Tinjauan Kinerja Inlet Jalan Untuk Mengurangi Genangan Akibat Limpasan Hujan (Studi Kasus : Model inlet bulat di bahu jalan)

TUGAS AKHIR
TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI
GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN
(Studi Kasus : Model inlet bulat di bahu jalan)

Disusun Oleh :
ANDRI HERDYAWAN UTOMO
20120110194

JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i
Lembar Pengesahan ........................................................................................ ii
Persembahan ................................................................................................... iii
Motto ................................................................................................................ iv
Kata Pengantar ................................................................................................ v

Daftar Isi .......................................................................................................... vii
Daftar Gambar .................................................................................................. ix
Daftar Tabel .................................................................................................... xi
Daftar Lampiran .............................................................................................. xii
Abstrak ............................................................................................................ xii

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
D Manfaat Penelitian ........................................................................ 3
E. Batasan Penelitian ........................................................................ 3
F. Batasan Penelitian ........................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Desain Street Inlet ..................................................................... 5
B. Drainase Jalan ............................................................................ 5
C. Intensitas Hujan ........................................................................ 7


BAB III LANDASAN TEORI
A. Pengertian Hidrologi ................................................................... 8
B. Pengertian Intensitas Hujan .......................................................... 9
C. Limpasan ...................................................................................... 11
D. Koefisien Limpasan ..................................................................... 11
vii

E. Klasifikasi Jalan Raya................................................................... 13
F. Pengertian Street Inlet ................................................................... 15
G. Saluran Drainase .......................................................................... 17

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Tahapan Penelitian ...................................................................... 20
B. Lokasi Penelitian ......................................................................... 21
C. Alat dan Bahan ............................................................................ 21
D. Desain Model Alat Uji Street Inlet .............................................. 28
E. Tahapan Pembuatan Alat Street Inlet .......................................... 30
F. Tahapan Pengujian Inlet .............................................................. 31
G. Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 32


BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Intensitas Hujan ........................................................................... 34
B. Debit Limpasan ........................................................................... 39
C. Volume Genangan ....................................................................... 41
D. Koefisien Limpasan ..................................................................... 46
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 50
B. Saran ............................................................................................ 51

Daftar Pustaka ................................................................................................. xiv
Lampiran

viii

ix

I, B.\J

BAR


PEN

G E SA H AT{

T'tjGAS AKTIIR

TIh;J"IUAN Iith{EttJA INLET JAt Al\ [JN'ftlK rltEn*GU&{f{Gt
GENA]\GAN AKIBAT I,trMPASAI\J HUJAI\

Disusun otreh
An*

:

DRI HERDYAWA|ii UTOMO
24t201101q4

Teiah disetujui dan disahkan oleir


:

Burhan Baritl. S.T., M.T.
Pemhinrbing I

Nursetiawan, S.T., M.T., Ph.D
Penrbimbirrg

Il

Yr:g_vakarta.

ffiP)
ogfakarta,OAgustus 201 6

Puji Harsanto, S.T., M.T.o Ph.D.
Agr-rs{us 2016

ABSTRAK
Drainase berasal dari kata to drain yang berarti mengeringkan atau

mengalirkan air. Drainase merupakan salah satu cara pembuangan kelebihan air
yang tidak di inginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penanggulangan akibat
yang di timbulkan oleh kelebihan air. Saluran drainase pada jalan raya berfungsi
untuk mengalirkan air yang dapat mengganggu pengguna jalan, Dalam beberapa
kasus di jalan banyak terjadinya suatu genangan, Genangan di ruas jalan masih
sering terjadi di beberapa kota, khususnya kota padat penduduk. Genangan di ruas
jalan akan mengganggu masyarakat yang menggunakan ruas jalan tersebut untuk
melakukan aktivitas perekonomian. Jika masalah genangan tersebut tidak teratasi,
maka dapat memungkinkan terjadi bencana yang lebih besar hingga merugikan
masyarakat setempat baik harta benda maupun nyawa. Genangan biasanya terjadi
karena disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, peningkatan lapisan yang tidak
tembus air, kapasitas saluran drainase yang tidak memadai dan desain inlet yang
tidak sesuai. Untuk menentukan desain street inlet yang sesuai dengan kondisi
dilapangan. Yang menjadi parameter dalam penelitian ini ialah intensitas hujan,
limpasan hujan, genangan air dijalan, jenis street inlet, saluran , jenis-jenis jalan dan
statistik regresi linear.
Percobaan Penelitian ini dilakukan pada sebuah alat uji yang
menggambarkan pada kondisi ruas jalan raya dengan modifikasi street inlet seperti
kondisi di lapangan. Pada penelitian street inlet ini yang di lakukan adalah dengan
menggunakan jenis inlet bulat,dengan menggunakan jenis jalan kolektor yang mana

akan di kaji seperti kondisi lapangan yang ada.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pada setiap pengujian dengan
menggunakan 5 nozzle dan 3 nozzle dapat di amati bahwa semakin banyak jumlah
nozzle yang dipakai maka nilai initensitasnya bertambah besar. Pada pengujian debit
limpasan menunjukkan bahwa debit limpasan dengan menggunakan 1 lubang inlet
lebih kceil dari pada debit limpasan menggunakan 2 lubang inlet dan 3 lubang inlet.
Dalam pengujian volume genangan bias di amati bahwa jumlah lubang 1 inlet terjadi
genangan lebih tinggi dari lubang inlet 2 dan lubang inlet 3. Nilai koefisien rata-rata
yang di hasilkan menunjukkan bahwa nilai koefisein limpasan sesuai dengan
ketetapan yang ada pada tabel koefisien pengaliran.
.

Kata Kunci : Street Inlet, genangan, limpasan , drainase.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.

Saluran drainase adalah salah satu bangunan pelengkap pada ruas jalan dalam
memenuhi salah satu persyaratan teknis prasarana jalan. Saluran drainase jalan raya


berfungsi untuk mengalirkan air yang dapat mengganggu pengguna jalan, sehingga
badan jalan tetap kering. Dan dalam beberapa kasus di jalan banyak terjadinya suatu
genangan, Genangan di ruas jalan masih sering terjadi di beberapa kota, khususnya
kota padat penduduk. Genangan di ruas jalan akan mengganggu masyarakat yang
menggunakan ruas jalan tersebut untuk melakukan aktivitas perekonomian. Jika
masalah genangan tersebut tidak teratasi, maka dapat memungkinkan terjadi bencana
yang lebih besar hingga merugikan masyarakat setempat baik harta benda maupun
nyawa. Penyebab genangan bisa bermacam-macam, diantaranya curah hujan yang
tinggi, peningkatan lapisan yang tidak tembus air, kapasitas saluran drainase yang
tidak memadai dan desain inlet yang tidak sesuai (Suharyanto, 2006). Berdasarkan
pengamatan pada saat musim hujan, genangan yang terjadi di ruas jalan disebakan
aliran air dipermukaan jalan terhambat masuk kedalaam badan drainase yang ada.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perlu adanya penelitian tentang desain
street inlet yang cocok untuk ruas jalan tersebut. Desain street inlet yang dimaksud
adalah desain mengenai jenis street inlet yang sesuai jenis inlet.
Drainase berasal dari kata to drain yang berarti mengeringkan atau
mengalirkan air. Drainase merupakan salah satu cara pembuangan kelebihan air yang
tidak di inginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penanggulangan akibat yang di
timbulkan oleh kelebihan air. Dalam sistem drainase di perlukan suatu bangunan

penunjang, salah satunya yaitu bangunan inlet. Inlet menerima air permukaan dan
menyalurkanya ke saluran drainase. Street inlet adalah bukaan lubang di sisi-sisi
jalan yang berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan yang
berada di sepanjang jalan menuju ke saluran. Perncanaan inlet harus benar-benar di
pertimbangkan sehingga dapat berfungsi dengan baik. Street inlet harus di buat pada
tempat yang tidak memberikan gangguan terhadap lalu lintas maupun pejalan kaki,
di tempatkan pada daerah yang rendah di mana limpasan air hujan menuju ke arah
tersebut, air yang masuk ke dalam inlet harus secepatnya masuk ke dalam saluran,
jumlah inlet harus cukup untuk dapat menangkap limpasan air hujan pada jalan yang
bersangkutan.

1

2

Dengan melihat latar belakang permasalahan ini, maka tujuan dari penelitian
ini ialah menemukan desain street inlet yang sesuai dengan kondisi dilapangan.
Kondisi lapangan yang menjadi parameter dalam penelitian ini ialah intensitas hujan,
limpasan hujan, genangan air dijalan, jenis street inlet, saluran , jenis-jenis jalan dan
statistik regresi linear.

Ada dua variabel desain yang perlu dilakukan yaitu jenis dan dimensi inlet
serta jumlah inlet (Nicklow dan Hellman dalam Suharyanto,2004). Pada umumnya
saluran drainase jalan terletak disamping kiri dan atau kanan sepanjang jalan. Air
hujan yang turun di jalan raya akan masuk ke saluran drainase melalui inlet atau
yang dikenal dengan nama street inlet. Agar debit air hujan dapat masuk kedalam
saluran drainase dengan lancar, maka di perlukan bentuk dan letak inlet yang tepat.
Bentuk-bentuk inlet yang sering di gunakan ialah berupa inlet datar dan inlet
tegak (grate inlet). Inlet datar ialah inlet yang posisinya dekat kerb dengan posisi
sejajar permukaan jalan, sehingga lubang inlet menghadap keatas. Jenis yang kedua
ialah inlet tegak (inlet curb opening inlet),yaitu inlet yang posisinya tegak lurus atau
membentuk sudut tertentu terhadap jalan raya dan berada di bawah kerb.
Penelitian ini dilakukan pada sebuah alat uji yang menggambarkan pada
kondisi ruas jalan raya dengan modifikasi street inlet seperti kondisi di lapangan.
Pada penelitian street inlet ini yang di lakukan adalah dengan menggunakan jenis
inlet bulat,dengan menggunakan jenis jalan kolektor yang mana akan di kaji seperti
kondisi lapangan yang ada.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah Tugas Akhir ini
adalah sebagai berikut :

1. Berapakah besar intesitas hujan yang dihasilkan dari alat simulator hujan ?
2. Berapakah besar debit yang masuk ke sreet inlet dari beberapa variasi uji
intensitas hujan?
3. Berapakah tinggi genangan air yang menggenang pada ruas jalan yang
dipengaruhi oleh kondisi street inlet?
4. Berapakah nilai koefisien limpasan yang dihasilkan dari alat uji?

3

C. Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan di lakukanya penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menentukan nilai intensitas hujan dari tinggi curah hujan pada ruas jalan
2. Melakukan pengujian perbandingan nilai debit limpasan terhadap jumlah
inlet street yang sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan .
3. Mengetahui pengaruh inlet street terhadap volume atau tinggi genangan pada
ruas jalan.
4. Menentukan nilai koefisien limpasan yang sesuai dengan tipe daerah aliran

D. Manfaat Penelitians
Manfaat yang di peroleh dari penelitian ini anatara lain sebagai berikut:
1. Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan solusi terhadap

fenomena banjir pada ruas jalan yang ada dan mendapatkan desain inlet yang
sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.
2. Manfaat dalam penelitian

genangan ini adalah dapat mengetahui penyebab

genangan dan memberi alternatif solusi untuk menangani permasalahan pada
saluran di Jalan.

E. Batasan Masalah
Penelitian ini dipengaruhi oleh berbagai macam parameter. Oleh karena itu,
agar penelitian ini berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka dibuat
batasan-batasan masalah guna membatasi ruang lingkup penelitian, antara lain:
1. Penelitian ini dilakukan dengan membuat alat uji yang sesuai seperti kondisi di
lapangan.
2. Sumber air hujan merupakan air hujan buatan yang berasal dari Laboratorium
Rekayasa Lingkungan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Dalam penelitian ini digunakan pemodelan inlet dengan menggunakan model
bulat tanpa hambatan.

4

F .Keaslian Penelitian
Berdasarkan pengetahuan penulis, penelitian dengan judul “Tinjauan kinerja
inlet jalan untuk mengurangi genangan akibat limpasan hujan (dengan model street
inlet bulat di bahu jalan)”, belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Akan
tetapi terdapat penelitian yang relevan dengan penelitian ”Desain Street Inlet
Berdasarkan Geometri Jalan”, yang diteliti oleh Agus Suharyanto, (Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, 2014).

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian tentang memodifikasi street inlet untuk mengatasi genangan
yang ada dijalan belum pernah dilakukan sebelumnya, namun pernah dilakukan
beberapa penelitian mengenai street inlet. Adapun penelitian-penelitiannya
sebagai berikut :
A. Street inlet
“Desain Street inlet Berdasarkan Geometri Jalan Raya (studi kasus jalan
ruas Sukarno-Hatta, Malang, Jawa Timur)” oleh Suharyanto (2014) tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui jarak, dimensi, dan jenis inlet yang digunakan
yang sesuai dengan kondisi lebar jalan dan curah hujan yang ada. Data input yang
digunakan ialah data curah hujan, penggunaan lahan, lebar jalan, geometri jalan,
dan jenis lapisan atas jalan. Penelitian ini dilakukan pada sebuah ruas jalan
dengan panjang 3,8 km. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dimensi inlet untuk drainase jalan raya tergantung pada alinyemen
vertikal jalan.
2. Untuk jenis grate inlet, dimensi tergantung dari kemiringan bahu
jalan.
3. Jarak antar inlet ditentukan oleh dimensi jalan (lebar dan panjang
jalan) yang ditinjau.
4. Dari hasil perhitungan, diperoleh dimensi inlet untuk jenis curb
opening inlet 8 x 10 cm dengan kemiringan memanjang jalan
0,00175, kemiringan bahu jalan 0,0211, jarak inlet 25 m, dan luas
daerah 900 m2. Untuk kemiringan memanjang jalan 0.05179 (yang
terbesar), diperoleh dimensi inlet 70 x 35 cm.
5. Untuk jenis grate inlet, dengan kemiringan memanjang jalan
0,00175, kemiringan bahu jalan 0,0211, jarak inlet 25 m, dan luas
daerah 900 m.

5

6

B. Drainase jalan
“Studi Permasalahan Drainase Jalan (Saluran Samping) Dilokasi Jalan
Demang Lebar Daun Sepanjang 3900 m (Lingkaran Sma Negeri 10 S.D Simpang
Polda)” oleh Syapawi (2013) melakukan penelitian tentang Studi Permasalahan
Drainase Jalan (Saluran Samping) Dilokasi Jalan Demang Lebar Daun Sepanjang
3900 m (Lingkaran Sma Negeri 10 S.D Simpang Polda). Tujuan dari penelitian ini
adalah mengindentifikasi permasalahan drainase (saluran samping) sepanjang
jalan Demang Lebar Daun. Maksud dari studi ini adalah memberikan gambaran
permasalahan drainase yang pada akhirnya diperoleh suatu solusi perbaikan, dari
hasil studi dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah khususnya Pemerintah Kota
Palembang, dalam rangka perbaikan jalan drainase. Hasil pengamatan dan hasil
studi bahwa hampir semua drainase yang sudah tersumbat akibat sampah dan
sedimen. Drainase dibawah trotoar yang tidak memiliki inlet sehingga air
menggenang pada badan jalan. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Drainase (saluran samping) jalan yang ada dijalan Demang Lebar
Daun merupakan drainase yang bermasalah lebih kurang 80%
saluran drainase tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Permasalahan yang ada pada lokasi jalan Demang Lebar Daun,
adalah :
a. Dimensi saluran yang tidak seragam, kontruksi bangunan
tidak jelas.
b. Kemiringan saluran drainas sudah tidak sesuai lagi karena
terdapat banyak sedimen.
c. Saluran drainase sebagian besar sudah tersumbat akibat
sampah dan sedimen.
d. Saluran drainase dibawah trotoaryang tidak memiliki inlet
sehingga air menggenang pada badan jalan.
e. Gorong-gorong yang sudah dipenuhi sampah dan sedimen.
f. Saluran drainase dibuat asal jadi.

7

g. Warga yang berjualan diatas saluran drainase membuang
sampah kedalam saluran drainase sehinga mengganggu
aliran pada saluran.
h. Tanah longsor yang menutup saluran.
i. Tidak adanya koordinasi antar instansi terkait.
j. Kurangnya perhatian dari pemerintah dari pemerintah Kota
Palembang, khusus Dinas PU Bina Marga dalam hal
pemeliharaan bangunan drainase.
3. Sesuai dengan tujuan semoga studi kasus ini bermanfaat untuk
perbaikan sistem drainase dikota palembang khususnya dilokasi
jalan Demang Lebar Daun.

C. Intensitas hujan
Menurut khakimurrahman (2016), Untuk menentukan besarnya intensitas
hujan perlu dilakukan simulasi hujan, untuk menunjang didapatnya data-data yang
diperlukan. Hujan yang disimulasikan bertujuan untuk mempelajari parameter
hidrologi seperti intensitas hujan, infiltrasi dan runoff di bawah pemakaian hujan
yang terkontrol. Pada Tugas Akhir ini dilakukan 16 kali pengujian dengan variasi
jarak nozzle terhadap cawan, jumlah nozzle (1, 3, dan 5 buah), perbedaan tekanan
(10 Psi, 15 Psi dan 20 Psi). Dalam penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan
sebagai berikut:
1.

Nilai variasi intensitas yang dihasilkan dari simulator hujan yaitu:
Pada jarak nozzle terhadap cawan 2,75 m nilai intensitasnya
cenderung lebih besar dari pada jarak nozzle terhadap cawan 4 m.
Semakin besar tekanan air nilai intensitasnya cenderung semakin
kecil. Sedangkan semakin banyak jumlah nozzle yang digunakan
nilai intensitasnya juga bertambah besar (nilai intensitas 5 nozzle >
3 nozzle > 1 nozzle). Dari intensitas hujan yang terjadi masuk
kedalam kriteria hujan sangat lebat.

8

2.

Dari hasil intensitas hujan dilakukan evaluasi terhadap kinerja
simulator hujan menggunakan koefisien keseragaman (CU). Dari
hasil nilai CU semua pengujian didapat nilai CU tertinggi 79,79%
(kondisi jarak nozzle 4 m, 1 nozzle, 33,5 Psi), dengan kriteria cukup
dan nilai CU terendah 43,59% (kondisi jarak nozzle 2,75 m, 1
nozzle, 21,5 Psi), dengan kriteria tidak layak.

BAB III
LANDASAN TEORI
A. Hidrologi
Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan
air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifatsifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama dengan mahluk hidup.
Penerapan ilmu hidrologi dapat dijumpai dalam beberapa kegiatan seperti
perencanaan dan operasi bangunan air, penyediaan air untuk berbagai keperluan
(air bersih, irigasi, perikanan, peternakan), pembangkit listrik tenaga air,
pengendalian banjir, pengendalian erosi dan sedimentasi, transportasi air,
drainasi, pengendali polusi air limbah, dan sebagainya. Ilmu hidrologi lebih
banyak didasarkan pada pengetahuan empiris daripada teoritis. Hal ini karena
banyknya parameter yang berpengaruh pada kondisi hidrologi di suatu daerah,
seperti kondisi klimatologi (angin, suhu udara, kelembaban udara penyinaran
matahari), kondisi lahan, kemiringan lahan, dan lainnya. Banyaknya parameter
tersebut mengakibatkan analisis hidrologi sulit diselesaikan secara analitis. Di
samping itu kondisi hidrologi juga sangat dinamis yang tergantung pada
perubahan/kegiatan yang dilakukan oleh manusia, seperti perubahan tata guna
lahan (penggundulan hutan, penghijauan, perubahan lahan sawah menjadi daerah
pemukiman atau industry, perubahan hutan menjadi sawah atau fungsi lainnya),
perubahan penutup permukaan tanah (dari tanah, rumput, atau pepohonan menjadi
permukaan asapal atau beton), dan lain sebagainya.
Daur atau siklus hidrologi adalah gerakan air laut ke udara, kemudian jatuh
ke permukaan tanah, dan akhirnya mengalir ke laut kembali (Soemarto,1995).
Siklus air tersebut dapat digambarkan secara skema pada Gambar 3.1

9

10

Gambar 3.1 Siklus hidrologi (Soemarto,1995)
Keterangan:
1. Evaporasi
2. Angin
3. Hujan
4. Evapotranspirasi
5. Limpasan Permukaan
6. Infiltrasi
7. Perkolasi
8. Aliran Antara
B. Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah jumlah curah hujan dalam suatu satuan waktu,
yang biasanya dinyatakan dalam mm/jam, mm/hari, mm/minggu, mm/bulan,
mm/tahun, dan sebagainya, yang berturut-turut sering disebut hujan jam-jaman,
harian, mingguan, bulanan, tahunan, dan sebagainya (Triatmojo, 2008). Jumlah
hujan yang jatuh di permukaan bumi dinyatakan dalam kedalaman air (biasanya
mm), yang dianggap terdistribusi secara merata pada seluruh daerah tangkapan
air. Intensitas hujan bervariasi dalam ruang dan waktu, yang tergantung pada
lokasi geografis dan iklim.

11

Intensitas hujan adalah jumlah hujan per satuan waktu. Intensitas hujan
atau ketebalan hujan per satuan waktu lazimnya dilaporkan dalam satuan
milimeter per jam (Asdak, 1995).
Intensitas hujan sangat menentukan didalam perhitungan limpasan
permukaan, yang besarnya dapat diperoleh dari pengamatan di lapangan.
Besarnya intensitas hujan akan tergantung pada lebat dan lamanya hujan serta
frekuensi hujan dengan membandingkan antara tinggi hujan dengan lamanya
hujan dalam satuan mm/jam atau dengan persamaan.
Tabel 3.1 adalah keadaan hujan dan intensitas hujan, menurut (Triatmodjo,
2008). Tabel tersebut menunjukan bahwa curah hujan tidak bertambah sebanding
dengan waktu. Jika durasi waktu lebih lama, penambahan curah hujan adalah
lebih kecil dibanding dengan penambahan waktu, karena hujan tersebut bisa
berkurang atau berhenti
Tabel 3.1. Klasifikasi Intensitas Hujan
Keadaan Hujan

Intensitas Hujan (mm)
1 Jam

24 Jam

Hujan sangat ringan

100

Hujan sangat lebat
Sumber: Triatmodjo, 2008.

Curah hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang
disebut intensitas curah hujan (mm/jam). dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut:

I
d

d
t

V
A

……………………………….. (3.1)
……………………………….. (3.2)

12

Dengan:
I

= Intensitas hujan (mm/menit)

d

= Tinggi Hujan (mm)

t

= Waktu (menit)

V

= Volume hujan dalam penampang (mm³)

A

= Luas penampang hujan (mm²)
C. Limpasan

Debit limpasan adalah volume air hujan per satuan waktu yang tidak
mengalami infiltrasi sehingga harus di alirkan melalui saluran drainase. Koefisien
yang digunakan untuk menunjukkan berapa bagian dari air hujan yang harus
dialirkan melalui saluran drainase karena tidak mengalami penyerapan ke dalam
tanah (infiltrasi). Koefisien ini berkisar antara 0-1 yang disesuaikan dengan
kepadatan penduduk di daerah tersebut. Semakin padat penduduknya maka
koefisien Run-Offnya akan semakin besar sehingga debit air yang harus dialirkan
oleh saluran drainase tersebut akan semakin besar pula.
Menurut

Sosrodarsono

(1978),

mengemukakan

bahwa

Limpasan

permukaan terjadi ketika jumlah curah hujan melampaui laju infiltrasi, setelah laju
infiltrasi terpenuhi, air mulai mengisi cekungan atau depresi pada permukaan
tanah. Setelah pengisian selesai maka air akan mengalir dengan bebas
dipermukaan tanah. Faktor – faktor yang mempengaruhi limpasan permukaan
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu elemen meteorology dan elemen sifat fisik
daerah pengaliran.
D. Koefisien limpasan
Koefisien pengalian adalah koefisien yang besarnya tergantung pada
kondisi permukaan tanah, kemiringan medan, dan lamanya hujan di daerah
pengaliran.besarnya angka koefisien aliran pada suatu daerah dapat di lihat pada
tabel berikut:

13

Tabel 3.2 Koefisien Aliran
Tipe daerah aliran

C

Rerumputan :
-

Tanah pasir, datar, 2 %

-

Tanah pasir, sedang, 2 – 7 %

-

Tanah pasir, curam, 7 %

-

Tanah gemuk, datar 2 %

-

Tanah gemuk, sedang, 2 – 7 %

- Tanah gemuk, curam, 7%
Perdagangan:

0,50 – 0,10
0,10 – 0,15
0,15 – 0,20
0,13 – 0,17
0,18 – 0,22
0,25 – 0,35

-

Daerah kota lama

0,75 – 0,95

-

Daerah pinggiran

0,50 – 0,70

Perumahan :
-

Daerah single family

-

Multi unit terpisah

-

Multi unit tertutup

-

Suburban

- Daerah apartemen
Industri :

0,30 – 0,50
0,40 – 0,60
0,60 – 0,75
0,25 – 0,40
0,50 – 0,70

-

Daerah ringan

0,50 – 0,80

-

Daerah berat

0,60 – 0,90

Taman, kuburan

0,10 – 0,25

Tempat bermain

0,20 – 0,35

Halaman kereta api

0,20 – 0,40

Daerah tidak dikerjakan

0,10 – 0,30

Jalan :
-

Beraspal

-

Beton

- Batu
Sumber : Triatmodjo, 2008

0,70 – 0,95
0,80 – 0,95
0,70 – 0,85

14

Dalam perencanaan bangunan air pada suatu daerah pengaliran sungai
sering di jumpai dalam perkiraan puncak banjir di hitung dengan methode yang
sederhan dan praktis. Namun demikian, metode perhitungan ini dalam tehnik
penyajianya memasukan faktor curah hujan, keadaan fisik dan sifat hidrolika
daerah aaliran sehingga di kenal sebagai metode rational (Subarkah,1980)
Menurut Triatmodjo (2008). Metode rasional banyak di gunakan untuk
memperkirakan debit puncak yang di timbulkan oleh hujan deras pada daerah
tangkapan, metode rasional di dasarkan pada persamaan berikut:
Q = 0,278.C.I.A.......................(3.3)
Dengan:
Q : Debit puncak
I : Intensitas hujan (mm/jam)
A :Luas daerah tangkapan
C :Koefisien aliran
E. Klasifikasi Jalan Raya
Klasifikasi jalan raya menunjukkan standar operasi yang dibutuhkan dan
merupakan suatu bantuan yang berguna bagi perencana. Dalam buku Silvia
Sukirman 1999 menurut fungsinya, jalan raya dapat di bagi menjadi tiga bagian
yaitu :
1. Jalan Arteri
Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
(angkutan) terutama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata –
rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses) dibatasi.
2. Jalan Kolektor
Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri – ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata – rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan Lokal
Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata – rata rendah,
dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

15

Sesuai dengan Undang – undang tentang jalan, No. 13 tahun 1980 dan
peraturan pemerintah No. 26 tahun 1985, sistem jaringan jalan di Indonesia dapat
dibedakan atas sistem jaringan primer dan jaringan sekunder. Dengan demikian
sistem jaringan primer terdiri dari :
1. Jalan Arteri Lokal
Jalan arteri lokal adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang
kesatu yang terletak berdampingan. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh
jalan arteri primer adalah :
a) Kecepatan rencana >60 km/jam.
b) Lebar badan jalan >8.0 m
2. Jalan Kolektor Primer
Jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang
kedua dengan kota jenjang kedua atau kota jenjang kedua dengan kota
jenjang ketiga. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan kolektor primer
diantaranya adalah:
a) Kecepatan rencana jalan > 40 km/jam
b) Lebar badan jalan > 7 m
3. Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang
kesatu dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota
jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang dibawahnya, kota
jenjang ketiga dengan persil, atau kota dibawah jenjang ketiga dengan
persil. Adapun persyaratan jalan lokal primer, yaitu :
a) Kecepatan rencana > 20 km/jam
b) Lebar badan jalan > 6 m
Selanjutnya adalah sistem jaringan sekunder yang terdiri dari :
1. Jalan Arteri Sekunder
Jalan arteri sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan
primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan
sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan

16

kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Persyaratan
jalan arteri sekunder yaitu :
a) Kecepatan rencana > 30 km/jam.
b) Lebar badan jalan > 8 m
2. Jalan Kolektor Sekunder
Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan
kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Persyaratan
jalan kolektor sekunder yaitu :
a) Kecepatan rencana > 20 km/jam.
b) Lebar badan jalan 7 m
3. Jalan Lokal Sekunder
Jalan lokal sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan
sekunder kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder
kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai
ke perumahan. Persyaratan jalan lokal sekunder yaitu :
a) Kecepatan rencana > 10 km/jam.
b) Lebar badan jalan > 5 m.
Dalam konstruksi perkerasan jalan dipandang dari segi kemampuannya
dalam memikul dan menyebarkan beban dengan memenuhi syarat – syarat yang
ada diantaranya yaitu permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang
jatuh di atasnya dapat dialirkan dengan cepat (Sukirman, 1999). Pada kondisi ini,
air sangat berperan penting dalam kekuatan terhadap kondisi jalan. Adapun jenis
jalan yang akan dilakukan uji coba dalam penelitian ini adalah jalan kolektor.
F. Street Inlet
Street inlet adalah bangunan pelengkap pada sistem drainase yang
merupakan lubang atau bukaan pada sisi – sisi jalan yang berfungsi untuk
menampung dan menyalurkan limpasan air hujan yang berada di sepanjang ruas
jalan menuju ke dalam saluran drainase. Sesuai dengan kondisi dan penempatan
saluran serta fungsi jalan yang ada, maka pada jenis saluran terbuka tidak

17

diperlukan street inlet, karena ambang saluran yang ada merupakan bukaan bebas.
Perlengkapan street inlet mempunyai ketentuan – ketentuan sebagai berikut :
1. Ditempatkan pada daerah yang rendah dimana limpasan air hujan
menuju ke arah tersebut.
2. Diletakkan pada tempat yang tidak memberikan gangguan lalu lintas
dan pejalan kaki.
3. Air yang masuk ke street inlet harus dapat masuk menuju saluran
drainase dengan cepat.
4. Jumlah street inlet harus cukup agar dapat menangkap limpasan air
hujan pada jalan yang bersangkutan.
Bentuk bentuk inlet yang sering digunakan ialah berupa inlet datar dan
inlet tegak (grate inlet). Inlet datar ialah inlet yang posisinya dekat kerb dengan
posisi sejajar permukaan jalan, sehingga lubang inlet menghadap ke atas. Jenis
yang kedua ialah inlet tegak (curb inlet), yaitu inlet yang posisinya tegak lurus
atau membentuk sudut tertentu terhadap jalan raya dan berada di bawah kerb.
Ilustrasi dari jenis-jenis inlet ini dapat di lihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 jenis jenis inlet (Suharyanto 2006)

18

G. Saluran Drainase
Menurut Suripin (2004), drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras,
membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai
serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang
kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu kawasan atau lahan, sehingga
lahan dapat difungsikan secara optimal.
Dengan pengertian lain adalah suatu tindakan teknis untuk mengurangi
kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air
irigasi dari suatu tempat, sehingga fungsi dari suatu tempat tersebut tidak
terganggu
Adapun fungsi dari drainase adalah sebagai berikut
1. Membebaskan suatu wilayah dari genangan air erosi dan banjir.
2. Karena aliran lancar, maka drainase juga berfungsi untuk memperkecil
resiko kesehatan lingkungan bebas dari malaria dan penyakit lainnya.
3. Kegunaan tanah pemukiman padat akan menjadi baik.
4. Dengan sistem yang baik, tata guna lahan dapat dioptimalkan.
Sistem jaringan drainase terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Sistem drainase makro yaitu sistem saluran/badan air yang menampung
dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment
area).
2. Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap
drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan air
hujan.
Bila ditinjau dari segi fisik (hirarki susunan saluran) sistem drainase
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Saluran Primer
Saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai. Saluran primer
adalah saluran utama yang menerima aliran dari saluran sekunder.
2. Saluran Sekunder
Saluran yang menghubungkan saluran tersier dengan saluran primer
(dibangun dengan beton/plesteran semen).

19

3. Saluran Tersier
Saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke saluran sekunder,
berupa plesteran, pipa dan tanah.
4. Saluran Kuarter
Saluran kolektor jaringan drainase lokal.

BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
A. Tahapan Penelitian
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan
skema berikut:
Mulai

Rumusan masalah

Studi pustaka

Desain pengujian street inlet
Simulator
hujan
Survey alat dan bahan street inlet

Persiapan alat uji:
Pembuatan model street inlet

Percobaan alat uji

Pengujian alat uji

Rekapitulasi data

Analisis dan hitungan

Selesai
Gambar 4.1 Bagan alir tahapan penelitian.

20

21

B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Keairan dan Lingkungan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kasihan, Bantul.

C. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan:
a. Simulator hujan:
Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah seperangkat simulator
hujan. Tujuannya adalah untuk menggerakan hujan buatan dengan
skala laboratorium dan untuk melihat siklus hidrologi dalam skala
kecil. Komponen dari Peralatan ini adalah :
1) Nozzle, yang berfungsi mengatur jumlah besarnya butiran
hujan yang jatuh,, nozzle yang digunakan 5 buah
2) Kerangka besi, yang berfungsi sebagai penampang nozzle yang
berukuran 3 m x 3 m x 4 m.
3) Pompa air, berfungsi sebagai penggerak air, pompa yang
dipakai adalah merk New Shimizu PS 128 BT dengan
spesifikasi panjang pipa hisap 9 m, daya output motor 125 W,
daya dorong max. 33 m.
4) Pipa, sebagi tempat mengalirkan dan menyalurkan air.Pipa
yang digunakan pvc ½ inch.
5) Klep foot pompa, letaknya berada di ujung pipa 1 inch dan
harus terendam di dalam air dan berfungsi agar jalur rentang
pipa antara sumur dan pompa (jalur pipa hisap),tetap terisi air.
6) Box kontainer kapasitas 150 liter, sebagai tempat menampung
air yang akan digunakan.
7) Terpal, berfungsi untuk menutup kerangka nozzle dan
menghalangi

masuknya

angin

yang

dapat

menggangu

keluarnya air hujan dari nozzle pada saat pengujian Terpal
yang dipakai ukuran 4 m x 5 m.

22

Gambar 4.2. Rangkaian simulator hujan (Khakimurrahman (2016)

Gambar 4.3. Rangkaian pompa air (Khakimurrahman (2016)

23

Gambar 4.4. Rangkaian nozzle (Khakimurrahman 2016)
b. Pada alat street inlet :
1) Kayu, digunakan sebagai rangka dari alat street inlet. Kayu
yang digunakan yaitu kayu kelapa.
2) Triplek, pada alat street inlet triplek digunakan sebagi jalan.
3) Akrilik, sebagai tempat menampung air yang masuk dari inlet
atau sebagai saluran drainase.
4) Cat, digunakan agar alat terlihat seperti asli.
5) Paku, di gunakan sebagai penyambung kayu yang akan di
pasang

24

Gambar 4.5. Alat uji street inlet

c. Pada pengujian inlet :
1) Mistar, digunakan untuk mengukur tinggi dan lebar genangan
yang ada di bahu dan trotoar jalan
.

Gambar 4.6. Mistar

25

2) Cawan, berfungsi untuk mengetahui intensitas hujan pada saat
pengujian.

Gambar 4.7. Cawan

3) Box, berfungsi sebagai penampung air limpasan

Gambar 4.8. Box

26

4) Gelas ukur 1000 ml, digunakan untuk mengukur air yang
terdapat di cawan dan di box.

Gambar 4.9. Gelas ukur

5) Timbangan digital, digunakan untuk mengetahui air yang ada
di dalam cawan.

Gambar 4.10. Timbangan digital

27

6) Stopwatch, stopwatch yang digunakan untuk menentukan
waktu pengujian.

Gambar 4.11. Stopwatch

7) Plastisin, berfungsi sebagai menutup celah-celah yang ada di
sambungan trotoar dan bahu jalan.

Gambar 4.12. Plastisin

28

D. Desain Model Alat Uji Street Inlet
Model street inlet menggunakan ukuran 200 cm x 120 cm x 120 cm
dengan kemiringan pada jalan 3% dan bahu jalan 2%. Skala yang dipakai yaitu
1:5, jarak antar inlet 55 cm. Bentuk inlet yang digunakan bentuk inlet persegi
panjang di bahu jalan. Pada pengujian ini memakai alat simulator hujan, hujan
yang dipakai hujan dengan menggunakan 5 nozzel yang di sebut hujan 1 dan
hujan menggunakan 3 nozzel yang disebut hujan 2. Model pengujian alat street
inlet dibuat dengan denah yang diberikan dalam Gambar 4.13, 4,14, dan Gambar
4.15.

Gambar 4.13 Rangka alat uji street inlet

29

Gambar 4.14 Rangka jalan alat uji

Gambar 4.15 alat uji street inlet

30

E. Tahapan Pembuatan Alat Street Inlet
Tahapan pembuatan alat street inlet digambarkan dengan skema berikut:

Mulai

Studi Pustaka

Persiapan Alat dan Bahan

Pembuatan Model Street Inlet

Pengujian Awal
Terhadap Model
Street Inlet

Tidak
Berfungsi

Berfungsi
Pelaksanaan pengujian

Selesai
Gambar 4.16. Bagan alir pembuatan alat

31

F. Tahapan Pengujian Inlet
Tahapan pengujian inlet digambarkan dengan skema sebagai berikut :
Mulai
Memasang bentuk inlet kotak atau bulat
Merapikan alat pengujian

Menempatkan cawan dan box yang akan
menampung air hujan
Mengatur nozzle, hujan yang akan dipakai
hujan lebat dan sedang

Hidupkan alat simulator hujan

Mengatur stopwatch, per 3 menit dari total 30
menit
Mengukur tinggi dan lebar genangan yang ada di
bahu jalan

Pengambilan air hujan yang ada di cawan dan box
Mengukur dan menimbang air hujan yang ada di cawan dan box

Pengambilan Data

Selesai
Gambar 4.17. Bagan alir pengujian inlet

32

G. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 9 juni 2016 ,pengujian ini terbagi atas
dua yaitu hujan dengan menggunakan 5 nozzle atau yang di sebut dengan
intensitas 1 dan menggunakan 3 nozlle atau yang disebut dengan intensitas 2.
Pengujian dilakukan selama 30 menit per 3 menitnya. Langkah-langkah
pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Sebelum pengujian dilaksanakan pastikan rangkaian pompa dan alat street
inlet telah terrangkai dan terpasang dengan benar dan air untuk pengujian
stabil.
2. Lakukan percobaan alat uji terlebih dahulu guna mengetahui kondisi hujan
yang sesuai dengan hujan yang kita tetapkan.
3. Setelah hujan sesuai dengan yang kita inginkan, matikan pompa airnya,
selanjutnya memasang bentuk inlet yang akan digunakan.
4. Menempatkan cawan dan box yang menampung air hujan pada posisi nya.
5. Mengatur Stopwatch dengan interval 3 menit dari total waktu 30 menit.
6. Setelah semuanya sudah siap, hidupkan kembali alat simulator hujan.
Pengujian pun dilakukan.
7. Tunggu sampai 3 menit, selanjutnya mengukur tinggi dan lebar genangan
yang ada di bahu jalan, catat semua hasilnya

Gambar 4.18 cara mengukur lebar dan tinggi genangan

33

8. Selanjutnya ambil cawan dan box, dan langsung menggantikan cawan dan
box tersebut.
9. Sebelum melakukan penimbangan dan pengukuran keringkan sisi luar
cawan dengan cara dilap menggunakan kanebo.
10. Timbang cawan, kurangkan berat cawan terisi air dengan berat cawan
kosong untuk mengetahui berat air, catat semua hasil nya. Sedangkan, air
yang ada di box hanya diukur saja.
11. Pada saat waktu 30 menit matikan pompa. Ditunggu sampai air yang
menggenang di bahu jalan habis, dan biarkan waktu yang ada di stopwatch
trus berjalan.
12. Sesudah air yang menggenang di bahu jalan habis, stopkan stopwatch.
13. Lalu ambil box air yang menampung air genangan, catat hasilnya.
14. Selanjutnya lakukan tahapan yang sama pada pengujian berikutnya.

BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Tahapan dalam pengujian ini dilaksanakan pada tanggal 22-23 Mei 2016.
Dalam pengujian ini terdapat 2 kategori pengujian yaitu intensitas 1 di
kategorikan dengan tahapan pengujian menggunakan 5 nozzle dan yang kedua
intensitas 2 di kategorikan dengan tahapan pengujian menggunakan 3 nozzle.
Pada tahap ini, dilakukan sebanyak 3 kali pengujian pada tiap jumlah lubang inlet
dan dalam setiap 1 kali pengujian di uji dengan rentang waktu selama 30 menit ..
Pada tiap pengujian ada 3 macam pengujian, yang pertama pengujian dengan
menggunakan 1 inlet, yang kedua menggunakan 2 inlet dan selanjutnya
menggunakan 3 inlet pada jalan tersebut.
1. Intensitas Hujan
Pada pengujian intensitas hujan ini menggunakan variasi nozzle di mana pada
pegujian ini menggunakan 5 nozzle dan 3 nozzle masing –masing pengujian di
lakukan selama 3 kali, pada interval waktu 3 menit dalalm total waktu 30 menit
untuk setap 1 kali pengujian.

A. Perhitungan Intensitas Hujan
Rumus yang digunakan untuk menghitung intensitas hujan sebagai berikut:

I

d
t

……………………………….. (5.1)

d

V
A

……………………………….. (5.2)

Dengan:
I

= Intensitas hujan (mm/menit)

d

= Tinggi Hujan (mm)

t

= Waktu (menit)

V

= Volume hujan dalam penampang (mm³)

A

= Luas penampang hujan (mm²)

34

35

Untuk menentukan volume hujan dalam suatu penampang menggunakan
cara mencari massa air dalam penampang terlebih dahulu dengan rumus sebagai
berikut:
M. Air = Mt – Mc

………………………… (5.3)

Dengan:
M. Air = Massa Air (gr)
Mt

= Massa Cawan+Berat Air (gr)

Mc

= Massa Cawan (gr)

Rumus untuk menghitung volume hujan dalam penampang sebagai berikut:
V = M.air / ρ

........................................ (5.4)

Dengan:
V

= Volume hujan dalam penampang (mm³)

M. air

= Massa air (gr)

ρ air bersih

= 1000 kg/m³ = 0,001 gr/mm³

Rumus untuk menghitung tinggi hujan sebagai berikut:
d=V/A

………………………… (5.5)

Dengan:
d

= Tinggi hujan (mm)

V

= Volume hujan dalam penampang (mm³)

A

= Luas penampang (mm²)
A = 1/4.Ԉ.D² = 9386,53 mm², dengan D = 109,3 mm.

Setelah tinggi hujan diketahui selanjutnya menghitung intensitas hujan pada
menit ke-3 sampai dengan menit ke 30.

B. Hasil Penelitian Intensitas Hujan
Penelitian Intensitas hujan yang di lakukan di laboratorium telah
mendpatkan hasil sebagai berikut :

36

Tabel 5.1 Hasil Intensitas Hujan Yang Didapat Selama Pengujian
Intensitas hujan rata-rata (mm/menit)
Intensitas 1

Waktu
(menit)
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
Rata"(mm/menit)
Rata"(mm/jam)


1 inlet
1.76
1.79
1.76
1.86
1.73
1.75
1.69
1.66
1.71
1.85
1.76
105.38

2 inlet
1.81
1.73
1.75
1.77
1.79
1.82
1.72
1.83
1.74
1.85
1.78
106.76

3 inlet
1.88
2.00
1.93
1.84
1.94
1.90
2.04
1.96
1.92
1.95
1.94
116.14

1 inlet
1.57
1.55
1.63
1.45
1.50
1.61
1.50
1.61
1.48
1.63
1.55
93.12

Intensitas 2

2 inlet
1.63
1.63
1.54
1.67
1.63
1.58
1.66
1.65
1.64
1.64
1.63
97.72

3 inlet
1.78
1.75
1.77
1.71
1.77
1.74
1.67
1.76
1.74
1.67
1.73
104.07

Intensitas 1

Hasil pengujian pertama intensitas hujan disajikan pada Tabel 5.2 dan di
gambarkan pada Gambar 5.1
Tabel 5.2 Hasil Intensitas Hujan Dengan Intensitas 1
waktu
intensitas
No Pengujian
(menit)
cawan 1
3
1
1.92
6
2
1.98
9
3
1.93
12
4
2.05
15
5
2.08
18
6
2.06
21
7
1.89
24
8
2.02
27
9
1.98
30
10
2.09
Rata Rata
2.00

intensitas Rata'' Intensitas
cawan 2
(mm/menit)
1.60
1.76
1.61
1.79
1.60
1.76
1.67
1.86
1.38
1.73
1.44
1.75
1.48
1.69
1.31
1.66
1.44
1.71
1.62
1.85
1.51
1.76

37

2.50

Intensitas (mm/menit)

2.00
1.50
Cawan 1

1.00

Cawan 2
0.50
0.00
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

No Pengujian

Gambar 5.1 Grafik Intensitas hujan dengan Intensitas 1


Intensitas 2

Hasil pengujian pertama intensitas hujan disajikan pada Tabel 5.3 dan
digambarkan pada Gambar 5.2
Tabel 5.3 Hasil Intensitas Hujan Dengan Hujan 2
waktu
(menit)
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30

No Pengujian
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata Rata

intensitas
cawan 1
1.80
1.81
1.87
1.66
1.73
1.83
1.70
1.74
1.69
1.87
1.77

Intensitas
cawan 2
1.34
1.30
1.38
1.23
1.26
1.38
1.30
1.48
1.26
1.39
1.33

Rata'' Intensitas
(mm/menit)
1.57
1.55
1.63
1.45
1.50
1.61
1.50
1.61
1.48
1.63
1.55

Intensitas(mm/menit)

38

2.00
1.80
1.60
1.40
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00

Cawan 1
Cawan 2

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

No Pengujian

Gambar 5.2 Grafik Intensitas hujan dengan Intensitas 2
Hasil nilai intensitas hujan dari simulator hujan pada semua nomor
pengujian, mendapatkan hasil rata-rata yaitu intensitas 1 pada pengujian 1 =
105,38 mm/jam, pengujian 2 = 106,76 mm/jam, dan pengujian 3 = 116,14
mm/jam, dan intensitas 2 pada pengujian 1= 93,12 mm/jam, pengujian 2 = 97,72
mm/jam dan pengujian 3 = 104,07 mm/jam. Dari hasil tersebut intensitas hujan
yang terjadi masuk kedalam kriteria hujan sangat lebat.
Dari Gambar 5.1 dan 5.2 dapat dilihat bahwa intensitas yang terjadi pada
hujan 1 intensitas cawan 1 lebih dominan dibandingkan dengan intensitas pada
cawan 2 sedangkan pada hujan 2 intensitas cawan 2 lebih dominan dibandingkan
dengan intensitas pada cawan 2. Hal ini disebabkan banyak faktor antara lain
perilaku nozzle, tekanan mesin pompa air, dan debit air yang keluar dari tandon.
Namun secara keseluruhan bisa diamati pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2 bahwa
jumlah nozzel berpengaruh terhadap jumlah intensitas hujan yang terjadi. Semakin
banyak jumlah nozzel yang di gunakan nilai intensitasnya juga bertambah besar
besar (nilai intensitas hujan 1 > hujan 2). Untuk tabel hasil pengujian
selengkapnya dapat di lihat pada lampiran 5.

39

2.

Debit Limpasan

Pada tahap pengujian ini dilakukakan pengujian sebanyak 3 kali untuk tiap
masing-masing kondisi hujan. Pada pelaksanaa pengujian pertama telah dipasang
dengan inlet 3 lubang, kemudian setelah pengujian pertama selesai, setelah itu
dipasang dengan 2 lubang inlet, dan selanjutnya dipasang dengan menggunakan 1
lubang. Dimana pada setiap pengujian tersebut dihitung dalam waktu 3 menit
dalam kurun waktu 30 menit. Rumus yang digunakan untuk menghitung debit
limpasan sebagai berikut :

Q

V
t

………………………… (5.6)

Dengan:
Q

= Debit Limpasan (liter/menit)

V

= Volume Limpasan (liter)

t

= Waktu (menit)

Hubungan antara waktu dengan debit limpasan dengan jumlah 1 lubang
inlet, 2 lubang inlet dan 3 lubang inlet bentuk bulat adalah sebagai berikut:


Intensitas 1
Tabel 5.4 Hasil Analisis Nilai Debit Limpasan Intensitas 1

Waktu

Inlet 1

(menit)

(liter/menit)

Waktu
(menit)

(liter/menit)

Inlet 2

Waktu
(menit)

(liter/menit)

Inlet3

0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
33.76

0.00
2.50
2.83
3.00
3.07
3.00
3.07
3.00
3.00
3.00
3.17
0.36

0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
34.7

0.00
2.57
2.97
3.00
3.07
3.03
3.03
3.03
3.10
3.10
3.20
0.50

0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
33.5

0.00
2.67
3.33
3.50
3.33
3.37
3.33
3.33
3.40
3.37
3.47
0.41

40

4.00

Debit (liter/menit)

3.50
3.00
2.50
q1
2.00
q2
1.50

q3

1.00
0.50
0.00
0

10

20

30

40

Waktu(menit)

Gambar 5.3 Grafik debit limpasan Intensitas 1


Intensitas 2
Tabel 5.5Hasil Analisis Nilai De bit Limpasan Intensitas 2

Waktu

Inlet1

(menit)

0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
34.06

(liter/menit)

Waktu
(menit)

0.00
2.20
2.40
2.43
2.40
2.53
2.43
2.27
2.37
2.37
2.37
0.27

0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
33.11

Inilet 2

Inlet3

(liter/menit)

Waktu
(menit)

(liter/menit)

0.00
2.40
2.47
2.53
2.67
2.67
2.67
2.70
2.63
2.67
2.73
0.37

0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
33.19

0.00
2.60
2.63
2.73
2.77
2.83
2.83
2.93
2.93
3.00
3.00
0.36

41

3.50

Debit(liter/menit)

3.00
2.50
2.00

q1

1.50

q2
q3

1.00
0.50
0.00
0

10

20

30

40

Waktu(menit)

Gambar 5.4 Grafik debit limpasan Intensitas 2

Pada Gambar dan Tabel di atas menunjukan bahwa pada saat pengujian
debit limpasan pada 1 lubang inlet lebih kecil dari pada debit limpasan 2 lubang
inlet dan 3 lubang inlet. Dari data yang di peroleh pada saat pengujian terlihat dari
grafik hidrograf laju debit limpasan tidak konstan, hal ini di sebabkan karena
volume hujan yang di aliri dari nozzle pada pengujian alat simulator hujan saat
pengujian sering berubah–ubah.

3. Volume Genangan
Pada pengujian ini dilakukakan pengujian sebanyak 3 kali untuk tiap
masing-masing kondisi hujan. Pada pengujian pertama telah dipasang street inlet
dengan jumlah 3 lubang, kemudian setelah itu dipasang 2 lubang, dan selanjutnya
dipasang dengan menggunakan 1 lubang. Dimana pada masing – masing
pengujian tersebut dihitung dalam waktu 3 menit dalam kurun waktu 30 menit.
Rumus yang di gunakan untuk menghitung volume genangan sebagai berikut:
LΔ =0,5*h*l.........................................................(5.7)
Dengan:
LΔ = Luas genangan
H = Tinggi genanga
l

= lebar genangan

42

Rumus untuk menghitung volume genangan:
Volume Geanangan = LΔ x Lebar Jalan

………………(5.8)

Dari hasil penelitian didapat volume genangan pada saat Intensitas 1 dan
hujan 2 sebagai berikut:
Tabel 5.6 Perhitungan Volume Genangan 1 Lubang Inlet Intensitas 1
Waktu
(menit)
3

6

9

12

15

18

21

24

27

30

No
Inlet
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

Genangan
h (mm) l (mm)
8.1
113
5.2
102
6.1
107
9.2
122
6
104
7.1
115
10
119
7.2
102
8.6
112
11.3
121
8
102
9.1
117
11
126
9
113
10.1
116
11
129
9.2
111
10.1
117
11.1
127
9
112
10.5
127
11.4
134
8
116
10.2
122
11
133
9.7
118
10.2
121
11
130
10.2
123
10
125

J.V.Genangan
L
A. Genangan V. GenanganJ.A.Genangan
(mm)
(mm²)
(mm³)
(mm²)
(mm³)
(liter)
666.666667
457.65
305100.00
0.70
666.666667
265.20
176800.00 1049.20 699466.67
666.666667
326.35
217566.67
666.666667
561.20
374133.33
0.85
666.666667
312.00
208000.00 1281.45 854300.00
666.666667
408.25
272166.67
666.666667
595.00
396666.67
0.96
666.666667
367.20
244800.00 1443.80 962533.33
666.666667
481.60
321066.67
666.666667
683.65
455766.67
1.08
666.666667
408.00
272000.00 1624.00 1082666.67
666.666667
532.35
354900.00
666.666667
693.00
462000.00
1.19
666.666667
508.50
339000.00 1787.30 1191533.33
666.666667
585.80
390533.33
666.666667
709.50
473000.00
1.21
666.666667
510.60
340400.00 1810.95 1207300.00
666.666667
590.85
393900.00
666.666667
704.85
469900.00
1.25
666.666667
504.00
336000.00 1875.60 1250400.00
666.666667
666.75
444500.00
666.666667
763.80
509200.00
1.23
666.666667
464.00
309333.33 1850

Dokumen yang terkait

Analisis Hujan, Debit Puncak Limpasan dan Volume Genangan di Sekitar Jalan Meranti–Tanjung, Kampus IPB Darmaga Bogor

0 6 49

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN ( Studi Kasus: Model Inlet Bulat di Bahu Jalan Dengan Hambatan Rumput )

0 3 12

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN ( Studi Kasus: Model Inlet Bulat di Bahu Jalan Dengan Hambatan Rumput )

5 25 59

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN ( Studi Kasus: Model Inlet Persegi Panjang di Bahu Jalan dengan Hambatan Rumput )

1 4 57

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus : Model inlet persegi panjang di bahu jalan)

1 12 66

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus : Model inlet persegi panjang pada trotoar jalan)

0 5 74

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus dengan Menggunakan Model Inlet Persegi pada Trotoar Jalan dengan Hambatan Batu Kerikil)

1 7 60

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus dengan Menggunakan Model Inlet Persegi Panjang pada Bahu Jalan dengan Hambatan Batu Kerikil)

0 6 63

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus dengan Menggunakan Model Inlet Persegi Panjang pada Trotoar Jalan dengan Hambatan Rumput)

0 4 70

6. Pengumuman Pemenang SDA 18 Inlet Sugutamu (Jalan Merdeka)(LU)

0 0 1