TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus dengan Menggunakan Model Inlet Persegi pada Trotoar Jalan dengan Hambatan Batu Kerikil)

TUGAS AKHIR
TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI
GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN
(Studi Kasus dengan Menggunakan Model Inlet Persegi pada Trotoar Jalan
dengan Hambatan Batu Kerikil)

Disusun oleh :
MAGA RINGGA
NIM : 20120110202

JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................. i
Lembar Pengesahan ........................................................................................ ii
Pernyataan Keaslian Tulisan ........................................................................... iii
Halaman Motto dan Persembahan .................................................................. iv
Abstrak ............................................................................................................ vi

Kata Pengantar ................................................................................................ vii
Daftar Isi .......................................................................................................... ix
Daftar Tabel .................................................................................................... xi
Daftar Gambar ................................................................................................. xii
Daftar Lampiran .............................................................................................. xiv
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 2
D Manfaat Penelitian ........................................................................ 2
E. Batasan Penelitian ........................................................................ 3
F. Keaslian Penelitian........................................................................ 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka .............................................................................. 4
BAB III LANDASAN TEORI
A. Hidrologi.................................................................................... 9
B. Menggunakan Alat Rainfall Simulator.......................................10

C.

Intensitas Hujan......................................................................... 11

D.

Limpasan................................................................................... 12

E.

Koefisien Limpasan................................................................... 12

F.

Klasifikasi Jalan Raya................................................................ 14

G. Street Inlet..................................................................................16
ix

H. Saluran Drainase....................................................................... 18

BAB IV METODE PENELITIAN
A. Tahapan Penelitian..................................................................... 20
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 20
C. Alat dan Bahan ............................................................................. 21
D. Desain Model Street Inlet............................................................. 30
E. Tahapan Pembuatan Alat Uji ........................................................ 32
F. Tahapan Pengujian Inlet ............................................................... 33
G. Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 33
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Intensitas Hujan ............................................................................ 36
B. Perbandingan Nilai Debit Limpasan ........................................... 41
C. Pengaruh Jumlah Street Inlet Terhadap Genangan ..................... 44
D. Koefisien Limpasan..................................................................... 47
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 51
B. Saran ............................................................................................ 53
Daftar Pustaka ................................................................................................. 54
Lampiran .......................................................................................................... 56

x


HALANtr{N PENGESAH.AN
Laporan Tugas Akhir Dengan Judul

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI
GENANGAN AKTBAT LTMPASAN HUJAN
{Studi Kasus dengan Menggunakan Modet Inlet Persegi pada Trotoar Jalan
dengan Hambatan Batu Kerikil)

Disusun oleh:

MAGA RINGGA
2AnA1rc2A2
Telah disetujui dan disahkan oleh

:

Bnrhan Barido S.T., SI.T.
Penrhirnbing I


Xursetiawan, S.'[., il{.T., Ph.D.
Pembirnhing

ltr

Jaza'ul lkhsan, S.T, M. f., Ph.D.
Penguji

Vi

XLAgustus 2016

0X-^-''

>

Yogyakarta, ?lA gustus

20


i6

ABSTRAK
Inlet menerima air permukaan dan menyalurkannya ke saluran drainase.
Street Inlet adalah bukaan/lubang di sisi-sisi jalan yang berfungsi untuk
menampung dan menyalurkan limpasan air hujan yang berada sepanjang jalan
menuju ke saluran, tidak adanya inlet dapat membuat genangan air di jalan
ditambah dengan hujan yang deras jalan dapat mengalami kerusakan. Karena,
tidak ada tempat yang menampung atau menyalurkan limpasan air hujan. Jika
ada inlet, genangan air yang ada di jalan dapat ditampung dan disalurkan ke
saluran drainase, walaupun ada inlet harus juga memperhatikan jarak, ukuran,
peletakkan, penempatan dan hal-hal yang dapat menghambat air yang masuk ke
inlet. Agar inlet dapat berfungsi sesuai dengan fungsinya.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai intensitas hujan dari
tinggi curah hujan pada jalan, menentukan koefisien limpasan sesuai dengan
daerah tipe aliran, mengetahui pengaruh street inlet terhadap volume atau tinggi
genangan pada jalan, dan melakukan pengujian perbandingan nilai debit
limpasan terhadap jumlah street inlet yang sesuai dengan kondisi yang ada di
lapangan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa untuk

pengujian intensitas hujan alternatif 1 nilai rata-rata dari 1 lubang inlet adalah
1,96 mm/menit, 2 lubang inlet 1,92 mm/menit, dan 3 lubang inlet 1,99 mm/menit.
Untuk hasil pengujian intensitas hujan alternatif 2 nilai rata-rata dari 1 lubang
inlet adalah 1,87 mm/menit, 2 lubang inlet 1,97 mm/menit, dan 3 lubang inlet 1,71
mm/menit. Hasil pengujian koefisien limpasan alternatif 1 mendapatkan hasil 1
lubang inlet adalah 0,80, 2 lubang inlet 0,85, dan 3 lubang inlet 0,93. sedangkan
pada pengujian koefiisen limpasan alternatif 2. 1 lubang inlet 0,74, 2 lubang inlet
0,85, dan 3 lubang inlet 0,84. Menunjukkan bahwa nilai koefisien limpasan sesuai
dengan ketetapan yang ada pada tabel koefisien aliran. Untuk pengujian volume
genangan disimpulkan bahwa volume genangan dengan jumlah 1 lubang inlet
terjadi genangan lebih tinggi dari jumlah 2 inlet, sedangkan 3 inlet lebh rendah.
Untuk hasil analisis debit limpasan menunjukkan bahwa debit limpasan pada 1
lubang inlet lebih kecil dari debit limpasan 2 lubang inlet dan 3 lubang inlet.
Kata kunci : street inlet, intensitas, limpasan, drainase.

vi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Wilayah indonesia sendiri yang beriklim tropis presipitasinya berupa air
atau yang biasa disebut hujan. Hujan merupakan suatu kejadian alam yang sering
terjadi di daerah yang mempunyai iklim tropis seperti Indonesia. Hujan
mempunyai pengaruh yang besar bagi kehidupan manusia dapat bermanfaat dan
dapat juga merugikan. Hujan dapat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan air
tanaman dan makhluk hidup lainya dan dapat dijadikan pengisi air tanah.
Sedangkan hujan dapat juga merugikan karena dapat menyebabkan erosi pada
tanah.
Drainase berasal dari bahasa Inggris “drainage” yang mempunyai arti
mengalirkan, menguras, membuang atau mengalirkan air. Drainase juga dapat
diartikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi
dan atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan
dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas (Suripin, 2004).
Inlet menerima air permukaan dan menyalurkannya ke saluran drainase.
Street Inlet adalah bukaan/lubang di sisi-sisi jalan yang berfungsi untuk
menampung dan menyalurkan limpasan air hujan yang berada sepanjang jalan
menuju ke saluran.
Tidak adanya inlet, dapat membuat genangan air di jalan ditambah dengan
hujan yang deras, jalan dapat mengalami kerusakan, karena tidak ada tempat yang

menampung atau menyalurkan limpasan air hujan. Jika ada inlet, genangan air
yang ada di jalan dapat ditampung dan disalurkan ke saluran drainase.
Walaupun ada inlet harus juga memperhatikan jarak, ukuran, peletakkan,
penempatan dan hal-hal yang dapat menghambat air yang masuk ke inlet. Agar
inlet dapat berfungsi sesuai dengan fungsinya.

1

2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah Tugas Akhir
ini adalah sebagai berikut :
1. Berapakah besar intensitas hujan yang dihasilkan dari alat simulator
hujan?
2. Berapakah besar debit yang masuk ke street inlet dari beberapa variasi
uji intensitas hujan?
3. Berapakah tinggi dan lebar genangan air yang menggenang pada jalan
yang dipengaruhi oleh kondisi street inlet?
4. Berapakah nilai koefisien limpasan yang dihasilkan dari alat uji?

C. Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan dilakukannya penelitian ini sebagai berikut :
1. Menentukan nilai intensitas hujan dari tinggi curah hujan pada jalan.
2. Melakukan pengujian perbandingan nilai debit limpasan terhadap
jumlah street inlet yang sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.
3. Mengetahui pengaruh street inlet terhadap volume atau tinggi
genangan pada jalan.
4. Menentukan nilai koefisien limpasan sesuai dengan tipe daerah aliran
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain sebagai
berikut:
1. Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan
masukan dan solusi terhadap fenomena banjir pada ruas jalan yang ada
dan mendapatkan desain inlet yang sesuai dengan kondisi yang ada di
lapangan.
2. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat digunakan sebagai bahan
acuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, dan dapat digunakan
sebagai bahan kajian untuk penelitian yang akan datang.

3


E. Batasan Masalah
Penelitian ini dipengaruhi oleh berbagai macam parameter. Oleh karena
itu, agar penelitian ini berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka
diperlukan beberapa batasan masalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini dilakukan dengan membuat prototype yang sesuai
seperti kondisi di lapangan.
2. Sumber air hujan merupakan air hujan buatan yang berasal dari
Laboratorium Keairan dan Lingkungan, Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Dalam penelitian ini digunakan model inlet berbentuk persegi dengan
hambatan kerikil.
F. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pengetahuan penulis, penelitian dengan judul “Tinjauan
Kinerja Inlet Jalan Untuk Mengurangi Genangan Akibat Limpasan Hujan dengan
Hambatan Kerikil”, belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Akan
tetapi terdapat penelitian yang relevan dengan penelitian,”Desain Street Inlet
Berdasarkan Geometri Jalan”, yang diteliti oleh Agus Suharyanto, (Jurusan
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, 2014).

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Street Inlet adalah bukaan/lubang di sisi-sisi jalan yang berfungsi untuk
menampung dan menyalurkan limpasan air hujan yang berada sepanjang jalan
menuju ke saluran.
Penelitian tentang street inlet untuk mengatasi genangan yang ada di jalan
menggunakan hambatan kerikil belum pernah dilakukan sebelumnya, namun ada
penelitian yang membahas tentang street inlet. Didalam penelitian street inlet
untuk mengatasi genangan yang ada di jalan juga membahas tentang intensitas
hujan dan limpasan.
Berikut penelitian yang membahas tentang street inlet, drainase jalan,
intensitas, dan limpasan. :
A. “Desain Street Inlet Berdasarkan Geometri Jalan Raya (studi kasus jalan
ruas Sukarno-Hatta, Malang, Jawa Timur)” oleh Suharyanto (2014) tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui jarak, dimensi, dan jenis inlet yang
digunakan yang sesuai dengan kondisi lebar jalan dan curah hujan yang
ada. Data input yang digunakan ialah data curah hujan, penggunaan lahan,
lebar jalan, geometri jalan, dan jenis lapisan atas jalan. Penelitian ini
dilakukan pada sebuah ruas jalan dengan panjang 3,8 km. Penelitian
tersebut menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Dimensi inlet untuk drainase jalan raya tergantung pada alinyemen
vertikal jalan.
2. Untuk jenis grate inlet, dimensi tergantung dari kemiringan bahu
jalan.
3. Jarak antar inlet ditentukan oleh dimensi jalan (lebar dan panjang
jalan) yang ditinjau.
4. Dari hasil perhitungan, diperoleh dimensi inlet untuk jenis curb
opening inlet 8 x 10 cm dengan kemiringan memanjang jalan
0,00175, kemiringan bahu jalan 0,0211, jarak inlet 25 m, dan luas

4

5

daerah 900 m2. Untuk kemiringan memanjang jalan 0.05179 (yang
terbesar), diperoleh dimensi inlet 70 x 35 cm.
5. Untuk jenis grate inlet, dengan kemiringan memanjang jalan
0,00175, kemiringan bahu jalan 0,0211, jarak inlet 25 m, dan luas
daerah 900 m.
B. “Studi Permasalahan Drainase Jalan (Saluran Samping) Dilokasi Jalan
Demang Lebar Daun Sepanjang 3900 m (Lingkaran Sma Negeri 10 S.D
Simpang Polda)” oleh Syapawi (2013) melakukan penelitian tentang Studi
Permasalahan Drainase Jalan (Saluran Samping) Dilokasi Jalan Demang
Lebar Daun Sepanjang 3900 m (Lingkaran Sma Negeri 10 S.D Simpang
Polda. Tujuan dari penelitian ini adalah mengindentifikasi permasalahan
drainase (saluran samping) sepanjang jalan Demang Lebar Daun. Maksud
dari studi ini adalah memberikan gambaran permasalahan drainase yang
pada akhirnya diperoleh suatu solusi perbaikan, dari hasil studi dapat
dimanfaatkan oleh Pemerintah khususnya Pemerintah Kota Palembang,
dalam rangka perbaikan jalan drainase. Hasil pengamatan dan hasil studi
bahwa hampir semua drainase yang sudah tersumbat akibat sampah dan
sedimen. Drainase dibawah trotoar yang tidak memiliki inlet sehingga air
menggenang pada badan jalan. Penelitian tersebut menghasilkan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Drainase (saluran samping) jalan yang ada dijalan Demang Lebar
Daun merupakan drainase yang bermasalah lebih kurang 80%
saluran drainase tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Permasalahan yang ada pada lokasi jalan Demang Lebar Daun,
adalah :
a) Dimensi saluran yang tidak seragam, kontruksi bangunan
tidak jelas.
b) Kemiringan saluran drainase sudah tidak sesuai lagi karena
terdapat banyak sedimen.
c) Saluran drainase sebagian besar sudah tersumbat akibat
sampah dan sedimen.

6

d) Saluran drainase dibawah trotoar yang tidak memiliki inlet
sehingga air menggenang pada badan jalan.
e) Gorong-gorong yang sudah dipenuhi sampah dan sedimen.
f) Saluran drainase dibuat asal jadi.
g) Warga yang berjualan diatas saluran drainase membuang
sampah kedalam saluran drainase sehinga mengganggu
aliran pada saluran.
h) Tanah longsor yang menutup saluran.
i) Tidak adanya koordinasi antar instansi terkait.
j) Kurangnya perhatian dari pemerintah dari pemerintah Kota
Palembang, khusus Dinas PU Bina Marga dalam hal
pemeliharaan bangunan drainase.
3. Sesuai dengan tujuan semoga studi kasus ini bermanfaat untuk
perbaikan sistem drainase dikota palembang khususnya dilokasi
jalan Demang Lebar Daun.
C. “Permodelan Hujan Skala Laboratorium Menggunakan Alat Simulator
Hujan Untuk Menentukan Intensitas Hujan” oleh Rijal Khakimurrahman
mahasiswa Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada
tahun 2016. Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung nilai variasi
intensitas yang dihasilkan dan simulator hujan dan evaluasi kinerja
simulator hujan berdasarkan nilai koefisien keseragaman (CU). Penelitian
tersebut menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai variasi intensitas yang dihasilkan dari simulator hujan yaitu:
Pada jarak nozzle terhadap cawan 2,75 m nilai intensitasnya
cenderung lebih besar dari pada jarak nozzle terhadap cawan 4 m.
Semakin besar tekanan air nilai intensitasnya cenderung semakin
kecil. Sedangkan semakin banyak jumlah nozzle yang digunakan
nilai intensitasnya juga bertambah besar (nilai intensitas 5 nozzle >
3 nozzle > 1 nozzle). Dari intensitas hujan yang terjadi masuk
kedalam kriteria hujan sangat lebat.

7

2. Dari hasil intensitas hujan dilakukan evaluasi terhadap kinerja
simulator hujan menggunakan koefisien keseragaman (CU). Dari
hasil nilai CU semua pengujian didapat nilai CU tertinggi 79,79%
(kondisi jarak nozzle 4 m, 1 nozzle, 33,5 Psi), dengan kriteria
cukup dan nilai CU terendah 43,59% (kondisi jarak nozzle 2,75 m,
1 nozzle, 21,5 Psi), dengan kriteria tidak layak.
D. “Permodelan Hujan dengan Limpasan dan Infiltrasi pada Skala
Laboratorium Menggunakan Box Model Limpasan-Infiltrasi (Dengan
Kemiringan 10%)” oleh Azri Novadli mahasisiwa Teknik Sipil Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2016. Tujuan dari penelitian ini
adalah merancang alat simulator hujan dan box model infiltrasi-limpasan
skala laboratorium dan melakukan pengujian perbandingan nilai debit
limpasan dan debit infiltrasi pada tanah kosong dan tanah media tanaman.
Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Rancangan alat simulator hujan, dimensi rangka dengan panjang 300
cm, lebar 300 cm dan tinggi 400 cm. Sistem distribusi air
menggunakan pompa air dengan total head 33 m, menggunakan 5
buah nozzle yang dilengkapi dengan manometer dan stop kran.
Rancangan box model limpasan-infilrasi, dimensi rangka dengan
panjang 170 cm, lebar 100 cm, dan tinggi 80 cm. Untuk dimensi box
media tanah limpasan-infiltrasi dengan panjang 170 cm, lebar 100
cm, dan tinggi 35 cm, kemiringan tanah menggunakan dongkrak
(kapasitas 2 ton).
2. Nilai perbandingan debit limpasan dan debit infiltrasi pada tanah
kosong dan tanah media tanaman yaitu :
a) Pada tanah kosong saat keadaan tak jenuh air debit
limpasan terbesar 0,054 liter/detik, debit infiltrasi bawah
0,062 liter/detik, dan debit infiltrasi samping 0,0013
liter/detik. Untuk tanah kosong saat keadaan jenuh air debit
limpasan terbesar 0,043 liter/detik, debit infiltrasi bawah

8

0,051 liter/detik, dan debit infiltrasi samping 0,001
liter/detik.
b) Pada tanah media tanaman saat keadaan tak jenuh air debit
limpasan terbesar 0,016 liter/detik, debit infiltrasi bawah
0,117 liter/detik, dan debit infiltrasi samping 0,001
liter/detik. Untuk tanah kosong saat keadaan jenuh air debit
limpasan terbesar 0,022 liter/detik, debit infiltrasi bawah
0,091 liter/detik, dan debit infiltrasi samping 0,001
liter/detik.
c) Pada tanah kosong dan tanah dengan media tanaman saat
keadaan tak jenuh dan jenuh air debit limpasan puncak
terbesar terjadi pada tanah kosong keadaan tak jenuh yaitu
0,054 liter/detik, debit infiltrasi bawah puncak terbesar
terjadi pada tanah media tanaman keadaan tak jenuh yaitu
0,117 liter/detik, dan debit infiltrasi samping puncak
terbesar terjadi pada tanah kosong keadaan tak jenuh yaitu
0,0013 liter/detik.

BAB III
LANDASAN TEORI
A. Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai
terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat-sifatnya dan hubungan dengan
lingkungannya terutama dengan makhluk hidup. Penerapan ilmu hidrologi dapat
dijumpai dalam beberapa kegiatan seperti perencanaan dan operasi bangunan air,
penyediaan air untuk berbagai keperluan (air bersih, irigasi, perikanan,
peternakan), pembangkit tenaga air, pengendalian banjir, pengendalian erosi dan
sedimentasi, transportasi air, drainasi, pengendali polusi, air limbah, dsb
(Triatmodjo, 2008:1).
Daur atau siklus hidrologi adalah gerakan air ke udara yang kemudian
jatuh ke permukaan tanah lagi sebagai hujan atau bentuk presipitasilain, dan
akhirnya mengalir ke laut kembali. Siklus hidrologi, digambarkan dalam dua
daur, yang pertama adalah daur pendek, yaitu hujan yang jatuh dari langit
langsung ke permukaan laut, danau, sungai yang kemudian langsung mengalir
kembali ke laut (Soemarto, 1986). Siklus air tersebut dapat digambarkan secara
skema pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Siklus Hidrologi

9

10

B. Menggunakan Alat Rainfall Simulator
Prinsip dasar alat ini adalah pembuat hujan buatan dengan bermacammacam intensitas sesuai yang dikehendaki. Hujan buatan ini akan menyirami
suatu petak tanah dengan luasan tertentu yang sebanding dengan ukuran dari
perangkat alat ini. Hujan buatan dioperasikan dengan intensitas sesuai dengan
yang telah ditetapkan sebelumnya dan sejak saat yang sama semua air yang keluar
dari petak tanah dicatat. Pencatatan terus dilakukan sampai suatu saat debit yang
keluar dari petak tanah tersebut mencapai nilai tetap. Bila keadaan ini telah
tercapai, maka hujan buatan dapat dihentikan. Pada keadaan demikian berarti
telah tercapai keseimbangan antara hujan, limpasan (aliran permukaan) dan
infiltrasi.
Pada saat hujan buatan telah dihentikan tidak berarti debit yang keluar
dari petak tanah itu terhenti. Oleh karena masih ada tampungan permukaan, maka
masih terdapat aliran keluar dari petak tanah tersebut. Jadi pengukuran debit
masih harus terus dilakukan sampai debit yang keluar dari petak tanah sama
dengan nol. Setelah alat berjalan beberapa lama, selisih I (intensitas) dan q
(limpasan) menjadi hampir konstan, ini berarti bahwa fa sudah hampir tercapai.
Sesudah hujan buatan dihentikan, limpasan tidak langsung berhenti, tetapi
mengalami resesi karena masih ada sisa air tertahan di permukaan sebagai air
detensi karenanya infiltrasi masih terus terjadi, meskipun kecepatannya kecil (A.
R. Djamaluddin, 2012)
C. Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah jumlah curah hujan dalam suatu satuan waktu,
yang biasanya dinyatakan dalam mm/jam, mm/hari, mm/minggu, mm/bulan,
mm/tahun, dan sebagainya, yang berturut-turut sering disebut hujan jam-jaman,
harian, mingguan, bulanan, tahunan, dan sebagainya (Triatmojo, 2008:20). Jumlah
hujan yang jatuh di permukaan bumi dinyatakan dalam kedalaman air (biasanya
mm), yang dianggap terdistribusi secara merata pada seluruh daerah tangkapan
air. Intensitas hujan bervariasi dalam ruang dan waktu, yang tergantung pada
lokasi geografis dan iklim.

11

Intensitas hujan adalah jumlah hujan per satuan waktu. Intensitas hujan
atau ketebalan hujan per satuan waktu lazimnya dilaporkan dalam satuan
milimeter per jam (Asdak, 1995).
Intensitas hujan sangat menentukan didalam perhitungan limpasan
permukaan, yang besarnya dapat diperoleh dari pengamatan di lapangan.
Besarnya intensitas hujan akan tergantung pada lebat dan lamanya hujan serta
frekuensi hujan dengan membandingkan antara tinggi hujan dengan lamanya
hujan dalam satuan mm/jam atau dengan persamaan.
Tabel 3.1 adalah keadaan hujan dan intensitas hujan, menurut Suyono
Sosrodarsono (dalam Triatmodjo, 2008). Tabel tersebut menunjukan bahwa curah
hujan tidak bertambah sebanding dengan waktu. Jika durasi waktu lebih lama,
penambahan curah hujan adalah lebih kecil dibanding dengan penambahan waktu,
karena hujan tersebut bisa berkurang atau berhenti.
Tabel 3.1. Klasifikasi intensitas hujan
Keadaan Hujan

Intensitas Hujan (mm)
1 Jam

24 Jam

Hujan sangat ringan

100

Hujan sangat lebat

Sumber: Triatmodjo, 2008.
Curah hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang
disebut intensitas curah hujan (mm/jam). dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut:
I

d
.................. (3.1)
t

Dengan,
I
= intensitas hujan (mm/jam)
d
= tinggi hujan (mm)
t
= waktu (jam)

12

C. Limpasan
Debit limpasan adalah volume air hujan per satuan waktu yang tidak
mengalami infiltrasi sehingga harus di alirkan melalui saluran drainase. Koefisien
yang digunakan untuk menunjukkan berapa bagian dari air hujan yang harus
dialirkan melalui saluran drainase karena tidak mengalami penyerapan ke dalam
tanah (infiltrasi). Koefisien ini berkisar antara 0-1 yang disesuaikan dengan
kepadatan penduduk di daerah tersebut. Semakin padat penduduknya maka
koefisien run-off nya akan semakin besar sehingga debit air yang harus dialirkan
oleh saluran drainase tersebut akan semakin besar pula.
Menurut

Sosrodarsono

(1978)

mengemukakan

bahwa

Limpasan

permukaan terjadi ketika jumlah curah hujan melampaui laju infiltrasi, setelah laju
infiltrasi terpenuhi, air mulai mengisi cekungan atau depresi pada permukaan
tanah. Setelah pengisian selesai maka air akan mengalir dengan bebas
dipermukaan tanah. Faktor–faktor yang mempengaruhi limpasan permukaan
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu elemen meteorology dan elemen sifat fisik
daerah pengaliran.
D. Koefisien limpasan
Koefisien pengaliran adalah koefisien yang besarnya tergantung pada
kondisi permukaan tanah, kemiringan medan, jenis tanah, dan lamanya hujan
didaerah pengaliran. Besarnya angka koefisien pengaliran pada suatu daerah dapat
dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 3.2 Koefisien Aliran
Tipe daerah aliran

C

Rerumputan :
-

Tanah pasir, datar, 2 %

0,50 – 0,10

-

Tanah pasir, sedang, 2 – 7 %

0,10 – 0,15

-

Tanah pasir, curam, 7 %

0,15 – 0,20

-

Tanah gemuk, datar 2 %

0,13 – 0,17

-

Tanah gemuk, sedang, 2 – 7 %

0,18 – 0,22

-

Tanah gemuk, curam, 7%

0,25 – 0,35

13

Tabel 3.2. Koefisien aliran (Lanjutan)
Perdagangan:
-

Daerah kota lama

0,75 – 0,95

-

Daerah pinggiran

0,50 – 0,70

Perumahan :
-

Daerah single family

0,30 – 0,50

-

Multi unit terpisah

0,40 – 0,60

-

Multi unit tertutup

0,60 – 0,75

-

Suburban

0,25 – 0,40

-

Daerah apartemen

0,50 – 0,70

Industri :
Daerah ringan

0,50 – 0,80

Daerah berat

0,60 – 0,90

-

Taman, kuburan

0,10 – 0,25

Tempat bermain

0,20 – 0,35

Halaman kereta api

0,20 – 0,40

Daerah tidak dikerjakan

0,10 – 0,30

Jalan :
-

Beraspal

0,70 – 0,95

-

Beton

0,80 – 0,95

batu
-

0,70 – 0,85
Atap

0,75 – 0,95

Sumber : Triatmodjo, 2008
Dalam perencanaan bangunan air pada suatu daerah pengaliran sungai
sering di jumpai dalam perkiraan puncak banjir dihitung dengan methode yang
sederhana dan praktis. Namun demikian, metode perhitungan ini dalam tehnik
penyajiannya memasukan faktor curah hujan, keadaan fisik dan sifat hidrolika
daerah aliran sehingga dikenal sebagai metode rational (subarkah,1980)
Koefisien limpasan dapat di hitung dengan menggunakan rumus:
C= tinggi hujan/tinggi limpasan..............................(3.2)

14

E. Klasifikasi Jalan Raya
Klasifikasi jalan raya menunjukkan standar operasi yang dibutuhkan dan
merupakan suatu bantuan yang berguna bagi perencana. Di Indonesia berdasarkan
peraturan perencanaan geometrik jalan raya yang dikeluarkan oleh Bina Marga,
jalan dibagi dalam kelas–kelas yang penetapannya berdasarkan fungsinya.
Menurut fungsinya, jalan raya dapat di bagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Jalan Arteri
Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
(angkutan) terutama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata–rata
tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses) dibatasi.
2. Jalan Kolektor
Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri–ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata–rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan Lokal
Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata–rata rendah,
dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
Sesuai dengan Undang–undang tentang jalan, No. 13 tahun 1980 dan
peraturan pemerintah No. 26 tahun 1985, sistem jaringan jalan di Indonesia dapat
dibedakan atas sistem jaringan primer dan jaringan sekunder. Dengan demikian
sistem jaringan primer terdiri dari :
1. Jalan Arteri Lokal
Jalan arteri lokal adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang
kesatu yang terletak berdampingan. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh
jalan arteri primer adalah :
a) Kecepatan rencana >60 km/jam.
b) Lebar badan jalan >8.0 m

15

2. Jalan Kolektor Primer
Jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang
kedua dengan kota jenjang kedua atau kota jenjang kedua dengan kota
jenjang ketiga. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan kolektor primer
diantaranya adalah:
a) Kecepatan rencana jalan > 40 km/jam
b) Lebar badan jalan > 7 m
3. Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang
kesatu dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota
jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang dibawahnya, kota
jenjang ketiga dengan persil, atau kota dibawah jenjang ketiga dengan
persil. Adapun persyaratan jalan lokal primer, yaitu :
a) Kecepatan rencana > 20 km/jam
b) Lebar badan jalan > 6 m
Selanjutnya adalah sistem jaringan sekunder yang terdiri dari :
1. Jalan Arteri Sekunder
Jalan arteri sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan
primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan
sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan
kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Persyaratan
jalan arteri sekunder yaitu :
a) Kecepatan rencana > 30 km/jam.
b) Lebar badan jalan > 8 m
2. Jalan Kolektor Sekunder
Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan
kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Persyaratan
jalan kolektor sekunder yaitu :
a) Kecepatan rencana > 20 km/jam.
b) Lebar badan jalan 7 m

16

3. Jalan Lokal Sekunder
Jalan lokal sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan
sekunder kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder
kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai
ke perumahan. Persyaratan jalan lokal sekunder yaitu :
a) Kecepatan rencana > 10 km/jam.
b) Lebar badan jalan > 5 m.
Dalam konstruksi perkerasan jalan dipandang dari segi kemampuannya
dalam memikul dan menyebarkan beban dengan memenuhi syarat–syarat yang
ada diantaranya yaitu permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang
jatuh di atasnya dapat dialirkan dengan cepat (Silvia Sukirman, 1999). Pada
kondisi ini, air sangat berperan penting dalam kekuatan terhadap kondisi jalan.
Adapun jenis jalan yang akan dilakukan uji coba dalam penelitian ini adalah jalan
kolektor.
F. Street Inlet
Street inlet adalah bangunan pelengkap pada sistem drainase yang
merupakan lubang atau bukaan pada sisi–sisi jalan yang berfungsi untuk
menampung dan menyalurkan limpasan air hujan yang berada di sepanjang ruas
jalan menuju ke dalam saluran drainase. Sesuai dengan kondisi dan penempatan
saluran serta fungsi jalan yang ada, maka pada jenis saluran terbuka tidak
diperlukan street inlet, karena ambang saluran yang ada merupakan bukaan bebas.
Perlengkapan street inlet mempunyai ketentuan–ketentuan sebagai berikut :
1. Ditempatkan pada daerah yang rendah dimana limpasan air hujan
menuju ke arah tersebut.
2. Diletakkan pada tempat yang tidak memberikan gangguan lalu lintas
dan pejalan kaki.
3. Air yang masuk ke street inlet harus dapat masuk menuju saluran
drainase dengan cepat.
4. Jumlah street inlet harus cukup agar dapat menangkap limpasan air
hujan pada jalan yang bersangkutan.

17

Inlet dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :
a) Curb Inlet yaitu jenis inlet yang mempunyai bukaan vertikal.

Sumber : Google, 2016
Gambar 3.2. Curb Inlet
b) Gutter Inlet yaitu jenis inlet yang terdiri dari bukaan horizontal.

Sumber : Google, 2016
Gambar 3.3. Gutter Inlet
c) Combination Inlet merupakan gabungan dari curb inlet dan gutter inlet
yang dipasang menjadi satu unit.

Sumber : Google, 2016
Gambar 3.4. Combination Inlet

18

G. Saluran Drainase
Menurut Suripin, (2004; 7) drainase mempunyai arti mengalirkan,
menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan
sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan atau
membuang kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu kawasan atau lahan,
sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
Dengan pengertian lain adalah suatu tindakan teknis untuk mengurangi
kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air
irigasi dari suatu tempat, sehingga fungsi dari suatu tempat tersebut tidak
terganggu.
Adapun fungsi dari drainase adalah sebagai berikut :
1. Membebaskan suatu wilayah dari genangan air erosi dan banjir.
2. Karena aliran lancar, maka drainase juga berfungsi untuk memperkecil
resiko kesehatan lingkungan bebas dari malaria dan penyakit lainnya.
3. Kegunaan tanah pemukiman padat akan menjadi baik.
4. Dengan sistem yang baik, tata guna lahan dapat dioptimalkan.
Sistem jaringan drainase terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Sistem drainase makro yaitu sistem saluran/badan air yang menampung
dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment
area).
2. Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap
drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan air
hujan.
Bila ditinjau dari segi fisik (hirarki susunan saluran) sistem drainase
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Saluran Primer
Saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai. Saluran primer
adalah saluran utama yang menerima aliran dari saluran sekunder.
2. Saluran Sekunder
Saluran yang menghubungkan saluran tersier dengan saluran primer
(dibangun dengan beton/plesteran semen).

19

3. Saluran Tersier
Saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke saluran sekunder,
berupa plesteran, pipa dan tanah.
4. Saluran Kuarter
Saluran kolektor jaringan drainase lokal.

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema
berikut:
Mulai
Rumusan Masalah
Studi Pustaka
Desain Pengujian Street Inlet
Survey Alat dan Bahan
Pembuatan Alat Uji

Simulator Hujan

Testing Alat Uji
Pengujian Alat Street Inlet

Rekapitulasi
Data

Analisis dan Hitungan
Selesai

Gambar 4.1. Bagan Alir Tahapan Penelitian
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan hari senin 16 Mei 2016-9 Juni 2016 di sebelah utara
Laboratorium Keairan dan Lingkungan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Kasihan, Bantul.

20

21

C. Alat dan Bahan
1. Simulator hujan

Gambar 4.2. Simulator Hujan
a. Alat
1) Meteran.
2) Gergaji.
3) Kunci nomor 12 dan 14.
Kunci digunakan untuk memasang mur dan baut pada sambungan
besi siku berlubang.
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan simulator hujan antara lain :
1) Bahan habis pakai
a) Lem pipa
b) Isolasi Pipa
c) Kabel Tis
Kabel tis berfungsi untuk mengikat pipa di kerangka nozzle dan
mengikat terpal di kerangka penutup simulator hujan.
d) Isolasi Kabel

22

2) Kerangka Nozzle
a) Besi siku berlubang ukuran 4 cm x 4 cm.
Besi siku berlubang panjangnya 3 m. Fungsinya sebagai
kerangka nozzle dan penopang terpal agar angin tidak masuk
dan mengganggu pada saat pengujian. Gambar 5.2 adalah
contoh besi berlubang ukuran 4 cm x 4 cm, dengan panjang 3 m.

Gambar 4.3. Besi siku berlubang ukuran 4 cm x 4 cm.
b) Terpal ukuran 4 m x 5 m.
Terpal

berfungsi

untuk

menutup

kerangka

nozzle

dan

menghalangi masuknya angin yang dapat menggangu keluarnya
air hujan dari nozzle pada saat pengujian.
c) Mur dan baut.
Mur dan baut berfungsi sebagai penguat pada sambungan antar
besi berlubang.
d) Tali atau tambang
Tali atau tambang digunakan untuk mengikat kerangka nozzle
agar tidak mudah tergeser atau berpindah jika terkena angin.

23

3) Rangkaian Nozzle.
a) Nozzle

Gambar 4.4. Nozzle 4ss.
b) Selang ½ inch.
Selang digunakan untuk penyambung antara nozzle dengan
pipa pvc.
c) Pipa pvc ½ inch.
d) Sambungan T, Sok dan L.
e) Stop kran
Stop kran pada bagian rangkaian nozzle digunakan untuk
mengatur jumlah nozzle yang akan digunakan.

Sumber : Google, 2016
Gambar 4.5. Stop kran.

24

f) Ikat selang
Ikat selang berfungsi sebagai pengikat nozzle dengan selang
agar air tidak bocor.
4) Rangkaian pompa air.
a) Pompa air
Pada penelitian ini pompa yang dipakai adalah merk New
Shimizu PS 128 BT dengan spesifikasi panjang pipa hisap 9 m,
daya output motor 125 W, daya dorong max. 33 m. Pemilihan
jenis pompa ini dikarenakan daya hisap pompa sesuai dengan
desain dan rancangan peneliti. Pompa yang digunakan pada
penelitian ini seperti pada Gambar 5.5.

Sumber : Shimizu.co.id, 2016
Gambar 4.6. Pompa Air.
b) Pipa ½ dan 1 inch
Pipa yang digunakan pada rangkaian nozzleadalah pipa bermerk
Wavin dengan ukuran ½ dan 1 inch. Pipa 1 inch digunakan
untuk pipa hisap pada pompa sedangkan pipa ½ inch digunakan
untuk instalasi air.

25

c) Stop kran.
Stop kran pada rangkaian pompa berfungsi untuk mengatur
tekanan pada manometer.
d) Manometer, nepel, dan T drat.
Manometer, nepel dan T drat merupakan satu pasang yang
berfungsi sebagai pembacaan tekanan seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 5.6.

Gambar 4.7.Manometer, nepel, dan T drat.
e) Klep foot pompa.
Klep foot ini letaknya berada di ujung pipa 1 inch dan harus
terendam di dalam air dan berfungsi agar jalur rentang pipa
antara sumur dan pompa (jalur pipa hisap),tetap terisi air..

Sumber : Google, 2016
Gambar 4.8. Klep foot pompa.

26

f) Dudukan pompa.
Dudukan pompa ini terbuat dari besi siku dengan lebar 2,5 cm x
2,5 cm dan mempunyai tinggi 80 cm di mana lebar bagian atas
20 cm dan bagian bawah 30 cm, pada bagian atas di pasang plat
bordess yang berfungsi untuk menyangga pompa. Dudukan
pompa ini juga diberi roda agar mudah digerakan. Dudukan
pompa dapat dilihat pada Gambar 5.8.

Gambar 4.9. Dudukan pompa.
g) Selang anti lipat 5/8 inch.
Selang berfungsi untuk menyuplai air kedalam box kontainer
agar air tidak kehabisan pada saat pengujian.
h) Box kontainer kapasitas 150 liter.

Gambar 4.10. Box Kontainer Kapasitas 150 Liter

27

2. Street inlet

Gambar 4.11. Alat uji
a. Alat
1) Meteran
2) Gergaji
3) Palu
4) Pisau
5) Kuas
b. Bahan
1) Kayu, digunakan sebagai rangka dari alat street inlet. Kayu yang
digunakan yaitu kayu kelapa.
2) Triplek, pada alat street inlet triplek digunakan sebagi jalan.
3) Akrilik, sebagai tempat menampung air yang masuk dari inlet.
4) Cat, digunakan agar alat terlihat seperti asli.
5) Paku, digunakan sebagai penyambung kayu yang akan dipasang
3. Pada pengujian inlet :
a.

Mistar, digunakan untuk mengukur tinggi dan lebar genangan yang
ada di bahu jalan.

28

Gambar 4.12. Mistar
b. Cawan, berfungsi untuk mengetahui intensitas hujan pada saat
pengujian.

Gambar 4.13. Cawan
c. Box, berfungsi sebagai menampung air yang masuk dari inlet

Gambar 4.14. Box

29

d. Gelas ukur 1000 ml, digunakan untuk mengukur air yang terdapat di
cawan dan di box.

Gambar 4.15. Gelas Ukur
e. Timbangan digital, digunakan untuk mengetahui air yang ada di dalam
cawan.

Gambar 4.16. Timbangan Digital
f. Stopwatch, stopwatch yang digunakan yaitu stopwatch yang terdapat
di handphone.

Gambar 4.17. Stopwatch

30

g.

Plastisin, berfungsi sebagai menutup celah-celah yang ada di
sambungan trotoar dan bahu jalan.

Gambar 4.18. Plastisin
h. Lakban, yang merekatkan inlet dengan trotoar dan bahu jalan.
i. Kanebo, digunakan untuk mengeringkan alat uji pada saat pergantian
waktu.
j. Kerikil, digunakan sebagai hambatan pada alat uji dan pada saat
pengujian.
D. Desain Model Street Inlet
Model street inlet menggunakan ukuran 200 cm x 120 cm x 120 cm dengan
kemiringan pada jalan 2% dan bahu jalan 3%. Skala yang digunakan yaitu 1:5.
Pada alat street inlet terdapat 3 lubang yaitu di trotoar, jarak antar inlet 55 cm.
Bentuk inlet yang digunakan bentuk inlet persegi, yang nantinya akan digunakan
di trotoar. Hambatan yang digunakan kerikil lolos saringan no 1. Pada pengujian
ini memakai alat simulator hujan yang dibagi menjadi 2, alternatif 1 yaitu hujan
deras menggunakan 5 nozzle dan alternatif 2 yaitu hujan sedang menggunakan 3
nozzle. Model pengujian ini dibuat dengan denah sebagaimana diberikan dalam
Gambar 4.19, Gambar 4.20, Gambar 4.21.
Rumus yang digunakan untuk mencari kemiringan pada jalan dan bahu :
e=

=

Jalan =

x 100%

...............................................(4.1)

x 100% = 2%

Bahu =

x 100% = 3%

31

Gambar 4.19 Alat uji

Gambar 4.20. Detail Lubang Street Inlet

32

Gambar 4.21. Rangka alat uji
E. Tahapan Pembuatan Alat Uji
Tahapan pembuatan alat uji street inlet digambarkan dengan skema berikut:
Mulai
Studi Pustaka
Persiapan Alat dan Bahan
Pembuatan Model Street Inlet
Pelaksanaan pengujian

Pengujian Awal
Terhadap Model
Street Inlet
Berfungsi
Selesai

Gambar 4.22. Bagan alir pembuatan alat

Tidak
Berfungsi

33

F. Tahapan Pengujian Inlet
Tahapan pengujian inlet digambarkan dengan skema sebagai berikut :
Mulai
Memasang bentuk inlet persegi
Memasang hambatan yang akan
digunakan yaitu kerikil
Menempatkan cawan dan box yang akan
menampung air hujan
Mengatur nozzle, hujan yang akan dipakai hujan
lebat dan sedang
Menghidupkan alat simulator hujan
Mengatur stopwatch, per 3 menit dari 30 menit
Mengukur tinggi dan lebar genangan yang ada di
bahu jalan
Pengambilan air hujan yang ada di
cawan dan box
Mengukur dan menimbang air hujan
yang ada di cawan dan box
Pengambilan Data

Selesai

Gambar 4.23. Bagan alir pengujian inlet
G. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan hari Senin 16 Mei 2016 sampai dengan Kamis 9
Juni 2016. Penelitian terbagi atas dua yaitu hujan deras dan sedang. Pengujian
dilakukan selama 30 menit per-3 menitnya. Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan
penelitian adalah sebagai berikut :

34

1. Sebelum pengujian dilaksanakan pastikan rangkaian pompa dan alat street
inlet telah terrangkai dan terpasang dengan benar dan air untuk pengujian
stabil.
2. Lakukan percobaan dahulu untuk mengetahui kondisi hujan yang sesuai
dengan hujan yang kita inginkan.
3. Setelah hujan sesuai dengan yang kita inginkan, matikan pompa airnya,
selanjutnya memasang bentuk inlet yang akan digunakan.
4. Pasang hambatan kerikil di bahu jalan.
5. Menempatkan cawan dan box yang menampung air hujan.
6. Mengatur Stopwatch per 3 menit dari 30 menit.
7. Setelah semuanya sudah siap, hidupkan kembali alat simulator hujan.
Pengujian pun dilakukan.
8. Tunggu sampai 3 menit, selanjutnya mengukur tinggi dan lebar genangan
yang ada di bahu jalan, catat semua hasilnya.

Gambar 4.24. mengukur tinggi dan lebar genangan
9. Selanjutnya ambil cawan dan box, dan langsung menggantikan cawan dan
box tersebut.
10. Sebelum melakukan penimbangan dan pengukuran keringkan sisi luar
cawan dengan cara dilap menggunakan kanebo.

35

11. Timbang cawan, kurangkan berat cawan terisi air dengan berat cawan
kosong untuk mengetahui berat air, catat semua hasil nya. Sedangkan, air
yang ada di box hanya diukur saja.
12. Begitu seterusnya sampai dengan waktu 30 menit.
13. Pada saat waktu 30 menit matikan pompa. Ditunggu sampai air yang
menggenang di bahu jalan habis, dan biarkan waktu yang ada di stopwatch
terus berjalan.
14. Sesudah air yang menggenang di bahu jalan habis, stopkan stopwatch.
15. Lalu ambil box air yang menampung air genangan, catat hasilnya.
16. Selanjutnya lakukan tahapan yang sama pada pengujian berikutnya.

BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pengujian dilaksanakan 31 Juni 2016 – 2 Juni 2016. Pengujian terbagi dua,
alternatif 1 yaitu memakai 5 nozzle sebagai hujan deras dan alternatif 2 yaitu 3
nozzle sebagai hujan sedang. Pada pengujian ini, dilakukan sebanyak 3 kali
pengujian yaitu 1 inlet, 2 inlet, dan 3 inlet.
A. Intensitas Hujan
Rumus yang digunakan untuk menghitung intensitas hujan sebagai berikut:
I

d
t

……………………………….. (5.1)

d

V
A

……………………………….. (5.2)

Dengan:
I

= Intensitas hujan (mm/menit)

d

= Tinggi Hujan (mm)

t

= Waktu (menit)

V

= Volume hujan dalam penampang (mm³)

A

= Luas penampang hujan (mm²)

Untuk menentukan volume hujan dalam suatu penampang menggunakan
cara mencari massa air dalam penampang terlebih dahulu dengan rumus sebagai
berikut:
M. Air = Mt – Mc

………………………… (5.3)

Dengan:
M. Air = Massa Air (gr)
Mt

= Massa Cawan+Berat Air (gr)

Mc

= Massa Cawan (gr)

Rumus untuk menghitung volume hujan dalam penampang sebagai berikut:
V = M.air / ρ

........................................ (5.4)
36

37

Dengan:
V

= Volume hujan dalam penampang (mm³)

M. air

= Massa air (gr)

ρ air bersih

= 1000 kg/m³ = 0,001 gr/mm³

Rumus untuk menghitung tinggi hujan sebagai berikut:
d=V/A

………………………… (5.5)

Dengan:
d

= Tinggi hujan (mm)

V

= Volume hujan dalam penampang (mm³)

A

= Luas penampang (mm²)
A = 1/4.Ԉ.D² = 9386,53 mm², dengan D = 109,3 mm.

Setelah tinggi hujan diketahui selanjutnya menghitung intensitas hujan
pada menit ke-3 sampai dengan menit ke-30.
1. Hasil pengujian intensitas hujan alternatif 1 dengan 1 lubang inlet
Penelitian intensitas hujan alternatif 1 dengan 1 lubang inlet. Pengujian ini
dihitung dalam interval waktu 3 menit dalam total waktu 30 menit. Hasil
pengujian tersebut sebagai berikut :
Tabel 5.1. Hasil intensitas hujan alternatif 1 dengan 1 lubang inlet
Waktu
Menit
0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30

No
Pengujian
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata

Intensitas 1 Inlet (mm/menit)
Cawan 1
Cawan 2
0,00
0,00
1,40
1,81
1,80
1,79
1,78
2,03
1,69
1,86
1,59
1,88
1,66
1,91
1,75
2,01
1,83
2,09
1,75
2,10
1,83
2,08
1,71

1,96

Intensitas Rata”
(mm/menit)
0,00
1,60
1,80
1,90
1,77
1,74
1,78
1,88
1,96
1,92
1,96
1,83

intensitas (mm/menit)

38

4,50
4,00
3,50
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00

cawan 2
cawan 1

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

No pengujian

Gambar 5.1. Grafik intensitas hujan alternatif 1 dengan 1 lubang inlet
Pada pengujian intensitas hujan alternatif 1 dengan 1 lubang inlet mendapatkan
hasil. Bahwa, nilai intensitas hujan rata-rata tertinggi terdapat pada pengujian ke-8
dan ke-10 pada menit ke-24 dan ke-27 yaitu 1,96 mm/menit.

intensitas (mm/menit)

2. Hasil pengujian intensitas hujan alternatif 1 dengan 2 lubang inlet
4,50
4,00
3,50
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00

cawan 2
cawan 1

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

No pengujian

Gambar 5.2. Grafik intensitas hujan alternatif 1 dengan 2 lubang inlet
Dari Gambar 5.2. dapat dilihat nilai intensitas hujan rata-rata tertinggi terdapat
pada pengujian ke-7 pada menit ke-18 yaitu 1,92 mm/menit

39

3. Hasil pengujian intensitas hujan alternatif 1 dengan 3 lubang inlet
4,50
intensitas (mm/menit)

4,00
3,50
3,00
2,50
2,00

cawan 2

1,50

Cawan 1

1,00
0,50
0,00

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

No pengujian

Gambar 5.3. Grafik intensitas hujan alternatif 1 dengan 3 lubang inlet
Dari Gambar 5.3. dapat dilihat nilai intensitas hujan rata-rata tertinggi terdapat
pada pengujian ke-4 pada menit ke-9 yaitu 1,99 mm/menit.
1. Hasil pengujian intensitas hujan alternatif 2 dengan 1 lubang inlet
Penelitian intensitas hujan alternatif 2 dengan 1 lubang inlet. Pengujian tersebut
dihitung dalam interval waktu 3 menit dalam total waktu 30 menit. Hasil
pengujian tersebut sebagai berikut :
Tabel 5.2. Hasil intensitas hujan alternatif 2 dengan 1 lubang inlet
Waktu
Menit
0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30

No
Pengujian
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata

Intensitas 1 Inlet (mm/menit)
Cawan 1
Cawan 2
0,00
0,00
1,24
2,39
1,02
2,57
1,03
2,56
1,17
2,57
0,97
2,07
0,95
2,31
0,78
2,21
0,80
2,26
0,75
2,36
0,90
2,37
0,96

2,37

Intensitas Rata”
(mm/menit)
0,00
1,82
1,80
1,80
1,87
1,52
1,63
1,50
1,53
1,55
1,64
1,66

40

4,00
3,50

intensitas (mm/menit)

3,00
2,50
2,00

cawan 2

1,50

cawan 1

1,00
0,50
0,00

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

No pengujian

Gambar 5.4. Grafik hasil intensitas hujan alternatif 2 dengan 1 lubang inlet
Pada pengujian intensitas hujan alternatif 2 menggunakan 1 lubang inlet
mendapatkan hasil. Bahwa, nilai intensitas hujan rata-rata tertinggi terjadi pada
pengujian ke-4 pada menit ke-9 yaitu 1,87 mm/menit.
2. Hasil pengujian intensitas hujan alternatif 2 dengan 2 lubang inlet

Intensitas (mm/menit)

4,50
4,00
3,50
3,00
2,50
2,00

cawan 2

1,50

cawan 1

1,00
0,50
0,00

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

No Pengujian

Gambar 5.5. Grafik hasil intensitas hujan alternatif 2 dengan 2 lubang inlet
Dari Gambar 5.5. dapat dilihat nilai intensitas hujan rata-rata tertinggi terdapat
pada pengujian ke-1 pada menit ke-3 yaitu 1,97 mm/menit.

41

3. Hasil pengujian intensitas hujan alternatif 2 dengan 3 lubang inlet

Intensitas (mm/menit)

4,00
3,50
3,00
2,50
2,00

cawan 2

1,50

cawan 1

1,00
0,50
0,00

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

No Pengujian

Gambar 5.6. Grafik hasil intensitas hujan alternatif 2 dengan 3 lubang inlet
Dari Gambar 5.6. dapat dilihat nilai intensitas hujan rata-rata tertinggi terdapat
pada pengujian ke-5 dan ke-10 pada menit ke-12 dan ke-27 yaitu 1,71 mm/menit.
Dari Gambar grafik intensitas hujan alternatif 1 dan alternatif 2 dapat
dilihat bahwa intensitas pada cawan 1 lebih dominan dibandingkan dengan
intensitas pada cawan 2. Hal ini disebabkan banyak faktor antara lain perilaku
nozzle, tekanan mesin pompa air, dan debit air yang keluar dari tandon. Namun
secara keseluruhan bisa diamati pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2 bahwa jumlah
nozzle berpengaruh terhadap jumlah intensitas hujan yang terjadi. Semakin
banyak jumlah nozzle yang digunakan nilai intensitasnya juga bertambah besar
besar (nilai intensitas 5 nozzle > 3 nozzle). Untuk tabel rincian pengolahan data
intensitas hujan dan hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1
dan 5.
B. Perbandingan Nilai Debit Limpasan
Hubungan antara waktu dengan debit limpasan pada jumlah 1 lubang inlet,
2 lubang inlet, dan 3 lubang inlet bentuk persegi pada kondisi hujan deras dan
hujan sedang dapat dilihat Pada Tabel dan Gambar di bawah ini :

42

1. Hasil analisis nilai debit limpasan alternatif 1
Tabel 5.3. Hasil analisis nilai debit limpasan alternatif 1
Waktu
menit
0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
34,07
34,17
35,30

Debit Limpasan
1 inlet
2 inlet
3 inlet
0,00
0,00
0,00
2,60
3,10
3,13
2,73
3,27
3,33
2,80
3,40
3,40
2,97
3,43
3,43
3,07
3,40
3,43
3,07
3,30
3,47
3,13
3,27
3,43
2,97
3,40
3,47
2,97
3,50
3,50
2,90
3,43
3,53
0,67
0,44
0,54

4,00

debit (liter/menit)

3,50
3,00
2,50

1 inlet

2,00

2 inle

Dokumen yang terkait

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN ( Studi Kasus: Model Inlet Bulat di Bahu Jalan Dengan Hambatan Rumput )

0 3 12

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN ( Studi Kasus: Model Inlet Bulat di Bahu Jalan Dengan Hambatan Rumput )

5 25 59

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN ( Studi Kasus: Model Inlet Persegi Panjang di Bahu Jalan dengan Hambatan Rumput )

1 4 57

Tinjauan Kinerja Inlet Jalan Untuk Mengurangi Genangan Akibat Limpasan Hujan (Studi Kasus : Model inlet bulat di bahu jalan)

1 5 70

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus : Model inlet persegi panjang di bahu jalan)

1 12 66

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus : Model inlet persegi panjang pada trotoar jalan)

0 5 74

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus dengan Menggunakan Model Inlet Persegi Panjang pada Bahu Jalan dengan Hambatan Batu Kerikil)

0 6 63

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus dengan Menggunakan Model Inlet Persegi Panjang pada Trotoar Jalan dengan Hambatan Rumput)

0 4 70

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA JALAN PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA JALAN (Studi kasus : Jalan Ngasem Yogyakarta).

0 2 14

TINJAUAN PUSTAKA PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA JALAN (Studi kasus : Jalan Ngasem Yogyakarta).

0 4 4