Pengertian pemberi kerja TINJAUAN UMUM TENTANG PEKERJA RUMAH TANGGA, PEMBERI

36

2.1.2. Pengertian pemberi kerja

Pemberi kerja merupakan orang yang menawarkan, mengajak, memberikan pekerjaan pada seseorang dengan diberikan upah untuk menjalankan suatu perusahaan maupun bekerja di bidang atau tempat lainnya tergantung pekerjaan yang ditawarkan. Pengertian istilah pemberi kerja tertuang di dalam pasal 1 angka 4 Undang-Undang Ketenagake rjaan, yaitu “Orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang memperkerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain”. Istilah pemberi kerja juga sering disebut majikan. Pengertian majikan dapat kita jumpai di dalam beberapa peratiran perundangan perburuhan kita. Diantaranya di dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 dikatakan, bahwa majikan adalah : orang atau badan hukum yang memperkerjakan buruh. Dan di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1953 tentang kewajiban melaporkan perusahaan dikatakan, bahwa majikan adalah orang atau badan hukum yang memperkerjakan buruh dengan memberikan upah untuk menjalankan perusahaan. 2.2 Hak – Hak dan Kewajiban Sebagai Pekerja Rumah Tangga dan Pemberi Kerja Perjanjian kerja mempunyai obyek perjanjian dimana isi dalam obyek perjanjian tersebut menyangkut hak-hak dan kewajiban para pihak yang membuat perjanjian tersebut. Berbicara mengenai hak pekerjaburuh kita membicarakan 37 hak-hak asasi, mapun hak yang bukan asasi. Hak asasi adalah hak yang melekat pada diri pekerjaburuh itu sendiri yang dibawa sejak lahir dan jika hak tersebut terlepasterpisah dari diri pekerja itu akan menjadi turun derajat dan harkatnya sebagai manusia. Sedangkan hak yang bukan asasi berupa hak pekerjaburuh yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang sifatnya non asasi. 23 Kewajiban para pihak dalam perjanjian pada umumnya disebut prestasi. Menurut pendapat Soebekti, prestasi artinya, “suatu pihak yang memperoleh hak- hak dari perjanjian itu juga menerima kewajiban-kewajiban yang merupakan kebalikan dari hak yang diperolehnya, dan sebaliknya suatu pihak yang memikul kewajiban-kewajiban juga memperoleh hak-hak yang dianggap sebagai kebalikannya kewajiban- kewajiban yang dibebankan kepadanya”. 24 Dengan mendasarkan diri pada pengertian diatas maka penguaraian selanjutnya dibagi menjadi dua yaitu hak dan kewajiban pekerjaburuh dan hak dan kewajiban pemberi kerjamajikan. Dalam melaksanakan kewajibannya seorang buruh haruslah bertindak baik. Bertindak sebagai seorang buruh yang baik merupakan salah satu kewajiban buruh. Di dalam KUH Perdata pada 1603 huruf d dikatakan bahwa buruh yang baik adalah “Buruh yang menjalankan kewajiban-kewajiban dengan baik, yang dalam hal ini kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan segala sesuatu dalam keadaan yang sama, seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan”. 23 Adrian Sutedi, 2009, Hukum Perburuhan, Sinar Grafika, Jakarta, h. 17. 24 Zainal Asikin, 2012, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, h. 78. 38 Dalam hubungan kerja, hak dan kewajiban para pihak saling bertimbal balik, hal-hal yang menjadi hak pekerja merupakan kewajiban pengusaha untuk memenuhi, sebaliknya hal-hal yang menjadi hak penguasa adalah merupakan kewajiban pekerja. Pada umumnya kewajiban pengusaha adalah menyediakan pekerjaan yang akan dilakukan pekerja dan membayar upah atau imbalan atas pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja. Di sisi lain, pekerja berhak untuk melakukan pekerjaan sesuai perjanjian yang diadakan dan memperoleh imbalan atau upah atas pekerjaan yang dilakukan. Menjadi kewajiban pekerja dalam hal tersebut adalah melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya atas petunjuk atau perintah yang diberikan oleh pengusaha, sesuai dengan waktu yang ditentukan. 25 Terkait dengan pekerjaan yang dilakukan pekerja, menjadi kewajiban pengusaha untuk mengupayakan agar pekerja mendapat jaminan ketika melakukan pekerjaan, jaminan dimaksud yaitu adanya kepastian kelangsungan hubungan kerja, upah, dan jaminan sosial serta perlindungan atas kesehatan dan keselamatan kerja. Oleh karena ketentuan yang mengatur kewajiban pengusaha pada umumnya berasal dari kaidah heteronom, dan dalam rangka memberi perlindungan bagi pekerja, maka biasanya juga diatur mengenai sanksi terhadap pengabaian kewajiban tertentu sebgaiamana tercantum dalam ketentuan terkait. 26 Selanjutnya di dalam KUH Perdata dirinci tentang berbagai kewajiban dari buruh atau dalam hal ini menyangkut pekerja rumah tangga, yaitu : 25 Aloysious Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 60. 26 Ibid, h.60. 39 1. Buruh berkewajiban melakukan pekerjaan yang dijanjikan menurut kemampuannya dengan sebaik-baiknya; 2. Buruh berkewajiban melakukan sendiri pekerjaannya, hanya dengan seizin majikan ia dapat menyuruh orang ketiga untuk menggantikannya; 3. Buruh wajib taat terhadap peraturan mengenai hal melakukan pekerjaannya; 4. Buruh yang tinggal pada pengusaha, wajib berkelakuan baik menurut tata tertib rumah tangga pengusahamajikan. Selanjutnya, kewajiban umum dari majikan sebagai akibat dari timbulnya hubungan kerja adalah membayar upah. Sedangkan kewajiban tambahan adalah memberikan surat keterangan kepada buruh yang dengan karena kemauannya sendiri hendak berhenti bekerja di perusahaan itu. Demikian pula dapat dikatakan sebagai kewajiban pokok lainnya yaitu, mengatur pekerjaan, mengatur tempat kerja, mengadakan buku upah dan mengadakan buku pembayaran upah. 27 Dengan terjadinya perjanjian kerja, timbulah hak-hak dan kewajiban- kewajiban bagi masing-masing pihak yaitu baik majikan maupun buruh. Kewajiban salah satu pihak merupakan hak dari pihak lainnya, demikian juga sebaliknya hak dari pihak yang satu merupakan kewajiban dari pihak lainnya. Adapun kewajiban yang utama bagi majikan adalah membayar upah. Selain itu kewajiban lainnya dari majikan yaitu member hari istirahat dan hari libur, 27 Zainal Asikin, op.cit, h. 85. 40 mengatur tempat kerja dan alat-alat kerja, member surat keterangan, bertindak sebagai majikan yang baik. Selain itu ada kewajiban majikan terhadap buruh yang bertempat tinggal pada majikan. 28 Dengan adanya perjanjian kerja, buruh mempunyai kewajiban-kewajiban tertentu antara lain wajib melakukan pekerjaan wajib mentaati tata tertib perusahaan wajib membayar denda dan ganti rugi serta bertindak sebagai buruh yang baik. Selain itu untuk buruh yang bertempat tinggal pada majikan wajib mentaati tata tertib rumah tangga majikan. 29 Hak pekerjaburuh dapat terwujud secara efektif apabila diperhatikan hal- hal sebagai berikut : 1. Para pekerjaburuh sebagai pemegang hak-hak dapat menikmati hak-hak mereka tanpa ada hambatan dan gangguan dari pihak manapun. 2. Para pekerjaburuh selaku pemegang hak tersebut dapat melakukan tuntutan melalu prosedur hukum adressant. Dengan kata lain, bila ada pihak-pihak yang mengganggu, menghamabat atau tidak melaksanakan hak tersebut, pekerjaburuh dapat menuntut melalui prosedur hukum yang ada untuk merealisasikan hak dimaksud. 30 28 FX. Djumialdji, 1987, Perjanjian Kerja, Bina Aksara, Jakarta, h. 33. 29 Ibid, h. 59. 30 Adrian Sutedi, op.cit, h. 18. 41 Guna terlaksananya hak-hak pekerjaburuh rightsada beberapa syarat, yaitu sebagai berikut : 1. Adanya pengetahuan dan pemahaman para pekerjaburuh terhadap hak-hak mereka yang telah secara tegas diatur dalam peraturan perundang-undangan. 2. Hak tersebut dipandang dan dirasakan oleh para pekerjaburuh sebagai sesuatu yang esensial untuk melindungi kepentingan mereka. 3. Adanya prosedur hukum yang memadai yang diperlukan guna menuntut agar hak para pekerjaburuh itu tetap dihormati dan dilaksanakan. 4. Adanya kecakapan dari para pekerjaburuh untuk memperjuangkan dan mewujudkan haknya. 5. Adanya sumber daya politik yang memadai yang diperlukan oleh para pekerjaburuh guna memperjuangkan perwujudan hak mereka. 31 Menurut Konvensi No. 189 bagi pekerja rumah tangga, standar ketenagakerjaan atau hak-hak fundamental pekerja rumah tangga, yaitu : 32 1. Hak-hak dasar pekerja rumah tangga 31 Adrian Sutedi, loc.cit. 32 Adrian Sutedi, op.cit, h.65. 42 - Promosi dan perlindungan hak asasi manusia seluruh pekerja rumah tangga pembukaan; Pasal 3 - Penghormatan dan perlindungan prinsip-prinsip dan hak-hak dasar di tempat kerja : a. Kebebasan berserikat dan pengakuan efektif terhadap hak atas perundingan bersama; b. Penghapusan segala bentuk kerja paksa atau kerja wajib; c. Penghapusan pekerja anak d. Penghapusan diskriminasi dalam hal pekerjaan dan jabatan e. Perlindungam efektif dari segala bentuk penyalahgunaan, pelecehan dan kekerasan f. Ketentuan kerja yang fair dan kondisi hidup yang layak Konvensi tentang pekerjaan yang layak bagi pekerja rumah tangga, telah menjabarkan mengenai hak fundamental dari pekerja rumah tangga yang dapat dijadikan patokan bagi pekerja rumah tangga dalam menjalankan pekerjaan dengan majikannya. 2.3 Hubungan Kerja 2.3.1. Pengertian hubungan kerja Hubungan kerja merupakan suatu hubungan hukum yang dilakukakn oleh dua atau lebih subjek hukum mengenai suatu pekerjaan, subjek hukum yang dimaksud adalah pemberi kerja dan pekerjaburuh. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 14 Undang- Undang No.13 Tahun 2003 hubungan kerja adalah “ Hubungan 43 antara pengusaha dengan pekerjaburuh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah”. Pada dasarnya hubungan kerja, yaitu hubungan antara buruh dan majikan, terjadi setelah diadakan perjanjian oleh buruh dengan majikan, dimana buruh menyatakan kesanggupannya untuk bekerja pada majikan dengan menerima upah dimana majikan menyatakan kesanggupannya untuk memperkerjakan buruh dengan membayar upah. 33 Hubungan kerja pada pada dasarnya memiliki subjek hukum yang melakukan hubungan hukum yaitu pemberi kerja dan pekerjaburuh. Subjek hukum dapat mengalami perluasan yaitu meliputi perkumpulan majikan, gabungan perkumpulan majikan atau APINDO untuk perluasan majikan. Selain itu terdapat serikat pekerjaburuh, gabungan serikat pekerjaburuh sebagai perluasan dari buruh. 34 Objek hukum dalam hubungan kerja adalah pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja. Dengan kata lain tenaga yang melekat pada diri pekerja merupakan objek hukum dalam hubungan kerja. 35 Objek hukum dalam perjanjian kerja, yaitu hak dan kewajiban masing-masing pihak secara timbal balik yang meliputi syarat- syarat kerja atau hal lain akibat adanya hubungan kerja. Syarat-syarat kerja selalu 33 Iman Soepomo, 1983, Pengantar Hukum Perburuhan, Djambatan, Jakarta, h. 53. 34 Asri Wijayanti, loc.cit. 35 Asri Wijayanti, loc.cit. 44 berkaitan dengan upaya peningkatan produktivitas bagi majikan dan upaya peningkatan kesejahteraan oleh buruh. 36

2.3.2. Pengertian perjanjian kerja