Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SMA dan SMK Negeri di Kota Pekanbaru

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN
SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA
DAN SMK NEGERI DI KOTA PEKANBARU

SKRIPSI

OLEH:
Frieda Sitepu
111201135/TEKNOLOGI HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian
Nama
NIM
Program studi


: Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap
Pada Bangunan SMA dan SMK Negeri di Kota Pekanbaru
: Frieda Sitepu
: 111201135
: Kehutanan

Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing

Luthfi Hakim, S.Hut.,M.Si
Ketua

Yunus Afifuddin S.Hut M.Si
Anggota

Mengetahui

Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D
Ketua Program Studi Kehutanan


ABSTRAK

FRIEDA SITEPU. Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap
Pada Bangunan SMA dan SMK Negeri di Kota Pekanbaru.Dibawah bimbingan
akademik oleh LUTHFI HAKIM dan YUNUS AFIFUDIN.
Pertimbangan perencanaan bangunan selalu mempertimbangkan dua aspek
penting yang berhubungan dengan masa pakai yaitu kekuatan dan keawetan.
Berkaitan dengan aspek kekuatan, pada umumnya struktur bangunan direncanakan
berdasarkan beban yang kemungkinan terjadi dan kekuatan bahan struktur yang
digunakan. Kecenderungan bahaya serangan rayap pada bangunan gedung
termasuk untuk fungsi hunian pada saat ini semakin tinggi. Penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh nilai kerugian ekonomis serangan rayap, dan
mendapatkan informasi jenis dan penyebaran rayap yang menyerang bangunan SMA
dan SMK Negeri di Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli
sampai Agustus 2014. Metode yang digunakan adalah dengan pengamatan langsung
dilapangan dan wawancara dengan menggunakan wawancara. Data yang diperoleh
kemudian di petakan dengan aplikasi GIS. Hasil yang diperoleh adalah sebanyak 64%
sekolah masuk ke dalam serangan kategori ringan dan 34% sekolah masuk dalam
kerusakan sedang. Rayap yang menyerang adalah jenis Rayap kayu kering
(Cryptotermes cynocephalus) dan Rayap tanah (Microtermes inspiratus)

Kata kunci: Rayap, kerugian ekonomi, bangunan sekolah, GIS

ABSTRACT
FRIEDA SITEPU. Losses Analysis and Mapping Distribution Of Termites Attack in
SMA and SMK Negeri Building in Pekanbaru. Supervised by LUTHFI HAKIM and
YUNUS AFIFUDIN
Building planning always take into two important aspects related that is the strength
and durability. Related to the strength , the structure of the building is planned based
on the load to occur and the power structure of the materials used. The tendency of
the danger of attacked by termites in buildings including residential function at this
point is getting higher. This study intend to get the value of economic losses termite
attack, and get the information types and the spread of termites that attack the
buildings of Senior High School and Vocational High School in Pekanbaru. The
research was conducted on July until August 2014. The method was used is direct
observation and interviews. The results mapped with GIS applications. The results
showed that 64% of senior school building have small damage and 34% of schools
included in the moderate damage. Termite species found are a type of dry wood
termites (Cryptotermes cynocephalus) and Termite soil (Microtermes inspiratus)
Keywords: Termites, economic losses, school buildings, GIS


ABSTRAK

FRIEDA SITEPU. Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap
Pada Bangunan SMA dan SMK Negeri di Kota Pekanbaru.Dibawah bimbingan
akademik oleh LUTHFI HAKIM dan YUNUS AFIFUDIN.
Pertimbangan perencanaan bangunan selalu mempertimbangkan dua aspek penting
yang berhubungan dengan masa pakai yaitu kekuatan dan keawetan. Berkaitan
dengan aspek kekuatan, pada umumnya struktur bangunan direncanakan berdasarkan
beban yang kemungkinan terjadi dan kekuatan bahan struktur yang digunakan.
Kecenderungan bahaya serangan rayap pada bangunan gedung termasuk untuk
fungsi hunian pada saat ini semakin tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh nilai kerugian ekonomis serangan rayap, dan mendapatkan informasi
jenis dan penyebaran rayap yang menyerang bangunan SMA dan SMK Negeri di
Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2014.
Metode yang digunakan adalah dengan pengamatan langsung dilapangan dan
wawancara dengan menggunakan wawancara. Data yang diperoleh kemudian di
petakan dengan aplikasi GIS. Hasil yang diperoleh adalah sebanyak 64% sekolah
masuk ke dalam serangan kategori ringan dan 34% sekolah masuk dalam kerusakan
sedang. Rayap yang menyerang adalah jenis Rayap kayu kering (Cryptotermes
cynocephalus) dan Rayap tanah (Microtermes inspiratus)

Kata kunci: Rayap, kerugian ekonomi, bangunan sekolah, GIS

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan perlindungan-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.
Penelitian ini berjudul “Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan
Rayap Pada Bangunan SMA dan SMK Negeri di Kota Pekanbaru ”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendapatkan kerugian ekonomis, mendapatkan informasi
jenis-jenis dan penyebaran rayap, mengidentifikasi peta sebaran jenis rayap dan
kerusakan, dan membuat model penduga kerugian ekonomis serangan rayap.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak
Luthfi

Hakim,

S.Hut.,

M.Si


dan

Yunus

Afifuddin

S.Hut

M.Si

atas kesediaannya untuk membimbing saya dalam menyelesaikan usulan penelitian
ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan
penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini belum sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk hasil
penellitian yang lebih baik. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Mei 2015

Penulis


DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ..............................................................................................
i
KATA PENGANTAR ............................................................................

iii

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................
Tujuan Penelitian ....................................................................................
Manfaat Penelitian ..................................................................................

1

3
3

TINJAUAN PUSTAKA
Bangunan SMA dan SMK Negeri ..........................................................
Deskripsi Kota Pekanbaru .......................................................................
Rayap ......................................................................................................
Rayap Perusak Gedung ...........................................................................
Ekologi dan Habitat Rayap .....................................................................
Cara Penyerangan ...................................................................................
Kerugian Serangan Rayap di Indonesia ..................................................
Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Serangan Rayap .....................
Perlakuan Pasca Konstruksi ....................................................................
Penekanan Populasi (Pengumpanan) ......................................................

4
4
5
7
10

12
13
14
14
15

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat ..................................................................................
Alat dan Bahan ........................................................................................
Batasan Studi...........................................................................................
Metode Penelitian ...................................................................................

16
16
16
17

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Bangunan Sekolah .............................................................
Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Bangunan SMA dan

SMK Negeri di Kota Pekanbaru .............................................................
Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Berbagai Komponen
Bangunan ................................................................................................

20
22
25

Sebaran Kerusakan Bangunan SMA dan SMK Negeri .........................
29
Jenis Rayap Perusak Kayu dan Sebaran Jenisnya ...................................
33
Model Penduga Kerugian Ekonomis dengan Menggunakan Standar Harga
Kayu ........................................................................................................
37

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................................
Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

38
38

DAFTAR GAMBAR

No.

Halaman
1. Bentuk Bangunan Sekolah SMA dan SMK Negeri ..........................
20
2. Komponen Sekolah yang Terbuat dari Kayu ....................................

22

3. Komponen yang Terserang Rayap ....................................................

27

4. Peta Sebaran Objek Penelitian .........................................................

30

5. Histogram Persentase Kerusakan Bangunan.....................................

32

6. Peta Sebaran Kerusakan Serangan Rayap ........................................

33

7. Jenis Rayap yang Menyerang Bangunan ..........................................

35

8. Peta Sebaran Jenis Rayap pada Bangunan .......................................

36

DAFTAR TABEL

No.
Halaman
1. Data Jumlah SMA dan SMK Negeri di Kota Pekanbaru ..................
4
2. Karakteristik-Karakteristik Bangunan SMA dan SMK Negeri di
Kota Pekanbaru .................................................................................

21

3. Kerugian Ekonomis Bangunan SMA dan SMK Negeri di Kota
Pekanbaru ..........................................................................................

24

4. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Pada Berbagai Komponen
Bangunan SMA dan SMK Negeri di Kota Pekanbaru .....................

25

5. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Tanah dan Kayu Kering
Pada Bangunan SMA dan SMK Negeri di Kota Pekanbaru ............

27

6. Persentase Kerusakan Bangunan SMA dan SMK Negeri di Kota
Pekanbaru .........................................................................................

31

7. Jenis Rayap yang Menyerang Bangunan ..........................................

35

8. Peta Sebaran Jenis Rayap pada Bangunan .......................................

36

ABSTRAK

FRIEDA SITEPU. Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap
Pada Bangunan SMA dan SMK Negeri di Kota Pekanbaru.Dibawah bimbingan
akademik oleh LUTHFI HAKIM dan YUNUS AFIFUDIN.
Pertimbangan perencanaan bangunan selalu mempertimbangkan dua aspek
penting yang berhubungan dengan masa pakai yaitu kekuatan dan keawetan.
Berkaitan dengan aspek kekuatan, pada umumnya struktur bangunan direncanakan
berdasarkan beban yang kemungkinan terjadi dan kekuatan bahan struktur yang
digunakan. Kecenderungan bahaya serangan rayap pada bangunan gedung
termasuk untuk fungsi hunian pada saat ini semakin tinggi. Penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh nilai kerugian ekonomis serangan rayap, dan
mendapatkan informasi jenis dan penyebaran rayap yang menyerang bangunan SMA
dan SMK Negeri di Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli
sampai Agustus 2014. Metode yang digunakan adalah dengan pengamatan langsung
dilapangan dan wawancara dengan menggunakan wawancara. Data yang diperoleh
kemudian di petakan dengan aplikasi GIS. Hasil yang diperoleh adalah sebanyak 64%
sekolah masuk ke dalam serangan kategori ringan dan 34% sekolah masuk dalam
kerusakan sedang. Rayap yang menyerang adalah jenis Rayap kayu kering
(Cryptotermes cynocephalus) dan Rayap tanah (Microtermes inspiratus)
Kata kunci: Rayap, kerugian ekonomi, bangunan sekolah, GIS

ABSTRACT
FRIEDA SITEPU. Losses Analysis and Mapping Distribution Of Termites Attack in
SMA and SMK Negeri Building in Pekanbaru. Supervised by LUTHFI HAKIM and
YUNUS AFIFUDIN
Building planning always take into two important aspects related that is the strength
and durability. Related to the strength , the structure of the building is planned based
on the load to occur and the power structure of the materials used. The tendency of
the danger of attacked by termites in buildings including residential function at this
point is getting higher. This study intend to get the value of economic losses termite
attack, and get the information types and the spread of termites that attack the
buildings of Senior High School and Vocational High School in Pekanbaru. The
research was conducted on July until August 2014. The method was used is direct
observation and interviews. The results mapped with GIS applications. The results
showed that 64% of senior school building have small damage and 34% of schools
included in the moderate damage. Termite species found are a type of dry wood
termites (Cryptotermes cynocephalus) and Termite soil (Microtermes inspiratus)
Keywords: Termites, economic losses, school buildings, GIS

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pertimbangan perencanaan bangunan selalu mempertimbangkan dua aspek
penting yang berhubungan dengan masa pakai yaitu kekuatan dan keawetan.
Berkaitan dengan aspek kekuatan, pada umumnya struktur bangunan direncanakan
berdasarkan beban yang kemungkinan terjadi dan kekuatan bahan struktur yang
digunakan. Sedangkan untuk aspek keawetan dikaitkan dengan faktor-faktor
lingkungan termasuk cuaca dan organisme perusak yang dapat menyebabkan
terdegradasinya bahan bangunan dengan kemampuan bahan untuk menahan serangan
dari faktor-faktor tersebut. Aspek kekuatan telah banyak mendapat perhatian melalui
berbagai penelitian bahan, struktur dan konstruksi bangunan.

Untuk dapat

merencanakan masa layan suatu konstruksi, agar dapat memiliki kinerja seperti yang
diharapkan sesuai umur pakai yang diinginkan diperlukan suatu gambaran tentang
tingkat bahaya serangan organisme di suatu daerah karena berdasarkan data yang ada
kerusakan terbesar konstruksi bangunan yang ada adalah akibat serangan organisme
perusak (Aini, 2005).
Kecenderungan bahaya serangan rayap pada bangunan gedung termasuk
untuk fungsi hunian pada saat ini semakin tinggi.

Kondisi tersebut telah

mendorong pemerintah untuk menyusun kebijakan publik terkait penyelenggaraan
bangunan gedung yang di dalamnya memasukkan bahaya rayap sebagai bagian dari
faktor perusak bangunan sebagaimana dituangkan dalam UU No 28 tahun 2002
tentang bangunan gedung dan peraturan pemerintah No 35 tahun 2005. Demikian

pula dalam Keputusan
332/KPTS/M/2002

Menteri

tanggal

21

Permukiman
Agustus

dan

2002

Prasarana

Wilayah No.

tentang pedoman

teknis

pembangunan bangunan gedung negara, penanggulangan bahaya rayap merupakan
bagian komponen biaya dalam pembangunan bangunan gedung negara.
Rayap merupakan organisme perusak kayu yang utama dan paling ganas
dibandingkan organisme perusak kayu lainnya (Sukartana, 1998). Kerugian material
akibat serangan rayap tanah pada tahun 1995 hampir mendekati angka 1,67 trilyun
(Nandika et al., 2003). Fenomena ini menstigmakan rayap sebagai musuh utama
manusia dalam memperoleh produk-produk berselulosa .Berdasarkan fenomena ini
Sukartana et al. (2002) menyatakan bahwa parameter kualitas keawetan kayu adalah
kemampuannya dalam menghadapi penghancuran oleh rayap. Saat ini ada 67 Sekolah
Menengah Atas yang ada di kota Pekanbaru dengan pembagian 54 buah milik swasta
dan 13 buah milik Pemerintah beserta 9 buah Sekolah Menengah Kejuruan (Dinas
Pendidikan Kota Pekanbaru, 2014).
Organisme yang paling banyak ditemukan menimbulkan kerusakan pada
kayu khususnya bangunan adalah rayap tanah. Genus Coptotermes merupakan hama
isopteran yang sangat destruktif menyerang kayu dan bahan berkayu di

dunia

(Takematsu et al., 2006) dan berbagai spesies rayap ini ditemukan di Indonesia,
seperti di Pulau Jawa, Sulawesi dan Sumatera.
Rayap di alam bebas berperan penting sebagai penjaga keseimbangan alam
dengan cara menghancurkan kayu dan mengembalikannya sebagai "unsur hara" ke
dalam tanah. Namun di pemukiman rayap menjadi hama yang sangat merugikan

karena dapat merusak bahan-bahan yang mengandung selulosa yang merupakan
sumber makanan bagi rayap, seperti: kayu, kertas, kain dan sebagainya (Yuni, 2012).
Tujuan Penelitian
1. Mendapatkan nilai kerugian ekonomis serangan rayap pada bangunan SMA
dan SMK Negeri di Kota Pekanbaru
2. Mendapatkan informasi jenis-jenis dan penyebaran rayap yang menyerang
bangunan SMA dan SMK Negeri serta mengidentifikasi peta sebaran jenis
rayap dan kerusakan bangunan SMA dan SMK Negeri di Kota Pekanbaru
dengan menggunakan GIS
3. Membuat model penduga kerugian ekonomis dan serangannya.
Manfaat Penelitian
1. Memberikan infromasi bagi Pemerintah Kota Pekanbaru terhadap kerusakan
dan kerugian serangan rayap pada bangunan Sekolah Menengah Atas dan
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri.
2. Bermanfaat bagi dunia pendidikan, penelitian serta bahan informasi masyarakat
umum, pemerintah, instansi/lembaga yang terkait dalam pengelolaan
perlindungan bangunan.
3. Pengetahuan dan informasi sebaran serta kerusakannya melalui peta GIS.

TINJAUAN PUSTAKA

Bangunan Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan
Kota Pekanbaru mempunyai 53 bangunan Sekolah Menengah Atas dan 43
bangunan Sekolah Menengah Kejuruan dengan rincian 13 bangunan SMA milik
pemerintah dan 40 bangunan milik swasta, sedangkan Sekolah Menengah Kejuruan
rinciannya adalah 9 bangunan SMK milik pemerintah dan 34 buah milik swasta.
Rincian sebaran SMA dan SMK di Kota Pekanbaru disajikan pada

Tabel 1.

Tabel 1. Data Jumlah Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan di Kota
Pekanbaru.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kecamatan
Tampan
Marpoyan Damai
Bukit Raya
Tenayan Raya
Lima Puluh
Sail
Pekanbaru Kota
Sukajadi
Payung Sekaki
Senapelan
Rumbai
Rumbai Pesisir
Jumlah

SMA Negeri
1
2
1
2
2
1
0
0
1
1
1
1
13

SMK Negeri
2
1
0
1
1
2
0
0
0
0
1
1
9

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru 2013

Deskripsi Kota Pekanbaru
Kota Pekanbaru terletak 101° 14’ - 101° 34’ Bujur Timur 0° 25’ - 0° 45’
Lintang Utara. Struktur tanah pada umumnya terdiri dari jenis alluvial dengan pasir.
Pinggiran kota pada umumnya terdiri dari jenis tanah organosol (tanah organik
gambut) dan humus yang merupakan rawa-rawa yang bersifat asam, sangat kerosif
untuk besi. Dalam klasifikasi tanah, tanah gambut dikelompokan kedalam ordo
Organosol yang mempunyai ciri dan sifat yang berbeda dengan jenis tanah mineral.

Tanah gambut sebagai tanah yang mengandung bahan organik lebih dari 20% (bila
tanah tidak mengandung liat) atau lebih dari 30% (bila tanah mengandung liat 60%
atau lebih) dan tebalnya secara kumulatif lebih dari 40 cm

( Peraturan Menteri

Pertanian, 2009).
Kota Pekanbaru pada umumnya beriklim tropis dengan suhu udara
maksimum berkisar antara 32,4°C -33,8°C dan suhu minimum berkisar antara 23,0
°C - 24,2 °C. Curah hujan antara 66,3 – 392,4 mm per bulan dengan curah
hujan dan hari hujan tertinggi jatuh pada November. Kelembaban rata-rata
berkisar antara 68% - 83 %.
Kota Pekanbaru dibelah oleh Sungai Siak yang mengalir dari barat ke
timur, memiliki beberapa anak sungai antara lain : Sungai Umban Sari, Air
Hitam, Sibam, Setukul, Pengambang, Ukai, Sago, Senapelan, Mintan dan Tampan.
Sungai Siak juga merupakan jalur perhubungan lalu lintas perekonomian rakyat
pedalaman ke kota serta dari daerah lainnya.Luas sunagi siak sekitar sekitar ±
14.239 km2 dengan luas DAS 11.026 km2 (BPS, 2013)
Rayap
Rayap memiliki keragaman jenis yang cukup tinggi. Menurut Harris (1971)
telah tercatat lebih dari 1800 jenis rayap yang ada di dunia. Secara garis besar, jenis
rayap tersebut terbagi dalam 6 famili, 15 sub-famili dan 200 genus (marga). Hampir
10% dari keseluruhan rayap di dunia ditemukan di Indonesia yaitu 200 jenis yang
terdiri ata s 3 famili (Kalotermitidae, Rhinotermitidae, dan Termitidae), 6 sub-famili
(Coptotermitinae, Rhinotermitinae, Amitermitinae, Termitinae, Macrotermitinae, dan
Nasutitermitinae), dan 14 genus (Neotermes, Cryptotermes, Schedorhinotermes,

Prorhinotermes, Coptotermes, Microcerotermes, Caprototermes, Macrotermes,
Odontotermes, Microtermes, Bulbitermes, Nasutitermes, Hospitalitermes dan
Lacessitermes). Namun dari 200 jenis rayap tersebut baru sekitar 179 jenis yang telah
berhasil diidentifikasi (ditentukan jenisnya secara ilmiah), yaitu 4 jenis rayap kayu
kering, 166 jenis rayap kayu basah, dan 9 jenis rayap tanah (subterannean).
Setiap koloni rayap terdapat tiga kasta yang mempunyai bentuk dan fungsi
yang berbeda. Ketiga kasta tersebut adalah kasta prajurit, kasta reproduktif dan kasta
pekerja. Sekitar 80 – 90% populasi koloni rayap merupakan kasta pekerja. Kasta
pekerja inilah yang melakukan kerusakan pada aset-aset milik manusia dan bahan
berlignoselulosa lainnya. Terdapat beberapa kasta individu yang wujudnya berbeda
(Triplehorn dan Norman, 2005; Nandika et al, 2003), yaitu:
1. Kasta reproduktif
Terdiri atas individu-individu seksual yaitu betina (yang abdomennya biasanya
sangat membesar) yang tugasnya bertelur dan jantan (raja) yang tugasnya membuahi
betina. Jika koloni rayap masih relatif muda biasanya kasta reproduktif berukuran
besar sehingga disebut ratu. Biasanya ratu dan raja adalah individu pertama pendiri
koloni, yaitu sepasang laron yang mulai menjalin kehidupan bersama sejak
penerbangan alata. Pasangan ini disebut reprodukif primer. Jika mereka mati bukan
berarti koloni rayap akan berhenti bertumbuh. Koloni akan membentuk "ratu" atau
"raja" baru dari individu lain (biasanya dariasta pekerja) tetapi ukuran abdomen ratu
baru tak akan sangat membesar seperti ratu asli. Ratu dan raja baru ini disebut
reproduktif suplementer atau neoten.

2. Kasta prajurit
Kasta ini ditandai dengan bentuk tubuh yang kekar karena penebalan
(sklerotisasi) kulitnya agar mampu melawan musuh dalam rangka tugasnya
mempertahankan kelangsungan hidup koloninya. Pada beberapa jenis rayap dari
famili

Termitidae

seperti

Macrotermes,

Odontotermes,

Microtermes

dan

Hospitalitermes terdapat prajurit dimorf (dua bentuk) yaitu prajurit besar dan prajurit
kecil.
3. Kasta pekerja
Kasta ini membentuk sebagian besar koloni rayap. Tidak kurang dari 80
persen populasi dalam koloni merupakan individu-individu pekerja. Tugasnya
mencari makanan dan mengangkutnya ke sarang, membuat terowongan-terowongan,
menyuapi dan membersihkan reproduktif dan prajurit, membersihkan telur-telur, dan
membunuh serta memakan rayap-rayap yang tidak produktif lagi.
Rayap Perusak Gedung
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 1990 laju pertambahan
jumlah perumahan di Indonesia adalah sebesar 2,4 % tiap tahunnya (Nandika et al.,
2003). Fenomena ini menimbulkan efek limpasan yang merugikan bagi eksistensi
perumahan tersebut. Salah satunya, adalah meningkatnya kerawanan infestasi rayap
pada bangunan perumahan. Perubahan peruntukan lahan dari ekosistem yang mantap
(hutan) menjadi areal dengan peruntukan baru yang bersifat homogen, seperti
perkebunan atau pemukiman, memperparah tingkat infestasi rayap tanah. Habitat
yang mengalami penurunan derajat kompleksitas ekosistem berdampak pada
peningkatan preferensi infestasi rayap (Bakti, 2004). Perubahan ini mengakibatkan

perubahan perilaku makan rayap, dengan mengkonsumsi kayu (bahan berselulosa)
yang bukan merupakan makanan umum dikonsumsi rayap.
Menurut Nandika (2003), rayap perusak bangunan tanpa mempedulikan
kepentingan manusia. Rayap mampu merusak bangunan gedung, bahkan juga
menyerang dan merusak mebeler di dalamnya, buku-buku, kabel listrik dan telepon
serta barang-barang yang disimpan. Nandika (2003) menambahkan bahwa rayap
untuk mencapai sasaran dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa sentimeter
(cm), menghancurkan plastik, kabel penghalang fisik lainnya. Apapun bentuk
konstruksi bangunan gedung (slab, basement, atau cawal space) rayap dapat
menembus lubang terbuka atau celah pada slab disekitar celah kayu atau pipa ledeng,
celah antara pondasi dan tembok maupun pada atap kuda-kuda.
Laporan tentang masalah tersebut telah dikumpulkan hampir dari seluruh daerah
(provinsi) di Indonesia. Bahkan Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen
Pekerjaan Umum pada pertengan tahun 1983 menyatakan bahwa kerugian akibat
serangan rayap pada bangunan gedung pemerintahan saja diperkirakan mencapai
seratus milyar rupiah setiap tahun. Jumlah tersebut jelas belum meliputi kerugian
pada bangunan gedung (perumahan) milik masyarakat. Intensitas serangan dan
besarnya kerusakan pada bangunan gedung akibat serangan rayap secara totalitas
sangat besar. Rata-rata persentase serangan rayap pada bangunan perumahan dikotakota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung mencapai lebih dari 70%.
Menurut Syaiful (2005), serangan rayap kayu kering sulit terdeteksi. Diperlukan
pemeriksaan untuk mengetahui ada tidaknya serangan rayap kayu kering karena
serangan terjadi pada bagian dalam kayu. Kayu yang terserang kalihatan utuh namun

bagian dalamnya telah keropos. Adanya serangan diketahui dengan mengetuk
komponen kayu serta adanya eksremen-eksremen berupa butir-butir kecil, licin,
lonjong dan agak bertakik yang keluar dari kayu apabila permukaan kayu
pecah/dipecah.
Tarumingkeng (1971) dalam Jusmalinda (1994) menyatakan jenis-jenis rayap
perusak kayu di Indonesia termasuk dalam famili Kalotermitidae, Rhinotermitidae
dan termitidae.
1. Famili Kalotermitidae
Jenis-jenis rayap ini merupakan jenis rayap yang paling primitif. Koloninya
tidak terdapat kasta pekerja. Tugas mengumpulkan makanan dan merawat
sarang dilakukan oleh larva dan nimfa yang telah tua. Cara hidupnya dibagi
atas tiga golongan:
a. Rayap kayu lembab (Glyptotermes spp)
b. Rayap pohon (Neotermes spp).
c. Rayap kayu kering (Cryptotermes spp)
2. Famili Rhinotermitidae
Famili ini mempunyai sarang dibawah atau diatas tanah. Jenis-jenis terpenting
adalah Captotermes curvignathus dan Coptotermes travian. Organisasi dari
famili ini lebih sedikit maju dari family Kalotermitidae.
3. Famili Termitidae
Famili

ini

memiliki

organisasi

yang

lebih

sempurna

dari

famili

Kalotermitidae. Rayap ini kebanyakan hidup didalam tanah. Genus yang
terkenal antara lain Ondotermes curvignathus. Kemampuannya dalam

menyerang bangunan sangat ditunjang oleh daya jelajahnya yang tinggi baik
pada arah jelajah horizontal maupun vertikal; mampu membuat sarang antara
(secondary

nest)

pada

tempat-tempat

yang

tidak

secara

langsung

bersinggungan dengan tanah, ukuran populasinya yang tinggi. Namun
beruntung, dibandingkan dengan rayap lain misalnya Schedorhinotermes
javanicu, Macrotermes gilvus, maupun Microtermes inpiratus, sebaran rayap
C. curvignathus jauh lebih terbatas dan diduga pola sebaran spasialnya
berbeda (Supriana, 2002).
Kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh serangan rayap baik rayap tanah
maupun rayap kayu kering cukup tinggi. Kerugian yang ditimbulkan oleh rayap tanah
lebih besar dibandingkan dengan rayap kayu kering. Hal ini diduga disebabkan oleh
sejarah lahan yang merupakan lahan perkebunan dan perladangan (Hakim et al.,
2009).
Ekologi dan habitat Rayap
Rayap pada dasarnya adalah serangga daerah tropika dan subtropika. Namun
sebarannya kini cenderung meluas ke daerah sedang (temperate) dengan batas-batas
50o LU dan LS. Di daerah tropika rayap ditemukan mulai dari pantai sampai
ketinggian 3000 m di atas permukaan laut. Menurut Subekti et al. (2008) beberapa
faktor lingkungan telah berhasil diidentifikasi dalam beberapa literature untuk rayap
tanah Macrotermes gilvus Hagen seperti: a) memerlukan kelembaban yang tinggi
dengan rentang perkembangan optimum RH : 75-90%; b) kisaran suhu 15 - 38o C,
serta c) curah hujan yang tinggi (3000-4000 mm/thn). Ketiga faktor tersebut

berpengaruh terutama pada perkembangan kasta reproduksi (laron) saat keluar dari
sarang.
Menurut Nandika et al. (2003), aktivitas rayap dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain :
1. Tipe Tanah
Rayap hidup pada tipe tanah tertentu. Namun, rayap tanah lebih menyukai tipe
tanah yang banyak mengandung liat. Serangga ini tidak menyukai tanah berpasir
karena tipe tanah ini memiliki kandungan bahan organik yang rendah.
Rayap tanah sebenarnya merupakan salah satu kelompok makrofauna tanah yang
dapat beradaptasi dengan kondisi tanah yang relatif basah. Penelitian pada lahan
yang masih berupa hutan rawa gambut membuktikan bahwa rayap dapat
dijumpai pada gambut dengan tingkat kejenuhan air tidak pernah kurang dari 80%.
Rayap tanah juga terbukti dapat bertahan hidup pada lahan gambut yang
tergenang selama berhari-hari dengan memanfaatkan tunggul-tunggul pohon
sebagai pelindung koloni mereka (Purnasari, 2011).
2. Tipe Vegetasi
Rayap mampu memodifikasi profil dan sifat kimia tanah sehingga menyebabkan
terjadinya perubahan vegetasi. Sebagai contoh, di sekitar sarang Macrotermes
cenderung lebih banyak mengandung silika sehingga menyebabkan hanya jenis-jenis
tertentu yang dapat tumbuh di atas sarang tersebut.
3. Bahan Organik dan Mineral Tanah

Rayap dan keberadaan sarangnya di dalam tanah akan mempengaruhi bahan
organik dan mineral tanah, seperti nitrogen, mineral dan infiltrasi air dan produksi
metana.
4. Faktor Lingkungan.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan populasi rayap meliputi curah
hujan, suhu, kelembaban, ketersediaan makanan dan musuh alami. Faktor-faktor tersebut
saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain. Curah hujan merupakan pemicu
perkembangan eksternal dan berguna merangsang keluarnya kasta reproduksi dari sarang.
Laron tidak keluar jika curah hujan rendah.

Cara Penyerangan
Menurut Tarumingkeng (2004), pengaturan energi koloni yang sangat efisien ini
merupakan manifestasi pola homeostatika dari koloni rayap untuk mempertahankan
eksistensinya.

Demikian

efisien

organisasi

hidupnya

sehingga

kita

sulit

mengendalikannya, apalagi memberantasnya. Beberapa pola perilaku rayap adalah
sifat kriptobiotik atau sifat selalu menyembunyikan diri, rayap hidup dalam tanah dan
bila akan invasi mencari obyek makanan juga menerobos di bagian dalam, bila perlu
lapisan logam tipis dan tembok (apalagi plastik) ditembusinya dan bila terpaksa harus
berjalan di permukaan yang terbuka mereka membentuk pipa pelindung dari bahan
tanah atau humus (sheltertubes). Makanan rayap adalah selulosa baik berbentuk arsip
kantor, buku, perabot, kayu bagian konstruksi, serasah, sampah, tunggak. Kayu-kayu
yang tertimbun di bawah fondasi bangunan (ini merupakan bahan sarang yang baik
karena kelak mereka dimungkinkan untuk naik), kayu sisa cetakan beton yang tidak
dikeluarkan dari konstruksi, dan lain-lain.

Rayap tanah C. curvignatus mampu menyerang suatu bangunan melalui
berbagai cara yaitu, (a) melalui lubang atau retakan kecil pada pondasi,
celahcelah dinding dari semen/beton, lantai ubin/keramik, tiang-tiang, pipa-pipa
saluran air maupun kabel (b) lewat bagian bangunan dari kayu yang berhubungan
dengan tanah (c) rayap menembus penghalang fisik seperti plat logam, plastik dan
lain-lain. Jenis ini merupakan rayap perusak dengan tingkat serangan paling
ganas, tidak mengherankan mereka mampu menyerang hingga ke lantai atas suatu
bangunan bertingkat. Sarang rayap tidak bersentuhan langsung dengan tanah
sehingga untuk memperoleh kelembaban didapatkan melalui tetesan-tetesan air
hujan dari atap bangunan yang bocor atau saluran air dekat instalasi pendingin
ruangan. Setelah mendapatkan kelembaban yang sesuai rayap perusak ini akan
memperluas serangannya, hal ini dikarenakan rayap perusak ini merupakan jenis
rayap yang paling memerlukan air dan tanah (kelembaban yang cukup sebagai
kebutuhan mutlak dalam koloninya) (Sigit & Hadi, 2006).
Kerugian Serangan Rayap di Indonesia
Tekanan terhadap lahan untuk dialihfungsikan menjadi areal pemukimanan
seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, semakin intensif. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 1990 laju pertambahan jumlah perumahan di
Indonesia adalah sebesar 2,4 % tiap tahunnya (Nandika et al. 2003). Fenomena ini
menimbulkan efek limpasan yang merugikan bagi eksistensi perumahan tersebut.
Salah satunya, adalah meningkatnya kerawanan infestasi rayap pada bangunan
perumahan. Perubahan peruntukan lahan dari ekosistem yang mantap (hutan) menjadi
areal dengan peruntukan baru yang bersifat homogen, seperti perkebunan atau

pemukiman, memperparah tingkat infestasi rayap tanah. Habitat yang mengalami
penurunan derajat kompleksitas ekosistem berdampak pada peningkatan preferensi
infestasi rayap (Bakti, 2004).
Genus Coptotermes merupakan hama isopteran yang sangat destruktif
menyerang kayu dan bahan berkayu di dunia (Takematsu, et al., 2006) dan
berbagai species rayap ini ditemukan di Indonesia, seperti di Pulau Jawa,
Sulawesi dan Sumatera. Kerugian akibat serangan rayap pada bangunan/rumah
masyarakat di Indonesia diperkirakan telah mencapai 1,67 trilyun per tahun
(Rakhmawati, 1996). Di samping itu, data yang dikemukan oleh Supriana (2002)
menunjukkan bahwa kerugian dengan adanya serangan rayap bangunan gedung
milik pemerintah mencapai 100 milyar rupiah per tahun.
Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Serangan Rayap
Pengendalian serangan rayap pada bangunan meliputi upaya pencegahan
serangan rayap dan pemberantasan atau menyembuhkan bangunan yang terserang
rayap. Pengendalian merupakan tindakan kuratif untuk menghilangkan dan
melindungi bangunan yang telah terserang rayap. Pemilihan tindakan pengendalian
memerlukan pemahaman yang baik terhadap karakteristik rayap yang menyerang
tindakan perlakuan tanah pasca konstruksi, alternative teknologi lain telah tersedia
yang teknik penekanan populasi dengan teknik pengumpanan.
Perlakuan Tanah Pasca Konstruksi
Perlakuan tanah dengan injeksi termitisida pada bangunan yang telah
terserang rayap masih merupakan teknologi yang banyak digunakan hingga saat ini.
Termitisida digunakan untuk mengisolasi bangunan dari koloni rayap yang berada

dibawah bangunan sehingga rayap yang telah menginfestasi bangunan akan terputus
dengan sarangnya. Perlakuan tanah pasca konstruksi dilakukan dengan menggunakan
penyemprot bertekanan tinggi (power sprayer) yang berfungsi untuk memasukkan
termitisida ke permukaan tanah dibawah lantai bangunan sehingga termitisida dapat
menyebar secara merata
Penekanan Populasi (Pengumpanan)
Penekanan populasi rayap merupakan teknologi pengendalian rayap yang
populer saat ini. Teknologi ini sesungguhnya telah dikenal sejak lama, Esenther dan
Coppel (1964) menggunakan umpan beracun untuk mengendalikan rayap tanah,
kemudian beberapa peneliti mengadopsi umpan tersebut untuk melakukan
monitoring dan pengendalian. Perkembangan teknologi penekanan populasi ditandai
dengan berkembangnya berbagai jenis bahan aktif termitisia, formulasi dan substrat
bahan aktif tersebut (wood block, kertasi tissue gulung (rolls of toilet paper); atau
corrugated cardboard). Beberapa contoh bahan dan formulasi yang digunakan adalah
1) hexaflumuron, triflumuron, noviflumuron, dan phenyl pyrazole dengan formulasi
berupa umpan beracun (bait toxicant); dan 2) arsenic trioxide, triflumuron dan phenyl
pyrazole dengan formulasi barupa tepung (dust). Metode pengumpanan pada
prinsipnya menggunakan sifat biologis rayap yaitu sifat tropalaksis dan grooming
dalam mendistribusikan racun pada anggota koloninya. Bahan aktif yang digunakan
harus bersifat slow action sehingga menjamin tersebarnya racun kepada seluruh
koloni (Nandika et al, 2003).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-bulan Agustus 2014. Identifikasi
rayap dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan. Penelitian ini berlokasi
diseluruh SMA dan SMK Negeri Kota Pekanbaru, Provinsi Riau
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah alkohol 70%,
peta Kota Pekanbaru, daftar nama dan letak SMA dan SMK negeri di Kota
Pekanbaru, data sekunder dari harga material kayu dipasaran berikut upah pekerja.
Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian adalah kamera digital,
stoples, meteran, kuas dan pinset, obeng, tallysheet dan kuisioner, alat tulis menulis,
serta GPS Receiver dan mikroskop.
Batasan Studi
Penelitian ini hanya pada Bangunan SMA dan SMK Negeri yang terletak
pada 12 kecamatan di Kota Pekanbaru dengan Metode Sensus dengan jumlah total
bangunan SMA dan SMK Negeri sebanyak 22 sekolah. Aspek yang diteliti adalah
kerusakan yang disebabkan oleh serangan rayap pada komponen bangunan sekolah
yang terbuat dari kayu. Komponen yang diamati adalah daun pintu, kusen pintu, daun
jendela, lisplang, kuda-kuda, papan tulis dan lemari yang terbuat dari kayu.

Metode Penelitian
Pengumpulan data primer
Diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara dilapangan dengan
menggunakan kuisioner, dan menganalisa kerusakan bangunan dengan tally sheet
yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tally sheet mencakup karakteristik bangunan
dari kerusakan bangunan. Bagian kayu yang rusak diukur dimensinya, baik panjang,
lebar dan tebalnya. Data yang diperoleh merupakan nilai kerugian minimal. Data-data
yang diperoleh diatasnya komponen tersebut dikonversi kedalam nilai rupiah (Rp)
Nilai yang diperoleh merupakan nilai kerugian ekonomis yang disebabkan oleh rayap.
Pengumpulan data sekunder:
Data sekunder yang digunakan meliputi:
1. Peta Kota Pekanbaru
2. Harga Kayu di Pasaran
3. Upah Pekerja Pemasangan Komponen Kayu
4. Data Bangunan SMA dan SMK (Diknas Pemko Medan, 2014)
5. Kunci Determinasi (Nandika et al., 2003)
6. Peta Jaringan Sungai
Pengolahan Data
1. Perhitungan kerugian ekonomis
𝑛

Krs = � Kn
𝑛=1

Keterangan :
Krs
= Kerugian akibat serangan rayap
r
= rayap kayu kering, rayap tanah

s
Kn
n

= Total bangunan sampel
= nilai kerugian masing-masing komponen
= 1,2,3.....m komponen

2. Perhitungan Range Kerusakan Bangunan
S2 =

1
2
�(𝑥𝑖 − 𝑥)
𝑛−1

Keterangan :
S2
= Standar Deviasi
n
= jumlah contoh
xi
= nilai kerugian ke 1
𝑥̅
= nilai rata-rata kerugian ekonomis akibat serangan rayap
i
= 1,2,3.....total bangunan sampel
3. Perhitungan Interval untuk rata-rata
𝑥 ± t ∝/2
Dimana:
𝑠𝑥 =

s

√n

s

√n

keterangan :

𝑥

S𝑥
tα/2
S
n

= Nilai rata-rata hasil pengukuran
= Standar error
=2,1448 dan derajat kebebasan (n-1) untuk tingkat kepercayaan
95%
= Standar Deviasi
= 1,2,3....... m Komponen (Sudzana,2002).

Tingkat kerusakan bangunan gedung menurut Remran (1993) dalam Romaida
(2002) dibedakan berdasarkan kriteria :
1.

Ringan rusak yaitu : apabila persentase kerusakan lebih kecil dari 5% dan
dianggap tidak perlu dilakukan penggantian tetapi memperhitungkan harga
kayu yang rusak.

2.

Rusak sedang yaitu : apabila persentase kerusakan antara 5-20% dan dianggap
perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak
beserta upah perbaikan.

3.

Rusak berat yaitu : apabila persentase kerusakan lebih besar dari 20% dan
mempunyai dua posisi serangan yaitu antara bagian ujung, tengah dan
pangkal

maka

unit

tersebut

perlu

dilakukan

penggantian

dengan

memperhitungkan harga kayu yang rusak dan upah perbaikan.
4.

Pendugaan persamaan kerugian ekonomis bangunan SMA dan SMK Negeri
diformulasikan dalam persamaan regresi berikut :

Y= a+ bx1+ cx2 + dx3 +......
Dimana :
Y
a
b,c,d.
x1
x2
x3
x4
5.

= Kerugian ekonomis bangunan SMA dan SMK Negeri (Rp/tahun)
= Konstanta
.= Nilai penduga yang mempengaruhi nilai Y
= Faktor penduga usia bangunan
= faktor penduga usia perbaikan
= Faktor penduga luas bangunan
= Faktor Penduga jarak bangunan dari sungai

Pemetaan dengan Geographic Information System (GIS)
Menandai titik titik lokasi sekolah kedalam GPS (Global Positioning System).

Titik-titik dimasukkan ke dalam peta kota Pekanbaru dilengkapi peta jaringan sungai.
Kemudian dibuat jarak antara lokasi sampel penelitian dari sungai dengan membuat
interval berjarak 100m menggunakan Arc View GIS. Melakukan penggabungan data
(assign data) antara peta buffer (jarak dari sungai) dengan peta lokasi SMA dan SMK
Negeri. Hasil penggabungan data tersebut kemudian digunakan untuk membuat
model pendugaan kerugian akibat serangan rayap.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakterisktik Bangunan Sekolah
Bangunan Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan (SMA dan SMK) dikota
Pekanbaru memiliki bentuk yang modern dengan perubahan-perubahan rangka
bangunan menggunakan bahan-bahan non kayu, seperti baja ringan. Alasan sekolah
menggunakan baja ringan adalah karena baja ringan memiliki banyak keunggulan
dibandingkan bahan-bahan berkayu. Saat

ini

penggunaan

konstruksi

kayu

khususnya sebagai struktur rangka kuda-kuda dan rangka atap sudah mulai
digantikan dengan konstruksi baja ringan. Baja ringan merupakan baja mutu
tinggi yang memiliki sifat ringan dan tipis, namun memiliki fungsi setara baja
konvensional. Bentuk bangunan sekolah SMA dan SMK dapat dilihat pada gambar 1

a

b

Gambar 1.a. Bangunan SMA N 4 pada kecamatan Marpoyan Damai, b. Bangunan SMK N 7
pada kecamatan Rumbai Pesisir

Kondisi bangunan sekolah yang dijadikan objek penelitian sangat bervariasi.
Besar kecilnya bangunan menggambarkan banyaknya bagian-bagian bangunan/kelas.
Bangunan SMA Negeri dan SMK Negeri umumnya memiliki luas bangunan dan luas
areal yang berbeda misalnya untuk bangunan terluas dimiliki oleh bangunan SMA N

2 yang terletak pada kecamatan Payung Sekaki.. Hampir seluruh bangunan memiliki
risalah tapak yang merupakan lahan gambut yang mengubah lahan menjadi areal
bangunan sekolah. Menurut Bakti (2004), Perubahan peruntukan lahan dari ekosistem
yang mantap (hutan) menjadi areal dengan peruntukan baru yang bersifat homogen,
seperti perkebunan atau pemukiman, memperparah tingkat infestasi rayap tanah.
Habitat yang mengalami penurunan derajat kompleksitas ekosistem berdampak pada
peningkatan preferensi infestasi rayap. Dibawah ini merupakan tabel karakteristik
masing-masing bangunan sekolah
Tabel 2. Karakteristik-karakteristik bangunan SMA dan SMK Negeri di Kota Pekanbaru
Kecamatan

Nama sekolah

Lima Puluh

SMA N 1
SMA N 9
SMK N 1
SMA N 8
SMK N 2
SMK N 3
SMA N 7
SMA N 3
SMK N 5
SMA N OLAHRAGA
SMK N 7
SMA N 2
SMA N 12
SMK N 4
SMK KEHUTANAN
SMA N 14
SMA N PLUS
SMA N 6
SMA N 11
SMK N 6
SMA N 5
SMA N 4
SMK N PERTANIAN

Sail

Senapelan
Rumbai
Rumbai Pesisir
Payung Sekaki
Tampan

Bukit Raya
Tenayan Raya

Marpoyan Damai

Usia
bangunan
(tahun)
60
29
65
40
56
48
18
21
21
6
6
50
18
21
29
8
11
32
18
7
32
35
53

Luas bangunan/
areal tanah

Risalah tapak

5050 / 12498
5760 / 6700
8460 / 11501
4800 / 114421
12000 / 20700
10220 / 11820
2491 / 7670
3585 / 36000
3585 / 36850
5550 / 7932
8000 / 20000
200412/700500
5600 /11501
10567 / 18630
6881 / 160000
4460 / 110000
5082 / 10000
3300 / 7491
5000 / 11200
8000 / 20000
1888 / 13901
5764 / 15820
8680 / 230000

Lahan gambut
Perkantoran
Perkantoran
Lahan gambut
Perkantoran
Perkantoran
Lahan gambut
Perkantoran
Perkantoran
Lahan gambut
Lahan gambut
Lahan gambut
Lahan gambut
Lahan gambut
Lahan gambut
Lahan gambut
Lahan gambut
Perladangan
Lahan gambut
Lahan gambut
Lahan gambut
Lahan gambut
Lahan gambut

Hasil survey komponen kayu pada masing-masing sekolah di peroleh bahwa
masih ada beberapa komponen kayu yang digunakan sekolah yang terbuat dari bahan
berkayu seperti pintu, jendela, kuda-kuda, resplank, kursi, meja, lemari, kusen pintu,
kusen jendela, dan papan tulis (gambar 2)

a

b

Gambar 2. Komponen yang terbuat dari kayu: a. kusen jendela dan b. meja dan
kursi

Gambar diatas menunjukkan masih adanya beberapa komponen sekolah yang
terbuat dari kayu yang masih dipergunakan. Banyaknya penggunaan bahan berkayu
pada bangunan sekolah menjadikan sekolah akan rentan terhadap serangan rayap.
Menurut Nandika (2003), rayap perusak bangunan tanpa mempedulikan kepentingan
manusia. Rayap mampu merusak bangunan gedung, bahkan juga menyerang dan
merusak mebeler di dalamnya, buku-buku, kabel listrik dan telepon serta barangbarang yang disimpan.

Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Bangunan SMA dan SMK
Negeri di Kota Pekanbaru
Serangan rayap pada bangunan dan komponen sekolah biasanya kurang
mendapat perhatian yang serius, namun bila diperhatikan kerugian secara ekonomis
akan di timbulkan oleh rayap bahkan bila rayap mulai menyerang komponen
bangunan seperti resplank, pintu bahkan kuda-kuda. Pada penghitungan kerugian
nilai ekonomis terhadap bangunan sekolah di Kota Pekanbaru ini menggunakan dua
jenis kayu yaitu kayu sembarang keras hutan (sk-hutan) jenisnya berupa tembesu
(fagraea fragrans Roxb). Menurut Lemmens dkk (1995) berat jenis kayu tembesu
0,72-0,93 g/cm3. Tekstur kayu halus sampai agak halus dan merata Menurut
Martawijaya dkk. (2005), kayu tembesu termasuk kayu kelas kuat I-II dan kelas
awet I. dan kayu jenis meranti kuning (Shorea faquetina Heim) sebagai
penggantinya. Kayu meranti kuning memiliki berat jenis 0,57 dan dengan kelas kuat
III-II (Martawijaya dkk, 1981). Penggunan kedua jenis kayu ini di karenakan kedua
jenis kayu ini lebih banyak dijumpai di pasaran Kota Pekanbaru.
Pada Tabel 3 dapat dilihat besarnya kerugian yang dialami SMA dan SMK
Negeri di Kota Pekanbaru. Bangunan yang mengalami kerugian terbesar adalah
bangunan SMK N KEHUTANAN dengan kerugian untuk jenis tembesu adalah Rp.
26.270.000 sedangkan untuk jenis meranti sebagai pengganti sekolah ini mengalami
kerugian Rp. 17.838.000. Kerugian ini terjadi karena serangan rayap yang begitu
banyak dan intens di setiap komponen sekolah, kurangnya upaya pengendalian dan
adanya kesesuaian faktor-faktor lingkungan

bagi perkembangan rayap. Menurut

Pribadi (2009) faktor-faktor pendorong infestasi rayap pada bangunan antara lain:

banyaknya kayu yang tertimbun di dalam dan atau di permukaan tanah, adanya celahcelah pada pondasi tembok, sistem ventilasi yang kurang baik dan adanya kayu yang
berhubungan langsung dengan tanah. Dari tabel juga dapat dilihat tingkat kerugian
terkecil yang dialami pada bangunan SMK N 7 sekolah ini tidak mengalami kerugian
dalam hal serangan rayap pada komponen maupun rangka bangunan. Bangunan
sekolah ini tidak terserang rayap karena umur bangunan yang terbilang masih baru
dan sedikit menggunakan bahan berkayu sebagai komponennya.
Menurut penelitian Syaiful (2009), kerugian ekonomis yang terjadi akibat
serangan rayap pada bangunan SD Negeri di Kota Medan menunjukkan harga kayu
pengganti untuk jenis meranti adalah Rp. 2.416.200.000 dan untuk jenis Sk-hutan
adalah Rp. 1.766.978.000. Dapat dilihat bahwa ada perbedaan tingkat harga kayu
untuk di kota Medan dan Pekanbaru, harga kayu meranti di kota Medan cenderung
lebih mahal dibandingkan harga pada kota Pekanbaru. Dibawah ini merupakan tabel
yang menyajikan kerugian ekonomis pada masing-masing sekolah pada bangunan
SMA dan SMK
Pada Tabel 3 dapat diperoleh kerugian ekonomis yang berbeda antar
bangunan. Perbedaan yang terjadi dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor. Risalah
tapak misalnya dapat dilihat bahwa rata-rata risalah tapak sebelum bangunan
didirikan yaitu berupa lahan gambut,

Tabel 3. Kerugian ekonomis bangunan SMA dan SMK Negeri di Kota Pekanbaru
Kecamatan
Lima Puluh

Sail

Senapelan
Rumbai
Rumbai Pesisir
Payung Sekaki
Tampan

Bukit Raya
Tenayan Raya

Marpoyan Damai

Sekolah
SMA N 1
SMA N 9
SMK N 1
SMA N 8
SMK N 2
SMK N 3
SMA N 7
SMA N 3
SMK N 5
SMA N OLAHRAGA
SMK N 7
SMA N 2
SMA N 12
SMK N 4
SMK N KEHUTANAN
SMA N 14
SMA N 6
SMA N 11
SMK N 6
SMA N 4
SMA N 5
SMK PERTANIAN

Jumlah
Rata-rata

Sk-hutan (Rp)
17.360.000
6.845.000
21.495.000
21.495.000
3.000.000
5.180.000
17.445.000
4.575.000
7.980.000
5.075.000
0
2.250.000
6.135.000
24.460.000
26.270.000
14.290.000
11.075.000
16.405.000
4.890.000
17.735.000
5.395.000
7.955.000

Meranti (Rp)
11.395.000
4.450.000
11.333.000
16.071.000
2..400.000
3.505.000
13.045.000
3.415.000
5.880.000
3.775.000
0
1.850.000
4.615.000
17.488.000
17.838.000
10.270.000
7.185.000
11.910.000
3.105.000
13..235.000
3.775.000
5.920.000

236.110.000
10.732.273

169.030.000
7.683.182

Menurut Rudi (1999) Pengendalian rayap sulit dilakukan pada lahan gambut
karena banyaknya sisa kayuan yang merupakan bahan makanan dan tempat
berkembangbiak yang sesuai. Sehingga hal ini membuat serangan rayap pada
bangunan begitu signifikan.
Pembukaan hutan rawa gambut dan pengalihgunaan lahannya umumnya
didahului dengan pembuatan parit-parit. Keberadaan parit-parit ini dapat memberikan
dampak yang signifikan terhadap karakteristik hidrologis lahan gambut, yaitu antara
lain terjadinya penurunan muka air. Hal ini menyebabkan lahan gambut tidak lagi

tergenang dan lapisan permukaan menjadi lebih berpori dan aerobik (Banas & Gos,
2004; Rajagukguk, 2000; Vaessen et al., 2011).
Perubahan ini diduga membuat lahan gambut menjadi lebih sesuai sebagai
habitat makrofauna tanah, seperti antara lain rayap tanah (subterranean termites),
yaitu rayap yang bersarang di bawah permukaan tanah (Fazzly et al., 2005).
Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Berbagai Komponen
Bangunan
Data kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan SMA dan
SMK Negeri pada Kota Pekanbaru yang terbuat dari bahan berkayu sebagai objek
pengamatan. Adapun jenis komponen-komponennya yaitu pintu, jendela, kuda-kuda,
resplank kursi, meja, lemari dan papan tulis. Total kerugian masing-masing
komponen dapat dilihat pada tabel 4
Tabel 4. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada berbagai komponen bangunan SMA
dan SMK Negeri di Kota Pekanbaru
Komponen

Pintu
Jendela
Kuda-kuda
Resplank
Kursi
Meja
Lemari
Papan tulis

Jumlah
kerusakan

18
60
13
31
21
52
13
0

Harga tembesu
per unit

1.600.000
1.000.000
7.340.000
1.445.000
110.000
325.000
2.200.000
550.000

Biaya
kerusakan
dengan
tembesu
33.300.000
68.400.000
103.220.000
50.530.000
2.940.000
19.500.000
29.250.000
0

Harga
meranti per
unit (Rp)
900.000
700.000
5.378.000
850.000
90.000
225.000
1.800.000
400.000

Biaya
kerusakan
dengan
meranti
20.700.000
50.400.000
77.714.000
32.085.000
2.520.000
14.300.000
24.050.000
0

Dari data dapat diperoleh bahwa jendela sebagai komponen dengan jumlah
kerusakan terbesar, hal ini disebabkan karena umur bangunan yang cukup tua dan
jarang dil