ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN RISIKO USAHATANI PADI SAWAH PADA LAHAN IRIGASI TEKNIS DAN LAHAN TADAH HUJAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(1)

PADI SAWAH PADA LAHAN IRIGASI TEKNIS DAN LAHAN TADAH HUJAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

LIDYA SARI MAS INDAH

Penelitian ini bertujuan mengkaji : (1) tingkat efisiensi produksi usahatani padi sawah pada lahan irigasi teknis dan lahan tadah hujan (2) tingkat pendapatan usahatani padi sawah pada lahan irigasi teknis dan lahan tadah hujan (3) risiko usahatani padi sawah pada lahan irigasi teknis dan di lahan tadah hujan (4)

perilaku petani terhadap risiko pada usahatani padi sawah pada lahan irigasi teknis dan lahan tadah hujan (5) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani dalam menghadapi risiko pada usahatani padi sawah di lahan irigasi teknis dan lahan tadah hujan.

Penelitian ini dilakukan pada dua desa, yaitu Desa Bandan Hurip dan Desa Mekar Mulya Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan. Lokasi penelitian

ditentukan dengan sengaja. Responden terdiri dari petani padi sawah yang dipilih secara acak dengan responden sebanyak 33 petani padi lahan irigasi teknis dan 47 petani padi lahan tadah hujan dengan total petani sebanyak 80 petani. Tujuan pertama dianalisis dengan fungsi produksi frontier, tujuan kedua dianalisis dengan uji beda pendapatan usahatani, tujuan ketiga dianalisis uji beda koefisien variasi, tujuan keempat dianalisis dengan Teknik Bernaoulli dan Neuman Morgaenstern, dan tujuan kelima dianalisis dengan regresi binary logit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) terdapat perbedaan tingkat efisiensi teknis usahatani padi pada kedua macam irigasi. Tingkat efisiensi teknis pada MT 1 sebesar 76,33 persen untuk lahan irigasi teknis dan 67,09 persen pada lahan tadah hujan, MT 2 tingkat efisiensi pada lahan irigasi teknis sebesar 87, 81 persen dan pada lahan tadah hujan sebesar 69,26 persen. (2) pendapatan petani padi sawah pada lahan irigasi teknis lebih besar daripada pendapatan petani padi lahan tadah hujan. (3) risiko produksi, harga, dan pendapatan yang dihadapi petani padi sawah pada lahan irigasi teknis berbeda nyata dengan lahan sawah tadah hujan. (4) sebagian besar petani padi sawah berperilaku netral terhadap risiko. (5) Faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku petani terhadap risiko usahatani padi sawah pada lahan irigasi teknis dan lahan tadah hujan adalah jumlah tanggungan keluarga, pendapatan dan jenis pengairan.


(2)

ANALYSIS OF PRODUCTIONS AND RISK OF RICE ON TECHNICAL IRRIGATED LAND AND RAINFED FIELD OF

SOUTH LAMPUNG REGENCY By

LIDYA SARI MAS INDAH

The research aims to assess : (1) analyze the level of production’s efficiency rice farming in the technical irrigation land and in the rainfed. (2) the level of rice farming income in the technical irrigation land and in the rainfed, (3) the level of risk of rice in the technical irrigation land and in the rainfed,(4) the behavior of farmers againts the risk of rice farming in the technical irrigation land and in the rainfed,(5) the impact of the factors on the behavior of farmers againtst the risk of rice farming in the technical irrigation land and in the rainfed.

The research was conducted in two villages. There are Bandan Hurip Village and Mekar Mulya Village, Palas Subdistrict of South Lampung Regency. This location is chosen purposively. Respondents are rice farmers were taken by simple random sampling with 33 rice farmers in irrigation lands technical and 47 rice farmers in rainfed with total respondent were 80 farmers. The first goal was analyzed using frontier production function. The second goal was analyzed using diffrent test of farm income. The third goal was analyzed using different test of coefficient variation. The fourth goal using Bernaoulli and Neumann Morgenstern Techniques, and the fifth goal was analyzed by binary logit regression

.

The results showed that : (1) differences in the level of production’s efficiency of rice farming in both types of irrigation. The level of production’s efficiency in the planting season 1 by 76.33 percent for technical irrigation land and by 67,09 percent for rainfed. while in the planting season2 at the level of efficiency of technical irrigation land by 87, 81 percent and at rainfed by 69,26 percent. (2) income of rice farmers on technical irrigation land is greater than income rainfed rice farmers.(3) Risk of production, price, and revenue facing rice

farmers in irrigated lands technical significantly different from rainfed areas. (4) Most of the rice farmers neutral behavior towards risk. (5) The factors that influence the behavior of farmers against the risk of rice farming on land irrigated and rainfed technical is the number of dependents, income and type of irrigation.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Penulis dilahirkan di Teluk Betung, Bandar Lampung pada tanggal 30 September 1976, anak pertama dari empat bersaudara pasangan Abati A.Sjukrie Delmi,S.E dan Ummi Dra.Dahlia Sari (Alm). Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Aisyiah Rawa Laut pada tahun 1983, SD Negeri 2 Enggal pada tahun 1989, SMP Negeri 1 Tanjung Karang, lulus pada tahun 1992, SMAN 3 Tanjung Karang lulus pada tahun 1995. Penulis diterima di Universitas

Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Ekonomi Pertanian pada tahun 1995 melalui Penelusuran Minat dan Kemampuan Akademik (PMKA) dan lulus pada Desember tahun 1999. Pada tahun 2003 penulis menikah dengan Abas Husin,S.E dan dikarunia 4 putra yaitu Muhammad Ayyasy Fathul Ghifari, Azkia Syarifah Fatihah Hasanah, Muhammad Hilmi Fathan Ramadhan, dan Aisyah Muthmainah Haura Jannah. Pada tahun 2012 penulis mengikuti pendidikan Pasca Sarjana pada Program Magister Agribisnis Universitas Lampung.

Selama di bangku kuliah S1, penulis pernah menjadi Asisten Dosen pada mata kuliah Tataniaga Pertanian semester genap tahun 1997 dan semester ganjil tahun 1998, Asisten Dosen pada mata kuliah Dasar-dasar Manajemen semester ganjil tahun 1999, Asisten Dosen Penerapan Komputer semester genap tahun 1998 dan semester ganjil tahun 1999, Asisten Dosen pada mata kuliah Ekonomi Mikro semester ganjil tahun 1999 dan Asisten Dosen Ekonomi Makro semester genap tahun 2000.


(8)

S1 yaitu anggota bidang pendidikan dan penalaran Himaseperta tahun 1997, Sekretaris Bidang II Forum Kajian Ilmiah Mahasiswa Sosek FP Unila

(FOKMASEPERTA) tahun 1997, Sekretaris Studi Islam Mahasiswa FP Unila tahun 1998, Koordinator Bidang Pendidikan dan Kaderisasi Bina Rohani Mahasiswa Islam Unila(BIROHMAH) tahun 1998, Wakil Ketua Forum Studi Islam Mahasiswa Fakultas Pertanian Unila (FOSI FP) tahun 1998, dan anggota Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) tahun 1999.

Pada jenjang S2 penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Pasca Sarjana (HIMACA) Fakultas Pertanian Universitas Lampung tahun 2013 dan anggota Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia Komisariat Daerah Lampung (PERHEPI) tahun 2014-2015.


(9)

Dengan cinta, doa dan airmata

kupersembahkan karya kecilku ini kepada:

Kedua orangtuaku,

Abati A.Sjukrie Delmi dan

Ummi Dahlia Sari (almrh)

Suamiku Tercinta Abas Husin

Permata hati dan penyejuk hatiku

Muhammad Ayyasy Fathul Ghifari,

Azkia Syarifah Fatihah Hasanah,

Muhammad Hilmi Fathan Ramadhan,

Aisyah Mutmainah Haura Jannah

Semoga karyaku ini bermanfaat di dunia dan akhirat.

Aamiin


(10)

kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan

dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau

kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan

Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha berkuasa

atas segala sesuatu”

(QS. Ali Imran:26)

“Dan seandainya pohon

-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta),

ditambahkan kepadanya tujuh laut lagi sesudah keringnya, niscaya tidak akan

habis-habisnya (dituliskan) ilmu Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi

Maha Bijaksana”

(QS. Lukman:27)

Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang

berilmu beberapa derajat.

(

QS. Al-Mujadalah:11)

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan

(QS.Al-Insyiroh:5)

“Fashbir sabran jamiila...,”

“Maka bersabarlah dengan kesabaran yang indah...”

(QS. Al-

Ma’arij:5)

Jika engkau berbuat kebaikan, jangan berharap dapat balasan dari orang yang

sama, yakinlah Allah SWT akan membalas kebaikanmu pada waktu, tempat,

cara, dan orang yang berbeda.

(Lidya Sari Mas Indah)


(11)

SANWACANA

Allhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas nikmat iman, ilmu, dan

kesehatan, sehingga penulis mampu menyelesaikan kuliah dan penelitian dengan judul tesis Analisis Efisiensi Produksi dan Risiko Usahatani Padi Sawah Pada Lahan Irigasi Teknis dan Lahan Tadah Hujan di Kabupaten Lampung Selatan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan S2 dan memperoleh gelar Magister Sains Program Pascasarjana Magister Agribisnis Universitas Lampung.

Seiring dengan selesainya penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing Utama, terima kasih atas ilmu, doa, perhatian, dan keteladanannya yang diberikan dalam proses penyelesaian kuliah dan tesis ini.

2. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi,M.S selaku Pembimbing Kedua atas keikhlasannya untuk memberikan bimbingan, waktu, ilmu, dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

3. Dr. Ir. Hanung Ismono, M.P. selaku Penguji Utama atas masukan, kritik dan saran yang disampaikan, sangat berguna bagi penyempurnaan tesis ini;

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Ibrahim Hasyim., M.S. selaku pengajar dan Ketua Program Pascasarjana Magister Agribisnis Universitas Lampung.


(12)

Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M.S., Dr. Ir. Dwi Haryono,M.S., Dr. Ir. Dyah Aring HL M.S., Dr.Ir. Wuryaningsih M.S., Dr. Ir. Yaktiworo, M.S., Dr. Ir. Sudarma Wijaya, M.S., Dr.Ir. Koordiyana,M.S., Ir. Adia Nugraha, M.S., Dr. Ir. M.Irfan Affandi, M.S., Ir. Eka Kasymir, M.S., Ir. Suriaty Situmorang, M.S., dan Ir. Hurip Santoso., M.S.

6. Teruntuk Ummi Dra. Dahlia Sari (Alm) dan Abati A.Sjukrie Delmi,S.E. yang selalu mengiringi langkahku dan mendoakan kebahagianku. Terima kasih atas segala limpahan cinta dan kasih sayang, tulus ikhlas membesarkan dan

mendidikku dengan penuh kesabaran dan keteladanan. Adik-adikku

Ummikalsum Dewi Lastari, Three Sister Zahara, Abdurahman Saputra Utama yang senantiasa menanti keberhasilanku.

7. Suamiku tercinta Abas Husin,S.E. yang selalu menemani, membimbing dan membantuku menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan. Terima kasih atas segala cinta, doa, perhatian, dan waktunya selama membersamai penyelesaian tesis ini. Anak-anakku Muhammad Ayyasy Fathul Ghifari, Azkia Syarifah Fatihah Hasanah, Muhammad Hilmi Fathan Ramadhan, dan Aisyah Muthmainah Haura Jannah sebagai motivator terbesarku saat ini. Kesuksesan ummi kelak kupersembahkan untuk kalian, semoga bermanfaat di dunia dan akhirat. 8. Abang Prof, terima kasih atas perhatian, doa, bimbingan dan pertemuan yang

luar biasa sehingga penulis dapat mewujudkan mimpi menjadi kenyataan kuliah di Magister Agribisnis, semoga Allah membalas semua kebaikan dengan yang berlipat ganda.


(13)

terima kasih atas doa dan cintanya.

10. Keluarga kecil dalam lingkaran, terima kasih atas motivasi, doa, dan perhatiannya sehingga penulis tetap istiqomah dijalan-Nya.

11. Para sahabat seperjuangan dalam suka dan duka di Pasca Agribisnis 2012, Bapak Ir. Suarno Sadar, Hilmiyati, S.P.M.Si., Dina Prihatini, S.P,M.Si, Ine Indriastuti, S.P,M.Si., Maryanti, S.P, Siska Yunita, S.P, Fadlina

Sosiawati, S.P.M.Si, Sri Ermalia, S.P, Tri Ariyanti, S.P, Bapak Ir. Desmon, Murti Rahayu, S.P, Dian Megasari,S.P, Dyah Rianita S.P, Erfanno Agustian, S.P, Sundari Ekawanti, S.P, Rio Valentino S.P, dan, terimakasih atas

kebersamaan, bantuan dan dukungan moril serta perhatian selama penulis menempuh pendidikan hingga selesainya penyusunan tesis ini

12. Karyawan Pascasarjana Magister Agribisnis (Mbak Ayie, Mb Iin, Mas Boim, Mas Bukhori, Mas Kardi) atas bantuan dan perhatiannya selama penulis mengikuti pendidikan di Universitas Lampung;

13. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna. Dengan segala kekurangan yang ada, penulis berharap tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah selalu memberkahi setiap langkah kita dalam menuntut ilmu dan membalas semua kebaikan semua pihak dalam penyelesaian tesis ini.

Tanjungkarang, Februari 2015 Penulis


(14)

xv DAFTAR ISI

. Halaman

DAFTAR ISI ... .... xv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xxi

B I. PENDAHULUAN ... . 1 A. B. C. D. Latar Belakang Perumusan masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian ... ... ... ... 1 7 10 11

II . TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

DAN HIPOTESIS ... 12 A. Tinjauan Pustaka ... 12

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Pengertian Irigasi ... Usaha Tani Padi Sawah ... Teori Produksi ... Konsep Efisiensi ... Faktor- faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis ... Konsep Risiko dalam Usaha tani ... Perilaku Petani dalam Mengambil Keputusan Menghadapi Risiko Ordinal Logit ... Hasil Penelitian Terdahulu ...

12 15 20 26 33 36 41 46 49 B. C.

Kerangka Pemikiran ... Hipotesis ...

53 58

III. METODE PENELITIAN ... 59 A.

B. C. D.

Konsep Dasar danDefinisi Operasional ... Lokasi Penelitian ... Populasi dan Sampel ... ... Metode Pengumpulan Data ...

59 63 64 66


(15)

xvi 1. 2. 3. 4. 5.

Analisis Tujuan Pertama ... Analisis Tujuan Kedua ... Analisis Tujuan Ketiga ... Analisis Tujuan Keempat ... Analisis Tujuan Kelima ...

67 70 73 76 79

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 86 A. B. C. D. E. F. G.

Luas dan Tata Guna Lahan ... Topografi dan Iklim ... Keadaan Penduduk Lampung Selatan ... ... Irigasi di Kabupaten Lampung Selatan ... Monografi Desa Bandan Hurip dan Mekar Mulya ... Sarana dan Prasarana ... Pengembangan Beras di Lampung Selatan...

86 88 89 92 95 96 97

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 98 A. Keadaan Umum Responden ... 98

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Usia Petani responden... Pendidikan Petani Responden ... Pengalaman Berusahatani ... Jumlah Tanggungan Keluarga ... Luas Lahan Garapan dan Status Kepemilikan ... Pekerjaan Sampingan ...

98 99 101 102 103 105 B. Keragaan Usahatani Padi Lahan Irigasi Teknis dan Tadah Hujan ... 107

1. 2.

Pola Tanam ... Budidaya Padi Sawah pada Lahan Irigasi Teknis dan pada Lahan Tadah Hujan di Kecamatan Palas ...

107 108 C. Penggunaan Sarana Produksi Pertanian ... 110

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Penggunaan Benih ... Penggunaan Pupuk ... Penggunaan Pestisida ... Penggunaan Tenaga Kerja.. ... Penggunaan Peralatan ... Produksi Usahatani Padi Sawah ...

111 111 113 114 116 118 D. Efisiensi Produksi Usahatani Padi Sawah ...

1. Hasil Pendugaan Fungsi Frontier ... 2. Efisiensi Teknis Usahatani Padi Sawah pada Lahan Irigasi

Teknis dan Lahan Tadah Hujan ...

119 120 125


(16)

xvii

1. Risiko Produksi ... 2. Risiko Harga ... 3. Risiko Pendapatan ...

148 150 152 G. Perilaku Petani Terhadap Risiko Usahatani Padi Sawah ... 155 H

I.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Petani Terhadap Risiko Usahatani Padi Sawah ... Pengaruh Risiko dan Perilaku Terhadap Risiko terhadap Efisiensi Produksi ...

160 165

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 168 A.

B.

Kesimpulan ... Saran ...

168 169

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ...

170 177


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Luas panen, produktivitas, dan produksi padi di Indonesia

Tahun 2000 – 2013 ……….……… 3

2. Produksi tanaman padi sawah per kabupaten /kota di Propinsi

Lampung Tahun 2008-2012 ………..……….. 4

3. Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan analisis efisiensi produksi dan risiko usahatani padi sawah pada lahan irigasi teknis

dan tadah hujan di Kabupaten Lampung Selatan ………...…………. 50 4. Luas lahan sawah menurut kecamatan dan jenis pengairan di

Kabupaten Lampung Selatan, 2011 ……….……….... 64

5. Skala Utilitas dan Nilai Rupiah dari CE ……….……….... 79 6. Sebaran luas Kabupaten Lampung Selatan dirinci menurut

penggunannya (dalam hektar), 2012 ……… 87

7. Sebaran penggunaan lahan tahun 2013 ……….…….………… 87 8. Sebaran jumlah penduduk Kabupaten Lampung Selatan menurut

umur, tahun 2012 ………... 89 9. Sebaran penduduk berdasarkan kelompok umur tahun 2012 .……… 90 10. Sebaran jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan tahun

2013 ……….……. 91

11. Klasifikasi jaringan irigasi di Kabupaten Lampung Selatan ….……. 92 12. DAS Sekampung di Kabupaten Lampung Selatan ………..…… 93 13. Sebaran petani responden padi irigasi teknis dan tadah hujan

berdasarkan umur di Lahan irigasi teknis dan Lahan tadah hujan …... 100 14. Tingkat pendidikan petani responden padi lahan irigasi teknis dan

sawah tadah hujan di Kecamatan Palas ………. 102

15. Lama berusahatani petani responden padi lahan irigasi teknis dan


(18)

16. Jumlah tanggungan keluarga petani responden padi lahan irigasi

teknis dan sawah tadah hujan di Kecamatan Palas ……… 105 17. Sebaran luas lahan garapan petani responden padi lahan irigasi teknis

dan sawah tadah hujan di Kecamatan Palas ……… 106

18. Sebaran petani padi berdasarkan status kepemilikan lahan di

Kecamatan Palas. ………. 107

19. Sebaran petani berdasarkan pekerjaan sampingan pada lahan irigasi

teknis dan lahan sawah tadah hujan di Kecamatan Palas tahun 2014 .. 108 20. Rata-rata penggunaan pupuk dalam satu kali musim tanam per hektar

oleh petani responden, 2013 ……… 114

21. Rata – rata biaya penggunaan obat-obatan oleh petani responden

padi di lokasi penelitian tahun 2013 ……… 116

22. Penggunaan tenaga kerja rata-rata petani responden padi di lokasi

penelitian tahun 2013 ………..…. 117

23. Rata-rata jumlah dan biaya penyusutan peralatan usahatani padi

dalam satu kali musim tanam, 2013 ……….… 119

24. Rata - rata produksi usahatani padi di Kecamatan Palas, 2013 …….. 121 25. Hasil analisis fungsi produksi frontier pada usahatani padi, 2014 …... 122 26. Efisiensi teknis usahatani padi gabungan antara lahan irigasi teknis

dan lahan tadah hujan ……….…. 127

27. Efisiensi teknis usahatani padi lahan irigasi teknis dan lahan tadah

hujan ……….… 129

28. Tingkat efisiensi produksi (teknis) petani padi Kecamatan

Palas,2013 ……… 131

29. Analisis pendapatan usahatan padi sawah musim tanam 1 pada lahan

irigasi teknis dan lahan tadah hujan ………. 138

30. Analisis pendapatan usahatan padi sawah musim tanam 2 pada lahan

irigasi teknis dan lahan tadah hujan ………. 139


(19)

usahatani padi di Kecamatan Palas ……….. 150 33. Perilaku petani MT 1 dan MT 2terhadap risiko usahatani padi di

Kecamatan Palas, 2013 ……… 158

34. Hasil analisis regresi binary logit faktor-faktor yang mepengaruhi

perilaku petani terhadap risiko usahatani padi di Kecamatan Palas … 163 35. Pengaruh risiko dan perilaku terhadap efisiensi produksi padi sawah... 168


(20)

Gambar Halaman 1. Perkembangan harga padi sawah di penggilingan Kabupaten

Lampung Selatan dari bulan April 2013 – Maret 2014 ……….. 6

2. Kurva produk total, produk rata-rata, dan produk marjinal ………… 22

3. Tiga komponen efisiensi dalam fungsi produksi frontier ………. 27

4. Ukuran efisiensi menurut Farrel ………... 29

5. Senjang produktivitas model Gomez ……… 35

6. Kurva fungsi utilitas ………. 43

7. Paradigma analisis efisiensi produksi dan risiko usahatani padi sawah pada lahan irigasi teknis dan tadah hujan di Lampung Selatan ……… 57

8. Penentuan nilai CE berdasarkan prinsip Bernaulli …………...……… 78

9. Pola tanam petani responden di daerah penelitian pada lahan irigasi teknis, 2013 ……….. 109

10. Pola tanam petani responden di daerah penelitian, pada lahan tadah hujan , 2013 ……….. 109

11. Fluktuasi produksi padi sawah per hektar musim hujan selama 5 musim tanam terakhir pada lahan irigasi teknis dan lahan sawah tadah hujan ………. 147

12. Fluktuasi harga yang diterima petani padi sawah musim hujan selama 5 musim tanam terakhir pada lahan irigasi teknis dan lahan sawah tadah hujan ……… 148

13. Fluktuasi pendapatan yang diterima petani padi sawah pada musim hujan selama 5 musim tanam terakhir pada lahan irigasi teknis dan lahan sawah tadah hujan. ………. 149


(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan masyarakat, berperan dalam pembentukan Pendapatan Domestik Bruto (PDB), menyerap tenaga kerja di pedesaan, berperan dalam menghasilkan devisa dan atau penghematan devisa, dan berfungsi dalam pengendalian inflasi. Dengan demikian sektor pertanian secara tidak langsung berperan dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi pembangunan sektor ekonomi lainnya (Achmad 2012).

Salah satu komoditas pertanian yang mempunyai peranan penting dalam

ketahanan pangan adalah beras. Di Indonesia, beras merupakan pangan pokok dan memberikan peran hingga sekitar 45 persen dari total food-intake, atau sekitar 80 persen dari sumber karbohidrat utama dalam pola konsumsi masyarakat

Indonesia. Hal tersebut relatif merata diseluruh Indonesia maksudnya secara nutrisi, ekonomi, sosial, dan budaya, beras tetap merupakan pangan terpenting bagi sebagian besar masyarakat. Beras dapat dikatakan sebagai komoditas pangan yang paling banyak mendapat perhatian, baik ditingkat akademik, maupun


(22)

ekspor, dan impor, disparitas harga, pola konsumsi masyarakat, dinamika pembangunan daerah dan sebagainya (Arifin 2012).

Untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional, pada tahun 2011 Kementerian Pertanian telah menetapkan target produksi padi sebesar 70,60 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Sampai dengan tahun 2014 pertumbuhan produksi padi ditargetkan meningkat sebesar 5,22 persen per tahun. Instrumen yang dapat digunakan untuk mencapai target produksi tersebut adalah (1) perluasan areal (2) peningkatan produktivitas dan (3) rekayasa teknologi dan sosial

(Departemen Pertanian 2011).

Peran usahatani padi dalam memenuhi kebutuhan pangan Indonesia tampaknya harus disertai dengan sifat pertanian yang rawan akan risiko, sehingga seringkali menjadi ancaman terhadap kesejahteraan petani padi di Indonesia. Faktor-faktor eksternal dari sektor pertanian berpengaruh lebih besar dibandingkan dengan faktor-faktor internal. Perubahan iklim yang semakin tidak dapat diperkirakan oleh para petani, menyebabkan sering terjadinya kejadian-kejadian buruk yang merugikan petani seperti tidak optimalnya usahatani.

Selain itu serangan hama penyakit tanaman, kemarau panjang, banjir, kondisi kesuburan tanah merupakan permasalahan dalam pertanian di Indonesia. Hal ini akan berpengaruh terhadap produktivitas padi sawah di Indonesia. Perkembangan produksi, luas lahan dan produktivitas padi sawah di Indonesia tahun 2000 - 2013 dapat di lihat pada Tabel 1.


(23)

Tabel 1. Luas panen, produktivitas, dan produksi padi di Indonesia Tahun 2000 – 2013

Tahun Luas Panen (ha) Produktivitas\ (Ku/ha)

Produksi (ton)

2000 11.793.475 44,01 51.898.852

2001 11.499.997 43,88 50.461.986

2002 11.521.166 44,69 51.489.694

2003 11.488.034 45,38 52.137.604

2004 11.922.974 45,36 54.088.468

2005 11.800.901 45,75 53.984.590

2006 11.786.430 46,20 54.454.937

2007 12.148.000 47,05 57.157.000

2008 12.344.000 48,83 60.280.000

2009 12.883.576 49,90 64.398.890

2010 13.257.450 50,15 66.469.394

2011 13.203.643 49,80 65.756.904

2012 13.445.524 51,36 69.056.126

2013 13.837.213 51,52 71.291.494

Sumber: Badan Pusat Statistik 2013

Pada Tabel 1 terlihat produksi padi sawah di Indonesia pada tahun 2013

meningkat sebesar 71.291.494 ton dibandingkan tahun 2012. Produktivitas padi yang meningkat tiap tahunnya juga disertai dengan tingginya konsumsi beras yang dihasilkan dari usahatani padi.

Propinsi Lampung adalah salah satu sentra produksi padi di luar Pulau Jawa. Menurut BPS (2012), produksi padi sawah di Provinsi Lampung, setiap tahun mengalami peningkatan. Pada Tabel 2 produksi padi sawah tertinggi dicapai pada tahun 2012 sebesar 2.908.600 ton. Tahun 2012 luas lahan padi sawah di Provinsi Lampung 577.246 ha, artinya dengan produksi sebesar 2.908.600 ton, maka produkivitas padi sawah Provinsi Lampung sebesar 50,39 ku/ha.

Perkembangan produksi padi sawah di Provinsi Lampung menurut kabupaten /kota di tahun 2008 – 2012 selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.


(24)

Tabel 2. Produksi tanaman padi sawah per kabupaten /kota di Propinsi Lampung Tahun 2008-2012 (dalam ton)

Kabupaten/Kota 2008 2009 2010 2011 2012

Lampung Barat 143.092 153.144 160.080 165.342 177.810 Tanggamus 245.585 306.716 208.553 201.067 212.317

Lampung Selatan 260.515 338.988 370.060 395.437 399.900

Lampung Timur 365.689 417.521 431.981 443.552 492.315 Lampung Tengah 465.481 550.253 570.968 654.545 660.443 Lampung Utara 91.153 108.471 117.088 131.155 139.319 Way Kanan 124.986 135.751 120.487 145.472 137.161 Tulang Bawang 338.012 324.412 187.412 186.7288 185.674 Pesawaran 102.581 119.971 139.159 146.317 150.526

Pringsewu 0 0 111.239 113.284 113.342

Mesuji 0 0 113.822 87.195 144.304

Tulang Bawang Barat 0 0 60.245 49.155 66.182 Bandar Lampung 8.467 9.039 9.336 8.631 6.752 Metro 19.618 23.048 24.443 24.998 22.555

Provinsi Lampung 2.165.179 2.487.314 2.623.873 2.752.869 2.908.600

Sumber :Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung 2012

Kabupaten Lampung Selatan merupakan penghasil padi sawah terbesar ketiga di Provinsi Lampung. Produksi padi sawah di Kabupaten Lampung Selatan setiap tahun selalu meningkat. Masalah produksi ini berkenaan dengan sifat usahatani yang selalu tergantung pada perubahan iklim dan ketidakpastian. Tahun 2012 produksi padi sawah sebesar 399.900 ton dengan luas lahan 76.108 ha, dan produktivitas padi sawah sebesar 52,54 ku/ha. Kondisi produktivitas ini dapat ditingkatkan melalui upaya intensifikasi atau perbaikan teknologi. Upaya ini lebih memungkinkan mengingat produksi melalui ekstensifikasi atau perluasan lahan sawah membutuhkan biaya yang besar. Keterbatasan anggaran pemerintah


(25)

untuk pembukaan lahan sawah dan tingginya kompensasi penggunaan lahan berdampak pada peningkatan produksi padi melalui perluasan lahan sawah semakin mahal. Alternatif yang perlu dipikirkan adalah meningkatan produktivitas lahan dengan efisiensi. Salah satu cara untuk peningkatan produktivitas adalah intensifikasi yaitu penggunaan teknologi irigasi.

Manfaat dengan adanya irigasi maka diharapkan dapat meningkatkan produktivitas padi sawah yang akan meningkatkan efisiensi dan pendapatan petani. Menurut Mubyarto dalam Hansen (1990), irigasi terdiri dari irigasi teknis, setengah teknis, dan irigasi sederhana.

Menurut Pusposutardjo (2001) pengertian irigasi secara umun yaitu pemberian air kepada tanah dengan maksud untuk memasok bahan esensial bagi

pertumbuhan tanaman. Tujuan irigasi kemudian dirinci lebih lanjut, yaitu; (1) menjamin keberhasilan produksi tanaman dalam menghadapi kekeringan jangka pendek, (2) mendinginkan tanah dan atmosfir sehingga akrab untuk pertumbuhan tanaman, (3) mengurangi bahaya kekeringan, (4) mencuci atau melarutkan garam dalam tanah, (5) mengurangi bahaya penimpaan tanah, (6) melunakkan

lapisan olah dan gumpalan-gumpalan tanah, dan (7) menunda pertunasan dengan cara pendinginan lewat evaporasi. Tujuan umum irigasi tersebut secara implisit mencakup pula drainase pertanian, terutama yang berkaitan dengan tujuan mencuci dan melarutkan garam dalam tanah

Selain sawah irigasi terdapat juga sawah tadah hujan yaitu sawah yang hanya mendapatkan air dari air hujan. Sawah tadah hujan biasanya diusahakan untuk usahatani padi hanya pada musim hujan. Air untuk usahatani padi di lahan tadah


(26)

hujan sangatlah sulit diatur karena sumber air berasal dari air hujan yang datangnya tidak tentu, tergantung keadaan cuaca. Pada saat musim hujan, sering air berlimpah, sedangkan pada musim kemarau, sering kali kekurangan air bahkan tidak ada air.

Perubahan iklim yang tidak menentu memiliki risiko yang tinggi bagi usahatani padi sawah. Risiko usahatani ini akan berpengaruh terhadap efisiensi produksi dan harga padi sawah. Keputusan petani dalam penggunaan irigasi teknis atau tadah hujan disebabkan karena adanya tambahan pengeluaran bagi usahataninya. Harga sarana produksi yang mahal akan dihadapkan pada risiko kenaikan harga input sehingga menambah biaya yang dikeluarkan oleh petani dan terjadinya kesenjangan antara penerimaan dan pengeluaran. Perkembangan harga padi sawah di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Perkembangan harga padi sawah di penggilingan Kabupaten Lampung Selatan dari bulan April 2013 – Maret 2014

Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Lampung Selatan 2013 6,500 6,700 6,900 7,100 7,300 7,500 7,700 7,900 8,100 8,300 8,500 8,700 8,900 Ap r-13 Ma y -1 3 Ju n -13 Ju l-13 Au g-13 Se p -13 Oct-13 N o v -13 De c-1 3 Jan -14 Fe b -14 Ma r-14 asalan medium premium


(27)

Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa petani perlu memperhatikan faktor risiko. Harga padi sawah di Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Maret 2014 untuk padi sawah mutu premium sebesar Rp 8.700, mutu medium Rp 8.600 dan mutu asalan Rp 7.800. Harga padi sawah berbeda tergantung pada kualitas padinya. Harga padi sawah akan mahal apabila memiliki kualitas yang baik. Adanya risiko produksi dan harga ini akan mempengaruhi perilaku petani apakah petani akan menghindari risiko, netral terhadap risiko atau berani terhadap risiko.

B. Perumusan Masalah

Peningkatan produksi padi bisa dilakukan melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal. Namun demikian peningkatan luas areal sudah sulit

dilakukan karena suplai sumberdaya lahan yang tidak elastis dan kalaupun dilakukan memerlukan pengorbanan yang cukup besar. Selain itu kondisi lahan di Kabupaten Selatan merupakan daerah rawa yang berdekatan dengan laut, kadang air sawah bercampur dengan air laut, sehingga air menjadi asin dan dapat mengganggu produktivitas padi sawah. Untuk mendukung peningkatan produksi padi, pengelolaan sumber daya yang ada harus dioptimalkan, terutama penggunaan teknologi irigasi akan mempengaruhi produksi padi.

Ketersediaan air irigasi untuk pengairan pada usahatani padi sawah akan mempengaruhi penggunaan input produksi, seperti penggunaan benih, pupuk, obat-obatan, hama penyakit tanaman, tenaga kerja, dan biaya usahatani lainnya. Kabupaten Lampung Selatan didominasi oleh beberapa tipe pengairan yaitu irigasi teknis, irigasi setengah teknis, lahan kering, dan tadah hujan. Perbedaan


(28)

penggunaan teknologi antara irigasi teknis dan tadah hujan akan berpengaruh terhadap produktivitas padi sawah.

Produktivitas padi sawah di Lampung Selatan setiap tahun mengalami fluktuasi. Pada Tahun 2012, produktivitas padi sawah sebesar 52,54 ku/ha. Hal ini

mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 52.73 ku/ha. Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (2013) produktivitas potensial padi sawah adalah sebesar 64,90 ku/ha. Ini menunjukkan bahwa produktivitas padi sawah di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2011 dan Tahun 2012 masih berada di bawah produktifitas potensial sehingga belum efisien.

Usahatani yang dilakukan oleh petani padi sawah masih belum efisien sehingga produksi yang dihasilkan rendah. Menurut Mubyarto (1989) usahatani yang efisien adalah usahatani yang memiliki produktivitas tinggi. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan realokasi penggunaan faktor-faktor produksi secara efisien sehingga usahatani yang dilakukan dapat mencapai produksi optimal.

Salah satu usaha agar produktivitas padi meningkat yaitu dengan penggunaan irigasi teknis. Irigasi yang berfungsi dengan baik diharapkan dapat meningkatkan produksi padi. Namun perubahan iklim yang tidak menentu akan mempengaruhi ketersediaan air irigasi, penggunaan irigasi ini memiliki risiko, apabila irigasi rusak maka air irigasi akan berkurang yang menyebabkan produksi padi rendah sehingga pendapatan petani menjadi rendah. Selain itu, serangan berbagai penyakit menyebabkan kualitas dan hasil menjadi rendah. Harga jual yang rendah dan biaya produksi yang tinggi menyebabkan pendapatan petani menjadi


(29)

rendah. Kondisi ini mengakibatkan bagi petani yang memiliki keterbatasan modal serta terdesak oleh kebutuhan uang tunai untuk konsumsi keluarga akan segara menjual produksinya. Keadaan tersebut menyebabkan lemahnya posisi petani dalam tawar menawar sehingga petani cenderung menerima harga yang rendah pada saat panen. Apabila permintaan relatif stabil maka harga akan turun,

sebaliknya harga akan meningkat jika musim paceklik. Harga komoditas pertanian yang sangat berfluktuasi membawa kerugian bagi petani (Lantarsih 1998).

Adanya risiko hasil panen (produksi) dan harga menyebabkan petani enggan menanggung risiko, terlebih bagi petani kecil. Keengganan terhadap risiko mempunyai peranan penting terhadap perilaku petani.

Pendapatan petani padi sawah sangat dipengaruhi oleh penggunaan faktor-faktor produksi yaitu luas lahan, benih, pupuk urea, pupuk SP 36, pupuk NPK, dan tenaga kerja. Usahatani padi sawah di Kabupaten Lampung Selatan diduga dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi tersebut. Penggunaan faktor-faktor produksi yang optimal akan memberikan keuntungan yang maksimal. Disamping itu perbedaan sistem irigasi antara irigasi teknis dan tadah hujan akan berdampak pada tingkat efisiensi dan tingkat pendapatan usahatani padi sawah.

Sistem irigasi teknis sangat bermanfaat bagi petani padi sawah karena kebutuhan airnya lebih terjamin walaupun petani menambah biaya untuk membayar biaya irigasi tersebut. Sebaliknya pada sistem irigasi tadah hujan ketersediaan air sangat ditentukan oleh curah hujan dan petani tidak membayar biaya irigasi. Petani rasional akan membandingkan besarnya risiko yang dihadapi dengan penerimaan yang diperoleh dari usahatani yang diusahakan. Perilaku petani dalam


(30)

menghadapi risiko usahatani akan mempengaruhi tingkat alokasi input produksi pada masing-masing sistem irigasi. Berdasarkan uraian tersebut, perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:

(1) Bagaimana tingkat efisiensi produksi usahatani padi sawah pada lahan irigasi teknis dan lahan tadah hujan di Lampung Selatan?

(2) Bagaimana tingkat pendapatan usahatani padi sawah pada lahan irigasi teknis dan lahan tadah hujan di Lampung Selatan?

(3) Bagaimana risiko usahatani padi sawah pada lahan irigasi teknis dan pada lahan tadah hujan di Lampung Selatan?

(4) Bagaimana perilaku petani terhadap risiko usahatani padi sawah lahan irigasi teknis dan lahan tadah hujan di Lampung Selatan?

(5) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku petani dalam

menghadapi risiko usahatani padi sawah di lahan irigasi teknis dan lahan tadah hujan di Lampung Selatan?

C. Tujuan Penelitian

(1) Mengetahui tingkat efisiensi produksi usahatani padi sawah pada lahan irigasi teknis dan lahan tadah hujan di Lampung Selatan.

(2) Mengetahui tingkat pendapatan usahatani padi sawah pada lahan irigasi teknis dan lahan tadah hujan di Lampung Selatan.

(3) Mengetahui risiko usahatani padi sawah pada lahan irigasi teknis dan lahan tadah hujan di LampungSelatan.

(4) Menganalisis perilaku petani terhadap risiko pada usahatani padi sawah pada lahan irigasi teknis dan lahan tadah hujan di Lampung Selatan.


(31)

(5) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani dalam menghadapi risiko usahatani padi sawah pada lahan irigasi teknis dan lahan tadah hujan di Lampung Selatan.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

(1) Petani sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam pengelolaan dan perencanaan usahatani padi sawah di masa yang akan datang. (2) Dinas atau instansi sebagai masukan dalam rangka kebijakan

peningkatan produksi padi dan mengurangi risiko usahatani padi. (3) Peneliti sebagai tambahan referensi yang berkaitan dengan efisiensi

dan risiko usahatani padi sawah untuk penelitian selanjutnya.


(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Irigasi

Menurut Sudjarwadi (1990) irigasi atau pengairan adalah suatu usaha untuk memberikan air guna keperluan pertanian, pemberian air dilakukan secara tertib dan teratur untuk daerah pertanian yang membutuhkannya dan kemudian setelah air itu dipergunakan sebaik-baiknya secara tertib dan teratur pula di saluran ke pembuangan air.

Air irigasi merupakan sumberdaya pertanian yang sangat strategis. Berbeda dengan input lain seperti pupuk ataupun pestisida yang dimensi peranannya relatif terbatas pada proses produksi yang telah dipilih, peranan air irigasi mempunyai dimensi yang lebih luas. Sumberdaya ini tidak hanya mempengaruhi produktivitas tetapi juga mempengaruhi spektrum pengusahaan komoditas pertanian. Oleh karena itu kinerja irigasi bukan hanya berpengaruh pada pertumbuhan produksi pertanian tetapi juga berimplikasi pada strategi pengusahaan komoditas pertanian dalam arti luas (Komarudin 2010)


(33)

Menurut Linsley (1991) mengemukakan bahwa irigasi merupakan pemberian air kepada tanah untuk menunjang curah hujan yang tidak cukup agar tersedia kelembaban bagi pertumbuhan tanaman. Sesuai dengan definisi irigasi, maka tujuan irigasi pada suatu daerah adalah upaya rekayasa teknis untuk

penyediaaan dan pengaturan air dalam menunjang proses produksi pertanian, dari sumber air ke daerah yang memerlukan serta mendistribusikan secara teknis dan sistematis.

Menurut Sudjarwadi (1990) manfaat dari suatu sistem irigasi, adalah :

(1) untuk membasahi tanah, yaitu pembasahan tanah pada daerah yang curah hujannya kurang atau tidak menentu, (2) untuk mengatur pembasahan tanah, agar daerah pertanian dapat diairi sepanjang waktu pada saat dibutuhkan, baik pada musim kemarau maupun musim penghujan, (3) untuk menyuburkan tanah, dengan mengalirkan air yang mengandung lumpur dan zat – zat hara penyubur tanaman pada daerah pertanian tersebut, sehingga tanah menjadi subur, (4) untuk kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah / rawa dengan pengendapan lumpur yang dikandung oleh air irigasi, (5) untuk penyaluran air , yaitu dengan mengunakan air irigasi, maka kotoran / pencemaran / limbah / sampah yang terkandung di permukaan tanah dapat disalurkan ketempat yang telah disediakan ( saluran drainase ) untuk diproses penjernihan secara teknis atau alamiah dan (6) pada daerah dingin, dengan mengalirkan air yang suhunya lebih tinggi dari pada tanah, sehingga dimungkinkan untuk mengadakan proses pertanian pada musim tersebut.


(34)

Menurut Sudjarwadi (1987) areal persawahan menurut pengairannya dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu :

(1) Sawah Irigasi, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan akan airnya dari saluran irigasi yang diselenggarakan oleh Dinas Irigasi dan

Departemen Pekerjaan Umum.

(2) Sawah Irigasi Desa, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan akan airnya dari saluran-saluran/ bandar-bandar/ parit-parit yang

diselenggarakan dan dipelihara oleh masyarakat desa/ petani di suatu daerah tertentu.

(3) Sawah Irigasi Hilir, atau di luar Jawa dan Madura disebut “sawah berbandar langit”, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan airnya semata-mata dari curah hujan.

Menurut Wirawan dalam Pasandaran (1991) dilihat dari segi konstruksi jaringan irigasinya, Direktorat Jendral Pengairan mengklasifikasikan sistem irigasi menjadi 4 macam, yaitu :

(a) Irigasi sederhana, yaitu sistem irigasi yang konstruksinya dilakukan dengan sederhana tidak dilengkapi dengan pintu pengaturan dan alat pengukuran sehingga air irigasinya tidak dapat diatur dan tidak terukur, dan disadari efisiensinya rendah.

(b) Irigasi setengah teknis, yaitu suatu sistem irigasi dengan konstruksi pintu pengatur dan alat ukur pada bangunan pengambil saja, sehingga air hanya teratur dan terukur pada bangunan pengambilan saja dan diharapkan efisiensinya sedang.


(35)

(c) Irigasi teknis yaitu suatu sistem irigasi yang dilengkapi alat pengatur dan pengukur air pada bangunan pengambilan, bangunan bagi dan bangunan sadap sehingga air terukur dan teratur sampai bangunan bagi dan sadap, diharapkan efisiensinya tinggi.

(d) Irigasi teknis maju yaitu sistem irigasi yang airnya dapat diatur dan teratur pada seluruh jaringan dan diharapkan efisiensinya tinggi sekali.

2. Usahatani Padi Sawah Pada Lahan Irigasi Teknis dan Lahan Tadah Hujan

Tanaman padi (Oryza Sativa) termasuk famili Graminae, subfamili Oryzidae

dan Genus Oryzae, mempunyai kurang lebih 25 species yang tersebar di daerah tropik dan subtropik. Tanaman padi dapat tumbuh di daerah yang mempunyai ketinggian sampai 1.300 meter di atas permukaan laut. Di daerah yang lebih tinggi, tanaman padi jarang diusahakan karena pertumbuhannya lambat dan hasilnya rendah (Soemartono, Samad, dan Hardjono 1982).

Tanaman padi dapat hidup didaerah yang berhawa panas dan banyak

mengandung air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500-2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 0 C. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu, dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18-22 cm dengan pH 4-7 (Triyono 2007).


(36)

Padi sawah tergolong dalam beberapa macam yaitu sawah irigasi teknis, sawah irigasi setengah teknis, sawah tadah hujan, rawa, lebak, dan sawah pasang surut. Adapun padi lahan kering terdiri dari padi ladang (gogo) dan padi gogo rancah. Padi sawah pada lahan irigasi teknis dan lahan tadah hujan, budidaya tanaman padi sawah dengan melakukan penggenangan. Budidaya padi sawah dilakukan pada tanah yang berstruktur lumpur. Tahapan budidaya padi sawah secara garis besar adalah penyiapan lahan, penyemaian, penanaman,

pemupukan, pemeliharaan tanaman, dan panen. Pemberian air pada tanaman padi disesuaikan dengan kebutuhan tanaman yakni dengan mengatur

ketinggian genangan berkisar 2-5 cm, karena jika berlebihan dapat mengurangi jumlah anakan. Prinsip pemberian air adalah memberikan pada saat yang tepat, jumlah yang cukup, kualitas air yang baik, dan disesuaikan fase pertumbuhan tanaman.

Pada lahan irigasi teknis sumber air didapatkan dari waduk atau sumber air utama, saluran pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian air ke dalam lahan sawah tersebut dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah.

Menurut Satuan Pengendali Bimas (1983) benih yang baik, bermutu tinggi berasal dari varietas unggul merupakan salah satu faktor terpenting yang menentukan tinggi rendahnya produksi. Ditinjau dari segi varietas dan sistem pengadaannya, benih dapat digolongkan menjadi dua yaitu benih bersertifikasi dan benih tak bersertifikasi. Benih bersertifikasi adalah benih yang proses produksinya melalui sistem sertifikasi atau produksi benih mendapat


(37)

pemeriksaan lapang dan pengujian secara laboratoris oleh instansi yang berwenang dan memenuhi persyaratan standar yang ditentukan. Benih tidak bersertifikasi adalah kebalikannya. Penggunaan benih varietas unggul

dianjurkan untuk digunakan karena daya produksinya yang tinggi dan responsif terhadap pemupukan.

Tanaman padi di dalam pertumbuhannya sangat memerlukan unsur-unsur hara esensial seperti N, S, P, K, C, H, dan O. Oleh karena itu pemupukan sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan akan unsur-unsur hara tersebut. Kebutuhan pupuk nitrogen sangat tergantung pada keadaan setempat seperti jenis tanah, iklim, dan jarak tanam sehingga dikenal dosis umum dan dosis regional (Badan Pengendali Bimas 1983).

Hama dan penyakit tanaman padi merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan produksi. Pemberantasan hama dan penyakit sangat penting dalam mengamankan produksi yang diharapkan atau membatasi kehilangan hasil baik di lapangan ataupun setelah panen ( Satuan Pengendali Bimas 1983).

Penyakit tanaman yang dapat menyerang tanaman padi adalah blas, coklat, dan tugro, sedangkan hama yang sering menyerang tanaman padi adalah wereng coklat, walang sangit, dan orong-orong. Pengendalian secara kimia dengan menggunakan pestisida dan secara manual untuk pemberantasan hama secara masal atau beramai-ramai.


(38)

Menurut Mosher (1987) menyatakan bahwa usahatani adalah himpunan sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tumbuh-tumbuhan, air, tanah, perbaikan-perbaikan yang telah didirikan di atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya. Sesuai batasannya pada setiap

usahatani akan selalu ada unsur lahan yang mewakili untuk alam, unsur tenaga kerja yang bertumpu pada anggota keluarga petani, unsur modal yang beragam jenisnya dan unsur pengelolaan atau manajemen yang peranannya dibawakan oleh seorang yang disebut petani. Keempat unsur tersebut tidak dapat dipisah-pisah karena kedudukannya dalam usahatani sama pentingnya.

Menurut Mubyarto (1989) menyatakan bahwa produktivitas dan produksi pertanian yang lebih tinggi dapat dicapai melalui dua cara :

(a) Perbaikan alokasi sumberdaya yang dimiliki petani termasuk dalam penggunaan lahan dan tenaga kerja. Rendahnya produktivitas akan menentukan pendapatan yang diperoleh petani pada tingkat biaya dan harga produk yang sama, maka pendapatan akan lebih tinggi apabila produktivitasnya lebih tinggi.

(b) Memperkenalkan sumberdaya baru dalam bentuk modal dan teknologi. Teknologi dapat berupa perubahan cuaca, jenis tanaman, serta sarana lainnya yang dapat digunakan dalam proses produksi. Suatu teknologi baru dapat diterima petani jika memberikan keuntungan yang berarti dan dengan penerapan teknologi akan terjadi peningkatan pendapatan.

Suatu usahatani dikatakan berhasil atau tidak diketahui dari besarnya pendapatan atau keuntungan yang diperoleh. Besarnya tingkat perolehan


(39)

pendapatan petani dari usahataninya merupakan keberhasilan petani dalam mengkombinasikan penggunaaan faktor-faktor produksi.

Tingkat keuntungan diperoleh dari selisih antara penerimaan dan biaya. Untuk menghitung keuntungan digunakan persamaan:

Π = YPy - ∑ i Pxi– BTT

Keterangan :

Π = Keuntungan

Y = Produksi Py = Harga produksi

Xi = Faktor produksi, i = 1, 2,3,4, ... n

Pxi = Harga faktor produksi

BTT = Biaya tetap total

Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani untuk satu kali tanam. Menurut Hernanto (1991), biaya dapat dikategorikan menjadi : (1) biaya tetap yaitu biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi, (2) biaya variabel yaitu biaya yang besar kecilnya sangat tergantung pada skala produksi, (3) biaya tunai yaitu biaya yang dikeluarkan secara tunai untuk proses produksi, dan (4) biaya yang diperhitungkan yaitu biaya yang besarnya diperhitungkan.

Untuk mengetahui sejauh mana cabang usahatani telah berhasil, ada beberapa bentuk analisis cabang usaha yang sering digunakan, yaitu:

(1) Analisis biaya per satuan unit (unit cost of production), analisis ini digunakan untuk menghitung harga pokok satuan produksi.

(2) Analisis imbangan penerimaan dan biaya (return and cost ratio) atau R/C rasio yang secara matematis dirumuskan sebagai berikut, Hernanto (1993)


(40)

Keterangan:

PT = Penerimaan total BT = Biaya tetap total

Analisis ini digunakan untuk menguji keuntungan atau keberhasilan suatu cabang usahatani, dengan kriteria:

a. Jika R/C > 1, maka usahatani yang dilakukan menguntungkan karena penerimaan lebih besar dari biaya total.

b. Jika R/C <1, maka usahatani yang dihasilkan tidak menguntungkan karena penerimaan kurang dari biaya total.

c. Jika R/C = 1, maka usahatani yang dihasilkan tidak untung dan tidak rugi (titik impas) karena penerimaan sama dengan biaya total.

(3) Analisis keuntungan cabang usaha (enterprise net income), analisis ini digunakan untuk menguji keuntungan atau keberhasilan suatu cabang usahatani.

(4) Analisis imbangan manfaat dan tambahan biaya (benefit cost ratio) atau B/C rasio. Pada penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis keuntungan cabang usaha.

3. Teori Produksi

Proses produksi merupakan pengubahan faktor produksi (input) menjadi barang (output). Hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksi merupakan hubungan fungsional yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi merupakan barang atau jasa yang disediakan oleh alam atau

diciptakan manusia yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa yang diperlukan oleh manusia (Mubyarto 1994).


(41)

Menurut Debertin dalam Suharno (1995) fungsi produksi merupakan

hubungan merupakan hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan input. Secara matematis fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, X3, ... , ... Xn)

Keterangan :

Y = Jumlah produksi yang dihasilkan Xi = Faktor produksi ke-i yang digunakan

F = Fungsi produksi yang menunjukkan hubungan dari perubahan input menjadi output.

Fungsi produksi seperti tersebut, maka hubungan Y dan X dapat diketahui sekaligus hubungan X1,...Xn dan X lainnya juga dapat diketahui.

Menurut Teken dan Asnawi (1983), perubahan relatif dari produk yang dihasilkan yang disebabkan oleh perubahan relatif faktor produksi yang digunakan disebut elastisitas produksi. Secara matematis elastisitas produksi ditulis sebagai berikut :

Elastisitas Produksi =

Y X dX dY X dX

Y dY

. /

/

= PR PM

Dimana : PM = Produk Marjinal dan PR = Produk Rata-rata

Berdasarkan nilai elastisitas produksi yang diperoleh dapat ditentukan batas daerah produksi. Daerah produksi 1 menunjukan nilai EP yang lebih besar dari 1, dalam daerah ini penambahan input sebesar satu persen akan menyebabkan


(42)

penambahan output yang lebih besar dari satu persen, yang berarti produksi masih bisa ditingkatkan. Daerah ini disebut sebagai daerah irasional. Pada daerah II dengan nilai EP adalah 0<EP<1, pada daerah ini penambahan input sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan produksi antara nol sampai dengan satu. Pada suatu tingkat tertentu dari penggunaan input di daerah ini akan memberikan keuntungan yang maksimum, yang berarti penggunaan input sudah maksimum, dan daerah ini disebut daerah rasional. Daerah III dengan nilai EP<0, pada daerah ini penambahan input akan menyebabkan penurunan jumlah output yang dihasilkan, daerah ini

mencerminkan penggunan input yang sudah tidak efisien. Daerah ini disebut juga daerah irasional seperti yang terlihat pada Gambar 2.

Y

C

PT

Daerah I Daerah II Daerah III

Ep>1 (0<Ep<1) (Ep<0)

A

B PR

PM

Gambar 2. Kurva produk total, produk rata-rata, dan produk marjinal. Sumber : Soekartawi 1994


(43)

Keterangan:

PT = Produksi Total PR = Produksi Rata-rata PM = Produksi Marjinal

A = PM maksimum

B = PR maksimum, PR = PM, EP = 1

C = PT maksimum

Menurut Soekartawi (1991) memilih fungsi produksi yang baik dan sesuai haruslah mempertimbangkan syarat berikut; (1) bentuk aljabar fungsi produksi itu dapat dipertanggungjawabkan, (2) bentuk aljabar fungsi produksi itu mempunyai dasar yang logis secara fisik maupun ekonomis, dan

(3) mudah dianalisis serta mempunyai implikasi ekonomis.

Spesifikasi model ini Teken (1965) dan Soekartawi (1982) menyimpulkan bahwa, pemilihan suatu fungsi produksi harus didasarkan kepada pengetahuan hubungan antara produksi dan faktor produksi, baik teoritis maupun praktis serta tersedia alat hitung menghitung. Penentuan variabel didasarkan kepada faktor yang diduga penting pengaruhnya sehingga hasil analisis dapat

diinterprestasikan dan dapat membuat suatu saran untuk perbaikan aktifitas dalam usahatani serta perbaikan alokasi penggunaan input agar tujuan usahatani tercapai.

Bentuk fungsi yang paling sering digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Bentuk umum fungsi produksi Cobb-Douglass adalah secara metematis dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 2003):


(44)

Keterangan: bo = Intersep

bi = Koefisien regresi penduga variabel ke-1 (elastisitas produksi)

n = Jumlah faktor produksi Y = Produksi yang dihasilkan

Xi = Faktor produksi yang digunakan

e = 2.7182 (bilangan natural)

Agar memudahkan analisis, maka fungsi produksi Cobb-Douglas ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma linier sebagai berikut:

Ln Y =ln bo + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 +...+ bnlnXn + µ

Keterangan:

Y = Produksi yang dihasilkan bo = Titik potong

bi = Koefisien regresi

Xi = Faktor produksi yang digunakan

n = 1,2,3...n u = Kesalahan penganggu

Keuntungan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah

(1) Memiliki parameter yang dapat diduga dengan metode kuadrat terkecil. Parameternya langsung menunjukkan elastisitas faktor produksi dari setiap faktor produksi.

(2) Perhitungan sederhana karena dapat dibuat menjadi bentuk linier dan dapat dilakukan dengan perangkat lunak komputer.

(3) Jumlah elastisitas dari masing-masing faktor produksi yang diduga (∑ j) merupakan pendugaan skala usaha (return to scale). Bila ∑ j < 1, berarti proses produksi berada pada skala usaha yang menurun (decreasing return to scale). Bila ∑ j = 1, berarti proses produksi pada skala usaha yang tetap (constant return to scale).


(45)

Bila ∑ j > 1 berarti proses produksi berada pada skala usaha yang meningkat (increasing return to scale).

Soekartawi (1990) menyatakan bahwa penggunaaan penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linier. Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi:

(1) Tidak ada nilai pengamatan bernilai nol. Sebab logaritma nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui.

(2) Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan. Ini artinya jika fungsi Cobb-Douglas yang

dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan dan bila diperlukan analisis yang memerlukan lebih dari satu model, maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut.

(3) Tiap variabel X adalah perfect competition.

(4) Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup pada faktor kesalahan.

Meskipun bentuk fungsi ini mudah diubah ke dalam linier sederhana, namun berkenaan dengan asumsi yang melekat padanya, bentuk Cobb-Douglas mempunyai banyak keterbatasan diantaranya; (1) elastisitas produksi adalah konstan, (2) elastisitas substitusi input bersifat elastis sempurna atau, (3) elastisitas harga silang untuk semua faktor dalam kaitannya dengan harga input lain mempunyai besaran dan arah yang sama, dan (4) elastisitas harga


(46)

4. Konsep Efisiensi

Definisi khas dari fungsi produksi frontier adalah fungsi tersebut memberikan output maksimum pada tingkat input tertentu, dengan tingkat teknologi terkini dalam suatu industri. Farrell (1957 dalam Achmad 2012 ) menyebut frontier

sebagai praktek frontier terbaik. Praktek frontier terbaik digunakan sebagai standar efisiensi perusahaan. Tujuan dari pendekatan fungsi produksi frontier

lebih pada untuk mengestimasi batasan daripada mengestimasi fungsi produksi rata-rata. Sejak karya asli Farrel tahun 1957, metodologi frontier telah banyak digunakan dalam analisis produksi terapan. Frontier model yang dikembangkan dalam penelitian Farrell dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori besar yaitu parametric frontier dan non-parametrik frontier.

Menurut Doll dan Orazem (1984), fungsi produksi frontier dapat merupakan fungsi produksi yang paling praktis atau menggambarkan produksi maksimum yang dapat diperoleh dari variasi kombinasi faktor produksi pada tingkat pengetahuan dan teknologi tertentu. Fungsi produksi frontier diturunkan dengan menghubungkan titik-titik output maksimum untuk setiap tingkat penggunaan input. Jadi fungsi tersebut mewakili kombinasi input-output secara teknis paling efisien.

Menurut Yotopoulos (1976 dalam Achmad, 2012) pengertian efisiensi dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu (1) efisiensi teknis, yang artinya penggunaan fungsi produksi yang menghasilkan produksi maksimum, (2) efisiensi alokatif atau harga, yaitu jika nilai dari produk marjinal sama dengan harga produksi yang bersangkutan, dan (3) efisiensi ekonomi, adalah


(47)

jika usaha tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi harga. Efisiensi teknis dapat dicapai apabila untuk menghasilkan output dalam jumlah tertentu digunakan kombinasi input yang paling kecil, yang diukur dalam satuan fisik dan tergantung pada teknologi yang ada. Syarat keharusan menunjukan tingkat efisiensi teknis yang dinyatakan oleh fungsi produksi. Efisiensi teknis tercapai pada saat produk rata-rata maksimum.

Menurut Widodo (1989), fungsi produksi frontier adalah suatu fungsi produksi yang secara teknis adalah yang paling efisien, dalam arti terletak pada kurva kemungkinan produksi dan tidak ada kemungkinan untuk memperoleh produksi lebih banyak, tanpa menambah input yang digunakan.

Efisiensi ekonomi diukur berdasarkan produksi potensialnya yang merupakan isokuan dari fungsi produksi frontier.

Keterangan :

Q’ = produksi frontier

Q” = produksi aktual tingkat petani

Q* = produksi pada efisiensi ekonomis X = input usahatani

τQ’’/τQ’ = Efisiensi Teknis (ET) τQ’/τQ = Efisiensi Harga (EH)

τQ’/τQ* = Efisiensi Ekonomi (EE)

Gambar 3.Tiga komponen efisiensi dalam fungsi produksi frontier (Soekartawi, 1994)

Q*

Q’’

X1’ X1* X1

O

Px

Py

Fungsi Produksi Frontier A B C Q’ * * * * * * * * * * * * ? ? ? Produksi


(48)

Secara ekonomi keadaan yang paling efisien adalah keadaan keuntungan maksimum. Keadaan tersebut tercapai pada saat titik A (Gambar 1), yaitu pada penggunaan input sebesar 0X1* dan produk yang dicapai sebesar OQ*.

Penggunaan input sebesar τX1’, bila produksi yang dicapai τQ’ (titik B), maka dapat dikatakan bahwa usahatani yang dilakukan petani dalam keadaan

price inefficient sebab penggunaan input masih dapat ditingkatkan agar efisiensi ekonomi tercapai, dalam hal ini petani memperimbangkan input – output rasio.

Pada keadaan tersebut usaha petani dalam keadaan efisien secara teknis, karena produksinya yang dihasilkan tinggi, yaitu dapat mencapai fungsi produksi frontiernya. Penggunaan input sebesar τX1’, produk yang dicapai

sebesar τQ” (titik C), maka usahatani dalam keadaan economic inefficient,

yaitu terjadi technical inefficient karena produksi rendah, dan terjadi price inefficient karena sebenarnya penggunaan input terlalu sedikit.

Efisiensi teknis adalah perbandingan antara kedua produksi aktual dan

produksi potensial. Efisiensi produksi atau teknis diukur berdasarkan produksi potensialnya yang merupakan isokuan dari fungsi produksi frontier. Fungsi produksi frontier adalah suatu fungsi produksi yang dipakai untuk mengukur bagaimana fungsi produksi sebenarnya terhadap posisi frontiernya, karena fungsi produksi adalah hubungan fisik antar faktor produksi dan produksi yang posisinya terletak pada garis isokuan. Garis isokuan adalah tempat kedudukan titik-titik yang menunjukan titik kombinasi penggunaan produksi yang optimal (Soekartawi 1994).


(49)

Kurva kemungkinan produksi menggambarkan kombinasi sejumlah barang yang diproduksi dengan sumber daya yang tersedia. Kombinasi teknis antara dua input yang terbuka untuk menghasilkan suatu tingkat output tertentu digambarkan dalam suatu kurva yang disebut kurva isokuan. Kombinasi tersebut terlihat pada Gambar 4.

X2 C U’

P’

B

A D

U

0 P X1

Gambar 4. Ukuran efisiensi menurut Farrel (1957) Sumber : Soekartawi, 1994

Keterangan :

- Efisiensi teknis (ET) = τB/τC ≤ 1

- Efisiensi ekonomi (EE) = τA/τC≤ 1

- Efisiensi harga (EH) = OA/OB

- PP’ = garis biaya

Garis lengkung UU’ adalah garis isokuan yang menggambarkan tempat kedudukan titik-titik kombinasi penggunaan input X1 dan X2 terhadap

produksi Y yang efisien secara teknis untuk menghasilkan output Y0 = 1. Titik C dan B menggambarkan dua kondisi suatu perusahaan dalam

berproduksi menggunakan kombinasi input dengan proporsi input X1/Y dan

X2/Y yang sama. Keduanya berada pada garis yang sama dari titik 0 untuk


(50)

titik B menunjukan perusahaan beroperasi pada kondisi secara teknis efisien (karena beroperasi pada kurva isokuan frontier).

Titik B mengimplikasikan bahwa perusahaan memproduksi sejumlah output yang sama dengan perusahaan di titik C, tetapi dengan jumlah input yang lebih sedikit. Jadi rasio OC/OB menunjukkan efisiensi teknis (TE) perusahaan C, yang menunjukkan proporsi dimana kombinasi input pada C dapat diturunkan, rasio input per output (X1/Y ; X2/Y) konstan, sedangkan output tetap. Titik-titik

lain yang posisinya dibagian luar garis UU’ adalah tingkat teknologi dari masing-masing individu pengamatan.

Menduga fungsi produksi frontier, maka dapat digunakan satu metode estimasi dari frontier dengan menggunakan metode linier programming sebagai berikut:

Yi = A bjij Ei ... ..(1)

i = 1,2,3,...n J= 1,2,3, ...m

Atau dalam bentuk logaritma sebagai berikut :

Yi = o + ∑ j Xij + ei ...(2)

Keterangan : Yi = log Yi

Xj = log Xj

Ei = log Ei

Yi = output usahatani ke-i

bˆj = elastisitas produksi untuk input ke-j

Xij = kuantitas penggunaan input ke-j untuk usahatani ke-i


(51)

Produksi frontier merupakan produksi potensial suatu usahatani, maka besarnya produksi frontier lebih besar atau sama dengan produksi aktual. Misalnya produksi aktual adalah Yi maka :

Yi Ŷi ...(3)

Atau :

o + ∑ j Xij= Ŷi Yi ...(4)

Apabila Ei pada persamaan 2 diberikan batasan Ei 0, maka pertidaksamaan

(4) dapat ditulis sebagai berikut :

o + ∑ j Xij– êi = Yi ...(5)

Karena ada n usahatani, maka persamaan (5) dapat ditulis sebagai berikut :

Ei = n 0 + ∑ ∑ – Yin ...(6)

Apabila persamaan ini dibagi dengan n, maka diperoleh :

= 0 +∑ j Xˆj–Ŷ ...(7)

Keterangan :

Xˆj = rerata penggunaan input ke-j

Ŷi = rerata output aktual

Karena n dan Yi adalah suatu konstanta, maka dapat dihilangkan dari formula

program linier yang digunakan. Teknik yang digunakan untuk meminimalkan persamaan (7) adalah linier programing sebagai berikut :


(52)

Minimalkan : 0 + ∑ j Xj ...(8)

Dengan syarat :

α0 + ∑ j X1j Y1

α0 + ∑ j X2j Y2

... ...

α0 + ∑ j Xnj Yn

Seluruh variabel ditransformasikan kedalam bentuk logaritma. Output frontier diperoleh dengan cara memasukkan penggunaan input-input ke dalam fungsi produksi frontier :

αiXi

Efisiensi teknis masing-masing dihitung dengan rumus (Widodo, 1989) :

ETi =

Ŷ

Keterangan :

ET = tingkat efisiensi teknis

Yi = besarnya produksi aktual (output ke -i)

Ŷi = besarnya produksi potensial/frontier usahatani ke – i

Fungsi produksi frontier oleh beberapa penulis diturunkan dari fungsi produksi Cobb-Douglas, dimana menurut Teken dan Asnawi (1981) dikemukakan

bahwa apabila peubah-peubah yang terdapat dalam fungsi Cobb-Douglas dinyatakan dalam bentuk logaritma, maka fungsi tersebut akan menjadi fungsi


(53)

Dengan demikian untuk mengukur tingkat efisiensi usahatani padi dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas.

Pilihan terhadap bentuk fungsi produksi ini diambil karena lebih sederhana dan dapat dibuat dalam bentuk linear.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis

Konteks ekonomi produksi, efisiensi suatu usahatani bersumber dari efisiensi teknis, efisiensi harga atau alokatif, dan efisiensi economic of scale. Efisiensi teknis bersumber dari faktor internal dan eksternal, yakni perubahan teknologi secara netral yang tidak merubah proporsi faktor produksi dan tidak merubah daya substitusi teknis antar input. Efisiensi harga (termasuk efisiensi ekonomi) bersumber dari perubahan intensitas faktor dan atau perubahan harga relatif sehingga perubahannya tergantung atau dipengaruhi marginal rate of technical substitution, sedangkan efisiensi skala usaha bersumber dari perubahan

proporsional masukan faktor (input).

Efisiensi ekonomi suatu usahatani selalu mempertimbangkan faktor internal (faktor yang dapat dikendalikan petani) dan faktor eksternal (tidak dapat dikendalikan) serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan intensitas faktor dan harga relatif faktor. Terdapat dua kategori faktor eksternal (1) strictly external, karena mutlak berada di luar kendali petani (iklim, hama, dan penyakit), dan (2) quasi external, karena suatu aksi kolektif, intern dan waktu yang cukup ( dengan dibantu oleh pihak-pihak yang berkompoten) petani mempunyai kesempatan untuk mengubahnya ( harga, infrastruktur, dan sebagainya).


(54)

Faktor internal lazimnya berkaitan erat dengan kapabilitas managerialnya dalam usahatani. Tercakup dalam gugus faktor ini adalah tingkat teknologi budidaya dan pasca panen serta kemampuan petani mengakumulasikan dan mengolah informasi yang relevan dengan usahataninya sehingga pengambilan keputusan yang dilakukannya tepat.

Peubah-peubah seperti tingkat pendidikan formal, pengalaman dan

keterampilan, manajemen dan umur petani merupakan indikator penting dalam mengukur kualitas sumber daya manusia, maka diharapkan akan semakin tinggi kemampuannya dalam mengadopsi teknologi dan mengelola usahataninya sehingga dapat meningkatkan efisiensi.

Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usahatani padi, antara lain : lahan, benih (bibit), pupuk, obat-abatan, dan tenaga kerja. Penggunaan faktor-faktor produksi yang bervariasi mengakibatkan bervariasinya pula tingkat produksi yang dihasilkan. Potensi produksi yang mampu dicapai (ditunjukkan oleh fungsi produksi frontier) selalu lebih tinggi atau sama dengan produksi aktual yang dihasilkan oleh petani sering menjadi masalah pertanian.

Perbedaan ini disebut dengan senjang produktivitas (yield gap) (Barker 1997 Herdt dan Wickham 1978 dalam Widodo 1989).

Gomez dalam Widodo (1989) menyatakan bahwa ada dua macam senjang produktivitas, yaitu :

(1) Senjang produktivitas I, disebabkan oleh adanya faktor yang sulit diatasi petani seperti adanya teknologi yang tidak dapat dipindahkan dan adanya


(55)

perbedaan lingkungan, misalnya iklim sehingga menyebabkan senjang produktivitas dari hasil percobaan dengan potensial suatu usahatani. (2) Senjang produktivitas II adalah perbedaan produktivitas dari suatu

potensial usahatani dengan yang dihasilkan oleh petani. Faktor penyebabnya berkaitan dengan batasan biologis dan sosial ekonomi. Batasan biologi ini meliputi penggunaan varietas, serangan hama dan penyakit, tanaman pengganggu, masalah tanah, dan kesuburan tanah. Sedangkan batasan sosial ekonomi meliputi biaya dan penerimaan usahatani, kredit, harga produk, kebiasaan dan sikap, pengetahuan dan pendidikan petani, faktor ketidakpastian, dan resiko usahatani. Model senjang Gomez produktivitas ini digambarkan pada Gambar 5 berikut

Kesenjangan I

Kesenjangan II

Balai Produksi produksi

Penelitian potensial aktual di tingkat petani padi Gambar 5. Senjang produktivitas model Gomez

Sumber : Widodo (1989)

Teknologi yang tidak dapat dipindahkan karena perbedaan lingkungan

Batasan biologi : - Varietas, hama dan

penyakit, tanaman pengganggu, masalah tanah dan kesuburan tanah.

Batasan sosial ekonomi : - Biaya dan penerimaan,

kredit, kebiasaan dan sikap, pengetahuan dan ketidakpastian, dan risiko.


(56)

Jati Leksono (1991 dalam Fitrianingsih 2006), menyatakan bahwa produksi yang dihasilkan petani selain dipengaruhi oleh faktor fisik juga oleh

karakteristik sosial ekonomi, seperti umur, pendidikan, pengalaman usahatani, dan penguasaan teknologi. Menurut Prasmatiwi (1994 dalam Fitirianingsih, 2006), faktor-faktor yang berpengaruh nyata secara keseluruhan terhadap tingkat efisiensi adalah luas lahan, pengalaman, pendidikan petani, dan pemakaian bibit unggul. Faktor-faktor yang mempengaruhi untuk mencapai tingkat efisiensi dapat diketahui dengan analisis regresi :

Yi = a + biXi

Dimana :

Yi = tingkat efisiensi teknis usahatani

a = intercept

bi = koefisien regresi

Xi = faktor-faktor ke-i yang mempengaruhi efisiensi

6. Konsep Risiko dalam Usahatani

Hasil pertanian secara umum tergantung pada faktor alam dan pasar. Keberhasilan berproduksi sangat ditentukan oleh bagaimana petani dapat mengatur secara baik input-input yang digunakan untuk menghasilkan output dalam jumlah yang optimal dalam mengatasi berbagai kendala yang

ditimbulkan oleh alam maupun perkembangan pasar. Faktor alam seperti curah hujan dan gangguan hama serta penyakit tanaman dapat menimbulkan risiko dan ketidakpastian atas kinerja usahatani, termasuk faktor pasar yang sulit dipastikan, juga dapat menimbulkan risiko dan ketidakpastian dalam usahatani.


(57)

Menurut kamus Websters Third News International Dictionary (1963) dalam Soekartawi (1993), istilah risiko atau risk dimaksudkan kepada terjadinya kemungkinan merugi yang peluang kejadiannya telah diketahui terlebih dahulu, sedangkan uncertainty atau ketidakpastian adalah sesuatu yang tidak dapat diramalkan sebelumnya dan karenanya peluang terjadinya merugi belum diketahui sebelumnya. Suatu situasi dikatakan berisiko apabila situasi yang dihadapi mirip dengan apa yang pernah terjadi pada masa lalu dan informasi tentang outcomer pilihan-pilihan tindakan yang diambil di masa lalu dapat digunakan dalam pembentukan fungsi kepekatan peluang untuk outcomers

pilihan tindakan saat ini.

Risiko ketidakpastian menjabarkan suatu keadaan yang memungkinkan adanya berbagai macam hasil usaha atau berbagai macam akibat dari usaha-usaha tertentu. Kegagalan dalam mencapai pendapatan yang diharapkan diantaranya disebabkan oleh adanya berbagai risiko yang tidak bisa diselesaikan (Kadarsan 1995).

Menurut Dillon dan J.B (1980) dalam menghadapi risiko dan ketidakpastian diperlukan suatu strategi. Strategi untuk menanggulangi risiko dan

ketidakpastian yaitu : (1) Asuransi risiko

Kebijakan asuransi berguna ketika kemungkinan terjadinya peristiwa itu rendah, tapi peristiwa itu terjadi maka berarti bencana besar. Dengan kata lain, asuransi sebaiknya digunakan pada keadaan dimana kemungkinan memperoleh kerugian yang rendah.


(58)

(2) Kontrak

Pasar ijon salah satu sistem kontrak pada dunia pertanian. Pasar ijon merupakan sarana yang diperbolehkan petani membuat kontrak/perjanjian penjualan atas komoditas tertentu untuk dijalankan pada suatu waktu tertentu dimasa mendatang. Pasar ijon merupakan mekanisme untuk mengurangi ketidakpastian harga dengan penentuan harga yang harus dibayar setelah panen atau pada saat komoditas siap dipasarkan. Walaupun harga dan variabilitas pendapatan akan lebih rendah bila dibandingkan dengan harga yang ditetapkan pada awal masa produksi. (3) Fasilitas dan alat yang fleksibel

Fasilitas khusus akan memungkinkan berlangsungnya produksi pada kurva perencanaan jangka panjang.

(4) Diversifikasi

Diversifikasi adalah strategi yang telah lama digunakan oleh petani untuk mengatasi ketidakpastian harga dan output. Ide yang melatarbelakangi strategi diversivikasi adalah untuk menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dari satu jenis usaha dan dapat menutup kerugian dari usaha lainnya. (5) Program-program pemerintah

Pemerintah pusat mengusahakan program-program yang menyediakan pendukung pendapatan dan harga bagi para petani. Kebijakan pemerintah sejak tahun 70-an berpindah dari program mandatory (yang diwajibkan) menjadi program yang memperbolehkan petani memutuskan sendiri berpartisipasi atau tidak. Program pemerintah tersebut antara lain adanya


(59)

kebijaksanaan penentuan harga dan upaya penganggulangan gagal panen dan pada lahan pertanian.

Menurut Kadarsan (1992) ada beberapa hal penyebab risiko, yaitu

ketidakpastian produksi, tingkat produksi, tingkat harga, dan perkembangan teknologi sebagai berikut:

(a) Risiko produksi

Risiko produksi di sektor pertanian lebih besar dibandingkan dengan sektor non pertanian karena pertanian sangat berpengaruh oleh alam seperti cuaca, hama penyakit, suhu, kekeringan, dan banjir. Risiko berubah secara regional dan tergantung pada jenis dan kualitas tanah, iklim, dan penggunaan irigasi.

(b) Risiko biaya

Risiko biaya terjadi akibat fluktuasi harga sarana-sarana produksi, seperti benih, pupuk, dan pestisida.

(c) Risiko teknologi

Risiko teknologi terjadi pada inovasi teknologi baru disektor pertanian karena petani belum paham, belum cukup terampil atau gagal dalam menerapkan teknologi baru.

Ketidakpastian prediksi hasil pertanian disebabkan oleh faktor alam seperti iklim, hama, dan penyakit serta kekeringan, sedangkan ketidakpastian harga sulit dirediksi secara tepat yang disebabkan oleh fluktuasi harga (Soekartawi 1993).


(1)

BP3K Kecamatan Palas 2013. Data Potensi Wilayah dan Monografi Kecamatan Palas. Lampung Selatan.

Darmawi. 1997. Manajemen Risiko. Bumi Aksara. Jakarta.

Dinas Ketahanan Pangan dan Hortikultura. 2012. Angka Perhitungan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura. Lampung Selatan.

Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2013. Laporan harga Komoditas Pertanian. Lampung Selatan.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2013. Angka Perhitungan Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura. Jakarta.

Departemen Pertanian, 2011. Rencana Strategis Kementerian Pertanian tahun 2009 -2014. Departemen Pertanian, Jakarta.

Debertin, DL. 1986. Agricultural Production Economics. MacMillan Publishing Company. New York.

Dillon, J.L. The Analysis Response in Crop and Livestock. Pergamon Press. Oxford. 1977.

Doll, J.P. dan F. Orazem. 1978. Production Economic “ Theory With Production”. JohnWiley and Sons. New York.

Departemen Pertanian, 2011. Rencana Strategis Kementrian Pertanian tahun 2009 -2014. Departemen pertanian, Jakarta.

Estariza, E. Prasmatiwi, F.E. dan Santoso, H 2013. “Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Tembakau di Kabupaten Lampung Timur”Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. Vol 1(3): 264-270

Fitrianingsih, N. 2006. Analisis Efisiensi Teknis dan Ekonomis Usahatani Kubis dan Buncis di lampung Barat. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Ghozali, I. 2006. Analisis Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponogoro. Semarang

Gujarati, D. 1997. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Gunawan, S dan Iswara. 1987. Teori Pengambilan Keputusan dalam Ekonomi Produksi. Penerbit Karunika. Universitas Terbuka. Jakarta.


(2)

Hasan, B.T dan Sumodiningrat, G. 1989. Pengaruh Penggunaan Faktor Produksi terhadap Produksi, Pendapatan, dan Distribusinya pada Sawah Berpengairan dan Tanpa Pengairan. BerkalaPenelitian Pascasarjana. Universitas Gajah Mada(BPPS-UGM). Jilid 02. Hlm 359-375.

Hafsah, M.J dan Sudaryanto, T. 2000. Sejarah Intensifikasi Padi dan Prospek Pengembangnnya. Dalam Kasryno, F. Pasandaran, E. Fagi, A.M. (penyunting). Ekonomi Padi dan Beras Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Hansen, V.E., O.W. Israelsen, dan G.E. Stringham, 1992. Irrigation Principles and Practices. John Wiley and Sons, New York.

Hernanto, F. 1993. Ilmu Usahatani. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Heriani, N. 2013. Analisis Keuntungan dan Risiko Usahatani Tomat di Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Tanggamus (Skripsi). Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Horne, J.C.V. 1983. Financial Management and Policy. Stanford University, Prentice Hall of India, 13-173; 182-210.

Ihsanudin. 2006. Perilaku Petani terhadap Risiko dalam Usahatani Tembakau di Kabupaten Magelang (Tesis). Fakultas Ekonomi Pertanian Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada. Yokyakarta.

Imelda, 2008. Analisis Perilaku Petani Terhadap Risiko Usahatani Lidah Buaya di Pontianak (Tesis). Ilmu Pertanian. Universitas Gadjah Mada.

Irawan, 2004. Dinamika Produktivitas dan Kualitas Budidaya Padi Sawah. Ekonomi Padi dan Beras Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

Istiyani, E.D. Hadidarwoto, dan S. Alisadono. 1999. Perilaku Petani terhadap Risiko dalam Pengembangan Usahatani Bawang Merah. Jurnal Agrosain. Vol 12 (3)

Ivan, E. Zakaria, W.A. dan Yanfika, H. 2013. “Analisis Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.” ”Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. Vol 1(3): 238-245.

Kadarsan, dan Halimah. W. 1992. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Agribisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.


(3)

Komarudin, R. 2010. Peningkatan Kinerja Jaringan Irigasi Melalui Penerapan Manajemen Yang Tepat dan Konsisten Pada Daerah Irigasi Ciramajaya. Jurnal Teknik Sipil Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil, Vol 17, No 2 Agustus 2010. Universitas Siliwangi. Tasikmalaya. Kountur R. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Penerbit PPM.

Jakarta.

Kurniawan, Y.A. 2012. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis pada Usahatani Padi Lahan Pasang Surut di Kecamatan Anjir Muara Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan. Jurnal Agribisnis Pedesaan. Volume 02. No 01: 43-53

Kusnadi, N. Tinaprilla, N. Dan Susilowati, S.H. 2011. “ Analisis Efisiensi Usahatani Padi di Beberapa Sentra Produksi Padi di Indonesia” Jurnal Agro Ekonomi. Vol 29 (1): 25-48

Kuncoro, M. 2004. Metode Kuantitatif Edisi ke-2. Unit Penerbit danPercetakan AMP YKPN. Yogyakarta.

Lawalata, M. 2013. Analisis Efisiensi Relatif dan Perilaku Petani terhadap Risiko Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Bantul (Tesis). Universitas Gadjah Mada. Yokyakarta.

Linsley, Ray K. 1991. Teknik Sumber Daya Air Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta Lantarsih. R. 1998. Perilaku Harga dalam Pemasaran Cabai Merah Produksi

Bantul. Tesis Pascasarjana. Ekonomi Pertanian. Universitas gajah Mada. Yogyakarta.

Mahananto. 2009. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi. Studi Kasus di Kecamatan Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah. Jurnal Wacana. Volume 12. Nomor 1. Januari 2009. UB. Malang.

Mantra, IB. 2004. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yokyakarta.

Mardiyah, A. dan FE Prasmastiwi. 2013. Analisis Efisiensi dan Prilaku Petani Terhadap Risiko Usahatani Cabai Merah di kabupaten Tanggamus. Tesis Pascasarjana. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Majumdar, T. 1958. The Measurement of Utility. Mc Millan and Co. New York. Mosher AT. 1987. Getting Agricultire Movin. Frederick A Praeger.


(4)

Mubyarto. 1989. Meningkatkan Efisiensi Nasional. PBFE. Jakarta. Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Muslimim dan Harianto. 2012. Pengaruh Penerapan Teknologi dan Kelembagaan Terhadap Efisiensi dan Pendapatan usahatani Padi di Provinsi Sulawesi Selatan. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Muzdalifah. 2012. Pendapatan dan Risiko Usahatani Padi Daerah Irigasi dan Non Irigasi di Kabupaten Banjar kalimantan Selatan. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian. Volume 1 No 01. April. Hlm 65-74. Universitas Gajah Mada. Parsini dan Haryono, D. 2010. Analisis Efisiensi Teknis dan Risiko Usahatani Padi

Sawah di Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Selatan. Tesis Pascasarjana. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Pasandaran, E., 1991. Irigasi di Indonesia, Strategi dan Pengembangan. LP3ES, Jakarta.

Pusposutardjo, S. 2001. Pengembangan Irigasi, Usaha Tani Berkelanjutan

dan Gerakan Hemat Air, Dirjen Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS, Jakarta Prastowo, A. 2011. Memahami Metode-Metode Penelitian. Ar-Ruzz Media.

Yokyakarta.

Satuan Pengendali Bimas. 1983. Pedoman Cocok Tanam Padi Palawija dan Sayuran. Departemen Pertanian. Jakarta. 240 hlm.

Sari, V.N., E. Sumarminingsih, dan M. Bernadetha. 2013. Pemilihan Model Regresi Logistik Multiominal dan Ordinal. Jurnal FMIPA. Universitas Brawijaya. Malang.

Sudjarwadi, 1987. Teknik Sumberdaya Air. Diktat kuliah Jurusan Teknik Sipil Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Sudjarwadi, 1990. Teori dan Praktek Irigasi. Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Sugiarto, dkk. 2003. Teknik Sampling. PT Gramedia Pustaka. Jakarta.

Siregar, H. 2005. Risiko Pertanian dan Pengelolaannya Suatu Pengantar. Makalah Seminar Analisis Risiko dan Keuntungan Pada Usaha Wanatani (Agroforestry) di Provinsi Lampung. 11 hlm.


(5)

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES, Jakarta.

Singh, I.J. 1980. Farm Decision Under Uncertainty. Improving Farm Management Teaching in Asia. The Agricultural Development Council, Inc.21-42. Sitomorang, S. Dan FE Prasmastiwi, 2012. Pengaruh Varietas Hibrida Terhadap

Efisiensi Produksi Usahatani Padi di Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung. Prosiding Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat. Volume (2): 3-4 Soekartawi, Rusmiadi, dan E. Damaijati. 1993. Risiko dan Ketidakpastian dalam

Agribisnis (Teori dan Aplikasi). Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soekartawi, 1994. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soekartawi, 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Soemartono, Samad dan R. Hardjono. 1982. Bercocok Tanam Padi. Yasaguna. Jakarta. 235 hlm.

Suprihatno, Bambang dkk. 2009. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Suwanda, Mamat Haris. 2002. Analisis Efisiensi Penelitian dan Dampaknya terhadap Ekonomi Nasional, Studi Kasus pada Tanaman Perkebunan. Makalah Falsafah Sains (PPS 702). Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tanjung, I. 2003. Efisiensi Teknis dan Ekonomis Petani Kentang di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera barat: Analisis Stochastic Frontier. Tesis. Pascasarjana. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 124 hlm. Teken, I.B. , dan Asnawi, S. 1981. Teori Ekonomi Mikro. Departemen

Ilmu-ilmuSosial Ekonomi Pertanian.

Theingi, M. And Thanda, K. 2005. Analysis of Technical Efficiency of Irrigated Rice Production System in Myanmar. Conference on International Agricultural Research for development, Stuttgart.


(6)

Tohir, W. 2010 Suara dari Desa : Peran Strategis KTNA Dalam Pengembangan Pertanian Nasional. Gibon Books. Jakarta.

Triyono, A. 2007. Menanam Padi. hhtp:ngraho.wordpress.com/author (9 Juli 2009).

Umeh JC, Ataborh, E. M. 2007. Efficiency Of Rice Farmers In Nigeria:

Potentials For Food Security And Poverty Alleviation. Department of Agricultural Economics. University of Agriculture, P.M.B. 2373, Makurdi, 970001Makurdi, BenueState, Nigeria.

Email:jceu1@yahoo.com. www.ifmaonline.org/.../07Umeh &

Ataborh. (18 Mei 2012).

Villano R, Fleming. E. 2006. Tecnical Inefficiency and Production Risk in Rice Farming Evidence From Central Luzon Philippines. Asian Economic Journal. Volume 02. Hlm 29-49.

Widarjono A. 2010. Analisis Statistik Multivarian Terapan. UPP STIM YKPN. Yokyakarta.

Widodo,Sri. 1989. Production Efficiency of Rice Farmers in Java Indonesia. Universitas Gajah Mada (UGM-Press). Yokyakarta.

Winarno WW. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. UPP STIM YKPN. Yokyakarta.

Wolgin, J.M. 1975. Resources Allocation and Risk: A Case Study of Smallholder agriculture in Kenya. American Journal Agricultural Economic. November ; 622-630.