ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN JAGUNG VARIETAS HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH IRIGASI DI KECAMATAN PALAS KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

ABSTRAK
ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN
JAGUNG VARIETAS HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI
KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Oleh
Friska Yohana Saragih1, Suriaty Situmorang2, dan Teguh Endaryanto2
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi
usahatani dan sistem pemasaran jagung varietas hibrida pada lahan sawah tadah hujan di
Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.
Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung dan Desa Marga Kaya Kecamatan Jati Agung
Kabupaten Lampung Selatan. Pengambilan sampel petani jagung dilakukan secara acak
sederhana (simple random sampling), sedangkan sampel lembaga perantara pemasaran atau
pedagang ditentukan dengan teknik snowball sampling. Responden terdiri dari 51 orang
petani jagung, 4 orang pedagang pengumpul I, 6 orang pedagang pengumpul II dan 1 orang
pedagang besar. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan November 2009 - Januari 2010.
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif (statistik) dan kualitatif
(deskriptif).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) penggunaan faktor-faktor produksi usahatani
jagung varietas hibrida pada lahan sawah tadah hujan di Kecamatan Jati Agung Kabupaten
Lampung Selatan belum efisien, di mana faktor-faktor yang nyata berpengaruh terhadap
produksi jagung adalah luas lahan (X1), benih (X2), pupuk Urea (X3), pupuk SP-18 (X4),

pupuk NPK/Phonska (X6), dan obat-obatan (X7), sedangkan pupuk KCL (X5) dan tenaga
kerja (X8) tidak nyata berpengaruh, dan proses produksi berada pada daerah Increasing
return to scale, (2) sistem pemasaran jagung varietas hibrida di Kecamatan Jati Agung
Kabupaten Lampung Selatan belum efisien, di mana struktur pasar (market structure) yang
terbentuk adalah oligopsoni, perilaku pasar (market conduct) menunjukkan bahwa sistem
pembayaran dilakukan secara tunai melalui proses tawar-menawar, dan kinerja pasar (market
performance) menunjukkan bahwa terdapat tiga saluran pemasaran, marjin pemasaran
berbeda di tiap saluran, RPM menyebar tidak merata, serta elastisitas transmisi harga dengan
nilai 1,483 (Et > 1) menunjukkan bahwa pasar tidak bersaing sempurna.
ABSTRAK
ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN
JAGUNG VARIETAS HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI
KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Oleh
Friska Yohana Saragih1, Suriaty Situmorang2, dan Teguh Endaryanto2
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi
usahatani dan sistem pemasaran jagung varietas hibrida pada lahan sawah tadah hujan di
Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.
Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung dan Desa Marga Kaya Kecamatan Jati Agung
Kabupaten Lampung Selatan. Pengambilan sampel petani jagung dilakukan secara acak

sederhana (simple random sampling), sedangkan sampel lembaga perantara pemasaran atau
pedagang ditentukan dengan teknik snowball sampling. Responden terdiri dari 51 orang
petani jagung, 4 orang pedagang pengumpul I, 6 orang pedagang pengumpul II dan 1 orang
pedagang besar. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan November 2009 - Januari 2010.
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif (statistik) dan kualitatif
(deskriptif).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) penggunaan faktor-faktor produksi usahatani
jagung varietas hibrida pada lahan sawah tadah hujan di Kecamatan Jati Agung Kabupaten
Lampung Selatan belum efisien, di mana faktor-faktor yang nyata berpengaruh terhadap
produksi jagung adalah luas lahan (X1), benih (X2), pupuk Urea (X3), pupuk SP-18 (X4),
pupuk NPK/Phonska (X6), dan obat-obatan (X7), sedangkan pupuk KCL (X5) dan tenaga
kerja (X8) tidak nyata berpengaruh, dan proses produksi berada pada daerah Increasing
return to scale, (2) sistem pemasaran jagung varietas hibrida di Kecamatan Jati Agung
Kabupaten Lampung Selatan belum efisien, di mana struktur pasar (market structure) yang
terbentuk adalah oligopsoni, perilaku pasar (market conduct) menunjukkan bahwa sistem
pembayaran dilakukan secara tunai melalui proses tawar-menawar, dan kinerja pasar (market
performance) menunjukkan bahwa terdapat tiga saluran pemasaran, marjin pemasaran
berbeda di tiap saluran, RPM menyebar tidak merata, serta elastisitas transmisi harga dengan
nilai 1,483 (Et > 1) menunjukkan bahwa pasar tidak bersaing sempurna.


VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan :
1. Penggunaan faktor-faktor produksi usahatani jagung varietas hibrida pada lahan sawah tadah hujan
di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan belum efisien, di mana :
a. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani jagung adalah luas lahan (X 1),
benih (X2), pupuk Urea (X3), pupuk SP-18 (X4), pupuk NPK/Phonska (X6), dan obat-obatan (X7),
sedangkan pupuk KCL (X5) dan tenaga kerja (X8) tidak berpengaruh nyata.
b. Penggunaan faktor-faktor produksi belum efisien, karena proses produksi masih berada pada
daerah Increasing return to scale.
2. Sistem pemasaran jagung varietas hibrida di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan
belum efisien, di mana :
a. Struktur pasar (market structure) yang terbentuk adalah oligopsoni.
b. Perilaku pasar (market conduct) petani, yaitu sistem pembayaran dilalukan secara tunai dan
melalui proses tawar-menawar.
c. Keragaan pasar (market performance), yaitu terdapat tiga saluran pemasaran jagung, marjin
pemasaran dan Ratio Profit Margin (RPM) penyebarannya tidak merata, serta elastisitas transmisi
harga (Et)


bernilai 1,483 (Et > 1) yang menunjukkan bahwa pasar yang terjadi adalah tidak bersaing sempurna.
B. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi petani, hendaknya mampu mengalokasikan penggunaan input dengan tepat, di mana saat
usahatani berada pada daerah Increasing return to scale, maka: benih dan pupuk urea yang berlebih
sebaiknya dikurangi, pupuk SP-18 yang kurang sebaiknya ditambah, dan pupuk KCL yang kurang
sebaiknya disubtitusi dengan pupuk NPK/Phonska. Penambahan atau pengurangan benih dan pupuk
tersebut dilakukan hingga jumlahnya sesuai atau setidaknya mendekati dosis anjuran dari Dinas
Pertanian setempat, agar produksi yang diperoleh menjadi maksimal.
2. Bagi peneliti lain, hendaknya penelitian ini dapat dilanjutkan kembali untuk mengetahui
bagaimana optimalisasi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani jagung varietas hibrida pada
lahan sawah tadah hujan.

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Pembangunan pertanian merupakan salah satu agenda pembangunan nasional yang
diprioritaskan untuk menjadi landasan yang kokoh bagi perekonomian Indonesia. Dalam
rencana pembangunan pertanian periode 2005-2009, sasaran utama yang ingin dicapai adalah
terciptanya peningkatan ketahanan pangan, pengembangan agribisnis, serta peningkatan
kesejahteraan petani. Ketahanan pangan merupakan hal yang paling mendesak, karena

merupakan pemenuhan pilar utama hak asasi manusia dan akan sangat mempengaruhi tingkat
stabilitas suatu negara (www.deptan.go.id, 2009).
Ketahanan pangan diartikan sebagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam
jumlah cukup, mutu layak, aman, dan dengan harga yang terjangkau daya beli masyarakat.
Peningkatan jumlah penduduk yang relatif cepat dan tidak diiringi dengan peningkatan
produksi pangan mengakibatkan pemerintah terkadang perlu melakukan kebijakan impor
bahan pangan, terutama beras untuk mengatasi kekurangan pasokan pangan domestik. Oleh
karena itu, untuk menekan laju impor, maka peningkatan produksi pangan perlu disertai
dengan upaya diversifikasi pangan (Sastraatmadja, 2005).

Palawija adalah komoditas strategis dalam diversifikasi pangan, dengan kontribusi lebih dari
30 persen dari total nilai produksi tanaman pangan (Badan Pusat Statistik, 2007). Jagung
merupakan salah satu komoditas palawija yang menyediakan sumber karbohidrat terbesar
kedua setelah beras. Selain sebagai bahan pangan, jagung juga dimanfaatkan untuk pakan
ternak dan industri pangan olahan. Seiring dengan kemajuan teknologi, jagung mulai
dikembangkan dalam industri bioenergi berupa biofuel, sebagai alternatif bahan bakar
minyak yang jumlahnya semakin menipis (Zubachtirodin dan Saenong, 2008).
Dalam era perdagangan bebas, permintaan jagung diramalkan akan terus mengalami
peningkatan sehingga berpeluang menjadi komoditas yang sangat menguntungkan. Indonesia
perlu mempersiapkan diri agar produksi jagung mampu memenuhi kebutuhan, baik di pasar

domestik maupun internasional. Perkembangan produksi, luas panen, dan produktivitas
jagung di Indonesia tahun 2003 – 2007 disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan produksi, luas panen, dan produktivitas jagung di
Indonesia, tahun 2003 – 2007
Tahun
Produksi (Ton)
Luas panen (Ha) Produktivitas
(Ton/Ha)
2003
10.886.442
3.357.803
3,24
2004
11.225.243
3.356.914
3,34
2005
12.523.894
3.506.234
3,43

2006
11.609.463
3.345.805
3,47
2007
13.279.794
3.619.411
3,67
Rata-rata
3,43
11.904.967
3.437.233
r (%/thn)
3,18
5,44
2,01