omongan yang diucapkan oleh Baron Sekeber. Hal itu dapat dilihat dari sekuen berikut:
S-XVI Dyah Sari mengandung akibat menjalin hubungan dengan Baron Sekeber
Sawijining dalu prapta, mekas datang ingkang rayi, duh-duh ni Sari wruhanta, lamun sira wawrat yeki, ingsun arsa kaliling, anjajah nagara
sagung, lah enya iki dinar, salawe kanggona benjing, nukokaken sandang pangan putranira Serat Babat Pati. Sinom, hlm 41, pupuh 11.
Maka pada suatu malam dia memberi pesa kepada adiknya,”Aduh…aduh Ni Sari ketahuilah, aku akan berkeliling menjelajahi negeri dan jikalau
engkau sungguh-sungguh mengandung, ini uang dua puluh lima dinar untuk membbelikan sandang pangan anakmu besok”Serat Babat Pati.
Sinom, hlm 98, pupuh 11.
Sekuen di atas menggambarkan watak Dyah Sari dalam cerita Baron Sekeber yaitu Dyah sari mempunyai watak yang sangat polos, sehingga dia tidak
tahu telah dirayu oleh Baron Sekeber dan akhirnya Dyah Sari hamil oleh perbuatan Baron Sekeber. Kemudian Dyah Sari ditinggalkan oleh Baron Sekeber
begitu saja tanpa dinikahi.
4.3.2.1.2.4 Sadu Hening
Sadu Hening merupakan tokoh protagonis. Sadu Hening adalah seorang pertapa yang memiliki watak sabar dan tekun dalam mencari ilmu. Hampir
seluruh hidupnya dihabiskan untuk mencari seorang guru dan mencari ilmu. Hal itu dapat dilihat dari sekuen berikut:
S-XI Baron Sekeber menjumpai seseorang yang sudah tua sedang merunduk di muka gua angker bernama Sadu Hening.
Ingkang darbe iku sapa, sumur iku de toyane luwih wening, kang tinanya sauripun, kula hajar ing kina, para tiyang kang suda mastani ulun,
Saduhaning nama kula, megat nyawa aneng ngriki Serat Babad Pati. Pangkur, hlm 39, pupuh 42.
Nenggih kula punika kekasihipun, Ugrawangsa duking nguni, ingkang darbe putra jalu, Prabu Kangsa Madurki, Ugrawangsa kang winangrong
Serat Babad Pati. Megatruh, hlm 39, pupuh 1. Duk gesanging ngriki pratapanipun, kula ingkang nedya nyantrik, tenggya
patilasanipun, Ugrawangsa duking nguni, pjah perang lan permados Serat Babad Pati. Megatruh, hlm 39, pupuh 2.
Dan sumur itu sangat jernih sekali airnya. Siapakah yang memilikinya?”. yang ditanya menjawab:”Hamba adalah pendeta kuno, nama Sadu Hening.
Hamba di sini akan melepaskan diri dari kehidupan Serat Babad Pati. Pangkur, hlm 94, pupuh 42.
Hamba ini adalah kekasih Ugrawangsa, yang konon dahulu dia mempunyai seorang putra laki-laki yaitu Prabu Kangsa Madura Serat
Babad Pati. Megatruh, hlm 94, pupuh 1. Ketika masih hidupnya di sinilah pertapaannya. Ugrawangsa dahulu mati
berperang dengan Permadi. Hamba yang berniat berguru, lalu menunggu peninggalannya Serat Babad Pati. Megatruh, hlm 94, pupuh 2.
Sekuen diatas menggambarkan watak Sadu Hening adalah seorang yang sangat sabar, walaupun sang guru yang dipujanya tidak pernah datang
menemuinya, tatapi dia tetap setia mengabdi pada sang guru dengan cara menunggu peningalannya.
4.3.2.1.2.5 Mbok Randa
Mbok Randa merupakan tokoh antagonis, dalam cerita Baron Sekeber Mbok Randa memiliki watak terima yaitu menerima dengan semua keadaan yang
menimpanya, jadi walapun Dyah Sari melahirkan dua anak kembar tetapi tidak memiliki suami, Mbok Randa tetap sayang pada anak dan kedua cucunya.
S-XVIII Dyah Sari melahirkan dua anak kembar yang semuanya laki-laki. Warnahen sampun mangsanya, sangang wulan anggarbini, kang tangga
gumuyu pada, si sari moteng pribadi, wusana bayi lahir, metu lanang kembar bagus, tangganya sami prapta, Mbok Randa nganyar-anyari, tuku
gedang tuku slendang duwit dinar Serat Babad Pati. Sinom, hlm 41, pupuh 19.
Diceritakan kandungan sudah sembilan bulan dan hampir tiba saatnya. Para tetangganya tertawa semua, sebab Ni Sari hamil sendiri. Akhirnya
bayi lahir, keluar anak laki-laki kembar yang bagus rupawan. Para tetangganya lalu berdatangan. Sedangkan Mbok Randa bertingkah lain
seperti biasanya, dia membeli pisang dan membeli selendang dengan unag dinar itu Serat Babad Pati. Sinom, hlm 99, pupuh 19.
Sekuen diatas menggambarkan watak Mbok Randa yaitu orang yang mempunyai watak selalu menerima dengan semua keadaan dan selalu bersukur.
Jadi walaupun Dyah Sari melahirkan kedua anak kembar tapi tidak mempunyai suami, Mbok Randa tetap sayang pada anak dan kedua cucunya.
4.3.2.2 Latar Seting
Latar seting pada cerita Baron Sekeber dalam serat babad pati dibedakan menjadi tiga yaitu latar waktu, latar tempat, dan latar sosial.
4.3.2.2.1 Latar waktu
Latar waktu, latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat
dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Pada cerita Baron Sekeber dalam serat babad pati, Baron Sekeber hidup
sezaman dengan Panembahan Senapati atau Raja Mataram I. Juga hidup sezaman dengan Bupati Pati Adipati Jayakusuma yang terkenal dengan sebutan Adipati
Pragola. Pada tahun 1586 ia resmi menjadi Raja Mataram pertama sampai wafatnya, pada hari Jumat Pahing 30 Juli 1601 M. Rakyat Mataram berdecak
kagum disertai rasa hormat yang teramat mendalam kepada rajanya yang meninggal ini. Pada saat meninggalnya Panembahan Senapati ini, pada siang hari
bolong langit di atas Mataram terjadi pegowong gelap gulita, karena terjadi gerhana matahari total. Hal ini dibenarkan oleh Brouwer, Direktur Pengamat