PENGARUH USIA, GENDER, STATUS SOSIAL EKONOMI, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PERSEPSI ETIS MAHASISWA AKUNTANSI DENGAN LOVE OF MONEY SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Empiris Pada Universitas Islam di Yogyakata)

(1)

THE INFLUENCE OF AGE, GENDER, SOCIAL STATUS ECONOMY, AND WORK EXPERIENCE SAME PERCEPTION TOWARDS ETHICAL

ACCOUNTING STUDENTS WITH A LOVE OF MONEY AS AN INTERVENING VARIABLE

(The Empirical Study on Islamic University in Yogyakarta)

Oleh

VIKY APRIANTI 20130420296

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

THE INFLUENCE OF AGE, GENDER, SOCIAL STATUS ECONOMY, AND WORK EXPERIENCE SAME PERCEPTION TOWARDS ETHICAL

ACCOUNTING STUDENTS WITH A LOVE OF MONEY AS AN INTERVENING VARIABLE

(The Empirical Study on Islamic University in Yogyakarta)

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

VIKY APRIANTI 20130420296

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(3)

AKUNTANSI DENGAN LOVE OF MONEY SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

(Studi Empiris Pada Universitas Islam di Yogyakata)

THE INFLUENCE OF AGE, GENDER, SOCIAL STATUS ECONOMY, AND WORK EXPERIENCE SAME PERCEPTION TOWARDS ETHICAL

ACCOUNTING STUDENTS WITH A LOVE OF MONEY AS AN INTERVENING VARIABLE

(The Empirical Study on Islamic University in Yogyakarta)

Diajukan oleh:

VIKY APRIANTI 20130420296

Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing

Erni Suryandari Fathmaningrum, S.E., M.Si. Tanggal 18 November 2016 NIK: 19700322199409143040


(4)

AKUNTANSI DENGAN LOVE OF MONEY SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

(Studi Empiris Pada Universitas Islam di Yogyakata)

THE INFLUENCE OF AGE, GENDER, SOCIAL STATUS ECONOMY, AND WORK EXPERIENCE SAME PERCEPTION TOWARDS ETHICAL

ACCOUNTING STUDENTS WITH A LOVE OF MONEY AS AN INTERVENING VARIABLE

(The Empirical Study on Islamic University in Yogyakarta) VIKY APRIANTI

20130420296

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan Dewan Penguji Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tanggal 20 Desember 2016

Yang terdiri dari

Dr. Ietje Nazaruddin, M.Si., Ak., CA Ketua Tim Penguji

ErniSuryandari, S.E., M.Si Dr. Evi Rahmawati, S.E., M.Acc.,Ak., CA

Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui

DekanFakultasEkonomi dan Bisnis UniversitasMuhammadiyah Yogyakarta

Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si NIK: 19660604199202 143 016


(5)

Nama : Viky Aprianti Nomor Mahasiswa : 20130420296

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “Pengaruh Usia, Gender, Status Sosial Ekonomi, Dan Pengalaman Kerja Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Dengan Love Of Money Sebagai Variabel Intervening” adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulisan lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri. Dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya. Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di atas baik sengaja atau tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri. Bila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 18 November 2016


(6)

dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (Depag RI, 1989 : 421)

“Orang yang menuntut ilmu berarti menuntut

rahmat ; orang yang menuntut ilmu berarti menjalankan rukun Islam dan Pahala yang diberikan kepada sama dengan para Nabi”

(HR. Dailani dari Anas r.a)

“Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya menggunakan untuk memotong, ia akan memotongmu (menggilasmu)”


(7)

1. Allah SWT, segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahNya.

2. Nabi Muhammad SAW, Allahumma shollii wa sallim ‘alaa nabiyyinaa Muhammad.

3. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Taufik dan Ibu Wiwin yang telah mendidik, mendukung dan menjadi pelita semangat dalam setiap langkah penulis. Terimakasih untuk doa dan kasih sayang yang selalu diberikan selama ini.

4. Kedua adikku tercinta, Melgi dan Rachel yang selalu menjadi penyemangat dalam setiap lagkah penulis.

5. Sahabatku tersayang, Retno fitria Wulandari, Atqatia Sugiharti, Heryana Rhuly Oktaria, Suniasna Elisabeth, Siska Febrina, dan Yessy Trimelda yang selalu ada disaat aku membutuhkan dan selalu memberi dukungan serta selalu mendoakanku.

6. Seluruh teman-temanku Nur icmiati Karim, Nurisa Septiani, Almira Leonita, Pratiwi Yunita, Karina Gama Soleha, Hera Nurmalita, Choirunnisa N.Okpian, N. Wulandari, Dita Pradina, Lieona Faradilla, Rahma Dwi yuliani, Rahmi Dwi Yuliana, Isfan Pratama, Setiawan Muhammad Syaifuddin, Andre Yahya, Yogi Levianto, Muhammad Galang Wibisono, Nina Lutfyantika, Surya Ayuningga, Totok Sunarko, dan teman-teman yang lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang selalu mendoakan dan menemani langkahku disaat susah maupun senang.

7. Erni Suryandari, S.E., M.Si (mama) selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberi masukan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Terimakasih atas ilmu dan kebaikan yang sudah diberikan kepadaku.


(8)

selam ini.

10. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan membantu penulis selama masa perkuliahan.


(9)

dan persepsi etis mahasiswa akuntansi. Serta untuk mengetahui apakah faktor love of money merupakan penyebab dari persepsi etis. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu purposive sampling. Penelitian ini menggunakan sampel mahasiswa S1 tingkat akhir jurusan akuntansi Universitas Muhammadyah Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan, dan Universitas Islam Indonesia. Jumlah sampel yang digunakan yaitu sebanyak 96 responden. Pengujian analisis data pada penelitian ini menggunakan PLS (Partial Least Square) melalui software SmartPLS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel usia, gender, dan status sosial ekonomi berpengaruh signifikan terhadap love of money, namun pengalaman kerja tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap love of money.

Variabel usia, gender, dan love of money mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi. Selain itu, pada pengaruh mediasi variabel usia memiliki pengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi melalui love of money dan variabel gender berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi tanpa melalui love of money.

Kata kunci : Usia, Gender, Status sosial ekonomi, pengalaman kerja, Love of money, persepsi etis,mahasiswa akuntansi


(10)

perception of ethical accounting students. As well as to determine whether the factor of love of money is the cause of ethical perception. The samples in this study using data collection method is purposive sampling. This study used a sample of students majoring in accounting S1 final level Muhammadiyah University of Yogyakarta, Ahmad Dahlan University and Islamic University of Indonesia. The samples used as many as 96 respondents. The test data analysis in this study using the PLS (Partial Least Square) through software SmartPLS.

The results showed that the variables of age, gender, and socioeconomic status significantly influence the love of money, but the work experience does not have significant influence on the love of money. The variables of age, gender, and the love of money has a significant influence on the perception of ethical

accounting students. In addition, the mediating influence of the age variable has a significant influence on the perception of ethical accounting students through the love of money and gender variables significantly influence the perception of ethical accounting students without going through the love of money.

Keywords: age, gender, socioeconomic status, work experience, Love of money, ethical perception, accounting students


(11)

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan Rahmat, Taufik, dan karunia Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Usia, Gender, Status Sosial Ekonomi dan Pengalaman Kerja Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi dengan Love Of Money Sebagai Variabel Intervening.”

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada program Sarjana Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengangkat topik ini dimulai dari ketertarikan penulis untuk dapat mengetahui dan menjelaskan pengaruh dari usia,

gender, status sosial ekonomi, dan pengalaman kerja terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi dengan love of money sebagai variabel intervening pada mahasiswa akuntansi tingkat akhir. Melalui skripsi ini penulis berharap dapat memberikan ide pengembangan untuk penelitian selanjutnya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa dukungan, bantuan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Nano Parwoto, S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Erni Suryandari Fatmaningrum, S.E.,M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan masukan, ilmu, dan nilai kedisiplinan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.

3. Seluruh dosen-dosen Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan banyak ilmu bagi mahasiswa akuntansi.


(12)

Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa tidak ada hasil karya manusia yang sempurna. Demikian pula dengan skripsi ini yang tidak lepas dari kesalahan. Karena itu, kritik, saran, dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 18 November 2016 Penulis


(13)

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

INTISARI ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penlitian ... 9

BAB II TELAAH PUSTAKA ... 10

A. Landasan Teori ... 11

1. Teori Harapan... 11

2. Teori Sikap dan Perilaku ... 12

3. Etika ... 13

4. Persepsi ... 15

5. Love Of money... 17

6. Usia ... 18

7. Gender ... 19

8. Status Sosial Ekonomi ... 20

9. Pengalaman Kerja ... 21

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis ... 22


(14)

C. Teknik Pengalaman Kerja ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 37

F. Uji Kualitas Instrumen dan Hipotesis Data ... 42

1. Statistik Deskriptif ... 42

2. Uji Hipotesis ... 42

3. Uji Jalur ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 49

B. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 51

C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 59

D. Pembahasan (Interpretasi) ... 65

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 76

A. Simpulan ... 76

B. Keterbatasan ... 77

C. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA


(15)

4.2 Karakteristik Responden ... 50

4.3 Statistik Deskriptif ... 51

4.4 Outer Loading ... 52

4.5 Average Variance Extracted (AVE) ... 54

4.6 Cross Loading ... 55

4.7 Composite Reliabillity ... 56

4.8 Cronbachs Alpha ... 57

4.9 R Square ... 58


(16)

(17)

(18)

persepsi etis mahasiswa akuntansi. Serta untuk mengetahui apakah faktor love of money merupakan penyebab dari persepsi etis. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu purposive sampling. Penelitian ini menggunakan sampel mahasiswa S1 tingkat akhir jurusan akuntansi Universitas Muhammadyah Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan, dan Universitas Islam Indonesia. Jumlah sampel yang digunakan yaitu sebanyak 96 responden. Pengujian analisis data pada penelitian ini menggunakan PLS (Partial Least Square) melalui software SmartPLS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel usia, gender, dan status sosial ekonomi berpengaruh signifikan terhadap love of money, namun pengalaman kerja tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap love of money. Variabel usia, gender, dan love of money mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi. Selain itu, pada pengaruh mediasi variabel usia memiliki pengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi melalui love of money dan variabel gender berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi tanpa melalui love of money.

Kata kunci : Usia, Gender, Status sosial ekonomi, pengalaman kerja, Love of money, persepsi etis,mahasiswa akuntansi


(19)

perception of ethical accounting students. As well as to determine whether the factor of love of money is the cause of ethical perception. The samples in this study using data collection method is purposive sampling. This study used a sample of students majoring in accounting S1 final level Muhammadiyah University of Yogyakarta, Ahmad Dahlan University and Islamic University of Indonesia. The samples used as many as 96 respondents. The test data analysis in this study using the PLS (Partial Least Square) through software SmartPLS.

The results showed that the variables of age, gender, and socioeconomic status significantly influence the love of money, but the work experience does not have significant influence on the love of money. The variables of age, gender, and the love of money has a significant influence on the perception of ethical accounting students. In addition, the mediating influence of the age variable has a significant influence on the perception of ethical accounting students through the love of money and gender variables significantly influence the perception of ethical accounting students without going through the love of money.

Keywords: age, gender, socioeconomic status, work experience, Love of money, ethical perception, accounting students


(20)

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Profesi akuntan memiliki tantangan yang sangat sulit dalam melakukan pekerjaannya, karena akuntan harus profesional agar bisa menjaga kompetensi, serta harkat dan martabatnya agar dapat terhindar dari ha-hal yang dapat mencoreng nama baiknya. Selain keahlian dan kemampuan, akuntan harus mempunyai etika dalam menjalankan profesinya, dan juga untuk dapat bertahan dalam persaingan dunia bisnis atau usaha (Julianto, 2013). Selain itu etika seorang profesi akuntan juga sangat penting dalam menentukan status dan kredibilitas dalam bidang akuntansi (Widyaningrum, 2014). Isu terkait etika selalu menjadi hal menarik untuk dibahas karena etika dalam dunia akuntansi berhubungan erat dengan profesional auditing (Charismawati, 2011).

Kewajiban yang harus dimiliki oleh akuntan yaitu menjaga standar perilaku etis mereka pada organisasi tempat mereka bernaung, profesi, masyarakat serta diri mereka sendiri dimana akuntan memiliki tanggung jawab menjadi kompeten dan menjaga integritas serta obyektivitas mereka.


(22)

Perilaku etis profesional akuntan sangat penting untuk menentukan status dan kredibilitas profesi di bidang akuntansi (Charismawati, 2011). Sikap etis ini sangat menggambarkan tanggung jawab auditor dan karakter profesi akuntan. Saat ini kesadaran akan penting suatu perilaku etis sudah mulai tidak diperdulikan lagi, terlihat jelas dengan adanya beberapa kasus yang terjadi seperti skandal besar pada perusahaan Enron tahun 2002, yang melibatkan Arthur Andersen dan tokoh-tokoh pelaku akuntansi professional Kantor Akuntan Publik (KAP) di Amerika Serikat.

Auditor Enron, Arthur Andersen ikut dipersalahkan karena dianggap membantu proses perekayasaan laporan keuangan perusahaan tersebut yang mengakibatkan turunnya rasa percaya masyarakat kepada akuntan. Kasus tersebut mengakibatkan profesi akuntan menjadi pusat perhatian berbagai pihak, karena dianggap mempunyai peran yang besar terhadap kasus kebangkrutan pada suatu perusahaan (Widyaningrum, 2014). Enron menjadi salah satu perusahaan dengan skandal besar yang berhasil dibongkar. Pradanti (2014) mengatakan terbongkarnya kasus skandal tersebut menemukan adanya kecurangan dengan memanipulasi angka-angka pada laporan keuangan yang membuat perusahaan tersebut tidak kehilangan investor meskipun sebenarnya perusahaan sedang mengalami kerugian. Himmah (2013) menyatakan dalam hal praktik manipulasi ini dapat ditegaskan telah timbul sebuah konspirasi


(23)

tingkat tinggi antara manajemen Enron, para analisis keuangan, para penasihat hukum, serta pihak-pihak lainnya.

Berbagai kasus pelanggaran yang telah terjadi mempertegas perlunya kepekaan profesi akuntan terhadap etika. Perilaku etis merupakan perilaku yang sejalan dengan norma, kaidah, sistem dan prinsip yang ditetapkan. Karena itu, bukan hanya keketerampilan dan kepandaian khusus yang diperlukan pada bidang profesi, sikap etispun diperlukan. Teori etika menyajikan suatu kerangka yang dapat menuntun kita terhadap benar atau tidaknya suatu keputusan moral (Himmah, 2013). Mastracchio (2005) menekankan bahwa mahasiswa akuntansi harus perduli terhadap etika mulai dari pendidikan akuntansi sebelum memasuki dunia profesi akuntan.

Widyaningrum (2014) mengasumsikan prospek etika sangat penting dalam melakukan suatu tindakan dan kegiatan bisnis, sebab etika bisnis merupakan suatu cara untuk menyesuaikan kepentingan strategis suatu usaha bisnis dengan atau tuntutan kebijakan perusahaan. Sehingga pendidikan etika benar-benar harus diperhatikan dan diterapkan selama bangku perkuliahan karena etika sangat penting dalam suatu profesi, memfokuskan perhatian profesi akuntan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi sebagai langkah awal untuk meningkatkan persepsi terhadap profesi akuntansi. Aziz (2015) mengatakan dengan harapan mahasiswa mempunyai karakteristik yang menjunjung nilai-nilai etika dan menjadi individu yang beretika sebelum nantinya masuk dunia kerja. Bedford Committee menyatakan bahwa yang


(24)

menjadi tujuan pendidikan akuntansi yaitu memperkenalkan mahasiswa akuntansi pada standar-standar dan nilai-nilai etik yang ada pada profesi akuntansi.

Perilaku meyimpang dalam profesi akuntan bisa diminimalisasi oleh niali-nilai etika. Nilai etika sebaiknya ditanamkan sedini mungkin untuk menciptakan karakter dan moral seseorang. Untuk itu dimulai dari bangku perkuliahan pendidikan etika harus benar-benar diterapkan dan diperhatikan dengan harapan mahasiswa mempunyai karakteristik yang menjunjung nilai-nilai etika dan menjadi individu yang beretika sebelum memasuki dunia kerja (Aziz, 2015). Disamping lingkungan bisnis, banyak faktor lain yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan suatu pelanggaran terhadap persepsi etisnya, salah satunya adalah faktor uang. Uang adalah suatu faktor yang dapat dikatakan berpengaruh untuk kehidupan dan segala aktivitas yang terjadi berkaitan dengan uang terutama dalam bidang akuntansi. Charismawati (2011) menyatakan bahwa meskipun uang digunakan secara universal, namun arti pentingnya tidak dapat diterima secara universal.

Di Amerika, kesuksesan individu diukur melalui seberapa banyak uang serta penghasilan yang mampu didapat Elias (2009) dalam Charismawati (2011). Widyaningrum (2014) mengatakan bahwa uang merupakan suatu motivator untuk sebagian orang, tetapi bagi sebagian orang menganggapnya sebagai sebuah hygiene factor. Widyaningrum (2014) penelitian tersebut menciptakan suatu pengukuran yang dikenal dengan money ethic scale


(25)

(MES), yang mencakup sikap yang positif dan yang negatif, kekuatan, pencapaian, penghargaan dan pengelolaan uang (Widyaningrum, 2014).

Berbagai aspek demografi, seperti : gender, usia, status sosial ekonomi dan pengalaman kerja dianggap ikut mempengaruhi tingkat love of money seorang mahasiswa akuntansi. Widyaningrum (2015) memberikan kesimpulan bahwa usia mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap etika, sikap orang yang berusia lebih tua ditemukan lebih etis dari rekan mereka yang berusia lebih muda. Manajer yang usianya jauh lebih tua lebih etis dibandingkan manajer yang usianya muda (melakukan pertukaran hadiah sebagai tindakan spesial/istimewa, membeberkan informasi yang bersifat rahasia, menutupi yang buruk, dan memanipulasi laporan). Widyaningrum (2015) usia mengakibatkan pemikiran etis individu menjadi lebih etis. Usia seseorang dianggap memiliki pengaruh pada pertimbangan etis. Menurut pendapat Comunale et al (2006), seseorang yang berusia lebih muda cenderung kurang fokus terhadap isu etis dibandingkan dengan rekan kerja mereka yang berusia lebih tua.

Tang (2000) berpendapat bahwa karyawan perempuan memiliki tingkat kepedulian pada uang lebih rendah jika dibandingkan karyawan laki-laki. Dalam tahap sosialisasi terdapat perbedaan paradigma dalam melakukan pekerjaan, laki-laki dianggap memiliki penekanan lebih pada sisi persaingan. Berbeda dengan laki-laki perempuan dianggap memiliki penekanan lebih pada hubungan sosial (Pradanti, 2014). Pengalaman kerja yang dimiliki seseorang


(26)

juga dapat berpengaruh terhadap tingkat love of money seseorang (Sipayung, 2015).

Tang dan Arocas (2005) telah melakukan penelitan yang menunjukkan bahwasannya mahasiswa yang telah bekerja memiliki tingkat kecintaan pada uang lebih tinggi karena mereka menyadari pentingnya suatu kebutuhan dan cara bagaimana untuk memenuhinya. Status sosial ekonomi merupakan ukuran yang dapat menentukan posisi seseorang berdasarkan dari pekerjaannya, pendapatannya, dan keanggotaannya dalam kehidupan sosial (Sipayung, 2015). Erni (2013) menyatakan bahwa seseorang dengan penghasilan tinggi akan memiliki tingkat konsumsi yang tinggi pula, sedangkan seseorang dengan penghasilan yang rendah lebih cenderung memiliki tingkat konsumsi yang rendah pula.

Sipayung (2015) menyatakan love of money mempengaruhi tindakan dan perilaku seorang professional akuntan. Seorang akuntan yang memiliki love of money rendah cenderung mempunyai kepuasan kerja yang rendah pula, sebaliknya seorang akuntan yang memiliki love of money yang tinggi cenderung mempunyai tingkat kepuasan kerja yang kecil serta memiliki perilaku yang tidak etis. Penelitian ini dilakukan karena untuk mengetahui apakah faktor love of money merupakan penyebab dari persepsi etis. Secara keseluruhan penelitian ini merupakan kompilasi dari penelitian Widyaningrum (2014) dan Sipayung (2015) yang membahas analisis tentang perilaku etis dengan mengembangkan dasar love of money. Yang mana


(27)

dengan menggabungkan variabel independen dari Widyaningrum (2014) yaitu usia dan gender dengan penelitian dari Sipayung (2015) yaitu pengalaman kerja dan status sosial ekonomi. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 tingkat akhir jurusan akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Ahmad Dahlan. Mahasiswa S1 Akuntansi tingkat akhir dipilih sebagai sampel karena mahasiswa tersebut sudah mulai mendekati dunia kerja.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apakah usia berpengaruh terhadap love of money pada mahasiswa akuntansi?

2. Apakah gender berpengaruh terhadap love of money pada mahasiswa akuntansi?

3. Apakah status sosial ekonomi berpengaruh terhadap love of money pada mahasiswa akuntansi?

4. Apakah pengalaman kerja berpengaruh terhadap love of money pada mahasiswa akuntansi?

5. Apakah usia berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi? 6. Apakah gender berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi?


(28)

7. Apakah love of money berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi?

8. Apakah usia berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi melalui love of money?

9. Apakah gender berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi melalui love of money?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris, apakah : 1. Usia berpengaruh terhadap love of money padamahasiswa akuntansi. 2. Gender berpengaruh terhadap love of money pada mahasiswa akuntansi. 3. Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap love of money pada

mahasiswa akuntansi.

4. Pengalaman keja berpengaruh terhadap love of money pada mahasiswa akuntansi.

5. Usia berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi. 6. Gender berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi. 7. Love of money berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi. 8. Usia berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi melalui love


(29)

9. Gender berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi melalui love of money.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan di bidang akuntansi dan juga menambah kesadaran mahasiswa akan arti penting pemahaman love of money serta etika profesi akuntan.

2. Secara praktis a. Bagi peneliti

Penelitian ini merupakan sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan penelitian, yaitu pengaruh usia, gender, status sosial ekonomi dan pengalaman kerja terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi dengan love of money sebagai variabel intervening.

b. Bagi Pembaca dan Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa yang sedang belajar di perguruan tinggi untuk mempersiapkan perilaku etis mereka sebelum masuk dalam dunia kerja.


(30)

c. Bagi Dunia Pendidikan

Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

perkembangan penelitian etika profesi akuntan serta dapat menjadi referensi dalam penelian selanjutnya.


(31)

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Harapan (Expectacy Theory)

Teori harapan bertumpu kepada motivasi dalam berperilaku yang akan menghasilkan kombinasi suatu keinginan yang diharapakan sebagai suatu hasil (Normadewi, 2012). Teori ekspektasi atau expectacy theory of motivation pertama kali dikemukakan oleh Victor Vroom pada tahun 1964. Sipayung (2015) menyatakan bahwa orang-orang akan termotivasi untuk melakukan hal-hal tertentu guna mencapai tujuan apabila mereka yakin bahwa tindakan mereka akan mengarah pada pencapaian tujuan tersebut.

Teori harapan menjelaskan mengenai motivasi yang dimiliki karyawan untuk mengeluarkan tingkat usahayang tinggi dengan melakukan kinerja yang baik karena timbul keyakinan bahwa kinerja yang baik akan menghasilkan penilaian kinerja yang baik pula. Penilaian kinerja yang baik dapat berupa imbalan yang tinggi dari atasan atau mendapatkan sebuah penghargaan. Motivasi yang dimiliki oleh karyawan berhubungan dengan perilaku etis karyawan itu sendiri. Karyawan yang memiliki perilaku yang etis cenderung memiliki motivasi untuk menghasilkan kinerja yang baik dan memuaskan. Didalam teori ini, persepsi memainkan peran inti karena persepsi menekankan


(32)

pada kemampuan kognitif untuk mengantisipasi konsekuensi perilaku yang sering terjadi (Normadewi, 2012).

Sipayung (2015) teori harapan ini digunakan dalam memperhitungkan perilaku pada setiap keadaan yang mana terdapat dua pilihan alternatif atau lebih yang harus dibuat. Dalam hal ini, contohnya teori harapan dapat digunakan dalam menganalisis pengaruh hubungan tingkat love of money terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor apa yang mempengaruhinya.

2. Teori Sikap dan Perilaku (Theory of Attitude and Behavior)

Teori tersebut mengatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh sesuatu yang orang lain ingin lakukan (sikap), pemikiran mereka tentang apa yang ingin mereka lakukan (aturan-aturan sosial), hal apa yang sering mereka lakukan (kebiasaan) serta konsekuensi perilaku apa yang mereka pikiran. Sikap yang berhubungan dengan komponen afektif mempunyai konotasi suka atau tidak suka sedangkan komponen kognitif berkaitan dengan keyakinan. Sikap juga memberikan serta melayani suatu hal yang bermanfaat atau suatu kebutuhan yang memuaskan (Pradanti dan Prastiwi, 2014). Faktor lingkungan sekitar dan kebiasaan mempengaruhi pembentukan sikap yang dimiliki seseorang terhadap uang. Banyak faktor yang menyebabkan lingkungan sebagai menjadi pembentukan sikap seseorang diantaranya faktor etnis yang


(33)

membentuk suatu kebudayaan, kebudayaan tersebut yang akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku yang dimiliki seseorang.

Keinginan seseorang dipacu tentang hal apa yang mereka pikirkan, sehingga jika keinginan seseorang akan uang berlebihan maka mereka cenderung akan melakukan perbuatan diluar etika demi memenuhi keinginan mereka akan hal tersebut. Mengenai hubungannya dengan pendidikan sehingga pendidikan yang berkaitan dengan uang tidak saja hanya dipelajari melalui pendidikan formal saja tetapi juga dipengaruhi oleh pendidikan yang non formal didalamnya mencakup lingkungan dimana seseorang itu tinggal yang banyak sedikitnya akan mempengaruhi pola pikir serta sikap yang mereka miliki (Pradanti, 2014).

3. Etika

Etika dalam bahasa Yunani kuno disebut ”ethikos” yang berarti timbul dari kebiasaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia etika diartikan sebagai penilai benar atau salah yang dipercayai suatu masyarakat atau golongan. Pradanti (2014) berasumsi bahwa etika suatu hal yang absolut atau dengan kata lain tidak dapatdilakukan tawar-menawar lagi, yang benar akan mendapat pujian dan apabila salah maka harus mendapatkan sebuah sanksi. Namun menurut pendapat Marwanto (2007) prinsip moral didasari oleh tingkah laku seseorang yang kaitannya erat dengan etika yang mengakibatkan suatu hal yang dilakukannya dianggap sebagai tindakan terpuji serta mengangkat harkat


(34)

dan martabat seseorang dalam pandangan masyarakat (Pradanti, 2014). Etika seseorang mempengaruhi persepsi etis yang dimiliki oleh setiap individu. Dalam penelitian ini, persepsi etis mahasiswa dianggap tinggi karena mahasiswa memiliki etika yang tinggi pula (Sipayung, 2015).

Etika yang dimiliki oleh mahasiswa dianggap tinggi karena mereka adalah golongan terpelajar dan berpendidikan sehingga menghasilkan perilaku yang etis. Walaupun begitu masih banyak mahasiswa yang melakukan kecurangan, dan tidak berperilaku etis. Kecurangan tersebut biasanya dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karena itu penting untuk dilakukannya penelitian mengenai etika dalam profesi akuntansi. Hal tersebut dapat dimulai dengan memfokuskan penelitian pada persepsi etis mahasiswa, karena mahasiswa kelak akan menjadi seorang akuntan profesional didalam dunia kerja. Dengan memberikan pendidikan mengenai pentingnya etika dan sosialisasi kode etik akuntan professional sejak masih berada di lingkungan kampus sebagai tindakan antisipatif, maka diharapkan para mahasiswa tidak akan melakukan kecurangan dalam menjalankan tugas profesinya di masa depan nanti dan kedepannya kecurangan keuangan yang melibatkan akuntan mungkin akan dapat dikurangi (Sipayung, 2015).

Himmah (2013) menyatakan bahwa Etika merupakan moral yang ditanamkan di dalam diri individu yang membentuk suatu filsafat moralitas, dan pada umumnya tidak tertulis. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi sebuah profesi, dimana profesi membutuhkan etika secara tertulis yang


(35)

disebut kode etik. Himmah (2013) mengatakan bahwa banyak penelitian juga merujuk bagaimana aspek etis sebagai bagian dari proses pendidikan akuntansi untuk membekali mahasiswa agar memiliki kesadaran etis dalam menjalankan profesinya. Oleh karena itu, pendidikan etika memiliki tujuan untuk membentuk perkembangan moral dan pola pikir mahasiswa untuk lebih menyadari dimensi sosial dan dimensi etika dalam setiap pengambilan keputusan etis mengenai berbagai isu skandal akuntansi yang selama ini terjadi.

Pada dasarnya International Accounting Education Standards Board (2006) menyatakan bahwa lingkungan pendidikan harus mampu membentuk individu yang memiliki nilai etika dan perilaku profesional dengan mengajarkan tentang nilai-nilai profesional, serta mengembangkan dan menanamkan perilaku etis (Himmah, 2013).

4. Persepsi

Persepsi dapat dimaknai sebagai suatu keadaan tentang bagaimana seseorang mengintepretasikan peristiwa, obyek, dan subjek (Pradanti dan Prastiwi, 2014). Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi faktor tersebut meliputi situasi, pemersepsi, serta obyek (Robbins dan Judge, 2007). Dalam penelitian ini persepsi etis dianggap sebagai suatu pandangan orang untuk melihat suatu kecurangan akuntansi. Berdasarkan hasil teori yang disampaikan oleh Robbins dan Judge (2007) beberapa faktor yang dapat


(36)

mempengaruhi persepsi seseorang erat kaitannya dengan variabel independen dalam penelitian ini yaitu variabel usia, gender, status sosial ekonomi, dan pengalaman kerja. Variabel usia termasuk dalam kategori suatu keadaan sosial yang masuk dalam faktor situasi (Pradanti dan Prastiwi, 2014).

Gibson et al. (1996) mengemukakan bahwa persepsi membantu seseorang untuk memilih, menyimpan, mengatur, dan menafsirkan rangsangan menjadi suatu gambaran dunia yang utuh dan penuh arti. Karena itu setiap orang memberi makna tersendiri terhadap rangsangan, seseorang berbeda ketika melihat hal yang sama melalui cara yang berbeda. Seorang pekerja memandang suatu keadaan seringkali memiliki arti yang lebih dalam hal memahami perilaku jika dibandingkan dengan keadaan itu sendiri. Pernyataan lain yang lebih tegas menyatakan peta kognitif individu bukan sekedar penyajian gambar dunia fisiknya saja, tetapi juga sebagai sebuah bagian gambaran personalyang mana objek tertentu dipilih oleh individu sebagai peranan utama, dan mampu dirasakan dalam tingkah laku seorang individu. pada konteks penelitian ini persepsi berarti sebagai sebuah penerimaan atau cara pandangan seseorang dengan melalui suatu proses yang diperoleh berdasarkan pengalaman serta pengambilan nilai atau pembelajaran sampai seorang individu itu mampu untuk mengambil keputusan akan suatu hal (Widyaningrum, 2014).


(37)

5. Love of Money

Uang adalah suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan. Karena uang merupakan suatu hal yang sangat penting. Dengan uang seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu sandang, pangan dan papan. Bahkan Rubenstein (1981) mengatakan bahwa di Amerika Serikat, kesuksesan diukur melalui uang dan pendapatan. Akan tetapi sebagian seseorang menganggapnya berbeda. Perbedaan penafsiran akan uang akhirnya

menciptakan suatu konsep dengan hadirlah Tang (1992) yang

memperkenalkan love of money sebagai konsep literatur psikologis. Konsep love of money tersebut digunakan sebagai suatu pengukuran untuk megetahui perasaan subjektif individu terhadap uang (Julianto, 2013).

Arocas dan Tang (2004) menjelaskan pengertian love of money secara ringkas sebagai : (1) tolak ukur terhadap keinginan atau nilai seseorang akan uang meskipun bukan kebutuhan mereka; (2) pentingnya suatu uang serta sikap akan uang. Kemudian Tang et al. (2008) mengartikan love of money sebagai suatu sikap, pengertian, keinginan serta asprirasi yang dimiliki seseorang pada uang.

Dalam penelitiannya Tang et al. (2000) menemukan bahwa seorang professional memiliki kesehatan mental dengan kecintaan terhadap uang yang rendah akan mengakibatkan rendahnya perputaran kesenjangan serta kepuasan kerja yang rendah pula. Ketika masih ditemukannya beberapa bentuk kecurangan dalam dunia kerja, hal itu dilakukan akibat perilaku individu yang


(38)

melakukan segala macam cara hanya demi mendapatkan uang. Hal ini jelas menunjukkan pengaruh love of money terhadap perilaku tidak etis seseorang. Orang-orang yang patuh terhadap segala macam godaan mendorong mereka untuk melakukan perilaku etis atau tidak etis (Yeltsinta, 2013). Kecintaan masing-masing orang terhadap uang dapat dipengaruhi faktor demografi seperti usia seseorang dan beberapa hal lainnya yaitu gender, status sosial ekonomi dan pengalaman kerja.

6. Usia

Kumala (2016) mengatakan Istilah usia diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur dalam satuan waktu dipandang dari segi kronologi, individu normal yang memperlihatkan derajat perkembangan anatomis dan fisiologik sama. Usia merupakan faktor yang dinyatakan dapat mempunyai pengaruh terhadap pemikiran etis seseorang. Kumala (2016) menyatakan pada teori Kohlberg usia berperan dalam perkembangan moral kognitif. Perkembangan moral adalah suatu karakteristik pribadi yang dapat dipengaruhi oleh faktor kondisional, hal tersebut nampak bahwa perkembangan moral berkembang sejalan dengan bertambahnya usia seseorang, yang mana dapat diperkirakan bahwa seseorang memperoleh pengalaman semakin banyak sejalan dengan bertambahnya usia mereka. Sehingga semakin baik perkembangan moral yang dimiliki seseorang maka akan semakin baik pula untuk berperilaku etis.


(39)

7. Gender

Gender digunakan sebagai aspek demografi yang berpengaruh terhadap tingkat love of money seseorang karena terdapat perbedaan antara tingkat love of money yang dimiliki laki-laki dan perempuan. Hal ini juga menunjukkan perbedaan dalam membuat suatu keputusan etis yang akan diambil (Sipayung, 2015). Menurut Tang et al. (2000) karyawan laki-laki cenderung lebih mementingkan uang dibandingkan dengan karyawan perempuan. Pada penelitian lain juga ditemukan bahwa laki-laki memiliki sikap etis lebih rendah dari pada perempuan, tetapi pada penemuan lain tidak terjadi perbedaan sikap etis yang signifikan antara laki-laki dan perempuan (Charismawati, 2011).

Dari sebuah studi eksplorasi Roxas dan Stroneback (2004) dalam Pradanti (2014) menganalisa tanggapan atau respon siswa yang berasal dari delapan negara yang berbeda, yang didalamnya termasuk China dan Kanada menyangkut pertanyaan mengenai suatu kemungkinan terjadinya tindakan dilema etis. Dari hasil penelitian itu menunjukkan bahwa siswa laki-laki akuntansi di Ukraina mempunyai tingkat etis lebih tinggi jika dibandingkan mahasiswa akuntansi perempuan, sebaliknya di China mahasiswa akuntansi perempuan mempunyai tingkat etika yang cenderung lebih tinggi daripada rekan mereka mahasiswa pria. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil yang ditemukan jika dibandingkan dengan negara lain seperti :Australia,


(40)

Amerika Serikat, Filipina, Kanada, Jerman dan Thailand. Berdasarkan hasil itu menunjukkan bahwa gender berpengaruh pada etika.

8. Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi merupakan ukuran yang dapat mengetahui posisi seseorang berdasarkan dari pekerjaannya, pendapatannya dan keanggotaannnya dalam kehidupan sosial (Sipayung, 2015). Menurut Pradanti (2014) status sosial ekonomi merupakan pandngan tentang suatu kondisi seseorang ataupun masyarakat yang dilihat melalui segi sosial dan ekonomi, pandangan itu mencakup tingkat pendapatan dan lainnya. Sipayung (2015) menyatakan bahwa status sosial ekonomi juga berhubungan dengan harta benda, kekuasaan dan uang. Penghasilan yang didapat dari pekerjaan professional lebih memiliki prestise dibandingkan penghasilan pekerjaan kasar yang berwujud upah. Sehingga, jenis penghasilan seseorang dapat memberikan gambaran mengenai status sosial ekonomi seseorang.

Penelitian Erni (2013) menemukan bahwa penghasilan tinggi yang diperoleh seseorang akan menyebabkan tingkat konsumsi yang juga tinggi, berbeda dengan seseorang yang memperoleh penghasilan yang rendah cenderung lebih memiliki tingkat konsumsi yang juga rendah. Prasastianta (2011) melakukan pengujian terhadap faktor pendorong perilaku ekonomi mahasiswa akuntansi yaitu salah satunya adalah status ekonomi mahasiswa itu


(41)

sendiri. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa perilaku konsumtif cenderung dilakukan oleh seseorang yang memiliki status ekonomi yang tinggi.

9. Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja merupakan proses tentang metode suatu pekerjaan untuk membentuk pengetahuan atau keterampilan karyawan dalam pelaksanaan tugas (Sipayung, 2015). Pengalaman kerja juga memiliki peran dalam berkembangnya kepekaan etika seseorang. Hal ini dibuktikan lewat penelitian yang dilakukan oleh Susilo (2012) yang menyatakan bahwa perkembangan seseorang berhubungan dengan seberapa banyak pengalaman kerja mereka. Sipayung (2015) mengemukakan pengalaman kerja seseorang dapat berpengaruh terhadap tingkat love of money. Pada penelitian ini, pengalaman kerja yang dimiliki mahasiswa sangat menentukan kecintaannya terhadap uang. Mahasiswa S1 misalnya, karena mereka masih menempuh pendidikan, pengalaman kerja yang dimilikinya tidak sama dengan mahasiswa S2 magister. Mahasiswa S2 magister memiliki pengalaman kerja yang lebih banyak, karena sebagian besar dari mereka sudah pernah bekerja.

Tang dan Arocas (2005) melakukan sebuah penelitian yang menunjukan bahwasannya tingkat kecintaan terhadap uang cenderung lebih tinggi pada mahasiswa yang sudah pernah bekerja yang dalam hal ini sudah memiliki pengalaman kerja yang cukup, dikarenkan mereka lebih menyadari


(42)

pentingnya suatu kebutuhan dalam hidup serta bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis 1. Pengaruh Usia Terhadap Love of money

Usia merupakan salah satu aspek demografi yang juga berdampak pada tingkat love of money seseorang dan pemikiran etisnya. Usia mempunyai pengaruh yang signifikan dalam etika, orang yang berusia lebih tua lebih etis dari pada orang yang berusia lebih muda (Sipayung, 2015). Menurut Widyaningrum (2014) usia meningkatkan penalaran etis seseorang menjadi lebih etis. Sama halnya yang dinyatakan dalam penelitian Furnham (1994), bahwa para pekerja yang berusia lebih muda di Amerika Utara dan Selatan mempunyai keinginan akan uang yang lebih jika dibandingkan dengan para pekerja yang berusia lebih tua. Sama halnya pada studi penelitian yang dilakukan Kovach (1987) menunjukkan dari 1000 karyawan, pekerja yang berusia muda dengan tingkat pendapatan yang rendah lebih peduli akan uang, namun pekerja yang berusia lebih tua dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi serta jabatan organisasi condong termotivasi melalui pekerjaan yang menarik, keamanan kerja, dan pengakuan.

Tang dan Arocas (2005) melakukan sebuah penelitian yang hasilnya menunjukkan bahwasannya tingkat kecintaan terhadap uang cenderung lebih tinggi pada mahasiswa yang sudah pernah bekerja. Hal ini karena mahasiswa


(43)

akan lebih menyadari pentingnya suatu kebutuhan dalam hidup serta cara memenuhi kebutuhan tersebut, berbeda dengan mahasiswa yang belum bekerja yang belum memikirkan arti kebutuhan. Sehingga ia lebih baik dalam memandang kebutuhan akan uang.

Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka rumusan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Usia berpengaruh positif terhadap Love of money mahasiswa akuntansi

2. Pengaruh gender terhadap Love of money

Selalu ada perdebatan tentang pandangan menilai uang antara laki-laki dan perempuan (Charismawati, 2011). Seorang laki-laki lebih merasa tertuntut dalam memenuhi kebutuhan hidup, serta memiliki ambisi untuk memperoleh jabatan dan kekuasaan. Berbeda dengan perempuan yang tidak berambisi untuk mendapatkan hal tersebut selama kebutuhan hidupnya tercukupi Menurut Tang et al. (2000) karyawan laki-laki cenderung lebih mementingkan uang dibandingkan dengan karyawan perempuan. Penelitian tersebut membuktikan bahwa perempuan tidak memiliki tingkat love of money yang tinggi, karena perempuan tidak memiliki motivasi untuk mendapatkan jabatan atau kekuasaan, selama kebutuhannya terpenuhi (Charismawati, 2011).


(44)

Du dan Tang (2005) menyatakan dalam penelitiannya, wanita mempunyai keinginan akan gaji yang lebih kecil bila dibandingkan dengan pria, karena wanita condong lebih menilai kebutuhan sosialnya serta memiliki keinginan untuk mendapatkan tingkat kepuasan yang sama seperti pria terhadap gaji yang lebih kecil atau memiliki kepuasaan yang lebih dibandingkan pria meskipun dengan gaji yang sama, sementara pria lebih condong menganggap gajinya lebih penting.

Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka rumusan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Gender berpengaruh terhadap love of money mahasiswa akuntansi

3. Pengaruh status sosial ekonomi terhadap Love of money

Status sosial ekonomi merupakan suatu pandangan dan ukuran seseorang dalam menentukan posisinya berdasarkan dari aspek sosial dan ekonomi, pekerjaan, penghasilan dan keanggotaan dalam suatu perkumpulan sosialnya (Sipayung, 2015). Status ekonomi seorang individu mempunyai pengaruh pada kecintaan akan uang yang dimilikinya. Seseorang yang memiliki status ekonomi yang cenderung tinggi akan menginginkan uang lebih serta mempunyai perilaku yang konsumtif. Uang berperan penting dalam kehidupan yang dimiliki seseorang sebagai penopang dalam kehidupan kelas sosial ekonomi tertentu (Pradanti, 2014).


(45)

Prasastianta (2011) melakukan pengujian faktor pendorong perilaku ekonomi yang salah satunya adalah faktor status ekonomi mahasiswa itu sendiri. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa perilaku konsumtif cenderung dilakukan oleh seseorang yang memiliki status ekonomi yang tinggi. Status sosial ekonomi yang dimiliki seseorang berhubungan dengan perilaku etisnya. Orang dengan status sosial ekonomi yang tinggi cenderung berperilaku tidak etis. Status sosial yang tinggi akan menghasilkan tingkat love of money yang tinggi pula.

Sipayung (2015) menyatakan bahwa status sosial ekonomi juga berhubungan dengan harta benda, kekuasaan dan uang. Penghasilan yang didapat dari pekerjaan profesional lebih memiliki prestise dibandingkan penghasilan pekerjaan kasar yang berwujud upah. Sehingga, jenis penghasilan seseorang dapat memberikan gambaran mengenai status sosial ekonomi seseorang.

Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka rumusan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Status sosial ekonomi berpengaruh positif terhadap tingkat love of money mahasiswa akuntansi


(46)

4. Pengaruh pengalaman kerja terhadap Love of money

Pengalaman kerja merupakan proses tentang metode suatu pekerjaan untuk membentuk pengetahuan atau keterampilan karyawan dalam pelaksanaan tugas (Sipayung, 2015). Pengalaman kerja dapat mempengaruhi tingkat kecintaan seseorang terhadap uang, karena seseorang yang sudah pernah bekerja akan lebih mengerti arti suatu kebutuhan dan proses memenuhi kebutuhan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Tang dan Arocas (2005) melakukan sebuah penelitian yang menunjukan bahwasannya tingkat kecintaan terhadap uang cenderung tinggi pada mahasiswa yang sudah pernah bekerja yang dalam hal ini sudah memiliki pengalaman kerja yang cukup, dikarenakan mereka lebih menyadari pentingnya suatu kebutuhan dalam hidup serta bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka rumusan hipotesis sebagai berikut:

H4 : Pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap love of money mahasiswa akuntansi

5. Usia terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi

Usia seseorang dinyatakan mempunyai dampak terhadap pemikiran etisnya. seseorang yang lebih tua cenderung lebih fokus terhadap isu etis dibandingkan rekan kerja mereka yang lebih muda Widyaningrum (2014), karena bertambahnya usia, akan menyebabkan seseorang tersebut menjadi


(47)

lebih moralistik (Sankaran dan Bui, 2003). Penelitian tersebut didukung juga oleh penelitian Comunale et al (2006) yang meneliti tentang pengaruh usia mahasiswa untuk mengetahui reaksi mereka serta rencana berkarir mereka di bidang akuntansi setelah mendapati skandal akuntansi yang tejadi dan menunjukkan bahwa usia berpengaruh terhadap pendapat mahasiswa akuntansi mengenai profesi akuntan dalam skandal keuangan. Pernyataan tersebut sejalan dengan studi lainnya yang mengatakan bahwasanya

pertimbangan etika individu berhubungan dengan variabel usia

(Widyaningrum 2014).

Pada teori Kohlberg, usia memiliki peran dalam perkembangan moral kognitif. Kohlberg menyatakan melalui enam langkah-langkah progresif, suatu pertimbangan etis seseorang berkembangdari level pre-conventional sampai level post-conventional. Namun, beberapa studi empiris menemukan bahwa orang-orang muda membuat penilaian etis yang lebih baik daripada orang yang lebih tua (Ede et al, 2000;. Vitell et al, 2007 dalam Widyaningrum, 2014).

Widyaningrum (2014) mengemukakan bahwa terdapat faktor kontinjen yang menyebabkan perkembangan moral menjadi tidak berpengaruh terhadap perilaku etis individu dalam pengambilan keputusan etis, faktor kontinjen tersebut meliputi faktor kondisional antara lain sanksi (punishment) dan penghargaan (reward). Faktor-faktor tersebut merupakan hal yang selalu ada dalam sebuah organisasi yang berkaitan erat dengan kebijakan serta sistem


(48)

pengendalian organisasi. Kebijakan yang dibuat oleh manajemen dalam suatu organisasi menjadi pembatas bagi individu yang bergabung dalam anggota organisasi, sehingga faktor ini dapat memberikan pengaruh pada setiap tindakan yang dilakukan oleh setiap anggota organisasi dimana mereka bernaung.

Widyaningrum (2014) mengatakan usia dapat menentukan perkembangan moral seseorang, dimana dengan bertambahnya usia seseorang maka pengalaman yang didapat juga akan semakin banyak. Sehingga semakin baik pula perkembangan moralnya maka semakin dapat untuk berperilaku etis.

Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka rumusan hipotesis sebagai berikut:

H5 : Usia berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi

6. Gender terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi

Gender dapat mempengaruhi perbedaan persepsi dalam menanggapi kasus mengenai etika profesi akuntan publik (Normadewi, 2012). Melalui pendekatan sosialisasi antara gender dan literatur oleh Gilligan (1982), pria dan wanita menilai dilema etis secara berbeda. Berdasarkan pendekatan tersebut, terlihat bahwa pria lebih condong melakukan hal-hal atau perilaku yang tidak etis dikarenakan mereka lebih fokus terhadap kesuksesan dengan cara yang kompetitif dan sering mengabaikan peraturan untuk memperoleh


(49)

kesuksesan, sedangkan wanita lebih menitikberatkan pada tugas sehingga ia lebih fokus dalam melaksanakan dan menyelesaikan suatu tugas dibandingkan melanggar aturan.

Studi empiris menunjukkan adanya perbedaan perkembangan moral berdasarkan gender dalam pengambilan keputusan etis yang yang berkaitan dengan etika pada bidang akuntansi dan bisnis. Penelitian tersebut berhasil menerangkan bahwa perempuan mempunyai pertimbangan moral yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki mengenai ikatan yang kuat sekaligus konsisten antara pertimbangan moral dan gender. Hal tersebut karena wanita lebih berhati-hati dalam melakukan tindakan serta lebih berusaha untuk menjauhi risiko yang bisa merugikan dirinya dimasa yang akan datang. Sementara pria tidak terlalu memikirkan risiko dimasa yang akan datang dalam mengambil suatu keputusan (Widyaningrum, 2014).

Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka rumusan hipotesis sebagai berikut:

H6 : Gender berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswaakuntansi

7. Love of Money terhadap persepsi etis mahasiwa akuntansi

Etika yang dimiliki individu berkaitan erat terhadap persepsi etisnya. Tingginya etika yang dimiliki seorang individu menunjukkan bahwa ia memiliki tingkat kecintaan pada uang yang rendah (Elias, 2010). Love of money berhubungan erat dengan ketamakan (Tang dan Chiu, 2003). Meskipun


(50)

uang sering digunakan secara universal, namun arti pentingnya tidak diterima secara universal (Pradanti, 2014). Pada tahap sosialisasi terhadap uang dipelajari mulai dari proses sosialisasi masa anak-anak hingga dewasa. Pada dunia bisnis, uang biasa digunakan oleh manajer untuk mendorong karyawannya dalam melakukan suatu pekerjaan (Milkovich dan Newman, 2002). Dikarena uang memiliki arti penting dan penafsiran yang berbeda maka Tang (1992) mengemukakan sebuah konsep yang disebut “love of money” untuk menilai perasaan subyektif seseorang mengenai uang.

Menurut Charismawati (2011) love of money dan persepsi etis mempunyai ikatan yang negatif. Semakin rendah persepsi etis yang dimiliki seseorang maka akan semakin tinggi tingkat love of money yang dimilikinya, begitupun sebaliknya. Hal ini dikarenakan apabila kecintaan seseorang terhadap uang tinggi, maka seseorang akan berupaya untuk melakukan segala macam cara dalam memenuhi kebutuhannya, meskipun tidak sesuai dengan etika yang ada. Dibeberapa negara, telah melakukan penelitian yang lebih dalam mengenai hubungan perilaku cinta uang dan persepsi etis. Elias (2010) dalam penelitiannya mengevaluasi hubungan antara love of money dengan persepsi etis yang bila dikaitkan akan memberikan hasil ikatan yang negatif. Mahasiswa yang memiliki tingkat love of money yang tinggi cenderung memiliki tingkat pertimbangan etis yang rendah, berbeda dengan mahasiswa yang memiliki tingkat love of money yang rendah akan lebih rasional dan


(51)

lebih baik dalam memandang kebutuhan akan uang serta dalam persepsi etisnya.

Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka rumusan hipotesis sebagai berikut:

H7: Love of money berpengaruh negatif terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi

8. Pengaruh Usia terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi melalui Love Of Money

Usia berdampak pada tingkat love of money seseorang dan pemikiran etisnya. Usia memegang pengaruh yang signifikan dalam etika, orang yang berusia lebih tua lebih etis dari pada orang yang berusia lebih muda (Sipayung, 2015). Menurut Kohlberg (1981) dalam Widyaningrum (2014) usia meningkatkan penalaran etis seseorang menjadi lebih etis. Sama halnya yang dinyatakan dalam penelitian Furnham (1994), bahwa para pekerja yang berusia lebih muda di Amerika Utara dan Selatan mempunyai keinginan akan uang yang lebih jika dibandingkan dengan para pekerja yang berusia lebih tua. Berbeda pula pada studi penelitian yang dilakukan Kovach (1987) menunjukkan dari 1000 karyawan pekerja yang berusia muda dengan tingkat pendapatan yang rendah lebih peduli akan uang, namun pekerja yang berusia lebih tua dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi serta jabatan organisasi


(52)

condong termotivasi melalui pekerjaan yang menarik, keamanan kerja, dan pengakuan (Widyaningrum, 2014).

Penelitian tersebut didukung juga oleh penelitian yang dilakukan Comunale et al (2006) yang mengamati tentang pengaruh usia untuk melihat reaksi mahasiswa dalam rencana pekerjaan mereka pada bidang akuntansi setelah mengetahui kasus skandal akuntansi yang sering tejadi dan mengungkapkan bahwa usia berpengaruh terhadap pemikiran mahasiswa akuntansi pada profesi akuntan dalam skandal mengenai keuangan. Pernyataan tersebut sejalan dengan studi lainnya yang mengatakan bahwasanya pertimbangan etika individu berhubungan dengan variabel usia (Widyaningrum, 2014). Semakin bertambah usia seorang mahasiswa akuntansi maka kecintaannya terhadap uang akan semakin tinggi sehingga semakin dapat seseorang itu untuk berpersepsi etis, karena usia dapat menentukan perkembangan moral seseorang, dimana dengan bertambahnya usia maka pengalaman yang didapat juga akan semakin banyak. Sehingga semakin baik perkembangan moral seseorang maka akan semakin dapat seseorang untuk berperilaku etis. Menjadikannya semakin rasional dalam menilai kebutuhan akan uang dan memandang kebutuhan dalam hidup.

H8 : Usia berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi melalui love of money


(53)

9. Pengaruh Gender terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi melalui Love Of Money

Gender mempengaruhi tingkat kecintaan uang mahasiswa akuntansi dan pemikiran etisnya melalui pendekatan sosialisasi antara gender dan literatur oleh Gilligan (1982), pria dan wanita menilai dilema etis secara berbeda. Berdasarkan pendekatan tersebut, bahwa pria lebih condong melakukan hal-hal atau perilaku yang tidak etis dikarenakan mereka lebih fokus terhadap kesuksesan dengan cara yang kompetitif dan sering mengabaikan peraturan untuk memperoleh kesuksesan, sedangkan wanita lebih menitikberatkan pada tugas sehingga ia lebih fokus dalam melaksanakan dan menyelesaikan suatu tugas dibandingkan melanggar aturan. Penelitian Tang et al. (2000) yang hasilnya menunjukkan bahwa laki-laki cenderung mempunyai tingkat kecintaan pada uang lebih tinggi daripada perempuan, hal itu dikarenakan laki-laki lebih dituntut untuk dapat memenuhi segala kebutuhan hidup dan juga memiliki ambisi untuk meraih kedudukan dan kekuasaan sedangkan perempuan tidak terlalu termotivasi akan hal tersebut selagi kebutuhan hidupnya terpenuhi.

Penjelasan lainnya mengenai perbedaan tersebut yaitu sosialisasi antara laki-laki dan perempuan yang beragam. Laki-laki dibiasakan untuk lebih menitikberatkan pada persaingan namun perempuan dibiasakan untuk lebih menitikberatkan pada hubungan sosial (Julianto, 2013). Laki-laki cenderung dapat berpersepsi etis karena, sikap yang biasa dimiliki oleh


(54)

laki-laki yaitu kompetitif yang tinggi, yang menuntut mereka untuk selalu berusaha keras mencapai kesuksesan dan mampu menafkahi keluarganya. Sedangkan perempuan cenderung lebih berwaspada dalam melakukan tindakan serta lebih berupaya untuk menjauhi risiko yang bisa merugikan dirinya dimasa yang akan datang.

H9 : Gender berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi melalui love of money


(55)

C. MODEL PENELITIAN Variabel Independen

(+)

(+) Variabel Dependen

Variabel Intervening

(-)

(+)

(+)

Gambar 2.1 Model Penelitian

Usia

(X2)

Gender

(X2)

Persepsi Etis Mahasiswa

Akuntansi (Y)

Love of Money

( Z )

Status Sosial Ekonomi

(X3)

Pengalaman Kerja


(56)

A. Objek/Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Ahmad Dahlan. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa S1 tingkat akhir jurusan akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Ahmad Dahlan. Mahasiswa S1 Akuntansi tingkat akhir dipilih sebagai sampel karena mahasiswa tersebut sudah mulai mendekati dunia kerja yang menuntut sikap etis yang tinggi dan merupakan calon profesi akuntan masa depan yang sering terguncang skandal perusahaan. Peneliti memilih mahasiswa S1 tingkat akhir karena telah mendekati kelulusan sehingga pola pikirnya telah terbentuk dengan matang untuk menghadapi dunia kerja.

B. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner sebagai instrument utamanya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan seperangkat pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sipayung, 2015). Data tersebut diperoleh dengan membagikan kuesioner kepada mahasiswa


(57)

S1 akuntansi tingkat akhir Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Ahmad Dahlan.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode

puposive sampling, merupakan suatu metode pemilihan sampel yang sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah mahasiswa S1 tingkat akhir jurusan akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Ahmad Dahlan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini memakai kuesioner sebagai instrumen utama. Kuesioner disebarkan secara langsung kepada responden yaitu mahasiswa S1 akuntansi tingkat akhir Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Ahmad Dahlan.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Pada penelitian ini memiliki empat variabel independen yaitu : usia,

gender, status sosial ekonomi, dan pengalaman kerja, satu variabel intervening yaitu love of money dan satu variabel dependen yaitu persepsi etis. Definisi dari masing-masing variabel yang digunakan akan dijelaskan sebagai berikut :


(58)

1) Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah persepsi etis mahasiswa akuntansi. Persepsi etis merupakan cara atau bagaimana seseorang bersikap dan menilai suatu keadaan atau perilaku pelanggaran (Charismawati, 2011). Untuk mengukur persepsi etis mahasiswa akuntansi, menggunakan skenario yang digunakan oleh (Sipayung, 2015). Dalam riset mereka, mereka mengukur hubungan penalaran moral serta peninjauan diri Chief Financial Officer (CFO) pada persepsi etis terhadap pelanggaran.

Penelitian ini menggunakan 5 skenario yang berupa kasus-kasus yang berhubungan dalam bidang akuntansi yang mencakup : perilaku atau perbuatan tidak etis yang sering terjadi seperti penghindaran pajak, pembelian orang dalam, konflik kepentingan, kerahasiaan profesional serta pembayaran kembali. Responden menyatakan setuju dan tidak setuju berdasarkan skala lima poin yaitu 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (Sangat Setuju), namun dalam penelitian ini dimodifikasi menjadi 4 pilihan jawaban menggukan skala likert dari angka 1 (sangat tidak setuju) sampai 4 (sangat setuju). Semakin tinggi skor jawaban maka menunjukkan mahasiswa tersebut semakin berpersepsi etis.


(59)

2) Variabel Independen

a. Usia

Usia merupakan salah satu aspek yang berdampak pada pemikiran etis dan tingkat love of money seseorang yang juga menentukan tingkat kematangan pemikiran seseorang. Usia ikut berperan dalam perkembangan moral seseorang. Menurut Lawrence dan Shaub (1997) dalam Sipayung (2015) usia seseorang akan meningkat lebih tinggi dalam pengembangan moral. Seseorang dengan perkembangan moral yang baik maka akan semakin bisa untuk berperilaku. Hal ini berarti orang condong lebih etis ketika mereka beranjak dewasa. Tidak ada penaksiran yang spesifik pada hal pengukuran pengaruh usia. Usia merupakan variabel dummy yang diukur dengan memberikan kode 0 untuk usia muda (19-21 tahun) dan kode 1 untuk kelompok usia dewasa (22-25).

b. Gender

Gender merupakan konsep analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan yang dilihat dari segi non-biologis, meliputi aspek sosial, budaya, maupun psikologis (Mutmainah, 2006). Pada penelitian ini gender dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Gender digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara love of money dan persepsi etis terhadap mahasiswa akuntansi laki-laki dan perempuan. Penelitian ini


(60)

menggunakan variabel Dummy untuk mengukur variabel gender

dimana untuk perempuan diberikan kode 0 dan untuk laki-laki diberikan kode 1.

c. Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi merupakan suatu pengukuran untuk melihat kedudukan seseorang berdasarkan karier, pendapatan dan keanggotaannya dalam kelompok sosial (Sipayung 2015). Untuk mengukurnya dapat dilakukan dengan mengukur penghasilan yang diperoleh. Pada penelitian ini variabel status sosial dibagi dalam dua kelompok pengukuran, yaitu : penghasilan pribadi untuk mahasiswa yang sudah mempunyai penghasilan sendiri dan penghasilan orang tua untuk mahasiswa yang belum memiliki penghasilan sendiri. Pembagian tingkat penghasilan menggunakan tingkat status sosial (Sipayung, 2015). Variabel ini diukur dengan skala ordinal, dengan kode 0 untuk kelompok kelas bawah yang penghasilannya < Rp 1.000.000, 1 untuk kelompok kelas menengah dengan penghasilan Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000, dan 2 untuk kelompok kelas atas dengan penghasilan > Rp 2.000.000

d. Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja adalah pengetahuan atau keterampilan yang telah diketahui dan dikuasai seseorang akibat dari perbuatan atau pekerjaan yang telah dilakukan selama beberapa waktu tertentu


(61)

(Sipayung, 2015). Variabel pengalaman kerja atau magang dalam penelitian ini dapat diukur menggunakan skala nominal kode 0 untuk mahasiswa yang pernah bekerja atau magang, dan 1 untuk mahasiswa yang belum pernah bekerja ataupun magang.

e. Variabel Intervening

Penelitian ini menggunakan love of money sebagai variabel intervening yang menjadi tolak ukur nilai seseorang, atau kemauan akan uang tapi bukan untuk mencukupi kebutuhan mereka (Tang dan Arocas, 2004). Untuk mengukur love of money, money ethic scale

(MES) yang dikembangkan oleh Tang (1992). Skala ini digunakan untuk mengukur sikap manusia terhadap uang. Tang dan rekan-rekannya lalu mengembangkan versi skala yang lebih ringkas, namun penelitian ini menggunakan skala asli karena memiliki cakupan yang lengkap dari sikap terhadap uang.

MES menghasilkan enam faktor yang berkaitan dengan love of money yaitu meliputi : good, evil, achievement, respect (self-esteem), budget, and freedom. Responden mencatat setuju atau tidak setuju dengan penyataan pada setiap skala tujuh poin berawal dari 1 (sangat tidak setuju) hingga 7 (sangat setuju) dan skor dihitung terpisah pada setiap faktor. Dengan menggunakan skala interval namun dalam penelitian ini, menggunakan skala likert yang dimodifikasi menjadi 4 skala yaitu skala 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan skala 4 (sangat


(62)

setuju) karena lebih umum digunakan dan untuk lebih memudahkan responden menyatakan pilihannya. Semakin tinggi skor jawaban maka menunjukkan mahasiswa tersebut semakin mencintai uang.

F. Uji Kualitas Instrumen dan Uji Hipotesis Data

Dalam rangka melakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah ditentukan, maka harus menggunakan teknik analisis yang akurat agar kebenarannya bisa dipertanggungjawabkan. Pengujian ini dilakukan melalui beberapa langkah yaitu :

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif menggambaran atau mendeskripsikan suatu kumpulan data yang dilihat melalui nilai rata-rata (mean), minimum, maksimum, dan standar deviasi (Ghozali, 2011). Statistik deskriptif merupakan proses modifikasi data penelitian menjadi bentuk tabulasi data responden yang didapat melalui kuesioner dan penjelasannya sehingga mudah diinterprestasikannya (Normadewi, 2012).

2. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis, dilakukan menggunakan pengujian

Partial Least Square (PLS). PLS merupakan model persamaan

Strukural Equation Modelling (SEM) yang berbasis komponen atau varian. Partial Least Square (PLS) pertama kali dikembangkan oleh World (1985) sebagai metode untuk mengestimasi path model yang menggunakan konstruk laten dengan multiple indikator. Model PLS


(63)

mempunyai keunggulan yang meliputi : PLS tidak mengharuskan datanya terdistribusi normal multivariate dan tidak ada masalah multikolinieritas antar variabel eksogen serta ukuran sampelnya tidak harus besar. PLS dapat juga digunakan dalam mengkonfirmasi teori, dan menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel laten (Jogiyanto dan Abdilah, 2014).

Model yang digunakan akan mendefinisikan variabel laten adalah linear agregat dari indikator-indikatornya. Weighy Estimate

untuk menghasilkan komponen skor variabel laten yang didapat berdasarkan bagaimana inner model (model struktural yang menghubungkan antara variabel laten) dan outer model (model pengukuran yaitu hubungan antara indikator dengan konstruknya) dispesifikasi. Hasilnya adalah residual varian dari variabel dependen (kedua variabel laten dan indikator) diminimumkan (Jogiyanto dan Abdilah, 2014).

Estimasi parameter yang diperoleh dengan PLS dapat dikelompokkan sebagai berikut : (1) weight estimate digunakan untuk menciptakan variabel laten. (2) mencerminkan estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten serta blok indikatornya (loading). (3) berhubungan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel laten. Untuk dapat memperoleh ketiga estimasi ini, PLS memakai proses interasi 3 tahap dan yang setiap tahap interaksinya akan


(64)

menghasilkan estimasi, meliputi : tahap pertama menghasilkan weight estimate, kedua menghasilkan inner model dan outer model, dan ketiga menghasilkan means dan lokasi (Jogiyanto dan Abdilah, 2014). Hipotesis dalam penelitian ini diterima apabila nilai t-statistik pada tabel path coeffisien > 1,96 dan nilai original sample searah dengan hipotesis.

Tahapan analisis yang digunakan untuk pendekatan PLS antara lain :

1) Pengujian Outer Model (Measurement Model)

Outer model menjelaskan hubungan setiap indikator terhadap variabel latennya. Model pengukuran atau Outer model menunjukkan relasi indikator-indikator refleksif dievaluasi dengan convergent dan

discriminant validity melalui indikatornya dan composite reability

untuk blok indikator.

a. Convergent Validity. Nilai covergen validity merupakan nilai

loading factor pada variabel laten terhadap indikator-indikatornya. Ukuran refleksif individual dapat dikatakan baikapabila korelasi indikator terhadap konstruknya memiliki nilai > 0,70. Namun dalam langkah awal penelitian, nilai loading 0,50 sampai 0,60 bisa dikatakan cukup baik (Ghozali, 2008).

b. Discriminsnt Validity. Nilai ini membandingkan nilai square root of Average Variance (AVE) terhadap korelasi antara konstruk lainnya yang ada dalam model. Bila akar kuadrat AVE pada


(1)

Sebuah studi empiris menunjukkan adanya perbedaan perkembangan moral berdasarkan gender terkait hubungan gender dengan keputusan etis tentang etika dalam bidang akuntansi dan bisnis (Widyaningrum, 2014). Hasil penelitian tersebut menemukan adanya suatu kaitan yang kuat serta konsisten yang terjadi antara pertimbangan moral dan gender, sehingga mengindikasikan bahwasannya wanita lebih memiliki pandangan moral yang tinggi dibandingkan dengan pria. Hal tersebut karena wanita lebih berhati-hati dalam melakukan tindakan serta lebih berusaha untuk menjauhi risiko yang bisa merugikan dirinya dimasa yang akan datang.

Pengaruh Love Of Money terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi

Hasil uji hipotesis menunjukkan adanya pengaruh positif love of money terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi. Hasil ini sejalan dengan penelitian dari Tang dan Arocas (2005) yang meneliti tentang love of money terhadap pertimbangan etisnya dengan hubungan positif signifikan. Penelitiain ini menunjukkan bahwa semakin tinggi love of money seseorang maka ia akan memiliki pertimbangan etis yang semakin baik sesuai dengan besarnya kepuasan kerja yang didapat. Berbeda dari penelitian Charismawati (2011) yang berpendapat bahwa love of money dan persepsi etis mempunyai ikatan yang negatif. Semakin rendah persepsi etis yang dimiliki seseorang maka akan semakin tinggi tingkat love of money yang dimilikinya begitupun sebaliknya.

Namun pada kenyataannya adalah Semakin tinggi tingkat love of money yang dimiliki mahasiswa akuntansi maka semakin tinggi pula tingkat pertimbangan etisnya, pada penelitian ini pengaruh love of money tidak mengurangi pertimbangan etis mahasiswa akuntansi sebab mahasiswa akuntansi diberi pembelajaran tentang pentingnya menghargai nilai mata uang. Dalam penelitian ini semakin meningkat love of money berdampak terhadap persepsi etisnya. Widyaningrum (2015) menyatakan seseorang dengan rasionalitas serta tingkat perkembangan moral yang baik condong mempunya persepsi etis yang baik pula, lebih rasional dalam menilai kebutuhan hidup menjadikannya lebih baik dalam memandang keperluan akan uang. Hal ini menjadi


(2)

dasar atas meningkatnya love of money seseorang seiring dengan pertimbangan etis dalam mengukur suatu perbuatan.

Pengaruh Usia terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi melalui Love Of Money

Usia berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi melalui love of money sebagai pemediasi. Usia berpengaruh pada tingkat love of money seseorang dan pemikiran etisnya. Penelitian ini konsisten terhadap penelitian Tang dan Arocas (2005) yang menunjukkan bahwasannya tingkat kecintaan terhadap uang cenderung tinggi pada mahasiswa yang sudah pernah bekerja yang dalam hal ini sudah memiliki pengalaman kerja yang cukup, dikarenakan mereka lebih menyadari pentingnya suatu kebutuhan dalam hidup serta bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Menurut Widyaningrum (2014) usia berdampak pada penalaran etis seorang individu.

Seperti yang disebutkan dalam penelitian Furnham (1994), bahwa para pekerja yang berusia lebih muda di Amerika Utara dan Selatan mempunyai keinginan akan uang yang lebih jika dibandingkan dengan para pekerja yang berusia lebih tua. Sama halnya pada studi penelitian yang dilakukan Kovach (1987) menunjukkan dari 1000 karyawan, pekerja yang berusia muda dengan tingkat pendapatan yang rendah lebih peduli akan uang, namun pekerja yang berusia lebih tua dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi serta jabatan organisasi condong termotivasi melalui pekerjaan yang menarik, keamanan kerja, dan pengakuan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambah usia seorang mahasiswa akuntansi maka kecintaannya terhadap uang akan semakin tinggi sehingga semakin dapat seseorang itu untuk berpersepsi etis. Widyaningrum (2014) menyimpulkan usia dapat menentukan perkembangan moral seseorang, dimana dengan bertambahnya usia maka pengalaman yang didapat juga akan semakin banyak, sehingga semakin baik perkembangan moralnya maka akan semakin dapat seseorang untuk berperilaku etis. Menjadikannya semakin rasional dalam menilai kebutuhan akan uang dan memandang kebutuhan dalam hidup.


(3)

Pengaruh Gender terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi melalui Love Of Money

Gender berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi tanpa melalui love of money sebagai pemediasi. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Tang et al. (2000) yang hasilnya menunjukkan bahwa persepsi etis yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan dipengaruhi oleh kecintaanya terhadap uang. Laki-laki cenderung lebih mempunyai kecintaan kepada uang yang tinggi daripada perempuan, hal tersebut dikarenakan laki-laki lebih dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup dan juga memiliki ambisi untuk mendapatkan kedudukan dan kekuasaan sedangkan perempuan tidak terlalu termotivasi akan hal tersebut selagi kebutuhan hidupnya terpenuhi.

Pada kenyataannya persepsi etis yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan dipengaruhi oleh pertimbangan moral dan sosialisasi yang beragam. Hal ini didukung dengan teori pendekatan yang dijelaskan oleh Pradanti dan Prastiwi (2014) yang mengungkapkan bahwa perbedaan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan disebabkan oleh sosialisasi terjadi antara laki-laki dan perempuan, dimana menurut Julianto (2013). perempuan lebih menitikberatkan pada hubungan sosial dibandingkan laki-laki yang lebih menitikberatkan pada persaingan. Hal tersebut yang membentuk pandangan moral antara laki-laki dan perempuan, yang mana perempuan lebih mempunyai pandangan moral yang lebih baik daripada laki-laki sehingga perempuan lebih berhati-hati dalam melakukan suatu tindakan yang dapat merugikan dirinya sedangkan laki-laki tidak memikirkan risiko yang dapat merugikan dirinya dalam melakukan suatu tindakan.

KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan dari hasil analisis, maka kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :


(4)

2. Gender berpengaruh signifikan terhadap love of money pada mahasiswa akuntansi. 3. Status sosial ekonomi berpengaruh positif signifikan terhadap love of money pada

mahasiswa akuntansi.

4. Pengalaman kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap love of money pada mahasiswa akuntansi.

5. Usia berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi. 6. Gender berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi.

7. Love of money berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi.

8. Usia berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi melalui love of money.

9. Gender berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi tanpa melalui love of money.

Keterbatasan

Dalam penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut :

1. Pengumpulan data yang digunakan dalam peneltian ini menggunakan kuesioner menyebabkan kurangnya komunikasi yang cukup baik antara peneliti dengan responden. Terdapat kemungkinan kesalahpahaman responden dalam memahami instrumen pertanyaan dalam kuesioner sehingga akan memberikan jawaban yang kurang sesuai dengan maksud dari pernyataan.

2. Dalam penelitian ini variabel usia merupakan variabel dummy yang diukur dengan memberikan skor angka usia untuk kelompok usia muda dan usia dewasa, yang mana pada kenyataannya angka usia belum bisa menunjukkan tingkat kedewasaan yang dimiliki oleh seseorang.

Saran

Berdasarkan dari keterbatas yang ada pada penelitian maka saran yang dapat peneliti berikan adalah :

1. Menambah objek penelitian dengan universitas nasional sehingga dapat digunakan untuk membandingkan hasil penelitian.


(5)

2. Menjadikan usia sebagai variabel laten dimana untuk mengukurnya menggunakan instrument pertanyaan.

3. Menambah variabel independen selain yang sudah ada dipenelitian ini seperti tingkat pendidikan dan ethnic background.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, T. I. 2015. Pengaruh Love Of Money Dan Machiavellian Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi. Jurnal Nominal Vol IV No. 2.

Betz, M. O. 1989. ‘Gender Differences in Proclivity for Unethical', Vol. 8. Journal of Business Ethics , pp. 321-324.

Charismawati, C. D. 2011. Analisis Hubungan Antara Love Of Money Dengan Persepsi Etika Mahasiswa Akuntansi. Skripsi Universitas Diponegoro.

Comunale, C, Thomas, S dan Stephen Gara. 2006. Professional Ethical Crises: ACase Study of Accounting Majors. Manajerial Auditing Journal. Vol 21,No 6, pp 636-656.

Erni, Riza. 2013. Pengaruh Pembelajaran Ekonomi dan Status Sosial Ekonomi terhadap Perilaku Konsumsi. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas Tanjungpura, Pontianak.

Furnham, Adrian. 1994. Youth-Attitudes; Achievement-motivation-Cross cultural-studies; Work ethic-Cross-cultural-studies; Saving-and-thrift-Cross-cultural-studies; Money-Psychological aspects. Journal Article.

Himmah, E. F. 2013. Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Mengenai Skandal Etis Auditor dan Corporate Manajer. Jurnal Akuntansi Multiparadigma Vol 4 No. 1 , 26-39. Jogiyanto, dan Abdilah, W., 2014, Konsep dan Aplikasi PLS untuk Penelitian Empiris,

Edisi 1, Cetakan 2, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Julianto, S. 2013. The Ethical Perception Of Accounting Student: Review Of Gender, Religiosity And The Love Of Money. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Vol 1, No 2 . Kovach, K. A. 1987, “What Motivates Employees? Workers and Supervisors Give Different


(6)

Mastracchio, N. J., 2005, " Teaching CPAs About Serving the Public Interest". The CPA Journal, hal 6-9.

Pradanti dan Prastiwi. 2014. Analisis Pengaruh Love Of Money Terhadap Persepsi Etis Mahaiswa Akuntansi. Diponegoro Journal Of Accounting Vol 3 , 1-12.

Pradanti, N. R. 2014. Analisis Pengaruh Love Of Money Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi. Skripsi Universitas Diponegoro.

Sipayung, E. R. 2015. Analisis Pengaruh Aspek Demografi, Status Sosial Ekonomi Dan Pengalaman Kerja Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Dengan Love Of Money Sebagai Variabel Intervening. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang. Tang , T., Kim, J., & Tang, D. 2000. "Does attitude towards money moderate the

relationship between intrinsic job satisfaction and voluntary turnover?". Human Relations, Vol 53 No. 2 , pp. 213-45.

Tang, T., Tang, D., & Luna-Arocas, R. 2005. "Money profiles : the love of money, attitudes, and needs". Personnel Review, Vol 34 No. 5, pp 603-24

Widyaningrum, A. 2014. Determinan Persepsi Etika Mahasiswa Akuntansi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB , Vol 2, No 2.


Dokumen yang terkait

PENGARUH GENDER, PRESTASI BELAJAR, STATUS SOSIAL EKONOMI, DAN ETHNIC BACKGROUND TERHADAP PERSEPSI Pengaruh Gender, Prestasi Belajar, Status Sosial Ekonomi, dan Ethnic Background Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Dengan Love Of Money Sebagai Va

3 11 19

PENGARUH GENDER, PRESTASI BELAJAR, STATUS SOSIAL EKONOMI, DAN ETHNIC BACKGROUND TERHADAP PERSEPSI Pengaruh Gender, Prestasi Belajar, Status Sosial Ekonomi, dan Ethnic Background Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Dengan Love Of Money Sebagai Va

0 3 17

BAB 1 PENDAHULUAN Pengaruh Gender, Prestasi Belajar, Status Sosial Ekonomi, dan Ethnic Background Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Dengan Love Of Money Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Muhammadi

0 5 12

NASKAH PUBLIKASI Determinan Persepsi Etika Mahasiswa Akuntansi Dengan Love Of Money Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Di Universitas Muhammadiyah Surakarta).

0 2 18

DETERMINAN PERSEPSI ETIKA MAHASISWA AKUNTANSI DENGAN Determinan Persepsi Etika Mahasiswa Akuntansi Dengan Love Of Money Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Di Universitas Muhammadiyah Surakarta).

0 2 15

PENDAHULUAN Determinan Persepsi Etika Mahasiswa Akuntansi Dengan Love Of Money Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Di Universitas Muhammadiyah Surakarta).

0 2 7

Pengaruh Gender, Usia, Tingkat Pendidikan, dan Status Sosial Ekonomi terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi.

5 15 51

PENGARUH LOVE OF MONEY DAN MACHIAVELLIAN TERHADAP PERSEPSI ETIS MAHASISWA AKUNTANSI (Studi Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi UNY Angkatan 2013 dan Angkatan 2014).

1 12 122

Analisis Hubungan Love of Money dan Sensitivitas Etis terhadap Persepsi Etis atas Penggelapan Pajak (Studi Empiris pada Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Angkatan 2013 - 2014 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya) - Ubharajaya Repository

0 0 16

PENGARUH MACHIAVELLIAN, LOVE OF MONEY, ETHICAL SENSITIVITY, DAN PENGETAHUAN ETIKA TERHADAP PERSEPSI ETIS MAHASISWA AKUNTANSI DENGAN GENDER SEBAGAI VARIABEL MODERASI

0 1 16