PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMELIHARAAN

KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

DI BANDAR LAMPUNG

Oleh:

DUCHAN WELAS TETUKA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

Sarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(2)

Judul Skripsi

:

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM

PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT

BERAGAMA DI BANDAR LAMPUNG

Nama Mahasiswa

:

DUCHAN WELAS TETUKA

No. Pokok Mahasiswa

:

0742011117

Bagian

:

Hukum Administrasi Negara

Fakultas

:

Hukum

MENYETUJUI

I. Komisi Pembimbing

Elman Eddy Patra

Sri Sulastuti, S.H., M.H.

NIP. 196007141986031002

NIP. 196207271987032004

II. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

Nurmayani, S.H.,M.H.

NIP. 196112191988032002


(3)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua

:

Elman Eddy Patra, S.H.,M.H

...

Sekretaris/ Anggota :

Sri Sulastuti, S.H.,M.H.

...

Penguji Utama

:

Upik Hammidah, S.H.,M.H.

...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr.Heryandi, S.H.,M.S.

NIP. 19621109 198703 1 003


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 9 Juni 1988, dari pasangan

Abu Bakar dan Eliyana sebagai anak pertama dari dua bersaudara.

Penulis Menempuh Pendidikan Sekolah Dasar Negri 1 Kupang Teba diselesaikan

pada tahun 2000. Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3 Bandar

Lampung lulus pada tahun 2003. Dan Sekolah Menengah Atas Negri 4 Bandar

lampung lulus pada tahun 2006.

Pada tahun 2007 penulis diterima sekaligus terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas

Hukum Extension Universitas Lampung. Penulis telah mengikuti Studi Banding

di Malang, Bali, Yogyakarta.


(5)

MOTTO

Mengucapkan kata-kata negatif seperti halnya seseorang

Menancapkan paku-paku disebatang pohon

Walaupun paku sudah tercabut, tetap saja meninggalkan bekas

Untuk itulah fikirkan apa yang akan anda katakan

(Anonim)

Barang siapa diuji lalu bersabar,

Diberi lalu bersyukur, didzalimi lalu memaafkan

Dan menzalimi lalu beristigfar maka bagi mereka keselamatan

Dan mereka tergolong orang-orang yang memperoleh hidayah.

(HR. AL-BAIHAQI)

Jalani hidup apa adanya jadilah diri sendiri

Yang mempunyai satu tujuan pasti

Dan bertekad untuk mencapai tujuan itu


(6)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kehadiran Allah SWT, saya persembahkan skripsi ini kepada

orang-orang yang kusayangi kemanapun langkahku pergi dan dimanapun aku berada

Ayah dan Ibu Ku tercinta

Terima kasih yang tak terhingga untuk setiap tetes keringat dan air mata, kasih sayang dan

ketabahannya,Berkat Didikan,Bimbingan,doa-doa,keikhlasan,kesabaran yang tak pernah

Habis Dalam Membersarkanku Sehingga AKU Bisa Menjadi Orang Yang Berhasil.

Dosen yang telah membimbing skripsi ini untuk mendekati sempurna Ibu Sri Sulastuti S.H

M.H dan Pak Elman Eddy Patra S.H M.H Terima kasih untuk kalian yang telah sukarela

membantu dan tak henti memberikan masukan dan saran

Thanks To

Almamater tercinta

Universitas lampung


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada ALLAH SWT atas rahmat, hidayah dan

kenikmatan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

Peran

Pemerintah Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama di Bandar

Lampung

” dimana

pun maksud penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat yang

harus dipenuhi untuk mencapai gelar kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

Segala kemampuan telah penulis curahkan guna menyelesaikan skripsi ini, namun

penulis menyadarai masih terdapat kekurangan baik dari segi substansi maupun

penulisannya. Oleh karena itu, berbagai saran, koreksi dan kritik yang membangun dari

berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Penulis juga menyadari ini bukanlah hasil jerih payah sendiri akan tetapi juga berkat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil sehingga

penulisan skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu didalam kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

1.

Bapak Elman Eddy Patra, S.H.,M.H., selaku Pembimbing I, yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan saran, bimbingan dan bantuan yang sangat berarti

dalam penulisan skripsi ini


(8)

2.

Ibu Sri Sulastuti, S.H.,M.H., selaku Pembimbing II, Terima kasih saya ucapkan

untuk Ibu yang telah sukarela membantu dan tak henti memberikan masukan dan

saran dalam penulisan skripsi ini.

3.

Ibu Upik Hamidah S.H, M.H selaku Sekretaris sekaligus Pembahas I yang telah

memberikan komentar atas ketersediaannya untuk membantu, mengarahkan dan

memberi masukan agar terselesaikannya skripsi ini.

4.

Bapak Agus Triyono, S.H.,M.H., selaku Pembahas II yang telah memberikan waktu,

masukan, dan kritik dalam penulisan skripsi ini

5.

Bapak Dr. Heryandi, S.H.,M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

6.

Ibu Nurmayanti, S.H.,M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

Fakultas Hukum Universitas Lampung.

7.

Ibu Melly Aida S.H, M.H selaku Pembiming Akademis , atas segala saran dan

bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa pada fakultas hukum unila.

8.

Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan

ilmu dan pembelajaran berharga bagi penulis selama menempuh studi.

9.

Seluruh staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung: Kiyai Apri, Mas

Mishyo, Mas Marlan, Mbak Yani, Mbak Hera yang telah memberikan bantuan

kepada penulis selama menempuh studi.

10. Tempat dimana penulis perna melakukan riset : Kesatuan Bangsa Dan Politik Kota

Bandar Lampung, Kecamatan Teluk Batung Selatan, Forum Kerukunan Umat

Beragama Kota Bandar Lmapung, Masjid Agung Al-Furqon dan yang lain.


(9)

11. Mami dan Papi yang telah memberikan dukungan moril, materiil, dan serta solusi

kepada penulis selama menyelesaikan pendidikan.

12. Seseorang yang sangat berarti yang telah memberi semangat luar biasa yang

membuat skripsi ini berjalan, terimakasih kepada Mery Sopyani, S.I.P

13. Keponakan ku tersayang Egi, Sulung, Ganda, Jio dan yang lain yang selalu

mengingatkan agar Om nya cepat wisuda.

14. Seluruh Teman - teman Fakultas Hukum Universitas Lampung : Mad, Retno, Dika,

Bang Aryo, Bang Indra, Imam, Adit dll terima kasih atas kebersamaan kalian,

bantuan dan dukungan kalian selama ini.

15. Kantin emak yang selalu mengizinkan tempatnya untuk kompromi bersama

kawan-kawan perjuangan dalam mengerjakan tugas dan skripsi ini.

16. Dan teman-teman seluruh angkatan 2007 terima kasih untuk selama ini, dan untuk

pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

17. Universitas Lampung, khususnya Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Semoga Allah SWT menerima dan membalas semua kebaikan yang kita perbuat. mudah

-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi yang membacanya.. Amin....

Bandar Lampung,

Penulis


(10)

ABSTRACT

ROLE OF LOCAL GOVERNMENT IN CONSERVANCY OF PEOPLE

RECONCILIATION BELIEVE IN PORT OF

BANDAR LAMPUNG TOWN

BY

DUCHAN WELAS TETUKA

Section 29 sentence ( 2) UUD 1945 expressing that state guarantee the independence of every

resident to embracing its religion each and to practice worship according to that belief and

religion. The statement meaningful that variety of religion follower of exist in Indonesia is given

free rein to to execute the religion teaching as according to its confidence each. But that way the

freedom must be done with [do] not bother and harm the people believe in other;dissimilar,

because annoying of relation usher the follower of various religion will bring the effect of which

can be groggy of association and union nation.

This research aim to to know the Local Government role. supplementary factor and resistor

factor of Local Government in conservancy of people reconciliation believe in Port of Bandar

lampung town. This research use the empirical approach normative with procedure of data

collecting in the form of study of biography and field study. Analyse the data conducted

descriptively qualitative. namely by elaborating data [of] result of research in detail in sentence

of pursuant to going into effect.

Pursuant to result of writer research in Bandar lampung town [is] inferential hence that

governmental role in conservancy of people reconciliation believe in [in] Port float [is] with

activity facility [of] which deal with religious reconciliation and develop;build the religious

organization managing conflict usher the people believe in that is Forum Kerukunan Umat

Beragama, and also conduct the socialization to Regulation with minister of domestic minister

and religion number 9 and number 8 year 2006 about guidance of execution of duty of regional

leader or proxy of regional leader in conservancy of people reconciliation believe in, enableness

of forum of people reconciliation believe in, and founding of observance house. One of resistor

factor or government in conservancy of people reconciliation believe in

Bandar Lampung town


(11)

is

lack of knowledge of urban community of Bandar Lampung town about Regulation With

Minister of Religious affairs and Ministry of Home Affairs Number 9 and Number 8 year 2006

specially Chapter II Section 2 sounding : Conservancy of people Reconciliation believe in to

become responsibility with people believe in the, Local Government and Governmental.

With reference to research result is hence suggested to related party so that is more to socialize

Regulation With Minister of Religious affairs And Ministry of Home Affairs Number 9 and

Number 8 year 2006 and invitation regulation going into effect by doing counseling so that

created by an harmonious society life.


(12)

ABSTRAK

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT

BERAGAMA DI KOTA BANDAR LAMPUNG

OLEH :

DUCHAN WELAS TETUKA

Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan

kepercayaan itu. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa keanekaragaman pemeluk agama

yang ada di Indonesia diberi kebebasan untuk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan

keyakinannya masing-masing. Namun demikian kebebasan tersebut harus dilakukan dengan

tidak mengganggu dan merugikan umat beragama lain, karena terganggunya hubungan antar

pemeluk berbagai agama akan membawa akibat yang dapat menggoyahkan persatuan dan

kesatuan bangsa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Pemerintah Daerah, faktor pendukung dan

pengahambat Pemerintah Daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama di kota Bandar

Lampung. Penelitian ini menggunakan pendekatan normative empiris dengan prosedur

pengumpulan data berupa studi kepustakaan dan studi lapangan. Analisis data dilakukan secara

deskriptif kualitatif yakni dengan menguraikan data hasil penelitian secara rinsci dalam kalimat

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Berdasarkan hasil penelitian penulis di kota Bandar lampung maka dapat disimpulkan bahwa

peran pemerintah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama di Bandar lampung adalah

dengan memfasilitasi kegiatan yang berhubungan dengan kerukunan keagamaan, dan

membangun organisasi keagamaan yang mengurus konflik antar umat beragama yaitu Forum

Kerukunan Umat Beragama, serta melakukan sosialisasi terhadap Peraturan bersama menteri

agama dan menteri dalam negeri nomor 9 dan nomor 8 tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan

tugas kepala daerah atau wakil kepala daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama,

pemberdayan forum kerukunan umat beragama, dan pendirian rumah ibadat. Salah satu faktor


(13)

penghambat bagi pemerintah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama di kota Bandar

Lampung adalah kurangnya pengetahuan masyarakat kota Bandar Lampung tentang Peraturan

Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 tahun 2006

khususnya Bab II Pasal 2 yang berbunyi : Pemeliharaan kerukunan umat beragama menjadi

tanggung jawab bersama umat beragama, Pemerintah Daerah dan Pemerintah.

Berkenaan dengan hasil penelitian, maka disarankan kepada pihak yang terkait agar lebih untuk

mensosialisasikan Peraturan Bersama Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam Negeri

Nomor 9 dan Nomor 8 tahun 2006 dan peraturan perundangan yang berlaku dengan cara

melakukan penyuluhan-penyuluhan sehingga tercipta suatu kehidupan masyarakat yang

harmonis.


(14)

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kerukunan umat beragama merupakan dambaan setiap umat, manusia. Sebagian besar umat beragama di dunia, ingin hidup rukun, damai dan tenteram dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan ibadahnya. Kerukunan umat beragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Umat beragama dan pemerintah harus melakukan upaya bersama dalam memelihara kerukunan umat beragama, di bidang pelayanan, pengaturan dan pemberdayaan. Sebagai contoh yaitu dalam mendirikan rumah ibadah harus memperhatikan pertimbangan Ormas keagamaan yang berbadan hukum dan telah terdaftar di pemerintah daerah.

Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaan itu. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa keanekaragaman pemeluk agama yang ada di Indonesia diberi kebebasan untuk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Namun demikian kebebasan tersebut harus dilakukan dengan tidak mengganggu dan merugikan umat beragama lain, karena terganggunya hubungan antar pemeluk


(15)

2

berbagai agama akan membawa akibat yang dapat menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Kerukunan umat beragama sangat diperlukan, agar bisa menjalani kehidupan beragama dan bermasyarakat di bumi Indonesia ini dengan damai, sejahtera, dan jauh dari kecurigaan kepada kelompok-kelompok lain. Dengan begitu, agenda-agenda kemanusiaan yang seharusnya dilakukan dengan kerja sama antaragama, seperti memberantas kemiskinan, memerangi kebodohan, mencegah korupsi, membentuk pemerintahan yang bersih, serta memajukan bangsa, dapat segera dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Agenda-agenda tersebut, jelas tidak dapat dilaksanakan dengan optimal, jika masalah kerukunan umat beragama belum terselesaikan. Fakta menjelaskan meskipun setiap agama mengajarkan tentang kedamaian dan keselarasan hidup, realitas menunjukkan pluralisme agama bisa memicu pemeluknya saling berbenturan dan bahkan terjadi konflik. Konflik jenis ini dapat mempunyai dampak yang amat mendalam dan cenderung meluas. Bahkan implikasinya bisa sangat besar sehingga berisiko sosial, politik maupun ekonomi yang besar.

Melihat dari Peran Pemerintah Daerah di Kota Bandar Lampung ini, maka peneliti tertarik untuk mengetahui secara mendalam, suda sejauh mana Peran Pemerintah Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Khususnya di Kota Bandar Lampung ini.

Pengertian konflik agama tidak saja terjadi antar agama yang berbeda atau yang yang dikenal dengan istilah konflik antaragama tetapi sering terjadi konflik antara


(16)

3

umat dalam satu agama atau konflik intra agama. Munculnya berbagai kasus terkait dengan persoalan keagamaan, yang dipicu oleh beberapa hal antara lain :

1. Pelecehan/penodaan agama melalui penggunaan simbol-simbol, maupun istilah-istilah keagamaan dari suatu agama oleh pihak lain secara tidak bertanggung jawab.

2. Fanatisme agama yang sempit. Fanatisme yang dimaksud adalah suatu sikap yang mau menang sendiri serta mengabaikan kehadiran umat beragama lainnya yang memiliki cara/ritual ibadah dan paham agama yang berbeda. 3. Adanya diskomunikasi dan miskomunikasi antar umat beragama. Konflik

dapat terjadi karena adanya miskomunikasi (salah paham) dan dikomunikasi (Pembodohan Yang Disengaja), (Litbang Pelita, Riza Sihbudi Dan Moch. Nurhasim).

Berbagai kebijakan dan program dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan Ketahanan Nasional yang kokoh, yaitu melalui kesejahteraan rakyat, meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan ketahanan budaya. Agama mempunyai kedudukan dan peran yang sangat penting dan strategis, utamanya sebagai landasan spiritual, moral dan etika dalam pembangunan Ketahanan Nasional yang kokoh. Agama sebagai sistem nilai seharusnya dipahami dan diamalkan oleh setiap individu, keluarga, masyarakat serta menjiwai kehidupan berbangsa dan bernegara.

Nilai moral agama bagi bangsa Indonesia adalah segala sesuatu atau ketentuan yang mengandung petunjuk dan pedoman bagi manusia dalam hidupnya menurut moral agama. Contohnya petunjuk dan pedoman bagi manusia dalam hidup bermasyarakat


(17)

4

dan bernegara. Sebagai bangsa yang mempunyai multi agama, keaneragaman perilaku dan adat istiadat membuat masyarakat Indonesia mempunyai watak yang dipengaruhi oleh agama yang mereka anut. Sikap toleransi terus tumbuh dan berkembang dalam jiwa dan perilaku sehari-hari. Adanya kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran masing-masing, adalah bukti dan kenyataan yang ada dalam masyarakat.

Kerukunan dalam kehidupan akan dapat melahirkan karya-karya besar yang bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan hidup. Sebaliknya konflik pertikaian dapat menimbulkan kerusakan di bumi. Manusia sebagai mahkluk sosial membutuhkan keberadaan orang lain dan hal ini akan dapat terpenuhi jika nilai-nilai kerukunan tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat. Kerukunan dapat diklasifikan menjadi dua yaitu kerukunan antar umat islam dan kerukunan antar umat baragama atau antar umat manusia pada umumnya.

Kerukunan antar umat islam didasarkan pada akidah islamnya dan pemenuhan kebutuhan social yang digambarkan bagaikan satu bangunan, dimana umat islam satu sama lain saling menguatkan dan juga digambarkan seperti satu tubuh jika ada bagian tubuh yang sakit maka seluruh anggota tubuh merasakan sakit. Hal ini berbeda dengan kerukunan antar umat beragama atau umat manusia pada umumnya. Kerukunan antar umat beragama didasarkan pada kebutuhan sosial dimana satu sama lain saling membutuhkan agar kebutuhan-kebutuhan hidup dapat terpenuhi. Kerukunan antar umat manusia pada umumnya baik seagama maupun luar agama dapat diwujudkan apabila satu sama lain dapat saling menghormati dan menghargai.


(18)

5

Telah diketahui, bahwa dalam rangka membina dan memlihara kerukunan antar umat beragama di Indonesia, pemerintah telah mencarikan jalan keluar melalui pelbagai cara dan upaya, antara lain dengan menyelenggarakan dialog antartokoh agama; memfungsikan pranata-pranata agama sebagai media penyalur gagasan dan ide. Salah satu pranata agama yang selama ini diandalkan dalam menyalurkan program pemerintah tersebut adalah tokoh-tokoh agama. Tokoh-tokoh agama ini mempunyai kedudukan dan pengaruh besar di tengah-tengah masyarakatnya, karena mereka mempunyai beberapa kelebihan yang dimiliki, baik dalam ilmu pengetahuan, jabatan, keturunan dan lain sebagainya. Tokoh agama juga merupakan pemimpin informal dalam masyarakatnya, dan secara umum mereka tidak diangkat oleh pemerintah tetapi ditunjuk atas kehendak dan persetujuan dari masyarakat setempat.

Selain Tokoh Agama Pemerintah Daerah juga sangat berpengaruh dengan kerukunan antar umat beragama.. Umat beragama dan pemerintah harus melakukan upaya bersama dalam memelihara kerukunan umat beragama, di bidang pelayanan, pengaturan dan pemberdayaan. Kebijakan pemerintah dalam pembangunan nasional di bidang agama antara lain adalah meningkatkan kualitas pelayanan dan pemahaman agama, kehidupan beragama, serta peningkatan kerukunan intern dan antarumat beragama. Karena itu kerukunan umat beragama merupakan bagian terpenting dari kerukunan nasional dan merupakan syarat mutlak bagi utuhnya persatuan dan kesatuan bangsa.

Menurut Pasal 2 Peraturan Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam Negeri Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama Dan Pendirian Rumah Ibadat Nomor 8 dan Nomor 9 Tahun 2006 Pemeliharaan


(19)

6

kerukunan umat beragama adalah upaya bersama umat beragama dan Pemerintah dibidang pelayanan, pengaturan dan pemberdayaan umat beragama. Peraturan Bersama Menteri (PBM) ini merupakan pedoman kepala daerah serta masyarakat dalam memperkuat kerukunan antar dan intern umat beragama. Khususnya diera otonomi ini, karena, pertama Peraturan Bersama Menteri merupakan hasil sinergi antara masyarakat yang tergabung dalam majelis-majelis agama dan pemerintah. Satu contoh konkrit upaya jaminan dan perlindungan hukum dan hak asasi manusia untuk kebebasan beragama dan beribadah menurut agama dan kepercayaan, khususnya dalam era otonomi daerah ini.

Pemeliharaan kerukunan umat beragama baik di tingkat Daerah, Provinsi, maupun Negara pusat merupakan kewajiban seluruh warga Negara beserta instansi pemerinth lainnya. Lingkup ketentraman dan ketertiban termasuk memfalisitasi terwujudnya kerukunan umat beragama, mengkoordinasi kegiatan instansi vertikal, menumbuh kembangkan keharmonisan saling pengertian, saling menghormati, saling percaya diantara umat beragama, bahkan menerbitkan rumah ibadah. Sesuai dengan tingkatannya Forum Kerukunan Umat Beragama dibentuk di Provinsi dan Kabupaten. Dengan hubungan yang bersifat konsultatif dengan tugas melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh-tokoh masyarakat, menampung aspirasi Ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat, menyalurkan aspirasi dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan.

Bangsa Indonesia diciptakan oleh Tuhan dalam suasana kemajemukan, baik dari suku, ras agama maupun budaya. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar didunia dengan berbagai segi kemajemukan sosial-budaya akan tetap menjadi gejala yang harus selalu diperhitungkan dalam mewujudkan keutuhan dan persatuan


(20)

7

nasional, kemajemukan atau pluralitas bangsa adalah kenyataan hidup yang sudah menjadi kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa dan tidak saling mengganggu keimanan masing-masing pemeluk agama.

Dalam presfektif konflik sosial yang kerap muncul ditengah masyarakat dikarenakan lemahnya membangun sendi-sendi komunikasi antar tokoh masyarakat antar kerukunan umat beragama, dimana dengan melakukan penciptaaan kepedulian serta menyatukan persepsi penegakan konflik akan dapat berjalan sesuai dengan rasa keadilan. Hal ini sangat penting peran Pe,eri\ntah Daerah dalam mendorong keragaman sebagai potensi kebhinekaan untuk di kedepankan sebagai alat pemersatu. Dengan membangun manusia yang berwawasan kebangsaan.

Untuk mengetahui hal tersebut maka perlu di adakan penelitian dengan Judul “ Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama di Bandar Lampung “

1.2 Permasalahan

1. Bagaimanakah Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Antar Umat Beragama Di Bandar Lampung?

2. Apakah faktor Pendukung Dan Penghambat Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Antar Umat Beragama Di Bandar Lampung? 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui peranan Pemerintah Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat beragama di Bandar Lampung.


(21)

8

2) Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat Pemerintah Daerah dalam pemeliharaan kerukunan antar umat beragama di Bandar Lampung.

1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan Penelitian ini adalah :

Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan Khususnya Ilmu Hukum Administrasi Negara mengenai Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama.

Kegunaan Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama.


(22)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Peran

Menurut Margono slamet (1997:28) mengemukakan bahwa peran adalah suatu tindakan atau suatu prilaku yang perlu dilaksanakan oleh seseorang yang menempati suatu posisi tertentu dalam masyarakat. Peran tersebut meliputi peran yang telah ditetapkan sebelumnya secara normatif serta peranan yang diharapkan oleh seseorang pemegang peran.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran diartikan sebagai seperangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Kedudukan dalam hal ini diartikan sebagai posisi tertentu di dalam masyarakat yang mungkin berkedudukan tinggi, menengah, atau rendah. Kedudukan tersebut sebenarnya adalah wadah yang memiliki hak dan kewajiban tertentu, sedangkan hak dan kewajiban tersebut dapat dikatakan sebagai pemegang peran. Suatu hak sebenarnya merupakan wewenang untuk berbuat, sedangkan kewajiban adalah beban dan tugas.

Peran mencakup 3 (tiga) hal, yaitu:

1. peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peran dalam hal ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.


(23)

10

2. peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. peran juga dapat dikatakan sebagai prilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Jadi yang dimaksud dengan peran adalah aspek dinamis yang berupa tindakan ataupun prilaku yang dilaksanakan oleh orang atau lembaga yang menempati atau menduduki posisi dalam suatu sistem sosial.

2.2 Pengertian Pemerintah Daerah

Menurut Undang-undang nomor 32 tahun 2004 Pasal 1 ayat 2 yangdimaksud pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuandengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara KesatuanRepublik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Negara tahun 1945.

Melihat definisi Pemerintahan Daerah seperti yang telah dikemukakan diatas, maka yang dimaksud pemerinntahan daerah adalah penyelenggaraan daerah otonom oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi dan unsur penyelenggara pemerintah daerah adalah Gubernur, upati atau Walikota dan perangkat daera

Sedangkan menurut S. Pamudji dalam bukunya Kerja Sama Antar Daerah dalam Rangka Membina Wilayah menyebutkan bahwa yang dimaksud pemerintahan daerah adalah daerah otonom diselenggarakan secara bersama-sama oleh seorang kepala wilayah yang sekaligus merupkan kepala daerah otonom. (Pamudji, 1985:15).


(24)

11

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas, maka pengertian dari pemerintah daerah pada dasarnya sama yaitu suatu proses kegiatan antara pihak yang berwenang memberikan perintah dalam hal ini pemerintah dengan yang menerima dan melaksanakan perintah tersebut dalam hal ini masyarakat.

Pemerintah daerah memperoleh pelimpahan wewenang pemerintahan umum dari pusat, yang meliputi wewenang mengambil setiap tindakan untuk kepentingan rakyat berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Urusan pemerintahan umum yang dimaksud sebagian berangsur-angsur diserahkan kepada pemerintah daerah sebagai urusan rumah tangganya, kecuali yang bersifat nasional untuk menyangkut kepentingan umum yang lebih luas.

2.3 Tugas Pemerintah Daerah

2.3.1 Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik

Menurut Pasal 14 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Dan Satuan Polisi Pamong Praja Daerah Kota Bandar Lampung Tugas Pokok Dan Fungsi :

1.1Badan Kesatuan Bangsa dan Politik merupakan unsur pendukung tugas Walikota, mempunyai tugas Pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang Kesatuan Bangsa dan Politik. 2.1Untuk menyelengarakan tugas Pokok sebagaimana dimaksud pada Ayat

(1) Pasal ini, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik menyelenggarakan fungsi:


(25)

12

2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dibidang Kesatuan Bangsa dan Politik.

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang Kesatuan Bangsa dan Politik. 4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota dibidang Kesatuan

Bangsa dan Politik. 5. Pelayanan administratif.

Susunan Organisasi Kesatuan Bangsa Dan Politik Kota Bandar Lampung Menurut Pasal 15 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Dan Satuan Polisi Pamong Praja Daerah Kota Bandar Lampung :

Kepala Badan

Sekretariat, membawahi :

Sub Bagian Penyusunan Program, Monitoring dan Evaluasi. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

Sub Bagian Keuangan.

Bidang Budaya dan Partisipasi Politik Sub Bidang Budaya dan Etika Politik.

Sub Bidang Perundang-undangan dan Partisipasi Politik. Bidang Penanganan Masalah Strategis Daerah, membawahi : Sub Bidang Analisa Potensi Kerawanan Konflik Sosial.

Sub Bidang Rehabilitasi, Rekonsiliasi dan kontruksi komplik Sosial; Bidang Hubungan Antar Lembaga dan Ormas, membawahi :

Sub Bidang Profesi dan LSM.


(26)

13

Bidang Pengembangan Nilai – Nilai Kebangsaan, membawahi :

Sub Bidang Wawasan Kebangsaan, Idiologi dan Kewaspadaan Nasional. Sub Bidang Pembauran Kewarganegaraan, Pranata Sosial dan Budaya Bangsa.

Unit Pelaksana Teknis. Kelompok jabatan fungsional;

Bagan struktur organisasi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Bandar Lampung sebagaimana tercantum pada Lampiran V, yang merupakan bagian takterpisahkan dari Peraturan daerah ini.

Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat mempunyai fungsi:

Pengkoordinasian dan penyusunan perencanaan pembangunan dibidang pemerintahan, sumber daya manusia dan kesejahteraan rakyat.

Penetapan petunjuk pelaksanaan perencanaan dan pengendalian pembangunan dibidang pemerintahan, sumber daya manusia dan kesejahteraan rakyat.

Pelaksanaan kerjasama pembangunan antar daerah kabupaten/kota dan antar pemerintah kota dengan swasta dibidang pemerintahan, sumber daya manusia dan kesejahteraan rakyat.

Bimbingan supervisi dan konsultasi penyusunan rencana pembangunan dibidang pemerintahan, sumber daya manusia dan kesejahteraan rakyat. Pengendalian pembangunan dibidang pemerintahan, sumber daya manusia dan kesejahteraan rakyat.

Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat mempunyai 2 (dua) Sub Bidang yaitu:


(27)

14

a. Sub Bidang Pemerintahan dan Sumber Daya Manusia mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang sosial budaya dan sumber daya pemerintahan lingkup sumber daya pemerintahan dan aparatur : Untuk menjalankan tugas pokoknya, Sub Bidang Pemerintahan dan

Sumber Daya Manusia mempunyai tugas :

Mengkoordinasikan dan menyusun rencana pembangunan dibidang Kesatuan Bangsa,Politik Dalam Negeri, Perlindungan Masyarakat, Pendidikan, Pemerintahan Umum dan Kepegawaian.

Menetapkan petunjuk pelaksanaan perencanaan dan pengendalian pembangunan di Kesatuan Bangsa, Politik Dalam Negeri, Perlindungan Masyarakat, Pendidikan, Pemerintahan Umum dan Kepegawaian.

Melaksanakan kerja sama pembangunan antar daerah kabupaten/kota dan antar pemerintah kota dengan swasta dibidang Kesatuan Bangsa, Politik Dalam Negeri, Perlindungan Masyarakat, Pendidikan, Pemerintahan Umum dan Kepegawaian.

Mengendalikan pelaksanaan pembangunan dibidang Kesatuan Bangsa, Politik Dalam Negeri, Perlindungan Masyarakat, Pendidikan, Pemerintahan Umum dan Kepegawaian;

Melaksanakan bimbingan, supervisi dan konsultasi penyusunan rencana pembangunan di bidang Kesatuan Bangsa, Politik Dalam Negeri, Perlindungan Masyarakat, Pendidikan, Pemerintahan Umum dan Kepegawaian.


(28)

15

b. Sub Bidang Kesejahteraan Rakyat mempunyai tugas:

1. Mengkoordinasikan dan menyusun rencana pembangunan di bidang kesehatan, social keluarga berencana, pemberdayaan perempuan, pemberdayaan masyarakat, kependudukan dan tenaga kerja.

2. Menetapkan petunjuk pelaksanaan perencanaan dan pengendalian pembangunan di bidang kesehatan, social, keluarga berencana, pemberdayaan perempuan, pemberdayaan masyarakat, kependudukan dan tenaga kerja.

3. Melaksanakan kerjasama pembangunan antardaerah kabupaten/kota dan antarpemerintah kota dengan swasta di bidang kesehatan, sosial, keluarga berencana, pemberdayaan perempuan, pemberdayaan masyarakat, kependudukan dan tenaga kerja.

4. Mengendalikan pelaksanaan pembangunan di bidang kesehatan, social, keluarga berencana, pemberdayaan perempuan, pemberdayaan masyarakat, kependudukan dan tenaga kerja.

5. Melaksanakan bimbingan, supervisi dan konsultasi penyusunan rencana pembangunan di bidang kesehatan, social, keluarga berencana, pemberdayaan perempuan, pemberdayaan masyarakat, kependudukan dan tenaga kerja.

6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

2.3.2 Tugas Dan Kewajiban Pemerintah Daerah

Menurut Pasal 6 ayat 1 Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Tentang Pedoman dan Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat


(29)

16

Beragama Dan Pendirian Rumah Ibadat, Tugas dan kewajiban Pemerintah Daerah meliputi :

a) Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kewrukunan umat beragama.

b) Mengkoordinasikan kegiatan instansi vertikal dalam kerukunan umat beragama

c) Menumbuhkan keharmonisan,saling pengertian, menghormati dan percaya diantara umat beragama.

d) Membina dan mengkoordinasi Camat, Lurah, atau Kepala Desa dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah di bidang ketentraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama

e) Menertibkan Izin Mendirikan Bangunan rumah ibadat.

Tugas pemerintah daerah harus memberikan bimbingan dan pelayanan agar setiap penduduk dalam melaksanakan ajaran agamanya dapat berlangsung dengan rukun, lancar dan tertib, baik intern maupun antar umat beragama. Pemerintah Daerah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya mempunyai kewajiban memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat. Dalam menyikapi kemajemukan agama, Pemerintah berkewajiban untuk memberikan jaminan kebebasan beragama dan memelihara kerukunan umat beragama dengan mengacu pada empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam melaksanakan tugasnya Pemerintah berpedoman pada landasan yuridis sebagai berikut :


(30)

17

Undang-Undang Dasar 1945, khususnya Pasal 28E, 28I, 28J, dan 29 yang pada intinya bahwa setiap warga bebas dan berhak untuk memeluk agama dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu, negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu, namun dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk pada pembatasan yang ditetapkan dengan Undang-Undang.

Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia khususnya Pasal 70 dan Pasal 73 yang mewajibkan setiap orang untuk tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dalam Undang-Undang, dan bahwa hak dan kebebasan setiap orang dapat dibatasi dengan Undang-Undang.

Undang-Undang No. 12 tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik, dimana pada pasal 18 kovenan mengatur tentang kebebasan beragama, dan bahwa kebebasan tersebut dibatasi dengan Undang-Undang.

Undang-Undang No. 1/PNPS tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama yang isinya setiap orang dilarang dengan sengaja di muka umum menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum untuk melakukan penafsiran tentang suatu agama yang dianut di Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan keagamaan dari agama itu, penafsiran dan kegiatan mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran itu.


(31)

18

Undang-Undang No. 8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan yang mengatur tentang pembentukan, hak dan kewajiban, kewenangan Pemerintah untuk melakukan pembinaan, dan pembekuan, serta pembubaran organisasi kemasyarakatan.

Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1986 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan yang mengatur persyaratan pembentukan, fungsi, hak dan kewajiban, keanggotaan dan pengurus, pembinaan dan tata cara pembentukan serta pembubaran organisasi kemasyarakatan.

Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1979 tentang Tata Cara Pelaksanaan PenyiaraYi' Agama dan Bantuan Luar Negeri Kepada Lembaga Keagamaan di Indonesia, yang mengatur kegiatan penyiaran agama, objek penyiaran, bentuk dan mekanisme bantuan luar negeri dan kewenangan Kepala Daerah dalam pengawasan penyiaran agama dan bantuan keagamaan.

Peraturan Bersama Menteri Agama dan ivienteri Dalam Negeri No. 9 dan 8 tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat yang mengatur, antara lain, tugas kepala daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama, forum kerukunan umat beragama, dan pendirian rumah ibadah.

Surat Keputusan Bersama Menteri Agama, Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri Rl Nomor 3 Tahun 2008, KEP-033/A/JA-6/2008, Nomor 199 Tahun 2008


(32)

19

tentang Peringatan dan Perintah Kepada Penganut, Anggota, dan/atau Anggota Pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) dan Warga Masyarakat.

2.4 Kerukunan Antar Umat Beragama

Kerukunan dalam kehidupan akan dapat melahirkan karya – karya besar yang bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan hidup. Sebaliknya konflik pertikaian dapat menimbulkan kerusakan di bumi. Manusia sebagai mahkluk social membutuhkan keberadaan orang lain dan hal ini akan dapat terpenuhi jika nilai-nilai kerukunan tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat. Kerukunan dapat diklasifikan menjadi dua yaitu kerukunan antar umat islam dan kerukunan antar umat baragama atau antar umat manusia pada umumnya.

Kerukunan umat beragama merupakan dambaan setiap umat, manusia. Sebagian besar umat beragama di dunia, ingin hidup rukun, damai dan tenteram dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan ibadahnya. Bangsa Indonesia diciptakan oleh Tuhan dalam suasana kemajemukan, baik dari suku, ras agama maupun budaya. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar didunia dengan berbagai segi kemajemukan sosial-budaya akan tetap menjadi gejala yang harus selalu diperhitungkan dalam mewujudkan keutuhan dan persatuan nasional, kemajemukan atau pluralitas bangsa adalah kenyataan hidup yang sudah menjadi kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa dan tidak saling mengganggu keimanan masing-masing pemeluk agama.

Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 manyatakan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaan itu. Peryataan tersebut mengandung arti bahwa


(33)

20

keanekaragaman pemeluk agama yang ada di Indonesia diberi kebebasan untuk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Namun demikian kebebasan tersebut harus dilakukan dengan tidak mengganggu dan merugikan umat beragama lain, karena terganggunya hubungan antar pemeluk berbagai agama akan membawa akibat yang dapat menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Berbagai kebijakan dan program dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan Ketahanan Nasional yang kokoh, yaitu melalui kesejahteraan rakyat, meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan ketahanan budaya. Agama mempunyai kedudukan dan peran yang sangat penting dan strategis, utamanya sebagai landasan spiritual, moral dan etika dalam pembangunan Ketahanan Nasional yang kokoh. Agama sebagai sistem nilai seharusnya dipahami dan diamalkan oleh setiap individu, keluarga, masyarakat serta menjiwai kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sementara itu dalam dinamika kehidupan beragama di Indonesia seringkali dijumpai kelompok, gerakan atau aliran keagamaan yang dianggap menyimpang dari kaidah, ibadah atau pendirian yang dianut oleh mayoritas umat. Karena itu, keberadaan mereka seringkali eksklusif, radikal atau ekstrim serta memiliki fanatisme buta, kelompok semacam ini kerap disebut dengan istilah sempalan atau sekte yang menyimpang. Disini pula letak kekurangan kalangan yang sering menyuarakan sikap-sikap tolensi agama.

Kerukunan umat beragama sangat kita perlukan, agar kita semua bisa menjalani kehidupan beragama dan bermasyarakat di bumi Indonesia ini dengan damai,


(34)

21

sejahtera, dan jauh dari kecurigaan kepada kelompok-kelompok lain. Dengan begitu, agenda-agenda kemanusiaan yang seharusnya dilakukan dengan kerja sama antaragama, seperti memberantas kemiskinan, memerangi kebodohan, mencegah korupsi, membentuk pemerintahan yang bersih, serta memajukan bangsa, dapat segera dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Agenda-agenda tersebut, jelas tidak dapat dilaksanakan dengan optimal, jika masalah kerukunan umat beragama belum terselesaikan. Fakta menjelaskan meskipun setiap agama mengajarkan tentang kedamaian dan keselarasan hidup, realitas menunjukkan pluralisme agama bisa memicu pemeluknya saling berbenturan dan bahkan terjadi konflik. Konflik jenis ini dapat mempunyai dampak yang amat mendalam dan cenderung meluas. Bahkan implikasinya bisa sangat besar sehingga berisiko sosial, politik maupun ekonomi yang besar pula.

Kerukunan antar umat manusia pada umumnya baik seagama maupun luar agama dapat diwujudkan apabila satu sama lain dapat saling menghormati dan menghargai. Dalam ajaran islam seorang muslim tidak dibolehkan mencacimaki orang tuanya sendiri. Artinya jika seseorang mencacimaki orang tua saudaranya, maka orang tuanya pun akan dibalas oleh saudaranya untuk dicaci maki. Demikian pula mencaci maki tuhan atau peribadatan agama lain, maka akibatnya pemeluk agama lain pun akan mecaci maki tuhan kita. Sejalan dengan agama ini agar pemeluk agama lain pun menghargai dan menghormati agama islam.

Dialog intern umat beragama juga merupakan bagian tidak terpisahkan dari kerukunan kehidupan umat beragama, yang pada dasarnya merupakan upaya mempertemukan hati dan pikiran di kalangan sesama penganut agama, baik sesama


(35)

22

umat Islam maupun dengan umat beragama lainnya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara kasatmata pemimpin agama berperan penting merancang dan melaksanakan dialog intern umat beragama, antarumat beragama, dan antara umat beragama dan pemerintah. Baik dari kalangan pemuka agama Islam; ulama, cendekiawan Muslim, mubaligh, dai, dan kiai maupun pemimpin kelompok keagamaan dari kalangan penganut dan pemimpin agama Kristen/Katolik, Hindu, maupun Buddha.

2.5 Pengertian Kerukunan Umat Beragama

Kerukunan umat bragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Umat beragama dan pemerintah harus melakukan upaya bersama dalam memelihara kerukunan umat beragama, di bidang pelayanan, pengaturan dan pemberdayaan. Sebagai contoh yaitu dalam mendirikan rumah ibadah harus memperhatikan pertimbangan Ormas keagamaan yang berbadan hokum dan telah terdaftar di pemerintah daerah.

Pemeliharaan kerukunan umat beragama baik di tingkat Daerah, Provinsi, maupun Negara pusat merupakan kewajiban seluruh warga Negara beserta instansi pemerinth lainnya. Lingkup ketentraman dan ketertiban termasuk memfalisitasi terwujudnya kerukunan umat beragama, mengkoordinasi kegiatan instnsi vertical, menumbuh kembangkan keharmonisan saling pengertian, saling menghormati, saling percaya diantara umat beragama, bahkan menerbitkan rumah ibadah.


(36)

23

Kerukunan antar umat islam didasarkan pada akidah islamnya dan pemenuhan kebutuhan social yang digambar kan bagaikan satu bangunan, dimana umat islam satu sama lain saling menguatkan dan juga digambarkan seperti satu tubuh;jika ada bagian tubuh yang sakit maka seluruh anggota tuybuh merasakan sakit. Hal ini berbeda dengan kerukunan antar umat beragama atau umat manusia pada umumnya. Kerukunan antar umat beragama didasarkan pada kebutuhan social dimana satu sama lain saling membutuhkan agar kebutuhan-kebutuhan hidup dapat terpenuhi. Sesuai dengan tingkatannya Forum Krukunan Umat Beragama dibentuk di Provinsi dan Kabupaten. Dengan hubungan yang bersifat konsultatif gengan tugas melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh-tokoh masyarakat, menampung aspirasi Ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat, menyalurkan aspirasi dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan.

Kerukunan antar umat beragama dapat diwujudkan dengan :

Saling tenggang rasa, saling menghargai, toleransi antar umat beragama. Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu.

Melaksanakan ibadah sesuai agamanya.

Mematuhi peraturan keagamaan baik dalam Agamanya maupun peraturan Negara atau Pemerintah.

Dengan demikian akan dapat tercipta keamanan dan ketertiban antar umat beragama, ketentraman dan kenyamanan di lingkungan masyarakat berbangsa dan bernegara. 2.6 Pengertian Kerukunan Umat Beragama Menurut Islam


(37)

24

Kerukunan umat beragama dalam islam yakni Ukhuwah Islamiah. Ukhuah islamiah berasl dari kata dasar “Akhu” yang berarti saudara, teman, sahabat, Kata “Ukhuwah” sebagai kata jadian dan mempunyai pengertian atau menjadi kata benda abstrak persaudaraan, persahabatan, dan dapat pula berarti pergaulan. Sedangkan Islaiyah berasal dari kata Islam yang dalam hal ini menjadi atau memberi sifat Ukhuwah, sehingga jika dipadukan antara kata Ukhuwah dan Islamiyah akan berarti persaudaraan islam atau pergaulan menurut islam.

Pengertian Ukhuah Islamiyah adalah gambaran tentang hubungan antara orang-orang islam sebagai satu persaudaraan, dimana antara yang satu dengan yang lain seakan akan berada dalam satu ikatan. Ada hadits yang mengatakan bahwa hubungan persahabatan antara sesame islam dalam menjamin Ukhuwah Islamuah yang berarti bahwa antara umat islam itu laksana satu tubuh, apabila sakit salah satu anggota badan itu, maka seluruh badan akan merasakan sakitnya. Dikatakan juga bahwa umat muslim itu bagaikan sutu bangunan yang saling menunjang satu sama lain.

Pelaksanaan Ukhuwah Islamiyah menjadi actual, bila dihubungkan dengan masalah solidaritas social. Bagi umat Islam, Ukhuwah Islamiyah adalah suatu yang masyru’ artinya diperintahkan oleh agama. Kata persatuan, kesatuan, dan solidaritas akan terasa lebih tinggi bobotnya bila disebut dengan Ukhuwah. Apabila bila kata Ukhuwah dirangkaikan dengan kata Islamiyah, maka ia akan menggambarkan satu bentuk dasar yakni Persaudaraan Islam merupakan potensi yang obyektif.

Ibadah seperti zakat, sedekah, dan lain-lain mempunyai hubungan konseptual dengan cita ukhuwah islamiyah. Ukhuwah islamiyah itu sendiri bukanlah tujuan,


(38)

25

Ukhuwah Islamiyah adalah kesatuan yang menjelmakan kerukunan hidup umat dan bangs, juga untuk kemajuan agama, Negara, dan kemanusiaan. “Janganlah bermusuh- musuhan, maka Allah menjinakan antara hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara” (QS. Ali Imran: 103) Artinya: “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai dan berselisih sesudah dating keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. (QS. Ali Imran 105).


(39)

26

III METODE PENELITIAN

Pendekatan Masalah

Untuk memperoleh data yang relevan guna memperoleh jawaban atas permasalahan yang akan diteliti, maka pendekatan masalah yang dipergunakan adalah pendekatan normativ dan pendekatan empiris. Pendekatan normative adalah pendekatan yang dilakukan dengan mengumpulkan bahan-bahan hukum berupa undang-undang, peraturan-peraturan yang berkaitan dengan masalah yang akan di teliti. Sedangkan pendektan empiris adalah dengan cara mengumpulkan dan mempelajari informasi secara langsung dilapangan.

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer akan diperoleh atau bersumber dari kegiatan penelitian di lapangan yakni berupa hasil pengamatan dan wawancara terbuka dengan responden yang berkompeten terhadap masalah dalam penelitian. Data sekunder diperoleh melaui studi kepustakaan dan setudi dokumentasi terhadap hukum dan undang-undang yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Data sekunder dalam penelitian normatif terdiri dari :


(40)

27

Data sekunder bahan hukum sekunder, berupa surat-surat keputusan yang penjelasan terhadap dat sekunder bahan hukum primer dan sekunder memeberikan penjelasan terhadap bahan hukum primerd

Data sekunder, bahan hukum tersier, berupa data yang memeberikan penjelasan terhadap data sekunder bahan hukum primer dan data sekunder bahan hukum sekunder.

Prosedur Pengumpulan Data

Mengingat penelitian ini bersumber pada pengelolaan data normatif dan pendekatan empiris, maka dalam pengumpulan datanya dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan

Merupakan pengumpulan literatur-literatur serta menelaah studi yang ada diperpustakaan guna menyusun pokok bahasan. Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dapat disebut dengan skunder(soerjono soekamto, 1988:22). Studi Lapangan

2. Studi lapangan

Merupakan suatu usaha pengumpulan data dengan cara melakukan kegiatan penelitian lapangan secara langsung. Teknik yang digunakan yaitu dengan teknik wawancara terbuka terhadap narasumber maupun pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini.


(41)

28

Prosedur Pengolahan Data

Apabila data yang diperoleh dari studi pustaka dan studi lapangan telah cukup, maka selanjutnya adalah melakukan pengolahan data yakni dengan cara sebagai berikut :

Pemeriksaan data, yaitu berupa penentuan data sesuai dengan pokok bahasan apabila ada kemungkinan kurang atau keliru.

Klasifikasi data, yaitu menentukan data yang sesuai dengan pokok bahasannya masing-masing.

Penyusunan data, yaitu menetapkan data pada tiap kerangka bahasan pada permasalahan yang akan diteliti.

Analisis Data

Dalam penelitian ini analisa data dilakukan secara kualitatif, yaitu dengan memberikan arti terhadap data dan disajikan dalam bentuk kalimat untuk selanjutnya ditarik kesimpulan guna menjawab permasalahan dalam penelitian terhadap peran pemerintah daerah dalam menjaga kerukunan umat beragama di Bandar Lampung.


(42)

50

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penulis di kota Bandar lampung maka dapat

disimpulkan bahwa peran pemerintah dalam pemeliharaan kerukunan umat

beragama di Bandar lampung adalah dengan memfasilitasi kegiatan yang

berhubungan dengan kerukunan keagamaan, dan membangun organisasi keagamaan

yang mengurus konflik antar umat beragama yaitu Forum Kerukunan Umat

Beragama, serta melakukan sosialisasi terhadap Peraturan bersama menteri agama

dan menteri dalam negeri nomor 9 dan nomor 8 tahun 2006 tentang pedoman

pelaksanaan tugas kepala daerah atau wakil kepala daerah dalam pemeliharaan

kerukunan umat beragama, pemberdayan forum kerukunan umat beragama, dan

pendirian rumah ibadat.

Faktor pendukung peranan pemerintah dalam pemeliharaan kerukunan umat

beragama di Bandar lampung menurut sekretaris kesatuan bangsa dan politik kota

Bandar lampung HM. Sueb Nurdin, S.H dan Kepala bidang pemerkaji masalah

strategis daerah kesatuan bangsa dan politik kota Bandar lampung adalah :

1.

Adanya dorongan dari instansi terkait untuk dapat berperan serta dalam

pemeliharaan kerukunan umat beragama di Bandar lampung yaitu kepolisian

dan kodim.


(43)

51

2.

Mulai tumbuhnya tingkat kesadaran masyarakat untuk menciptakan suatu

keadaan yang aman dan tertib dilingkungan kota Bandar lampung.

Pemerimtah kota Bandar lampung sendiri menyatakan bahwa ada faktor yang

mendukung dan yang menjadi penghambat dalam pemeliharaan kerukunan umat

beragam di Bandar lampung ini, setelah dilakukan wawancara oleh penulis berikut

Faktor pengahambat peranan pemerintah daerah kota Bandar lampung dalam

pemeliharaan kerukunan umat beragama adalah :

1.

Kurangnya pengetahuan masyarakat kota Bandar lampung tentang Peraturan

Bersama Mentri Agama dan Mentri Dalam Negri No. 9 dan No. 8 Tahun

2006, khususnya pada Bab II Pasal 2, hal ini disebabkan karena pemerintah

daerah belum mensosialisasikan dengan baik Peraturan Bersama Mentri

Agama dan Mentri Dalam Negri No. 9 dan No. 8 Tahun 2006 ini.

2.

Pemerintah juga mengalami kesulitan dalam mengumpulkan para pemuka

agama di kota Bandar lampung ini karena para pemuka agama tersebut

mempunyai kepentingan masing-masing dan hanya mengutus bawahannya

sehingga sosialisasi kurang begitu efektif.

3.

Anggaran yang terbatas membuat pemerintah daerah kota Bandar lampung

jarang untuk melakukan kegiatan sosialisasi.

4.

Masyarakat terkadang merasa malu untuk melaporkan atau menyelesaikan

perselisihan yang terjadi padanya dan menganggap bahwa bila ia melaporkan

atau menyelesaikan melalui tingkat pemerintah daerah kota Bandar lampung

berarti ia membuka aib sendiri dilingkungan tempat tinggalnya.


(44)

52

5.2 Saran

1.

Agar pemerintah daerah untuk lebih mensosialisasikan Peraturan Bersama

Mentri Agama dan Mentri Dalam Negri No. 9 dan No. 8 Tahun 2006 dan

peraturan perundangan yang berlaku dengan cara melakukan

penyuluhan-penyuluhan sehingga tercipta suatu kehidupan masyarakat yang harmonis.

2.

Himbauan kepada masyarakat kota Bandar lampung apabila terjadi perselisihan

antar umat beragama hendaknya melaporkan kepada forum kerukunan umat

beragama kota Bandar lampung agar dapat diselesaikan secara musyawarah.


(45)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

………..………

.

…….1

1.2 Permasalahan………

..

………

.

…………7

1.3 Tujuan Penelitian………

.

………7

1.4 Kegunaan Penelitian……….…

.

…………..8

1.) Kegunaan Teoritis

……….…………8

2.) Kegunaan Praktis……….……….………8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Peran……….………

.

..

….9

2.2 Pengertian Pemerintah Daerah………

..

……10

2.3 Tugas Pokok Dan Fungsi Pemerintah Daera

h………… ………

...

…………

..

……11

2.3.1

Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik…………

.

……….11

2.3.2

Tugas Dan Kewajiban Pemerintah Daerah………

.

………..16

2.4 Kerukunan Antar Umat Beragama………

.

..……..19

2.5 Pengertian Ker

ukunan Antar Umat Beragama………..………

.

…..…..22

2.6 Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama Menurut Islam………..………...……….24

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan

Masalah………

.

……….26

3.2 Sumber Data………

....

……..

26

3.3 Prosedur Pengumpulan Data……….………27

3.4 Prosedur Pengolahan Data……….………28


(46)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Pen

elitian…………..………..29

4.1.1 Sejarah Berdirinya Kota Ba

ndar Lampung………..………..31

4.1.2 Struktur Pemerint

ahan………..………..32

4.2 Peranan Pemerintah Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama di Kota

Bandar Lampung

………...………33

4.2.1 Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama

………

..34

4.2.2 Koordinasi Kegiatan Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama

.

……

....36

4.2.3

Menumbuhkan Keharmonisan Diantara Umat Beragama

…..………

.

.37

4.2.4.

Membina Dan Mengkoordinasi Camat, Lurah atau Kepala Desa Dalam

Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama

………...37

4.2.4 Tugas Pokok Dan Fungsi Kecamatan

………...………38

4.2.6 Menertibkan Izin Mendirikan Bangunan ru

mah ibadat………...………….40

4.3 Pembentukan FK

UB………..41

4.3.1 Tugas FKUB

………...

..42

4.3.2 Keanggotaan FKUB

……….

42

4.3.3 Keanggotaan Dewan Penasihat FKUB

……….

44

4.4

Faktor Pendukung Dan Penghambat Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemeliharaan

Kerukunan Umat Beragama Di Kota Bandar Lampung

4.4.1 Faktor Pendukung……….……….…..48

4.4.2 Faktor Penghambat………..

.49

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

………50


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Soerjono Soekanto,

Pengantar Penelitian Hukum

, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1985

D. Hendrapuspito, O.C, 1984,

Sosiologi Agama

, Kanisius, Yogyakarta

Robert John Ackerman, 1991,

Agama Sebagai Kritik

, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta.

H. Siswanto Sunarno, 2006,

Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia

, Sinar Grafika,

Jakarta.

H. Zainudin Ali, 2006,

Sosiologi Hukum

, Sinar Grafika, Jakarta

Undang-Undang Dasar 1945

Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan 9 Tahun 2006

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 05 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan

Tata Kerja Kecamatan Dan Kelurahan Kota Bandar Lampung


(1)

50

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penulis di kota Bandar lampung maka dapat disimpulkan bahwa peran pemerintah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama di Bandar lampung adalah dengan memfasilitasi kegiatan yang berhubungan dengan kerukunan keagamaan, dan membangun organisasi keagamaan yang mengurus konflik antar umat beragama yaitu Forum Kerukunan Umat Beragama, serta melakukan sosialisasi terhadap Peraturan bersama menteri agama dan menteri dalam negeri nomor 9 dan nomor 8 tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan tugas kepala daerah atau wakil kepala daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayan forum kerukunan umat beragama, dan pendirian rumah ibadat.

Faktor pendukung peranan pemerintah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama di Bandar lampung menurut sekretaris kesatuan bangsa dan politik kota Bandar lampung HM. Sueb Nurdin, S.H dan Kepala bidang pemerkaji masalah strategis daerah kesatuan bangsa dan politik kota Bandar lampung adalah :

1. Adanya dorongan dari instansi terkait untuk dapat berperan serta dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama di Bandar lampung yaitu kepolisian dan kodim.


(2)

51

2. Mulai tumbuhnya tingkat kesadaran masyarakat untuk menciptakan suatu keadaan yang aman dan tertib dilingkungan kota Bandar lampung.

Pemerimtah kota Bandar lampung sendiri menyatakan bahwa ada faktor yang mendukung dan yang menjadi penghambat dalam pemeliharaan kerukunan umat beragam di Bandar lampung ini, setelah dilakukan wawancara oleh penulis berikut Faktor pengahambat peranan pemerintah daerah kota Bandar lampung dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama adalah :

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat kota Bandar lampung tentang Peraturan Bersama Mentri Agama dan Mentri Dalam Negri No. 9 dan No. 8 Tahun 2006, khususnya pada Bab II Pasal 2, hal ini disebabkan karena pemerintah daerah belum mensosialisasikan dengan baik Peraturan Bersama Mentri Agama dan Mentri Dalam Negri No. 9 dan No. 8 Tahun 2006 ini.

2. Pemerintah juga mengalami kesulitan dalam mengumpulkan para pemuka agama di kota Bandar lampung ini karena para pemuka agama tersebut mempunyai kepentingan masing-masing dan hanya mengutus bawahannya sehingga sosialisasi kurang begitu efektif.

3. Anggaran yang terbatas membuat pemerintah daerah kota Bandar lampung jarang untuk melakukan kegiatan sosialisasi.

4. Masyarakat terkadang merasa malu untuk melaporkan atau menyelesaikan perselisihan yang terjadi padanya dan menganggap bahwa bila ia melaporkan atau menyelesaikan melalui tingkat pemerintah daerah kota Bandar lampung berarti ia membuka aib sendiri dilingkungan tempat tinggalnya.


(3)

52

5.2 Saran

1. Agar pemerintah daerah untuk lebih mensosialisasikan Peraturan Bersama Mentri Agama dan Mentri Dalam Negri No. 9 dan No. 8 Tahun 2006 dan peraturan perundangan yang berlaku dengan cara melakukan penyuluhan-penyuluhan sehingga tercipta suatu kehidupan masyarakat yang harmonis.

2. Himbauan kepada masyarakat kota Bandar lampung apabila terjadi perselisihan antar umat beragama hendaknya melaporkan kepada forum kerukunan umat beragama kota Bandar lampung agar dapat diselesaikan secara musyawarah.


(4)

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………..……….…….1

1.2 Permasalahan………..……….…………7

1.3 Tujuan Penelitian……….………7

1.4 Kegunaan Penelitian……….….…………..8

1.) Kegunaan Teoritis……….…………8

2.) Kegunaan Praktis……….……….………8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peran……….……….…..….9

2.2 Pengertian Pemerintah Daerah………..……10

2.3 Tugas Pokok Dan Fungsi Pemerintah Daerah………… ………...…………..……11

2.3.1Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik………….……….11

2.3.2Tugas Dan Kewajiban Pemerintah Daerah……….………..16

2.4 Kerukunan Antar Umat Beragama………...……..19

2.5 Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama………..……….…..…..22

2.6 Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama Menurut Islam………..………...……….24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PendekatanMasalah……….……….26

3.2 Sumber Data………....……..26

3.3 Prosedur Pengumpulan Data……….………27

3.4 Prosedur Pengolahan Data……….………28


(5)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian…………..………..29

4.1.1 Sejarah Berdirinya Kota Bandar Lampung………..………..31

4.1.2 Struktur Pemerintahan………..………..32

4.2 Peranan Pemerintah Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama di Kota Bandar Lampung………...………33

4.2.1 Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama………..34

4.2.2 Koordinasi Kegiatan Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama….……....36

4.2.3Menumbuhkan Keharmonisan Diantara Umat Beragama…..……….….37

4.2.4.Membina Dan Mengkoordinasi Camat, Lurah atau Kepala Desa Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama………...37

4.2.4 Tugas Pokok Dan Fungsi Kecamatan………...………38

4.2.6 Menertibkan Izin Mendirikan Bangunan rumah ibadat………...………….40

4.3 Pembentukan FKUB………..41

4.3.1 Tugas FKUB………...42

4.3.2 Keanggotaan FKUB……….42

4.3.3 Keanggotaan Dewan Penasihat FKUB……….44

4.4 Faktor Pendukung Dan Penghambat Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama Di Kota Bandar Lampung 4.4.1 Faktor Pendukung……….……….…..48

4.4.2 Faktor Penghambat………...49

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan………50


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1985 D. Hendrapuspito, O.C, 1984,Sosiologi Agama, Kanisius, Yogyakarta

Robert John Ackerman, 1991,Agama Sebagai Kritik, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta. H. Siswanto Sunarno, 2006,Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia, Sinar Grafika,

Jakarta.

H. Zainudin Ali, 2006,Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta Undang-Undang Dasar 1945

Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan 9 Tahun 2006 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 05 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kecamatan Dan Kelurahan Kota Bandar Lampung