dibuka dengan posisi sejajar

5

Siku tangan kiri ditarik ke dalam


(44)

6

Proses telapak tangan kiri diputar ke arah dalam hingga kembali ke posisi awal

7

Lanjutan hitungan keenam proses telapak tangan kiri diputar ke arah dalam hingga kembali ke posisi awal dengan posisi menyilang tangan kiri diatas tangan kanan

8

Kedua tangan dibuka dengan posisi sejajar

1

Siku kedua tangan ditarik ke dalam

Posisi awal dengan memegang properti piring tangan ditekuk dan lengan bagian bawah mengarah ke depan sejajar


(45)

4. Sebatang masuk

2

Proses kedua telapak tangan diputar ke arah dalam

dengan dada, serta telapak tangan bagian dalam menghadap ke atas. Posisi badan tegap dengan pandangan ke depan.

3

Lanjutan hitungan kedua, proses kedua telapak tangan berada didepan pundak

4

Kedua telapak tangan kembali ke posisi awal

5

Siku kedua tangan ditarik ke dalam


(46)

6

Proses kedua telapak tangan diputar ke arah dalam

7

Lanjutan hitungan keenam, proses kedua telapak tangan berada didepan pundak

8

Kedua telapak tangan kembali ke posisi awal

1

Siku kedua tangan didorong ke depan

Posisi awal dengan memegang properti piring tangan ditekuk dan lengan bagian bawah mengarah ke depan sejajar


(47)

5. Sebatang keluar

2

Proses kedua telapak tangan diputar ke arah luar

dengan dada, serta telapak tangan bagian dalam menghadap ke atas. Posisi badan tegap dengan pandangan ke depan

3

Lanjutan hitungan kedua, proses kedua telapak tangan diputar ke arah luar dengan telapak tangan bagian dalam mengarah ke atas hingga kembali ke posisi awal

4

Kedua telapak tangan kembali ke posisi awal

5

Siku kedua tangan didorong ke depan


(48)

6

Proses kedua telapak tangan diputar ke arah luar

7

Lanjutan hitungan keenam, proses kedua telapak tangan diputar ke arah luar dengan telapak tangan bagian dalam mengarah ke atas hingga kembali ke posisi awal

8

Kedua telapak tangan kembali ke posisi awal

6. Laga puyuh

1

Siku tangan kanan ditarik ke dalam, bersamaan dengan lengan bawah tangan kiri ditarik ke dalam

Posisi awal dengan memegang properti piring tangan ditekuk dan lengan bagian bawah mengarah ke depan sejajar


(49)

2

Telapak tangan kanan diputar ke arah dalam hingga jari-jari mengarah ke atas, tangan kiri mengikuti dengan dada, serta telapak tangan bagian dalam menghadap ke atas Posisi badan tegap dengan pandangan ke depan. 3 Jari-jari tangan kanan menghadap bawah dengan posisi telapak tangan bagian atas menghadap depan, diikuti dengan jari-jari tangan kiri menghadap atas dengan posisi telapak tangan menghadap samping 4 Telapak tangan sebelah kiri diputar ke arah luar hingga ke posisi awal

5

Siku tangan kanan ditarik ke dalam, bersamaan dengan lengan bawah tangan kiri ditarik ke dalam


(50)

6

Telapak tangan kanan diputar ke arah dalam hingga jari-jari mengarah ke atas, tangan kiri mengikuti 7 Jari-jari tangan kanan menghadap bawah dengan posisi telapak tangan bagian atas menghdap depan, diikuti dengan jari-jari tangan kiri menghadap atas dengan posisi telapak tangan menghadap samping 8 Telapak tangan sebelah kiri diputar ke arah luar hingga ke posisi awal

7. Nokoh

1 Kedua tangan diayun,tangan kanan kebelakang, sedangkan tangan kiri kedepan Posisi awal dengan memegang properti piring tangan ditekuk dan lengan bagian bawah mengarah ke depan sejajar


(51)

2

Kedua tangan diayun, tangan kanan kedepan, sedangkan tangan kiri kebelakang

dengan dada, serta telapak tangan bagian dalam menghadap ke atas

3

Kedua tangan diayun,tangan kanan kebelakang, sedangkan tangan kiri kedepan

4

Kedua piring yang berada di telapak tangan ditukar hingga berpindah posisi

5

Kedua tangan diayun,tangan kanan kebelakang, sedangkan tangan kiri kedepan


(52)

6

Kedua tangan diayun, tangan kanan kedepan, sedangkan tangan kiri kebelakang

7

Kedua tangan diayun,tangan kanan kebelakang, sedangkan tangan kiri kedepan

8

Kedua piring yang berada di telapak tangan ditukar hingga berpindah posisi


(53)

Tabel 2. Nama dan Rangkaian Ragam Gerak Kaki Tari Piring Dua Belas

No Nama Gerak Hitungan Uraian Gerak Keterangan

1. Gerak kaki 1

1 Kaki kanan melangkah ke depan Gerak kaki ini digunakan ketika menuju piring, melangkahi piring, dan ketika akan kembali ke posisi awal. Gerakan kaki 1 biasa dipasangkan dengan ngahilok, sebatang masuk, sebatang keluar, dan nokoh. 2 Kaki kiri melangkah ke depan sejajar dengan kaki kanan. 3 Kaki kanan melangkah ke belakang. 4

Kaki kiri mundur sejajar dengan kaki kanan dengan posisi menjinjit.


(54)

5

Kaki kiri melangkah ke depan

6

Kaki kanan melangkahi piring ke arah samping kanan.

7

Kaki kiri melangkah ke belakang

8

Kaki kanan mundur sejajar dengan kaki kiri dengan posisi kaki menjinjit.


(55)

2. Gerak kaki 2

1

Kaki kanan menjijit ke arah

depan Gerak kaki

ini digunakan dalam gerak laga puyuh. Dalam gerakan ini berada di depan piring dan dalam proses jalan menuju piring awal

2

Kaki kanan kembali lagi keposisi awal atau sejajar dengan kaki kiri

3

Kaki kiri menjijit ke arah depan

4

Kaki kiri kembali lagi keposisi awal atau sejajar dengan kaki kanan


(56)

5

Kaki kanan menjijit ke arah depan

6

Kaki kanan kembali lagi keposisi awal atau sejajar dengan kaki kiri

7

Kaki kiri menjijit ke arah depan

8

Kaki kiri kembali lagi keposisi awal atau sejajar dengan kaki kanan


(57)

3. Gerak kaki 3 1 Kaki kanan melangkah ke depan Gerakan ini dilakukan ketika menginjak piring. Gerakan kaki 3 biasa dipasangkan dengan ragam gerak ngahilok, sebatang masuk, sebatang keluar, dan nokoh.. Gerak kaki ini digunakan ketika melangkahi piring. Dalam gerakan ini jika berada di sebelah kanan piring maka dimulai dengan kaki kanan, akan tetapi jika berada di sebelah kiri piring maka dimulai dengan kaki kiri. Hitungan dilanjutkan sampai piring ke 12. 2 Kaki kiri melangkah ke depan 3 Kaki kanan melangkah ke depan 4 Kaki kiri melangkah ke depan


(58)

2.3.3 Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Dalam aktivitas belajar mengajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa lama dan pandangan ilmu jiwa modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama aktivitas didominasi oleh guru, sedangkan pandangan ilmu jiwa modern aktivitas didominasi oleh siswa, kemudian untuk aktivitas belajar dapat digolongkan dalam beberapa klasifikasi antara lain: visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, dan emotional activities (Sardiman, 2011:101).

Dalam penelitian ini jenis aktivitas yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran sebagai berikut (Sardiman, 2011:101).

1. Visual activities, yaitu memperhatikan. 2. listening activities, yaitu mendengarkan 3. Motor activities, yaitu percobaan.

2.3.4 Pengertian Kemampuan Gerak Tari Piring Dua Belas

Kemampuan adalah kecakapan atau potensi seorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang. Kemampuan gerak tari piring dua belas dalam penelitian ini adalah hasil proses belajar tari piring dua belas. Penilaian hasil belajar secara umum dilakukan oleh guru dalam bentuk mengenai menguasaan bahan ajar yang telah diperoleh peserta didik. Penilaian hasil belajar bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan


(59)

pembelajaran yang telah ditetapkan. Penilaian hasil belajar pada mata pelajaran seni budaya khususnya seni tari berkenaan dengan hasil belajar tari piring dua belas yaitu melihat sejauh mana kemajuan belajar siswa dalam proses

pembelajaran tari piring dua belas.

2.4 Evaluasi belajar

Evaluasi belajar merupakan suatu komponen dalam sistem pengajaran, sedangkan sistem pengajaran itu sendiri merupakan implementasi kurikulum, sebagai upaya untuk menciptakan belajar dikelas. Fungsi utama evaluasi dalam kelas adalah untuk menetukan hasil-hasil urutan pengajaran. Hasil-hasil dicapai langsung berkaitan dengan penguasaan tujuan-tujuan yang menjadi target. Selain itu, evaluasi menepati kedudukan penting penting dalam rancangan kurikulum dan rancangan pengajaran. Evaluasi juga dimaksudkan untuk mengamati peranan guru, strategi pengajaran khusus, materi kurikulum, dan prinsip-prinsip belajar untuk diterapakan dalam pengajaran. Tujuan evaluasi untuk memperbaiki pengajaran dan penguasaan tujuan tertentu dalam kelas. Fungsi evaluasi adalah mengumpulkan informasi akurat tentang input dan output pembelajaran

disamping proses pembelajarn itu sendiri. Dengan evaluasi dapat diketahui sejauh mana siswa mengalami kemajuan dalam proses belajar setelah mengalami

pembelajaran (Hamalik, 2011: 145).

Dalam penelitian ini menggunakan evaluasi belajar dalam pengukuran ranah psikomotor. Pengukuran ranah psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa kemampuan gerak tari piring dua belas.


(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yaitu penggunaan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 1 Kalirejo maka metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Dipilihnya metode deskripsi kualitatif karena gejala-gejala informasi yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alami, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci (Sugiyono 2011:15).

Dalam penelitian ini metode deskripsi kualitatif digunakan untuk mengetahui dan mendeskripsikan penggunaan model kooperatif STAD dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tari piring dua belas kelas XII IPA 2 SMA Negeri 1 Kalirejo.

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berupa data-data yang berasal dari informan, yaitu guru seni budaya dan siswa kelas XII IPA 2 yang berjumlah 35 siswa, dengan jumlah 12 laki-laki dan 23 siswa perempuan, dari siswa tersebut untuk memperoleh data tentang proses pembelajaran tari piring dua belas dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD.


(61)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono. 2011: 308). Maka pengumpulan data merupakan pekerjaan yang penting dalam meneliti.

Dalam penelitian ini ada lima teknik pengumpulan data yaitu, dengan observasi, catatan lapangan, dokumentasi, test praktik dan nontes. Langkah-langkah pengumpulan data antara lain:

3.3.1 Observasi

Observasi adalah pengamatan atau mengamati sesuatu yang akan dijadikan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti. Dalam penelitian ini menggunakan jenis observasi partisipan. Observasi partisipan pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2007: 220).

Tujuan observasi dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data penelitian aktivitas siswa dan guru dalam penggunaan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran tari piring dua belas. Melalui observasi ini diharapkan dapat diperoleh data tentang masalah penelitian.


(62)

3.3.2 Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, apa yang dilihat, apa yang dialami, dan apa-apa yang dipikirkan dalam rangka

pengumpulkan data dalam refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif (Ghony, 2012:213). Pada waktu penelitian mulai memasuki lokasi penelitian, berkenalan dengan subjek penelitian, dan melakukan wawancara dengan siswa kelas XII IPA 2 dan guru seni budaya, lalu mengamati suatu peristiwa atau keadaan, melihat, dan membaca dokumen dalam waktu yang bersamaan. Peneliti mulai melakukan pencatatan apa-apa yang terjadi dengan cermat, walau relatif sederhana secara garis besar sehingga data atau informan saat itu tidak hilang dari ingatan peneliti.

3.3.3 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan berbentuk tulisan, gambar, atau film. Dalam penelitian ini dokumen yang dikumpulkan yaitu berupa tulisan, gambar, dan video. Setelah mendapatkan hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih akuran dengan didukung oleh catatan-catatan atau data mengenai

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA N 1 Kalirejo. Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tambahan, berupa laporan maupun gambar.


(63)

3.3.4 Tes Praktik (Perbuatan)

Konsep tujuan pembelajaran yang menitiberatkan pada tingkah laku siswa

(perbuatan) sebagai output siswa yang dapat diamati ( Sagala, 2011: 25). Jenis tes yang digunakan yaitu tes kemampuan mendemonstrasikan tari piring dua belas dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD.

Perolehan data tentang hasil belajar tari piring dua belas di kelas XII IPA 2 SMA N 1 Kalirejo digunakan tes praktik perbuatan atau produk gerak tari piring dua belas untuk menyatakan gerak tari piring dua belas yang dilakukan siswa sebagai hasil belajar individu di dalam kelompok, digunakan instrumen yang berupa lembar pengamatan test praktik, seperti di bawah ini.

Tabel 3. Lembar Pengamatan Tes Praktik (individu)

No. Aspek Deskriptor Skor Kriteria

1. Hafalan Urutan Gerak

a) Siswa mampu

memperagakan urutan gerak tari piring dua belas dari awal sampai akhir tanpa ada kesalahan

5 Baik

Sekali b) Siswa memperagakan

urutan gerak tari piring dua belas akan tetapi masih mengalami kesalahan 1-2 kali pada tujuh ragam gerak

4 Baik

c) Siswa memperagakan urutan gerak tari piring dua belas akan tetapi masih mengalami kesalahan 3-4 kali pada tujuh ragam gerak

3 Cukup

d) Siswa memperagakan urutan gerak tari piring dua belas akan tetapi masih mengalami kesalahan 5-6 kali pada tujuh ragam gerak

2 Kurang Baik e) Siswa tidak hafal urutan

gerak tari piring dua belas


(64)

sehingga siswa terlihat tidak tertib gerak dan

tidak beraturan 2. Penggunaan

Properti (dua piring yang dibawa penari dan susunan dua belas piring)

a) Siswa mampu membawa piring (cara memegang dan tidak terjatuh) dengan teknik yang benar

dalam memperagakan gerak ngahilok, sebatang masuk, sebatang keluar, laga puyuh dan nokoh.

dengan gerak kaki 1 dan 2. 5 Baik Sekali b) Siswa membawa piring

(cara memegang

dan tidak terjatuh) dengan gerak kaki 3 (menginjak piring) dengan teknik yang benar dalam memperagakan gerak ngahilok, sebatang masuk, sebatang keluar, dan nokoh.

a) Siswa membawa piring dengan tidak terjatuh akan tetapi tidak

dengan teknik yang benar dengan tingkat kesalahan 1-2 kali (pada gerak ngahilok, sebatang masuk, sebatang keluar, laga puyuh dan nokoh dengan gerak kaki 1 dan 2)

4 Baik

b) Siswa membawa piring tidak terjatuh dengan gerak kaki 3 akan tetapi tidak dengan teknik yang benar pada tingkat kesalahan 1-2 kali (pada gerak ngahilok, sebatang masuk, sebatang keluar, dan nokoh)

a) Siswa membawa piring dengan tidak terjatuh akan tetapi tidak

dengan teknik yang benar dengan tingkat kesalahan 3-4 kali (pada gerak ngahilok, sebatang masuk, sebatang keluar, laga puyuh dan nokoh


(65)

dengan gerak kaki 1 dan 2) b) Siswa membawa piring

tidak terjatuh dengan gerak kaki 3 akan tetapi tidak dengan teknik yang benar pada tingkat kesalahan 3-4 kali (pada gerak ngahilok, sebatang masuk, sebatang keluar, dan nokoh)

a) Siswa membawa piring dengan tidak terjatuh akan tetapi tidak dengan teknik yang benar dengan tingkat kesalahan 5-6 kali (pada gerak ngahilok, sebatang masuk, sebatang keluar, laga puyuh dan nokoh dengan gerak kaki 1 dan 2.)

2 Kurang Baik b) Siswa membawa piring

tidak terjatuh dengan gerak kaki 3 akan tetapi tidak dengan teknik yang benar pada tingkat kesalahan 5-6 kali (pada gerak ngahilok, sebatang masuk, sebatang keluar, dan nokoh)

a) Siswa hanya

memperagakan gerak tanpa memperdulikan

teknik yang benar dan atau piring terjatuh (pada gerak ngahilok, sebatang masuk, sebatang

keluar,laga puyuh dan nokoh pada gerak

kaki 1 dan 2) 1 Gagal b) Siswa hanya

memperagakan gerak tanpa memperdulikan

teknik yang benar pada gerak kaki 3 dan

atau piring terjatuh (pada gerak ngahilok, sebatang masuk, sebatang

keluar, dan nokoh)


(66)

3. Ketepatan Gerak

dengan musik

a) Siswa mampu

memperagakan gerak tari piring dua belas dengan ketepatan hitungan gerak dan musik

5 Baik

Sekali b) Siswa memperagakan gerak

tari piring dua belas 1-2 kali terlambat atau

mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak

4 Baik

c) Siswa memperagakan gerak tari piring dua belas 3-4 kali terlambat atau

mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak

3 Cukup

d) Siswa memperagakan gerak tari piring dua belas 5-6 kali terlambat atau

mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak

2 Kurang Baik

e) Siswa memperagakan gerak tari piring dua belas lebih dari 6 kali terlambat atau mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak

1 Gagal

Total Skor Maksimum 15

Hasil belajar gerak tari piring dua belas siswa dapat diukur dengan lembar

pengamatan tes praktik dengan total skor keseluruhan berjumlah 15 sehingga hasil belajar siswa dapat dilihat menggunakan patokan dengan perhitungan persentase untuk Skala lima, sebagai berikut.


(67)

Tabel 4. Penentuan Patokan Dengan Persentase untuk Skala Lima Interval Persentase

Tingkat Penguasaan Keterangan

85% - 100 % Baik Sekali

75% - 84% Baik

60% - 74% Cukup

40% - 59% Kurang baik

0% – 39% Gagal

(Nurgiyantoro, 1988 :363).

Setelah skor didapat, maka dilakukan perhitungan untuk siswa berdasarkan tiga aspek yang akan dijadikan indikator penilaian yaitu hafalan ragam gerak, teknik penggunaan properti (piring), dan ketepatan gerak dengan musik pada saat menari dengan pemberian skor yang sudah ditentukan pada tabel lembar pengamatan tes praktik yang memiliki skor maksimal 15.

Selanjutnya setelah skor siswa diperoleh maka diolah menjadi nilai dengan rumus berikut.

Nilai Siswa =

Contoh siswa dengan kode WW memperoleh skor dari tes praktik yaitu 14. Untuk menghitung nilai skor yang diperoleh berdasarkan rumus perhitungan tes.

Nilai Siswa =

Nilai Siswa =

= 93

Dengan demikian, jika disandingkan dengan tolok ukur patokan dengan perhitungan persentase untuk skala lima maka WW mendapat persentase baik sekali


(68)

3.3.5 Nontes

Teknik nontes digunakan untuk memperoleh data penelitian tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran tari piring dua belas di dalam kelompoknya dan aktivitas guru dalam mengajar di kelas dengan penggunaan model kooperatif tipe STAD . Untuk memperoleh data tentang penggunaan model kooperatif pada pembelajaran tari piring dua belas yang diamati pada lembar pengamatan aktivitas siswa, sebagai berikut.

Tabel 5. Lembar Penilaian Aktivitas Siswa

No. Aspek Deskriptor Penilaian Skor Kriteria

1. Visual Activities

a) Seluruh siswa memperhatikan guru pada saat guru mendemonstrasikan kemudian siswa mampu

menggerakkan atau ikut

mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh guru

5 Baik

Sekali

b) Dari 35 siswa terdapat 1-5 siswa yang tidak memperhatikan guru pada saat guru mendemonstrasikan

sehingga siswa tidak mampu menggerakkan atau ikut

mendemonstrasikan bersama teman satu kelompoknya.

4 Baik

c) Dari 35 siswa terdapat 6-10 siswa yang tidak memperhatikan guru pada saat guru mendemonstrasikan

sehingga siswa tidak mampu mendemonstrasikan dengan baik sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh guru

3 Cukup

d) Dari 35 siswa terdapat 11-15 siswa tidak memperhatikan guru pada saat mendemonstrasikan sehingga siswa tidak dapat menggerakkan atau ikut mendemonstrasikan dengan baik atau tidak sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh guru

2 Kurang baik


(69)

e) Seluruh siswa tidak memperhatikan pada saat guru mendemonstrasikan sehingga seluruh siswa tidak dapat menggerakkan atau ikut

mendemonstrasikan dengan baik atau tidak sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh guru

1 Gagal

2. Listening Activities

a) Seluruh siswa mendengarkan materi urutan gerak dan ketepatan gerak dengan musik yang dijelaskan oleh guru dan seluruh siswa mampu mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan.

5 Baik

Sekali

b) Dari 35 siswa terdapat 1-5 siswa yang tidak mendengarkan penjelasan guru tentang materi urutan gerak dan ketepatan gerak dengan musik, sehingga siswa tidak mampu mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan.

4 Baik

c) Dari 35 siswa terdapat 6-10 siswa yang tidak mendengarkan penjelasan guru tentang materi urutan gerak dan ketepatan gerak dengan musik, sehingga siswa tidak mampu mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan.

3 Cukup

d) Dari 35 siswa terdapat 11-15 siswa yang tidak mendengarkan penjelasan guru tentang materi urutan gerak dan ketepatan gerak dengan musik, sehingga siswa tidak mampu mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan.

2 Kuang

Baik

e) Seluruh siswa tidak mendengarkan penjelasan guru tentang materi urutan gerak dan ketepatan gerak dengan musik, sehingga seluruh siswa tidak mampu

mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan.

1 Gagal

3. Motor Activities

a) Seluruh siswa memperagakan gerak tari piring dua belas dengan masing-masing kelompoknya sesuai dengan gerakan yang diajarkan oleh guru

5 Baik

Sekali

b) Dari 35 siswa terdapat 1-5 siswa yang tidak memperagakan gerak tari piring dua belas dengan


(70)

masing kelompoknya

c) Dari 35 siswa terdapat 6-10 siswa yang tidak memperagakan gerak tari piring dua belas dengan masing-masing kelompoknya

3 Cukup

d) Dari 35 siswa terdapat 11-15 siswa yang tidak memperagakan gerak tari piring dua belas dengan masing-masing kelompoknya

2 Kurang Baik

e) Seluruh siswa tidak memperagakan gerak tari piring dua belas dengan masing-masing kelompoknya

1 Gagal

15 Setelah skor aktivitas siswa didapat, maka dilakukan perhitungan untuk

mengetahui nilai aktivitas berdasarkan tiga aspek yang akan dijadikan indikator penilaian aktivitas siswa yaitu visual activities, listening activities dan motor activities pada saat proses pembelajaran di kelas dengan pemberian skor yang sudah ditentukan pada tabel yaitu lembar penilaian aktivitas siswa yang memiliki skor maksimum 15. Selanjutnya setelah skor aktivitas siswa diperoleh maka diolah menjadi nilai dengan rumus berikut.

Nilai Siswa =

Lembar pengamatan aktivitas guru digunakan untuk mengecek dan melihat kegiatan guru di dalam kelas. Guru berperan aktif dalam penggunaan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran tari piring dua belas.


(71)

Tabel 6. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru No.

Instrumen Kegiatan Guru P.1 P.2 P.3 P.4 P.5 P.6 1. Memberi apersepsi dan

motivasi

2. Memberitahukan KD dalam pembelajaran hari ini 3. Memberitahukan

indikator/tujuan pembelajaran 4. Menjelaskan kegiatan/tugas

yang harus dilakukan peserta didik

5. Menggunakan metode demonstrasi dan model kooperatif tipe STAD 6. Memfasilitasi terjadinya

interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, dan atau peserta didik dengan sumber belajar

7. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran

8. Memfasilitasi peserta didik untuk berfikir kritis,

menganalisis, memecahkan masalah, dan bertidak tanpa rasa takut.

9. Memfasilitasi peserta didik berkompetensi untuk

meningkatkan prestasi siswa 10. Memberi konfirmasi melalui

berbagai sumber terhadap hasil pembelajaran kooperatif peserta didik

11. Berperan sebagai nara sumber dan fasilitator dalam

menjawab pertanyaan peserta didik yang mengalami

kesulitan, dengan bahasa yang baik dan santun 12. Memberi acuan agar peserta

didik dapat melakukan pengecekan hasil

pembelajaran kooperatif 13. Memberi motivasi kepada


(72)

atau belum berpartisipasi aktif

14. Guru mengajukan pertanyaan untuk mengecek

ketercapainya tujuan pendidikan

15. Menyimpulkan hasil belajar 16. Memberi tugas untuk

pertemuan guru berikutnya

(Sumber: Instrumen Supervisi Akademik Sertifikasi Guru) Keterangan:

P.1 = Pertemuan pertama P.4 = Pertemuam keempat P.2 = Pertemuan kedua P.5 = Pertemuan kelima P.3 = Pertemuan ketiga P.6 = Pertemuam kelima

Instrumen ini digunakan untuk mengamati aktivitas yang dilakukan guru pada saat sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung tiap pertemuan. Apabila telah dilakukan maka kolom-kolom ini akan diberi check list sebagai penanda.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Hal ini dikarenakan pada penelitian pengambilan data, observasi, dan wawancara dilakukan oleh peneliti itu sendiri. Dalam instrumen penelitian digunakan panduan observasi, panduan dokumentasi, catatan harian, tes praktik, dan nontes.

1. Panduan Observasi

Lembar pengamatan (observasi) digunakan peneliti pada saat pengamatan, tentang apa saja yang dilihat dan diamati secara langsung.


(73)

Panduan catatan lapangan berisi catatan harian yang akan memudahkan peneliti untuk terus mengikuti arah perkembangan kegiatan penelitiannya, untuk memperoleh gambaran bagaimana rencana penelitian dengan peroleh data yang dikumpulkan.

3. Panduan Dokumentasi

Panduan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa foto-foto catatan resmi, dan catatan harian yang menggunakan alat bantu kamera foto. Catatan harian digunakan peneliti untuk mengumpulkan data secara berlanjut pada saat pengamatan (observasi) dan wawancara. Catatan harian ini selalu dibawa pada saat peneliti untuk menulis data, sehingga tidak ada data yang terlewatkan. Sehingga data-data yang didapat sangat lengkap.

4. Lembar Pengamatan Tes Praktik

Lembar pengamatan tes praktik digunkaan untuk memperoleh data terhadap hasil belajar tari piring dua belas dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD. Lembar tes praktik yang digunakan instrumen yang berupa aspek-aspek penilaian yang sudah ditentukan.

5. Nontes

Teknik nontes digunakan untuk memperoleh data penelitian tentang aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran tari piring dua belas melalui penggunaan model kooperatif tipe STAD.


(74)

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau katagori. Data pada awal penelitian dan berlanjut terus sepanjang penelitian dalam penelitian ini, data-data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil analisis disusun untuk mendeskripsikan penggunaan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran tari piring dua belas siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri I Kalirejo.

Langkah-langkah dalam analisis data antara lain:

1) mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran tari piring dua belas dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD;

2) menganalisis hasil tes tari piring dua belas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dianalisis menggunakan lembar pengamatan tes praktik dengan baik dan benar;

3) memberi nilai hasil tes praktik siswa, dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut.

Nilai Siswa =

4) menentukan nilai hasil tes praktik yang diakumulasikan, kemudian diukur hasil belajar siswa dalam pembelajaran tari piring dua belas menggunakan tolok ukur sebagai berikut.


(75)

Tabel 4. Penentuan Patokan Dengan Persentase untuk Skala Lima Interval Persentase

Tingkat Penguasaan Keterangan

85% - 100 % Baik Sekali

75% - 84% Baik

60% - 74% Cukup

40% - 59% Kurang Baik

0% – 39% Gagal

(Nurgiyantoro, 1988 :363).

5) mereduksi data dengan cara mengumpulkan, merangkum, dan dipilih hal-hal yang pokok yang sesuai untuk dianalisis;

6) membuat kesimpulan dengan cara mengelola dan menganalisis data-data pada saat observasi, catatan lapangan, dokumentasi, hasil tes praktik serta aktivitas siswa dan guru.


(76)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis deskriptif kualitatif dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model kooperatif tipe STAD di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah sebagai berikut.

1. Penggunaan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran tari piring dua belas, guru dan siswa sangat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok secara acak dan ditentukan ketua kelompok pada tiap kelompok. Penggunaan model pembelajaran ini sangat membantu guru dalam proses pembelajaran karena guru dapat mengevaluasi dan mengoreksi siswa secara individu serta memiliki nilai efektif dan efisien, sedangkan bagi siswa memberikan kesempatan untuk mengembangkan hubungan antar siswa di dalam kelompoknya dan

termotivasi serta terlihat aktif dalam pembelajaran, juga dianggap lebih baik karena siswa lebih mudah mengatasi kesulitan selama proses pembelajaran tari piring dua belas dengan berlatih bersama teman satu kelompoknnya, namun dalam penggunaan model kooperatif tipe STAD masih memiliki kelemahan, yakni siswa masih mengandalkan ketua kelompok dalam pembelajaran maupun latihan di luar jam pelajaran.


(77)

2. Skor rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran tari piring dua belas untuk tiap-tiap indikatornya adalah sebagai berikut.

a. Hasil belajar siswa pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA

Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah berdasarkan aspek hafalan urutan gerak pada urutan gerak termasuk dalam kategori baik (74%);

b. Hasil belajar siswa pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah berdasarkan aspek penggunaan properti (piring) termasuk dalam kategori baik sekali (91%);

c. Hasil belajar siswa pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah berdasarkan aspek ketepatan gerak dengan

musik termasuk dalam kategori baik (84%);

Berdasarkan hasil di atas maka kesimpulan yang didapat dari penggunaan model kooperatif tipe STAD dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah adalah baik.

5.2 Saran

Melihat kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian penggunaan kooperatif tipe STAD pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 1 Kalirejo

Lampung Tengah, maka disarankan sebagai berikut.

1. Pada pembelajaran tari piring dua belas dengan penggunaan model kooperatif tipe STAD, sebaiknya guru memberikan tugas atau pekerjaan rumah (PR) bagi setiap siswa, agar siswa memiliki tanggung jawab secara individu dalam proses pembelajaran;


(78)

2. Pada saat penilaian sebaiknya kelompok lain yang belum mendapat

kesempatan pengambilan nilai untuk menunggu di luar kelas, agar kelompok yang sedang pengambilan nilai di dalam kelas dapat konsentrasi atau fokus karena tidak terganggu dengan kelompok yang lain.


(79)

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Sumandiyo. 2007. Kajian Tari Teks dan Konteks. Pustaka book Publisher, Yogyakarta.

Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar-Mengajar. Bumi aksara, Jakarta.

Hidayat, Robby. 2005. Wawasan Seni Tari Pengetahuan Praktis Bagi Guru Seni Tari. Katalog Dalam Terbitan (KDT), Malang.

Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Penelitian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. BPFE IKIP, Yogyakarta.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Rajawali Pers, Jakarta.

Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta, Bandung.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran berstandar pendidikan. Kencana, Jakarta.

Sardiman A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sardiman, Arif S. 2005. Media Pendidikan. Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Hidayati, Septi. 2012. Penggunaan Media Audio Visual dan Kemampuan Mendemonstrasikan Tari Piring Dua Belas Siswa SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.


(80)

Slavin, Robert E.2005. Cooperative Learning. Nusa Media, Bandung.

Sugiyono. 2011. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

Sukmadinata, Nana Syuodin. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.

Tarigan, Heraman. 2010. “Belajar Motorik”. FKIP UNILA. Bandar Lampung. Tim Taman Budaya. 2008. “Deskripsi Tari Piring Dua Belas”. Departemen


(1)

Interval Persentase

Tingkat Penguasaan Keterangan 85% - 100 % Baik Sekali

75% - 84% Baik

60% - 74% Cukup

40% - 59% Kurang Baik

0% – 39% Gagal

(Nurgiyantoro, 1988 :363).

5) mereduksi data dengan cara mengumpulkan, merangkum, dan dipilih hal-hal yang pokok yang sesuai untuk dianalisis;

6) membuat kesimpulan dengan cara mengelola dan menganalisis data-data pada saat observasi, catatan lapangan, dokumentasi, hasil tes praktik serta aktivitas siswa dan guru.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis deskriptif kualitatif dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model kooperatif tipe STAD di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah sebagai berikut.

1. Penggunaan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran tari piring dua belas, guru dan siswa sangat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok secara acak dan ditentukan ketua kelompok pada tiap kelompok. Penggunaan model pembelajaran ini sangat membantu guru dalam proses pembelajaran karena guru dapat mengevaluasi dan mengoreksi siswa secara individu serta memiliki nilai efektif dan efisien, sedangkan bagi siswa memberikan kesempatan untuk mengembangkan hubungan antar siswa di dalam kelompoknya dan

termotivasi serta terlihat aktif dalam pembelajaran, juga dianggap lebih baik karena siswa lebih mudah mengatasi kesulitan selama proses pembelajaran tari piring dua belas dengan berlatih bersama teman satu kelompoknnya, namun dalam penggunaan model kooperatif tipe STAD masih memiliki kelemahan, yakni siswa masih mengandalkan ketua kelompok dalam pembelajaran maupun latihan di luar jam pelajaran.


(3)

tiap-tiap indikatornya adalah sebagai berikut.

a. Hasil belajar siswa pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA

Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah berdasarkan aspek hafalan urutan gerak pada urutan gerak termasuk dalam kategori baik (74%);

b. Hasil belajar siswa pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah berdasarkan aspek penggunaan properti (piring) termasuk dalam kategori baik sekali (91%);

c. Hasil belajar siswa pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah berdasarkan aspek ketepatan gerak dengan

musik termasuk dalam kategori baik (84%);

Berdasarkan hasil di atas maka kesimpulan yang didapat dari penggunaan model kooperatif tipe STAD dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah adalah baik.

5.2 Saran

Melihat kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian penggunaan kooperatif tipe STAD pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 1 Kalirejo

Lampung Tengah, maka disarankan sebagai berikut.

1. Pada pembelajaran tari piring dua belas dengan penggunaan model kooperatif tipe STAD, sebaiknya guru memberikan tugas atau pekerjaan rumah (PR) bagi setiap siswa, agar siswa memiliki tanggung jawab secara individu dalam proses pembelajaran;


(4)

2. Pada saat penilaian sebaiknya kelompok lain yang belum mendapat

kesempatan pengambilan nilai untuk menunggu di luar kelas, agar kelompok yang sedang pengambilan nilai di dalam kelas dapat konsentrasi atau fokus karena tidak terganggu dengan kelompok yang lain.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Sumandiyo. 2007. Kajian Tari Teks dan Konteks. Pustaka book Publisher, Yogyakarta.

Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar-Mengajar. Bumi aksara, Jakarta.

Hidayat, Robby. 2005. Wawasan Seni Tari Pengetahuan Praktis Bagi Guru Seni Tari. Katalog Dalam Terbitan (KDT), Malang.

Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Penelitian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. BPFE IKIP, Yogyakarta.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Rajawali Pers, Jakarta.

Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta, Bandung.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran berstandar pendidikan. Kencana, Jakarta.

Sardiman A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sardiman, Arif S. 2005. Media Pendidikan. Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Hidayati, Septi. 2012. Penggunaan Media Audio Visual dan Kemampuan Mendemonstrasikan Tari Piring Dua Belas Siswa SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.


(6)

Slavin, Robert E.2005. Cooperative Learning. Nusa Media, Bandung.

Sugiyono. 2011. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

Sukmadinata, Nana Syuodin. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.

Tarigan, Heraman. 2010. “Belajar Motorik”. FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Tim Taman Budaya. 2008. “Deskripsi Tari Piring Dua Belas”. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung