TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus : Model inlet persegi panjang pada trotoar jalan)

(1)

i

(Studi Kasus : Model inlet persegi panjang pada trotoar jalan)

Disusun Oleh :

RIZKITE ADE PUTRA

20120110188

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

vii

Persembahan ... iii

Motto ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Tabel ... xi

Abstrak ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D Manfaat Penelitian ... 3

E. Batasan Masalah ... 3

F. Keaslian Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Street Inlet ... 5

B. Drainase Jalan ... 5

C. Intensitas Hujan ... 7

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi ... 9

B. Intensitas Hujan ... 10

C. Limpasan ... 12

D. Koefisien Limpasan ... 12


(3)

viii

A. Tahapan Penelitian ... 20

B. Lokasi Penelitian ... 21

C. Alat dan Bahan ... 21

D. Desain Model Alat Uji Street Inlet ... 28

E. Tahapan Pembuatan Alat Street Inlet ... 30

F. Tahapan Pengujian Inlet ... 31

G. Pelaksanaan Penelitian ... 32

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Hujan ... 34

B. Perbandingan Nilai Debit Pada Saluran Drainase ... 37

C. Pengaruh Jumlah Street Inlet Terhadap Genangan ... 41

D. Koefisien Limpasan ... 44

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 48

Daftar Pustaka ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv Lampiran


(4)

(5)

GEI{AITGAN AKTBAT LIMTASAN HUJAN

( Studi Kasus: M*del Inlet Persegi Fanj*ng di Trotoar)

Disusrin *1eh :

RIZKITE

A}E

PT]TRA 2012U r0188

Burhan Barid, S.T., M.T.

Pernbimbing

Nursetiaw*nn S.T., M.T., Ph.$

Penguji og1'akarta"

l'elah disetujui dan disahka* oieh :

Puji Harsant*, S.T", F[.T.* fh.D.

ii

,l


(6)

xi

penting. Karena itu, perlu ada penelitian tentang desain Street Inlet yang sesuai untuk ruas jalan tersebut.

Penelitian dilakukan dengan membuat alat uji yang sesuai dengan lapangan pengujian, yaitu ruas jalan dengan saluran drainase tertutup (trotoar), dan menggunakan hujan buatan dengan menggunakan pompa air, serta output air hujan yang dihasilkan oleh nozzle. Metode analisis debit limpasan permukaan di gunaan metode rasional. Data input yang di gunakan ialah data curah hujan, jenis jalan, jenis inlet street, limpasan hujan atau genangan, kondisi saluran drainase, regresi linier.

Penelitian ini membahas tentang kinerja inlet jalan untuk mengurangi genangan akibat limpasan hujan, dengan model street inlet persegi panjang di trotoar. Pada penelitian yang dilakukan jenis inlet yang akan di gunakan ialah curb inlet yang mempunyai bukaan vertikal.

Hasil dari penelitian ini adalah menemukan Intensitas hujan yang terjadi, Genangan yang terjadi, volume limpasan, serta Koefisien limpasan yang terjadi.


(7)

1

di Indonesia, terutama pada saat musim hujan. Genangan disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya curah hujan yang tinggi, atau sistem drainase yang kurang memadai. Saat terjadi hujan, genangan mengganggu aktivitas jalan karena air di permukaan jalan terhambat masuk kedalam saluran drainase. Untuk sistem drainase perkotaan yang menggunakan trotoar, sangat penting untuk memastikan agar air di permukaan jalan dapat segera memasuki saluran/selokan dengan lancar. Dalam hal ini inlet memiliki peran yang sangat penting. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa perlu adanya penelitian tentang desain Street Inlet yang sesuai untuk ruas jalan tersebut.

Street inlet adalah bukaan lubang di sisi-sisi jalan yang berfungsi untuk menyalurkan limpasan air hujan yang berada di sepanjang jalan menuju ke saluran/selokan. Perencenaan Street Inlet yang baik akan menghasilkan suatu sistem Drainase yang berfungsi maksimal. Street Inlet seharusnya diletakkan pada tempat yang tidak mengganggu aktivitas jalan, ditempatkan rendah agar air dapat segera masuk saluran, ukuran dan jumlah inlet juga disesuaikan dengan kebutuhan jalan.

Dengan melihat latar belakang permasalahan ini, maka tujuan dari penelitian ini ialah menemukan desain street inlet yang sesuai dengan kondisi dilapangan. Kondisi lapangan yang menjadi parameter dalam penelitian ini ialah intensitas hujan, limpasan hujan, genangan air, jenis street inlet, jenis-jenis jalan dan statistik regresi linear.

Ada dua variabel desain yang perlu dilakukan yaitu jenis dan dimensi inlet serta jumlah inlet (Nicklow dan Hellman dalam Suharyanto, 2004). Pada umumnya saluran drainase jalan terletak disamping kiri dan atau kanan sepanjang jalan. Air hujan yang turun di jalan raya akan masuk ke saluran drainase melalui inlet atau yang dikenal dengan nama street inlet. Agar debit air hujan dapat masuk


(8)

kedalam saluran drainase dengan lancar, maka di perlukan bentuk dan letak inlet yang tepat.

Bentuk-bentuk inlet yang sering di gunakan ialah berupa inlet datar dan inlet tegak (grate inlet). Inlet datar ialah inlet yang posisinya dekat kerb dengan posisi sejajar permukaan jalan, sehingga lubang inlet menghadap keatas. Jenis yang kedua ialah inlet tegak (inlet curb opening inlet),yaitu inlet yang posisinya tegak lurus atau membentuk sudut tertentu terhadap jalan raya dan berada di bawah kerb.

Penelitian dilakukan pada sebuah prototype yang menggambarkan kondisi ruas jalan raya dengan modifikasi street inlet seperti kondisi di lapangan. Metode analisis debit limpasan permukaan digunakan metode rasional, analisis dimensi inlet di gunakan kaidah hidrolika yang berlaku. Adapun data input yang di gunakan ialah data curah hujan, jenis jalan, jenis inlet street, limpasan hujan atau genangan, kondisi saluran drainase, regresi linier. Dari penelitian yang akan di analisis menunjukan bahwa jenis inlet yang akan di gunakan ialah curb inlet yang mempunyai bukaan vertikal. Dalam kasus ini, penelitan di lakukan untuk jalan kolektor yang mana akan di kaji dalam bentuk prototype berdasarkan kondisi di lapangan pada umumnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Berapakah besar nilai intensitas hujan yang dihasilkan dari alat simulator hujan?

2. Berapakah besar debit yang terjadi pada saluran dari beberapa variasi uji intensitas hujan?

3. Berapakah volume genangan air yang menggenang pada ruas jalan yang di pengaruhi oleh kondisi street inlet?


(9)

C. Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan dilakukannya penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menentukan nilai intensitas hujan yang terjadi pada ruas jalan.

2. Menemukan perbandingan nilai debit pada saluran terhadap jumlah inlet street

yang sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.

3. Mengetahui pengaruh jumlah inlet street terhadap volume genangan pada ruas jalan.

4. Menentukan nilai koefisien limpasan yang terjadi, apakah sesuai dengan tipe daerah aliran.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat di peroleh dari penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan masukan

dan solusi terhadap fenomena banjir atau genangan pada ruas jalan dan mendapatkan desain inlet yang sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. 2. Dari hasil penelitian yang di lakukan dapat di gunakan sebagai bahan acuan

dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, dan dapat di gunakan sebagai bahan kajian untuk penelitian yang akan datang.

E. Batasan Masalah

Penelitian ini dipengaruhi oleh berbagai macam parameter. Oleh karena itu, agar penelitian ini berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka dibuat batasan-batasan masalah guna membatasi ruang lingkup penelitian, antara lain:


(10)

1. Penelitian ini dilakukan dengan membuat prototype yang sesuai seperti kondisi di lapangan..

2. Sumber air hujan merupakan air hujan buatan yang berasal dari Laboratorium Rekayasa Lingkungan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta..

3. Dalam penelitian ini digunakan pemodelan inlet dengan tanpa hambatan. F .Keaslian Penelitian

Berdasarkan pengetahuan penulis, penelitian dengan judul “Tinjauan kinerja inlet jalan untuk mengurangi genangan akibat limpasan hujan (dengan model street inlet persegi panjang di bahu jalan)”, belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Akan tetapi terdapat penelitian yang relevan dengan penelitian ”Desain Street Inlet Berdasarkan Geometri Jalan”, yang diteliti oleh

Agus Suharyanto, (Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, 2014).


(11)

5

penelitian mengenai street inlet. Adapun penelitian-penelitiannya sebagai berikut : A. Street inlet

“Desain Street inlet Berdasarkan Geometri Jalan Raya (studi kasus jalan

ruas Sukarno-Hatta, Malang, Jawa Timur)” oleh Suharyanto (2014) tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jarak, dimensi, dan jenis inlet yang digunakan yang sesuai dengan kondisi lebar jalan dan curah hujan yang ada. Data input yang digunakan ialah data curah hujan, penggunaan lahan, lebar jalan, geometri jalan, dan jenis lapisan atas jalan. Penelitian ini dilakukan pada sebuah ruas jalan dengan panjang 3,8 km. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Dimensi inlet untuk drainase jalan raya tergantung pada alinemen vertikal jalan.

2. Untuk jenis grate inlet, dimensi tergantung dari kemiringan bahu jalan. 3. Jarak antar inlet ditentukan oleh dimensi jalan (lebar dan panjang

jalan) yang ditinjau.

4. Dari hasil perhitungan, diperoleh dimensi inlet untuk jenis curb opening inlet 8 x 10 cm dengan kemiringan memanjang jalan 0,00175, kemiringan bahu jalan 0,0211, jarak inlet 25 m, dan luas daerah 900 m2. Untuk kemiringan memanjang jalan 0.05179 (yang terbesar), diperoleh dimensi inlet 70 x 35 cm.

5. Untuk jenis grate inlet, dengan kemiringan memanjang jalan 0,00175, kemiringan bahu jalan 0,0211, jarak inlet 25 m, dan luas daerah 900 m.

B. Drainase jalan

“Studi Permasalahan Drainase Jalan (Saluran Samping) Dilokasi Jalan


(12)

Polda)” oleh Syapawi (2013) melakukan penelitian tentang Studi Permasalahan Drainase Jalan (Saluran Samping) Dilokasi Jalan Demang Lebar Daun Sepanjang 3900 m (Lingkaran Sma Negeri 10 S.D Simpang Polda). Tujuan dari penelitian ini adalah mengindentifikasi permasalahan drainase (saluran samping) sepanjang jalan Demang Lebar Daun. Maksud dari studi ini adalah memberikan gambaran permasalahan drainase yang pada akhirnya diperoleh suatu solusi perbaikan, dari hasil studi dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah khususnya Pemerintah Kota Palembang, dalam rangka perbaikan jalan drainase. Hasil pengamatan dan hasil studi bahwa hampir semua drainase yang sudah tersumbat akibat sampah dan sedimen. Drainase dibawah trotoar yang tidak memiliki inlet sehingga air menggenang pada badan jalan. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Drainase (saluran samping) jalan yang ada dijalan Demang Lebar Daun merupakan drainase yang bermasalah lebih kurang 80% saluran drainase tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

2. Permasalahan yang ada pada lokasi jalan Demang Lebar Daun, adalah :

a. Dimensi saluran yang tidak seragam, kontruksi bangunan tidak jelas.

b. Kemiringan saluran drainase sudah tidak sesuai lagi karena terdapat banyak sedimen.

c. Saluran drainase sebagian besar sudah tersumbat akibat sampah dan sedimen.

d. Saluran drainase dibawah trotoar yang tidak memiliki inlet

sehingga air menggenang pada badan jalan.

e. Gorong-gorong yang sudah dipenuhi sampah dan sedimen. f. Saluran drainase dibuat asal jadi.

g. Warga yang berjualan diatas saluran drainase membuang sampah kedalam saluran drainase sehinga mengganggu aliran pada saluran.


(13)

i. Tidak adanya koordinasi antar instansi terkait.

j. Kurangnya perhatian dari pemerintah dari pemerintah Kota Palembang, khusus Dinas PU Bina Marga dalam hal pemeliharaan bangunan drainase.

3. Sesuai dengan tujuan semoga studi kasus ini bermanfaat untuk perbaikan sistem drainase dikota palembang khususnya dilokasi jalan Demang Lebar Daun.

C. Intensitas hujan

Menurut khakimurrahman (2016), Untuk menentukan besarnya intensitas hujan perlu dilakukan simulasi hujan, untuk menunjang didapatnya data-data yang diperlukan. Hujan yang disimulasikan bertujuan untuk mempelajari parameter hidrologi seperti intensitas hujan, infiltrasi dan runoff di bawah pemakaian hujan yang terkontrol. Pada Tugas Akhir ini dilakukan 16 kali pengujian dengan variasi jarak nozzle terhadap cawan, jumlah nozzle (1, 3, dan 5 buah), perbedaan tekanan (10 Psi, 15 Psi dan 20 Psi). Dalam penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Nilai variasi intensitas yang dihasilkan dari simulator hujan yaitu: Pada jarak nozzle terhadap cawan 2,75 m nilai intensitasnya cenderung lebih besar dari pada jarak nozzle terhadap cawan 4 m. Semakin besar tekanan air nilai intensitasnya cenderung semakin kecil. Sedangkan semakin banyak jumlah nozzle yang digunakan nilai intensitasnya juga bertambah besar (nilai intensitas 5 nozzle > 3 nozzle > 1 nozzle). Dari intensitas hujan yang terjadi masuk kedalam kriteria hujan sangat lebat.

2. Dari hasil intensitas hujan dilakukan evaluasi terhadap kinerja simulator hujan menggunakan koefisien keseragaman (CU). Dari hasil nilai CU semua pengujian didapat nilai CU tertinggi 79,79% (kondisi jarak nozzle 4 m, 1 nozzle, 33,5 Psi), dengan kriteria cukup


(14)

dan nilai CU terendah 43,59% (kondisi jarak nozzle 2,75 m, 1 nozzle, 21,5 Psi), dengan kriteria tidak layak.


(15)

9

air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat-sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama dengan mahluk hidup. Penerapan ilmu hidrologi dapat dijumpai dalam beberapa kegiatan seperti perencanaan dan operasi bangunan air, penyediaan air untuk berbagai keperluan (air bersih, irigasi, perikanan, peternakan), pembangkit listrik tenaga air, pengendalian banjir, pengendalian erosi dan sedimentasi, transportasi air, drainasi, pengendali polusi air limbah, dan sebagainya. Ilmu hidrologi lebih banyak didasarkan pada pengetahuan empiris daripada teoritis. Hal ini karena banyaknya parameter yang berpengaruh pada kondisi hidrologi di suatu daerah, seperti kondisi klimatologi (angin, suhu udara, kelembaban udara penyinaran matahari), kondisi lahan, kemiringan lahan, dan lainnya. Banyaknya parameter tersebut mengakibatkan analisis hidrologi sulit diselesaikan secara analitis. Di samping itu kondisi hidrologi juga sangat dinamis yang tergantung pada perubahan/kegiatan yang dilakukan oleh manusia, seperti perubahan tata guna lahan (penggundulan hutan, penghijauan, perubahan lahan sawah menjadi daerah pemukiman atau industry, perubahan hutan menjadi sawah atau fungsi lainnya), perubahan penutup permukaan tanah (dari tanah, rumput, atau pepohonan menjadi permukaan asapal atau beton), dan lain sebagainya.

Daur atau siklus hidrologi adalah gerakan air laut ke udara, kemudian jatuh ke permukaan tanah, dan akhirnya mengalir ke laut kembali (Soemarto,1995). Siklus air tersebut dapat digambarkan secara skema pada Gambar 3.1


(16)

Gambar 3.1 Siklus Hidrologi Keterangan gambar:

1. Evaporasi 2. Angin 3. Hujan

4. Evapotranspirasi 5. Limpasan Permukaan 6. Infiltrasi

7. Perkolasi 8. Aliran Antara

B. Intensitas Hujan

Intensitas hujan adalah jumlah curah hujan dalam suatu satuan waktu, yang biasanya dinyatakan dalam mm/jam, mm/hari, mm/minggu, mm/bulan, mm/tahun, dan sebagainya, yang berturut-turut sering disebut hujan jam-jaman, harian, mingguan, bulanan, tahunan, dan sebagainya (Triatmojo, 2008:). Jumlah hujan yang jatuh di permukaan bumi dinyatakan dalam kedalaman air (biasanya mm), yang dianggap terdistribusi secara merata pada seluruh daerah tangkapan air. Intensitas hujan bervariasi dalam ruang dan waktu, yang tergantung pada lokasi geografis dan iklim.


(17)

Intensitas hujan adalah jumlah hujan per satuan waktu. Intensitas hujan atau ketebalan hujan per satuan waktu lazimnya dilaporkan dalam satuan milimeter per jam (Asdak, 1995).

Intensitas hujan sangat menentukan didalam perhitungan limpasan permukaan, yang besarnya dapat diperoleh dari pengamatan di lapangan. Besarnya intensitas hujan akan tergantung pada lebat dan lamanya hujan serta frekuensi hujan dengan membandingkan antara tinggi hujan dengan lamanya hujan dalam satuan mm/jam atau dengan persamaan.

Tabel 3.1 adalah keadaan hujan dan intensitas hujan, menurut Suyono Sosrodarsono (dalam Triatmodjo, 2008). Tabel tersebut menunjukan bahwa curah hujan tidak bertambah sebanding dengan waktu. Jika durasi waktu lebih lama, penambahan curah hujan adalah lebih kecil dibanding dengan penambahan waktu, karena hujan tersebut bisa berkurang atau berhenti

Tabel 3.1. Klasifikasi intensitas hujan Keadaan Hujan Intensitas Hujan (mm)

1 Jam 24 Jam Hujan sangat ringan <1 <5

Hujan ringan 1-5 5-20

Hujan normal 5-10 20-50

Hujan lebat 10-20 50-100

Hujan sangat lebat >20 >100 Sumber: Triatmodjo, 2008.

Curah hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang disebut intensitas curah hujan (mm/jam). dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

t d

I  ... (3.1)

A V d


(18)

Dengan:

I = intensitas hujan (mm/jam) d = tinggi hujan (mm)

t = waktu (jam)

V = volume hujan dalam penampang (mm3) A = Luas penampang hujan (mm²)

C. Limpasan

Debit limpasan adalah volume air hujan per satuan waktu yang tidak mengalami infiltrasi sehingga harus di alirkan melalui saluran drainase. Koefisien yang digunakan untuk menunjukkan berapa bagian dari air hujan yang harus dialirkan melalui saluran drainase karena tidak mengalami penyerapan ke dalam tanah (infiltrasi). Koefisien ini berkisar antara 0-1 yang disesuaikan dengan kepadatan penduduk di daerah tersebut. Semakin padat penduduknya maka koefisien Run-Offnya akan semakin besar sehingga debit air yang harus dialirkan oleh saluran drainase tersebut akan semakin besar pula.

Menurut Sosrodarsono (1978) mengemukakan bahwa Limpasan permukaan terjadi ketika jumlah curah hujan melampaui laju infiltrasi, setelah laju infiltrasi terpenuhi, air mulai mengisi cekungan atau depresi pada permukaan tanah. Setelah pengisian selesai maka air akan mengalir dengan bebas dipermukaan tanah. Faktor

– faktor yang mempengaruhi limpasan permukaan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu elemen meteorology dan elemen sifat fisik daerah pengaliran.

D. Koefisien limpasan

Koefisien pengaliran adalah koefisien yang besarnya tergantung pada kondisi permukaan tanah, kemiringan medan, jenis tanah, dan lamanya hujan di daerah pengaliran. Besarnya angka koefisien pengaliran pada suatu daerah dapat dilihat pada Tabel berikut:


(19)

Tabel 3.2 Koefisien Aliran

Tipe daerah aliran C

Rerumputan :

- Tanah pasir, datar, 2 %

- Tanah pasir, sedang, 2 – 7 %

- Tanah pasir, curam, 7 %

- Tanah gemuk, datar 2 %

- Tanah gemuk, sedang, 2 – 7 %

- Tanah gemuk, curam, 7%

0,50 – 0,10 0,10 – 0,15 0,15 – 0,20 0,13 – 0,17 0,18 – 0,22 0,25 – 0,35 Perdagangan:

- Daerah kota lama Daerah pinggiran

0,75 – 0,95 0,50 – 0,70 Perumahan :

- Daerah single family

- Multi unit terpisah

- Multi unit tertutup

- Suburban

- Daerah apartemen

0,30 – 0,50 0,40 – 0,60 0,60 – 0,75 0,25 – 0,40 0,50 – 0,70 Industri :

Daerah ringan Daerah berat

0,50 – 0,80 0,60 – 0,90 Taman, kuburan 0,10 – 0,25 Tempat bermain 0,20 – 0,35 Halaman kereta api 0,20 – 0,40 Daerah tidak dikerjakan 0,10 – 0,30

Jalan :

- Beraspal

- Beton

- batu

0,70 – 0,95 0,80 – 0,95 0,70 – 0,85 Sumber : Triatmodjo, 2008


(20)

Dalam perencanaan bangunan air pada suatu daerah pengaliran sungai sering di jumpai dalam perkiraan puncak banjir di hitung dengan metode yang sederhana dan praktis. Namun demikian, metode perhitungan ini dalam tehnik penyajianya memasukan faktor curah hujan, keadaan fisik dan sifat hidrolika daerah aaliran sehingga di kenal sebagai metode rational (subarkah,1980)

Menurut Triatmodjo (2008). Metode rasional banyak di gunakan untuk memperkirakan debit puncak yang di timbulkan oleh hujan deras pada daerah tangkapan, metode rasional di dasarkan pada persamaan berikut:

Q = 0,278.C.I.A...(3.3) Dengan:

Q : Debit puncak

I : Intensitas hujan (mm/jam) A :Luas daerah tangkapan C :Koefisien aliran

E. Klasifikasi Jalan Raya

Klasifikasi jalan raya menunjukkan standar operasi yang dibutuhkan dan merupakan suatu bantuan yang berguna bagi perencana. Dalam buku Silvia Sukirman 1999 menurut fungsinya, jalan raya dapat di bagi menjadi tiga bagian yaitu :

1. Jalan Arteri

Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani (angkutan) terutama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata – rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses) dibatasi.

2. Jalan Kolektor

Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri – ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata – rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.


(21)

3. Jalan Lokal

Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata – rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Sesuai dengan Undang – undang tentang jalan, No. 13 tahun 1980 dan peraturan pemerintah No. 26 tahun 1985, sistem jaringan jalan di Indonesia dapat dibedakan atas sistem jaringan primer dan jaringan sekunder. Dengan demikian sistem jaringan primer terdiri dari :

1. Jalan Arteri Lokal

Jalan arteri lokal adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan arteri primer adalah :

a) Kecepatan rencana >60 km/jam. b) Lebar badan jalan >8.0 m 2. Jalan Kolektor Primer

Jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan kolektor primer diantaranya adalah:

a) Kecepatan rencana jalan > 40 km/jam b) Lebar badan jalan > 7 m

3. Jalan Lokal Primer

Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang dibawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil, atau kota dibawah jenjang ketiga dengan persil. Adapun persyaratan jalan lokal primer, yaitu :

a) Kecepatan rencana > 20 km/jam b) Lebar badan jalan > 6 m


(22)

1. Jalan Arteri Sekunder

Jalan arteri sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Persyaratan jalan arteri sekunder yaitu :

a) Kecepatan rencana > 30 km/jam. b) Lebar badan jalan > 8 m

2. Jalan Kolektor Sekunder

Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Persyaratan jalan kolektor sekunder yaitu :

a) Kecepatan rencana > 20 km/jam. b) Lebar badan jalan 7 m

3. Jalan Lokal Sekunder

Jalan lokal sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan. Persyaratan jalan lokal sekunder yaitu :

a) Kecepatan rencana > 10 km/jam. b) Lebar badan jalan > 5 m.

Dalam konstruksi perkerasan jalan dipandang dari segi kemampuannya dalam memikul dan menyebarkan beban dengan memenuhi syarat – syarat yang ada diantaranya yaitu permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya dapat dialirkan dengan cepat (Sukirman, 1999). Pada kondisi ini, air sangat berperan penting dalam kekuatan terhadap kondisi jalan. Adapun jenis jalan yang akan dilakukan uji coba dalam penelitian ini adalah jalan kolektor.


(23)

F. Street Inlet

Street inlet adalah bangunan pelengkap pada sistem drainase yang merupakan lubang atau bukaan pada sisi – sisi jalan yang berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan yang berada di sepanjang ruas jalan menuju ke dalam saluran drainase. Sesuai dengan kondisi dan penempatan saluran serta fungsi jalan yang ada, maka pada jenis saluran terbuka tidak diperlukan street inlet, karena ambang saluran yang ada merupakan bukaan bebas. Perlengkapan street inlet mempunyai ketentuan – ketentuan sebagai berikut :

1. Ditempatkan pada daerah yang rendah dimana limpasan air hujan menuju ke arah tersebut.

2. Diletakkan pada tempat yang tidak memberikan gangguan lalu lintas dan pejalan kaki.

3. Air yang masuk ke street inlet harus dapat masuk menuju saluran drainase dengan cepat.

4. Jumlah street inlet harus cukup agar dapat menangkap limpasan air hujan pada jalan yang bersangkutan.

Bentuk bentuk inlet yang sering di gunakan ialah berupa inlet berupa inlet datar dan inlet tegak (grate inlet). Inlet datar ialah inlet yang posisinya dekat kerb dengan posisi sejajar permukaan jalan, sehingga lubang inlet menghadap ke atas. Jenis yang kedua ialah inlet tegak (curb inlet), yaitu inlet yang posisinya tegak lurus atau membentuk sudut tertentu terhadap jalan raya dan berada di bawah kerb. Ilustrasi dari jenis-jenis inlet ini dapat di lihat pada gambar 3.2.


(24)

G. Saluran Drainase

Menurut Suripin (2004; 7) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.

Dengan pengertian lain adalah suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu tempat, sehingga fungsi dari suatu tempat tersebut tidak terganggu.

Adapun fungsi dari drainase adalah sebagai berikut

1. Membebaskan suatu wilayah dari genangan air erosi dan banjir.

2. Karena aliran lancar, maka drainase juga berfungsi untuk memperkecil resiko kesehatan lingkungan bebas dari malaria dan penyakit lainnya. 3. Kegunaan tanah pemukiman padat akan menjadi baik.

4. Dengan sistem yang baik, tata guna lahan dapat dioptimalkan. Sistem jaringan drainase terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Sistem drainase makro yaitu sistem saluran/badan air yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area). 2. Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap

drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan air hujan.

Bila ditinjau dari segi fisik (hirarki susunan saluran) sistem drainase diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Saluran Primer

Saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai. Saluran primer adalah saluran utama yang menerima aliran dari saluran sekunder.

2. Saluran Sekunder

Saluran yang menghubungkan saluran tersier dengan saluran primer (dibangun dengan beton/plesteran semen).


(25)

3. Saluran Tersier

Saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke saluran sekunder, berupa plesteran, pipa dan tanah.

4. Saluran Kuarter


(26)

20

Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut:

Gambar 4.1 bagan alir tahapan penelitian Survey alat street inlet

Persiapan alat uji: Pembuatan model street inlet

Testing alat uji

Pengujian alat uji

Rekapitulasi data

Analisis dan hitungan

selesai

Desain pengujian street inlet

mulai

Rumusan masalah

Studi pustaka

Simulator hujan


(27)

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Keairan dan Lingkungan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kasihan, Bantul.

C. Alat dan Bahan 1. Alat yang digunakan

a. Simulator hujan.

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah seperangkat simulator hujan. Tujuan dari alat ini adalah mensimulasikan hujan buatan dengan skala laboratorium dan memungkinkan untuk melihat siklus hidrologi dalam skala kecil. Komponen dari Peralatan ini adalah :

1) Nozzle, yang berfungsi mengatur besarnya butiran hujan yang jatuh, dan nozzle yang digunakan 5 buah

2) Kerangka besi, yang berfungsi sebagai penampang nozzle yang berukuran 3 m x 3 m x 4 m.

3) Pompa air, berfungsi sebagai penggerak air, pompa yang dipakai adalah merk New Shimizu PS 128 BT dengan spesifikasi panjang pipa hisap 9 m, daya output motor 125 W, daya dorong max. 33 m.

4) Pipa, yang berfungsi sebagai tempat mengalirkan dan menyalurkan air.Pipa yang digunakan pvc ½ inch.

5) Manometer, nepel dan T drat merupakan satu pasang yang berfungsi sebagai pembacaan tekanan.

6) Klep foot pompa, letaknya berada di ujung pipa 1 inch dan harus terendam di dalam air dan berfungsi agar jalur rentang pipa antara sumur dan pompa (jalur pipa hisap),tetap terisi air. 7) Box kontainer kapasitas 150 liter, sebagai tempat menampung

air yang akan digunakan.

8) Terpal, berfungsi untuk menutup kerangka nozzle dan menghalangi masuknya angin yang dapat menggangu keluarnya


(28)

air hujan dari nozzle pada saat pengujian Terpal yang dipakai ukuran 4 m x 5 m.

Gambar 4.2. Rangkaian simulator hujan menurut khakikurrahman (2016)


(29)

Gambar 4.4. Rangkaian nozzle khakikurrahman (2016)

b. Pada alat street inlet :

1) Kayu, digunakan sebagai rangka dari alat street inlet. Kayu yang digunakan yaitu kayu kelapa.

2) Triplek, pada alat street inlet triplek digunakan sebagi jalan. 3) Akrilik, sebagai tempat menampung air yang masuk dari inlet

atau sebagai saluran drainase.

4) Cat, digunakan agar alat terlihat seperti asli.

5) Paku, di gunakan sebagai penyambung kayu yang akan di pasang


(30)

Gambar 4.5. Alat uji street inlet

c. Pada pengujian inlet :

1) Mistar, digunakan untuk mengukur tinggi dan lebar genangan yang ada di bahu jalan

.


(31)

2) Cawan, berfungsi untuk mengetahui intensitas hujan pada saat pengujian.

Gambar 4.7. Cawan 3) Box, berfungsi sebagai penampung air


(32)

4) Gelas ukur 1000 ml, digunakan untuk mengukur air yang terdapat di cawan dan di box.

Gambar 4.9. Gelas ukur

5) Timbangan digital, digunakan untuk mengetahui air yang ada di dalam cawan.


(33)

6) Stopwatch, stopwatch yang digunakan yaitu stopwatch yang terdapat di handphone.

Gambar 4.11. Stopwatch

7) Plastisin, berfungsi sebagai menutup celah-celah yang ada di sambungan trotoar dan bahu jalan.


(34)

D. Desain Model Street Inlet

Model street inlet menggunakan ukuran 200 cm x 120 cm x 120 cm dengan kemiringan pada jalan 3% dan bahu jalan 2%. Skala yang digunakan yaitu 1:5. Pada alat street inlet terdapat 3 lubang yaitu ditrotoar dan bahu jalan, jarak antar inlet 55 cm. Bentuk inlet yang digunakan adalah bentuk inlet persegi panjang, yang nantinya akan digunakan di trotoar jalan. Pada pengujian ini memakai alat simulator hujan, hujan yang dipakai adalah hujan lebat dan sedang. Model pengujian ini dibuat dengan denah sebagaimana diberikan dalam Gambar 4.11, Gambar 4.12 dan Gambar 4.13.


(35)

Gambar 4.14. Jalan alat uji

Gambar 4.15. Alat uji


(36)

E. Tahapan Pembuatan Alat Street Inlet

Tahapan pembuatan alat street inlet digambarkan dengan skema berikut:

Gambar 4.16. Bagan alir pembuatan alat Studi Pustaka

Persiapan Alat dan Bahan

Pembuatan Model Street Inlet

Pengujian Awal Terhadap Model

Street Inlet

Pelaksanaan pengujian Berfungsi

Tidak Berfungsi Mulai


(37)

F. Tahapan Pengujian

Tahapan pengujian inlet digambarkan dengan skema sebagai berikut :

Gambar 4.17. Bagan alir pengujian inlet

Merapikan alat pengujian

Menempatkan cawan dan box yang akan menampung air hujan

Mengatur nozzle, hujan yang akan dipakai 5 nozzle atau 3 nozzle

Hidupkan alat simulator hujan

Mengatur stopwatch, per 3 menit dari 30 menit

Selesai

Memasang inlet sesuai kebutuhan Mulai

Mengukur tinggi dan lebar genangan yang ada di bahu jalan

Pengambilan air hujan yang ada di cawan dan box

Mengukur dan menimbang air hujan yang ada di cawan dan box Pengambilan Data


(38)

G. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada 16 Mei 2016 sampai dengan 6 Juni 2016. Penelitian terbagi atas dua yaitu menggunakan 5 nozzle dan 3 nozzle. Pengujian dilakukan selama 30 menit per 3 menitnya. Tahapan – tahapan dalam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Sebelum pengujian dilaksanakan pastikan rangkaian pompa dan alat street inlet telah terrangkai dan terpasang dengan benar dan air untuk pengujian stabil.

2. Lakukan percobaan dahulu untuk mengetahui kondisi hujan yang sesuai dengan hujan yang kita inginkan.

3. Setelah hujan sesuai dengan yang kita inginkan, matikan pompa airnya, selanjutnya memasang inlet yang akan digunakan.

4. Keringkan alat uji agar data air dapat terhitung seakurat mungkin. 5. Menempatkan cawan dan box yang menampung air hujan & limpasan. 6. Mengatur Stopwatch per 3 menit dari 30 menit.

7. Setelah semuanya sudah siap, hidupkan kembali alat simulator hujan. Pengujian pun dilakukan.

8. Tunggu sampai 3 menit, selanjutnya mengukur tinggi dan lebar genangan yang ada di bahu jalan, catat semua hasilnya.

9. Selanjutnya ambil cawan dan box, dan langsung menggantikan cawan dan box tersebut.

10.Sebelum melakukan penimbangan dan pengukuran keringkan sisi luar cawan dengan menggunakan kanebo.

11.Timbang cawan, kurangkan berat cawan terisi air dengan berat cawan kosong untuk mengetahui berat air, catat semua hasil nya. Sedangkan, air yang ada di box hanya diukur saja.

12.Begitu seterusnya dilakukan per 3 menit sampai dengan waktu 30 menit. 13.Pada saat waktu 30 menit matikan pompa. Ditunggu sampai air yang

menggenang di bahu jalan habis, dan biarkan waktu yang ada di stopwatch

terus berjalan.


(39)

(40)

34

noozle. Pada pengujian ini, dilakukan sebanyak 3 kali pengujian berdasarkan jumlah lubang inlet yang dipasang. Pengujian II dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 2016 dengan menggunakan 3 noozle. Pada pengujian ini juga dilakukan sebanyak 3 kali pengujian berdasarkan jumlah lubang inlet yang dipasang. Pada tiap pengujian ada 3 macam pengujian, yang pertama pengujian dengan menggunakan 1 inlet, yang kedua menggunakan 2 inlet dan selanjutnya menggunakan 3 inlet pada jalan tersebut.

1. Intensitas Hujan

Rumus yang digunakan untuk menghitung intensitas hujan sebagai berikut:

t d I

……….. (5.1)

A V d

……….. (5.2)

Dengan:

I = Intensitas hujan (mm/menit) d = Tinggi Hujan (mm)

t = Waktu (menit)

V = Volume hujan dalam penampang (mm³) A = Luas penampang hujan (mm²)

Untuk menentukan volume hujan dalam suatu penampang menggunakan cara mencari massa air dalam penampang terlebih dahulu dengan rumus sebagai berikut:


(41)

Dengan:

M. Air = Massa Air (gr)

Mt = Massa Cawan+Berat Air (gr) Mc = Massa Cawan (gr)

Rumus untuk menghitung volume hujan dalam penampang sebagai berikut: V = M.air /

ρ

... (5.4)

Dengan:

V = Volume hujan dalam penampang (mm³) M. air = Massa air (gr)

ρ

air bersih

=

1000 kg/m³ = 0,001 gr/mm³

Rumus untuk menghitung tinggi hujan sebagai berikut:

d = V / A ……… (5.5)

Dengan:

d = Tinggi hujan (mm)

V = Volume hujan dalam penampang (mm³) A = Luas penampang (mm²)

A = 1/4.Ԉ.D² = 9386,53 mm², dengan D cawan = 109,3 mm. Setelah tinggi hujan diketahui selanjutnya menghitung intensitas hujan pada menit ke-3 sampai dengan menit ke 30.

Penelitian intensitas hujan dengan menggunakan 5 nozzle dan 3 nozzle

dilakukan 3 kali pengujian. Masing masing pengujian tersebut di hitung dalam interval waktu 3 menit dalam total waktu 30 menit. Beberapa hasil pengujian tersebut sebagai berikut :


(42)

Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Nilai Intensitas Hujan 5 nozzle (1 Inlet)

waktu No

Pengujian

intensitas intensitas Rata'' Intensitas

(menit) cawan 1 cawan 2 (mm/menit)

3 1 1,92 1,71 1,82

6 2 1,96 1,82 1,89

9 3 2,03 1,88 1,95

12 4 2,02 1,86 1,94

15 5 2,04 1,90 1,97

18 6 2,15 2,00 2,07

21 7 2,16 2,05 2,08

24 8 2,11 1,98 2,05

27 9 2,12 1,88 2,00

30 10 2,12 1,93 2,02

Rata Rata 2,06 1,90 1,98

Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Nilai Intensitas Hujan 3 nozzle (1 Inlet)

waktu No

Pengujian

intensitas intensitas Rata'' Intensitas

(menit) cawan 1 cawan 2 (mm/menit)

3 1 1,53 1,49 1,51

6 2 1,66 1,59 1,62

9 3 1,71 1,66 1,68

12 4 1,68 1,59 1,63

15 5 1,76 1,66 1,71

18 6 1,74 1,63 1,69

21 7 1,72 1,64 1,68

24 8 1,70 1,64 1,67

27 9 1,72 1,63 1,68

30 10 1,71 1,6 1,66


(43)

Hasil nilai intensitas hujan yang di hasilkan dari simulator hujan dengan perbedaan jumlah noozle didapatkan hasil rata-rata pada jumlah 5 noozle yaitu pengujian 1 = 1,98 mm/menit, pengujian 2 = 1,95 mm/menit, pengujian 3 = 2,08 mm/menit. dan jumlah 3 noozle pada pengujian 1 = 1,65 mm/menit, pengujian 2 = 1,69 mm/menit, pengujian 3 =1,67 mm/menit.

Pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2 bisa di amati bahwa perbedaan jumlah noozle

berpengaruh terhadap jumlah intensitas hujan yang terjadi. Semakin banyak jumlah nozzle yang di gunakan nilai intensitasnya juga bertambah besar (nilai intensitas 5

nozzle > 3 nozzle). Untuk tabel hasil pengujian selengkapnya dapat di lihat pada lampiran.

2. Perbandingan Nilai Debit Pada Saluran Drainase

Pada pengujian ini dilakukan pengujian sebanyak 3 kali untuk tiap masing-masing kondisi hujan. Pada pengujian pertama telah dipasang lubang inlet dengan jumlah 3 lubang, kemudian setelah itu dipasang 2 lubang, dan selanjutnya dipasang dengan menggunakan 1 lubang. Dimana pada masing – masing pengujian tersebut dihitung dalam waktu 3 menit dalam kurun waktu 30 menit. Hubungan antara waktu dengan debit pada saluran drainase dengan jumlah 1 lubang inlet, 2 lubang inlet dan 3 lubang inlet bentuk persegi panjang pada kondisi hujan dengan 5 noozle yang di hasilkan dari alat simulator hujan dapat di lihat pada gambar 5.3 dan tabel 5.4 di bawah ini.


(44)

Tabel 5.3 Perhitungan Debit Pada Saluran Drainase Waktu limpasan M air Vol. limpasan Q.Saluran (menit) (Liter) (gr) (mm3) (Liter) (Liter/Menit)

0 0 0 0 0 0

3 8,1 8100 8100000 8,1 2,70

6 8,6 8600 8600000 8,6 2,87

9 8,4 8400 8400000 8,4 2,80

12 8,3 8300 8300000 8,3 2,77

15 8,7 8700 8700000 8,7 2,90

18 8,9 8900 8900000 8,9 2,97

21 9 9000 9000000 9 3,00

24 9,2 9200 9200000 9,2 3,07

27 9,5 9500 9500000 9,5 3,17

30 9,4 9400 9400000 9,4 3,13

33,8 2,25 2250 2250000 2,25 0,44


(45)

Tabel 5.4 Hasil Analisis Nilai Debit Pada Saluran Dengan Hujan 5 noozle

Waktu Q 1 Waktu Q 2 Waktu Q 3

(menit) (liter/menit) (menit) (liter/menit) (menit) (liter/menit)

0 0,00 0 0,00 0 0,00

3 2,70 3 3,00 3 3,47

6 2,87 6 3,07 6 3,60

9 2,80 9 3,10 9 3,63

12 2,77 12 3,20 12 3,67

15 2,90 15 3,20 15 3,73

18 2,97 18 3,37 18 3,67

21 3,00 21 3,33 21 3,83

24 3,07 24 3,27 24 3,73

27 3,17 27 3,27 27 3,87

30 3,13 30 3,33 30 3,83

33,8 0,44 32,11 0,42 32 0,50

Gambar 5.1 Grafik debit pada saluran dengan hujan 5 noozle 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36

d e b it (l iter/m e n it) waktu (menit)


(46)

Tabel 5.5 Hasil Analisis Nilai Debit Pada Saluran Dengan Hujan 3 nozzle

Waktu Q 1 Waktu Q 2 Waktu Q 3

(menit) (liter/menit) (menit) (liter/menit) (menit) (liter/menit)

0 0,00 0 0,00 0 0,00

3 2,20 3 2,53 3 2,87

6 2,33 6 2,60 6 2,90

9 2,40 9 2,70 9 2,90

12 2,40 12 2,77 12 3,00

15 2,47 15 2,77 15 3,00

18 2,47 18 2,70 18 2,97

21 2,57 21 2,73 21 3,07

24 2,53 24 2,83 24 3,10

27 2,63 27 2,87 27 3,17

30 2,60 30 2,87 30 3,13

34,2 0,33 33,58 0,34 32 0,37

Gambar 5.2 Grafik debit pada saluran dengan hujan 3 noozle 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36

d e b it (l ite r/m e n it) Waktu (menit)


(47)

Pada Gambar 5.1 dan gambar 5.2 menunjukan bahwa debit yang terjadi pada saluran dengan menggunakan 1 lubang inlet nilainya lebih kecil dari debit dengan menggunakan 2 lubang inlet dan 3 lubang inlet. Dari data yang di dapat pada saat pengujian terlihat dari grafik hidrograf laju debit tidak konstan, hal ini di sebabkan volume hujan yang di aliri dari nozzle pada alat simulator hujan saat pengujian sering berubah – ubah dan mengakibatkan hujan tidak merata dan kurangnya akurasi pada saat pengukuran volume air menggunakan gelas ukur sehingga kurang mendapatkan hasil yang maksimal.

Untuk tabel hasil pengujian debit pada setiap pengujian selengkapnya dapat di lihat pada lampiran.

3. Pengaruh Jumlah Lubang Street inlet Terhadap Genangan Pada pengujian ini dilakukakan pengujian sebanyak 3 kali untuk tiap masing-masing kondisi hujan. Pada pengujian pertama telah dipasang street inlet dengan jumlah 3 lubang, kemudian setelah itu dipasang 2 lubang, dan selanjutnya dipasang dengan menggunakan 1 lubang. Dimana pada masing – masing pengujian tersebut dihitung dalam waktu 3 menit dalam kurun waktu 30 menit. Dari hasil penelitian didapat volume genangan yang disajikan dalam Gambar 5.3 dan Tabel 5.6 untuk kondisi hujan deras.


(48)

Tabel 5.6 Hasil Perhitungan Volume Genangan Pada Hujan 5 nozzle

Waktu Volume genangan (liter)

(menit) 1 inlet 2 inlet 3 inlet

3 0,81 0,72 0,37

6 0,83 0,74 0,38

9 0,94 0,73 0,42

12 1,06 0,75 0,40

15 1,06 0,72 0,42

18 1,01 0,71 0,44

21 0,95 0,75 0,44

24 0,97 0,78 0,45

27 0,91 0,74 0,45

30 0,93 0,73 0,44

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2016

Gambar 5.3 Grafik volume genangan pada hujan 5 nozzle 0,00

0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20

3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

vo

lu

m

e

(l

iter)

waktu (menit)

1 inlet 2 inlet 3 inlet


(49)

Tabel 5.7 Hasil Perhitungan Volume Genangan Pada Hujan 3 nozzzle

Waktu Volume genangan (liter)

(menit) 1 inlet 2 inlet 3 inlet

3 0,80 0,58 0,35

6 0,82 0,65 0,33

9 0,85 0,63 0,37

12 0,85 0,67 0,31

15 0,87 0,70 0,35

18 0,88 0,74 0,31

21 0,85 0,69 0,31

24 0,89 0,73 0,31

27 0,87 0,75 0,30

30 0,85 0,74 0,34

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2016

Gambar 5.4 Grafik volume genangan pada hujan 3 nozzle 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00

3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

vo lu m e (l iter) waktu (menit) 1 inlet 2 inlet 3 inlet


(50)

Pada Gambar 5.3 dan Gambar 5.4 menunjukan bahwa volume genangan tertinggi pada hujan dengan 5 noozle yang di hasilkan dari alat simulator hujan terjadai pada jumlah 1 lubang inlet pada menit ke-12 dan ke-15 yaitu 1,06 liter dan hujan dengan 3 noozle yang di hasilkan dari alat simulator hujan terjadi pada jumlah lubang 1 inlet pada menit ke-24 yaitu 0,89. Dapat diamati bahwa grafik volume genangan pada kondisi hujan dengan 5 noozle dan 3 noozle yang di hasilkan dari alat simulator hujan dengan 1 lubang inlet,2 lubang inlet, dan 3 lubang inlet menunjukan perbedaan. Dimana volume genangan dengan jumlah lubang inlet 1 terjadi lebih tinggi dari jumlah 2 dan 3 lubang inlet . Sedangkan pada 3 lubang inlet terjadi genangan lebih rendah dari 1 lubang inlet dan 2. Untuk tabel hasil volume genangan pada setiap pengujian selengkapnya dapat di lihat pada lampiran .

4. Koefisien Limpasan

Ruas jalan yang menjadi lapangan pengujian adalah jalan beraspal. Koefisien limpasan yang diizinkan pada jalan beraspal adalah 0,70 – 0,95 (Triatmodjo, 2008)

Dalam menentukan nilai koefisien limpasan dapat di hitung menggunakan metode rasional didasarkan pada persamaan sebagai berikut:

Q = 0,278.C.I.A...(3.7) Dengan:

Q : Debit

I : Intensitas hujan (mm/jam) A : Luas daerah tangkapan C : Koefisien aliran

0,278 : Konstanta, digunakan jika daerah tinjauan menggunakan Km2 Data pengujian koefisien limpasan di sajikan pada tabel 5.9


(51)

Tabel 5.8 Koefisien Limpasan Pada Pengujian 1 Lubang Inlet Waktu Q. Limpasan Intensitas rata"

C

(menit) (liter/menit) (mm/menit)

0 0,00 0 0,00

3 2,70 1,82 0,74

6 2,87 1,89 0,76

9 2,80 1,95 0,72

12 2,77 1,94 0,71

15 2,90 1,97 0,74

18 2,97 2,07 0,72

21 3,00 2,08 0,71

24 3,07 2,05 0,75

27 3,17 2,00 0,79

30 3,13 2,02 0,77

33,8 0,75

rata-rata 0,74

Contoh perhitungan : Q = C.I.A

Q = 2,70 liter/menit = 2,70 dm3/menit = 2700000 mm3/menit A = luas penampang alat uji, 2000 mm x 1000 mm = 2000000 mm2 I = Intensitas hujan = 1,82 mm/menit

C = Q/(I.A)

= 2700000/(1,82*2000000) = 0,74

Pada Tabel 5.8. dapat kita ketahui bahwa nilai koefisien limpasan rata rata yang di hasilkan dari pengujian hujan deras menggunakan 1 lubang inlet adalah


(52)

0,74 dan menunjukan bahwa nilai koefisien limpasan sesuai dengan ketetapan yang ada pada tabel koefisien pengaliran.

Hasil nilai koefisien limpasan yang didapat pada pemakaian 5 noozle yaitu dengan 1 lubang inlet = 0,74, dengan 2 lubang inlet = 0,82, dengan 3 inlet = 0,89. Hasil nilai koefisien limpasan yang didapat pada pemakaian 3 noozle yaitu dengan 1 lubang inlet = 0,74, dengan 2 lubang inlet = 0,81, dengan 3 inlet = 0,90.

Dari hasil yang didapat, koefisien limpasan yang terjadi sudah sesuai dengan ketetapan pada tabel koefisien aliran. Untuk tabel hasil pengujian selengkapnya dapat di lihat pada lampiran.


(53)

47 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pada pengujian intensitas hujan menggunakan 5 noozle didapatkan hasil rata-rata pada jumlah 5 noozle yaitu pengujian 1 = 1,98 mm/menit, pengujian 2 = 1,95 mm/menit, dan pengujian 3 = 2,08 mm/menit. Pengujian dengan 3

noozle pada pengujian 1 = 1,65 mm/menit, pengujian 2 = 1,69 mm/menit, danpengujian 3 =1,67 mm/menit. Dari hasil pengujian bisa di amati bahwa perbedaan jumlah noozle berpengaruh terhadap jumlah intensitas hujan yang terjadi. Semakin banyak jumlah noozel yang di gunakan nilai intensitasnya juga bertambah besar besar (nilai intensitas 5 nozzle > 3 nozzle).

2. Hasil pengujian debit pada saluran drainase menunjukan bahwa jumlah inlet berpengaruh pada debit yang terjadi. Debit pada 1 lubang inlet lebih kecil dari debit pada 2 lubang inlet dan 3 lubang inlet. Dari data hasil pengujian selama hujan 30 menit terlihat debit puncak terbesar berada pada 3 lubang inlet pada menit ke-27 yaitu 3,87 liter/menit. Dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah inlet, semakin besar debit yang terjadi. Begitupun sebaliknya, semakin sedikit jumlah inlet, semakin kecil debit yang terjadi.

3. Pada hasil pengujian volume genangan menunjukan bahwa volume genangan tertinggi pada hujan dengan 5 nozzle terjadi pada jumlah 1 lubang inlet saat menit ke-12 dan ke-15 yaitu 1,06 liter. Hasil pengujian dengan 1 lubang inlet , 2 lubang inlet, 3 lubang inlet menunjukan adanya perbedaan. Dimana volume genangan dengan jumlah lubang inlet 1 terjadi genangan lebih tinggi dari 2 lubang inlet. Sedangkan 3 lubang inlet terjadi genangan lebih rendah dari 1 lubang inlet dan 2 lubang inlet.

4. Hasil nilai koefisien limpasan yang didapat pada pemakaian 5 noozle yaitu dengan 1 lubang inlet = 0,74, dengan 2 lubang inlet = 0,82, dengan 3 inlet = 0,89. Hasil nilai koefisien limpasan yang didapat pada pemakaian 3 noozle


(54)

yaitu dengan 1 lubang inlet = 0,74, dengan 2 lubang inlet = 0,81, dengan 3 inlet = 0,90. Nilai koefisien limpasan yang di hasilkan dari pengujian menunjukan bahwa nilai koefisien limpasan sesuai dengan ketetapan yang ada pada tabel koefisien pengaliran

B. Saran

Untuk menyempurnakan hasil penelitian dan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut, peneliti dapat menyarankan sebagai berikut :

1. Bagi penelitian selanjutnya sebelum melakukan penelitian menggunakan alat

street inlet di laboratorium sebaiknya dilakukan pengujian awal untuk mengetahui kerusakan dan kelemahan yang terjadi pada alat uji, sehingga kerusakan dan kelemahan dapat diantisipasi terlebih dahulu.

2. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan nozzle yang lebih baik lagi supaya mendapatkan hujan yang merata.

3. Bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan pengujian pada interval waktu yang lebih lebih lama supaya bisa mendapatkan hasil yang maksimal.

4. Dalam penelitian ini sebaiknya peneliti diharapkan lebih teliti lagi dalam proses pengambilan data.

5. Bagi penelitian selanjutnya bisa dicoba menggunakan alat simulator yang terbuat dari bahan-bahan atau material yang sesuai dengan kondisi jalan asli agar penelitian lebih maksimal.


(55)

xii

Teknik Sipil, Fakultas Teknik. Universitas Brawijaya, Malang.

Syapawi, A. 2013. Studi Permasalahan Drainase Jalan (Saluran Samping) di Lokasi Jalan Demang Lebar dan Sepanjang 3900 m (Lingkaran SMA Negeri 10 Simpang Polda).

Khakimurrahman, Rijal. 2016. Pemodelan Hujan Skala Laboratorium Menggunakan Alat Simulator Hujan untuk Menentukan Intensitas Hujan.

Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Triadmodjo, Bambang. 2008. Hidrologi Terapan. Betta Offset, Yogyakarta. Soemarto, 1987. Siklus Hidrologi. https://bebasbanjir2025.

wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/siklus-hidrologi/

Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air. Idea Dharma. Bandung.

Sosrodarsono, Suyono. 1978. Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya paramita. Jakarta.

Sukirman, Silvia. 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Nova, Bandung. Suripin. 2004. Drainasi Perkotaan yang Berkelanjutan. Andi, yogyakarta.


(56)

LAMPIRAN 4

Hasil nilai koefisien limpasan dan grafik koefisien limpasan pada setiap pengujian.


(57)

Waktu v.limpasan v. Hujan

C

(menit) (liter) (liter)

0 0 0 0,00

3 8,1 10,89 0,74

6 8,6 11,33 0,76

9 8,4 11,73 0,72

12 8,3 11,65 0,71

15 8,7 11,82 0,74

18 8,9 12,45 0,72

21 9 12,63 0,71

24 9,2 12,26 0,75

27 9,5 12,01 0,79

30 9,4 12,14 0,77

33,8 2,25 rata-rata 0,74

0 2 4 6 8 10 12 14

0 10,89 11,33 11,73 11,65 11,82 12,45 12,63 12,26 12,01 12,14

v o lu m e (l iter) waktu(menit)

Grafik koefisien limpasan (1 inlet)

v. limpasan v. hujan


(58)

0 0 0 0,00

3 9 11,2 0,80

6 9,2 11,4 0,81

9 9,3 11,4 0,82

12 9,6 12,0 0,80

15 9,6 11,8 0,81

18 10,1 12,1 0,83

21 10 11,9 0,84

24 9,8 11,6 0,84

27 9,8 12,1 0,81

30 10 11,6 0,86

32,11 1,72 rata-rata 0,82

0 2 4 6 8 10 12 14

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 32,11

v

o

lu

m

e

(l

iter)

waktu (menit)

Grafik Koefisien Limpasan (2 inlet)

v limpasan v. hujan


(59)

0 0 0 0,00

3 10,4 12,2 0,85

6 10,8 12,3 0,92

99 10,9 12,2 0,92

12 11 12,5 0,90

15 11,2 12,5 0,89

18 11 12,3 0,90

21 11,5 12,5 0,92

24 11,2 13,0 0,92

27 11,6 12,2 0,94

30 11,5 12,7 0,93

32 1,5 rata-rata 0,89

0 2 4 6 8 10 12 14

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 32

v

o

lu

m

e

(l

iter)

waktu (menit)

Grafik Koefisien Limpasan (3 inlet)

v. limpasan v.hujan


(60)

0 0 0 0,00

3 6,6 9,1 0,73

6 7 9,7 0,72

9 7,2 10,1 0,71

12 7,2 9,8 0,73

15 7,4 10,3 0,72

18 7,4 10,1 0,73

21 7,7 10,1 0,76

24 7,6 10,0 0,76

27 7,9 10,1 0,79

30 7,8 9,9 0,79

34,2 1,45 rata-rata 0,74

0 2 4 6 8 10 12

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 34,2

v

o

lu

me

(l

it

er)

waktu (menit)

Grafik Koefisien Limpasan (1Inlet)

v.limpasan v.hujan


(61)

0 0 0,00 0,00

3 0,76 9,62 0,79

6 7,8 9,81 0,80

9 8,1 10,15 0,80

12 8,3 10,36 0,80

15 8,3 10,09 0,82

18 8,1 10,18 0,80

21 8,2 10,30 0,80

24 8,5 10,18 0,83

27 8,6 10,37 0,83

30 8,6 10,50 0,82

33,58 1,22 rata-rata 0,81

0 2 4 6 8 10 12

v

o

lu

m

e

(l

iter)

waktu (menit)

Grafik Koefisien Limpasan (2 inlet)

v. limpasan v.hujan


(62)

0 0 0 0,00

3 8,6 9,8 0,88

6 8,7 9,7 0,90

9 8,7 9,9 0,88

12 9 9,9 0,91

15 9 9,9 0,91

18 8,9 10,2 0,87

21 9,2 10,2 0,91

24 9,3 10,2 0,91

27 9,5 10,2 0,93

30 9,4 10,3 0,91

32 0,94 rata-rata 0,90

0 2 4 6 8 10 12

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 32

v

o

lu

m

e

(l

iter)

waktu (menit)

Grafik Koefisien Limpasan (3 inlet)

v.limpasan v.hujan


(63)

LAMPIRAN 5


(64)

(menit) 1 2 3

3 0,81 0,72 0,37

6 0,83 0,74 0,38

9 0,94 0,73 0,42

12 1,06 0,75 0,40

15 1,06 0,72 0,42

18 1,01 0,71 0,44

21 0,95 0,75 0,44

24 0,97 0,78 0,45

27 0,91 0,74 0,45

30 0,93 0,73 0,44

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20

3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

v

o

lu

m

e

(l

iter)

waktu (menit)

Grafik Volume Genangan

1 inlet 2 inlet 3 inlet


(65)

6 0,82 0,65 0,33

9 0,85 0,63 0,37

12 0,85 0,67 0,31

15 0,87 0,70 0,35

18 0,88 0,74 0,31

21 0,85 0,69 0,31

24 0,89 0,73 0,31

27 0,87 0,75 0,30

30 0,85 0,74 0,34

0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00

3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

v

o

lu

m

e

(l

iter)

waktu (menit)

Grafik Volume Genangan

1 inlet 2 inlet 3 inlet


(66)

LAMPIRAN 6


(67)

Waktu Q 1 Waktu Q 2 Waktu Q 3

0 0,00 0 0,00 0 0,00

3 2,70 3 3,00 3 3,47

6 2,87 6 3,07 6 3,60

9 2,80 9 3,10 9 3,63

12 2,77 12 3,20 12 3,67

15 2,90 15 3,20 15 3,73

18 2,97 18 3,37 18 3,67

21 3,00 21 3,33 21 3,83

24 3,07 24 3,27 24 3,73

27 3,17 27 3,27 27 3,87

30 3,13 30 3,33 30 3,83

33,8 0,75 32,11 0,57 32 0,50

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36

d e b it (l iter/m e n it) waktu (menit)

Grafik Debit Pada Saluran Drainase


(68)

6 2,33 6 2,60 6 2,90

9 2,40 9 2,70 9 2,90

12 2,40 12 2,77 12 3,00

15 2,47 15 2,77 15 3,00

18 2,47 18 2,70 18 2,97

21 2,57 21 2,73 21 3,07

24 2,53 24 2,83 24 3,10

27 2,63 27 2,87 27 3,17

30 2,60 30 2,87 30 3,13

34,2 0,48 33,58 0,41 32 0,37

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36

d

e

b

it

(l

iter/m

e

n

it)

Waktu (menit)

Grafik Debit Pada Saluran Drainase


(69)

LAMPIRAN 7


(70)

Hasil pengujian intensitas hujan dan grafik intensitas hujan setiap pengujian No

Pengujian No cawan

Intensitas (1)

Intensitas (2)

Intensitas (3)

1 1 1,92 1,89 2,11

2 1,71 1,84 1,94

2 1 1,96 1,94 2,13

2 1,82 1,86 1,99

3 1 2,03 1,97 2,10

2 1,88 1,83 1,97

4 1 2,02 2.08 2,11

2 1,86 1,92 2,07

5 1 2,04 2,03 2,07

2 1,90 1,91 2,02

6 1 2,15 2,10 2,14

2 2,00 1,94 2,03

7 1 2,16 2,08 2,22

2 2,05 1,88 2,10

8 1 2,11 2,06 2,11

2 1,98 1,82 1,96

9 1 2,12 2,11 2,16

2 1,88 1,92 2,08

10 1 2,12 2,02 2,18


(71)

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

in te n si tas ( mm/m e n No pengujian cawan 1 cawan 2 1,65 1,70 1,75 1,80 1,85 1,90 1,95 2,00 2,05 2,10 2,15

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

in te n si tas ( mm/m e n it) No pengujian

Grafik Intensitas Hujan (2 Inlet)

cawan 1 cawan 2


(72)

1,80 1,85 1,90 1,95 2,00 2,05 2,10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

in

te

n

si

tas

(

mm/m

No pengujian

Cawan 1 cawan 2


(73)

1 1 1,53 1,65 1,65

2 1,49 1,56 1,60

2 1 1,66 1,64 1,66

2 1,59 1,63 1,57

3 1 1,71 1,71 1,69

2 1,66 1,67 1,61

4 1 1,68 1,77 1,67

2 1,59 1,69 1,63

5 1 1,76 1,70 1,69

2 1,66 1,66 1,62

6 1 1,74 1,74 1,71

2 1,63 1,65 1,68

7 1 1,72 1,78 1,72

2 1,64 1,65 1,66

8 1 1,70 1,76 1,75

2 1,64 1,64 1,66

9 1 1,72 1,76 1,75

2 1,63 1,70 1,67

10 1 1,71 1,80 1,77

2 1,60 1,70 1,67

1,30 1,35 1,40 1,45 1,50 1,55 1,60 1,65 1,70 1,75 1,80

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

in ten si ta s (m m /m e n it) No pengujian

Grafik Intensitas Hujan (1 Inlet)

cawan 1 cawan 2


(74)

1,40 1,45 1,50 1,55 1,60 1,65 1,70

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

In te n si tas (m m /m No Pengujian cawan 1 cawan 2 1,45 1,50 1,55 1,60 1,65 1,70 1,75 1,80

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

In ten si ta s (m m /m e n it) No Pengujian

Grafik Intensitas Hujan (3 Inlet)

cawan 2 cawan 1


(1)

LAMPIRAN 7


(2)

1. Menggunakan 5 nozzle

Hasil pengujian intensitas hujan dan grafik intensitas hujan setiap pengujian No

Pengujian No cawan

Intensitas (1)

Intensitas (2)

Intensitas (3)

1 1 1,92 1,89 2,11

2 1,71 1,84 1,94

2 1 1,96 1,94 2,13

2 1,82 1,86 1,99

3 1 2,03 1,97 2,10

2 1,88 1,83 1,97

4 1 2,02 2.08 2,11

2 1,86 1,92 2,07

5 1 2,04 2,03 2,07

2 1,90 1,91 2,02

6 1 2,15 2,10 2,14

2 2,00 1,94 2,03

7 1 2,16 2,08 2,22

2 2,05 1,88 2,10

8 1 2,11 2,06 2,11

2 1,98 1,82 1,96

9 1 2,12 2,11 2,16

2 1,88 1,92 2,08

10 1 2,12 2,02 2,18


(3)

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

in

te

n

si

tas

(

mm/m

e

n

it)

No pengujian

Grafik Intensitas hujan (1 Inlet)

cawan 1 cawan 2

1,65 1,70 1,75 1,80 1,85 1,90 1,95 2,00 2,05 2,10 2,15

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

in

te

n

si

tas

(

mm/m

e

n

it)

No pengujian

Grafik Intensitas Hujan (2 Inlet)

cawan 1 cawan 2


(4)

1,80 1,85 1,90 1,95 2,00 2,05 2,10 2,15 2,20 2,25

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

in

te

n

si

tas

(

mm/m

e

n

it)

No pengujian

Grafik Intensitas Hujan (3 inlet)

Cawan 1 cawan 2


(5)

2. Menggunakan 3 Nozzle

Hasil pengujian intensitas hujan dan grafik intensitas hujan setiap pengujian No

Pengujian No cawan

Intensitas (1) Intensitas (2) Intensitas (3)

1 1 1,53 1,65 1,65

2 1,49 1,56 1,60

2 1 1,66 1,64 1,66

2 1,59 1,63 1,57

3 1 1,71 1,71 1,69

2 1,66 1,67 1,61

4 1 1,68 1,77 1,67

2 1,59 1,69 1,63

5 1 1,76 1,70 1,69

2 1,66 1,66 1,62

6 1 1,74 1,74 1,71

2 1,63 1,65 1,68

7 1 1,72 1,78 1,72

2 1,64 1,65 1,66

8 1 1,70 1,76 1,75

2 1,64 1,64 1,66

9 1 1,72 1,76 1,75

2 1,63 1,70 1,67

10 1 1,71 1,80 1,77

2 1,60 1,70 1,67

1,30 1,35 1,40 1,45 1,50 1,55 1,60 1,65 1,70 1,75 1,80

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

in ten si ta s (m m /m e n it) No pengujian

Grafik Intensitas Hujan (1 Inlet)

cawan 1 cawan 2


(6)

1,40 1,45 1,50 1,55 1,60 1,65 1,70 1,75 1,80 1,85

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

In

te

n

si

tas

(m

m

/m

e

n

it)

No Pengujian

Grafik Intensitas Hujan (2 inlet)

cawan 1 cawan 2

1,45 1,50 1,55 1,60 1,65 1,70 1,75 1,80

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

In

ten

si

ta

s

(m

m

/m

e

n

it)

No Pengujian

Grafik Intensitas Hujan (3 Inlet)

cawan 2 cawan 1


Dokumen yang terkait

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN ( Studi Kasus: Model Inlet Bulat di Bahu Jalan Dengan Hambatan Rumput )

0 3 12

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN ( Studi Kasus: Model Inlet Bulat di Bahu Jalan Dengan Hambatan Rumput )

5 25 59

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN ( Studi Kasus: Model Inlet Persegi Panjang di Bahu Jalan dengan Hambatan Rumput )

1 4 57

Tinjauan Kinerja Inlet Jalan Untuk Mengurangi Genangan Akibat Limpasan Hujan (Studi Kasus : Model inlet bulat di bahu jalan)

1 5 70

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus : Model inlet persegi panjang di bahu jalan)

1 12 66

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus dengan Menggunakan Model Inlet Persegi pada Trotoar Jalan dengan Hambatan Batu Kerikil)

1 7 60

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus dengan Menggunakan Model Inlet Persegi Panjang pada Bahu Jalan dengan Hambatan Batu Kerikil)

0 6 63

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus dengan Menggunakan Model Inlet Persegi Panjang pada Trotoar Jalan dengan Hambatan Rumput)

0 4 70

PENGARUH PANJANG PIPA INLET TERHADAP KINERJA PADA POMPA HIDRAM Pengaruh Panjang Pipa Inlet Terhadap Kinerja Pada Pompa Hidram.

1 6 19

PENDAHULUAN Pengaruh Panjang Pipa Inlet Terhadap Kinerja Pada Pompa Hidram.

0 2 5