Nilai Nilai Estetik LANDASAN TEORI

diadakan, antara lain menyangkut: makna, fungsi, tujuan, hakekat ataupun peranan, bentuk penyajian seni pertunjukan itu di masyarakat pendukungnya.

2.5 Nilai

Menurut soegito 2004: 75-76 nilai diartikan sebagai berikut: 1 harga dalam arti takaran, misalnya nilai intan, 2 harga sesuatu yang membuat uang, 3 angka kepandaian, 4 kadar, mutu, 5 sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagai kemanusiaan, misalnya nilai-nilai agama. Suyitno menyebutkan dalam soegito, 2004 nilai merupakan suatu yang kita alami sebagai ajakan dan panggilan untuk kita hadapi. Nilai mengarahkan perhatian serta niat kita, menarik kita keluar dan membangkitkan keaktifan kita. Nilai tidah hanya tamak pada sebagai nilai bagi seorang saja melainkan bagi segala umat. Nilai tampil sebagai suatu yang patut dikerjakan dan dilaksanakan oleh semua orang. Oleh karena itu, nilai dapat dikomunikasikan kepada orang lain.

2.6 Nilai Estetik

Istilah estetika berasal dari bahasa yunani “aestetis” yang berarti perasaan, pencerapan, persepsi pengalaman atau pemandangan Hartoko 1984: 15. Mengatakan bahwa estetika adalah merupakan cabang filsafat yang berhubungan dengan seni atau kesenian. Estetika sebenarnya ingin melihat segala aspek yang berhubungan dengan kenyataan manusia sebagai suatu keseluruhan pengalaman keindahan yang masuk kedalam tingkat presepsi manusia baik yang bersifat visual penglihatan ataupun auditif pendengaran. Istilah estetika sendiri sebenarnya baru dipakai sekitar tahun 1735 olehAlexander Baumgarten dalam bukunya Meditationes yang mengandung pengertian kurang lebih “Pembahasan tentang makna, istilah-istilah dan konsep- konsep yang berkenaan dengan seni dan keindahan”. Tujuan estetika menurut Baumgarten adalah keindahan. Pada abad ke-20 dimana modernisme turut berpengaruh terhadap berkembangnya seni rupa dan keindahan tidak lagi menjadi tujuan, berkembang upaya-upaya untuk mencari pemahaman filsafat atas seni. Maka lahirlah filsafat seni, yang sering disebut Estetika Modern atau Estetika Ilmiah. Disebut demikian karena merupakan suatu bentuk telaah ilmiah dengan memanfaatkan ilmu-ilmu yang relevan untuk menerangi arti seni dan perannya dalam peradaban manusia, seperti contohnya ilmu-ilmu sosial, psikologi, anthropologi, dan lain-lain.Kendati pada diri individu terdapat keragaman tentang kadar emosi estetis, namun secara keseluruhan tetap masih dapat dibangkitkan oleh hasil-hasil seni yang berupa keindahan. Hal ini terjadi pada saat seorang seniman berusaha menimbulkan respon tentang bermacam-macam obyek dan pengalaman keindahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.Solaeman 1992: 65.

2.7 Nilai Estetik Syair