commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memasuki abad 21 ditandai oleh perubahan mendasar dalam segala aspek kehidupan khususnya perubahan politik, hukum, dan kondisi ekonomi
menimbulkan perubahan secara signifikan dalam sistem pendidikan di Indonesia. Pada tahun 2003 disahkannya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yang berisi tentang pendidikan adalah sadar usaha dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan peran lingkungan sosial. Melalui pergaulan dan hubungan sosial, peserta didik akan belajar lebih efektif
dibandingkan dengan belajar yang menjauhkan dari hubungan sosial. Sedangkan Pasal 37 UU Sisdiknas mengemukakan bahwa mata pelajaran IPS
merupakan muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Salah satu implikasi dari ketentuan undang-undang tersebut adalah
lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan SNP yang digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum,
tenaga pendidik, sarana-prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.Standar Nasional
commit to user 2
Pendidikan bertujuan menjamin mutu dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Untuk
mencapai tujuan tersebut, sejak Juli 2013 telah terjadi perubahan kurikulum yaitu Kurikulum 2013 meskipun implementasinya baru sebagian sekolah di masing-
masing kabupaten. Adanya perubahan kurikulum 2013 ini disebabkan oleh beberapa kelemahan yang ditemukan dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan KTSP 2006 menurut Mulyasa 20013: 61 antara lain: 1. Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat dan banyaknya mata
pelajaran maupun banyaknya materi dengan tingkat kesukaran melampaui tingkat perkembangan usia anak.
2. Kompetensi lulusan saat ini belum sepenuhnya menekankan pendidikan karakter, belum menghasilkan keterampilan sesuai dengan kebutuhan,
padahal secara konseptual menghasilkan lulusan berkarakter mulia dan menghasilkan keterampilan yang relevan.
3. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru yang berorientasi pada buku teks dan buku teks hanya memuat materi bahasan sehingga kurang sesuai
dengan konsep ideal KTSP: 4. Penilaian yang dilakukan di sekolah masih menekankan pada aspek kognitif
melalui tes sebagai cara penilaian yang dominan, sedangkan konsep secara ideal yaitu menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara
proporsional melalui penilaian tes pada portofolio saling melengkapi.
commit to user 3
5. Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan belum sepenuhnya menggambarkan siswa pengetahuan, keterampilan, dan
sikap. 6. Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan
masyarakat, seperti: pendidikan kharakter, kesadaran lingkungan, pendekatan dan metode pembelajaran konstruktifistik, keseimbangan soft skill and hard
skill, serta jiwa kewirausahaan belum terakomodasi di dalam kurikulum. Dalam kerangka inilah perlunya pengembangan kurikulum 2013 untuk menghadapi
berbagai masalah dan tantangan masa depan yang semakin lama semakin rumit dan kompleks. Berbagai tantangan masa depan antara lain berkaitan dengan globalisasi
dan pasar bebas, masalah lingkungan hidup, pesatnya kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi,ekonomi berbasis pengetahuan, kebangkitan industri
kreatif dan budaya, dan sebagainya Mulyasa, 20013:63. Menurut Kemendikbud 2013:2 dalam menghadapi tantangan tersebut
dibutuhkan kekuatan diri dari masing-masing warga negara dan kekuatan kohesi sosial dalam bidang politik, ekonomi, dan budaya. Kekuatan diri yang diharapkan
menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab
dalam UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Sedangkan kohesi sosial yang dibutuhkan adalah kekuatan kebersamaan, komitmen, dan kearifan untuk bahu-
membahu dalam membangun bangsa.Untuk mengha dapi tantangan tersebut, bangsa Indonesia memupuk nasionalisme budaya Culture nasionalism yang berarti
commit to user 4
pengakuan terhadap budaya etnis yang beragam, yang lahir dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia yang bhinekka.Setelah itu, perlu mengelola Sumber Daya Alam
SDA untuk menjamin kesejahteraan bangsanya berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan prinsip keadilan sosial dan meningkatkan daya saing produk barang
dan jasa melalui peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia sebagai subyek dalam persaingan tersebut.
Tantangan tersebut menimbulkan tuntutan bagi pendidikan sekarang ini yaitu meningkatkan mutu pendidikan. Faktor utama penentu baik buruknya mutu
pendidikan, yaitu: kualitas tenaga pendidik dan fasilitas belajar, seperti: buku teks yang relevan dengan pemikiran para pakar, dan sumber belajar lainnya. Sebagai
upaya peningkatan kualitas pendidikan, pemerintah telah memberikan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru PLPG, sertifikasi guru, penyempurnaan kurikulum secara
periodik, perbaikan sarana-prasarana pendidikan sampai dengan peningkatan mutu manajemen. Namun, indikator kearah mutu pendidikan belum menunjukkan
peningkatan signifikan. Hal ini terlihat dalam hasil studi PISA Program for Internaisonal Student
Assesment, yaitu studi yang memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan IPA, menunjukkan peringkat Indonesia menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara.
Hasil studi TIMSS Trends in Internasional mathematics and Science Study menunjukkan siswa Indonesia berada pada rangking amat rendah dalam kemampuan
1 memahami informasi yang kompleks, 2 teori, analisis, dan pemecahan masalah 3 pemakaian alat, prosedur, dan pemecahan masalahan, dan 4 melakukan
commit to user 5
investigasi. Hasil studi ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi kurikulum dengan tidak membebani peserta didik dengan konten namun pada aspek kemampuan
esensial yang diperlukan semua warga negara untuk berperan serta dalam membangun negara pada masa mendatang Kemendikbud, 2013:8.
Oleh karena itu, dalam rencana strategi pendidikan nasional, sedikitnya terdapat lima permasalahan yang pemecahannya harus diprioritaskan. Permasalahan tersebut
berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan, peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan relevansi pendidikan, pemerataan layanan pendidikan, dan
pendidikan karakter.Pertama, upaya peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan menetapkan tujuan dan standar kompetensi pendidikan, yaitu melalui konsensus
nasional antara pemerintah dengan seluruh lapisan masyarakat.Kedua, peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan mengarah pada penataan kurikulum berbasis
kompetensi dan karakter, dengan memberi kepercayaan yang lebih luas kepada sekolah untuk megoptimalkan sumber daya yang tersedia bagi tercapainya tujuan
pendidikan yang diharapkan.Ketiga, peningkatan relevansi pendidikan mengarah pada pendidikan berbasis masyarakat, dengan pendekatan partisipatif. Peningkatan
peran serta partisipasi orang tua dan masyarakat pada level kebijakan pengambilan keputusan dan level operasional melalui komite dewan sekolah. Keempat,
pemerataan layanan pendidikan mengarah pada pendidikan yang berkeadilan.Hal ini berkenaan dengan penerapan formula pembiayaan pendidikan adil dan kompetensi
minimal serta pemerataan pelayanan pendidikan bagi peserta didik pada semua lapisan masyarakat.Kelima, pendidikan berkarakter untuk menumbuhkembangkan
commit to user 6
seluruh karakter bangsa dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan secara utuh dan menyeluruh Mulyasa, 2013:5.Perlu diketahui bahwa Kurikulum 2013 merupakan
tindaklanjut dari Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK atau Competency Based Curriculum yangdijadikan sebagai acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan
untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan pengetahuan, keterampilan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.
Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK berorientasi pada: 1. Hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri siswa melalui serangkaian pengalaman belajar
yang bermakna, dan 2. Keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi atau dilakukan siswa dalam setiap tingkat
kelas dan sekolah sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten Trianto, 2013:17. Hal tersebut
didukung oleh Puskur dalam Masnur Muslich 2012:16 tentang pembelajaran kompetensi memberikan rumusan bahwa kompetensi merupakan pengetahuan,
keterampilan, dan nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus-menerus
memungkinkan seseorang menjadi kompeten dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai dasar untuk melakukan sesuatu.Oleh karena itu, kurikulum
2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, khususnya IPS yaitu menggunakan pendekatan ilmiah scientifik. Dasar pendekatan
pembelajaran scientifik menyentuh pada tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Lebih lanjut, Kemendikbud 2013:17 implementasi Kurikulum 2013
commit to user 7
berbasis kompetensi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan strategi kontekstual Contextual Teaching and Learning dan dengan pendekatan scientific. Adapun asas
pembelajaran dalam Kurikulum 2013 adalah konstruktivistik.Nurhadi dan kawan- kawan dalam kutipan Baharuddin, 2007:115 mengemukakan bahwa siswa perlu
dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.Oleh karena itu, pembelajaran IPS berasaskan konstruktivistik perlu
menggunakan beberapa model yaitu: model Problem Basic Learning, Project Basic Learning, Discovery Learning, dan Cooperative Learning. Baharuddin, 2007:129.
Guru sebagai pelaksana utama pembelajaran harus memiliki kemampuan memahami, memilihdan menggunakan strategi, pendekatan, model dan metode pembelajaran,
melakukan perubahan dan melakukan pengembangan keterampilan mengajar. Guru harus memperhatikan model pembelajaran karena model pembelajaran merupakan
kunci terlaksananya proses pembelajaran di kelas. Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu
seperti: Geografi, Sejarah, Ekonomi, dan Sosiologi. IPS membahas hubungan antar manusia dengan lingkungannya.Lingkungan masyarakat dimana peserta didik tumbuh
dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat dihadapkan pada berbagai permasalahan yang terjadi di lingkungannya sekitar.Oleh karena itu, tujuan
pembelajaran IPS ialah membina para peserta didik menjadi warga negara yang mampu mengambil keputusan secara demokratis dan rasional yang dapat diterima
commit to user 8
oleh semua golongan yang ada di masyarakat Kemendikbud 2013:2.Agar peserta menjadi warga negara yang baik, tugas guru tidak hanya mengajar tetapi membentuk
kepribadian peserta didik.Pembentukan kepribadian peserta didik dilakukan melalui perilaku guru setiap hari maupun dengan menggunakan metode pembelajaran.
Metode pembelajaran yang memiliki unsur karakter, yaitu: diskusi, sosiodrama, problem solving, belajar kelompok, penugasan dan sebagainya. Hal ini terkait dengan
adanya masalah dalam kehidupan masyarakat, seperti: tawuran antar pelajar, menyontek, tidak jujur, kurang bertanggung jawab, kurang mandiri, kurang peduli,
dan lain-lain. Penilaian yang ditekankan dalam kurikulum 2013 yaitu penilaian authentic.Penilaian autentik Authentic Assessment adalah pengukuran yang
bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Keberhasilan Kurikulum 2013 dalam membentuk kompetensi dan karakter disekolah dapat diketahui dari berbagai perilaku sehari-hari yang tampak dalam setiap
aktivitas peserta didik dan warga sekolah lainnya. Perilaku tersebut antara lain diwujudkan dalam bentuk: kesadaran, kejujuran, keikhlasan, kesederhanaan,
kemandirian, kepedulian, kebebasan dalam bertindak, kecermatan, ketelitian, dan komitmen. Untuk menanggapi rencana strategi pendidikan nasional khususnya point
kelima pendidikan berkarakter untuk menumbuhkembangkan seluruh karakter bangsa dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan secara utuh dan menyeluruh, diperlukan
keterlibatan semua komponen stakeholders termasuk komponen yang ada dalam sistem pendidikan itu sendiri.Komponen-komponen tersebut antara lain kurikulum,
commit to user 9
rencana pembelajaran, proses pembelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan pengembangan diri peserta didik, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan serta
etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah Mulyasa, 2013: 9.
B. Identifikasi Masalah