Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SD Negeri Di Bagian Barat Kota Pekanbaru
ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SD NEGERI
DI BAGIAN BARAT KOTA PEKANBARU
SKRIPSI OLEH: FRISCO PANAHATAN S 111201112/TEKNOLOGI HASIL HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian
Nama NIM Program studi
: Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SD Negeri Di Bagian Barat Kota Pekanbaru : Frisco Panahatan S : 111201112 : Kehutanan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Yunus Afifuddin, S.Hut., M.Si. Ketua
Luthfi Hakim, S.Hut., M.Si. Anggota
Mengetahui
Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D. Ketua Program Studi Kehutanan
ABSTRAK
FRISCO PANAHATAN S. Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SD Negeri Di Bagian Barat Kota Pekanbaru. Dibawah bimbingan akademik oleh YUNUS AFIFUDIN dan LUTHFI HAKIM.
Sekolah dasar sebagai salah satu fasilitas umum yang sangat penting dan perlu dijaga agar tetap berada pada kondisi yang baik. Serangan rayap pada bangunan gedung pada saat ini merupakan masalah yang sangat besar mengingat intensitas serangannya yang semakin tinggi dan meluas sehingga nilai kerugian akibat serangan rayap cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai kerugian ekonomis serangan rayap dan mendapatkan peta sebaran jenis rayap pada bangunan SD Negeri di bagian barat Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli 2014 sampai Agustus 2014 menggunakan metode Purposive Sampling 15% dari jumlah total sekolah SD Negeri yang ada di kota Pekanbaru. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung dan wawancara dilapangan dengan menggunakan kuisioner. Data yang diperoleh kemudian dipetakan dengan menggunakan GIS (Geographic Information System). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kerusakan ringan sebesar 60% dan kerusakan sedang 40%. Kerugian ekonomis serangan rayap terhadap bangunan Sekolah Dasar Negeri adalah Rp334.130.000,00 untuk standar kayu tembesu dan Rp246.367.000,00 untuk standar kayu meranti. Jenis rayap yang menyerang adalah Microtermes inspiratus dari rayap tanah dan Cryptotermes cynocephalus dari rayap kayu kering.
Kata Kunci: Rayap, kerugian ekonomis, bangunan sekolah, GIS
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan perlindungan-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini. Penelitian ini berjudul “Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SD Negeri Di Bagian Barat Kota Pekanbaru” . Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan nilai dari kerugian ekonomis, mendapatkan informasi jenis-jenis dan penyebaran rayap,mengidentifikasi peta sebaran jenis rayap dan kerusakan banguan dan membuat model penduga kerugian ekonomis serangan rayap pada bangunan SD Negeri Di Bagian Barat Kota Pekanbaru.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Yunus Afifudin, S.Hut., M.Si. dan Bapak Luthfi Hakim, S.Hut., M.Si. atas kesediaannya untuk membimbing saya dalam menyelesaikan hasil penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk hasil penelitian yang lebih baik. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................... v
PENDAHULUAN Latar Belakang ............................................................................................... Tujuan Penelitian ........................................................................................... Manfaat Penelitian .........................................................................................
1 4 4
TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kota Pekanbaru .................................................................... Bangunan Sekolah.......................................................................................... Morfologi Rayap ............................................................................................ Rayap Sebagai Serangga Sosial ..................................................................... Perilaku Rayap ............................................................................................... Ekologi Rayap................................................................................................ Jenis Rayap Perusak Bangunan...................................................................... Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Rayap ............................................
5 8 9 10 12 13 14 17
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ......................................................................................... Alat dan Bahan............................................................................................... Prosedur Penelitian.........................................................................................
22 22 23
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Bangunan Sekolah Dasar Negeri ............................................. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Pada Setiap Komponen Bangunan SD Negeri di Bagian Barat Kota Pekanbaru................................. Jenis Rayap Perusak Kayu dan Sebaran Kerusakan Bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru .............................................................................. Model Penduga Kerugian Ekonomi Dengan Menggunakan Standar Harga Kayu Tembesu dan Kayu Meranti .................................................................
27 30 37 40
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .................................................................................................... 42 Saran............................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman 1. Bangunan Sekolah Dasar ......................................................................... 27 2. Beberapa Komponen Bangunan Sekolah................................................. 28
3. Peta Sebaran Sampel dan Tingkat Kerusakan SD Negeri di Kota
Pekanbaru................................................................................................. 33 4. Grafik persentase kerusakan bangunan SD Negeri di Bagian Barat
Kota Pekanbaru ........................................................................................ 36 5. Jenis rayap perusak kayu bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru
dengan mikroskop .................................................................................... 38 6. Sebaran jenis rayap pada bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru ....... 39
DAFTAR TABEL
No. Halaman 1. Luas Wilayah Kota Pekanbaru Berdasarkan Kecamatan......................... 5
2. Data Jumlah Sekolah Dasar di Kota Pekanbaru....................................... 8
3. Data Karakteristik Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan bagian Barat Kota Pekanbaru .............................................................................. 29
4. Kerugian ekonomis dan persen (%) kerusakan sekolah akibat serangan rayap di pada bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru............ 31
5. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada berbagai komponen bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru................................ 34
6. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap tanah dan kayu kering terhadap 30 bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru .................. 35
ABSTRAK
FRISCO PANAHATAN S. Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SD Negeri Di Bagian Barat Kota Pekanbaru. Dibawah bimbingan akademik oleh YUNUS AFIFUDIN dan LUTHFI HAKIM.
Sekolah dasar sebagai salah satu fasilitas umum yang sangat penting dan perlu dijaga agar tetap berada pada kondisi yang baik. Serangan rayap pada bangunan gedung pada saat ini merupakan masalah yang sangat besar mengingat intensitas serangannya yang semakin tinggi dan meluas sehingga nilai kerugian akibat serangan rayap cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai kerugian ekonomis serangan rayap dan mendapatkan peta sebaran jenis rayap pada bangunan SD Negeri di bagian barat Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli 2014 sampai Agustus 2014 menggunakan metode Purposive Sampling 15% dari jumlah total sekolah SD Negeri yang ada di kota Pekanbaru. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung dan wawancara dilapangan dengan menggunakan kuisioner. Data yang diperoleh kemudian dipetakan dengan menggunakan GIS (Geographic Information System). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kerusakan ringan sebesar 60% dan kerusakan sedang 40%. Kerugian ekonomis serangan rayap terhadap bangunan Sekolah Dasar Negeri adalah Rp334.130.000,00 untuk standar kayu tembesu dan Rp246.367.000,00 untuk standar kayu meranti. Jenis rayap yang menyerang adalah Microtermes inspiratus dari rayap tanah dan Cryptotermes cynocephalus dari rayap kayu kering.
Kata Kunci: Rayap, kerugian ekonomis, bangunan sekolah, GIS
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penyediaan jenis-jenis kayu kelas awet tinggi secara alami untuk
keperluan konsumsi dalam negeri makin terbatas jumlahnya. Hal ini disebabkan karena jenis-jenis kayu tersebut termasuk jenis kayu mewah dan mahal harganya. Sehingga pemerintah cenderung mengekspor jenis-jenis kayu mewah tersebut dalam rangka meningkatkan ekspor komoditi non minyak dan gas, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan devisa yang berguna untuk mempertahankan kelangsungan momentum pembangunan yang giat-giatnya dilakukan sehingga penggunaan kayu jenis awet rendah pun banyak digunakan di Indonesia (Subyanto, 1985).
Rayap (ordo: Isoptera) yang dikenal dengan nama “anai-anai” sangat mudah dijumpai di berbagai tipe ekosistem, seperti ekosistem hutan, pertanian, perkebunan, dan juga ditemukan pada ekosistem pemukiman atau perkotaan. Kondisi iklim dan tanah, termasuk banyaknya ragam jenis tumbuhan Indonesia sangat mendukung bagi perkembangan hidup rayap. Di Indonesia sendiri telah ditemukan sekitar 10% dari total rayap dunia. Meskipun demikian, hanya sekitar lima persen yang bersifat merugikan bagi manusia, yaitu sebagai hama bagi sebagian besar pertanaman pertanian dan perkebunan (Tarumingkeng, 2001).
Nandika et al., (2003) menyebutkan di daerah tropika, rayap ditemukan mulai dari pantai sampai ketinggian 3.000m diatas permukaan laut. Sekarang rayap menjadi serangga yang mudah dijumpai, hampir di semua ekosistem termasuk di lingkungan pemukiman. Sebagaimana di negara-negara tropika lainnya, di Indonesia rayap dikenal sebagai serangga perusak kayu dan bangunan
gedung yang paling penting. Serangannya pada kayu konstruksi bangunan dan bahan lignoselulosa lainnya telah dilaporkan hampir di seluruh propinsi di Indonesia. Bahkan kerugian ekonomis yang terjadi akibat serangannya pada bangunan gedung terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 kerugian tersebut diperkirakan mencapai Rp. 3,73 trilyun. Sejalan dengan meluasnya pembukaan wilayah hutan, reklamasi lahan, pembangunan pemukiman, serta lahan pertanian dan perkebunan, ancaman serangan rayap pada bangunan gedung, tanaman pertanian, perkebunan dan kehutanan cenderung terus meningkat. Rayap hidup pada tipe tanah tertentu, namun rayap tanah lebih menyukai tipe tanah yang banyak mengandung liat karena mengandung bahan organik yang tinggi. Curah hujan merupakan faktor yang berguna untuk merangsang kasta produksi keluar dari pohon. Serangan rayap banyak dilakukan pada pohon mati setelah hujan turun. Suhu dan kelembaban mempengaruhi rayap di sekitarnya. Suhu optimum adalah 15-38°C dan kelembaban optimum 75-90%.
Serangan rayap pada bangunan gedung pada saat ini merupakan masalah yang sangat besar mengingat intensitas serangannya yang semakin tinggi dan meluas sehingga nilai kerugian akibat serangan rayap cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Bangunan fasilitas sosial seperti bangunan sekolah dan gedung perkantoran, serta rumah-rumah tinggal banyak yang mengalami kerusakan atau bahkan roboh akibat serangan rayap. Berdasarkan perkiraan, kerugian ekonomis yang ditimbulkan akibat serangan rayap di Indonesia mencapai 1,67 trilyun rupiah (Rahmawati 1995). Nilai kerugian ekonomis tersebut tentunya sangat berarti di tengah-tengah kesulitan ekonomi yang menghimpit Bangsa Indonesia saat ini (Subekti et al., 2008).
Jenis rayap perusak bangunan di Indonesia ada tiga famili yaitu kalotermitidae (rayap kayu kering), termitidae (rayap tanah), dan rhinotermitidae (rayap kayu basah atau subteran). Suatu bangunan bisa hancur akibat adanya serangan rayap perusak ini. Rayap perusak bangunan tidak hanya menyerang bagian bagian bangunan seperti kuda-kuda, kaso atau reng, tetapi juga merusak arsip, furniture, kabel telepon, atau kabel listrik. Perlu diketahui, rayap perusak bangunan merupakan jenis rayap yang memerlukan kelembapan yang cukup tinggi untuk mempertahankan hidupnya.
Sekolah dasar sebagai fasilitas umum yang sangat penting dan perlu dijaga agar tetap berada pada kondisi yang baik. Berdasarkan Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekanbaru tahun 2013, saat ini ada 266 gedung sekolah dasar yang ada di Kota Pekanbaru dengan pembagian 79 gedung milik swasta dan 178 gedung milik pemerintah.
Salah satu sifat yang dimilki kayu sebagai bahan bangunan yang tidak menguntungkan adalah kepekaannya terhadap terhadap serangan organism perusak kayu. Organisme perusak akyu itu adalah jamur pembusuk kayu, serangga penggerek kayu dan rayap perusak kayu.
Tujuan Penelitian 1. Mendapatkan nilai kerugian ekonomis serangan rayap terhadap bangunan
Sekolah Dasar Negeri di bagian barat Kota Pekanbaru. 2. Mendapatkan peta sebaran jenis rayap berikut kerusakan bangunan Sekolah
Dasar Negeri di bagian barat Kota Pekanbaru dengan menggunakan GIS (Geographic Information System).
3. Mendapatkan model penduga kerugian ekonomis akibat serangan rayap terhadap bangunan SD Negeri di bagian barat Kota Pekanbaru.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Memberikan informasi bagi Pemerintah Kota Pekanbaru terhadap kerusakan
dan kerugian serangan rayap pada bangunan Sekolah Dasar Negeri. 2. Bermanfaat bagi dunia pendidikan, penelitian serta bahan informasi
masyarakat umum, pemerintah, instansi/lembaga yang terkait dalam pengelolaan perlindungan bangunan. 3. Pengetahuan dan informasi sebaran rayap serta kerusakannya melalui peta GIS. 4. Sebagai data dasar penelitian rayap di Kota Pekanbaru.
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Umum Kota Pekanbaru
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19 tahun 1987 tanggal 7 September
1987 Daerah Kota Pekanbaru diperluas dari ± 62,96 km² menjadi ± 446,50 km²,
yang terdiri dari 8 Kecamatan dan 45 Kelurahan. Dari hasil
pengukuran/pematokan di lapangan oleh BPN Tk. I Riau maka ditetapkan luas
wilayah Kota Pekanbaru adalah 632,26 km² dan dibagi dalam 12 kecamatan dan
58 kelurahan. Terletak antara : 101° 14’-101° 34’ Bujur Timur dan 0° 25’-0° 45’
Lintang Utara. Kota Pekanbaru pada umumnya beriklim tropis dengan suhu udara
maksimum berkisar antara 32,4°C - 33,8°C dan suhu minimum berkisar antara
23,0 °C - 24,2 °C. Kelembaban rata-rata berkisar antara 68 %-83 %.. Luas Kota
Pekanbaru untuk masing-masing kecamatan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Wilayah Kota Pekanbaru Berdasarkan Kecamatan
No Kecamatan
Luas Wilayah
1 Tampan
59,81
2 Payung Sekaki
43,24
3 Bukit Raya
22,05
4 Marpoyan Damai
29,74
5 Tenayan Raya
171,27
6 Lima Puluh
4,04
7 Sail
3,26
8 Pekanbaru Kota
2,26
9 Sukajadi
3,76
10 Senapelan
6,65
11 Rumbai
128,85
12 Rumbai Pesisir
157,33
Jumlah Luas
632,26
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pekanbaru Tahun 2013
Kota Pekanbaru terletak pada ketinggian rata-rata 5 meter di atas
permukaan air laut, hanya daerah-daerah tertentu yang letaknya lebih tinggi dari
38 ketinggian rata-rata, yaitu daerah di sekitar Bandar Udara Sultas Syarif Kasim
II dengan ketinggian 26 meter di atas permukaan air laut dan di bagian Utara dan Timur Kota Pekanbaru. Topografi di Kota Pekanbaru berdasarkan kelas kelerengan dapat digolongkan menjadi empat bagian yaitu: • 0% - 2% : merupakan wilayah yang datar • 2% - 15% : landai sampai berombak • 15% - 40% : berombak sampai bergelombang • di atas 40% : bergelombang sampai berbukit Secara umum kondisi wilayah Kota Pekanbaru merupakan dataran rendah dengan kemiringan lereng 0% – 2%. Beberapa wilayah di bagian Utara dan Timur memiliki morfologi bergelombang dengan kemiringan di atas 40% (Tinambunan, 2006).
Kota Pekanbaru pada umumnya beriklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 31,6°C - 33,7°C dan suhu minimum berkisar antara 22,1°C - 23,3°C. Rata-rata curah hujan bulanan pada tahun 2004 sekitar 263,73 mm dan rata-rata jumlah hari hujan pada tahun 2004 sekitar 17 hari (BMG Pekanbaru, 2004). Keadaan musim berkisar: musim hujan jatuh pada bulan September sampai dengan Pebruari dengan curah hujan dan hari hujan tertinggi jatuh pada november dan musim kemarau jatuh pada bulan Maret sampai dengan Agustus. Kelembaban maksimum antara 94% - 96%, kelembaban minimum antara 59% - 69% (BPS Kota Pekanbaru, 2003).
Batas-batas wilayah Kota Pekanbaru adalah; sebelah Utara berbatasan Kabupaten Bengkalis, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bengkalis dan Kampar dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kampar. Pada daerah yang tinggi sebagian
besar tanahnya berjenis podzolik merah kuning sedangkan di daerah yang lebih rendah berawa dan gambut berjenis tanah organosol/glei humus. Pada umumnya tanah di Kota Pekanbaru terdiri dari jenis tanah alluvial hydromorf yang berasal dari endapan tanah liat dan asosiasi aluvial dengan pasir. Tanah jenis ini memiliki sifat sedikit menahan/kedap air. Hal ini menyebabkan peresapan air berjalan lambat (Tinambunan, 2006).
Lahan gambut di Pulau Sumatera tersebar di beberapa wilayah provinsi, seperti Provinsi Riau, yang memiliki lahan gambut seluas kurang lebih 4 juta ha (Uryu et al., 2008). Tetapi sejak dua dasawarsa terakhir banyak terjadi pengalihgunaan lahan gambut di provinsi ini, yaitu antara lain menjadi lahan pemukiman dan lahan budidaya pertanian, perkebunan maupun kehutanan. Sebenarnya secara umum lahan gambut termasuk jenis lahan marginal atau tidak sesuai untuk dibudidayakan, apalagi apabila lapisan gambutnya dala≥m3m( ) (Sabiham & Basuki, 1989).
Gambut umumnya mempunyai tingkat kemasaman yang relatif tinggi dengan kisaran pH 3-5. Rata-rata pH gambut pada kebun kelapa sawit 5 dan kebun pekarangan adalah 4,94 dan 5,24. pH gambut pada hutan rawa gambut yang belum terganggu jauh lebih rendah (4,29) dibanding pH pada kedua tipe penggunaan lahan ini. Keasaman (pH) tanah sangat berpengaruh terhadap kehidupan hewan tanah. Umumnya hewan tanah sangat sensitif terhadap pH tanah, walaupun hal ini juga tergantung spesies (Edwards & Lofty, 1977). Rayap tanah merupakan salah satu kelompok makrofauna tanah yang memiliki kisaran toleransi yang cukup lebar terhadap pH tanah (Jones & Eggleton, 2000). Vaessen et al., (2011) bahkan menemukan cukup banyak spesies rayap tanah yang toleran terhadap keasaman lahan gambut.
Menurut Ayu et al. (2011) bahwa rayap cenderung lebih melimpah pada lahan tanah mineral dibanding pada lahan gambut. Perbedaan hasil penelitian ini dan penelitian-penelitian tersebut kemungkinan juga dipengaruhi oleh perbedaan cara pengambilan sampel rayap. Meskipun demikian, kelimpahan rayap pada suatu lahan kemungkinan juga dipengaruhi oleh spesies rayap tertentu. Rayap Coptotermes curvignathus justru lebih melimpah pada lahan gambut dibanding pada lahan tanah mineral.
Bangunan Sekolah Dasar
Kota Pekanbaru mempunyai 266 banguan sekolah dasar dengan perincian
187 gedung sekolah milik pemerintah dan 79 gedung sekolah milik swasta.
Rincian sebaran SD di Kota Pekanbaru akan di sajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Jumlah Sekolah Dasar di Kota Pekanbaru.
No Kecamatan
Negeri
1 Tampan
16
2 Marpoyan Damai
18
3 Bukit Raya
16
4 Tenayan Raya
25
5 Lima Puluh
17
6 Sail
7
7 Pekanbaru Kota
5
8 Sukajadi
20
9 Payung Sekaki
11
10 Senapelan
17
11 Rumbai
14
12 Rumbai Pesisir
21
Jumlah
187
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2013
Swasta
21 14 7 4 3 1 8 5 10 0 2 4
79
Morfologi Rayap Isoptera berasal dari bahasa Latin adalah iso = sama, pteron = sayap yang
berarti Insekta bersayap sama. Ciri-ciri lain yang dimiliki oleh ordo Isoptera adalah sebagai berikut : (Ismantono, 2005).
1) Tubuh lunak. 2) Memiliki dua sayap yaitu sayap depan berupa Sayap yang agak menebal
seperti kulit 3) Bersifat hemitabola. 4) Memiliki dua pasang sayap tipis yang tipe dan ukurannya sama. Toraks
berhubungan langsung dengan abdomen yang ukuran lebih besar, merupakan serangga sosial. 5) Mengalami metamorfosis tidak sempurna. 6) Tipe mulut pengunyah. 7) Cara hidupnya membentuk koloni dengan sistem pembagian tugas tertentu yang disebut polimorfisme. Pembagian tugas itu adalah raja, ratu dan prajurit atautentara. Rayap mengalami 4 kasta meliputi: a) Kasta reproduksi pertama, bersayap dan akan ditanggalkan setelah perkawinan. b) Kasta reproduksi kedua, dewasa secara seksual tapi dalam bentuk nympha. c) Kasta pekerja, tidak bersayap, buta, dan memilki banyak tugas yang berguna untuk memelihara koloni. d) Kasta tentara, bersifat steril tidak bersayap, memiliki kepala danmandibula yang besar, serta bertugas menjaga koloni.
Rayap adalah tergolong dalam binatang Arthropoda, kelas Insekta dari Ordo Isoptera yang terdiri atas enam family, yaitu Mastotermitidae, Kalotermitidae, Hodotermitidae, Rhinotermitidae, Serritermitidae, dan Termitidae. Rayap merupakan serangga kecil berwarna putih pemakan selulosa
yang sangat berbahaya bagi bangunan yang dibangun dengan bahan-bahan yang mengandung selulosa seperti kayu dan produk turunan kayu (papan partikel, papan serat, plywood, blockboard dan laminated board) (Hasan, 1984).
Rayap terdiri dari kumpulan spesies yang beragam, secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu rayap tingkat rendah dan rayap tingkat tinggi. Rayap tingkat rendah bersimbiosis dengan sebagian besar populasi prokariot dan Protista (eukariot bersel tunggal). Rayap tingkat tinggi hanya terdiri dari famili Termitidae akan tetapi jenisnya lebih dari tiga perempat dari semua jenis spesies yang ada dan bersimbiosis dengan sebagian besar kelompok bakteri. Asosiasi dari Protista selulolitik pada pencernaan rayap tingkat rendah diketahui sebagai contoh dari simbiosis mutualisme. Protista menghasilkan asetat dari partikel selulosa atau endositosis kayu, hasil asetat tersebut diserap oleh rayap sebagai energi dan sumber karbon (Upadhyaya et al., 2012).
Rayap Sebagai Serangga Sosial Rayap merupakan serangga sosial dengan sistem kasta polimorfik,
pemakan selulosa dan tinggal di dalam sarang atau termitarium yang dibangunanya. Serangga ini memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, sepintas mirip semut, dijumpai di banuak tempat, dihutan, pekarangan, kebun, dan bahkan di dalam batang kayu basah, tetapi ada juga yang hidup di dalam kayu kering. Makanan utamanya adalah kayu dan bahan-bahan dari selulosa lain serta jamur (Amir, 2003).
Rayap adalah serangga-serangga sosial pemakan selulosa yang berukuran sedang, merupakan ordo isoptera, secara efektif kelompok kecil dari serangga yang terdiri kira-kira 1900 jenis di dunia. Bagi masyarakat pengendali hama,
pengenalan, biologi dan perilaku (etologi) rayap merupakan pengetahuan essensial, sedangkan bagi masyarakat umum hal ini di samping bermanfaat sebagai penambah pengetahuan untuk menghindari kerugian ekonomis yang ditimbulkan oleh kerusakan terhadap bangunan habitat pemukimannya, karena dengan demikian dapat dilakukan tindakan atau perlakuan khusus untuk mengendalikan hama perusak kayu. Rayap merupakan salah satu serangga yang berperan penting dalam kerusakan kayu di dunia. Serangga ini merusak kayu dengan cara membuat liang kembara pada kayu dan menjadikannya sebagai tempat tinggal sekaligus sumber nutrisi koloni rayap. Hal ini menyebabkan kayu menjadi keropos dan hancur (Tarumingkeng, 2004).
Rayap juga merupakan serangga yang sudah akrab dengan kehidupan manusia. Namun, rayap selalu diidentikan sebagai hama perusak bangunan, perumahan, arsip, buku, tanaman, dan sebagainya. Padahal, pada awalnya rayap merupakan serangga yang berperan sebagai pembersih sampah alam. Saat ini, rayap perusak termasuk serangga yang sangat meresahkan masyarakat karena tingkat serangannya sangat cepat, ganas, dan menimbulkan kerusakan yang cukup parah Hal ini akibat habitat rayap yang terganggu oleh pembangunan yang dilakukan oleh manusia (Nandika et al., 2003).
Perilaku Rayap Pola perilaku adalah kriptobiotik atau sifat selalu menyembunyikan diri,
mereka hidup di dalam tanah dan bila akan invasi mencari objek makanan juga menerobos di bagian dalam, dan bila terpaksa harus berjalan di permukaan yang terbuka mereka membentuk pipa pelindung dari bahan atau humus. Sifat
trofalaksis merupakan ciri khas diantara individu-individu dalam koloni rayap. Masing-masing individu sering mengadakan hubungan dalam bentuk menjilat, mencium dan menggosokkan tubuhnya satu dengan yang lainnya. Sifat ini diinterpretasikan sebagai cara untuk memperoleh protozoa flagellata bagi individu yang baru saja berganti kulit (eksidis), karena pada saat eksidis kulit usus juga tangga sehingga protozoa simbiont yang diperlukan untuk mencerna selulosa ikut keluar dan diperlukan reinfeksi dengan jalan trofalaksis. Sifat ini juga diperlukan agar terdapat pertukaran feromon diantara para individu (Tarumingkeng, 2000).
Masyarakat rayap terdiri atas kelompok-kelompok yang disebut kasta. Masing-masing kasta mempunyai tugas sendiri-sendiri yang dilakukan dengan tekun selama hidup mereka, demi untuk kepentingan kesejahteraan, keamanan dan kelangsungan hidup seluruh masyarakat (Hasan, 1984).
Setiap koloni rayap terdapat tiga kasta yang menurut fungsinya masingmasing diberi nama kasta pekerja, kasta prajurit, dan kasta reproduktif (reproduktif primer dan reproduktif suplementer). Pembentukan kasta pekerja, serdadu, ratu atau raja dari nimfa muda dikendalikan secara alami oleh bahan kimia yang disebut feromon (Nandika et al., 2003). Feromon adalah hormone yang dikeluarkan dari kelenjar endrokrin, tetapi berbeda dengan hormon, feromon menyebar ke luar tubuh dan mempengaruhi individu lain yang sejenis (Tarumingkeng, 2000).
Rayap tidak hidup secara soliter namun rayap hidup secara koloni, dalam koloninya rayap terbagi atas tiga kasta yang masing-masing memiliki fungsi dan peranan yang berbeda. Ketiga kasta tersebut adalah kasta pekerja, kasta prajurit dan kasta reproduktif. Pada dasarnya kasta pekerja mendominasi dari segi jumlah
koloni dibandingkan dengan kasta yang lainnya, tidak kurang dari 80–90% merupakan kasta pekerja (Prasetyio & Yusuf 2005).
Ekologi Rayap Rayap dalam aktivitas dan distribusinya dipengaruhi oleh beberapa faktor
lingkungan diantaranya suhu, kelembaban dan curah hujan. Suhu memiliki peranan penting dalam aktivitas dan perkembangan rayap. Sebagian besar serangga memiliki suhu optimum berkisar antara 15 – 38%. Kelembaban cukup memiliki peranan dalam aktivitas jelajah rayap. Rayap tanah seperti Coptotermes, Macrotermes, Odontotermes memerlukan kelembaban yang tinggi (75–90%). Curah hujan memiliki peran dalam hal perkembangbiakan eksternal dan merangsang keluarnya kasta reproduksi keluar dari tanah. Laron tidak akan keluar bila curah hujan rendah (Nandika et al., 2003).
Rayap tanah sebenarnya merupakan salah satu kelompok makrofauna tanah yang dapat beradaptasi dengan kondisi tanah yang relatif basah. Penelitian pada lahan yang masih berupa hutan rawa gambut membuktikan bahwa rayap dapat dijumpai pada gambut dengan tingkat kejenuhan air tidak pernah kurang dari 80%. Rayap tanah juga terbukti dapat bertahan hidup pada lahan gambut yang tergenang selama berhari-hari dengan memanfaatkan tunggul-tunggul pohon sebagai pelindung koloni mereka (Purnasari, 2011).
Faktor lingkungan yang utama mempengaruhi distribusi rayap antara lain temperatur, dan kelembaban, sementara itu faktor lain yang mendukung adalah curah hujan, struktur tanah dan vegetasi (Cookson & Trajstman 2002). Hal ini dapat dimengerti, karena rayap adalah serangga yang memiliki kulit tipis yang rentan terhadap proses dehidrasi oleh angin/udara kering sehingga rayap
membutuhkan kelembaban yang stabil. Suhu berperan dalam distribusi dan aktivitas rayap saat mencari makan. Bilamana suhu permukaan tanah terlalu panas atau terlalu dingin rayap tidak melakukan foraging. (Suiter et al., 2000 dalam Subekti, 2008).
Rayap kayu basah bersarang pada kayu lembab dan lapuk, kelompok ini diwakili oleh genus Glypototermes dan Protermes. Rayap kayu kering bersarang pada kayu-kayu kering dengan kadar air rendah dan kelembaban yang rendah. Rayap ini hidup pada pohon-pohon hidup seperti pada rayap genus Neotermes (Rismayadi, 2007).
Jenis Rayap Perusak Bangunan Organisme perusak bangunan antara lain rayap tanah, rayap kayu kering,
bubuk kayu, jamur dilaporkan telah menyebabkan kerugian yang mencapai ratusan milyar setiap tahunnya. Keadaan ini diperparah dengan adanya kenyataan bahwa kayu-kayu yang digunakan pada bangunan secara umum semakin rendah kekuatan dan keawetannya. Diantara berbagai jenis organisme perusak tersebut yang menimbulkan kerugian terbesar adalah rayap tanah (Aini, 2005).
Rayap merupakan faktor perusak kayu dan bangunan yang paling mengganggu. Rayap mampu merusak komponen bangunan gedung, bahkan juga menyerang dan merusak mebeler di dalamnya, buku-buku, kabel-kabel listrik serta barang-barang yang disimpan. Untuk mencapai sasarannya rayap tanah dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa centimeter, menghancurkan plastik, kabel bahkan bentuk konstruksi bangunan seperti : slab dan basement serta penghalang fisik lainnya (Nandika et al., 2003).
Nicholas (1987) menyatakan bahwa rayap biasa menyerang kayu yang kurang padat, yaitu bagian kayu awal dari riap tumbuh. Apabila kayu awal habis maka rayap siap untuk memakan kayu akhir. Rayap merobek-robek partikel kayu dengan mandibulanya, kemudian dicerna menjadi bagian yang lebih halus di dalam badan rayap. Rayap tanah menyerang kayu dengan membuat liang gerek pada kayu. Kerusakan kayu seperti “honey comb” dengan ciri khas adanya partikel-partikel tanah pada liang gerek tersebut (Anderson 1960 dalam Tambunan & Nandika 1989).
Kayu hilang digunakan pada bangunan lama kelamaan akan rusak, apalagi bila digunakan di luar dan bahkan bila berhubungan langsung dengan tanah lembab. Faktor perusak kayu dapat digolongkan menjadi dUB, yaitu faktor non biologis dan faktor biologis. Faktor perusak non biologis antara lain faktor mekanis, udara, cahaya, angin, air, suhu, alkali, asam, garam dan bahan kimia lainnya. Faktor perusak biologis (organisme perusak) sangat beragam terutama rayap, jenis yang terpenting (Supriana dan Martawijaya 1976 dalam Aini 2005), sebagai berikut : 1. Rayap Tanah Di Indonesia terdapat dua famili rayap tanah, yaitu Rhinotermitidae dan Termitidae. Golongan rayap ini terutama merusak kayu yang berhubungan dengan tanah, tetapi kayu yang tidak langsung berhubungan dengan tanah pun dapat diserang melalui terowongan yang dibuat dari tanah. Famili Termitidae dikenal jenis Odontotermes, Microtermes dan Macrotermes. Pusat sarang rayap ini pada umumnya terdapat di dalam tanah. Beberapa jenis rayap tanah dapat membangun
bukit-bukit kecil di alas sarangnya. Rayap ini selalu mempunyai hubungan dengan tanah untuk mencukupi kebutuhan air. 2. Rayap Kayu Kering Rayap ini termasuk famili Kalotermitidae dan biasanya merusak kayu yang sudah kering seperti kusen pintu dan jendela, rangka atap, mebel dan alat rumah tangga. Hampir semua jenis kayu yang ringan dan tidak awet diserang. Serangan rayap ini mudah kelihatan dari luar, kayu yang diserang kelihatannya dari luar masih utuh, meskipun bagian dalamnya sudah berlubang-lubang atau rusak sama sekali. Adanya kotoran yang berbentuk butiran halus merupakan ciri khas serangan rayap kayu kering. Jenis yang banyak terdapat di Indonesia antara lain adalah : Cryptotermes cynocephalus Light dan Cryptotermes dudleyi Banks. 3. Bubuk Kayu Kering Serangga ini berasal dari ordo Coleoptera, terutama dari tamili Lytidae, Bostrychidae, Cerambicidae dan Anobiidae. Biasanya menyerang kayu yang sudah kering seperti mebel, kayu lapis atau tripleks, dan bagian-bagian rumah. Jenis kayu yang banyak mengandung zat tepung mudah diserang serangga ini. Serangan bubuk kayu kering dapat dikenal karena adanya tepung halus bekas gerekan. Jenis bubuk kayu kering yang lazim terdapat di Indonesia adalah antara lain Lyctus brunneus Steph, Minthea rugicollis, Heterobostrychus aequalis Wall, Oinoderus minutus. 4. Bubuk Kayu Basah Serangga ini berasal dari ordo Coleoptera, terutama dari famili Scolytidae dan Platypodidae. Pada umumnya menyerang kayu basah .yang baru ditebang dan
mengakibatkan penurunan kualitas kayu. Jenis-jenis yang terpenting antara lain berasal dari genus Xyleborus, Arixyleborus, Platipus dan Diapus.
Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Serangan Rayap Usaha pengendalian serangan rayap pada bangunan semakin berkembang,
hal ini terlihat dari munculnya industri termitisida bahkan industri jasa pengendalian rayap. Pengendalian serangan rayap pada bangunan meliputi usaha pencegahan dan pemberantasan atau perbaikan bangunan yang terserang rayap. Tindakan pengendalian yang sangat dianjurkan adalah melakukan pencegahan serangan rayap pada saat pra konstruksi. Pengendalian ini masih menggunakan termitisida yang diaplikasikan baik pada kayu bangunan melalui pengawetan kayu (wood treatment) maupun dengan perlakuan tanah (soil treatment). Di samping dengan termitisida, juga telah berkembang cara pencegahan serangan rayap yang ramah lingkungan yaitu dengan bahan penghalang fisik (physical barrier) yang dapat mencegah penetrasi rayap tanah pada bangunan dan dengan teknologi pengumpanan (baiting) yang dapat mengeliminasi koloni rayap (Aini, 2005)
Prosedur untuk mendeteksi adanya serangan rayap tanah pada bangunan menurut Nandika et al (2003) sebagai berikut: a. Pemeriksaan harus membawa peralatan seperti obeng, pahat, pisau, lampu
penerang, respirator dan pakaian kerja. Untuk mengidentifikasi rayap yang menyerang bangunan, seorang pemeriksa harus membawa bahan dan peralatan koleksi rayap mengingat identifikasi lebih mudah dilakukan di laboratorium.
b. Bagian yang berhubungan dengan tanah harus diperiksa terlebih dahulu, termasuk bagian fondasi, sloat, lantai dasar, liang, serambi, dasar tangga dan sebagainya.
c. Tempat-tempat basah atau lembab seperti kamar mandi, ruang cuci, daerah sekitar AC dan saluran air merupakan tempat yang disenangi rayap dan paling mungkin terserang.
d. Liang kembara merupakan petunjuk adanya serangan rayap yang paling penting.
e. Apabila rayap ditemukan menyerang lantai atas tanpa ada serangan di lantai bawah, maka mungkin rayap menyerang melalui celah-celah pada dinding, saluran lift, saluran kabel listrik dan telepon.
f. Daerah di sekitar bangunan juga harus diperiksa untuk menemukan tempattempat yang diduga menjadi sarang rayap.
Pra kontruksi Kerusakan akibat serangan perusak biologis cukup besar pada komponen
bangunan. Serangan perusak biologis ini bila dibiarkan teralu lama akan menyebabkan kerugian yang sangat besar pada bangunan yang diserangnya. Banyak cara yang dilakukan untuk menanggulangi kerusakan akibat biodeteriorasi tersebut antara lain dengan perlindungan secara kimiawi dan non kimiawi. 1. Perlindungan secara kimiawi
Hadioetomo (1983), mengemukakan beberapa cara pengendalian rayap secara kimiawi yaitu :
a. Peracunan kayu (wood treatment)
Peracunan kayu didefinisikan sebagai salah satu usaha pemberian racun pada kayu dengan tujuan membuatnya tahan terhadap serangan rayap atau memberantas rayap yang telah ada pada kayu tersebut. b. Peracunan tanah (soil treatment) Merupakan penyebaran racun (insektisida) pada tanah di bawah bangunan untuk mencegah terjadinya serangan pada kayu bangunan oleh rayap tanah atau untuk tujuan mengendalikan rayap tanah yang telah menyerang bangunan. c. Peracunan pondasi (foundation treatment) Peracunan pondasi adalah penyebaran racun pada pondasi bangunan secara merata. Dalam prakteknya usaha ini meliputi pemberian racun ke ronggarongga pada pondasi dan juga permukaan pondasi. 2. Perlindungan non kimiawi Surjokusumo (1983) mengemukakan beberapa desain konstruksi tahan rayap yaitu : a. Jenis bahan atap menentukan bentuk rangka atap dan tipe kuda-kuda yang akan dipilih. Atap yang tiris seperti genteng, terutama daerah bercurah hujan tinggi akan membuat loteng lembab, sehingga harus dijaga agar ventilasi dapat berjalan dengan sempurna agar kekeringan udara minimal dan suhu terendah dapat tercapai. b. Sistem kuda-kuda papan paku atau metal-plate (gang nail) lebih daripada sistem konvensional karena selain hemat bahan, murah, hasil pekerjaan lebih tinggi mutunya, mudah pembuatannya dan perakitannya lebih aman, lebih kuat, dan kaku, juga mudah diperbaiki dan diganti bagianbagiannya.
c. Disain tonjolan (overstek) harus cukup melindungi bagian dinding dari percikan air hujan apalagi kalau menggunakan talang tirisan.
d. Papan lis atau amping sebaiknya menggunakan kayu awet terhadap jamur. Ujung kayu (gording, kaso dan sebagainya) sebaiknya dicat tolak air (water repellent) dan tidak menggunakan kayu yang tidak awet. Penutupan tepi papan talang menggunakan seng harus teliti sehingga betul-betul menghindarkan tirisan air ke kayu atap.
Pasca Kontruksi Teknologi pengendalian yang lain adalah dengan penekanan populasi
(pengumpanan). Penekanan populasi rayap yang popular saat ini. Metode pengumpanan pada prinsipnya memanfaatkan sifat biologis rayap yaitu sifat tropolaksis (saling menjilat) dan grooming (berkumpul) dalam mendistribusi racun kepala seluruh anggota koloninya. Berdasarkan sifatnya, teknik ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik pengendalian lain, diantaranya lebih ramah lingkungan karena bahannya tidak mencemari tanah, memiliki sasaran yang spesifik, mudah dalam penggunaanya dan mempunyai kemampuan untuk mengeliminasi koloni secara total. Selain itu, teknik ini juga tidak menyebabkan kerusakan pada bangunan karena tidak adanya pengeboran lantai seperti pada sistem injeksi (Nandika et al., 2003).
Teknik perlindungan investasi kontruksi terhadap serangan organisme perusak yang sudah banyak dilakukan oleh masyarakat, terutama pada kayu bangunan yang digunakan adalah dengan pengawetan kayu yang menggunakan bahan pengawet. Pengawetan kayu merupakan suatu proses memasukkan bahan pengawet kedalam kayu dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan kayu terhadap serangan organisme perusak, sehingga dapat memperpanjang masa pakai kayu. Bahan
pengawet adalah suatu bahan kimia yang bila dimasukkan ke dalam kayu dapat meningkatkan ketahanan kayu dari serangan organisma perusak seperti jamur, serangga dan makhluk perusak kayu lainnya. Selain dengan cara pengawetan kayu bangunan, teknik perlindungan bangunan dapat juga dilakukan dengan cara injeksi/penyuntikan bahan pengawet pada tapak bangunan (Aini, 2005).
Penggunaan S. carpocapsae sebagai agen hayati rayap memiliki prospek yang cerah di masa depan, karena nematoda ini juga banyak terdapat di daerah tropik dan juga dapat hidup di dalam tanah. Bila keadaan lingkungan cukup baik, terutama bila suhu tidak terlalu panas dan didukung pula oleh sifat fisik tanah yang sesuai, maka S. carpocapsae dapat hidup dan berkembang dengan baik dan bisa diandalkan sebagai agen pengendali hayati rayap (Poinar & Thomas 1982 dalam Bakti, 2003).
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2014. Penelitian
dilakukan di Laboatorium Teknologi Hasil Hutan dan Sekolah Dasar Negeri yang berada di Kota Pekanbaru Provinsi Riau.
Bahan dan Alat Penelitian Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital, meteran, tallysheet dan kuisioner, alat tulis, serta GPS Receiver dan Mikroskop. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70%, peta Kota Pekanbaru, Arc view GIS, data Sekolah Dasar Negeri di Kota Pekanbaru, data sekunder dari harga material kayu dipasaran berikut upah pekerja.
Batasan Studi Penelitian ini hanya pada Bangunan Sekolah Dasar Negeri yang terletak
pada kecamatan bagian barat Kota Pekanbaru dengan metode Purposive Sampling dari jumlah total 178 buah Sekolah Dasar Negeri. Aspek yang diteliti adalah kerusakan yang disebabkan oleh serangan rayap pada komponen bangunan sekolah yang terbuat dari kayu. Komponen yang diamati adalah daun pintu, kusen pintu, daun jendela, lisplang, kuda-kuda, papan tulis, lemari dan furniture yang terbuat dari kayu.
Metode Penelitian
Pengumpulan data primer Diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara dilapangan dengan
menggunakan kuisioner, dan menganalisa kerusakan bangunan dengan tally sheet yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tally sheet mencakup karakteristik bangunan dari kerusakan bangunan. Bagian kayu yang rusak diukur dimensinya, baik panjang, lebar dan tebalnya. Data yang diperoleh merupakan nilai kerugian minimal. Data-data yang diperoleh diatasnya komponen tersebut dikonversi ke dalam nilai rupiah (Rp) Nilai yang diperoleh merupakan nilai kerugian ekonomis yang disebabkan oleh rayap.
Pengumpulan data sekunder: Data sekunder yang digunakan meliputi: 1. Peta Kota Pekanbaru 2. Harga Kayu di Pasaran 3. Upah Pekerja Pemasangan Komponen Kayu 4. Data Bangunan Sekolah Dasar Negeri di Kota Pekanbaru (Diknas Pemko
Pekanbaru, 2014) 5. Kunci Determinasi (Nandika dkk, 2003) 6. Peta Jaringan Sungai
Pengolahan Data
1. Perhitungan kerugian ekonomis
���
��������� = � ������
��� =1
Keterangan : Krs = Kerugian akibat serangan rayap r = rayap kayu kering, rayap tanah s = Total bangunan sampel Kn = nilai kerugian masing-masing komponen n = 1,2,3.....m komponen
2. Perhitungan Standart Deviasi (S)
���2
=
���
1 −
1
�(������
−
���̅ )2
Keterangan : S2 = standar Deviasi n = jumlah contoh xi = nilai kerugian ke 1 ���̅ = nilai rata-rata kerugian ekonomis akibat serangan rayap i = 1,2,3.....total bangunan sampel
3. Perhitungan Interval untuk rata-rata
���̅
±
������/2
��� √���
Dimana
������̅
=
��� √���
Keterangan :
���̅ = Nilai rata-rata hasil pengukuran
S ���̅ = Standar error
tα/2 = 2,1448 dan derajat kebebasan (n-1) untuk tingkat kepercayaan 95%
S = Standar Deviasi n = 1,2,3....... m Komponen (Sudzana,2002).
Tingkat kerusakan bangunan gedung menurut Remran (1993) dalam Romaida (2002) dibedakan berdasarkan kriteria :
1. Ringan rusak yaitu : apabila persentase kerusakan lebih kecil dari 5% dan dianggap tidak perlu dilakukan penggantian tetapi memperhitungkan harga kayu yang rusak.
2. Rusak sedang yaitu : apabila persentase kerusakan antara 5-20% dan dianggap perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak beserta upah perbaikan.
3. Rusak berat yaitu : apabila persentase kerusakan lebih besar dari 20% dan mempunyai dua posisi serangan yaitu antara bagian ujung, tengah dan pangkal maka unit tersebut perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak dan upah perbaikan.
4. Pendugaan persamaan kerugian ekonomis bangunan SD Negeri Bagian Barat diformulasikan dalam persamaan regresi berikut : Y= a± bx1± cx2 ± dx3 ± ...... Dimana : Y = Kerugian ekonomis bangunan SD Negeri Bagian Barat (Rp/tahun) a = Konstanta b,c,d..= Nilai penduga yang mempengaruhi nilai Y x1 = Faktor penduga usia bangunan x2 = Faktor penduga usia perbaikan x3 = Faktor penduga luas bangunan
x4 = Faktor Penduga jarak bangunan dari sungai
5. Pemetaan dengan Geographic Information System (GIS) Menandai titik titik lokasi sekolah kedalam GPS (Global Positioning
System). Titik-titik tersebut dimasukkan ke dalam file peta kota Pekanbaru yang telah dilengkapi peta jaringan sungai. Kemudian dibuat jarak antara lokasi sampel penelitian dari sungai dengan membuat interval berjarak 100m menggunakan Arc View GIS. Melakukan penggabungan data (assign data) antara peta buffer (jarak dari sungai) dengan peta lokasi SD negeri. Hasil penggabungan data tersebut kemudian digunakan untuk membuat model pendugaan kerugian akibat serangan rayap.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Karakteristik Bangunan Sekolah Dasar Negeri
Bangunan Sekolah Dasar Negeri di Kota Pekanbaru pada umumnya berbentuk sederhana. Sebagian bangunan masih dalam bentuk asli yaitu menggunakan komponen kayu sepenuhnya dan hanya mengalami renovasi pada komponen tertentu di bagian dalam dan luar sekolah.
ab
Gambar 1.Bangunan Sekolah Dasar, (a) SD Negeri 42 Kecamatan Marpoyan Damai, (b). SD Negeri 168 Kecamatan Payung Sekaki.
Bangunan Sekolah Dasar Negeri di kota Pekanbaru hampir semua sudah terbuat dari beton, namun masih ada beberapa sekolah yang dindingnya memakai papan kayu. Hal ini akan berdampak pada kerusakan, karena semakin banyak komponen kayu yang dipakai pada suatu bangunan maka kemungkinan kerusakan yang disebabkan oleh rayap semakin besar. Dari data yang diperoleh, menunjukkan bahwa komponen-komponen bangunan sekolah yang terbuat dari kayu adalah kuda-kuda, meja, kursi, papan tulis, resplank, lemari, jendela, pintu dan papan kayu. Komponen sekolah yang terbuat dari kayu dapat dilihat pada gambar 2.
ab
cd
ef Gambar 2. Beberapa komponen bangunan sekolah meliputi: (a) Resplank, (b)
papan kayu, (c) kursi, (d) daun jendela, (e) meja dan (f) kusen jendela. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa masih banyaknya komponen sekolah yang terbuat dari kayu. Hal ini menjadikan kerusakan akibat serangan rayap semakin besar seperti yang dikatakan oleh Nandika et al. (2003) bahwa rayap merupakan serangga perusak, hal tersebut tidak terlepas dari kegiatan rayap yang menimbulkan pada bamgunan yang terbuat dari kayu, sehingga merugikan dari sisi ekonomi dikarenakan populasi rayap sangat tinggi, daya jelejah rayap
angat luas dan daya adaptasi rayap sangat baik seperti pernyataan (Nandika et al., 2003) bahwa rayap tanah mampu menjangkau dan merusak bahan-bahan yang menjadi kepentingan manusia, karena ukuran populasi yang besar dan disertai daya jelajah yang luas, oleh karena itu kayu dan jaringan tanaman merupakan sasaran serangan rayap.
Masih banyaknya komponen sekolah yang terbuat dari kayu mengakibatkan tingkat serangan rayap juga tinggi, karena kayu selain sebagai sumber makanan rayap juga sebagai tempat tinggal rayap. Rayap tanah memerlukan kayu (selulosa) sebagai makanan pokok dimana rayap mampu melumatkan kayu karena adanya protozoa flagellata dalam usus bagian belakang (Tambunan dan Nandika, 1989).
Dari 187 Sekolah Dasar Negeri di kota Pekanbaru, diambil sampel 30 sekolah dasar yang dianggap mewakili di kecamatan bagian barat kota Pekanbaru. Dari data karakteristik, diketahui bahwa sekolah dengan usia bangunan yang paling tua adalah SDN 19 yaitu berusia 56 tahun. Usia paling muda adalah SDN 91 dan SDN 97 yaitu 8 tahun. Untuk luas bangunan, sekolah yang terluas adalah SDN 150 yaitu 2.885 m2, sedangkan untuk luas sekolah yang terkecil adalah SDN 166 yaitu 259 m2. Untuk risalah tapak, asal usul sekolah yang paling dominan lahan gambut. Lahan gambut memang jenis tanah khas di provinsi Riau. Sesuai literatur Tinambunan (2006) bahwa pada daerah yang tinggi sebagian besar tanahnya berjenis podzolik merah kuning sedangkan di daerah yang lebih rendah berawa dan gambut berjenis tanah organosol/glei humus. Tanah podzolik berada pada daerah perbukitan di sekitar kecamatan rumbai dan rumbai pesisir.
Sedangkan untuk kecamatan lainnya yang di dataran rendah memliki jenis tanah
gambut.
Tabel 3. Data Karakteristik Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan bagian Barat Kota
Pekanbaru
Kecamatan
Nama sekolah Usia bangunan Luas bangunan/
(tahun)
Areal tanah (m2)
Risalah tapak
Marpoyan
SDN 42
53
500/ 1.980
Perkantoran
Damai
SDN 94
35
1.588/ 2.862
Gambut
SDN 112
33
646/ 1.500
Perumahan
SDN 114
33
475/ 2.500
Perumahan
SDN 161
25
500/ 2.375
Perumahan
Payung Sekaki
SDN 35
51
827/ 1.400
Gambut
SDN 41
21
1.600/ 1.700
Gambut
SDN 96
35
525/ 2.385
Gambut
SDN 137
29
616/ 880
Gambut
SDN 168
20
450/ 2.550
Gambut
Rumbai
SDN 59
29
768/ 3.570
Gambut
SDN 91
8
896/ 3.600
Gambut
SDN 97
8
870/ 3.090
Gambut
SDN 150
22
2.885/ 12.106
Gambut
SDN 166
20
259/ 2.035
Gambut
Senapelan
SDN 2
30
1.436/ 2.345
Rumah Sakit
SDN 3
51
827/ 2.200
Rumah Sakit
SDN 19
56
336/ 2.574
Gambut
SDN 72
39
2.000/ 2.600
Gambut
SDN 144
27
994/ 2.180
Gambut
Sukajadi
SDN 15
31
380/ 12.320
Perkantoran
SDN 53
41
640/ 5.990
Rumah Sakit
SDN 75
37
477/ 10.020
Rawa
SDN 121
31
468/ 2.000
Perkantoran
SDN 153
36
315/ 1.054
Gambut
Tampan
SDN 37
44
1.830/ 18.000
Gambut
SDN 111
DI BAGIAN BARAT KOTA PEKANBARU
SKRIPSI OLEH: FRISCO PANAHATAN S 111201112/TEKNOLOGI HASIL HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian
Nama NIM Program studi
: Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SD Negeri Di Bagian Barat Kota Pekanbaru : Frisco Panahatan S : 111201112 : Kehutanan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Yunus Afifuddin, S.Hut., M.Si. Ketua
Luthfi Hakim, S.Hut., M.Si. Anggota
Mengetahui
Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D. Ketua Program Studi Kehutanan
ABSTRAK
FRISCO PANAHATAN S. Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SD Negeri Di Bagian Barat Kota Pekanbaru. Dibawah bimbingan akademik oleh YUNUS AFIFUDIN dan LUTHFI HAKIM.
Sekolah dasar sebagai salah satu fasilitas umum yang sangat penting dan perlu dijaga agar tetap berada pada kondisi yang baik. Serangan rayap pada bangunan gedung pada saat ini merupakan masalah yang sangat besar mengingat intensitas serangannya yang semakin tinggi dan meluas sehingga nilai kerugian akibat serangan rayap cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai kerugian ekonomis serangan rayap dan mendapatkan peta sebaran jenis rayap pada bangunan SD Negeri di bagian barat Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli 2014 sampai Agustus 2014 menggunakan metode Purposive Sampling 15% dari jumlah total sekolah SD Negeri yang ada di kota Pekanbaru. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung dan wawancara dilapangan dengan menggunakan kuisioner. Data yang diperoleh kemudian dipetakan dengan menggunakan GIS (Geographic Information System). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kerusakan ringan sebesar 60% dan kerusakan sedang 40%. Kerugian ekonomis serangan rayap terhadap bangunan Sekolah Dasar Negeri adalah Rp334.130.000,00 untuk standar kayu tembesu dan Rp246.367.000,00 untuk standar kayu meranti. Jenis rayap yang menyerang adalah Microtermes inspiratus dari rayap tanah dan Cryptotermes cynocephalus dari rayap kayu kering.
Kata Kunci: Rayap, kerugian ekonomis, bangunan sekolah, GIS
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan perlindungan-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini. Penelitian ini berjudul “Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SD Negeri Di Bagian Barat Kota Pekanbaru” . Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan nilai dari kerugian ekonomis, mendapatkan informasi jenis-jenis dan penyebaran rayap,mengidentifikasi peta sebaran jenis rayap dan kerusakan banguan dan membuat model penduga kerugian ekonomis serangan rayap pada bangunan SD Negeri Di Bagian Barat Kota Pekanbaru.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Yunus Afifudin, S.Hut., M.Si. dan Bapak Luthfi Hakim, S.Hut., M.Si. atas kesediaannya untuk membimbing saya dalam menyelesaikan hasil penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk hasil penelitian yang lebih baik. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................... v
PENDAHULUAN Latar Belakang ............................................................................................... Tujuan Penelitian ........................................................................................... Manfaat Penelitian .........................................................................................
1 4 4
TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kota Pekanbaru .................................................................... Bangunan Sekolah.......................................................................................... Morfologi Rayap ............................................................................................ Rayap Sebagai Serangga Sosial ..................................................................... Perilaku Rayap ............................................................................................... Ekologi Rayap................................................................................................ Jenis Rayap Perusak Bangunan...................................................................... Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Rayap ............................................
5 8 9 10 12 13 14 17
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ......................................................................................... Alat dan Bahan............................................................................................... Prosedur Penelitian.........................................................................................
22 22 23
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Bangunan Sekolah Dasar Negeri ............................................. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Pada Setiap Komponen Bangunan SD Negeri di Bagian Barat Kota Pekanbaru................................. Jenis Rayap Perusak Kayu dan Sebaran Kerusakan Bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru .............................................................................. Model Penduga Kerugian Ekonomi Dengan Menggunakan Standar Harga Kayu Tembesu dan Kayu Meranti .................................................................
27 30 37 40
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .................................................................................................... 42 Saran............................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman 1. Bangunan Sekolah Dasar ......................................................................... 27 2. Beberapa Komponen Bangunan Sekolah................................................. 28
3. Peta Sebaran Sampel dan Tingkat Kerusakan SD Negeri di Kota
Pekanbaru................................................................................................. 33 4. Grafik persentase kerusakan bangunan SD Negeri di Bagian Barat
Kota Pekanbaru ........................................................................................ 36 5. Jenis rayap perusak kayu bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru
dengan mikroskop .................................................................................... 38 6. Sebaran jenis rayap pada bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru ....... 39
DAFTAR TABEL
No. Halaman 1. Luas Wilayah Kota Pekanbaru Berdasarkan Kecamatan......................... 5
2. Data Jumlah Sekolah Dasar di Kota Pekanbaru....................................... 8
3. Data Karakteristik Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan bagian Barat Kota Pekanbaru .............................................................................. 29
4. Kerugian ekonomis dan persen (%) kerusakan sekolah akibat serangan rayap di pada bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru............ 31
5. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada berbagai komponen bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru................................ 34
6. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap tanah dan kayu kering terhadap 30 bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru .................. 35
ABSTRAK
FRISCO PANAHATAN S. Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SD Negeri Di Bagian Barat Kota Pekanbaru. Dibawah bimbingan akademik oleh YUNUS AFIFUDIN dan LUTHFI HAKIM.
Sekolah dasar sebagai salah satu fasilitas umum yang sangat penting dan perlu dijaga agar tetap berada pada kondisi yang baik. Serangan rayap pada bangunan gedung pada saat ini merupakan masalah yang sangat besar mengingat intensitas serangannya yang semakin tinggi dan meluas sehingga nilai kerugian akibat serangan rayap cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai kerugian ekonomis serangan rayap dan mendapatkan peta sebaran jenis rayap pada bangunan SD Negeri di bagian barat Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli 2014 sampai Agustus 2014 menggunakan metode Purposive Sampling 15% dari jumlah total sekolah SD Negeri yang ada di kota Pekanbaru. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung dan wawancara dilapangan dengan menggunakan kuisioner. Data yang diperoleh kemudian dipetakan dengan menggunakan GIS (Geographic Information System). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kerusakan ringan sebesar 60% dan kerusakan sedang 40%. Kerugian ekonomis serangan rayap terhadap bangunan Sekolah Dasar Negeri adalah Rp334.130.000,00 untuk standar kayu tembesu dan Rp246.367.000,00 untuk standar kayu meranti. Jenis rayap yang menyerang adalah Microtermes inspiratus dari rayap tanah dan Cryptotermes cynocephalus dari rayap kayu kering.
Kata Kunci: Rayap, kerugian ekonomis, bangunan sekolah, GIS
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penyediaan jenis-jenis kayu kelas awet tinggi secara alami untuk
keperluan konsumsi dalam negeri makin terbatas jumlahnya. Hal ini disebabkan karena jenis-jenis kayu tersebut termasuk jenis kayu mewah dan mahal harganya. Sehingga pemerintah cenderung mengekspor jenis-jenis kayu mewah tersebut dalam rangka meningkatkan ekspor komoditi non minyak dan gas, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan devisa yang berguna untuk mempertahankan kelangsungan momentum pembangunan yang giat-giatnya dilakukan sehingga penggunaan kayu jenis awet rendah pun banyak digunakan di Indonesia (Subyanto, 1985).
Rayap (ordo: Isoptera) yang dikenal dengan nama “anai-anai” sangat mudah dijumpai di berbagai tipe ekosistem, seperti ekosistem hutan, pertanian, perkebunan, dan juga ditemukan pada ekosistem pemukiman atau perkotaan. Kondisi iklim dan tanah, termasuk banyaknya ragam jenis tumbuhan Indonesia sangat mendukung bagi perkembangan hidup rayap. Di Indonesia sendiri telah ditemukan sekitar 10% dari total rayap dunia. Meskipun demikian, hanya sekitar lima persen yang bersifat merugikan bagi manusia, yaitu sebagai hama bagi sebagian besar pertanaman pertanian dan perkebunan (Tarumingkeng, 2001).
Nandika et al., (2003) menyebutkan di daerah tropika, rayap ditemukan mulai dari pantai sampai ketinggian 3.000m diatas permukaan laut. Sekarang rayap menjadi serangga yang mudah dijumpai, hampir di semua ekosistem termasuk di lingkungan pemukiman. Sebagaimana di negara-negara tropika lainnya, di Indonesia rayap dikenal sebagai serangga perusak kayu dan bangunan
gedung yang paling penting. Serangannya pada kayu konstruksi bangunan dan bahan lignoselulosa lainnya telah dilaporkan hampir di seluruh propinsi di Indonesia. Bahkan kerugian ekonomis yang terjadi akibat serangannya pada bangunan gedung terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 kerugian tersebut diperkirakan mencapai Rp. 3,73 trilyun. Sejalan dengan meluasnya pembukaan wilayah hutan, reklamasi lahan, pembangunan pemukiman, serta lahan pertanian dan perkebunan, ancaman serangan rayap pada bangunan gedung, tanaman pertanian, perkebunan dan kehutanan cenderung terus meningkat. Rayap hidup pada tipe tanah tertentu, namun rayap tanah lebih menyukai tipe tanah yang banyak mengandung liat karena mengandung bahan organik yang tinggi. Curah hujan merupakan faktor yang berguna untuk merangsang kasta produksi keluar dari pohon. Serangan rayap banyak dilakukan pada pohon mati setelah hujan turun. Suhu dan kelembaban mempengaruhi rayap di sekitarnya. Suhu optimum adalah 15-38°C dan kelembaban optimum 75-90%.
Serangan rayap pada bangunan gedung pada saat ini merupakan masalah yang sangat besar mengingat intensitas serangannya yang semakin tinggi dan meluas sehingga nilai kerugian akibat serangan rayap cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Bangunan fasilitas sosial seperti bangunan sekolah dan gedung perkantoran, serta rumah-rumah tinggal banyak yang mengalami kerusakan atau bahkan roboh akibat serangan rayap. Berdasarkan perkiraan, kerugian ekonomis yang ditimbulkan akibat serangan rayap di Indonesia mencapai 1,67 trilyun rupiah (Rahmawati 1995). Nilai kerugian ekonomis tersebut tentunya sangat berarti di tengah-tengah kesulitan ekonomi yang menghimpit Bangsa Indonesia saat ini (Subekti et al., 2008).
Jenis rayap perusak bangunan di Indonesia ada tiga famili yaitu kalotermitidae (rayap kayu kering), termitidae (rayap tanah), dan rhinotermitidae (rayap kayu basah atau subteran). Suatu bangunan bisa hancur akibat adanya serangan rayap perusak ini. Rayap perusak bangunan tidak hanya menyerang bagian bagian bangunan seperti kuda-kuda, kaso atau reng, tetapi juga merusak arsip, furniture, kabel telepon, atau kabel listrik. Perlu diketahui, rayap perusak bangunan merupakan jenis rayap yang memerlukan kelembapan yang cukup tinggi untuk mempertahankan hidupnya.
Sekolah dasar sebagai fasilitas umum yang sangat penting dan perlu dijaga agar tetap berada pada kondisi yang baik. Berdasarkan Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekanbaru tahun 2013, saat ini ada 266 gedung sekolah dasar yang ada di Kota Pekanbaru dengan pembagian 79 gedung milik swasta dan 178 gedung milik pemerintah.
Salah satu sifat yang dimilki kayu sebagai bahan bangunan yang tidak menguntungkan adalah kepekaannya terhadap terhadap serangan organism perusak kayu. Organisme perusak akyu itu adalah jamur pembusuk kayu, serangga penggerek kayu dan rayap perusak kayu.
Tujuan Penelitian 1. Mendapatkan nilai kerugian ekonomis serangan rayap terhadap bangunan
Sekolah Dasar Negeri di bagian barat Kota Pekanbaru. 2. Mendapatkan peta sebaran jenis rayap berikut kerusakan bangunan Sekolah
Dasar Negeri di bagian barat Kota Pekanbaru dengan menggunakan GIS (Geographic Information System).
3. Mendapatkan model penduga kerugian ekonomis akibat serangan rayap terhadap bangunan SD Negeri di bagian barat Kota Pekanbaru.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Memberikan informasi bagi Pemerintah Kota Pekanbaru terhadap kerusakan
dan kerugian serangan rayap pada bangunan Sekolah Dasar Negeri. 2. Bermanfaat bagi dunia pendidikan, penelitian serta bahan informasi
masyarakat umum, pemerintah, instansi/lembaga yang terkait dalam pengelolaan perlindungan bangunan. 3. Pengetahuan dan informasi sebaran rayap serta kerusakannya melalui peta GIS. 4. Sebagai data dasar penelitian rayap di Kota Pekanbaru.
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Umum Kota Pekanbaru
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19 tahun 1987 tanggal 7 September
1987 Daerah Kota Pekanbaru diperluas dari ± 62,96 km² menjadi ± 446,50 km²,
yang terdiri dari 8 Kecamatan dan 45 Kelurahan. Dari hasil
pengukuran/pematokan di lapangan oleh BPN Tk. I Riau maka ditetapkan luas
wilayah Kota Pekanbaru adalah 632,26 km² dan dibagi dalam 12 kecamatan dan
58 kelurahan. Terletak antara : 101° 14’-101° 34’ Bujur Timur dan 0° 25’-0° 45’
Lintang Utara. Kota Pekanbaru pada umumnya beriklim tropis dengan suhu udara
maksimum berkisar antara 32,4°C - 33,8°C dan suhu minimum berkisar antara
23,0 °C - 24,2 °C. Kelembaban rata-rata berkisar antara 68 %-83 %.. Luas Kota
Pekanbaru untuk masing-masing kecamatan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Wilayah Kota Pekanbaru Berdasarkan Kecamatan
No Kecamatan
Luas Wilayah
1 Tampan
59,81
2 Payung Sekaki
43,24
3 Bukit Raya
22,05
4 Marpoyan Damai
29,74
5 Tenayan Raya
171,27
6 Lima Puluh
4,04
7 Sail
3,26
8 Pekanbaru Kota
2,26
9 Sukajadi
3,76
10 Senapelan
6,65
11 Rumbai
128,85
12 Rumbai Pesisir
157,33
Jumlah Luas
632,26
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pekanbaru Tahun 2013
Kota Pekanbaru terletak pada ketinggian rata-rata 5 meter di atas
permukaan air laut, hanya daerah-daerah tertentu yang letaknya lebih tinggi dari
38 ketinggian rata-rata, yaitu daerah di sekitar Bandar Udara Sultas Syarif Kasim
II dengan ketinggian 26 meter di atas permukaan air laut dan di bagian Utara dan Timur Kota Pekanbaru. Topografi di Kota Pekanbaru berdasarkan kelas kelerengan dapat digolongkan menjadi empat bagian yaitu: • 0% - 2% : merupakan wilayah yang datar • 2% - 15% : landai sampai berombak • 15% - 40% : berombak sampai bergelombang • di atas 40% : bergelombang sampai berbukit Secara umum kondisi wilayah Kota Pekanbaru merupakan dataran rendah dengan kemiringan lereng 0% – 2%. Beberapa wilayah di bagian Utara dan Timur memiliki morfologi bergelombang dengan kemiringan di atas 40% (Tinambunan, 2006).
Kota Pekanbaru pada umumnya beriklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 31,6°C - 33,7°C dan suhu minimum berkisar antara 22,1°C - 23,3°C. Rata-rata curah hujan bulanan pada tahun 2004 sekitar 263,73 mm dan rata-rata jumlah hari hujan pada tahun 2004 sekitar 17 hari (BMG Pekanbaru, 2004). Keadaan musim berkisar: musim hujan jatuh pada bulan September sampai dengan Pebruari dengan curah hujan dan hari hujan tertinggi jatuh pada november dan musim kemarau jatuh pada bulan Maret sampai dengan Agustus. Kelembaban maksimum antara 94% - 96%, kelembaban minimum antara 59% - 69% (BPS Kota Pekanbaru, 2003).
Batas-batas wilayah Kota Pekanbaru adalah; sebelah Utara berbatasan Kabupaten Bengkalis, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bengkalis dan Kampar dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kampar. Pada daerah yang tinggi sebagian
besar tanahnya berjenis podzolik merah kuning sedangkan di daerah yang lebih rendah berawa dan gambut berjenis tanah organosol/glei humus. Pada umumnya tanah di Kota Pekanbaru terdiri dari jenis tanah alluvial hydromorf yang berasal dari endapan tanah liat dan asosiasi aluvial dengan pasir. Tanah jenis ini memiliki sifat sedikit menahan/kedap air. Hal ini menyebabkan peresapan air berjalan lambat (Tinambunan, 2006).
Lahan gambut di Pulau Sumatera tersebar di beberapa wilayah provinsi, seperti Provinsi Riau, yang memiliki lahan gambut seluas kurang lebih 4 juta ha (Uryu et al., 2008). Tetapi sejak dua dasawarsa terakhir banyak terjadi pengalihgunaan lahan gambut di provinsi ini, yaitu antara lain menjadi lahan pemukiman dan lahan budidaya pertanian, perkebunan maupun kehutanan. Sebenarnya secara umum lahan gambut termasuk jenis lahan marginal atau tidak sesuai untuk dibudidayakan, apalagi apabila lapisan gambutnya dala≥m3m( ) (Sabiham & Basuki, 1989).
Gambut umumnya mempunyai tingkat kemasaman yang relatif tinggi dengan kisaran pH 3-5. Rata-rata pH gambut pada kebun kelapa sawit 5 dan kebun pekarangan adalah 4,94 dan 5,24. pH gambut pada hutan rawa gambut yang belum terganggu jauh lebih rendah (4,29) dibanding pH pada kedua tipe penggunaan lahan ini. Keasaman (pH) tanah sangat berpengaruh terhadap kehidupan hewan tanah. Umumnya hewan tanah sangat sensitif terhadap pH tanah, walaupun hal ini juga tergantung spesies (Edwards & Lofty, 1977). Rayap tanah merupakan salah satu kelompok makrofauna tanah yang memiliki kisaran toleransi yang cukup lebar terhadap pH tanah (Jones & Eggleton, 2000). Vaessen et al., (2011) bahkan menemukan cukup banyak spesies rayap tanah yang toleran terhadap keasaman lahan gambut.
Menurut Ayu et al. (2011) bahwa rayap cenderung lebih melimpah pada lahan tanah mineral dibanding pada lahan gambut. Perbedaan hasil penelitian ini dan penelitian-penelitian tersebut kemungkinan juga dipengaruhi oleh perbedaan cara pengambilan sampel rayap. Meskipun demikian, kelimpahan rayap pada suatu lahan kemungkinan juga dipengaruhi oleh spesies rayap tertentu. Rayap Coptotermes curvignathus justru lebih melimpah pada lahan gambut dibanding pada lahan tanah mineral.
Bangunan Sekolah Dasar
Kota Pekanbaru mempunyai 266 banguan sekolah dasar dengan perincian
187 gedung sekolah milik pemerintah dan 79 gedung sekolah milik swasta.
Rincian sebaran SD di Kota Pekanbaru akan di sajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Jumlah Sekolah Dasar di Kota Pekanbaru.
No Kecamatan
Negeri
1 Tampan
16
2 Marpoyan Damai
18
3 Bukit Raya
16
4 Tenayan Raya
25
5 Lima Puluh
17
6 Sail
7
7 Pekanbaru Kota
5
8 Sukajadi
20
9 Payung Sekaki
11
10 Senapelan
17
11 Rumbai
14
12 Rumbai Pesisir
21
Jumlah
187
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2013
Swasta
21 14 7 4 3 1 8 5 10 0 2 4
79
Morfologi Rayap Isoptera berasal dari bahasa Latin adalah iso = sama, pteron = sayap yang
berarti Insekta bersayap sama. Ciri-ciri lain yang dimiliki oleh ordo Isoptera adalah sebagai berikut : (Ismantono, 2005).
1) Tubuh lunak. 2) Memiliki dua sayap yaitu sayap depan berupa Sayap yang agak menebal
seperti kulit 3) Bersifat hemitabola. 4) Memiliki dua pasang sayap tipis yang tipe dan ukurannya sama. Toraks
berhubungan langsung dengan abdomen yang ukuran lebih besar, merupakan serangga sosial. 5) Mengalami metamorfosis tidak sempurna. 6) Tipe mulut pengunyah. 7) Cara hidupnya membentuk koloni dengan sistem pembagian tugas tertentu yang disebut polimorfisme. Pembagian tugas itu adalah raja, ratu dan prajurit atautentara. Rayap mengalami 4 kasta meliputi: a) Kasta reproduksi pertama, bersayap dan akan ditanggalkan setelah perkawinan. b) Kasta reproduksi kedua, dewasa secara seksual tapi dalam bentuk nympha. c) Kasta pekerja, tidak bersayap, buta, dan memilki banyak tugas yang berguna untuk memelihara koloni. d) Kasta tentara, bersifat steril tidak bersayap, memiliki kepala danmandibula yang besar, serta bertugas menjaga koloni.
Rayap adalah tergolong dalam binatang Arthropoda, kelas Insekta dari Ordo Isoptera yang terdiri atas enam family, yaitu Mastotermitidae, Kalotermitidae, Hodotermitidae, Rhinotermitidae, Serritermitidae, dan Termitidae. Rayap merupakan serangga kecil berwarna putih pemakan selulosa
yang sangat berbahaya bagi bangunan yang dibangun dengan bahan-bahan yang mengandung selulosa seperti kayu dan produk turunan kayu (papan partikel, papan serat, plywood, blockboard dan laminated board) (Hasan, 1984).
Rayap terdiri dari kumpulan spesies yang beragam, secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu rayap tingkat rendah dan rayap tingkat tinggi. Rayap tingkat rendah bersimbiosis dengan sebagian besar populasi prokariot dan Protista (eukariot bersel tunggal). Rayap tingkat tinggi hanya terdiri dari famili Termitidae akan tetapi jenisnya lebih dari tiga perempat dari semua jenis spesies yang ada dan bersimbiosis dengan sebagian besar kelompok bakteri. Asosiasi dari Protista selulolitik pada pencernaan rayap tingkat rendah diketahui sebagai contoh dari simbiosis mutualisme. Protista menghasilkan asetat dari partikel selulosa atau endositosis kayu, hasil asetat tersebut diserap oleh rayap sebagai energi dan sumber karbon (Upadhyaya et al., 2012).
Rayap Sebagai Serangga Sosial Rayap merupakan serangga sosial dengan sistem kasta polimorfik,
pemakan selulosa dan tinggal di dalam sarang atau termitarium yang dibangunanya. Serangga ini memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, sepintas mirip semut, dijumpai di banuak tempat, dihutan, pekarangan, kebun, dan bahkan di dalam batang kayu basah, tetapi ada juga yang hidup di dalam kayu kering. Makanan utamanya adalah kayu dan bahan-bahan dari selulosa lain serta jamur (Amir, 2003).
Rayap adalah serangga-serangga sosial pemakan selulosa yang berukuran sedang, merupakan ordo isoptera, secara efektif kelompok kecil dari serangga yang terdiri kira-kira 1900 jenis di dunia. Bagi masyarakat pengendali hama,
pengenalan, biologi dan perilaku (etologi) rayap merupakan pengetahuan essensial, sedangkan bagi masyarakat umum hal ini di samping bermanfaat sebagai penambah pengetahuan untuk menghindari kerugian ekonomis yang ditimbulkan oleh kerusakan terhadap bangunan habitat pemukimannya, karena dengan demikian dapat dilakukan tindakan atau perlakuan khusus untuk mengendalikan hama perusak kayu. Rayap merupakan salah satu serangga yang berperan penting dalam kerusakan kayu di dunia. Serangga ini merusak kayu dengan cara membuat liang kembara pada kayu dan menjadikannya sebagai tempat tinggal sekaligus sumber nutrisi koloni rayap. Hal ini menyebabkan kayu menjadi keropos dan hancur (Tarumingkeng, 2004).
Rayap juga merupakan serangga yang sudah akrab dengan kehidupan manusia. Namun, rayap selalu diidentikan sebagai hama perusak bangunan, perumahan, arsip, buku, tanaman, dan sebagainya. Padahal, pada awalnya rayap merupakan serangga yang berperan sebagai pembersih sampah alam. Saat ini, rayap perusak termasuk serangga yang sangat meresahkan masyarakat karena tingkat serangannya sangat cepat, ganas, dan menimbulkan kerusakan yang cukup parah Hal ini akibat habitat rayap yang terganggu oleh pembangunan yang dilakukan oleh manusia (Nandika et al., 2003).
Perilaku Rayap Pola perilaku adalah kriptobiotik atau sifat selalu menyembunyikan diri,
mereka hidup di dalam tanah dan bila akan invasi mencari objek makanan juga menerobos di bagian dalam, dan bila terpaksa harus berjalan di permukaan yang terbuka mereka membentuk pipa pelindung dari bahan atau humus. Sifat
trofalaksis merupakan ciri khas diantara individu-individu dalam koloni rayap. Masing-masing individu sering mengadakan hubungan dalam bentuk menjilat, mencium dan menggosokkan tubuhnya satu dengan yang lainnya. Sifat ini diinterpretasikan sebagai cara untuk memperoleh protozoa flagellata bagi individu yang baru saja berganti kulit (eksidis), karena pada saat eksidis kulit usus juga tangga sehingga protozoa simbiont yang diperlukan untuk mencerna selulosa ikut keluar dan diperlukan reinfeksi dengan jalan trofalaksis. Sifat ini juga diperlukan agar terdapat pertukaran feromon diantara para individu (Tarumingkeng, 2000).
Masyarakat rayap terdiri atas kelompok-kelompok yang disebut kasta. Masing-masing kasta mempunyai tugas sendiri-sendiri yang dilakukan dengan tekun selama hidup mereka, demi untuk kepentingan kesejahteraan, keamanan dan kelangsungan hidup seluruh masyarakat (Hasan, 1984).
Setiap koloni rayap terdapat tiga kasta yang menurut fungsinya masingmasing diberi nama kasta pekerja, kasta prajurit, dan kasta reproduktif (reproduktif primer dan reproduktif suplementer). Pembentukan kasta pekerja, serdadu, ratu atau raja dari nimfa muda dikendalikan secara alami oleh bahan kimia yang disebut feromon (Nandika et al., 2003). Feromon adalah hormone yang dikeluarkan dari kelenjar endrokrin, tetapi berbeda dengan hormon, feromon menyebar ke luar tubuh dan mempengaruhi individu lain yang sejenis (Tarumingkeng, 2000).
Rayap tidak hidup secara soliter namun rayap hidup secara koloni, dalam koloninya rayap terbagi atas tiga kasta yang masing-masing memiliki fungsi dan peranan yang berbeda. Ketiga kasta tersebut adalah kasta pekerja, kasta prajurit dan kasta reproduktif. Pada dasarnya kasta pekerja mendominasi dari segi jumlah
koloni dibandingkan dengan kasta yang lainnya, tidak kurang dari 80–90% merupakan kasta pekerja (Prasetyio & Yusuf 2005).
Ekologi Rayap Rayap dalam aktivitas dan distribusinya dipengaruhi oleh beberapa faktor
lingkungan diantaranya suhu, kelembaban dan curah hujan. Suhu memiliki peranan penting dalam aktivitas dan perkembangan rayap. Sebagian besar serangga memiliki suhu optimum berkisar antara 15 – 38%. Kelembaban cukup memiliki peranan dalam aktivitas jelajah rayap. Rayap tanah seperti Coptotermes, Macrotermes, Odontotermes memerlukan kelembaban yang tinggi (75–90%). Curah hujan memiliki peran dalam hal perkembangbiakan eksternal dan merangsang keluarnya kasta reproduksi keluar dari tanah. Laron tidak akan keluar bila curah hujan rendah (Nandika et al., 2003).
Rayap tanah sebenarnya merupakan salah satu kelompok makrofauna tanah yang dapat beradaptasi dengan kondisi tanah yang relatif basah. Penelitian pada lahan yang masih berupa hutan rawa gambut membuktikan bahwa rayap dapat dijumpai pada gambut dengan tingkat kejenuhan air tidak pernah kurang dari 80%. Rayap tanah juga terbukti dapat bertahan hidup pada lahan gambut yang tergenang selama berhari-hari dengan memanfaatkan tunggul-tunggul pohon sebagai pelindung koloni mereka (Purnasari, 2011).
Faktor lingkungan yang utama mempengaruhi distribusi rayap antara lain temperatur, dan kelembaban, sementara itu faktor lain yang mendukung adalah curah hujan, struktur tanah dan vegetasi (Cookson & Trajstman 2002). Hal ini dapat dimengerti, karena rayap adalah serangga yang memiliki kulit tipis yang rentan terhadap proses dehidrasi oleh angin/udara kering sehingga rayap
membutuhkan kelembaban yang stabil. Suhu berperan dalam distribusi dan aktivitas rayap saat mencari makan. Bilamana suhu permukaan tanah terlalu panas atau terlalu dingin rayap tidak melakukan foraging. (Suiter et al., 2000 dalam Subekti, 2008).
Rayap kayu basah bersarang pada kayu lembab dan lapuk, kelompok ini diwakili oleh genus Glypototermes dan Protermes. Rayap kayu kering bersarang pada kayu-kayu kering dengan kadar air rendah dan kelembaban yang rendah. Rayap ini hidup pada pohon-pohon hidup seperti pada rayap genus Neotermes (Rismayadi, 2007).
Jenis Rayap Perusak Bangunan Organisme perusak bangunan antara lain rayap tanah, rayap kayu kering,
bubuk kayu, jamur dilaporkan telah menyebabkan kerugian yang mencapai ratusan milyar setiap tahunnya. Keadaan ini diperparah dengan adanya kenyataan bahwa kayu-kayu yang digunakan pada bangunan secara umum semakin rendah kekuatan dan keawetannya. Diantara berbagai jenis organisme perusak tersebut yang menimbulkan kerugian terbesar adalah rayap tanah (Aini, 2005).
Rayap merupakan faktor perusak kayu dan bangunan yang paling mengganggu. Rayap mampu merusak komponen bangunan gedung, bahkan juga menyerang dan merusak mebeler di dalamnya, buku-buku, kabel-kabel listrik serta barang-barang yang disimpan. Untuk mencapai sasarannya rayap tanah dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa centimeter, menghancurkan plastik, kabel bahkan bentuk konstruksi bangunan seperti : slab dan basement serta penghalang fisik lainnya (Nandika et al., 2003).
Nicholas (1987) menyatakan bahwa rayap biasa menyerang kayu yang kurang padat, yaitu bagian kayu awal dari riap tumbuh. Apabila kayu awal habis maka rayap siap untuk memakan kayu akhir. Rayap merobek-robek partikel kayu dengan mandibulanya, kemudian dicerna menjadi bagian yang lebih halus di dalam badan rayap. Rayap tanah menyerang kayu dengan membuat liang gerek pada kayu. Kerusakan kayu seperti “honey comb” dengan ciri khas adanya partikel-partikel tanah pada liang gerek tersebut (Anderson 1960 dalam Tambunan & Nandika 1989).
Kayu hilang digunakan pada bangunan lama kelamaan akan rusak, apalagi bila digunakan di luar dan bahkan bila berhubungan langsung dengan tanah lembab. Faktor perusak kayu dapat digolongkan menjadi dUB, yaitu faktor non biologis dan faktor biologis. Faktor perusak non biologis antara lain faktor mekanis, udara, cahaya, angin, air, suhu, alkali, asam, garam dan bahan kimia lainnya. Faktor perusak biologis (organisme perusak) sangat beragam terutama rayap, jenis yang terpenting (Supriana dan Martawijaya 1976 dalam Aini 2005), sebagai berikut : 1. Rayap Tanah Di Indonesia terdapat dua famili rayap tanah, yaitu Rhinotermitidae dan Termitidae. Golongan rayap ini terutama merusak kayu yang berhubungan dengan tanah, tetapi kayu yang tidak langsung berhubungan dengan tanah pun dapat diserang melalui terowongan yang dibuat dari tanah. Famili Termitidae dikenal jenis Odontotermes, Microtermes dan Macrotermes. Pusat sarang rayap ini pada umumnya terdapat di dalam tanah. Beberapa jenis rayap tanah dapat membangun
bukit-bukit kecil di alas sarangnya. Rayap ini selalu mempunyai hubungan dengan tanah untuk mencukupi kebutuhan air. 2. Rayap Kayu Kering Rayap ini termasuk famili Kalotermitidae dan biasanya merusak kayu yang sudah kering seperti kusen pintu dan jendela, rangka atap, mebel dan alat rumah tangga. Hampir semua jenis kayu yang ringan dan tidak awet diserang. Serangan rayap ini mudah kelihatan dari luar, kayu yang diserang kelihatannya dari luar masih utuh, meskipun bagian dalamnya sudah berlubang-lubang atau rusak sama sekali. Adanya kotoran yang berbentuk butiran halus merupakan ciri khas serangan rayap kayu kering. Jenis yang banyak terdapat di Indonesia antara lain adalah : Cryptotermes cynocephalus Light dan Cryptotermes dudleyi Banks. 3. Bubuk Kayu Kering Serangga ini berasal dari ordo Coleoptera, terutama dari tamili Lytidae, Bostrychidae, Cerambicidae dan Anobiidae. Biasanya menyerang kayu yang sudah kering seperti mebel, kayu lapis atau tripleks, dan bagian-bagian rumah. Jenis kayu yang banyak mengandung zat tepung mudah diserang serangga ini. Serangan bubuk kayu kering dapat dikenal karena adanya tepung halus bekas gerekan. Jenis bubuk kayu kering yang lazim terdapat di Indonesia adalah antara lain Lyctus brunneus Steph, Minthea rugicollis, Heterobostrychus aequalis Wall, Oinoderus minutus. 4. Bubuk Kayu Basah Serangga ini berasal dari ordo Coleoptera, terutama dari famili Scolytidae dan Platypodidae. Pada umumnya menyerang kayu basah .yang baru ditebang dan
mengakibatkan penurunan kualitas kayu. Jenis-jenis yang terpenting antara lain berasal dari genus Xyleborus, Arixyleborus, Platipus dan Diapus.
Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Serangan Rayap Usaha pengendalian serangan rayap pada bangunan semakin berkembang,
hal ini terlihat dari munculnya industri termitisida bahkan industri jasa pengendalian rayap. Pengendalian serangan rayap pada bangunan meliputi usaha pencegahan dan pemberantasan atau perbaikan bangunan yang terserang rayap. Tindakan pengendalian yang sangat dianjurkan adalah melakukan pencegahan serangan rayap pada saat pra konstruksi. Pengendalian ini masih menggunakan termitisida yang diaplikasikan baik pada kayu bangunan melalui pengawetan kayu (wood treatment) maupun dengan perlakuan tanah (soil treatment). Di samping dengan termitisida, juga telah berkembang cara pencegahan serangan rayap yang ramah lingkungan yaitu dengan bahan penghalang fisik (physical barrier) yang dapat mencegah penetrasi rayap tanah pada bangunan dan dengan teknologi pengumpanan (baiting) yang dapat mengeliminasi koloni rayap (Aini, 2005)
Prosedur untuk mendeteksi adanya serangan rayap tanah pada bangunan menurut Nandika et al (2003) sebagai berikut: a. Pemeriksaan harus membawa peralatan seperti obeng, pahat, pisau, lampu
penerang, respirator dan pakaian kerja. Untuk mengidentifikasi rayap yang menyerang bangunan, seorang pemeriksa harus membawa bahan dan peralatan koleksi rayap mengingat identifikasi lebih mudah dilakukan di laboratorium.
b. Bagian yang berhubungan dengan tanah harus diperiksa terlebih dahulu, termasuk bagian fondasi, sloat, lantai dasar, liang, serambi, dasar tangga dan sebagainya.
c. Tempat-tempat basah atau lembab seperti kamar mandi, ruang cuci, daerah sekitar AC dan saluran air merupakan tempat yang disenangi rayap dan paling mungkin terserang.
d. Liang kembara merupakan petunjuk adanya serangan rayap yang paling penting.
e. Apabila rayap ditemukan menyerang lantai atas tanpa ada serangan di lantai bawah, maka mungkin rayap menyerang melalui celah-celah pada dinding, saluran lift, saluran kabel listrik dan telepon.
f. Daerah di sekitar bangunan juga harus diperiksa untuk menemukan tempattempat yang diduga menjadi sarang rayap.
Pra kontruksi Kerusakan akibat serangan perusak biologis cukup besar pada komponen
bangunan. Serangan perusak biologis ini bila dibiarkan teralu lama akan menyebabkan kerugian yang sangat besar pada bangunan yang diserangnya. Banyak cara yang dilakukan untuk menanggulangi kerusakan akibat biodeteriorasi tersebut antara lain dengan perlindungan secara kimiawi dan non kimiawi. 1. Perlindungan secara kimiawi
Hadioetomo (1983), mengemukakan beberapa cara pengendalian rayap secara kimiawi yaitu :
a. Peracunan kayu (wood treatment)
Peracunan kayu didefinisikan sebagai salah satu usaha pemberian racun pada kayu dengan tujuan membuatnya tahan terhadap serangan rayap atau memberantas rayap yang telah ada pada kayu tersebut. b. Peracunan tanah (soil treatment) Merupakan penyebaran racun (insektisida) pada tanah di bawah bangunan untuk mencegah terjadinya serangan pada kayu bangunan oleh rayap tanah atau untuk tujuan mengendalikan rayap tanah yang telah menyerang bangunan. c. Peracunan pondasi (foundation treatment) Peracunan pondasi adalah penyebaran racun pada pondasi bangunan secara merata. Dalam prakteknya usaha ini meliputi pemberian racun ke ronggarongga pada pondasi dan juga permukaan pondasi. 2. Perlindungan non kimiawi Surjokusumo (1983) mengemukakan beberapa desain konstruksi tahan rayap yaitu : a. Jenis bahan atap menentukan bentuk rangka atap dan tipe kuda-kuda yang akan dipilih. Atap yang tiris seperti genteng, terutama daerah bercurah hujan tinggi akan membuat loteng lembab, sehingga harus dijaga agar ventilasi dapat berjalan dengan sempurna agar kekeringan udara minimal dan suhu terendah dapat tercapai. b. Sistem kuda-kuda papan paku atau metal-plate (gang nail) lebih daripada sistem konvensional karena selain hemat bahan, murah, hasil pekerjaan lebih tinggi mutunya, mudah pembuatannya dan perakitannya lebih aman, lebih kuat, dan kaku, juga mudah diperbaiki dan diganti bagianbagiannya.
c. Disain tonjolan (overstek) harus cukup melindungi bagian dinding dari percikan air hujan apalagi kalau menggunakan talang tirisan.
d. Papan lis atau amping sebaiknya menggunakan kayu awet terhadap jamur. Ujung kayu (gording, kaso dan sebagainya) sebaiknya dicat tolak air (water repellent) dan tidak menggunakan kayu yang tidak awet. Penutupan tepi papan talang menggunakan seng harus teliti sehingga betul-betul menghindarkan tirisan air ke kayu atap.
Pasca Kontruksi Teknologi pengendalian yang lain adalah dengan penekanan populasi
(pengumpanan). Penekanan populasi rayap yang popular saat ini. Metode pengumpanan pada prinsipnya memanfaatkan sifat biologis rayap yaitu sifat tropolaksis (saling menjilat) dan grooming (berkumpul) dalam mendistribusi racun kepala seluruh anggota koloninya. Berdasarkan sifatnya, teknik ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik pengendalian lain, diantaranya lebih ramah lingkungan karena bahannya tidak mencemari tanah, memiliki sasaran yang spesifik, mudah dalam penggunaanya dan mempunyai kemampuan untuk mengeliminasi koloni secara total. Selain itu, teknik ini juga tidak menyebabkan kerusakan pada bangunan karena tidak adanya pengeboran lantai seperti pada sistem injeksi (Nandika et al., 2003).
Teknik perlindungan investasi kontruksi terhadap serangan organisme perusak yang sudah banyak dilakukan oleh masyarakat, terutama pada kayu bangunan yang digunakan adalah dengan pengawetan kayu yang menggunakan bahan pengawet. Pengawetan kayu merupakan suatu proses memasukkan bahan pengawet kedalam kayu dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan kayu terhadap serangan organisme perusak, sehingga dapat memperpanjang masa pakai kayu. Bahan
pengawet adalah suatu bahan kimia yang bila dimasukkan ke dalam kayu dapat meningkatkan ketahanan kayu dari serangan organisma perusak seperti jamur, serangga dan makhluk perusak kayu lainnya. Selain dengan cara pengawetan kayu bangunan, teknik perlindungan bangunan dapat juga dilakukan dengan cara injeksi/penyuntikan bahan pengawet pada tapak bangunan (Aini, 2005).
Penggunaan S. carpocapsae sebagai agen hayati rayap memiliki prospek yang cerah di masa depan, karena nematoda ini juga banyak terdapat di daerah tropik dan juga dapat hidup di dalam tanah. Bila keadaan lingkungan cukup baik, terutama bila suhu tidak terlalu panas dan didukung pula oleh sifat fisik tanah yang sesuai, maka S. carpocapsae dapat hidup dan berkembang dengan baik dan bisa diandalkan sebagai agen pengendali hayati rayap (Poinar & Thomas 1982 dalam Bakti, 2003).
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2014. Penelitian
dilakukan di Laboatorium Teknologi Hasil Hutan dan Sekolah Dasar Negeri yang berada di Kota Pekanbaru Provinsi Riau.
Bahan dan Alat Penelitian Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital, meteran, tallysheet dan kuisioner, alat tulis, serta GPS Receiver dan Mikroskop. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70%, peta Kota Pekanbaru, Arc view GIS, data Sekolah Dasar Negeri di Kota Pekanbaru, data sekunder dari harga material kayu dipasaran berikut upah pekerja.
Batasan Studi Penelitian ini hanya pada Bangunan Sekolah Dasar Negeri yang terletak
pada kecamatan bagian barat Kota Pekanbaru dengan metode Purposive Sampling dari jumlah total 178 buah Sekolah Dasar Negeri. Aspek yang diteliti adalah kerusakan yang disebabkan oleh serangan rayap pada komponen bangunan sekolah yang terbuat dari kayu. Komponen yang diamati adalah daun pintu, kusen pintu, daun jendela, lisplang, kuda-kuda, papan tulis, lemari dan furniture yang terbuat dari kayu.
Metode Penelitian
Pengumpulan data primer Diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara dilapangan dengan
menggunakan kuisioner, dan menganalisa kerusakan bangunan dengan tally sheet yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tally sheet mencakup karakteristik bangunan dari kerusakan bangunan. Bagian kayu yang rusak diukur dimensinya, baik panjang, lebar dan tebalnya. Data yang diperoleh merupakan nilai kerugian minimal. Data-data yang diperoleh diatasnya komponen tersebut dikonversi ke dalam nilai rupiah (Rp) Nilai yang diperoleh merupakan nilai kerugian ekonomis yang disebabkan oleh rayap.
Pengumpulan data sekunder: Data sekunder yang digunakan meliputi: 1. Peta Kota Pekanbaru 2. Harga Kayu di Pasaran 3. Upah Pekerja Pemasangan Komponen Kayu 4. Data Bangunan Sekolah Dasar Negeri di Kota Pekanbaru (Diknas Pemko
Pekanbaru, 2014) 5. Kunci Determinasi (Nandika dkk, 2003) 6. Peta Jaringan Sungai
Pengolahan Data
1. Perhitungan kerugian ekonomis
���
��������� = � ������
��� =1
Keterangan : Krs = Kerugian akibat serangan rayap r = rayap kayu kering, rayap tanah s = Total bangunan sampel Kn = nilai kerugian masing-masing komponen n = 1,2,3.....m komponen
2. Perhitungan Standart Deviasi (S)
���2
=
���
1 −
1
�(������
−
���̅ )2
Keterangan : S2 = standar Deviasi n = jumlah contoh xi = nilai kerugian ke 1 ���̅ = nilai rata-rata kerugian ekonomis akibat serangan rayap i = 1,2,3.....total bangunan sampel
3. Perhitungan Interval untuk rata-rata
���̅
±
������/2
��� √���
Dimana
������̅
=
��� √���
Keterangan :
���̅ = Nilai rata-rata hasil pengukuran
S ���̅ = Standar error
tα/2 = 2,1448 dan derajat kebebasan (n-1) untuk tingkat kepercayaan 95%
S = Standar Deviasi n = 1,2,3....... m Komponen (Sudzana,2002).
Tingkat kerusakan bangunan gedung menurut Remran (1993) dalam Romaida (2002) dibedakan berdasarkan kriteria :
1. Ringan rusak yaitu : apabila persentase kerusakan lebih kecil dari 5% dan dianggap tidak perlu dilakukan penggantian tetapi memperhitungkan harga kayu yang rusak.
2. Rusak sedang yaitu : apabila persentase kerusakan antara 5-20% dan dianggap perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak beserta upah perbaikan.
3. Rusak berat yaitu : apabila persentase kerusakan lebih besar dari 20% dan mempunyai dua posisi serangan yaitu antara bagian ujung, tengah dan pangkal maka unit tersebut perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak dan upah perbaikan.
4. Pendugaan persamaan kerugian ekonomis bangunan SD Negeri Bagian Barat diformulasikan dalam persamaan regresi berikut : Y= a± bx1± cx2 ± dx3 ± ...... Dimana : Y = Kerugian ekonomis bangunan SD Negeri Bagian Barat (Rp/tahun) a = Konstanta b,c,d..= Nilai penduga yang mempengaruhi nilai Y x1 = Faktor penduga usia bangunan x2 = Faktor penduga usia perbaikan x3 = Faktor penduga luas bangunan
x4 = Faktor Penduga jarak bangunan dari sungai
5. Pemetaan dengan Geographic Information System (GIS) Menandai titik titik lokasi sekolah kedalam GPS (Global Positioning
System). Titik-titik tersebut dimasukkan ke dalam file peta kota Pekanbaru yang telah dilengkapi peta jaringan sungai. Kemudian dibuat jarak antara lokasi sampel penelitian dari sungai dengan membuat interval berjarak 100m menggunakan Arc View GIS. Melakukan penggabungan data (assign data) antara peta buffer (jarak dari sungai) dengan peta lokasi SD negeri. Hasil penggabungan data tersebut kemudian digunakan untuk membuat model pendugaan kerugian akibat serangan rayap.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Karakteristik Bangunan Sekolah Dasar Negeri
Bangunan Sekolah Dasar Negeri di Kota Pekanbaru pada umumnya berbentuk sederhana. Sebagian bangunan masih dalam bentuk asli yaitu menggunakan komponen kayu sepenuhnya dan hanya mengalami renovasi pada komponen tertentu di bagian dalam dan luar sekolah.
ab
Gambar 1.Bangunan Sekolah Dasar, (a) SD Negeri 42 Kecamatan Marpoyan Damai, (b). SD Negeri 168 Kecamatan Payung Sekaki.
Bangunan Sekolah Dasar Negeri di kota Pekanbaru hampir semua sudah terbuat dari beton, namun masih ada beberapa sekolah yang dindingnya memakai papan kayu. Hal ini akan berdampak pada kerusakan, karena semakin banyak komponen kayu yang dipakai pada suatu bangunan maka kemungkinan kerusakan yang disebabkan oleh rayap semakin besar. Dari data yang diperoleh, menunjukkan bahwa komponen-komponen bangunan sekolah yang terbuat dari kayu adalah kuda-kuda, meja, kursi, papan tulis, resplank, lemari, jendela, pintu dan papan kayu. Komponen sekolah yang terbuat dari kayu dapat dilihat pada gambar 2.
ab
cd
ef Gambar 2. Beberapa komponen bangunan sekolah meliputi: (a) Resplank, (b)
papan kayu, (c) kursi, (d) daun jendela, (e) meja dan (f) kusen jendela. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa masih banyaknya komponen sekolah yang terbuat dari kayu. Hal ini menjadikan kerusakan akibat serangan rayap semakin besar seperti yang dikatakan oleh Nandika et al. (2003) bahwa rayap merupakan serangga perusak, hal tersebut tidak terlepas dari kegiatan rayap yang menimbulkan pada bamgunan yang terbuat dari kayu, sehingga merugikan dari sisi ekonomi dikarenakan populasi rayap sangat tinggi, daya jelejah rayap
angat luas dan daya adaptasi rayap sangat baik seperti pernyataan (Nandika et al., 2003) bahwa rayap tanah mampu menjangkau dan merusak bahan-bahan yang menjadi kepentingan manusia, karena ukuran populasi yang besar dan disertai daya jelajah yang luas, oleh karena itu kayu dan jaringan tanaman merupakan sasaran serangan rayap.
Masih banyaknya komponen sekolah yang terbuat dari kayu mengakibatkan tingkat serangan rayap juga tinggi, karena kayu selain sebagai sumber makanan rayap juga sebagai tempat tinggal rayap. Rayap tanah memerlukan kayu (selulosa) sebagai makanan pokok dimana rayap mampu melumatkan kayu karena adanya protozoa flagellata dalam usus bagian belakang (Tambunan dan Nandika, 1989).
Dari 187 Sekolah Dasar Negeri di kota Pekanbaru, diambil sampel 30 sekolah dasar yang dianggap mewakili di kecamatan bagian barat kota Pekanbaru. Dari data karakteristik, diketahui bahwa sekolah dengan usia bangunan yang paling tua adalah SDN 19 yaitu berusia 56 tahun. Usia paling muda adalah SDN 91 dan SDN 97 yaitu 8 tahun. Untuk luas bangunan, sekolah yang terluas adalah SDN 150 yaitu 2.885 m2, sedangkan untuk luas sekolah yang terkecil adalah SDN 166 yaitu 259 m2. Untuk risalah tapak, asal usul sekolah yang paling dominan lahan gambut. Lahan gambut memang jenis tanah khas di provinsi Riau. Sesuai literatur Tinambunan (2006) bahwa pada daerah yang tinggi sebagian besar tanahnya berjenis podzolik merah kuning sedangkan di daerah yang lebih rendah berawa dan gambut berjenis tanah organosol/glei humus. Tanah podzolik berada pada daerah perbukitan di sekitar kecamatan rumbai dan rumbai pesisir.
Sedangkan untuk kecamatan lainnya yang di dataran rendah memliki jenis tanah
gambut.
Tabel 3. Data Karakteristik Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan bagian Barat Kota
Pekanbaru
Kecamatan
Nama sekolah Usia bangunan Luas bangunan/
(tahun)
Areal tanah (m2)
Risalah tapak
Marpoyan
SDN 42
53
500/ 1.980
Perkantoran
Damai
SDN 94
35
1.588/ 2.862
Gambut
SDN 112
33
646/ 1.500
Perumahan
SDN 114
33
475/ 2.500
Perumahan
SDN 161
25
500/ 2.375
Perumahan
Payung Sekaki
SDN 35
51
827/ 1.400
Gambut
SDN 41
21
1.600/ 1.700
Gambut
SDN 96
35
525/ 2.385
Gambut
SDN 137
29
616/ 880
Gambut
SDN 168
20
450/ 2.550
Gambut
Rumbai
SDN 59
29
768/ 3.570
Gambut
SDN 91
8
896/ 3.600
Gambut
SDN 97
8
870/ 3.090
Gambut
SDN 150
22
2.885/ 12.106
Gambut
SDN 166
20
259/ 2.035
Gambut
Senapelan
SDN 2
30
1.436/ 2.345
Rumah Sakit
SDN 3
51
827/ 2.200
Rumah Sakit
SDN 19
56
336/ 2.574
Gambut
SDN 72
39
2.000/ 2.600
Gambut
SDN 144
27
994/ 2.180
Gambut
Sukajadi
SDN 15
31
380/ 12.320
Perkantoran
SDN 53
41
640/ 5.990
Rumah Sakit
SDN 75
37
477/ 10.020
Rawa
SDN 121
31
468/ 2.000
Perkantoran
SDN 153
36
315/ 1.054
Gambut
Tampan
SDN 37
44
1.830/ 18.000
Gambut
SDN 111