PERSEPSI PETANI TERHADAP USAHATANI PADI VARIETAS CILAMAYA MUNCUL DAN CIHERANG DI KECAMATAN PALAS KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
(Skripsi)
Oleh
FIRUZA FILARDHI
JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
(2)
ABSTRAK
PERSEPSI PETANI TERHADAP USAHATANI PADI VARIETAS CILAMAYA MUNCUL DAN CIHERANG DI KECAMATAN PALAS
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh
Firuza Filardhi
Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui persepsi petani, apakah terdapat perbedaan persepsi petani, faktor apa saja yang paling berhubungan dengan persepsi petani, dan tingkat pendapatan petani padi Cimalaya Muncul dan padi Ciherang. Penelitian ini dilakukan di Desa Bumi Restu dan Desa Bumi Daya Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Pengambilan sampel yang digunakan adalah proportional sample random dengan total sampel 86 petani. Penelitian dilakukan pada Bulan November 2013 sampai Januari 2014. Metode penelitian yang dilakukan adalah survey. Hubungan antara variable diuji dengan menggunakan analisis Korelasi Kendall’s Tau_b dan perbedaan persepsi petani dengan uji beda Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) persepsi petani terhadap usahatani padi varietas Cilamaya Muncul di Desa Bumi Restu ialah lebih menguntungkan, sedangkan persepsi petani terhadap usahatani padi varietas Ciherang di Desa Bumi Daya ialah Lebih Menguntungkan, (2) terdapat perbedaan persepsi petani padi di Desa Bumi Restu terhadap usahatani padi varietas Cilamaya Muncul dan terdapat perbedaan persepsi petani padi di Desa Bumi Daya terhadap usahatani padi varietas Ciherang, (3) faktor-faktor yang paling berhubungan dengan persepsi petani terhadap usahatani padi varietas Cilamaya Muncul di Desa Bumi Restu dan di Desa Bumi Daya adalah tingkat interaksi sosial, sedangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi petani terhadap usahatani padi varietas Ciherang di Desa Bumi Restu dan Desa Bumi Daya adalah tingkat kebutuhan, (4) padi varietas Cilamaya Muncul dan padi varietas Ciherang di Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan secara keseluruhan adalah menguntungkan.
(3)
ABSTRACT
FARMERS PERCEPTIONS ON THE FARM RICE VARIETIES CILAMAYA MUNCUL AND CIHERANG AT PALAS SUBDISTRICT
SOUTH LAMPUNG REGENCY By
Firuza Filardhi
This research aims to: knowing farmers perceptions, whether there are differences in theperception, what factors are most associated with the perception, the level of income of rice farmers Cilamaya Muncul and Ciherang. The study was conducted in the village Bumi Restu and the village Bumi Daya, Sub-District Palas, South Lampung regency. Determination of sampling using proportional random sampling method with a total sample size of 86 respondents. The study was conducted from November 2013 to Januari 2014. Research method used was a survey method. Inter-variable relationships were tested using analysis Partial Kendal correlation test, and perception differences examined with Mann-Whitney test. The result of research show that: (1) farmers perception the farm rice varieties Cilamaya Muncul at Bumi Restu village is more profitable, farmers perception the farm rice varieties Ciherang at Bumi Daya village is more profitable, (2) There is the difference perception between the farmers at Bumi Restu village on the farm rice varieties Cilamaya Muncul and there is the difference perception between the farmers at Bumi Daya village on the farm rice varieties Ciherang, (3) The factors that associated with the perception of farmers on Cilamaya Muncul rice varieties in Bumi Restu village and in Bumi Daya village is social interaction. Meanwhile the factors related to the perception of farmers on the Ciherang rice varieties in Bumi Restu village and Bumi Daya village is a necessity, (4) Cilamaya Muncul rice varieties and Ciherang rice varieties in Palas, Southern Lampung District as a whole is more profitable.
(4)
(5)
(6)
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tasikmalaya, Jawa Barat pada tanggal 24 Januari 1992 dari pasangan Bapak Dwi Agus Linggatjahya dan Ibu Lia Holiasari. Penulis adalah anak ke dua dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 003 Balikpapan Selatan pada tahun 2003, SMP Negeri 12 Balikpapan pada tahun 2006, dan SMA Negeri 5 Balikpapan tahun 2009. Penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis pada tahun 2009 melalui jalur Ujian Mandiri (UM).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti “Orientasi Lingkungan
Pertanian dan Masyarakat Pedesaan” yang diadakan oleh Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2010 di Desa Bandar Agung Kecamatan Sribhawono Kabupaten Lampung Timur. Penulis pernah melakukan Praktik Umum (PU) di Perum Bulog Divre Lampung pada
bulan Januari 2012 dengan judul ”Manajemen Pemeriksaan Kualitas Beras Di
Gudang Penyimpanan Sukarno Hatta Perum Bulog Divre Lampung”. Pada tahun 2012 penulis pernah melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bandar Agung Kecamatan Sribhawono Kabupaten Lampung Timur.
(8)
SANWACANA
Assalamu`alaikum Wr.Wb
Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT, yang telah memberikan cahaya dan hikmah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan dalam setiap kehidupan, juga kepada keluarga, sahabat, dan penerus risalahnya yang mulia.
Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Persepsi Petani Terhadap Usahatani Padi Varietas Cilamaya Muncul dan Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan”, banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasehat, serta saran-saran yang membangun. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga nilainya kepada :
1. Dr. Ir. Tubagus Hasanuddin, M.S., sebagai Dosen Pembimbing Pertama, atas bimbingan, motivasi, masukan, arahan, saran, dan nasihat yang telah diberikan selama penyelesaian skripsi ini.
(9)
skripsi ini.
3. Ir. Begem Viantimala, M.Si., sebagai Dosen Penguji Skripsi, atas masukan, bantuan, arahan, saran, dan nasihat yang telah diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini.
4. Keluargaku tercinta, Ayahanda Dwi Agus Linggatjahya, S.E, Ibunda Lia Holiasari, saudaraku tersayang Marjan Kencanawati, S.E, adikku Zulkarina Muthia Sari serta seluruh keluarga yang selalu memberikan kasih sayang yang tidak akan tergantikan oleh apapun dan siapapun. Doa, semangat, perhatian, dukungan yang luar biasa untukku dalam menjalankan kehidupan dan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Dr. Ir. Ifan Affandi, M.Si., sebagai Pembimbing Akademik, yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dan nasihat selama penulis menuntut ilmu. 6. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S., selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung, atas arahan, bantuan dan nasihat yang telah diberikan.
7. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, atas arahan, bantuan dan nasihat yang telah diberikan. 8. Seluruh Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian atas semua ilmu yang telah
(10)
yang telah diberikan.
10. Sahabat-sahabat terbaikku, Dwi Apriliansyah Astanu S.P., Tio Wanda Hendaris S.P., Aris Ardiansyah S.P, Tika Mustika Wulandari S.P., Dede Putri S.P., Meta Kusuma Febriana, Citra Dara Anggun, dan Dea Amanda Puspita yang senantiasa memberikan pengertian, dorongan, semangat, doa, dan kebersamaan kita selama ini.
11. Teman-teman Agribisnis 2009 Genap Abdul, Kemas, Agum, Mandala, Iqbal, Guntur, Tama, Desty, Monica, Putri, Yanti, Nia, Ocy, Dwinta, Gama, Wike, Vemy, Lidia, Reni, Maya, Mita, Imas, Riska N, Ockta, Vero, Tiara, Ayu, Mufri, Ica, Anggun, Ihsan, Ernas, Mbak Nuke, Mbak Tri, Kak Made. Agribisnis 2009 Ganjil Dedeh, Yunica, Eka, Ully, Peni, Novi, Edy, Rama, Adriez, Queen, Felicia, Melisa, Riska W, Tasya, Ony, Rendy, Syani, Ongki, Anita, Caut, Wayan, Rinaldi Revina, Arin, Anisa, Inke, Feby, Febry, Firjen, Adam, Hilman, dan teman-teman Agribisnis 2009 lainnya, atas pengalaman dan kebersamaan yang telah diberikan. 12. Rekan-rekan sosek angkatan 2006, 2007, 2008, 2010, 2011, 2012 yang tidak bisa
disebutkan satu per satu.
13. Teman-teman selama KKN Lilis Indarti, Adelaide, Ricky, Eti, dan Adit yang telah memberikan pengalaman dan kebersamaan selama Kuliah Kerja Nyata di Kabupaten Lampung Timur.
14. Sahabat-sahabatku mba Mira, ka Seprizal Junata Pasaribu, ka Muhammad Sidiq, mba Maida Sari, Dimas Andika Putra, Uwi, dan Ifan Juniardi yang senantiasa
(11)
15. Teman-teman guru di TK Kartina II-26, TK Ar-Raudah, TK Bina Karsa, SD Kartika II-25, SD Ar-Raudah, SMP N 1 Natar yang senantiasa memberikan pengertian, dorongan, semangat, doa, dan kebersamaan kita selama ini..
16. Semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Wassalamu`alaikum Wr.Wb.
Bandar Lampung, November 2014
Penulis,
(12)
i DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vi
I. PENDAHULUAN A. LatarBelakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. TujuanPenelitian ... 9
D. KegunaanPenelitian... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS A. TinjauanPustaka ... 11
1. Pangan ... 11
2. Ketahanan Pangan ... 12
3. Tanaman Padi dan Klasifikasi Tanaman Padi ... 16
a. Tanaman Padi ... .. 16
b. Budidaya Tanaman Padi ... 17
c. Pengelolahan Lahan Padi Sawah ... 19
d. Varietas Padi ... 24
4. Konsep Usahatani ... 27
a. Pengertian Usahatani ... 27
b. Klasifikasi Usahatani ... 28
c. Pendapatan Usahatani ... 29
5. Konsep Kebutuhan ... 32
6. Konsep Persepsi ... 33
a. Pengertian Persepsi ... 33
b. Persepsi Sosial ... 36
c. Faktor-faktor yang Berpengaruh Pada Persepsi ... 37
B. KerangkaPemikiran ... 43
C. Hipotesis ... 46
III.METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ... 47
1. Variabel Bebas (X) ... 47
2. Variabel Terikat (Y) ... 54
B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian ... 57
(13)
ii
IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis dan Luas Wilayah. ... 65
B. Keadaan Penduduk dan Matapencaharian ... . 67
1. Keadaan Penduduk Bedasarkan Umur ... . 67
2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... . 69
3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Matapencaharian ... . 71
4. Keadaan penduduk Bedasarkan Golongan Agama ... . 72
C. Keadaan Sarana dan Prasarana . ... . 74
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Responden ... . 77
1. Umur ... . 77
2. Tingkat Pendidikan Formal ... . 78
3. Luas Lahan ... . 80
4. Jumlah Anggota Keluarga Responden ... . 81
B. Deskripsi Variabel Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Persepsi Petani Terhadap Varietas Padi Cilamaya Muncul dan Varietas Padi Ciherang ... 82
1. Pengetahuan Petani ... 82
2. Pengalamana Petani ... 86
3. Interaksi Sosial Petani ... 89
4. Kebutuhan Petani ... 91
C. Persepsi Petani Terhadap Varietas Padi Cilamaya Muncul dan Varietas Padi Ciherang ... 95
1. Tingkat Keuntungan Relatif ... 96
2. Tingkat Kesesuaian (Kompatibility) ... 98
3. Tingkat Kerumitan (Kompleksitas) ... 100
4. Tingkat Dapat Dicoba (Trialbilitas) ... 102
5. Tingkat Dapat Diamati (Observabilitas) ... 103
D. Pengujian Hipotesis ... 106
E. Perbedaan persepsi petani padi varietas Cilamaya Muncul dan padi varietas Ciherang ... 109
F. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Varietas Padi Cilamaya Muncul dan Varietas Padi Ciherang ... 111
VI.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...... 116
B. Saran ... 117
DAFTAR PUSTAKA ... 118 LAMPIRAN
(14)
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Produksi dan rata-rata produksi tanaman padi sawah di Provinsi
Lampung tahun 2009 – 2011 ... 4
2. Luas panen, produksi, dan rata-rata produksi tanaman pangan menurut kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2009 – 2011 ... 6
3. Penyebaran varietas padi sawah di Kecamatan Palas tahun 2012 ... 7
4. Penggunaan lahan di Desa Bumi Restu tahun 2013 ... 66
5. Penggunaan lahan di Desa Bumi Daya tahun 2013 ... 67
6. Jumlah penduduk Desa Bumi Restu menurut umur tahun 2013 ... 68
7. Jumlah penduduk Desa Bumi Daya menurut umur tahun 2013 ... 69
8. Jumlah penduduk Desa Bumi Restu berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2013 ... 70
9. Jumlah penduduk Desa Bumi Daya berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2013 ... 70
10.Jumlah penduduk Desa Bumi Restu berdasarkan mata pencaharian tahun 2013 ... 71
11.Jumlah penduduk Desa Bumi Daya berdasarkan mata pencaharian tahun 2013 ... 72
12.Jumlah penduduk Desa Bumi Restu berdasarkan penggolongan agama tahun 2013 ... 73
13.Jumlah penduduk Desa Bumi Daya berdasarkan penggolongan agama tahun 2013 ... 73
14.Sarana dan prasarana di Desa Bumi Restu tahun 2013 ... 74
15.Sarana dan prasarana di Desa Bumi Daya tahun 2013 ... 75
16.Sebaran responden berdasarkan umur di Desa Bumi Restu ... 77
17.Sebaran responden berdasarkan umur di Desa Bumi Daya ... 78
18.Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal di Desa Bumi Restu ... 79
19.Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal di Desa Bumi Daya ... 79
20.Sebaran responden berdasarkan luas lahan di Desa Bumi Restu ... 80
21.Sebaran responden berdasarkan luas lahan di Desa Bumi Daya ... 80
22.Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga di Desa Bumi Restu ... 81
23.Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga di Desa Bumi Daya ... 82
24.Sebaran responden berdasarkan pengetahuan petani mengenai varietas padi Cilamaya Muncul di Desa Bumi Restu dan Desa Bumi Daya ... 83 25.Sebaran responden berdasarkan pengetahuan petani mengenai varietas
(15)
iv
27.Sebaran responden berdasarkan pengalaman petani mengenai varietas padi Ciherang di Desa Bumi Restu dan Desa Bumi Daya ... 88 28.Sebaran responden berdasarkan interaksi sosial petani padi Cilamaya
Muncul di Desa Bumi Restu dan di Desa Bumi Daya ... 89 29.Sebaran responden berdasarkan interaksi sosial petani padi Ciherang
di Desa Bumi Restu dan di Desa Bumi Daya ... 90 30.Sebaran responden berdasarkan kebutuhan petani varietas padi
Cilamaya Muncul di Desa Bumi Restu dan di Desa Bumi Daya ... 92 31.Sebaran responden berdasarkan kebutuhan petani varietas padi
Ciherang di Desa Bumi Restu dan di Desa Bumi Daya ... 92 32.Persepsi petani terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi varietas
padi Cilamaya Muncul dan varietas padi Ciherang... 94 33.Sebaran persepsi responden berdasarkan tingkat keuntungan relative
varietas padi Cilamaya Muncul di Desa Bumi Restu dan di Desa
Bumi Daya ... 96 34.Sebaran persepsi responden berdasarkan tingkat keuntungan relatif
varietas padi Ciherang di Desa Bumi Restu dan di Desa Bumi Daya ... 97 35.Sebaran persepsi responden berdasarkan tingkat kesesuaian
(compatibility) varietas padi Cilamaya Muncul di Desa Bumi Restu
dan di Desa Bumi Daya ... 98 36.Sebaran persepsi responden berdasarkan tingkat kesesuaian
(compatibility) varietas padi Ciherang di Desa Bumi Restu dan di
Desa Bumi Daya ... 99 37.Sebaran persepsi responden berdasarkan tingkat kerumitan
(compleksitas) varietas padi Cilamaya Muncul di Desa Bumi Restu
dan di Desa Bumi Daya ... 100 38.Sebaran persepsi responden berdasarkan tingkat kerumitan
(compleksitas) varietas padi Ciherang di Desa Bumi Restu dan di
Desa Bumi Daya ... 101 39.Sebaran persepsi responden berdasarkan tingkat dapat dicoba
(trialbilitas) varietas padi Cilamaya Muncul di Desa Bumi Restu dan di Desa Bumi Daya ... 102 40.Sebaran persepsi responden berdasarkan tingkat dapat dicoba
(trialbilitas) varietas padi Ciherang di Desa Bumi Restu dan di Desa
Bumi Daya ... 102 41.Sebaran persepsi responden berdasarkan tingkat dapat diamati
(observabilitas) varietas padi Cilamaya Muncul di Desa Bumi Restu
dan di Desa Bumi Daya ... 104 42.Sebaran persepsi responden berdasarkan tingkat dapat diamati
(observabilitas) varietas padi Ciherang di Desa Bumi Restu dan di
Desa Bumi Daya ... 104 43.Persepsi petani terhadap varietas padi Cilamaya Muncul dan varietas
padi Ciherang ... 105 44.Hasil analisis korelasi Kendall’s Tau_b antara variabel X dan variabel
(16)
v Kendall’s Tau_b
Y di Desa Bumi Daya dengan varietas padi Cilamaya Muncul ... 108 47.Hasil analisis korelasi Kendall’s Tau_b antara variabel X dan variabel
Y di Desa Bumi Daya dengan varietas padi Ciherang ... 108 48.Hasil Analisis Mann-Whitney Test padi varietas Cilamaya Muncul
dengan padi varietas Ciherang di Desa Bumi Restu ... 109 49.Hasil Analisis Mann-Whitney Test padi varietas Cilamaya Muncul
dengan padi varietas Ciherang di Desa Bumi Daya ... 110 50.Analisis Rata-rata Pendapatan Usahatani Varietas Padi Cilamaya
Muncul di Desa Bumi Restu dan Desa Bumi Daya di Kecamatan
Palas Kabupaten Lampung Selatan ... 112 51.Analisis Rata-rata Pendapatan Usahatani Varietas Padi Ciherang di
Desa Bumi Restu dan Desa Bumi Daya di Kecamatan Palas
(17)
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Piramida Kebutuhan... 33
2. Proses Persepsi ... 35
3. Bagan Persepsi ... 39
4. Proses Terjadinya Persepsi ... 39
(18)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Ketahanan pangan menyangkut ketersediaan dan keterjangkauan terhadap pangan yang cukup dan bermutu. Ketahanan pangan memiliki beberapa aspek diantaranya aspek pasokan (supply), aspek daya beli, dan aspek aksesibilitas. Aspek pasokan (supply) mencakup produksi dan distribusi pangan, aspek daya beli yang mencakup tingkat pendapatan individu dan rumah tangga, serta aspek aksesibilitas mencakup hal yang berkaitan dengan keterbukaan, kesempatan individu, dan keluarga mendapatkan pangan.
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga perorangan secara merata diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU RI No. 18 th. 2012 tentang pangan).
(19)
Usahatani memegang peranan penting terhadap ketersediaan pangan di Indonesia. Salah satu komoditas yang berperan dalam ketersediaan pangan tersebut adalah padi. Usahatani padi dapat menghasilkan beras yang merupakan bahan makanan pokok untuk dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Ketersediaan bahan pangan (beras) dalam negeri yang belum mencukupi dapat menjadi masalah nasional bagi Negara Indonesia. Selain bahan pangan, beras juga merupakan bahan baku penting dalam beberapa industri makanan seperti mie dan kue. Oleh karena itu usahatani padi dituntut mampu menyediakan beras untuk memenuhi permintaan yang ada khususnya dalam negeri.
Pertumbuhan jumlah penduduk akan meningkatkan kebutuhan akan beras. Kebutuhan beras dalam periode 2005-2025 diproyeksikan masih akan terus meningkat. Diketahui pada tahun 2005 kebutuhan beras setara 52,8 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), pada tahun 2025 kebutuhan tersebut
diproyeksikan menjadi sebesar 65,9 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Program diversifikasi pangan sudah sejak lama dicanangkan, namun belum terlihat indikasi penurunan konsumsi beras, bahkan konsumsi beras
cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, 2005).
Kecenderungan konsumsi beras yang meningkat, maka produksi beras juga harus ditingkatkan agar tercapainya keseimbangan antara permintaan dan penawaran beras. Kebutuhan pangan yang terus meningkat akan memerlukan upaya untuk mencukupi ketersediaan pangan dalam jumlah besar dan
(20)
tersebar. Upaya tersebut dilakukan untuk memenuhi kecukupan konsumsi maupun stock nasional yang sesuai persyaratan operasional logistik.
Beras yang diperoleh petani berasal dari butiran-butiran padi. Tanaman padi merupakan salah satu tanaman pangan utama, tanaman ini penghasil sebagian besar makanan pokok di Indonesia. Tanaman padi dapat dibedakan
berdasarkan 3 varietas yaitu varietas padi hibrida, varietas padi unggul dan varietas padi lokal. Varietas padi hibrida contohnya seperti intani 1 dan 2, PP1, H1, bernas prima, rokan, SL 8 dan 11 SHS, B3, B5, B8 DAN B9, hipa4, hipa 5 ceva, hipa 6 jete, hipa 7, hipa 8, hipa 9, hipa 10, hipa 11, long ping (pusaka 1 dan 2), adirasa-1, adirasa-64, hibrindo R-1, hibrindo R-2, manis-4 dan 5, MIKI-1,2,3, SL 8 SHS, SL 11 HSS. Varietas padi hibrida juga ada yang dikeluarkan oleh pemerintah, tetapi ada juga didatangkan
(import) dari negara lain. Varietas padi unggul contohnya seperti ciherang (bisa mencapai 47 % dari total varietas yang ditanam di daerah Tanggerang), IR-64, IR-42, mekongga, cimelati, cibogo, cisadane, situ patenggang,
cigeulis, ciliwung, membramo, sintanur, jati luhur, fatmawati, situbagendit. Varietas padi lokal contohnya seperti varietas kebo, cilamaya muncul, dharma ayu, pemuda idaman, (indramayu), gropak, ketan tawon, gundelan, merong (pasuruan), simenep , srimulih, andel jaran, ketan lusi, ekor kuda, hingga gropak (Arifin, 2013).
Provinsi Lampung sendiri telah berupaya meningkatkan produksi padi dalam negeri sebagai kontribusinya terhadap ketahanan pangan nasional. Beberapa upaya telah dilakukan untuk meningkatkan produksi tidak hanya melalui
(21)
penambahan luasan lahan pertanian tetapi juga melalui program intensifikasi pertanian dengan menanam beberapa varietas unggulan dan mengoptimalkan penggunaan sarana input. Produksi dan Rata-rata produksi tanaman padi sawah di Provinsi Lampung pada tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Produksi dan rata-rata produksi tanaman padi sawah di Provinsi Lampung tahun 2009 - 2011
Kabupaten / Kota
Padi Sawah Rata-rata Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Produksi
Produksi (Ton)
Produksi (Ton)
Produksi
(Ton) (Ton) Kabupaten
1. Lampung Barat 153.144 160.080 165.342 159.522
2. Tanggamus 306.716 208.553 201.067 238.779
3. Lampung Selatan 338.988 370.060 395.437 368.162
4. Lampung Timur 259.928 431.981 44. 552 378.487
5. Lampung Tengah 550.253 570.968 654.545 591.922
6. Lampung Utara 108.471 117.088 131.155 118.905
7. Way Kanan 135.751 120.487 145.472 133.904
8. Tulang Bawang 324.412 187.412 186.728 232.851
9. Pesawaran 119.971 139.159 146.317 135.149
10. Pringsewu - 111.239 113.284 112.262
11. Mesuji - 113.822 87.195 100.509
12.
Tulang Bawang
Barat - 60.245 49.155 59.700
Kota
1. Bandar Lampung 9.039 9.336 8.631 9.002
2. Metro 23.048 23.443 24.988 23.827
Lampung 2.487.314 2.623.873 2.752.868 2.662.981 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2012.
Berdasarkan pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa produksi tanaman padi sawah di Provinsi Lampung terjadi peningkatan namun tidak terlalu signifikan. Kabupaten Lampung Tengah memiliki rata-rata produksi terbesar dari daerah lainnya pada tiga tahun terakhir sebanyak 591.922 Ton, diikuti oleh
(22)
Kabupaten Lampung Timur sebanyak 378.487 Ton, serta Kabupaten Lampung Selatan sebanyak 368.162 Ton. Kota Bandar Lampung memiliki produksi terendah dari daerah lainnya hanya sebanyak 9.002 Ton.
Kabupaten Lampung Selatan memiliki produksi terbesar ketiga setelah Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Timur dengan rata-rata produksi padi sawah sebanyak 368.162 Ton. Kebutuhan bahan pangan yang semakin tahun semakin meningkat dan tidak pernah surut melainkan kian bertambah dari tahun ke tahunnya membuat produksi tanaman padi harus semakin ditingkatkan guna mencukupi kebutuhan pangan.
Kabupaten Lampung Selatan telah berupaya untuk meningkatkan produksi guna mencukupi stok pangan nasional. Upaya tersebut dilakukan dengan menggunakan berbagai macam varietas padi baik varietas hibrida, varietas unggulan, maupun varietas lokal. Produksi padi di Kabupaten Lampung Selatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 selalu mengalami peningkatan. Produksi padi pada tahun 2008 sebanyak 301.399 Ton, tahun 2009 produksi padi naik menjadi 386.856 Ton, tahun 2010 produksi padi naik menjadi 406.143 Ton, dan pada tahun 2011 produksi padi naik hingga
mencapai 421.700 Ton (Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Selatan, 2011).
Kabupaten Lampung Selatan memiliki luas lahan padi sawah seluas 74.997 Ha yang tersebar pada 17 kecamatan yang ada di Kabupaten tersebut. Luas panen, produksi, dan rata-rata produksi tanaman pangan menurut kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan pada tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.
(23)
Tabel 2. Luas panen, produksi, produktivitas dan rata-rata produksi padi sawah menurut kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2009 – 2011
No Kecamatan
Padi Sawah Rata-rata
Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Produksi Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produkti vitas (Ton/Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produkti vitas (Ton/Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produkti vitas (Ton/Ha) (Ton)
1. Natar 5.887 31.074 5,3 7.711 40.216 5,2 8.134 42.754 5,3 38.015 2. Jati Agung 4.200 21.130 5,0 4.476 22.444 5,0 4.297 22.059 5,1 21.878 3. Tjg Bintang 2.558 12.865 5,0 2.797 13.984 5,0 2.706 13.836 5,1 13.562
4. Tjg Sari 1.160 6.266 5,4 1.233 6.451 5,2 1.242 6.512 5,2 6.410
5. Katibung 1.310 7.076 5,4 1.744 9.197 5,3 1.987 10.493 5,3 8.922 6. Merbau M 1.611 8.546 5,3 2.613 13.479 5,2 2.309 12.055 5,2 11.360 7. Way Sulan 3.302 17.007 5,2 3.320 16.995 5,1 3.075 16.033 5,2 16.678 8. Sidomulyo 3.796 19.647 5,2 3.793 19.332 5,1 3.845 19.952 5,2 19.644 9. CandiPuro 7.927 40.571 5,1 8.064 41.116 5,1 8.326 43.770 5,3 41.819 10. Way Panji 2.385 12.502 5,2 2.610 13.560 5,2 2.725 14.235 5,2 13.432 11. Kalianda 5.276 27.307 5,2 5.442 27.994 5,1 5.435 28.566 5,3 27.956 12. Rajabasa 2.555 13.423 5,3 3.057 15.869 5,2 2.437 12.848 5,3 14.047
13. Palas 13.362 69.367 5,2 11.162 57.095 5,1 13.407 70.628 5,3 65.697
14. Sragi 4.617 24.112 5,2 4.436 22.962 5,2 4.486 23.677 5,3 23.584 15. Penengahan 2.912 15.378 5,3 4.456 23.159 5,2 3.410 17.967 5,3 18.835 16. Ketapang 4.991 26.138 5,2 6.602 34.360 5,2 6.261 32.726 5,2 31.075
17. Bakauheni 882 4.650 5,3 860 4.379 5,1 915 4.748 5,2 4.592
Jumlah /Total 68.731 357.058 5,2 74.376 382.590 5,1 74.997 395.437 5 377.506
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan, 2012
Berdasarkan pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kecamatan Palas pada tiga tahun terakhir memiliki luasan panen padi sawah terbesar yaitu seluas 13.407 Ha dan memiliki rata-rata produksi padi sawah terbesar sebanyak 65.697 ton, sedangkan Kecamatan Bakauheni pada tiga tahun terakhir memiliki rata-rata produksi padi sawah terendah yaitu hanya sebanyak 4.592 ton.
Varietas yang digunakan petani pada Kecamatan Palas tidak hanya varietas hibrida dan varietas unggulan, tetapi varietas lokal pun ditanam. Mayoritas petani pada Kecamatan Palas menggunakan varietas lokal dengan jenis padi Cilamaya Muncul dan varietas unggulan dengan jenis padi Ciherang. Jenis padi ini ditanam dengan masing-masing luas areal berbeda. Penyebaran varietas padi sawah di Kecamatan Palas pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 3.
(24)
Tabel 3. Penyebaran varietas padi sawah di Kecamatan Palas tahun 2012
No Desa
Varietas Padi
Cilamaya Muncul Ciherang Luas (Ha) Produktivitas
(Ton/Ha)
Luas (Ha) Produktivitas (Ton/Ha)
1 Palas Pasemah 80 6,4 71 6,2
2 Palas Jaya 150 6 153 5,5
3 Pulau Tengah 104 6,3 125 5,5
4 Pulau Jaya 220 5,5 - -
5 Bumiasri 175 5,5 - -
6 Tanjung Jaya 290 6,5 60 6,1
7 Bumiasih 185 5,9 35 5,2
8 Bumidaya 250 5,9 275 5,7
9 Bali Agung 400 6,5 200 5,5
10 Bangunan 180 6 133 5
11 Palas Aji 116 6 170 5
12 Bandan Hurip 450 6,1 195 5,6
13 Rejomulyo 200 6,2 127 5,6
14 Kalirejo 150 6,2 56 5,5
15 Sukamulya 25 6 50 5,5
16 Pematang Baru - - 135 5,5
17 Mekar Mulya 466 6,5 11 5
18 Tanjungsari 88 6,2 60 6
19 Bumirestu 792 6,3 215 6
20 Sukaraja 75 7,4 225 6,5
21 Sukabakti 50 7 100 6
Jumlah 4.446 - 2.396 -
Sumber: Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Palas, 2012
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa terdapat 21 Desa di Kecamatan Palas dan mayoritas petani membudidayakan varietas lokal dengan jenis padi Cilamaya Muncul dan varietas unggulan dengan jenis padi Ciherang, tetapi masing-masing desa membudidayakan dengan luasan lahan yang berbeda-beda. Desa Bumirestu memiliki luas lahan yaitu seluas 792 Ha, sedangkan untuk Desa Bumidaya memiliki luas lahan yaitu seluas 250 Ha dalam membudidayakan varietas lokal dengan jenis padi Cilamaya Muncul. Desa Bumidaya memiliki luas lahan yaitu seluas 275 Ha, sedangkan untuk Desa Bumurestu memiliki luas lahan terendah yaitu seluas 215 Ha dalam
(25)
Ketersediaan bahan pangan sangat berpengaruh terhadap ketahanan pangan di suatu daerah. Salah satu pangan yang memiliki peran yang sangat vital adalah beras, dimana beras merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat di Indonesia. Beras diperoleh dari komoditas padi yang diusahakan oleh petani meskipun banyak varietas yang diusahakan.
Kabupaten Lampung Selatan telah berupaya untuk meningkatkan produksinya dengan membudidayakan beberapa varietas yang memiliki keunggulan yang berbeda-beda. Salah satu kecamatan yang mempuyai tingkat produksi tanaman padi terbesar yaitu di Kecamatan Palas, mayoritas petani di Kecamatan Palas menggunakan varietas lokal yang saat ini masih belum banyak dikenal oleh masyarakat yaitu jenis padi Cimalaya Muncul. Varietas unggulan dengan jenis padi Ciherang mempunyai keunggulan yang lebih baik di bandingkan dengan varietas padi lokal dengan jenis padi Cilamaya Muncul. Beberapa Keunggulan varietas padi unggulan dengan jenis padi Ciherang seperti produksi padi yang tinggi, tahan terhadap hama penyakit, cocok ditanam pada musim penghujan dan musim kemarau, sedangkan keunggulan varietas lokal dengan jenis padi Cilamaya Muncul seperti tahan terhadap hama penyakit, dapat beradaptasi di daerah tertentu, umur tanaman hanya 3-4 bulan. Namun, petani di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan lebih banyak yang menanam varietas lokal dengan jenis padi Cilamaya Muncul dibandingkan varietas unggulan dengan jenis padi Ciherang.
(26)
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah persepsi petani terhadap padi varietas Cilamaya Muncul dan Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan ? 2. Apakah terdapat perbedaan persepsi petani padi Cilamaya Muncul
dengan petani padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan?
3. Faktor apa saja yang paling berhubungan dengan persepsi petani terhadap jenis padi Cilamaya Muncul dan jenis padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan ?
4. Bagaimanakah tingkat pendapatan petani padi Cimalaya Muncul dan padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan untuk :
1. Mengetahui persepsi petani terhadap padi varietas Cilamaya Muncul dan Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan ?
2. Mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi petani padi Cilamaya Muncul dengan petani padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan?
3. Mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan persepsi petani terhadap jenis padi Cilamaya Muncul dan jenis padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan ?
(27)
4. Mengetahui tingkat pendapatan petani padi Cimalaya Muncul dan padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan ?
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :
1. Petani, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih, menggunakan jenis padi yang baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan.
2. Dinas atau instansi terkait, dalam menetapkan kebijakan jenis-jenis varietas yang digunakan oleh petani.
(28)
II. TINJAUAN PUSTAKA
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka 1. Pangan
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai kompenen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan,
keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga perorangan secara merata diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU RI No. 18 th. 2012 tentang pangan).
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumen manusia, termasuk bahan tambahan pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan dan pembuatan makanan atau minuman. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang terpenting disamping papan,
(29)
sandang, pendidikan, kesehatan. karena tanpa pangan tiada kehidupan dan tanpa kehidupan tidak ada kebudayaan (Diana,2013)
Menurut Astrika (2012), pangan dibedakan atas pangan segar dan pangan olahan :
a. Pangan segar
Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan, yang dapat dikonsumsi langsung atau dijadikan bahan baku pengolahan pangan. Misalnya segala macam buah, air segar. b. Pangan olahan tertentu
Makanan / pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan kelompok tersebut.
c. Pangan siap saji
Pangan siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah diolah dan bisa langsung disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan.
2. Ketahanan Pangan
Pengertian ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari: a) tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, b) aman, c) merata dan d)
terjangkau. Dengan pengertian tersebut, mewujudkan ketahanan pangan dapat lebih dipahami sebagai berikut:
(30)
a. Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, diartikan ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta
turunannya, yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia. b. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas
dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman dari kaidah agama.
c. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan pangan yang harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air. d. Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan pangan
mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau (UU RI No 7 th 1996 tentang pangan)
Menurut Tambunan (2009), keberhasilan pembangunan di sektor pertanian di suatu negara harus terceminkan oleh kemampuan negara tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Ketahanan pangan merupakan salah satu topik yang sangat penting, bukan saja hanya dilihat dari nilai-nilai ekonomi dan sosial, tetapi masalah ini mengandung konsekuensi politik yang sangat besar.
Konsep ketahanan pangan yang dianut Indonesia dapat dilihat dari UU No.7 tahun 1996 tentang pangan, pasal 1 ayat 17 yang menyebutkan bahwa “Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah
(31)
tangga (RT) yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau”. UU ini sejalan
dengan definisi ketahanan pangan menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1992, yakni akses setiap rumah tangga atau individu untuk dapat memperoleh pangan pada setiap waktu untuk keperluan hidup yang sehat.
Menurut Tambunan (2009), faktor-faktor Utama Penentu Ketahanan Pangan di Indonesia yaitu lahan, infrastruktur, teknologi dan sumber daya manusia, energi, modal dan cuaca.
a. Lahan
Lahan sawah di Indonesia hanya 4,5% dari total luasan daratan. Sekitar 8,5% merupakan tanah perkebunan, 7,8% lahan kering, 13% dalam bentuk rumah, tegalan dan ilalang, serta 63% merupakan kawasan hutan. Keterbatasan lahan pertanian, khususnya untuk komoditas-komoditas pangan memang sudah merupakan salah satu persoalan serius dalam kaitannya dengan ketahanan pangan di Indonesia selama ini.
b. Infrastruktur
Irigasi (termasuk waduk dalam sumber air) merupakan bagian terpenting dari infrastruktur pertanian. Ketersediaan jaringan irigasi yang baik, dalam pengertian tidak hanya kuantitas tetapi juga kualitas, dapat meningkatkan volume produksi dan kualitas komoditas pertanian, terutama tanaman pangan, secara signifikan.
(32)
c. Teknologi dan Sumber Daya Manusia
Teknologi dan Sumber Daya Manusia (SDM), bukan hanya jumlah tetapi juga kualitas, sangat menentukan keberhasilan Indonesia dalam mencapai ketahanan pangan. Bahkan dapat dipastikan bahwa pemakaian teknologi dan input-input modern tidak akan
menghasilkan output yang optimal apabila kualitas petani dalam arti pengetahuan atau wawasannya mengenai teknologi pertanian, pemasaran, standar kualitas, dan lain-lain rendah.
d. Energi
Energi sangat penting untuk kegiatan pertanian lewat dua jalur, yakni langsung dan tidak langsung. Jalur langsung adalah energi seperti listrik atau bahan bakar minyak, yang digunakan oleh petani dalam kegiatan bertaninya, misalnya dalam menggunakan traktor. Sedangkan Jalur tidak langsungadalah energi yang digunakan oleh pabrik pupuk dan pabrik yang membuat input-input lainnya serta alat-alat transportasi dan komunikasi.
e. Modal
Salah satu yang menyebabkan rapuhnya ketahanan pangan di Indonesia adalah keterbatasan dana. Diantara sektor-sektor ekonomi, pertanian yang selalu paling sedikit mendapatkan kredit dari perbankan (dan juga dana investasi) di Indonesia. Bahkan kekurangan modal juga menjadi penyebab banyak petani tidak mempunyai mesin giling sendiri.
(33)
f. Cuaca
Tidak diragukan bahwa pemanasan global turut berperan dalam menyebabkan krisis pangan, termasuk di Indonesia, karena pemanasan global menimbulkan periode musim hujan dan musim kemarau yang makin kacau. Pertanian pangan merupakan sektor yang paling rentan terkena dampak perubahan iklim, khususnya yang menyebabkan musim kering berkepanjangan, mengingat pertanian pangan di Indonesia masih sangat mengandalkan pada pertanian sawah yang berarti sangat memerlukan air yang tidak sedikit.
3. Tanaman Padi dan Klasifikasi Tanaman Padi a. Tanaman Padi
Padi (oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok yang vital bagi rakyat Indonesia. Menanam padi sawah sudah mendarah daging bagi sebagian besar petani di Indonesia. Sistem penanaman padi di sawah biasanya didahului oleh pengolahan tanah secara sempurna seraya petani melakukan persemaian, setelah itu sawah mulai dilakukan pembajakan yang dapat dilakukan dengan mesin, kerbau atau melalui pencangkulan oleh manusia. Setelah dibajak, tanah dibiarkan selama 2-3 hari. Namun di beberapa tempat, tanah dapat dibiarkan sampai 15 hari. Selanjutnya tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk kedua kalinya atau bahkan ketiga kalinya 3-5 hari menjelang tanam. Setelah itu bibit hasil semaian ditanam dengan cara
(34)
tanah sempurna, intensif atau konvensional) banyak kelemahan yang timbul penggunaan air di sawah amatlah boros. Padahal ketersediaan air semakin terbatas. Selain itu pembajakan dan pelumpuran tanah yang biasa dilakukan oleh petani ternyata menyebabkan banyak butir-butir tanah halus dan unsur hara terbawa air irigasi
(Soemarjono,dkk,1990)
Menurut Prasetiyo (2002), tanaman padi merupakan tanaman semusim termasuk golongan rumput-rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut :
1) genus =oryza linn
2) family = gramineae (poaceae)
3) spesies = ada 25 spesies di antaranya adalah a) oryza sativa L
b) oryza glaberima steund.
Sedangkan sub spesies oryza sativa L, dua di antaranya ialah 1) Indica (padi bulu)
2) Sinica (padi sere) dahulu di kenal japonica.
Tanaman padi (oryza sativa ) mempunyai jumlah kromosom 2n = 24 dan dapat di bedakan dalam 2 tipe yaitu padi kering yang tumbuh di daratan tinggi dan padi sawah yang memerlukan air mengenang.
b. Budidaya Tanaman Padi
Padi merupakan tanaman yang membutuhkan air cukup banyak untuk hidupnya. Tanaman ini tergolong semi aquatis yang cocok ditanam
(35)
di lokasi tergenang. Biasanya padi ditanam di sawah yang
menyediakan kebutuhan air cukup untuk pertumbuhannya. Padi juga dapat diusahakan di lahan kering atau ladang yang biasanya disebut dengan padi gogo. Terdapat beberapa sistem budidaya yang dikenal di Indonesia, di antaranya:
1) Bertanam padi di sawah tadah hujan
Dalam mengusahakan padi di sawah, soal yang terpenting adalah bidang tanah yang ditanami harus dapat:
a) Menanam air sehingga tanah itu dapat digenangi air. b) Mudah memperoleh dan melepaskan air.
2) Bertanam Padi Gogo Rancah (lahan kering)
Padi yang di tanam pada lahan kering atau ladang atau biasa disebut padi gogo relatif lebih mudah dibandingkan dengan padi sawah tadah hujan. Dalam sistem penggarapan padi di lahan kering atau ladang ini biasa dikerjakan sebelum musim penghujan tiba. Sementara dalam proses pembibitan atau penanamannya, padi gogo rancah ini tidak memerlukan persemaian, sehingga benih dapat langsung ditanam di sawah sebelum atau pada permulaan musim hujan sehingga tidak ada resiko bibit menjadi terlalu tua.
3) Bertanam Padi Sawah Tanpa Olah Tanah (TOT)
Bertanam padi sawah tanpa olah tanah ini tidak berarti bahwa tidak ada persiapan sama sekali. Sistem ini masih merupakan bagian pengolahan tanah konservasi yang melibatkan perbedaan
(36)
mendasar dengan penanaman padi biasa. Pembajakan dan pencangkulan di dalam sistem TOT ini tidak ada dan dalam sistem TOT ini dilakukan penyemprotan herbisida terhadap sisa tanaman padi (singgang) atau gulma yang tumbuh (Utomo,1990).
c. Pengolahan Lahan Padi Sawah 1) Persyaratan Benih
Syarat benih yang baik tidak mengandung gabah hampa, warna gabah sesuai aslinya dan cerah, bentuk gabah tidak berubah dan sesuai dengan aslinya, daya perkecambah 80 %.
2) Persiapan Benih
Benih dimasukan kedalam karung goni dan direndam 1 malam di dalam air mengalir supaya perkecambahan benih bersamaan. Penyemaian benih untuk 1 ha padi sawah diperlukan 25-40 kg benih. Lahan persemaian disiapkan 50 hari sebelum persemaian. Luas persemaian kira-kira 1/20 dari areal sawah yang akan ditanami. Lahan persemaian dibuat bedengan sepanjang 500-600 cm, lebar 120 cm dan tinggi 20 cm. Sebelum penyemaian, taburi pupuk urea dan TSP-36 masing-masing 10 gram/meter persegi. Benih disemai dengan kerapatan 75 gram/meter persegi.
3) Pemeliharaan Pembibitan atau Persemaian
Persemaian diairi dengan berangsur sampai setinggi 5 cm. Semprotkan pestisida pada hari ke 7 dan taburi pupuk urea 10 gram/meter persegi pada hari ke 10.
(37)
Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 25-40 hari, berdaun 5-7 helai, batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam, dan tidak terserang hama dan penyakit.
5) Teknik Penanaman a) Pola Tanam
Pada areal beririgasi lahan dapat ditanami padi 3 kali setahun, tetapi pada sawah tadah hujan harus dilakukan pergiliran tanaman dengan palawija. Pergiliran tanaman ini juga dilakukan pada lahan beririgasi, biasanya setelah satu tahun menanam padi. Untuk meningkatkan produktifitas lahan, seringkali dilakukan tumpang sari dengan tanaman semusim lainnya, misalnya padi gogo dengan jagung atau padi gogo diantara ubi kayu dan kacang tanah. Pada penanaman padi sawah, tanaman tumpang sari ditanam di pematang sawah, biasanya berupa kacang-kacangan.
b) Penanaman Padi Sawah
Bibit ditanam pada larikan dengan jarak tanam 20 x 20 cm atau 25 x 25 cm, tergantung pada varietas padi, kesuburan tanah dan musim.
6) Pemeliharaan Tanaman
a) Pengarangan dan penyulaman-penyulaman tanaman yang mati dilakukan paling lama 14 hari setelah tanam. Bibit sulaman harus dari jenis yang sama yang merupakan bibit cadangan pada persemaian bibit.
(38)
b) Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput yang dikerjakan sekaligus dengan menggemburkan tanah.
Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada saat berumur 3 dan 6 minggu dengan menggunakan landak (alat penyiang
mekanis yang berfungsi dengan cara didorong) atau cangkul kecil.
c) Pengairan
Syarat menggunakan air disawah :
Air berasal dari sumber air yang telah ditentukan dinas pengairan atau dinas pertanian dengan aliran air tidak deras, air harus bisa menggenangi sawah dengan merata, lubang pemasukan dan pembuangan air terletaknya bersebrangan agar air merata di seluruh lahan, air mengalir membawa lumpur dan kotoran yang diendapkan pada petak sawah. Kotoran berfungsi sebagai pupuk, genangan air harus pada ketinggian yang telah ditentukan. Setelah tanam, sawah dikeringkan 2-3 hari kemudian diairi kembali sedikit demi sedikit. Sejak padi berumur 8 hari genangan air mencapai 5 cm pada waktu padi berumur 8-45 hari kedalaman air ditingkatkan menjadi 10 sampai dengan 20 cm. Pada waktu padi mulai berbulir, penggenangan sudah mencapai 20-25 cm, pada waktu padi menguning ketinggian air dikurangi sedikit demi sedikit.
(39)
d) Pemupukan Padi Sawah
Pupuk kandang 5 ton/ha diberikan ke dalam tanah dua minggu sebelum tanam pada waktu pembajakan tanah sawah. Pupuk anorganik yang dianjurkan urea =300 kg/ha, TSP 36 = 75-175 kg/ha dan KCl = 50 kg/ha. Pupuk urea diberikan 2 kali, yaitu pada 3-4 minggu dan 6-8 minggu setelah tanam. Urea
disebarkan dan diinjak agar terbenam. Pupuk TSP diberikan satu hari sebelum tanam dengan cara disebarkan dan
dibenamkan. Pupuk KCl diberikan 2 kali yaitu pada saat tanam dan saat menjelang keluar malai.
7) Hama, Penyakit dan Gulma
a) Hama-hama di persemaian basah (padi sawah)
Hama putih (Nymphula depunctalis), padi trip (Trips oryzae), ulat tentara (Pseudaletia unipuncta, berwarna abu-abu;
Spodoptera litura, berwarna coklat hitam; S. Exempta, bergaris kuning). Pengendalian yairu dengan cara mekanis dan insektisida sevin, diazenon, sumithion dan agrocide. b) Hama-hama di Sawah
Wereng penyerang batang padi, walang sangit (Leptocoriza acuta), kepik hijau (Nezara viridula), penggerek batang padi, hama tikus (Rattus argentiventer), burung.
(40)
c) Penyakit
Bercak daun coklat, blast, penyakit garis coklat daun, busuk pelepah daun, penyakit fusarium penyakit bakteri daun bergaris/leafstreak penyakit kerdil, penyakit tungro. d) Gulma
Gulma yang tumbuh diantara tanaman padi adalah rumpu-rumputan seperti rumput teki dan gulma berdaun lebar. Pengendalian dengan cara mencabut/ menyiangi, jarak tanam yang tepat dan penyemprotan herbisida basagran 50 ML, difenex 7G, DMA 6.
8) Panen dan Pasca Panen a) Ciri dan Umur Panen
Padi siap panen : 95 % butir sudah menguning, bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau, kadar air gabah 21-26 %, butir hijau rendah.
b) Cara Panen
Keringkan sawah 7-10 hari sebelum panen, gunakan sabit tajam untuk memotong pangkal batang, simpan hasil panen di suatu wadah atau tempat yang dialasi.
c) Perkiraan Produksi
Dengan menanam dan penanaman dan pemeliharaan yang insentif, diharapkan produksi mencapai 7 ton/ha. Saat ini hasil yang didapat hanya 4-5 ton/ha.
(41)
d) Pascapanen
Perontokan, bersihkan gabah dengan cara diayak atau ditapi. Kadar kotoran tidak boleh lebih dari 3%, jemur gabah selama 3-4 hari selama 3 jam per hari sampai kadar airnya 14 %. Penyimpanan gabah dimasukan gabah kedalam karung bersih dan jauhkan dari beras karena dapat tertulari hama beras. Gabah siap dibawa ketempat penggilingan beras (Aak, 1990).
d. Varietas Padi
Menurut Budi (2013), secara umum tanaman padi dibedakan dalam 3 jenis varietas, yaitu varietas padi hibrida, varietas padi unggulan, dan varietas padi lokal.
1) Varietas Padi Hibrida
Adalah varietas padi yang hasilnya akan maksimal bila sekali ditanam. Tetapi bila benih keturunannya ditanam kembali maka hasilnya akan berkurang jauh. Memang varietas ini dibuat atau direkayasa oleh pemiliknya untuk sekali tanam saja. Tujuannya agar petani membeli kembali. Harga benih hibrida sangat mahal, bisa mencapai 40 ribu-60 ribu per kilo. Kualitas berasnya saat diolah lebih pulen. Varietas padi hibrida ada juga yang dilepas pemerintah. Tapi ada juga yang didatangkan (import) dari negara lain. Contoh padi hibrida seperti intani 1 dan 2, PP1, H1, bernas prima, rokan, SL 8 dan 11 SHS, segera anak, sembada B3, B5, B8 dan B9, hipa4, hipa 5 ceva, hipa 6 jete, hipa 7, hipa 8, hipa 9, hipa 10, hipa 11, long ping (pusaka 1 dan 2), adirasa-1, adirasa-64,
(42)
hibrindo R-1, hibrindo R-2, manis-4 dan 5, MIKI-1,2,3, SL 8 SHS, SL 11 HSS.
2) Varietas Padi Unggul
Adalah varietas yang bisa berkali-kali ditanam dengan perlakuan yang baik dan tahan terhadap hama penyakit. Hasil dari panen varietas ini bisa dijadikan benih kembali. Ada petani yang bisa menanam sampai 10 kali lebih dengan hasil yang hampir sama. Varietas padi unggul biasanya telah di lepas oleh pemerintah dengan SK Menteri Pertanian. Varietas ini telah melewati berbagai uji coba. Varietas padi ini cocok ditanam pada musim penghujan dan kemarau serta varietas ini cocok ditanam pada lahan dengan ketinggan 500 m diatas permukaan laut. Hasil dari varietas padi ini cukup tinggi. Harga benih verietas ini murah, harganya bisa mencapai 5 ribu- 10 ribu per kilo. Contoh dari varietas ini yang banyak di tanam petani adalah Ciherang (bisa mencapai 47 % dari total varietas yang ditanam dan beberapa keunggulannya seperti produksi padi yang tinggi, tahan terhadap hama penyakit, cocok ditanam pada musim penghujan dan musim kemarau), IR-64, mekongga, cimelati, cibogo, cisadane, situ patenggang, cigeulis, ciliwung, membramo, sintanur, jati luhur, fatmawati, situbagendit. Sejak tahun 2008, penamaan padi berubah. Untuk padi sawah dinamakan inpari (Inbrid Padi Irigasi) misalnya, inpari 1-10, inpari 11, inpari 12 dan inpari 13. Sedangkan dari pihak BATAN telah mengeluarkan padi varietas
(43)
cilosari, diahsuci, bestari, inpari sidenuk, pandan putri. Pada tahun 2010-2011 untuk varietas Inpari,inpari 13 yang sudah banyak ditanam petani. Pemerintah ingin agar inpari 13
menggeser varietas ciherang yang paling banyak ditanam petani. Untuk tahun 2011 juga, BB padi telah mengeluarkan varietas terbaru dengan keunggulan yang lebih baik seperti inpari 14 pakuan, inpari 15 parahyangan, inpari 16 pasundan, inpari 17, inpari 18, inpari 19, inpari 20, inpari 21. Untuk tahun 2012 telah dilepas beberapa varietas padi, antara lain inpari 22-29. Untuk padi rawa ( inpara ) juga banyak dilepas pemerintah. Contohnya seperti inpara 1-8. Demikian pula untuk padi gogo (inpago). Contohnya seperti inpago 1-5.
3) Varietas Padi Lokal
Varietas padi lokal adalah varietas padi yang sudah lama
beradaptasi di daerah tertentu. Sehingga varietas ini mempunyai karakteristik spesifik lokasi di daerah tersebut. Setiap varietas mempunyai keunggulan dan kelemahan. Varietas ini mempunyai ketahanan pada hama dan penyakit serta pada cekaman di
lingkungan sekitar. Umur dari varitas ini kisaran 3-4 bulan. Demikian juga untuk varietas lokal contoh varietas lokal yaitu varietas kebo, dharma ayu, pemuda idaman, Indramayu,
CilamayaMuncul (keunggulannya seperti tahan terhadap hama penyakit, dapat beradaptasi di daerah tertentu, umur tanaman hanya 3-4 bulan), gropak, ketan tawon, gundelan (malang),
(44)
merong (pasuruan), simenep , srimulih, andel jaran, ketan lusi, ekor kuda, hingga gropak (kulon progo-jogja), angkong, bengawan, engseng, melati, markoti, longong, rejung kuning, umbul-umbul, tunjung, rijal, sri kuning, untup, tumpang karyo, rangka madu, sawah kelai, tembaga, tjina.
4. Konsep Usahatani
a. Pengertian Usahatani
Usahatani adalah himpunan dari sumber – sumber alam yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah, air, dan lain – lainya. Usahatani dapat berupa bercocok tanam atau memelihara ternak (Mubyarto, 1989).
Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Usahatani dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang dikuasai sebaik – baiknya. Usahatani dikatakan efisien apabila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Efisiensi usahatani dapat diukur dengan cara menghitung efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomis (Soekartawi, 1986).
(45)
b. Klasifikasi Usahatani
Menurut Rahim dan Retno (2007), usahatani diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu berdasarkan cara mengusahakan, sifat dan corak, pola usahatani, dan tipe usahatani. Berdasarkan cara
mengusahakannya, usahatani dapat dilihat dasar perbedaanya, yaitu organisasi atau lembaga dan pengusahaan faktor produksi.
Pengusahaan dapat diartikan lebih luas, berasal dari milik sendiri, bagi hasil, dan sewa. Berdasarkan cara mengusahakannya, usahatani dibagi menjadi tiga yaitu :
1) Usahatani Perorangan
Usahatani perorangan dilakukan secara perorangan dan faktor produksi dimiliki secara perorangan. Kelebihan dari usahatani ini adalah dapat bebas mengembangkan kreasinya (menentukan jenis pupuk, bibit, pestisida, dan sebagainya), sedangkan
kelemahan dari usahatani ini adalah kurang efektif. 2) Usahatani Kolektif
Usahatani kolektif merupakan usahatani yang dilakukan bersama–sama atau kelompok sehingga hasilnya dibagi oleh anggota kelompok tersebut.
3) Usahatani Kooperatif
Usahatani kooperatif merupakan usahatani yang dikelola secara kelompok dan tidak seluruh faktor produksi dikuasai oleh kelompok, hanya kegiatan yang dilakukan bersama – sama.
(46)
Berdasarkan sifat dan corak, usahatani dapat dilihat sebagai usahatani subsisten dan usahatani komersil. Usahatani subsisten merupakan usahatani yang hasil panennya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan petani atau keluarganya sendiri tanpa melalui peredaran uang. Sedangkan usahatani komersial merupakan
usahatani yang keseluruhan hasil panennya dijual ke pasar atau melalui perantara maupun langsung ke konsumen.
Berdasarkan polanya, usahatani terdiri dari tiga macam pola, yaitu pola khusus, tidak khusus dan campuran. Pola usahatani yang khusus merupakan usahatani yang hanya mengusahakan satu cabang
usahatani, pola usahatani tidak khusus merupakan usahatani yang mengusahakan dua cabang atau lebih usahatani, tetapi batasnya masih tegas, sedangkan pola usahatani campuran merupakan usahatani yang mengusahakan dua atau lebih usahatani yang batasnya tidak tegas.
Tipe usahatani atau usaha pertanian merupakan jenis komoditas pertanian yang akan ditanam atau diusahakan, misalnya usahatani tanaman pangan, usahatani hortikultura, usahatani perkebunan, usaha perikanan, usaha peternakan, dan usaha kehutanan.
c. Pendapatan Usahatani
Menurut Hertanto (1993), pendapatan adalah penerimaan dari suatu hasil usaha yang telah dikurangi dengan biaya – biaya selama proses produksi. Pendapatan merupakan suatu bentuk imbalan untuk jasa
(47)
pengelolaan (petani) yang menggunakan lahan, tenaga kerja, dan modal yang dimiliki oleh berusahatani.
Menurut Soedarsono (1986), terdapat dua pengertian mengenai pendapatan. Pendapatan kotor yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam usahataninya selama satu tahun yang diperhitungkan dari hasil penjualan/pertukaran hasil produksi. Pendapatan bersih yaitu sebagian pendapatan kotor yang telah dikurangi dengan biaya pruduksi merupakan biaya riil tenaga kerja dan biaya riil saana produksi.
Menurut Mubyarto (1989), membagi biaya produksi menjadi dua bagian yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk input tetap yang jumlahnya tidak
dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan, yang tergolong biaya tetap adalah sewa tanah, peralatan pertanian, pajak, dan iuran irigasi. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk input variabel yang jumlahnya tergantung dari jumlah yang ingin dihasilkan, yang tergolong ke dalam biaya variable adalah bibit, obat – obatan, pupuk dan upah tenaga kerja.
Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor dan pengeluaran total usahatani. Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual.
(48)
dipakai atau dikeluarkan dalam produksi. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani. Karena itu ia merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani. Pendapatan bersih usahatani merupakan langkah antara untuk menghitung ukuran-ukuran keuntungan lainnya yang mampu memberikan penjelasan lebih banyak (Soekartawi, 1986).
Menurut Soekartawi (1986), pendapatan usahatani adalah selisih antara total revenue (TR) dan total cost (TC) (selisih antara penerimaan dan semua biaya). Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Untuk mengetahui apakah usahatani menguntungkan atau tidak secara ekonomi, maka dapat dianalisis dengan menggunakan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya atau yang biasa disebut analisis R/C (Return Cost Ratio).
Kriteria pengukuran pada R/C (Return Cost Ratio) adalah : 1) Jika R/C = 1 artinya usahatani yang dilakukan tidak
menguntungkan dan tidak pula merugikan atau berada pada titik impas (Break Even Point) yaitu besarnya penerimaan sama dengan besarnya biaya yang dikeluarkan.
(49)
2) Jika R/C > 1, artinya suatu usahatani yang dilakukan itu dapat dikatakan menguntungkan.
3) Jika R/C < 1, maka usahatani itu dapat dikatakan merugikan.
5. Konsep Kebutuhan
Keinginan manusia terhadap benda atau jasa yang dapat memberikan kepuasan jasmani maupun rohani. Kebutuhan manusia tidak terbatas pada kebutuhan yang bersifat konkret (nyata) tetapi juga bersifat abstrak (tidak nyata). Konsep kebutuhan dasar manusia menurut Dr. Abraham Maslow, kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan Maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling penting dahulu kemudian meningkatkan yang tidak terlalu penting. Untuk dapat merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan yang berada pada tingkat dibawahnya.
Ciri kebutuhan dasar manusia: manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena budaya, maka kebutuhan tersebut ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhan manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada.
(50)
Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut (Potter dan Patricia, 1997) pada gambar 1.
Gambar 1. Piramida kebutuhan
6. Konsep Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah proses yang berasal dari komponen kognitif manusia mengetahui suatu objek psikologis dengan kacamatanya sendiri yang diwarnai dengan nilai kepribadiannya. Suatu objek psikologis ini dapat berupa kejadian, ide atau situasi tertentu. Faktor pengalaman, proses belajar atau sosialisasi memberikan bentuk dan struktur terhadap apa yang dilihat, pengetahuan dan cakrawalanya memberikan arti terhadap objek psikologis tersebut. Melalui komponen kognitif ini akan timbul ide kemudian konsep dari apa yang dilihat (Mar’at, 1984).
Aktualisasi Diri Harga Diri Rasa Cinta Memiliki dan
Rasa Aman dan Perlindungan Kebutuhan Fisiologis
(51)
Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Pengindareaan adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerimaan yaitu alat indera. Stimulus yang mengenai individu kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan, sehingga individu menyadari tentang apa yang diinderakannya tersebut. Dengan persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitar dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan (Davidoff, 1981 dalam Walgito,1978).
Persepsi tidak hanya datang dari luar diri individu, tetapi juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan. Apabila yang menjadi objek persepsi adalah diri individu sendiri maka disebut dengan persepsi diri, karena dalam persepsi tersebut merupakan aktivitas intergrated, maka seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan, berfikir, kerangka acuan, dan aspek lainnya yang ada dalam diri individu akan ikut berperan dalam persepsi tersebut, (Walgito, 1978).
Moskowitz dan Orgel (1969) dalam Walgito (1978) berpendapat bahwa persepsi itu merupakan proses yang intergrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian, persepsi merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktifitas yang intergrated dalam diri individu. Seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan,
(52)
pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka acuan dan aspek-aspek lain ikut berperan aktif dalam persepsi itu. Oleh karena itu dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi meskipun stimulusnya sama, tetapi karena pengalaman tidak sama, kemampuan berpikir, kerangka acuan tidak sama adanya kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan yang lain tidak sama.
Menurut Gibson (1993), pengertian persepsi dengan menggunakan gambar mulai dari stimulus hingga hasil proses persepsi. Proses persepsi ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Proses persepsi
Persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera. Persepsi mencakup penafsiran obyek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan. Dengan kata lain, persepsi mencakup
penerimaan, pengorganisasian, dan penterjemahan dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap.
Kenyataan Objek Proses Persepsi Hasil peristiwa
Perilaku tanggapan
Sikap yang terbentuk Pengamatan
stimulus
Faktor yang mempengaruhi
persepsi
Evaluasi dan penafsiran kenyataan Stimulus
(53)
Menurut Thoha (1999), pada hakekatnya persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami
informasi tentang lingkungannya, melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Persepsi merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi yang menghasilkan suatu gambar yang mungkin sangat berbeda dari kenyataannya.
b. Persepsi Sosial
Dalam mempersepsikan diri sendiri, seseorang akan dapat melihat bagaimana keadaan dirinya sediri, orang dapat mengevaluasi tentang diri sendiri. Namun, apabila yang menjadi persepsi di luar orang yang mempersepsikan, maka objek persepsi dapat bermacam-macam, yaitu dapat berwujud benda-benda, situasi dan berwujud manusia. Persepsi benda atau non-social perception adalah bentuk persepsi dimana yang menjadi objek persepsi seseorang adalah benda. Sedangkan persepsi manusia atau persepsi sosial yaitu bentuk persepsi dimana yang menjadi objek persepsi adalah manusia. Menurut Tagiuri dalam Lindzey dan Aronson dalam Walgito (1978), persepsi sosial adalah suatu proes seseorang untuk mengetahui, menginterpretasikan dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, tentang sifat kualitas dan keadaan lain dalam individu tersebut.
(54)
c. Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Persepsi
Menurut Robbins (2003), Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
yang dimaksud yaitu diri individu itu sendiri, sedangkan yang dimaksud faktor eksternal yaitu faktor stimulus dan faktor
lingkungan pada persepsi itu berlangsung. Faktor internal dan faktor
eksternal ini saling berinteraksi dalam individu mengadakan
persepsi. Agar stimulus dapat dipersepsi, maka stimulus harus cukup kuat, stimulus harus melampaui ambang stimulus, yaitu kekuatan
stimulus yang minimal tetapi sudah dapat menimbulkan kesadaran.
Mengenai keadaan individu yang dapat mempengarui hasil persepsi datang dari dua sumber, yaitu yang berhubungan dengan segi kejasmanian, dan yang berhubungan dengan segi psikologis. Bila sistem psikologisnya terganggu, hal tersebut akan berpengaruh dalam persepsi seseorang, segi psikologis yang dimaksud antara lain mengenai pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, dan kerangka acuan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah : 1) Pelaku Persepsi
Bila seseorang individu memandang pada suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi indivitu itu. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi
(55)
adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu dan pengharapan.
2) Target
Karakteristik-karakteristik dari target yang diamati dapat
mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Karakteristik dari target yaitu hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang dan
kedekatan. Target tidak dipandang dalam keadaan terisolasi, hubungan suatu target terhadap latar belakangnya mempengaruhi persepsi, seperti kecenderungan untuk pengelompokan benda-benda yang kedekatan atau mirip.
3) Situasi
Unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi. Waktu adalah dimana suatu objek atau peristiwa dapat mempengaruhi perhatian. Karakteristik-karakteristik dari suatu yang dapat mempengaruhi persepsi adalah waktu, keadaan/ tempat kerja dan keadaan sosial.
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan persepsi individu diantaranya yaitu keyakinan, proses belajar, cakrawala, pengalaman, dan pengetahuan. Selain itu juga faktor kepribadian individu
mempengaruhi persepsi setiap individu. Proses terbentuknya persepsi dapat dilihat pada gambar 3.
(56)
Gambar 3. Bagan persepsi (Ma’at, 1982)
Menurut Gibson (1989) melukiskan terjadinya persepsi individu sebagaimana terlihat dalam Gambar 4.
Gambar 4. Proses terjadinya persepsi (Gibson, 1989) Observasi Stimulus Faktor yang mempengaruhi persepsi : 1.Stereotiop 2.Kepandaian Menyaring 3.Konsep Diri 4.Keadaan 5.Kebutuhan 6.Emosi Evaluasi dan penafsiran
kenyataan Pembentu kan Sikap Perilaku Interpetasi Kenyataan Objek Proses Persepsi Hasil Stimulus Afeksi Persepsi
Objek Sikap Faktor-faktor lingkungan yang
berpengaruh
Keyakinan Proses Belajar Cakrawala Pengalaman Pengetahuan
Kepribadian
Kognitif
Sikap Konasi
(57)
Gambar 4 menunjukkan proses terjadinya persepsi. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan merupakan suatu proses diterimanya suatu stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Stimulus diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi.
Menurut A.W van de Ban dan H.S. Hawkins (1998), sebagian studi telah menganalisis hubungan antara ciri-ciri suatu inovasi dan tingkat adopsinya. Sebagian besar studi tersebut menggunakan pertimbangan objektif atau menganggap bahwa semua petani mempunyai persepsi yang sama. Hal ini menyebabkan hasil studi tidak mencapai kesimpulan yang sama, tetapi semuanya
menunjukkan adalanya beberapa ciri penting, sebagai berikut: a. Keuntungan relatif
Inovasi ini memungkinkan petani mencapai tujuannya dengan lebih baik, atau dengan biaya yang lebih rendah dari pada yang telah dilakukan sebelumnya.
b. Kompatibilitas atau Keselarasan
Kompatibilitas berkaitan dengan nilai sosial budaya dan
kepercayaan, dengan gagasan yang diperkenalkan sebelumnya, atau dengan keperluan yang dirasakan oleh petani.
(58)
c. Kompleksitas
Inovasi ini sering gagal karena tidak diterapkan secara benar. Beberapa diantaranya memerlukan pengetahuan atau
keterampilan khusus. d. Dapat dicoba
Petani cenderung untuk mengadopsi inovasi jika telah dicoba dalam skala kecil di lahannya sendiri dan terbukti lebih baik dari pada mengadopsi inovasi dengan cepat dalam skala besar. e. Bisa diamati
Petani dapat melihat dari jauh tentang rekannya yang telah beralih memberi jagung untuk pakan ternaknya, tetapi ia tidak tau tentang sistem tata buku yang digunakan tetangganya.
Menurut Evertt M. Rogers dan F. Floyd Shoemaker (1981), terdapat 5 sifat inovasi. Setiap sifat secara empiris mungkin saling
berhubungan satu sama lain tetapi secara konseptual mereka itu berbeda. Kelima sifat itu ialah:
a. Keuntungan relatif
Keuntungan relatif adalah tingkatan dimana suatu ide baru dianggap suatu yang lebih baik dari pada ide-ide yang baru dianggap suatu yang lebih baik dari pada ide-ide yang ada sebelumnya. Tingkat keungtungan relatif sering kali dinyatakan dengan atau dalam bentuk keuntungan ekonomis.
(59)
b. Kompatibilitas (keterhubungan inovasi dengan situasi klien) Kompatibilitas adalah sejauh mana suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima.
c. Kompleksitas (kerumitan inovasi)
Kompleksitas adalah tingkat dimana suatu inovasi dinggap relatif sulit untuk dimengerti dan digunakan. Suatu ide baru mungkin dapat digolongkan ke dalam kontinum “rumit sederhana”. Inovasi-inovasi tertentu begitu mudah dapat dipahami oleh penerima tertentu, sedangkan orang lainnya tidak.
d. Triabilitas (dapat dicobanya suatu inovasi)
Triabilitas adalah suatu tingkat dimana suatu inovasi dapat dicoba dengan skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba biasanya diadopsi lebih cepat dari pada inovasi yang tak dapat dicoba lebih dulu. Suatu inovasi yang dapat dicoba akan memperkecil resiko bagi adopter.
e. Observabilitas (dapat diamatinya suatu inovasi)
Observabilitas adalah tingkat dimana hasil-hasil suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Hasil inovasi-inovasi tertentu mudah dilihat dan dikomunikasikan kepada orang lain sedangkan beberapa lainnya tidak.
(60)
B. Kerangka Pemikiran
Moskowitz dan Orgel (1969) dalam Walgito (1978) berpendapat bahwa persepsi itu merupakan proses yang intergrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian, persepsi merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktifitas yang intergrated dalam diri individu. Seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka acuan dan aspek-aspek lain ikut berperan aktif dalam persepsi itu. Oleh karena itu dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi meskipun stimulusnya sama, tetapi karena pengalaman tidak sama, kemampuan berpikir, kerangka acuan tidak sama adanya kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan yang lain tidak sama.
Penelitian ini mencoba mengkaji seberapa besar persepsi pertani terhadap padi varietas Cilamaya Muncul dan padi varietas Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan, mengetahui persepsi petani dalam memilih jenis padi yang terdapat di Kabupaten Lampung Selatan serta mengetahui perbedaan persepsi petani terhadap varietas lokal dengan jenis padi Cilamaya Muncul dengan varietas unggulan dengan jenis padi Ciherang. Diharapkan dapat menjadi suatu referensi bagi petani dalam memilih suatu jenis varietas padi yang terdapat di Kabupaten Lampung Selatan dan juga untuk meningkatkan taraf hidup petani padi khususnya yang berada pada wilayah pedesaan.
(61)
Penelitian ini mempunyai dua variabel yaitu variabel X dan variabel Y. Variabel X adalah pengetahuan petani (X1), pengalaman berusaha tani (X2), interaksi sosial petani (X3), kebutuhan petani (X4). Variabel Y adalah persepsi petani terhadap padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang yang didasarkan menurut sifat-sifat inovasi yang dikemukakan oleh Evertt M. Rogers dan F. Floyd Shoemaker (1981), meliputi (1) Keuntungan relatif yaitu semakin tinggi tingkat keuntungan yang didapat dari penerapan ide atau inovasi baru maka semakin cepat petani akan menerima inovasi, (2) Kompatibilitas yaitu semakin tidak berbeda jauh suatu inovasi yang baru dengan yang sudah ada sebelumnya maka petani akan semakin cepat untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap inovasi baru tersebut, (3) Kompleksitas yaitu semakin susah atau rumit suatu inovasi untuk dipraktekan atau diterapkan maka petani semakin lama untuk menerima suatu inovasi, (4) Triabilitas yaitu semakin mudah suatu inovasi untuk dicoba atau diterapkan maka petani semakin cepat untuk menerima suatu inovasi, (5) Observabilitas yaitu semakin mudah suatu inovasi bila dilihat dari cara maupun hasilnya oleh petani maka petani semakin cepat untuk menerima suatu inovasi.
Perberbedaan varietas padi yang ada tersebut menyebabkan adanya yang diperoleh oleh petani, hal tersebut melatarbelakangi petani mengusahakan varietas padi yang dianggap memberikan pendapatan yang lebih besar dari pada pendapatan dari varietas padi lainnya. Berdasarkan uraian diatas dapat digambarkan paradigma kerangka berpikir dalam penelitian ini, seperti yang tertera pada Gambar 5.
(62)
Gambar 5. Kerangka pemikiran persepsi petani terhadap usahatahi padi varietas Cilamaya muncul dan Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2014.
Harga Input INPUT - Benih - Sewa Lahan - Tenaga Kerja - Peralatan - Pestisida - Pupuk
Usahatani padi Cilamaya Muncul dan
padi Ciherang
Persepsi petani terhadap padi Cilamaya Muncul dan padi
Ciherang ( Variabel Y )
Biaya Produksi
Pendapatan Tingkat Interaksi Sosial petani
(X3)
Produksi Tingkat Pengetahuan petani
(X1)
Tingkat Pengalaman berusahatani (X2)
1. Tingkat Keuntungan relatif (relative advantage)
2. Tingkat kompatibilitas (compatibility)
3. Tingkat kerumitan (complexity)
4. Tingkat kemampuan diuji cobakan (trialability) 5. Tingkat kemampuan
Penerimaan Motivasi petani Tingkat Kebutuhan petani
(X4)
(63)
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut maka d apat diturunkan beberapa hipotesis berikut ini:
1. Ada hubungan nyata antara pengetahuan petani mengenai padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang dengan persepsi petani terhadap padi
Cilamaya Muncul dan padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan.
2. Ada hubungan nyata antara pengalaman berusahatani padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang dengan persepsi petani terhadap padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan.
3. Ada hubungan nyata antara interaksi sosial petani dengan persepsi petani terhadap padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan.
4. Ada hubungan nyata antara kebutuhan petani terhadap persepsi petani terhadap padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan.
5. Ada perbedaan persepsi petani terhadap petani padi Cilamaya Muncul dengan padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan.
(64)
III. METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran
Definisi opersional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai bagaimana variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan diidentifikasikan. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Persepsi petani dalam usaha tani padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang diidentifikasikan sebagai variabel X dan persepsi petani terhadap usaha tani padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang sebagai variabel Y. Dari beberapa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diuraikan beberapa batasan dan klasifikasi dari variabel-variabel sebagai berikut.
1. Variabel Bebas (X)
a. Pengetahuan petani (X1) adalah pengetahuan yang dimiliki petani mengenai budidaya padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang. Pengetahuan petani mengenai budidaya padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang dilihat berdasarkan budidaya, pemasaran dan harga padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang mulai dari 1) pemilihaan benih, 2) persiapan lahan, 3) penanaman, 4) pengairan, 5)
pemupukan, 6) pengendalian hama dan penyakit tanaman, 7) panen dan pasca panen, serta 8) pemasaran dan 9) harga.
(65)
1) Pengetahuan petani dalam pemilihan benih adalah pengetahuan yang dimiliki petani tentang pemilihan benih padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang. Pengetahuan petani dalam pemilihan benih diukur berdasarkan 3 pertanyaan menggunakan satuan skor dari 1 sampai 3 dan diklasifikasikan menjadi tidak tahu (3,00 – 5,00), cukup tahu (5,01 – 7,01), dan tahu (7,02 – 9,00).
2) Pengetahuan petani tentang persiapan lahan adalah pengetahuan yang dimiliki petani tentang persiapan lahan dalam usaha tani padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang. Pengetahuan petani tentang persiapan lahan diukur berdasarkan 3 pertanyaan menggunakan satuan skor dari 1 sampai 3 dengan dan diklasifikasikan menjadi tidak tahu (2,00 – 3,33), cukup tahu (3,34 – 4,66), dan tahu (4,67 – 6,00).
3) Pengetahuan petani tentang penanaman adalah pengetahuan yang dimiliki petani tentang cara penanaman padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang. Pengetahuan petani tentang penanaman diukur berdasarkan 2 pertanyaan menggunakan satuan skor dari 1 sampai 3 dengan dan diklasifikasikan menjadi tidak tahu (2,00 – 3,33), cukup tahu (3,34 – 4,66), dan tahu (4,67 – 6,00).
4) Pengetahuan petani tentang pengairan adalah pengetahuan yang dimiliki petani tentang cara pengairan dalam usaha tani padi Cilamaya Muncul dan padi Ciherang. Pengetahuan petani tentang pengairan diukur berdasarkan 3 pertanyaan menggunakan satuan skor dari 1 sampai 3 dengan dan diklasifikasikan menjadi tidak
(1)
sarana peribadatan berupa Masjid sebanyak 6 unit dan langgar atau mushola sebanyak 11 unit. Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan memegang peranan yang penting dalam peningkatan pengetahuan suatu masyarakat yang terdapat di Desa Bumi Restu. Desa Bumi Restu memiliki sarana pendidikan Taman Kanak-kanak sebanyak 1 unit, sekolah SD/sederajat sebanyak 4 unit, sekolah SMP/sederajat sebanyak 2 unit, sekolah SMA/Sederajat sebanyak 2 unit, Lembaga pendidikan agama sebanyak 6 unit dan gedung PAUD
sebanyak 2 unit. Selain sarana dan prasarana pendidikan, ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan seperti puskesmas pembantu sangatlah penting keberadaannya. Hal ini karena kesehatan merupakan modal utama untuk masyarakat untuk beraktifitas. Untuk menunjang kesehatan warga tersedia poliklinik/balai pengobatan sebanyak 2 unit. Terdapat juga sarana dan prasarana energi dan penerangan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup masyarakat di Desa Bumi Restu.
Tabel 15. Sarana dan prasarana di Desa Bumi Daya tahun 2013
No Sarana /Prasarana Jenis Jumlah (Unit)
1. 2. 3. 4. Peribadatan Pendidikan Olahraga Kesehatan Masjid Langgar/Mushola Gereja Kristen Protestan Gereja Kristen Katolik Pura
Sekolah TK
Sekolah SD/Sederajat Sekolah SMP/Sederajat Gedung PAUD Lapangan Sepak Bola Lapangan Bulu Tangkis Lapangan Volly Puskesmas Pembantu Poliklinik/Balai Pengobatan 11 10 1 1 1 2 4 2 1 1 3 2 1 2 Sumber : Monografi Desa Bumi Restu,2013
(2)
76
Tabel 15 menunjukan keadaan sarana dan prasarana di Desa Bumi Daya sudah cukup baik terlihat dari tersedianya beberapa jenis sarana dan prasarana penunjang kegiatan masyarakat. Desa Bumi Daya yang penduduknya
mayoritas beragama Islam memiliki sarana peribadatan berupa Masjid sebanyak 11 unit dan langgar atau mushola sebanyak 10 unit. Desa Bumi Restu memiliki sarana pendidikan Taman Kanak-kanak sebanyak 2 unit, sekolah SD/sederajat sebanyak 4 unit, sekolah SMP/sederajat sebanyak 2 unit dan gedung PAUD sebanyak 1 unit. Sarana dan prasarana lain yang tersedia di Desa Bumi Daya meliputi olahraga dan kesehatan.
(3)
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Persepsi petani terhadap usahatani padi varietas Cilamaya Muncul di Desa Bumi Restu ialah lebih menguntungkan, sedangkan persepsi petani
terhadap usahatani padi varietas Ciherang di Desa Bumi Daya ialah Lebih Menguntungkan.
2. Terdapat perbedaan persepsi petani padi di Desa Bumi Restu terhadap usahatani padi varietas Cilamaya Muncul dan terdapat perbedaan persepsi petani padi di Desa Bumi Daya terhadap usahatani padi varietas Ciherang.
3. Faktor-faktor yang paling berhubungan dengan persepsi petani terhadap usahatani padi varietas Cilamaya Muncul di Desa Bumi Restu dan di Desa Bumi Daya adalah tingkat interaksi sosial, sedangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi petani terhadap usahatani padi varietas Ciherang di Desa Bumi Restu dan Desa Bumi Daya adalah tingkat kebutuhan.
(4)
117
4. Berdasarkan hasil analisis R/C pendapatan usahatani padi diperoleh nilai R/C atas biaya total varietas Cilamaya Muncul di Desa Bumi Restu sebesar 5,44 dan di Desa Bumi Daya sebesar 4,67, sedangkan nilai R/C atas biaya total varietas Ciherang di Desa Bumi Restu sebesar 5,39 dan di Desa Bumi Daya sebesar 4,17.
B. Saran
1. Penelitian ini masih sebatas penelitian mengenai persepsi petani dan pendapatan petani terhadap varietas padi Cilamaya Muncul dan varietas padi Ciherang sehingga diharapkan peneliti lain dapat melanjutkan penelitian ini terutama mengenai efesiensi produksi dan kesejahteraan petani.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Ahmadi, A. 2002. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta. 312 hlm.
Anonim. 2012. Undang-Undang Negara Republik Indonesia No 18 Tahun 2012 tentang pangan. Kantor Menteri Negara Pangan RI. Jakarta.
______ . 1996. Undang-Undang Negara Republik Indonesia No 7 Tahun 1996 tentang pangan. Kantor Menteri Negara Pangan RI. Jakarta.
Arifin, B. 2013. Macam-macam padi di Indonesia. http://arifinbudi.blogspot.com/. Astrika, desy. 2012. Pangan dan Gizi. Yogyakarta.
Van de Ban A.W dan Hawkins H.S. 1998. Penyuluhan Pertanian. Penerbit Kanisisus. Yogyakarta.
Badan Penelitian dan pengembangan pertanian. 2005. Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Badan Penyuluhan Pertanian Kecamatan Palas. 2012. Penyebaran Varietas Padi Sawah Di Kecamatan Palas Kabutapen Lampung Selatan. Lampung Selatan
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2012. Lampung Dalam Angka. Lampung.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan. 2012. Lampung Selatan Dalam Angka. Lampung Selatan.
Budi, arifin P. 2013. Jenis dan Varietas di Indonesia. Diana, dedeah. 2013. Definisi Pangan. Banten.
Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Selatan. 2011. Lampung Selatan Dalam Angka. Lampung Selatan.
Gibson, dkk. 1989. Organisasi (Perilaku, Struktu, Proses). Penerbit Erlangga. Jakarta. 377 hlm.
(6)
_____ , J. L., Ivancevich, J. M., dan Donnely, J. M. 1993. Organisasi dan Manajemen (Perilaku-struktur-proses). Erlangga. Jakarta. 707 hlm. Hertanto, F. 1993. Ilmu Usahatani. PT Penebar Swadaya. Yakarta.
Mar’at. 1982. Sikap Manusia, Perubhan Serta Pengukurannya. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta. 140 hlm.
_____ . 1984. Sikap Manusia, Perubahan Serta Pengukurannya. Ghalia. Jakarta. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Prasetiyo. 2002. Budidaya Tanaman Padi. Kasinius. Bandung.
Rahim, Abdul dan Diah Retno Dwi Hastuti. 2007. Ekonomika Pertanian (Pengantar, Teori, dan Kasus). Penebar Swadaya. Depok.
Riduwan. 2009. Pengantar Statistia Sosial. Alfabeta. Bandung. 308 hlm. Robbins. 2003. Perilaku Organisasi.Jakarta:Salemba Empat.
Rogers E.M dan Shoemarker F.F. 1981. Memasyarakatkan Ide-ide Baru. Usaha Nasional. Surabaya. Indonesia.
Soedarsono. 1986. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES. Jakarta.
Soekartawi. 1986. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglass. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
. 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta
Soemarjono, dkk.1990. Bertanam Padi Sawah, Penerbit Swadaya.
Sugiarto, dkk. 2003. Teknik Sampling. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Tambunan, Tulus H.T. 2009. Perekonomian Indonesia. Penerbit Ghalia Indonesia. Thoha, M. 1999. Perilaku Organisasi (Konsep Dasar dan Aplikasi). Rajawali
Press. Jakarta. 366 Hlm.
Utomo, Muhajir. 1990. Bertanam Padi Sawah Tanpa Olah Tanah. Penerbit Swadaya.
Walgito, Bimo. 1978. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta. Fakultas Psikologi UGM.