pula tabung oksigen harus dimatikan dengan memutar knop ke arah 0. Stopwatch dimatikan, sehingga diperoleh waktu yang digunakan untuk pembakaran satu batang
rokok. Sisa batang rokok yang terdapat pada pipa diambil dan dibuang. Setelah dua menit dan keadaan smoking chamber bersih dari asap rokok, pasang rokok ke-2 pada
pipa yang sama dengan rokok ke-1.
Gambar 9. Pengasapan rokok kretek pada kelompok pajanan
Kemudian dilakukan tahapan yang sama seperti pada rokok ke-1. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan tahapan yang sama, untuk rokok ke-2 hingga rokok ke-8. Setelah
kelompok pajanan selesai diberi pemaparan asap rokok kretek sebanyak 8 batang, tikus-tikus tersebut dikembalikan ke kandang modifikasi.
Setelah semua tikus kelompok pajanan mendapat pemaparan asap rokok kretek, seluruh peralatan yang digunakan dibersihkan dan disimpan untuk pemaparan
selanjutnya. Pemaparan asap rokok dilakukan selama 5 hari dalam seminggu.
c. Penimbangan bobot badan
Bobot badan tikus ditimbang pada awal penelitian dan kemudian secara reguler satu minggu sekali sampai pada akhir penelitian.
uthanasia d. E
uthanasia diawali dengan pemberian anestetikum ether perinhalasi dalam wadah , yakni suatu anaerobic jar berisi kapas yang telah diberi eter. Beberapa
e. P
ampel darah diambil secara intrakardium sebanyak 2 cc untuk pemeriksaan serum ntuk setiap sampel. Lihat Lampiran 12
.
f. N
Setelah tikus dieuthanasi, tikus diletakkan diatas styrofoam yang sudah dilapisi n kaki tikus difiksasi menggunakan jarum pentul,
dan E
gelas tertutup menit kemudian setelah tikus terlihat lemah, dilanjutkan dengan pemberian Ketalar
® 10 Ketamine HCl dalam Natrium Klorida 0.9. Anestesi Ketalar
® diberikan secara injeksi intramuscular pada otot semi tendinosa dosis 0,1 cc 100 gram bobot
badan dengan disposable syringe 1 cc.
engambilan sampel darah
S GPx
glutathione peroxydase
u
ekropsi dan sampling jaringan
alumunium foil, bagian tangan da tubuh tikus dibasahi menggunakan kapas yang sudah diberi alkohol. Nekropsi
dilakukan dengan membuka lapisan kulit, fascia, rongga abdomen, dan rongga thoraks. Dilakukan sayatan ke arah atas untuk membuka saluran pernapasan bawah
dan paru. Saluran pernapasan atas yang berada dalam tulang kepala diperoleh dengan menggergaji tulang kranium bagian anterior secara longitudinal. Pemotongan organ
dapat dilakukan di atas talenan. Organ respirasi berupa trakhea, bronkhus, bronkhiolus, dan paru diambil, dibilas dengan aquades, kemudian disimpan dalam
larutan fiksasi buffer netral formalin 10 dengan volume ½ −¾ dari volume total
botol spesimen. Pada bagian atas botol diberi kain kasa untuk memfiksasi bagian paru yang mengapung. Setiap botol spesimen diberi kode tanggal nekropsi, kode tikus,
kode lain seperti kontrol dan pajanan. Spesimen disimpan dalam larutan fiksatif minimum 2x24 jam supaya proses fiksasi berlangsung sempurna. Bagian tengah
lobus diafragmaticus paru kiri diiris kecil-kecil dengan ukuran 1 x 1 mm3, disimpan dalam larutan fiksasi glutaraldehyde 4 dingin untuk pembuatan sediaan elektron
mikroskop. Pengamatan keadaan makroskopis dilakukan selama nekropsi
berlangsung dengan bantuan kaca pembesar untuk pengamatan lesi makroskopik. Lokasi pengambilan sampel jaringan sinus dilakukan dengan pemotongan
menggunakan gergaji. Lokasi yang diamati adalah lokasi 2 daerah hidung depan dan lokasi 4 daerah hidung belakang seperti tampak pada Gambar 10.
. 1 2 3 4
Gambar 10. Pemotongan sediaan sinus hidung.
T = Trakhea, P = Paru, B = Bronkhus, = Lokasi pengambilan sampel A
B Gambar 11. A Nekropsi dan B Sampel jaringan trakhea, bronkhus, dan paru
T
P T
B
P
T B
P
g. Pembuatan sediaan histopatologi