Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SMA dan SMK Negeri di Kota Pekanbaru

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pertimbangan perencanaan bangunan selalu mempertimbangkan dua aspek
penting yang berhubungan dengan masa pakai yaitu kekuatan dan keawetan.
Berkaitan dengan aspek kekuatan, pada umumnya struktur bangunan direncanakan
berdasarkan beban yang kemungkinan terjadi dan kekuatan bahan struktur yang
digunakan. Sedangkan untuk aspek keawetan dikaitkan dengan faktor-faktor
lingkungan termasuk cuaca dan organisme perusak yang dapat menyebabkan
terdegradasinya bahan bangunan dengan kemampuan bahan untuk menahan serangan
dari faktor-faktor tersebut. Aspek kekuatan telah banyak mendapat perhatian melalui
berbagai penelitian bahan, struktur dan konstruksi bangunan.

Untuk dapat

merencanakan masa layan suatu konstruksi, agar dapat memiliki kinerja seperti yang
diharapkan sesuai umur pakai yang diinginkan diperlukan suatu gambaran tentang
tingkat bahaya serangan organisme di suatu daerah karena berdasarkan data yang ada
kerusakan terbesar konstruksi bangunan yang ada adalah akibat serangan organisme
perusak (Aini, 2005).
Kecenderungan bahaya serangan rayap pada bangunan gedung termasuk

untuk fungsi hunian pada saat ini semakin tinggi.

Kondisi tersebut telah

mendorong pemerintah untuk menyusun kebijakan publik terkait penyelenggaraan
bangunan gedung yang di dalamnya memasukkan bahaya rayap sebagai bagian dari
faktor perusak bangunan sebagaimana dituangkan dalam UU No 28 tahun 2002
tentang bangunan gedung dan peraturan pemerintah No 35 tahun 2005. Demikian

pula dalam Keputusan
332/KPTS/M/2002

Menteri

tanggal

21

Permukiman
Agustus


dan

2002

Prasarana

Wilayah No.

tentang pedoman

teknis

pembangunan bangunan gedung negara, penanggulangan bahaya rayap merupakan
bagian komponen biaya dalam pembangunan bangunan gedung negara.
Rayap merupakan organisme perusak kayu yang utama dan paling ganas
dibandingkan organisme perusak kayu lainnya (Sukartana, 1998). Kerugian material
akibat serangan rayap tanah pada tahun 1995 hampir mendekati angka 1,67 trilyun
(Nandika et al., 2003). Fenomena ini menstigmakan rayap sebagai musuh utama
manusia dalam memperoleh produk-produk berselulosa .Berdasarkan fenomena ini

Sukartana et al. (2002) menyatakan bahwa parameter kualitas keawetan kayu adalah
kemampuannya dalam menghadapi penghancuran oleh rayap. Saat ini ada 67 Sekolah
Menengah Atas yang ada di kota Pekanbaru dengan pembagian 54 buah milik swasta
dan 13 buah milik Pemerintah beserta 9 buah Sekolah Menengah Kejuruan (Dinas
Pendidikan Kota Pekanbaru, 2014).
Organisme yang paling banyak ditemukan menimbulkan kerusakan pada
kayu khususnya bangunan adalah rayap tanah. Genus Coptotermes merupakan hama
isopteran yang sangat destruktif menyerang kayu dan bahan berkayu di

dunia

(Takematsu et al., 2006) dan berbagai spesies rayap ini ditemukan di Indonesia,
seperti di Pulau Jawa, Sulawesi dan Sumatera.
Rayap di alam bebas berperan penting sebagai penjaga keseimbangan alam
dengan cara menghancurkan kayu dan mengembalikannya sebagai "unsur hara" ke
dalam tanah. Namun di pemukiman rayap menjadi hama yang sangat merugikan

karena dapat merusak bahan-bahan yang mengandung selulosa yang merupakan
sumber makanan bagi rayap, seperti: kayu, kertas, kain dan sebagainya (Yuni, 2012).
Tujuan Penelitian

1. Mendapatkan nilai kerugian ekonomis serangan rayap pada bangunan SMA
dan SMK Negeri di Kota Pekanbaru
2. Mendapatkan informasi jenis-jenis dan penyebaran rayap yang menyerang
bangunan SMA dan SMK Negeri serta mengidentifikasi peta sebaran jenis
rayap dan kerusakan bangunan SMA dan SMK Negeri di Kota Pekanbaru
dengan menggunakan GIS
3. Membuat model penduga kerugian ekonomis dan serangannya.
Manfaat Penelitian
1. Memberikan infromasi bagi Pemerintah Kota Pekanbaru terhadap kerusakan
dan kerugian serangan rayap pada bangunan Sekolah Menengah Atas dan
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri.
2. Bermanfaat bagi dunia pendidikan, penelitian serta bahan informasi masyarakat
umum, pemerintah, instansi/lembaga yang terkait dalam pengelolaan
perlindungan bangunan.
3. Pengetahuan dan informasi sebaran serta kerusakannya melalui peta GIS.