TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus dengan Menggunakan Model Inlet Persegi Panjang pada Bahu Jalan dengan Hambatan Batu Kerikil)

(1)

i

GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN

(Studi Kasus dengan Menggunakan Model Inlet Persegi Panjang pada Bahu Jalan dengan Hambatan Batu Kerikil)

Disusun guna melengkapi persyaratan untuk mencapai derajat kesarjanaan Strata-1

Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

SALASIA TAJUNNISA SETIYA UTAMI 20120110111

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i

TUGAS AKHIR

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI

GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN

(Studi Kasus dengan Menggunakan Model Inlet Persegi Panjang pada Bahu Jalan dengan Hambatan Batu Kerikil)

Disusun guna melengkapi persyaratan untuk mencapai derajat kesarjanaan Strata-1

Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

SALASIA TAJUNNISA SETIYA UTAMI 20120110111

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

ii

Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

(QS Al-Jumu’ah-1)

“Jadilah penyebar kebahagiaan” (Tajunnisaa)

“Pada dasarnya kebahagiaan itu menular, berkumpullah dengan mereka yang selalu membuatmu bahagia.”

“Akan selalu ada jalan menuju bahagia atas segala hal yang pedih. Atas semua perih yang belajar pulih.”

(Boy Candra)

“Hebat adalah kalian yang berhasil survive menjalani hidup dengan ketulusan, kerja keras, namun tetap istiqamah di jalan – Nya dan selalu mensyukuri setiap lapis keberhan

– Nya” (Irviana Arham)


(4)

iii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia – Nya tanpa hingga, rasa cinta yang teramat luar biasa, Allah yang Maha Adil atas segala keputusan – Nya. Terima kasih untuk kesempatan pada setiap detiknya dan untuk ilmu yang Kau berikan. Semoga selalu tercurah rasa syukur pada setiap hembusan nafas ini. Akhirnya saya mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini atas seizing – Nya. Tugas Akhir ini saya persembahkan kepada manusia hebat yang luar biasa dalam hidup saya.

1. Ibu (Ny Nashiroh) terima kasih atas kasih tumpah ruah, cinta tanpa batas serta pengorbanan yang tiada habisnya. Sampai kapanpun, beliaulah ladang amalku dan disanalah surgaku.

2. Bapak (H. Muhammad Muhadjir Mukhson), sosok yang selalu hidup dalam hati saya. Istirahatlah yang tenang, temuilah Rabb – Mu dengan penuh kerinduan. Seandainya ada kebaikan dalam kata yang berantai – rantai ini, semoga menjadikan sahabat abadimu.

3. Teruntuk Mas Wahyu Heni Kurniawan, Mbak Maulida Helmi Isnaini, dan kedua adik saya Riza Fauzan, Muamar Faik Hamada, terima kasih atas doa dan semangat kalian.

4. Untuk Mbak Uus terima kasih atas kebaikan-kebaikan yang telah diberikan. Kedua keponakan Nakeisha dan Aisha, terima kasih untuk hiburannya disaat penat.

5. Terima kasih kepada keluarga besar Bani Mukhson dan Bani Djarmudi Maryam.

6. Teman – teman seperjuangan, Lusy Santri, Iska Istianingsih, Ika Novia, Andini Paramita, Asih Puji, Hesti Pangesti, Fitratil Laila, Achmad Hambali, Rizky Eko Astafa, Sigit Syusanto, Ridwan Roihan, Dede Agung, Nur Kiswan, Achmad Khomaini, Fandy Reza, Denny Arlian, terima kasih untuk ketulusan kalian selama ini. Ayok kapan naik puncak gunung lagi hehe.

7. Teman – teman tim inlet, Tsalitsun Nidhomul Khoiri, Eldi Prakoso Tegar, Muh. Sudiman, Rizkite Ade, Ruly Apriadi, Maga Ringga, Gea Iman, Andre


(5)

iv

– teman yang telah membantu selama jalannya pengujian di laboratorium. 8. Terima kasih untuk teman – teman Teknik Sipil angkatan 2012 kelas B, dan

untuk semua teman – teman seangkatan.

9. Terima kasih kepada Unires dan seisinya, terlalu singkat 4 tahun kita selalu bersama.


(6)

v DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Lembar Persembahan ... iii

Motto ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... viii

Daftar Gambar ... x

Daftar Tabel ... xi

Daftar Lampiran ... xii

Abstrak ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D Manfaat Penelitian ... 3

E. Batasan Masalah ... 3

F. Keaslian Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Desain Street Inlet ... 5


(7)

vi

BAB III LANDASAN TEORI

A. Hidrologi ... 9

B. Intensitas Hujan ... 10

C. Limpasan ... 11

D. Koefisien Limpasan ... 13

E. Hujan ... 14

F. Drainase ... 15

G. Street Inlet ... 16

H. Klasifikasi Jalan Raya ... 17

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian ... 20

B. Lokasi Penelitian ... 21

C. Alat dan Bahan ... 21

D. Desain Model Alat Uji Street Inlet ... 29

E. Tahapan Pembuatan Alat Street Inlet ... 31

F. Tahapan Pengujian Inlet ... 32

G. Pelaksanaan Penelitian ... 33

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Nilai Intensitas Hujan Dari Tinggi Curah Hujan ... 36


(8)

vii

C. Pengaruh Jumlah Street Inlet Terhadap Genangan ... 42 D. Nilai Koefisien Limpasan ... 47 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 49 B. Saran ... 50

Daftar Pustaka ... xiv Lampiran


(9)

viii

Gambar 3.1. Siklus Hidrologi ... 10

Gambar 3.2. Jenis – Jenis Inlet... 17

Gambar 4.1. Bagan Alir Tahapan Penelitian ... 21

Gambar 4.2. Rangkaian Simulator Hujan ... 23

Gambar 4.3. Rangkaian Pompa Air ... 23

Gambar 4.4. Rangkaian Nozzle ... 24

Gambar 4.5. Alat Uji Street Inlet ... 25

Gambar 4.6. Mistar ... 25

Gambar 4.7. Cawan ... 26

Gambar 4.8. Box ... 26

Gambar 4.9. Gelas Ukur... 27

Gambar 4.10. Timbangan Digital... 27

Gambar 4.11. Stopwatch ... 28

Gambar 4.12. Plastisin ... 28

Gambar 4.13. Sebaran batu kerikil ... 29

Gambar 4.14. Rangka Alat Uji Street 1nlet ... 29

Gambar 4.15. Alat Street Inlet ... 30

Gambar 4.16. Model jalan ... 30

Gambar 4.17. Detail desain inlet ... 30

Gambar 4.18. Bagan Alir Pembuatan Alat ... 31

Gambar 4.19. Bagan Alir Pengujian Street Inlet ... 32

Gambar 4.20. Cara Mengukur Lebar Dan Tinggi Genangan ... 34

Gambar 4.20..Letak Genangan Pada Alat Street Inlet ... 34

Gambar 5.1. Grafik Inensitas Hujan Dengan alternatif 1 ... 37

Gambar 5.2. Grafik Inensitas Hujan Dengan Alternatif 2 ... 38

Gambar 5.3. Grafik Debit Limpasan Alternatif 1 ... 40

Gambar 5.4. Grafik Debit Limpasan Alternatif 2 ... 41

Gambar 5.5. Grafik Volume Genangan Alternatif 1 ... 43


(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Klasifikasi intensitas hujan ... 11

Tabel 3.2. Koefisien Aliran ... 13

Tabel 3.3. Koefisien Aliran (Lanjutan) ... 14

Tabel 5.1. Perhitungan Intensitas Hujan ... 36

Tabel 5.2. Perhitungan Intensitas Hujan(Lanjutan) ... 37

Tabel 5.3. Hasil Intensitas Hujan Dengan Alternatif 1 ... 37

Tabel 5.4. Hasil Intensitas Hujan Dengan Alternatif 2 ... 38

Tabel 5.5. Perhitungan Debit Limpasan ... 39

Tabel 5.6. Hasil Analisis Nilai Debit Limpasan Alternatif 1 ... 40

Tabel 5.7. Hasil Analisis Nilai Debit Limpasan Alternatif 2 ... 41

Tabel 5.8. Perhitungan Volume Genangan 1 Lubang Inlet Alternatif 1 ... 42

Tabel 5.9. Perhitungan Volume Genangan 1 Lubang Inlet Alternatif 1 ... 43

Tabel 5.10. HasilPerhitungan Volume Genangan Alternatif 1 ... 43

Tabel 5.11. Hasil Perhitungan Volume Genangan Alternatif 2 ... 44

Tabel 5.12. Hubungan Volume Genangan Dan Debit Limpasan Al. 1... 45

Tabel 5.13. Hubungan Volume Genangan Dan Debit Limpasan Al. 2... 46

Tabel 5.14. Perhitungan Koefisisen Limpasan 1 Lubang Inlet Al. 1 ... 47

Tabel 5.15. Koefisien Limpasan Alternatif 1...47


(11)

x

Lampiran 1. Rincian pengambilan data intensitas hujan setiap pengujian Lampiran 2. Rincian pengambilan data debit limpasan setiap pengujian Lampiran 3. Rincian pengambilan data volume genangan setiap pengujian Lampiran 4. Rincian hasil koefisien limpasan pada setiap pengujian Lampiran 5. Hasil nilai intensitas hujan pada setiap pengujian Lampiran 6. Tabel dan grafik debit limpasan

Lampiran 7. Tabel dan grafik volume genangan Lampiran 8. Tabel dan grafik koefisien limpasan Lampiran 9. Analisis Rumus pada Excel


(12)

(13)

xiii

musim hujan sering terjadi genangan pada ruas jalan. Adapun penyebab dari genangan tersebut dapat bermacam – macam, diantaranya curah hujan yang tinggi, peningkatan lapisan yang tidak tembus air, kapasitas saluran drainase yang tidak memadahi, desain inlet yang tidak sesuai (Suharyanto, 2006).

Tujuan dari Penelitian ini diantaranya adalah umtuk menentukan nilai intensitas hujan dari tinggi curah hujan pada jalan, melakukan pengujian perbandingan nilai debit limpasan terhadap jumlah street inlet yang sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Kemudian untuk mengetahui pengaruh street inlet terhadap volume atau tinggi genangan pada jalan. Selanjutnya untuk menentukan koefisien limpasan yang sesuai dengan daerah tipe aliran.

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa, dalam pengujian intensitas hujan pada alternatif 1 nilai rata-rata yang didapat dari 1 lubang inlet adalah 1,87 mm/menit, 2 lubang inlet yaitu 1,90 mm/menit, dan 3 lubang inlet sebesar 2,06 mm/menit. Untuk hasil pengujian intensitas hujan pada alternatif 2 nilai rata-rata dari 1 lubang inlet adalah 1,55 mm/menit, 2 lubang inlet 1,77 mm/menit, dan 3 lubang inlet 1,77 mm/menit. Kemudian hasil analisis debit limpasan menunjukkan bahwa debit limpasan pada 1 lubang inlet lebih kecil dari debit limpasan 2 lubang inlet dan 3 lubang inlet. Untuk pengujian volume genangan dapat disimpulkan bahwa volume genangan dengan jumlah 1 lubang inlet terjadi genangan lebih tinggi dari jumlah 2 inlet, sedangkan 3 inlet lebih rendah genangannya. Selanjutnya hasil pengujian koefisien limpasan pada alternatif 1 yang dihasilkan dari 1 lubang inlet adalah 0,80 kemudian 2 lubang inlet sebesar 0,88, dan 3 lubang inlet sebesar 0,91. Sedangkan untuk alternatif 2 yang menggunakan 1 lubang inlet yaitu 0,85, kemudian 2 lubang inlet sebesar 0,84, dan 3 lubang inlet 0,89. Hal ini dapat menunjukkan bahwa nilai koefisien limpasan sesuai dengan ketetapan yang ada pada tabel koefisien aliran.


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pada penelitian tugas akhir ini dilatar belakangi oleh suatu kondisi dimana ketika musim hujan sering terjadi banjir sehingga air yang menggenang pada ruas jalan dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas manusia. Adapun penyebab dari genangan tersebut dapat bermacam – macam, diantaranya curah hujan yang tinggi, peningkatan lapisan yang tidak tembus air, kapasitas saluran drainase yang tidak memadahi, desain inlet yang tidak sesuai (Suharyanto, 2006). Seperti yang kita ketahui bahwa genangan yang terjadi pada ruas jalan disebabkan karena terhambatnya aliran air yang masuk melalui lubang inlet. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa desain inlet yang ada pada jalan raya tidak sesuai dengan kapasitas limpasan air hujan yang terjadi sehingga terjadi genangan pada jalan. Oleh karena itu, perlu dilakukan peneltian mengenai inlet dengan pemodelan sederhana yang menggunakan prototype sebagai alat uji laboratorium. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis mengenai intensitas hujan, debit limpasan, dan volume genangan yang terjadi dan koefisien limpasan hujan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengujian di laboratorium. Model street inlet dibuat pada skala percobaan di laboratorium dengan membuat suatu perangkat pengujian yang meniru model street inlet di jalan.

Street Inlet ini merupakan lubang di sisi-sisi jalan yang berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan yang berada di sepanjang jalan pada jarak tertentu menuju ke dalam saluran drainase. Sesuai dengan kondisi dan penempatan saluran serta fungsi jalan yang ada, maka pada jenis penggunaan saluran terbuka, tidak diperlukan street inlet, karena ambang saluran yang ada merupakan bukaan bebas. Dalam penelitian ini dibutuhkan desain street inlet yang ada pada bahu jalan untuk menyalurkan limpasan hujan ke saluran drainase melalui lubang inlet tersebut.

Perlengkapan street inlet mempunyai ketentuan–ketentuan diantaranya, ditempatkan pada daerah yang rendah dimana limpasan air hujan menuju ke arah tersebut, sehingga penempatan pada bahu jalan lebih terfungsikan karena pada jalan raya memiliki kemiringan tertentu pada bagian kanan dan kiri jalannya. Air


(15)

yang masuk melalui street inlet ini harus dapat secepatnya masuk ke dalam saluran drainase serta jumlah inlet yang harus cukup agar dapat menangkap limpasan air hujan pada jalan yang bersangkutan. Pada umumnya saluran drainase jalan terletak disamping kanan dan/atau kiri jalan. Pada penelitian ini digunakan model street inlet persegi panjang yang berada di bahu jalan dengan hambatan batu kerikil pada area sekitarnya. Air hujan yang turun di jalan raya akan masuk ke saluran drainase melalui lubang inlet atau yang dikenal dengan street inlet (lubang pada sisi bahu jalan).

Metode analisis debit limpasan permukaan digunakan metode rasional, analisis dimensi inlet digunakan kaidah hidrolika yang berlaku. Adapun data input yang digunakan ialah data intensitas hujan, jenis jalan, jenis street inlet, luas genangan pada jalan dan volume limpasan. Dalam kasus ini, penelitian dilakukan untuk jalan kolektor yang mana akan dikaji dalam bentuk prototype berdasarkan kondisi di lapangan pada umumnya. Adapun permasalahan yang akan dikaji yaitu bagiamanakah kondisi yang terjadi pada desain inlet terhadap kondisi di lapangan dengan hambatan samping batu kerikil.

Analisis hidrologi yang akan dilakukan seperti, perhitungan intensitas hujan dalam menitan, nilai genangan yang didapat, debit yang masuk melalui street inlet, dan nilai koefisien limpasan yang didapat. Kemudian analisis hidrolika yang digunakan adalah untuk mengevaluasi kinerja street inlet pada pengujian tersebut apakah layak untuk dipakai di lapangan atau tidak. Pada pengujian tersebut, jumlah dan jarak antar inlet tidak diseragamkan untuk mengetahui perbandingan nilai hasil kelayakan street inlet yang dapat mengurangi genangan pada jalan akibat limpasan hujan.

B. Rumusan Masalah

Untuk mengetahui kinerja dari street inlet pada jalan, maka rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Berapakah besar nilai intensitas hujan yang dihasilkan dari alat simulator hujan?

2. Berapakah besar nilai debit yang masuk ke street inlet dari beberapa variasi nilai intensitas hujan?


(16)

3

3. Berapakah tinggi genangan air yang menggenang pada ruas jalan yang di pengaruhi oleh kondisi street inlet?

4. Berapakah nilai koefisien limpasan yang dihasilkan dari alat uji?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian mengenai kinerja street inlet tersebut dapat dilihat di bawah ini, antara lain yaitu :

1. Menentukan nilai intensitas hujan dari tinggi curah hujan pada ruas jalan. 2. Melakukan pengujian perbandingan nilai debit limpasan terhadap jumlah

streetinlet yang sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.

3. Mengetahui pengaruh street inlet terhadap volume atau tinggi genangan pada ruas jalan yang ada dengan hambatan batu kerikil.

4. Menentukan nilai koefisien limpasan yang sesuai dengan tipe daerah aliran.

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, maka diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan masukan dan solusi terhadap fenomena banjir pada ruas jalan yang ada dan mendapatkan desain inlet yang sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. 2. Dari hasil penelitian yang di lakukan dapat digunakan sebagai bahan acuan

dalam mengembangkan ilmu pengetahuan , dan dapat di gunakan sebagai bahan kajian untuk penelitian yang selanjutnya.

E. Batasan Masalah

Penelitian ini dipengaruhi oleh berbagai macam parameter. Oleh karena itu, agar penelitian ini berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka diperlukan beberapa batasan masalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini dilakukan dengan membuat model street inlet pada skala percobaan di laboratorium.

2. Sumber air hujan merupakan air hujan buatan yang berasal dari Laboratorium Rekayasa Lingkungan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(17)

3. Dalam penelitian ini digunakan model inlet berbentuk persegi panjang dengan hambatan batu kerikil.

F. Keaslian Penelitian

Berdasarkan pengetahuan penulis, penelitian dengan judul “Tinjauan Kinerja Inlet Jalan untuk Mengurangi Genangan Akibat Limpasan Hujan (Dengan Model Street Inlet Persegi Panjang pada Bahu Jalan dengan Hambatan Batu Kerikil)”, belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Akan tetapi terdapat penelitian yang relevan dengan penelitian yang berjudul ”Desain Street Inlet Berdasarkan Geometri Jalan”, yang diteliti oleh Agus Suharyanto, (Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, 2014).


(18)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Desain Street inlet

Pada penelitian sebelumnya mengenai desain inlet terdapat dalam penelitian berjudul “Desain Street inlet Berdasarkan Geometri Jalan Raya (studi kasus jalan ruas Sukarno-Hatta, Malang, Jawa Timur)” oleh Suharyanto (2014) tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jarak, dimensi, dan jenis inlet yang digunakan yang sesuai dengan kondisi lebar jalan dan curah hujan yang ada. Data input yang digunakan ialah data curah hujan, penggunaan lahan, lebar jalan, geometri jalan, dan jenis lapisan atas jalan. Penelitian ini dilakukan pada sebuah ruas jalan dengan panjang 3,8 km. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Dimensi inlet untuk drainase jalan raya tergantung pada alinemen vertikal jalan.

2. Untuk jenis grate inlet, dimensi tergantung dari kemiringan bahu jalan.

3. Jarak antar inlet ditentukan oleh dimensi jalan (lebar dan panjang jalan) yang ditinjau.

4. Dari hasil perhitungan, diperoleh dimensi inlet untuk jenis curb opening inlet 8 x 10 cm dengan kemiringan memanjang jalan 0,00175, kemiringan bahu jalan 0,0211, jarak inlet 25 m, dan luas daerah 900 m2. Untuk kemiringan memanjang jalan 0.05179 (yang terbesar), diperoleh dimensi inlet 70 x 35 cm. 5. Untuk jenis grate inlet, dengan kemiringan memanjang jalan 0,00175,

kemiringan bahu jalan 0,0211, jarak inlet 25 m, dan luas daerah 900 m.

B. Penelitian Drainase jalan 1. Syapawi (2013)

Adapun penelitian sebelumnya mengenai saluran drainase yaitu penelitian dengan judul “Studi Permasalahan Drainase Jalan (Saluran Samping) Dilokasi Jalan Demang Lebar Daun Sepanjang 3900 m (Lingkaran Sma Negeri 10 S.D Simpang Polda)” oleh Syapawi (2013) melakukan penelitian tentang Studi Permasalahan Drainase Jalan (Saluran Samping) Dilokasi Jalan Demang Lebar Daun Sepanjang 3900 m (Lingkaran Sma Negeri 10 S.D Simpang Polda).


(19)

Tujuan dari penelitian ini adalah mengindentifikasi permasalahan drainase (saluran samping) sepanjang jalan Demang Lebar Daun. Maksud dari studi ini adalah memberikan gambaran permasalahan drainase yang pada akhirnya diperoleh suatu solusi perbaikan, dari hasil studi dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah khususnya Pemerintah Kota Palembang, dalam rangka perbaikan jalan drainase.

Hasil pengamatan dan hasil studi bahwa hampir semua drainase yang sudah tersumbat akibat sampah dan sedimen. Drainase dibawah trotoar yang tidak memiliki inlet sehingga air menggenang pada badan jalan. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan diantaranya ialah drainase (saluran samping) jalan yang ada dijalan Demang Lebar Daun merupakan drainase yang bermasalah lebih kurang 80% saluran drainase tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kemudian permasalahan yang ada pada lokasi jalan Demang Lebar Daun, adalah :

a. Dimensi saluran yang tidak seragam, kontruksi bangunan tidak jelas.

b. Kemiringan saluran drainas sudah tidak sesuai lagi karena terdapat banyak sedimen.

c. Saluran drainase sebagian besar sudah tersumbat akibat sampah dan sedimen. d. Saluran drainase dibawah trotoar yang tidak memiliki inlet sehingga air

menggenang pada badan jalan.

e. Gorong-gorong yang sudah dipenuhi sampah dan sedimen. f. Saluran drainase dibuat asal jadi.

g. Warga yang berjualan diatas saluran drainase membuang sampah kedalam saluran drainase sehinga mengganggu aliran pada saluran.

h. Tanah longsor yang menutup saluran.

i. Tidak adanya koordinasi antar instansi terkait.

j. Kurangnya perhatian dari pemerintah dari pemerintah Kota Palembang, khusus Dinas PU Bina Marga dalam hal pemeliharaan bangunan drainase. 2. Apriliana Kurniasari (2015)

Dalam jurnal yang berjudul “Evaluasi Kinerja Jaringan Drainase Kelurahan Gandekan, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta (Sub Sistem DAS Kali Pepe Hilir)”. Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.


(20)

7

Sistem drainase dirancang untuk mengurangi atau membuang kelebihan air permukaan pada suatu kawasan, terutama pada saat musim hujan. Namun fakta dilapangan menunjukan sering terjadi permasalahan drainase di suatu kawasan yakni banjir dan genangan baik yang bersifat lokal (setempat) atau yang bersifat lebih luas. Salah satu penyebab banjir atau genangan adalah kurang terpeliharanya bangunan drainase.

Pemeliharaan jaringan drainase oleh pihak terkait sangat diperlukan agar keberfungsian bangunan tetap terjaga. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi tingkat kinerja jaringan drainase di Kelurahan Gandekan, Kecamatan Jebres, Surakarta berdasarkan parameter penilaian kondisi fisik dan partisipasi dari pihak terkait yaitu lembaga berwenang dan masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif evaluatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 96 responden,wawancara dan survey langsung ke lokasi penelitian untuk mengumpulkan data primer kondisi fisik jaringan drainase di Kelurahan Gandekan. Analisis data dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap kondisi fisik di lapangan berdasarkan hasil observasi langsung (data primer). Selain itu analisis data juga dilakukan untuk menilai tingkat partisipasi pihak terkait berdasarkan hasil kuesioner. Penilaian kuesioner dalam penelitian ini menggunakan skala Guttman dan Linkert.

Hasil analisis dan pengumpulan data menunjukkan bahwa kondisi fisik jaringan drainase untuk Kelurahan Gandekan saat ini adalah 61,90% masuk dalam kategori cukup,dan telah terjadi kerusakan/penurunan kondisi infrastruktur jaringan drainase di Kelurahan Gandekan sebesar 38,10%. Tingkat partisipasi lembaga terkait sebesar 75,83% masuk kategori sedang, dan tingkat partisipasi masyarakat sebesar 81,28% masuk kategori tinggi. Kinerja jaringan drainase Kelurahan Gandekan dinilai berdasarkan kondisi fisik, partisipasi lembaga terkait dan partisipasi masyarakat adalah sebesar 67,65% masuk katagori cukup.

C. Penelitian Intensitas Hujan

Menurut khakimurrahman (2016), Untuk menentukan besarnya intensitas hujan perlu dilakukan simulasi hujan, untuk menunjang didapatnya data-data yang diperlukan. Hujan yang disimulasikan bertujuan untuk mempelajari parameter hidrologi seperti intensitas hujan, infiltrasi dan runoff di bawah pemakaian hujan


(21)

yang terkontrol. Pada Tugas Akhir ini dilakukan 16 kali pengujian dengan variasi jarak nozzle terhadap cawan, jumlah nozzle (1, 3, dan 5 buah), perbedaan tekanan (10 Psi, 15 Psi dan 20 Psi). Dalam penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Nilai variasi intensitas yang dihasilkan dari simulator hujan yaitu:

Pada jarak nozzle terhadap cawan 2,75 m nilai intensitasnya cenderung lebih besar dari pada jarak nozzle terhadap cawan 4 m. Semakin besar tekanan air nilai intensitasnya cenderung semakin kecil. Sedangkan semakin banyak jumlah nozzle yang digunakan nilai intensitasnya juga bertambah besar (nilai intensitas 5 nozzle > 3 nozzle > 1 nozzle). Dari intensitas hujan yang terjadi masuk kedalam kriteria hujan sangat lebat.

2. Dari hasil intensitas hujan dilakukan evaluasi terhadap kinerja simulator hujan menggunakan koefisien keseragaman (CU). Dari hasil nilai CU semua pengujian didapat nilai CU tertinggi 79,79% (kondisi jarak nozzle 4 m, 1 nozzle, 33,5 Psi), dengan kriteria cukup dan nilai CU terendah 43,59% (kondisi jarak nozzle 2,75 m, 1 nozzle, 21,5 Psi), dengan kriteria tidak layak.


(22)

9 BAB III LANDASAN TEORI

A. Hidrologi

Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat – sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama dengan makhluk hidup (Triatmodjo, 2008:1). Secara umum hidrologi dimaksudkan sebagai ilmu yang menyangkut masalah air, baik di atmosfer, di bumi, dan di dalam bumi, tentang bagaimana siklusnya, kejadiannya, serta pengaruh terhadap kehidupan yang ada di alam ini.

Siklus hidrologi merupakan proses kontinyu dimana air bergerak dari bumi ke atmosfer dan kemudian kembali ke bumi lagi. Air di permukaan tanah, sungai, danau, dan air laut menguap ke udara. Uap air tersebut bergerak dan naik ke atmosfer, yang kemudian mengalami kondensasi dan berubah menjadi tiitk – titik air yang berbentuk awan. Selanjutnya tiitk – titik air tersebut jatuh sebagai hujan ke permukaan laut dan daratan. Hujan yang jatuh sebagian tertahan oleh tumbuh – tumbuhan (intersepsi) dan selebihnya sampai ke permukaan tanah. Sebagian air hujan yang sampai ke permukaan tanah akan meresap ke dalam tanah (infiltrasi) dan sebagian lainnya mengalir di atas permukaan tanah (aliran permukaan atau surface runoff) mengisi cekungan tanah, danau dan masuk ke sungai dan akhirnya mengalir ke laut. Air yang mengalir ke dalam tanah sebagian mengalir di dalam tanah (perkolasi) mengisi air tanah yang kemudian keluar sebagai mat air dan mengalir ke sungai. Akhirnya aliran air di sungai akan sampai di sungai sampai ke laut. Proses tersebut berlangsung terus menerus yang disebut dengan siklus hidrologi. (Triatmodjo, 2008:2)

Penerapan ilmu hidrologi dapat dijumpai dalam beberapa kegiatan seperti perencanaan dan operasi bangunan air, penyediaan air untuk berbagai keperluan (air bersih, irigasi, perikanan, peternakan), pembangkit listrik tenaga air, pengendalian banjir, pengendalian erosi dan sedimentasi, transportasi air, drainasi, pengendali polusi air limbah, dan sebagainya.


(23)

B. Intensitas Hujan

Intensitas hujan adalah jumlah curah hujan dalam suatu satuan waktu, yang biasanya dinyatakan dalam mm/jam, mm/hari, mm/minggu, mm/bulan, mm/tahun, dan sebagainya, yang berturut-turut sering disebut hujan jam-jaman, harian, mingguan, bulanan, tahunan, dan sebagainya (Triatmodjo, 2008). Jumlah hujan yang jatuh di permukaan bumi dinyatakan dalam kedalaman air (biasanya mm), yang dianggap terdistribusi secara merata pada seluruh daerah tangkapan air. Intensitas hujan bervariasi dalam ruang dan waktu, yang tergantung pada lokasi geografis dan iklim.

Intensitas hujan adalah jumlah hujan per satuan waktu. Intensitas hujan atau ketebalan hujan per satuan waktu lazimnya dilaporkan dalam satuan milimeter per jam (Asdak, 1995).

Intensitas hujan sangat menentukan didalam perhitungan limpasan permukaan, yang besarnya dapat diperoleh dari pengamatan di lapangan. Besarnya intensitas hujan akan tergantung pada lebat dan lamanya hujan serta frekuensi hujan dengan membandingkan antara tinggi hujan dengan lamanya hujan dalam satuan mm/jam atau dengan persamaan.

Gambar 3.1. Siklus Hidrologi (Soemarto, 2005)

Awan Awan

Hujan

Hujan

Angin

Evapotranspirasi

Evaporasi Limpasan Permukaan Infiltrasi

Perkolasi

Aliran air tanah Evaporasi dari danau


(24)

11

Tabel 3.1 adalah keadaan hujan dan intensitas hujan, menurut Suyono Sosrodarsono (dalam Triatmodjo, 2008). Tabel tersebut menunjukan bahwa curah hujan tidak bertambah sebanding dengan waktu. Jika durasi waktu lebih lama, penambahan curah hujan adalah lebih kecil dibanding dengan penambahan waktu, karena hujan tersebut bisa berkurang atau berhenti

Tabel 3.1. Klasifikasi intensitas hujan

Keadaan Hujan Intensitas Hujan (mm) 1 Jam 24 Jam Hujan sangat ringan <1 <5

Hujan ringan 1-5 5-20

Hujan normal 5-10 20-50

Hujan lebat 10-20 50-100

Hujan sangat lebat >20 >100 Sumber: Triatmodjo, 2008.

Curah hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang disebut intensitas curah hujan (mm/jam). dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

t d

I  ... (3.1)

A V

d  ... (3.2)

Dengan:

I : Intensitas hujan (mm/menit) d : Tinggi Hujan (mm)

t : Waktu (menit)

V : Volume hujan dalam penampang (mm³) A : Luas penampang hujan (mm²)

C. Limpasan

Limpasan merupakan aliran air yang mengalir diatas permukaan tanah akibat intensitas hujan yang jatuh melebihi kapasitas infiltrasi. Setelah laju


(25)

infiltrasi terpenuhi, air akan mengisi pada cekungan – cekungan yang ada pada permukaan tanah. Limpasan permukaan (surface runoff) yang merupakan air hujan tersebut akan mengalir dalam bentuk lapisan tipis di atas permukaan lahan akan masuk ke parit – parit dan selokan yang kemudian bergabung menjadi anak sungai dan akhirnya menjadi aliran sungai. Limpasan dinyatakan dalam volume atau debit. Satuan dari volume limpasan adalah meter kubik, sedangkan debit adalah volume per satuan waktu yang melalui sustu luasan tertentu, dan dinyatakan dalam meter kubik per detik. Di dalam hidrologi, sering limpasan dinyatakan dalam satuan kedalaman. Hal ini dilakukan dengan membagi volume limpasan dengan luas aliran sungai untuk memperoleh kedalaman limpasan ekivalen yang terdistribusi pada seluruh daerah aliran. Limpasan terdiri dari air yang berasal dari tiga sumber antara lain yaitu aliran permukaan, aliran antara, dan aliran air tanah (Triatmodjo, 2008).

Aliran permukaan (surface flow) adalah bagian dari air hujan yang mengalir dalam bentuk lapisan tipis di atas permukaan tanah. Aliran permukaan disebut juga dengan aliran langsung (direct runoff). Aliran permukaan dapat terkonsentrasi menuju sungai dalam waktu yang singkat, sehingga aliran permukaan merupakan penyebab utama terjadinya banjir. Aliran antara (interflow) adalah aliran dalam arah lateral yang terjadi di bawah permukaan tanah. Aliran antara terdiri dari gerakan air dan lengas tanah secara lateral menuju elevasi yang lebih rendah, yang akhirnya masuk ke sungai. Proses aliran antara ini lebih lambat dari aliran permukaan, dengan tingkat kelambatan dalam beberapa jam sampai hari. Aliran air tanah adalah aliran yang terjadi di bawah permukaan air tanah ke elevasi yang lebih rendah yang akhirnya menuju ke sungai atau langsung ke laut. Air hujan yang terinfiltrasi melalui permukaan tanah sebagian menjadi aliran antara dan sebagian yang lain mengalir ke bawah (perkolasi) sehingga mencapai muka air tanah. Muka air tanah mempunyai kemiringan yang sangat kecil, dan aliran air searah dengan kemiringan tersebut menuju ke sungai sebagai aliran dasar (base flow). Proses aliran air tanah ini lebih lambat dari aliran antara, dengan tingkat kelambatan dalam mingguan sampai tahunan.

Limpasan permukaan sangat berhubungan dengan infiltrasi, oleh karena itu dengan memahami proses terjadinya limpasan permukaan, faktor yang


(26)

13

berpengaruh, akan bisa dilakukan analisis limpasan permukaan serta kaitannya dengan erosi dan sedimentasi. Faktor – faktor yang mempengaruhi infiltrasi juga akan berpengaruh pada limpasan permukaan. Laju infiltrasi dipengaruhi oleh jenis tanah, kandungan bahan organik, kepadatan tanah, kadar air awal tanah dan tipe hujan yang terjadi.

Menurut Sosrodarsono (1978) dalam Trihandoko (2015) mengemukakan bahwa limpasan permukaan terjadi ketika jumlah curah hujan melampaui laju infiltrasi, setelah laju infiltrasi terpenuhi, air mulai mengisi cekungan atau depresi pada permukaan tanah. Setelah pengisian selesai maka air akan mengalir dengan bebas dipermukaan tanah.

D. Koefisien Limpasan

Koefisien limpasan adalah koefisien yang besarnya tergantung pada kondisi permukaan tanah, kemiringan medan, jenis tanah, dan lamanya hujan di daerah pengaliran. Besarnya angka koefisien pengaliran pada suatu daerah dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tipe daerah aliran C

Rerumputan :

- Tanah pasir, datar, 2 % - Tanah pasir, sedang, 2 7 % - Tanah pasir, curam, 7 % - Tanah gemuk, datar 2 % - Tanah gemuk, sedang, 2 7% - Tanah gemuk, curam, 7%

0,50 – 0,10 0,10 – 0,15 0,15 – 0,20 0,13 – 0,17 0,18 – 0,22 0,25 – 0,35 Perdagangan:

- Daerah kota lama - Daerah pinggiran

0,75 – 0,95 0,50 – 0,70

Perumahan :

- Daerah single family - Multi unit terpisah - Multi unit tertutup - Suburban

- Daerah apartemen

0,30 – 0,50 0,40 – 0,60 0,60 – 0,75 0,25 – 0,40 0,50 – 0,70 Industri :

- Daerah ringan - Daerah berat

0,50 – 0,80 0,60 – 0,90 Tabel 3.2 Koefisien Aliran


(27)

Taman, kuburan 0,10 – 0,25

Tempat bermain 0,20 – 0,35

Halaman kereta api 0,20 – 0,40 Daerah tidak dikerjakan 0,10 – 0,30 Jalan :

- Beraspal - Beton - batu

0,70 – 0,95 0,80 – 0,95 0,70 – 0,85

Atap 0,75 – 0,95

Sumber : Triatmodjo, 2008

Dalam perencanaan bangunan air pada suatu daerah pengaliran sungai sering di jumpai dalam perkiraan puncak banjir di hitung dengan metode yang sederhana dan praktis. Namun demikian, metode perhitungan ini dalam teknik penyajianya memasukan faktor curah hujan, keadaan fisik dan sifat hidrolika daerah aliran sehingga di kenal sebagai metode rasional (Subarkah,1980).

Menurut Triatmodjo (2008). Metode rasional banyak di gunakan untuk memperkirakan debit puncak yang di timbulkan oleh hujan deras pada daerah tangkapan, metode rasional di dasarkan pada persamaan berikut:

A I C

Q0,278   ... (3.3) Dengan:

Q : Debit puncak (m3/detik) I : Intensitas hujan (mm/jam) A : Luas daerah tangkapan (m2) C : Koefisien aliran

E. Hujan

Presipitasi adalah turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi, yang bisa berupa hujan air, hujan salju, kabut, embun, dan hujan es. Di daerah tropis termasuk di Indonesia, yang memberikan sumbangan paling besar adalah hujan air, sehinga sering seringkali hujanlah yang dianggap sebagai presipitasi (Triatmodjo, 2008:17).

Hujan terjadi karena penguapan air, terutama air dari permukaan laut, yang naik ke atmosfer, dan mendingin kemudian menyuling dan jatuh sebagian di atas laut dan sebagian di atas daratan. Air hujan yang jatuh di atas daratan, sebagian


(28)

15

meresap ke dalam tanah (infiltrasi), sebagian ditahan tumbuh-tumbuhan (intersepsi), sebagian menguap kembali (evaporasi) dan sebagian menjadi lembab. Air yang meresap ke dalam tanah untuk sebagian menguap melalui pori – pori di dalam tanah (evaporasi), menguap (transpirasi). Air hujan yang menguap, yang meresap ke dalam tanah, yang ditahan tumbuh – tumbuhan dan transpirasi tidak ikut menjadi aliran air di dalam sungai maka disebut aliran hilang (Subarkah, 1978).

Jumlah air yang jatuh di permukaan bumi dapat diukur dengan menggunakan alat penakar hujan. Hujan merupakan sumber dari semua air yang mengalir di sungai dan di dalam tampungan baik di atas maupun di bawah permukaan tanah. Adapun jumlah dan variasi debit aliran tergantung pada jumlah, intensitas, dan distribusi hujan.

F. Drainase

Secara umum sistem drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal (Suripin, 2004 dalam hasmar 2012).

Drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu (Hasmar, 2012).

Drainase perkotaan adalah ilmu yang diterapkan dengan mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial yang ada di kawasan kota (Hasmar, 2012).

Adapun tujuan dari perencanaan drainase adalah sebagai berikut. 1. Untuk meningkatkan kesehatan lingkungan.

2. Pengendalian kelebihan air dapat dilakukan secara aman, lancar, dan efisien serta sejauh mungkin dapat mendukung kelestarian lingkungan.

3. Dapat mengurangi/menghilangkan genangan – genangan air yang menyebabkan terjadinya sumber penyakit (Hasmar, 2012)

Selanjutnya adalah fungsi dari drainase diantaranya sebagai berikut. 1. Membebaskan suatu wilayah dari genangan air erosi dan banjir.


(29)

2. Karena aliran lancar, maka drainase juga berfungsi untuk memperkecil resiko kesehatan lingkungan bebas dari malaria dan penyakit lainnya.

3. Kegunaan tanah pemukiman padat akan menjadi baik.

4. Dengan sistem yang baik, tata guna lahan dapat dioptimalkan. Pada sistem jaringan drainase terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Sistem drainase makro yaitu sistem saluran/badan air yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area). 2. Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase

yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan air hujan.

Apabila ditinjau dari segi fisik (hirarki susunan saluran) sistem drainase diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Saluran Primer

Saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai. Saluran primer adalah saluran utama yang menerima aliran dari saluran sekunder.

2. Saluran Sekunder

Saluran yang menghubungkan saluran tersier dengan saluran primer (dibangun dengan beton/plesteran semen).

3. Saluran Tersier

Saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke saluran sekunder, berupa plesteran, pipa dan tanah.

4. Saluran Kuarter

Saluran yang merupakan kolektor jaringan drainase lokal.

G. Street Inlet

Street inlet adalah bangunan pelengkap pada sistem drainase yang merupakan lubang atau bukaan pada sisi – sisi jalan yang berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan yang berada di sepanjang ruas jalan menuju ke dalam saluran drainase. Sesuai dengan kondisi dan penempatan saluran serta fungsi jalan yang ada, maka pada jenis saluran terbuka tidak diperlukan street inlet, karena ambang saluran yang ada merupakan bukaan bebas. Perlengkapan street inlet mempunyai ketentuan – ketentuan sebagai berikut. 1. Ditempatkan pada daerah yang rendah dimana limpasan air hujan menuju ke


(30)

17

2. Diletakkan pada tempat yang tidak memberikan gangguan lalu lintas dan pejalan kaki.

3. Air yang masuk ke street inlet harus dapat masuk menuju saluran drainase dengan cepat.

4. Jumlah street inlet harus cukup agar dapat menangkap limpasan air hujan pada jalan yang bersangkutan.

Bentuk - bentuk inlet yang sering di gunakan ialah berupa inlet datar dan inlet tegak (grate inlet). Inlet datar ialah inlet yang posisinya dekat kerb dengan posisi sejajar permukaan jalan, sehingga lubang inlet menghadap ke atas. Jenis yang kedua ialah inlet tegak (curb inlet), yaitu inlet yang posisinya tegak lurus atau membentuk sudut tertentu terhadap jalan raya dan berada di bawah kerb. Ilustrasi dari jenis-jenis inlet ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Jenis-jenis inlet menurut Suharyanto (2006)

H. Klasifikasi Jalan Raya

Klasifikasi jalan raya menunjukkan standar operasi yang dibutuhkan dan merupakan suatu bantuan yang berguna bagi perencana. Di Indonesia berdasarkan peraturan perencanaan geometrik jalan raya yang dikeluarkan oleh Bina Marga, jalan dibagi dalam kelas – kelas yang penetapannya berdasarkan fungsinya. Dalam buku Silvia Sukirman 1999 menurut fungsinya, jalan raya dapat di bagi menjadi tiga bagian yaitu.

1. Jalan Arteri

Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani (angkutan) terutama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata – rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses) dibatasi.


(31)

2. Jalan Kolektor

Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri – ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata – rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

3. Jalan Lokal

Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata – rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Sesuai dengan Undang – undang tentang jalan, No. 13 tahun 1980 dan peraturan pemerintah No. 26 tahun 1985, sistem jaringan jalan di Indonesia dapat dibedakan atas sistem jaringan primer dan jaringan sekunder. Dengan demikian sistem jaringan primer terdiri dari :

1. Jalan Arteri Lokal

Jalan arteri lokal adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan arteri primer adalah.

a. Kecepatan rencana >60 km/jam. b. Lebar badan jalan >8.0 m 2. Jalan Kolektor Primer

Jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan kolektor primer diantaranya adalah.

a. Kecepatan rencana jalan > 40 km/jam b. Lebar badan jalan > 7 m

3. Jalan Lokal Primer

Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang dibawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil, atau kota dibawah jenjang ketiga dengan persil. Adapun persyaratan jalan lokal primer, yaitu.


(32)

19

b. Lebar badan jalan > 6 m

Selanjutnya adalah sistem jaringan sekunder yang terdiri dari : 1. Jalan Arteri Sekunder

Jalan arteri sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Persyaratan jalan arteri sekunder yaitu :

a. Kecepatan rencana > 30 km/jam. b. Lebar badan jalan > 8 m

2. Jalan Kolektor Sekunder

Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Persyaratan jalan kolektor sekunder yaitu :

a. Kecepatan rencana > 20 km/jam. b. Lebar badan jalan 7 m

3. Jalan Lokal Sekunder

Jalan lokal sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan. Persyaratan jalan lokal sekunder yaitu :

a. Kecepatan rencana > 10 km/jam. b. Lebar badan jalan > 5 m.

Dalam konstruksi perkerasan jalan dipandang dari segi kemampuannya dalam memikul dan menyebarkan beban dengan memenuhi syarat – syarat yang ada diantaranya yaitu permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya dapat dialirkan dengan cepat. Pada kondisi ini, air sangat berperan penting dalam kekuatan terhadap kondisi jalan. Adapun jenis jalan yang akan dilakukan uji coba dalam penelitian ini adalah jalan kolektor (Silvia Sukirman, 1999).


(33)

21 A. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut:

Gambar 4.1. Bagan alir tahapan penelitian Studi Pustaka

Desain Alat Uji

Persiapan Alat Uji: Pembuatan model street inlet

Percobaan Alat Uji:

Rekapitulasi Data

Tidak Mulai

Survey Alat Uji

Pengujian Alat Uji:

Ya

Analisis dan Hitungan

Selesai Persiapan


(34)

22

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukakan di Laboratorium Keairan dan Lingkungan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

C. Alat dan Bahan 1. Alat

a. Simulator hujan.

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah seperangkat simulator hujan. Tujuan dari alat ini adalah mensimulasikan hujan buatan dengan skala laboratorium dan memungkinkan untuk melihat siklus hidrologi dalam skala kecil. Komponen dari Peralatan ini adalah,

1) Nozzle, yang berfungsi mengatur besarnya butiran hujan yang jatuh, dan nozzle yang digunakan untuk alternatif 1 sebanyak 5 nozzle dan untuk alternatif 2 sebanyak 3 nozzle.

2) Kerangka besi, yang berfungsi sebagai penampang nozzle yang berukuran 3 m x 3 m x 4 m.

3) Pompa air, berfungsi sebagai penggerak air, pompa yang dipakai adalah merk New Shimizu PS 128 BT dengan spesifikasi panjang pipa hisap 9 m, daya output motor 125 W, daya dorong max. 33 m.

4) Pipa, yang berfungsi sebagai tempat mengalirkan dan menyalurkan air.Pipa yang digunakan pvc ½ inch.

5) Manometer, nepel dan T drat merupakan satu pasang yang berfungsi sebagai pembacaan tekanan.

6) Klep foot pompa, letaknya berada di ujung pipa 1 inch dan harus terendam di dalam air dan berfungsi agar jalur rentang pipa antara sumur dan pompa (jalur pipa hisap),tetap terisi air.

7) Box container kapasitas 150 liter, sebagai tempat menampung air yang akan digunakan.

8) Terpal, berfungsi untuk menutup kerangka nozzle dan menghalangi masuknya angin yang dapat menggangu keluarnya air hujan dari nozzle pada saat pengujian terpal yang dipakai ukuran 4 m x 5 m.


(35)

Gambar 4.2. Desain Simulator Hujan.

4,


(36)

24

Gambar 4.4 Rangkaian nozzle b. Pada alat street inlet :

1) Kayu, digunakan sebagai rangka dari alat street inlet. Kayu yang digunakan yaitu kayu kelapa.

2) Triplek, pada alat street inlet triplek digunakan sebagai jalan.

3) Akrilik, digunakan sebagai tempat menampung air yang masuk dari inlet atau sebagai saluran drainase.

4) Cat, digunakan agar alat terlihat seperti asli.


(37)

Gambar 4.5. Alat Street Inlet

c. Pada pengujian inlet :

1) Mistar, digunakan untuk mengukur tinggi dan lebar genangan yang ada di bahu jalan.

Gambar 4.6. Mistar


(38)

26

2) Cawan, berfungsi untuk mengetahui intensitas hujan pada saat pengujian.

Gambar 4.7. Cawan

3) Box, digunakan sebagai penampung air.


(39)

4) Gelas ukur 1000 ml, digunakan untuk mengukur air yang terdapat di cawan dan di box.

Gambar 4.9. Gelas Ukur

5) Timbangan digital, digunakan untuk mengetahui air yang ada di dalam cawan.


(40)

28

6) Stopwatch, stopwatch yang digunakan yaitu stopwatch yang terdapat di handphone.

7) Plastisin, berfungsi sebagai menutup celah-celah yang ada di sambungan trotoar dan bahu jalan.

Gambar 4.12. Plastisin Gambar 4.11. Stopwatch


(41)

8) Batu kerikil, digunakan sebagai hambatan pada alat uji.

Gambar 4.13 Sebaran kerikil pada bahu jalan

D. Desain Model Street Inlet

Model street inlet yang dibuat dalam skala percobaan ini menggunakan model inlet yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran 60 mm x 30 mm dengan jarak 55 cm pada skala 1:5. Street inlet ini terletak pada bahu jalan yang mana terdapat hambatan kerikil pada daerah tersebut. Kerikil yang digunakan merupakan kerikil yang lolos saringan 1. Pada alat tersebut digunakan model street inlet berjumlah 3. Prototype yang dibuat untuk pengujian ini menggunakan jalan kolektor dengan kemiringan pada jalan 3% dan pada bahu jalan 2%. Pengujian ini memakai alat simulator hujan, yang mana terdapat 2 alternatif dalam pengujiannya. Hujan yang digunakan sebagai alternatif 1 yaitu dengan menggunakan 5 nozzle sedangkan alternatif 2 dengan menggunakan 3 nozzle sebagai perbandingannya.


(42)

30

Gambar 4.17 Detail desain Street Inlet Gambar 4.16. Model Jalan Gambar 4.15. Alat Street Inlet


(43)

E. Tahapan Pembuatan Alat Street Inlet

Tahapan dalam pembuatan alat street inlet digambarkan dengan skema berikut ini,

Gambar 4. 18 Bagan alir pembuatan alat uji Studi Pustaka

Persiapan Alat dan Bahan

Pembuatan Model Street Inlet

Pengujian Awal Terhadap Model

Street Inlet

Pelaksanaan pengujian Berfungsi

Tidak Berfungsi Mulai


(44)

32

F. Tahapan Pengujian Inlet

Tahapan dalam pengujian inlet digambarkan dengan skema sebagai berikut :

Gambar 4. 19 Bagan alir pengujian inlet Memasang bentuk inlet

Memasang hambatan yang akan digunakan yaitu kerikil

Menempatkan cawan dan box yang akan menampung air hujan

Mengatur nozzle, dengan alternatif 1 atau alternatif 2

Menghidupkan alat simulator

Mengatur stopwatch, per 3 menit dari 30 menit Mulai

Mengukur tinggi dan lebar genangan yang ada di bahu jalan

Pengambilan air hujan yang ada di cawan dan box

Mengukur dan menimbang air hujan yang ada di cawan dan box

Pengambilan Data


(45)

G. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada hari Selasa 31 Mei 2016 sampai dengan Kamis 2 Juni 2016. Dalam setiap penelitian dilakukan 2 alternatif, yaitu untuk alternatif 1 dengan menggunakan 5 nozzle pada simulator hujannya dan menggunakan 3 nozzle sebagai alternatif ke 2 untuk membandingkan hasil penelitiannya. Pengujian ini dilakukan pada tiap 3 menit dalam kurun waktu selama 30 menit. Pada setiap alternatif dilakukan sebanyak 3 kali pengujian, yaitu dengan menggunakan 1 lubang inlet, 2 lubang inlet dan 3 lubang inlet. Berikut ini merupakan tahapan – tahapan dalam pelaksanaan penelitian selama di laboratorium.

1. Sebelum pengujian dilaksanakan pastikan rangkaian pompa dan alat street inlet telah terangkai dan terpasang dengan baik, dan pastikan air untuk pengujian yang ada dalam tampungan bak air dengan kapasitas stabil serta bersih dari kotoran apapun.

2. Lakukan percobaan terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi hujan yang sesuai dengan hujan yang kita inginkan.

3. Setelah hujan sesuai dengan yang kita inginkan, matikan pompa airnya, selanjutnya memasang bentuk inlet yang akan digunakan.

4. Pasang hambatan yang akan digunakan di bahu jalan yaitu dengan batu kerikil.

5. Selanjutnya tempatkan cawan pada area jalan dan box yang digunakan menampung air hujan yang melalui saluran drainase guna mengetahui volume limpasannya.

6. Mengatur Stopwatch per-3 menit dalam kurun waktu 30 menit. 7. Pastikan semua alat sudah siap untuk digunakan dengan baik.

8. Setelah semuanya sudah siap, hidupkan kembali alat simulator hujan. 9. Pengujian siap dilakukan.

10.Tunggu sampai 3 menit, selanjutnya setiap 3 menitnya kita mengukur tinggi dan lebar genangan yang ada di bahu jalan, catat semua hasilnya.


(46)

34

Gambar 4.20 Cara mengukur lebar dan tinggi genangan

Gambar 4.21 Genangan pada Street Inlet dengan hambatan batu

11.Setelah itu ambil cawan dan box, dan langsung menggantikan cawan dan box tersebut secepat mungkin agar aliran yang masuk tetap konstan.

Lebar genangan


(47)

12.Sebelum melakukan penimbangan dan pengukuran keringkan terlebih dahulu sisi luar cawan dengan menggunakan kanebo.

13.Timbang cawan, kurangkan berat cawan terisi air dengan berat cawan kosong untuk mengetahui berat airnya, catat semua hasilnya. Sedangkan, air yang ada di box hanya diukur saja dengan menggunakan gelas ukur.

14.Begitu seterusnya sampai dengan waktu 30 menit.

15.Pada saat waktu 30 menit matikan pompa. Ditunggu sampai air yang menggenang di bahu jalan habis, dan biarkan waktu yang ada di stopwatch trus berjalan.

16.Sesudah air yang menggenang di bahu jalan habis, matikan stopwatch. 17.Lalu ambil box air yang menampung air genangan, catat hasilnya.


(48)

36 BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Intensitas Hujan dari Tinggi Curah Hujan

Pada pengujian di Laboratorium, nilai intensitas hujan didapat melalui 2 alternatif pengujian. Adapun alternatif 1 digunakan 5 nozzle untuk pengujiannya, sedangkan alternatif 2 digunakan dengan 3 nozzle. Hal ini bertujuan untuk membandingkan nilai intensitas hujan dari 2 alternatif tersebut. Pengujian ini di laksanakan pada tanggal 31 Mei 2016 untuk alternatif 1, sedangkan untuk alternatif 2 dilaksanakan pada tanggal 9 Juni 2016. Pada pengujian ini juga dilakukan sebanyak 3 kali pengujian pada tiap jumlah lubang inlet yang terpasang. Pada tiap tahap ada 3 macam pengujian, yang pertama pengujian dengan menggunakan 1 inlet, yang kedua menggunakan 2 inlet dan selanjutnya menggunakan 3 inlet pada jalan tersebut.

Setelah tinggi hujan diketahui, selanjutnya menghitung intensitas hujan pada menit ke-3 sampai dengan menit ke 30.

Penelitian intensitas hujan dengan alternatif 1 dan alternatif 2 dilakukan 3 kali pengujian. Untuk pengujian 1 kita menggunakan 1 lubang inlet, pengujian 2 menggunakan 2 lubang inlet, dan pengujian 3 menggunakan 3 lubang inlet. Masing masing pengujian tersebut di hitung dalam interval waktu 3 menit dalam kurun waktu 30 menit. Adapun hasil dari pengujian tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 5.1 Perhitungan nilai intensitas hujan pada alternatif 1 dengan 1 lubang inlet

Waktu No

Massa Cawan (Mc) Massa Cawan+ Massa Air (Mt) Massa Air (Ma) Volume Air (cawan) Tinggi Hujan (h) Intesitas (I) Intensitas rata-rata

(menit) Cawan (gr) (gr) (gr) (mm³) (mm) (mm/menit) (mm/menit)

0 1 11.07 11.07 0 0 0 0 0

2 11.03 11.03 0 0 0 0

3 1 11.07 70.23 59.16 59160 6.30 2.10 1.93

2 11.03 60.3 49.27 49270 5.25 1.75

6 1 11.07 70.27 59.20 59200 6.31 2.10 1.93

2 11.03 60.35 49.32 49320 5.25 1.75

9 1 11.07 69.8 58.73 58730 6.26 2.09 1.92

2 11.03 60.3 49.27 49270 5.25 1.75

12 1 11.07 67.35 56.28 56280 6.00 2.00 1.88


(49)

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Tabel 5.3 Hasil perhitungan nilai intensitas hujan rata – rata pada alternatif 1 untuk pengujian 1

waktu

(menit) No Pengujian

Intensitas (I) mm/menit Rata" Intensitas

(mm/menit)

Cawan 1 Cawan 2

3 1 2.10 1.75 1.93

6 2 2.10 1.75 1.93

9 3 2.09 1.75 1.92

12 4 2.00 1.76 1.88

15 5 2.01 1.75 1.88

18 6 2.04 1.70 1.87

21 7 1.94 1.75 1.84

24 8 1.94 1.74 1.84

27 9 1.93 1.76 1.84

30 10 1.90 1.62 1.76

Rata-rata 2.01 1.73 1.87

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Gambar 5.1 Grafik intensitas hujan pada alternatif 1 untuk pengujian 1

15 1 11.07 67.8 56.73 56730 6.04 2.01 1.88

2 11.03 60.3 49.27 49270 5.25 1.75

18 1 11.07 68.65 57.58 57580 6.13 2.04 1.87

2 11.03 58.91 47.88 47880 5.10 1.70

21 1 11.07 65.67 54.60 54600 5.82 1.94 1.84

2 11.03 60.3 49.27 49270 5.25 1.75

24 1 11.07 65.66 54.59 54590 5.82 1.94 1.84

2 11.03 59.9 48.87 48870 5.21 1.74

27 1 11.07 65.36 54.29 54290 5.78 1.93 1.84

2 11.03 60.5 49.47 49470 5.27 1.76

30 1 11.07 64.67 53.60 53600 5.71 1.90 1.76

2 11.03 56.7 45.67 45670 4.87 1.62

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50

3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

inten si tas (mm/me ni t) Waktu (menit) cawan 1 cawan 2 (Lanjutan)


(50)

38

Tabel 5.4 Hasil perhitungan nilai intensitas hujan rata – rata pada alternatif 2 untuk pengujian 1

Waktu (menit)

No Pengujian Intensitas Rata" Intensitas

(mm/menit)

Cawan 1 Cawan 2

3 1 1.58 1.43 1.50

6 2 1.62 1.47 1.55

9 3 1.62 1.51 1.56

12 4 1.64 1.40 1.52

15 5 1.63 1.44 1.53

18 6 1.67 1.48 1.57

21 7 1.62 1.53 1.57

24 8 1.58 1.52 1.55

27 9 1.62 1.57 1.60

30 10 1.63 1.54 1.59

Rata-rata 1.62 1.49 1.55

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Gambar 5.1 Grafik intensitas hujan pada alternatif 2 untuk pengujian 1

Nilai intensitas hujan yang di hasilkan dari simulator hujan dengan perbedaan jumlah nozzle telah didapatkan nilai rata-rata pada pada alternatif 1 yaitu pengujian ke-1 = 1,87 mm/menit, pengujian ke-2 = 1,90 mm/menit dan pengujian ke-3 = 2,06 mm/menit. Kemudian nilai intensitas hujan rata-rata pada alternatif 2 untuk pengujian ke-1 = 1,55 mm/menit, pengujian ke-2 = 1,77 mm/menit, dan pengujian ke-3 = 1,77 mm/menit.

1.25 1.30 1.35 1.40 1.45 1.50 1.55 1.60 1.65 1.70

3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

intensi tas (mm/me ni t) Waktu (menit) cawan 1 cawan 2


(51)

Dari Tabel 5.3 dan Tabel 5.4 dapat di lihat bahwa perbedaan jumlah nozzle berpengaruh terhadap jumlah intensitas hujan hujan yang terjadi. Semakin banyak jumlah nozzel yang di gunakan, maka nilai intensitas hujannya akan bertambah besar (nilai intensitas dengan 5 nozzle > 3 nozzle). Untuk tabel hasil pengujian selengkapnya dapat di lihat pada lampiran 5.

B. Perbandingan Nilai Debit Limpasan

Pada pengujian ini dilakukakan pengujian sebanyak 3 kali untuk tiap masing-masing kondisi hujan. Pengujian ini masih dengan menggunakan 2 alternatif yang sama. Pada pengujian pertama telah dipasang lubang inlet dengan jumlah 1 lubang, kemudian setelah itu pengujian kedua dipasang 2 lubang, dan selanjutnya pengujian ketiga dipasang dengan menggunakan 3 lubang inlet. Dimana pada masing – masing pengujian tersebut dihitung dalam waktu 3 menit dalam kurun waktu 30 menit. Hubungan antara waktu dengan debit limpasan pada 1 lubang inlet, 2 lubang inlet dan 3 lubang inlet yang berbentuk persegi panjang pada alternatif 1 dan alternatif 2yang di hasilkan dari alat simulator hujan dapat di lihat di bawah ini.

Tabel 5.5 Perhitungan debit limpasan alternatif 1 pada pengujian ke-1

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016 Waktu

(menit)

Limpasan (liter)

Massa air (gr)

Volume limpasan Debit limpasan

(liter/menit)

(mm3) (liter)

0 0 0 0 0 0

3 8.5 8500 8500000 8.5 2.83

6 8.7 8700 8700000 8.7 2.90

9 8.5 8500 8500000 8.5 2.83

12 9 9000 9000000 9 3.00

15 9.1 9100 9100000 9.1 3.03

18 9 9000 9000000 9 3.00

21 9.1 9100 9100000 9.1 3.03

24 9.1 9100 9100000 9.1 3.03

27 9.2 9200 9200000 9.2 3.07

30 9 9000 9000000 9 3.00


(52)

40

Tabel 5.6 Hasil analisis nilai debit limpasan alternatif 1 pada pengujian ke-1, ke-2, dan ke-3

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Gambar 5.3 Grafik debit limpasan hujan dengan alternatif 1 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 35.17

Debit ( li ter /m enit ) Waktu (menit) 1 inlet 2 inlet 3 inlet Waktu (menit) Debit 1 lubang inlet

(m3/detik)

Waktu (menit)

Debit 2 lubang inlet

(m3/detik)

Waktu (menit)

Debit 3 lubang inlet

(m3/detik)

0 0.00 0 0.00 0 0.00

3 2.83 3 2.97 3 3.37

6 2.90 6 3.03 6 3.67

9 2.83 9 3.33 9 3.70

12 3.00 12 3.40 12 3.73

15 3.03 15 3.33 15 3.70

18 3.00 18 3.33 18 3.73

21 3.03 21 3.50 21 3.83

24 3.03 24 3.53 24 3.87

27 3.07 27 3.53 27 3.93

30 3.00 30 3.60 30 3.97


(53)

Tabel 5.7 Hasil analisis nilai debit limpasan hujan dengan alternatif 2 pada pengujian ke-1, ke-2, dan ke-3

Waktu (menit)

Debit 1 lubang inlet

(m3/detik)

Waktu (menit)

Debit 2 lubang inlet

(m3/detik)

Waktu (menit)

Debit 3 lubang inlet

(m3/detik)

0 0.00 0 0.00 0 0.00

3 2.30 3 2.77 3 3.00

6 2.57 6 2.77 6 3.00

9 2.70 9 2.83 9 3.03

12 2.63 12 3.00 12 3.10

15 2.67 15 3.00 15 3.17

18 2.73 18 3.03 18 3.20

21 2.67 21 3.10 21 3.17

24 2.67 24 3.07 24 3.30

27 2.77 27 3.13 27 3.27

30 2.67 30 3.10 30 3.33

34.43 0.30 33.58 0.39 33.05 0.45

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Gambar 5.4 Grafik debit limpasan hujan pada alternatif 2

Pada Gambar 5.3 dan Gambar 5.4 menunjukan bahwa debit limpasan pada 1 lubang inlet lebih kecil dari debit limpasan 2 lubang inlet dan 3 lubang inlet. Dari data yang di dapat pada saat pengujian terlihat dari grafik hidrograf laju debit limpasan tidak konstan, hal ini di sebabkan oleh volume hujan yang di aliri dari

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 34.43

Debit (l it er/m enit) Waktu (menit) 1 inlet 2 inlet 3 inlet


(54)

42

nozzle pada alat simulator hujan saat pengujian sering berubah – ubah dan mengakibatkan hujan tidak merata. Naik turunnya tegangan listrik yang mengakibatkan keluarnya air dari nozzle bisa fluktuatif.

Untuk tabel hasil pengujian debit limpasan pada setiap pengujian selengkapnya dapat di lihat pada lampiran 6.

C. Pengaruh Jumlah Street inlet Terhadap Volume Genangan

Pada pengujian ini dilakukakan pengujian sebanyak 3 kali untuk tiap masing – masing kondisi hujan. Pada pengujian pertama telah dipasang street inlet dengan jumlah 1 lubang, kemudian setelah itu dipasang 2 lubang, dan selanjutnya dipasang dengan menggunakan 3 lubang inlet. Dimana pada masing – masing pengujian tersebut dihitung dalam waktu 3 menit dalam kurun waktu 30 menit. Dari hasil penelitian telah didapat volume genangan yang disajikan dalam Gambar 5.5 dan Gambar 5.6.

Tabel 5.8 Perhitungan volume genangan pada alternatif 1 untuk pengujian ke-1

Waktu No Genangan Luas Luas

Genangan Volume Genangan Total Luas Genangan Total Volume Genangan

(menit) Inlet h

(mm) l

(mm) (mm

2) (mm²) (mm³) (mm²) (mm³) (liter)

3

1 8 256 666.666667 1024.00 682666.67

3395.00 2263333.33 2.26

2 7 242 666.666667 847.00 564666.67

3 12 254 666.666667 1524.00 1016000.00

6

1 8 248 666.666667 992.00 661333.33

3572.00 2381333.33 2.38

2 8 252 666.666667 1008.00 672000.00

3 12 262 666.666667 1572.00 1048000.00

9

1 8 258 666.666667 1032.00 688000.00

3506.00 2337333.33 2.34

2 8 242 666.666667 968.00 645333.33

3 12 251 666.666667 1506.00 1004000.00

12

1 8.5 258 666.666667 1096.50 731000.00

3454.50 2303000.00 2.30

2 8 243 666.666667 972.00 648000.00

3 11 252 666.666667 1386.00 924000.00

15

1 10 246 666.666667 1230.00 820000.00

3561.50 2374333.33 2.37

2 8 235 666.666667 940.00 626666.67

3 11 253 666.666667 1391.50 927666.67

18

1 9.5 252 666.666667 1197.00 798000.00

3582.50 2388333.33 2.39

2 8 243 666.666667 972.00 648000.00

3 11 257 666.666667 1413.50 942333.33

21

1 9.2 256 666.666667 1177.60 785066.67

3541.10 2360733.33 2.36

2 8 243 666.666667 972.00 648000.00


(55)

24

1 8.9 256 666.666667 1139.20 759466.67

3493.20 2328800.00 2.33

2 8 242 666.666667 968.00 645333.33

3 11 252 666.666667 1386.00 924000.00

27

1 9 259 666.666667 1165.50 777000.00

3554.50 2369666.67 2.37

2 8.5 236 666.666667 1003.00 668666.67

3 11 252 666.666667 1386.00 924000.00

30

1 9 257 666.666667 1156.50 771000.00

3595.20 2396800.00 2.40

2 8.7 242 666.666667 1052.70 701800.00

3 11 252 666.666667 1386.00 924000.00

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Tabel 5.10 Hasil analisis volume genangan dengan pada alternatif 1 untuk pengujian ke-1, ke-2, dan ke-3

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Gambar 5.5 Grafik volume genangan pada alternatif 1 Waktu

(menit)

Volume genangan (liter) 1 Lubang Inlet 2 Lubang Inlet 3 Lubang Inlet

3 2.26 1.83 1.57

6 2.38 1.88 1.61

9 2.34 2.10 1.84

12 2.30 2.17 1.85

15 2.37 2.24 1.96

18 2.39 2.24 1.98

21 2.36 2.26 2.01

24 2.33 2.26 2.01

27 2.37 2.27 2.01

30 2.40 2.30 2.03

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00

3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

Vo lum e (li te r) Waktu (menit) 1 inlet 2 inlet 3 inlet


(56)

44

Tabel 5.11 Hasil analisis volume genangan pada alternatif 2 untuk pengujian ke-1, ke-2, dan ke-3

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Gambar 5.6 Grafik volume genangan pada alternatif 2

Pada Gambar 5.5 dan Gambar 5.6 telah menunjukan bahwa nilai volume genangan tertinggi pada alternatif 1 yang di hasilkan dari alat simulator hujan dengan menggunakan 1 lubang inlet pada menit ke-30 yaitu 2,40 liter. Begitu juga pada alternatif 2, nilai volume genangan tertinggi yang di hasilkan dari alat simulator hujan terjadi pada 1 lubang inlet pada menit ke-30 yaitu 1,35 liter. Selanjutnya dapat diamati pula, bahwa grafik volume genangan dengan

Waktu (menit)

Volume Genangan (liter) 1 Lubang Inlet 2 Lubang Inlet 3 Lubang Inlet

3 0.85 0.81 0.38

6 0.95 0.84 0.40

9 1.02 0.90 0.50

12 1.03 0.92 0.51

15 1.12 0.96 0.51

18 1.16 0.99 0.56

21 1.20 1.00 0.59

24 1.26 1.08 0.67

27 1.31 1.03 0.74

30 1.35 1.07 0.74

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60

3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

Volum e (l it er) Waktu (menit) 1 inlet 2 inlet 3 inlet


(57)

menggunakan pada alternatif 1 dan alternatif 2 yang di hasilkan dari alat simulator hujan dengan 1 lubang inlet, 2 lubang inlet, 3 lubang inlet telah menunjukan perbedaan. Dimana volume genangan dengan 1 lubang inlet terjadi genangan lebih tinggi dari jumlah 2 lubang inlet. Sedangkan 3 lubang inlet terjadi genangan lebih rendah dari 1 lubang inlet dan 2 lubang inlet. Untuk tabel hasil volume genangan pada setiap pengujian selengkapnya dapat di lihat pada lampiran 7.

Dari data yang diperoleh pada pengujian pengaruh jumlah inlet terhadap debit limpasan dan pengaruh jumlah inlet terhadap volume genangan, maka didapat hubungan antara volume genangan terhadap debit limpasan untuk setiap lubang inlet dengan dengan alternatif 1 yang menggunakan 5 buah nozzle dan alternatif 2 dengan menggunakan 3 buah nozzle yang di hasilkan dari alat simulator hujan. Hasil tersebut dapat dilihat dibawah ini.

Tabel 5.12 Nilai volume genangan dan debit limpasan dengan alternatif 1

No. Uji

1 Lubang Inlet 2 Lubang Inlet 3 Lubang Inlet

Volume Genangan (Liter) Debit Limpasan (Liter/menit) Volume Genangan (Liter) Debit Limpasan (Liter/menit) Volume Genangan (Liter) Debit Limpasan (Liter/menit)

0 0 0.00 0 0.00 0 0.00

1 2.26 2.83 1.83 2.97 1.57 3.37

2 2.38 2.90 1.88 3.03 1.61 3.67

3 2.34 2.83 2.10 3.33 1.84 3.70

4 2.30 3.00 2.17 3.40 1.85 3.73

5 2.37 3.03 2.24 3.33 1.96 3.70

6 2.39 3.00 2.24 3.33 1.98 3.73

7 2.36 3.03 2.26 3.50 2.01 3.83

8 2.33 3.03 2.26 3.53 2.01 3.87

9 2.37 3.07 2.27 3.53 2.01 3.93

10 2.40 3.00 2.30 3.60 2.03 3.97


(58)

46

Tabel 5.13 Nilai volume genangan dan debit limpasan dengan alternatif 2

No. Uji

1 Lubang Inlet 2 Lubang Inlet 3 Lubang Inlet

Volume Genangan (Liter) Debit Limpasan (Liter/menit) Volume Genangan (Liter) Debit Limpasan (Liter/menit) Volume Genangan (Liter) Debit Limpasan (Liter/menit)

0 0 0.00 0 0.00 0 0.00

1 0.85 2.30 0.81 2.77 0.81 2.77

2 0.95 2.57 0.84 2.77 0.84 2.77

3 1.02 2.70 0.90 2.83 0.90 2.83

4 1.03 2.63 0.92 3.00 0.92 3.00

5 1.12 2.67 0.96 3.00 0.96 3.00

6 1.16 2.73 0.99 3.03 0.99 3.03

7 1.20 2.67 1.00 3.10 1.00 3.10

8 1.26 2.67 1.08 3.07 1.08 3.07

9 1.31 2.77 1.03 3.13 1.03 3.13

10 1.35 2.67 1.07 3.10 1.07 3.10

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Dari Tabel 5.12 dan 5.13 dapat diketahui bahwa semakin banyak jumlah lubang inlet yang di pasang maka debit limpasannya akan semakin banyak. Dengan demikian, apabila jumlah lubang inlet yang terpasang semakin banyak maka volume genangannya akan semakin berkurang. Hal tersebut dikarenakan apabila jumlah inlet yang terpasang semakin banyak maka akan mempermudah air untuk masuk mengalir melalui lubang inlet menuju ke saluran drainase sehingga dapat meminimalisir terjadinya genangan.


(59)

D. Nilai Koefisien Limpasan

Untuk pengujian koefisien limpasan dapat di sajikan pada tabel yang ada di bawah ini,

Tabel 5.14 Koefisien limpasan pada alternatif 1 untuk pengujian ke-1

Waktu Q Limpasan Intensitas Rata''

C

(menit) (Liter/menit) (mm/menit)

0 0.00 0.00 0

3 2.83 1.93 0.73

6 2.90 1.93 0.75

9 2.83 1.92 0.74

12 3.00 1.88 0.80

15 3.03 1.88 0.81

18 3.00 1.87 0.80

21 3.03 1.84 0.82

24 3.03 1.84 0.82

27 3.07 1.84 0.83

30 3.00 1.76 0.85

36.01 0.35

Rata-rata 0.80

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Tabel 5.15 Koefisien limpasan pada alternatif 1

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Waktu Koefisien Limpasan

(menit) 1 inlet 2 inlet 3 inlet

0 0.00 0.00 0

3 0.73 0.81 0.87

6 0.75 0.81 0.93

9 0.74 0.87 0.92

12 0.80 0.90 0.89

15 0.81 0.88 0.88

18 0.80 0.91 0.88

21 0.82 0.93 0.91

24 0.82 0.92 0.92

27 0.83 0.90 0.94

30 0.85 0.93 0.94


(60)

48

Tabel 5.16 Koefisien limpasan pada alternatif 2

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Contoh perhitungan : Q = C . I . A C = Q/(I.A) = 2,83/(1,93*2) = 0,73

Pada Tabel 5.14 dapat diketahui bahwa nilai koefisien limpasan rata rata yang di hasilkan dari alternatif 1 dengan 1 lubang inlet = 0,80, 2 inlet = 0,88 dan 3 inlet = 0,91. Pada alternative 2 untuk 1 inlet = 0,85 , 2 inlet = 0,84 dan 3 inlet = 0,89, hal ini dapat menunjukkan bahwa nilai koefisien limpasan sesuai dengan ketetapan yang ada pada tabel koefisien pengaliran. Untuk tabel hasil pengujian selengkapnya dapat di lihat pada lampiran 4.

Waktu Koefisien Limpasan

(menit) 1 inlet 2 inlet 3 inlet

0 0.00 0.00 0

3 0.77 0.86 0.91

6 0.83 0.85 0.90

9 0.86 0.80 0.90

12 0.87 0.83 0.88

15 0.87 0.83 0.91

18 0.87 0.85 0.92

21 0.85 0.87 0.91

24 0.86 0.84 0.87

27 0.87 0.86 0.85

30 0.84 0.84 0.88


(61)

49 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Pada pengujian intensitas hujan dengan alternatif 1 telah didapatkan nilai rata-rata intensitas hujan, yaitu pada pengujian 1 = 1,87 mm/menit, pengujian 2 = 1,90 mm/menit, pengujian 3= 2,06. Kemudian pada alternatif 2 untuk pengujian 1 = 1,55 mm/menit, pengujian 2 = 1,77 mm/menit, dan pengujian 3 =1,77 mm/menit. Dari hasil pengujian dapat diamati bahwa perbedaan jumlah noozle dapat berpengaruh terhadap jumlah intensitas hujan yang terjadi. Semakin banyak jumlah nozzle yang di gunakan maka nilai intensitasnya akan semakin bertambah besar (nilai intensitas dengan 5 nozzle > 3 nozzle).

2. Hasil pengujian debit limpasan menunjukan bahwa debit limpasan pada 1 lubang inlet lebih kecil dari debit limpasan 2 lubang inlet dan 3 lubang inlet. 3. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa, nilai volume genangan

tertinggi pada alternatif 1 yang terjadi ketika terpasang hanya 1 buah lubang inlet yaitu dengan volume genangan sebesar 2,40 liter pada menit ke-30. Kemudian pada alternatif 2 yang dihasilkan dari alat simulator hujan terjadi pada 1 lubang inlet pada menit ke-30 yaitu 1,35 liter. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa grafik volume genangan pada kondisi hujan untuk alternatif 1 dan alternatif 2 yang di hasilkan dari alat simulator hujan dengan 1 lubang inlet, 2 lubang inlet, dan 3 lubang inlet menunjukkan adanya perbedaan. Dimana volume genangan dengan 1 lubang inlet terjadi genangan lebih tinggi dari 2 lubang inlet. Sedangkan dengan menggunakan 3 lubang inlet terjadi genangan lebih rendah dari 1 lubang inlet dan 2 lubang inlet. 4. Nilai koefisien limpasan rata rata yang di hasilkan dari alternatif 1 dengan 1

lubang inlet = 0,80, 2 inlet = 0,88 dan 3 inlet = 0,91. Pada alternative 2 untuk 1 inlet = 0,85 , 2 inlet = 0,84 dan 3 inlet = 0,89, hal ini dapat menunjukkan bahwa nilai koefisien limpasan sesuai dengan ketetapan yang ada pada tabel koefisien pengaliran.


(62)

50

B. Saran

Untuk menyempurnakan hasil penelitian dan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut, peneliti dapat menyarankan sebagai berikut :

1. Bagi penelitian selanjutnya sebelum melakukan penelitian menggunakan alat street inlet di laboratorium sebaiknya dilakukan pengujian awal untuk mengetahui kerusakan dan kelemahan yang terjadi pada alat uji, sehingga kerusakan dan kelemahan dapat diantisipasi terlebih dahulu.

2. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan nozzle yang lebih baik agar mendapatkan hujan yang merata.

3. Bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan pengujian pada interval waktu yang lebih lama supaya bisa mendapatkan hasil yang maksimal.

4. Air yang ada dalam bak tampungan diusahakan selalu bersih dan terhindar dari kotoran apapun karena hal ini dapat menyebabkan tersumbatnya aliran air yang dialirkan melalui pompa, sehingga air yang mengalir melalui nozzle dapat terhambat.


(1)

46

Tabel 5.13 Nilai volume genangan dan debit limpasan dengan alternatif 2 No.

Uji

1 Lubang Inlet 2 Lubang Inlet 3 Lubang Inlet

Volume Genangan

(Liter)

Debit Limpasan (Liter/menit)

Volume Genangan

(Liter)

Debit Limpasan (Liter/menit)

Volume Genangan

(Liter)

Debit Limpasan (Liter/menit)

0 0 0.00 0 0.00 0 0.00

1 0.85 2.30 0.81 2.77 0.81 2.77

2 0.95 2.57 0.84 2.77 0.84 2.77

3 1.02 2.70 0.90 2.83 0.90 2.83

4 1.03 2.63 0.92 3.00 0.92 3.00

5 1.12 2.67 0.96 3.00 0.96 3.00

6 1.16 2.73 0.99 3.03 0.99 3.03

7 1.20 2.67 1.00 3.10 1.00 3.10

8 1.26 2.67 1.08 3.07 1.08 3.07

9 1.31 2.77 1.03 3.13 1.03 3.13

10 1.35 2.67 1.07 3.10 1.07 3.10 Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Dari Tabel 5.12 dan 5.13 dapat diketahui bahwa semakin banyak jumlah lubang inlet yang di pasang maka debit limpasannya akan semakin banyak. Dengan demikian, apabila jumlah lubang inlet yang terpasang semakin banyak maka volume genangannya akan semakin berkurang. Hal tersebut dikarenakan apabila jumlah inlet yang terpasang semakin banyak maka akan mempermudah air untuk masuk mengalir melalui lubang inlet menuju ke saluran drainase sehingga dapat meminimalisir terjadinya genangan.


(2)

D. Nilai Koefisien Limpasan

Untuk pengujian koefisien limpasan dapat di sajikan pada tabel yang ada di bawah ini,

Tabel 5.14 Koefisien limpasan pada alternatif 1 untuk pengujian ke-1 Waktu Q Limpasan Intensitas Rata''

C (menit) (Liter/menit) (mm/menit)

0 0.00 0.00 0

3 2.83 1.93 0.73

6 2.90 1.93 0.75

9 2.83 1.92 0.74

12 3.00 1.88 0.80

15 3.03 1.88 0.81

18 3.00 1.87 0.80

21 3.03 1.84 0.82

24 3.03 1.84 0.82

27 3.07 1.84 0.83

30 3.00 1.76 0.85

36.01 0.35

Rata-rata 0.80

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Tabel 5.15 Koefisien limpasan pada alternatif 1

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Waktu Koefisien Limpasan

(menit) 1 inlet 2 inlet 3 inlet

0 0.00 0.00 0

3 0.73 0.81 0.87

6 0.75 0.81 0.93

9 0.74 0.87 0.92

12 0.80 0.90 0.89

15 0.81 0.88 0.88

18 0.80 0.91 0.88

21 0.82 0.93 0.91

24 0.82 0.92 0.92

27 0.83 0.90 0.94

30 0.85 0.93 0.94


(3)

48

Tabel 5.16 Koefisien limpasan pada alternatif 2

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016 Contoh perhitungan :

Q = C . I . A C = Q/(I.A) = 2,83/(1,93*2) = 0,73

Pada Tabel 5.14 dapat diketahui bahwa nilai koefisien limpasan rata rata yang di hasilkan dari alternatif 1 dengan 1 lubang inlet = 0,80, 2 inlet = 0,88 dan 3 inlet = 0,91. Pada alternative 2 untuk 1 inlet = 0,85 , 2 inlet = 0,84 dan 3 inlet = 0,89, hal ini dapat menunjukkan bahwa nilai koefisien limpasan sesuai dengan ketetapan yang ada pada tabel koefisien pengaliran. Untuk tabel hasil pengujian selengkapnya dapat di lihat pada lampiran 4.

Waktu Koefisien Limpasan

(menit) 1 inlet 2 inlet 3 inlet

0 0.00 0.00 0

3 0.77 0.86 0.91

6 0.83 0.85 0.90

9 0.86 0.80 0.90

12 0.87 0.83 0.88

15 0.87 0.83 0.91

18 0.87 0.85 0.92

21 0.85 0.87 0.91

24 0.86 0.84 0.87

27 0.87 0.86 0.85

30 0.84 0.84 0.88


(4)

49 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Pada pengujian intensitas hujan dengan alternatif 1 telah didapatkan nilai rata-rata intensitas hujan, yaitu pada pengujian 1 = 1,87 mm/menit, pengujian 2 = 1,90 mm/menit, pengujian 3= 2,06. Kemudian pada alternatif 2 untuk pengujian 1 = 1,55 mm/menit, pengujian 2 = 1,77 mm/menit, dan pengujian 3 =1,77 mm/menit. Dari hasil pengujian dapat diamati bahwa perbedaan jumlah noozle dapat berpengaruh terhadap jumlah intensitas hujan yang terjadi. Semakin banyak jumlah nozzle yang di gunakan maka nilai intensitasnya akan semakin bertambah besar (nilai intensitas dengan 5 nozzle > 3 nozzle).

2. Hasil pengujian debit limpasan menunjukan bahwa debit limpasan pada 1 lubang inlet lebih kecil dari debit limpasan 2 lubang inlet dan 3 lubang inlet. 3. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa, nilai volume genangan

tertinggi pada alternatif 1 yang terjadi ketika terpasang hanya 1 buah lubang inlet yaitu dengan volume genangan sebesar 2,40 liter pada menit ke-30. Kemudian pada alternatif 2 yang dihasilkan dari alat simulator hujan terjadi pada 1 lubang inlet pada menit ke-30 yaitu 1,35 liter. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa grafik volume genangan pada kondisi hujan untuk alternatif 1 dan alternatif 2 yang di hasilkan dari alat simulator hujan dengan 1 lubang inlet, 2 lubang inlet, dan 3 lubang inlet menunjukkan adanya perbedaan. Dimana volume genangan dengan 1 lubang inlet terjadi genangan lebih tinggi dari 2 lubang inlet. Sedangkan dengan menggunakan 3 lubang inlet terjadi genangan lebih rendah dari 1 lubang inlet dan 2 lubang inlet. 4. Nilai koefisien limpasan rata rata yang di hasilkan dari alternatif 1 dengan 1

lubang inlet = 0,80, 2 inlet = 0,88 dan 3 inlet = 0,91. Pada alternative 2 untuk 1 inlet = 0,85 , 2 inlet = 0,84 dan 3 inlet = 0,89, hal ini dapat menunjukkan bahwa nilai koefisien limpasan sesuai dengan ketetapan yang ada pada tabel koefisien pengaliran.


(5)

50

B. Saran

Untuk menyempurnakan hasil penelitian dan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut, peneliti dapat menyarankan sebagai berikut :

1. Bagi penelitian selanjutnya sebelum melakukan penelitian menggunakan alat street inlet di laboratorium sebaiknya dilakukan pengujian awal untuk mengetahui kerusakan dan kelemahan yang terjadi pada alat uji, sehingga kerusakan dan kelemahan dapat diantisipasi terlebih dahulu.

2. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan nozzle yang lebih baik agar mendapatkan hujan yang merata.

3. Bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan pengujian pada interval waktu yang lebih lama supaya bisa mendapatkan hasil yang maksimal.

4. Air yang ada dalam bak tampungan diusahakan selalu bersih dan terhindar dari kotoran apapun karena hal ini dapat menyebabkan tersumbatnya aliran air yang dialirkan melalui pompa, sehingga air yang mengalir melalui nozzle dapat terhambat.


(6)

xiv

Asdak, Chay. 1995. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Khakimurrahman, Rijal. 2016. Pemodelan Hujan Sekala Laboratorium Menggunakan Alat Simulator Hujan Untuk Menentukan Intensitas Hujan. Jurusan teknik sipil, universitas muhammadiyah yogyakarta.

Kurniasari, Apriliana. "EVALUASI KINERJA JARINGAN DRAINASE

KELURAHAN GANDEKAN, KECAMATAN JEBRES, KOTA

SURAKARTA (SUB SISTEM DAS KALI PEPE HILIR)." (2015).

Soemarto, 1995. Siklus Hidrologi. Tersedia di: https://bebasbanjir2025. wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/siklus-hidrologi/, diakses tanggal 11 maret 2016.

Sosrodarsono, Suyono. 1978. Hidrologi Untuk Pengairan. Pradnya paramita. Jakarta.

Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air. Idea Dharma. Bandung.

Suharyanto, A. 2006, Desain Street Inlet Berdasarkan Geometri Jalan. Jurusan teknik sipil, fakultas teknik. Universitas brawijay, Malang.

Sukirman, silvia. 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Nova, Bandung. Suripin. 2004. Drainasi Perkotaan Yang Berkelanjutan. Andi, yogyakarta.

Syapawi, A. 2013. Studi Permasalahan Drainase Jalan (Saluran Samping) Di Lokasi Jalan Demang Lebar Dan Sepanjang 3900 m (Lingkaran SMA Negri 10 Simpang Polda


Dokumen yang terkait

Perhitungan Panjang Antrian Akibat Hambatan Samping Dengan Metode Gelombang Kejut (Studi Kasus : Ruas Jalan A.H Nasution)

12 112 137

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN ( Studi Kasus: Model Inlet Bulat di Bahu Jalan Dengan Hambatan Rumput )

0 3 12

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN ( Studi Kasus: Model Inlet Bulat di Bahu Jalan Dengan Hambatan Rumput )

5 25 59

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN ( Studi Kasus: Model Inlet Persegi Panjang di Bahu Jalan dengan Hambatan Rumput )

1 4 57

Tinjauan Kinerja Inlet Jalan Untuk Mengurangi Genangan Akibat Limpasan Hujan (Studi Kasus : Model inlet bulat di bahu jalan)

1 5 70

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus : Model inlet persegi panjang di bahu jalan)

1 12 66

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus : Model inlet persegi panjang pada trotoar jalan)

0 5 74

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus dengan Menggunakan Model Inlet Persegi pada Trotoar Jalan dengan Hambatan Batu Kerikil)

1 7 60

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus dengan Menggunakan Model Inlet Persegi Panjang pada Trotoar Jalan dengan Hambatan Rumput)

0 4 70

PENGARUH PANJANG PIPA INLET TERHADAP KINERJA PADA POMPA HIDRAM Pengaruh Panjang Pipa Inlet Terhadap Kinerja Pada Pompa Hidram.

1 6 19