PENGAWASAN TERHADAP KEBERADAAN ORANG ASING OLEH KANTOR IMIGRASI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

MONITORING TO FOREIGNER EXISTENCE BY IMMIGRATION

OFFICE IN BANDAR LAMPUNG

By

Raden Hidayatullah Akbar

The immigration breach is still happening in Bandar Lampung, including the

breach of staying permission due date by foreigners. Therefore, monitoring needs

to be done to foreigner existence in Bandar Lampung. Law number 6 in 2011

about immigration rules the monitoring of foreigner existence; the Article 66

clause (22) letter b states that immigration monitoring includes monitoring to

foreigner traffic coming in and out Indonesia regions, and monitoring to the

existence and activity of foreigner in Indonesia regions. Monitoring of foreigner

existence is conducted when foreigners come in, are inside, and come out of

Indonesia regions. The foreigner monitoring is preventive and repressive in

nature. The preventive monitoring is conducted by requiring foreigner to complete

requirements to stay in Bandar Lampung. This conducted for foreigners in order

to keep them not to disturb order and security in Bandar Lampung. Repressive

monitoring is conducted when foreigners breach immigration and commit crimes

in Indonesia regions.

The problems of the research are: (1) how does the monitoring to foreigners by

Immigration Office in Bandar Lampung? (2) what are inhibiting factors of

foreigner existence monitoring by Immigration Office in Bandar Lampung?

This research uses normative and empirical approaches. Normative approach is

conducted by collecting and studying books, documents, and current applied

regulations, relating to discussed problems in this research. Empirical approach is

conducted by observing to facts in the field in conducting the regulations about

foreigner existence monitoring by Immigration Office in Bandar Lampung.

The results show that foreigner existence monitoring by Immigration Office in

Bandar Lampung is conducted by administrative and field monitoring.

Administrative monitoring is conducted by making list of foreigner names and

issuances of monitoring cards and visiting permission cards. Filed monitoring

includes monitoring, observing, tracking, and following. Inhibiting factors to the

foreigner existence by Immigration Office in Bandar Lampung is the limited fund

for monitoring operation and less officer numbers. This includes preventive and


(2)

repressive monitoring of foreigner breaching stay permission due date or

committing crime endangering safety and welfare of Indonesian people, and to be

deported to their origins.

The researcher suggests the Immigration Office to improve their monitoring to

foreigner existence in Bandar Lampung by involving other institutions as well as

public participation. The operational budget for monitoring by Immigration Office

needs to increase for improving foreigner existence monitoring optimally. The

Immigration Office in Bandar Lampung should increase well educated and trained

field officers.


(3)

PENGAWASAN TERHADAP KEBERADAAN ORANG ASING OLEH

KANTOR IMIGRASI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

Raden Hidayattullah Akbar

Pelanggaran keimigrasian masih terjadi di Kota Bandar Lampung. Pelanggaran

keimigrasian tersebut, antara lain pelanggaran batas waktu izin tinggal yang

dilakukan oleh orang asing. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawasan terhadap

keberadaan orang asing di Kota Bandar Lampung. Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2011 tentang Keimigrasian telah mengatur mengenai pengawasan

keberadaan orang asing, yaitu dalam Pasal 66 ayat (2) huruf b yang menyatakan

pengawasan keimigrasian meliputi pengawasan terhadap lalu lintas orang asing

yang masuk atau ke luar Wilayah Indonesia serta pengawasan terhadap

keberadaan dan kegiatan orang asing di Wilayah Indonesia. Pengawasan terhadap

keberadaan orang asing dilakukan pada saat orang asing masuk, berada dan ke

luar wilayah Indonesia. Pengawasan terhadap keberadaan orang asing bersifat

preventif dan respresif. Pengawasan yang sifatnya preventif dilakukan dengan

mewajibkan orang asing untuk melengkapi berbagai persyaratan untuk dapat

tinggal di Kota Bandar Lampung. Ini dilakukan agar orang asing yang berada di

Kota Bandar Lampung tidak mengganggu keamanan dan ketentaraman.

Pengawasan respresif dilakukan pada saat orang asing telah melakukan

pelanggaran keimigrasian atau melakukan tindak pidana di Wilayah Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut, Penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: (1)

Bagaimanakah pengawasan terhadap keberadaan orang asing oleh Kantor Imigrasi

di Kota Bandar Lampung? (2) Apakah faktor penghambat pengawasan terhadap

keberadaan orang asing oleh Kantor Imigrasi di Kota Bandar Lampung?

Pendekatan masalah dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua

metode pendekatan yaitu pendekatan secara normatif dan pendekatan secara

empiris. Pendekatan secara normatif, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan


(4)

cara mengumpulkan dan mempelajari buku-buku, dokumen-dokumen, dan

peraturan-peraturan yang berlaku, yang ada kaitannya atau hubungannya dengan

permasalahan yang sedang dibahas, sedangkan pendekatan secara empiris yaitu

pendekatan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan terhadap kenyataan

yang ada di lapangan dalam rangka pelaksanaan peraturan-peraturan yang berlaku

khususnya mengenai pengawasan terhadap keberadaan orang asing oleh Kantor

Imigrasi di Kota Bandar Lampung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kantor Imigrasi Kota Bandar Lampung

dalam melaksanakan pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing

di wilayah Kota Bandar Lampung terdiri dari pengawasan administrasif dan

pengawasan lapangan. Pengawasan administratif yang dilakukan oleh Kantor

Imigrasi Kota Bandar Lampung dilakukan dengan cara penyusunan daftar nama

orang asing, penerbitan atau pembuatan kartu pengawasan dan pengawasan

pemegang izin kunjungan.

Pengawasan lapangan meliputi pemantauan,

pengamatan, pelacakan dan pembuntutan. Faktor-faktor penghambat pengawasan

terhadap keberadaan orang asing oleh kantor imigrasi di Kota Bandar Lampung

adalah jumlah dana operasional pengawasan yang terbatas dan jumlah petugas

lapangan yang masih kurang, hal ini termasuk dalam pengawasan preventif dan

Orang asing yang melakukan pelanggaran batas waktu izin tinggal atau

melakukan tindak pidana lainnya yang dapat mengancam keselamatan dan

kesejahteraan rakyat Indonesia akan di pulangkan kembali ke Negara asal orang

asing tersebut, hal ini termasuk dalam pengawasan represif.

Adapun saran yang diusulkan penulis berkaitan dengan pengawasan terhadap

keberadaan orang asing oleh kantor imigrasi di Bandar Lampung adalah

sebaiknya Kantor Imigrasi lebih meningkatkan pengawasan orang asing yang ada

di Kota Bandar Lampung dengan melibatkan instansi lain dan peran serta

masyarakat. Sebaiknya anggaran dana operasional Kantor Imigrasi untuk

kepentingan pengawasan harus ditingkatkan, dengan dana operasional yang

memadai, pengawasan terhadap keberadaan orang asing diharapkan dapat berjalan

secara optimal. Selain itu, petugas pengawas lapangan yang terdidik dan terlatih di

Kantor Imigrasi Kota Bandar Lampung harus ditambah jumlahnya.


(5)

I. PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Dampak era globalisiasi telah mempengaruhi sistem perekonomian negara Indonesia dan untuk mengantisipasinya diperlukan perubahan peraturan perundang-undangan, baik di bidang ekonomi, industri, perdagangan, transportasi, ketenagakerjaan, maupun di bidang lalu lintas orang dan barang. Perubahan tersebut diperlukan untuk meningkatkan itensitas hubungan negara Indonesia dengan dunia internasional yang mempunyai dampak besar terhadap pelaksanaan fungsi keimigrasian.

Ketentuan keimigrasian yang bersifat universal berimplikasi kepada setiap negara memiliki wewenang untuk mengizinkan atau melarang seseorang untuk masuk maupun keluar suatu negara. Berdasarkan pengakuan universal tersebut, keberadaan peraturan keimigrasian merupakan atribut yang sangat penting dalam menegakkan kedaulatan hukum suatu negara di dalam wilayah teritorial negara yang bersangkutan dan setiap orang asing memasuki wilayah suatu negara akan tunduk pada hukum negara tersebut sebagaimana halnya warga itu sendiri (Yudha Bhakti, 2003: 19-17).

Untuk mengatur berbagai macam warga negara asing yang keluar dan masuk ke wilayah Indonesia, kebijakan pemerintah di bidang keimigrasian menganut prinsip selective policy, yaitu suatu kebijakan berdasarkan prinsip selektif. Berdasarkan


(6)

prinsip ini, hanya orang-orang asing yang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan Negara Republik Indonesia, serta tidak membahayakan keamanan dan ketertiban Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diizinkan masuk atau keluar wilayah Indonesia. Oleh karena itu, perlu ada pengaturan dan batasan berupa perizinan yang diberikan kepada orang asing apabila hendak tinggal di Indonesia.

Pelaksanaan fungsi keimigrasian sangat penting artinya dalam menjaga kedaulatan Republik Indonesia, mengingat Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau. Kepulauan Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara sampai 11 derajat garis lintang selatan dan dari 95 derajat sampai 141 derajat garis bujur timur, serta terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia/Oceania. Posisi strategis Indonesia mempunyai pengaruh terhadap karakteristik kebudayaan, sosial, politik dan ekonomi. Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Apabila perairan antara pulau-pulau itu digabungkan, maka luas Indonesia menjadi 1,9 juta mil persegi (http://www.indonesia.go.id/home. diakses pada tanggal 27 Februari 2012).

Salah satu upaya menghadapi dan menangani orang asing adalah melakukan pengawasan terhadap keberadaan orang asing tersebut. Salah satu instansi yang menangani tentang pengawasan orang asing adalah kantor imigrasi dengan membentuk kantor imigrasi dapat lebih mempermudah untuk mengetahui keberadaan orang asing tersebut agar orang asing tidak melakukan penyalahgunaan izin tinggal. Tujuan dibentuknya kantor imigrasi adalah agar


(7)

lebih mudah mendapat dan mengetahui keberadaan orang asing yang masuk ke wilayah Indonesia dan menyediakan data dan informasi yang akurat sehingga dapat memudahkan siapa saja baik masyarakat atau siapapun dapat mengetahui data tentang orang asing dengan mudah dan cepat.

Pengawasan tentang keberadaan orang asing yang dilakukan oleh Kantor Keimigrasian tersebut dapat meminimalkan terjadinya pelanggaran keimigrasian yang dilakukan orang asing di wilayah Indonesia khususnya. Kantor Imigrasi mengadakan pengawasan setiap ada orang asing yang masuk ke Indonesia agar mereka dapat didata secara terinci dan jelas izin tinggalnya. Orang asing yang datang ke Indonesia dengan berbagai tujuan antara lain wisata dan bekerja.

Di sisi lain, pengawasan terhadap orang asing diperlukan sejalan meningkatnya kejahatan internasional atau tindak pidana internasional, seperti perdagangan manusia, penyelundupan manusia dan tindak pidana narkotika yang banyak dilakukan oleh sindikat kejahatan internasional yang terorganisasi.

Pengawasan terhadap keberadaan orang asing dilakukan sebelum dan pada saat orang asing tersebut berada di wilayah Indonesia. Sebelum seorang asing memasuki wilayah Negara Indonesia, pengawasan terhadap orang asing telah dilakukan ketika orang asing tersebut mengajukan permohonan visa di perwakilan Republik Indonesia di luar negeri. Pengertian visa adalah izin tertulis yang diberikan oleh pejabat yang berwenang pada perwakilan Republik Indonesia atau di tempat lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia yang memuat persetujuan bagi orang asing untuk masuk dan melakukan perjalanan ke wilayah Indonesia.


(8)

Selanjutnya bentuk pengawasan terhadap orang asing adalah pada saat orang asing tersebut memasuki wilayah Indonesia melalui Tempat Pemeriksaan Keimigrasian (TPI). Pelaksanaan dari kebijakan nasional mengenai keimigrasian menganut kebijakan selektif yang dalam implementasinya yaitu:

a. Hanya orang asing yang bermanfaat bagi pembangunan bangsa dan negara yang diizinkan masuk ke wilayah Indonesia.

b. Tidak membahayakan dari segi keamanan dan tidak mengganggu ketertiban dan kesusilaan.

c. Harus mentaati ataupun mengindahkan peraturan yang diadakan bagi orang asing yang hendak masuk ataupun berada di Indonesia.

Kebijakan nasional yang secara selektif menentukan orang asing yang mana saja boleh masuk ke Indonesia dan sanksi hukum apa saja yang dikenakan terhadap ketentuan yang mengatur mengenai hal-hal yang harus dipatuhi selama warga negara asing tersebut berada di Indonesia. Selain itu, hukum keimigrasian sebagai himpunan petunjuk yang mengatur tata tertib orang-orang yang berlalu lintas masuk keluar wilayah Indonesia dan pengawasan orang-orang yang berada di wilayah Indonesia (Abdullah Syahriful, 1993: 58).

Kegiatan dalam bentuk pengawasan tersebut adalah dalam rangka menunjang agar tetap terpeliharanya stabilitas dan kepentingan nasional, kedaulatan negara, keamanan dan ketertiban umum, serta kewaspadaan terhadap segala dampak negatif yang timbul akibat perlintasan orang antar negara. Keberadaan dan kegiatan orang asing di wilayah Indonesia perlu diawasi secara teliti dan terkoordinasi dengan tanpa mengabaikan keterbukaan dalam memberikan


(9)

pelayanan bagi orang asing. Langkah pengawasan tersebut pada dasarnya juga diikuti dengan penindakan keimigrasian demi terciptanya penegakan hukum yang cepat dan tepat atas setiap pelanggaran keimigrasian yang dilakukan oleh orang asing yang berada di Indonesia.

Pelanggaran keimigrasian yang banyak terjadi adalah pelanggaran terhadap batas waktu izin tinggal yang dilakukan oleh orang asing dan juga imigran gelap yang memasuki wilayah Indonesia tanpa izin. Undang-undang keimigrasian telah memberikan sanksi pidana yang tegas. Sanksi pidana tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.

Demi meminimalkan pelanggaran keimigrasian yang dilakukan oleh orang asing yang berada di Kota Bandar Lampung, Kantor Imigrasi Kota Bandar Lampung juga melakukan pengawasan terhadap orang asing yang akan menetap atau tinggal di wilayah Kota Bandar Lampung untuk kepentingan apapun. Pengawasan yang sifatnya preventif dilakukan dengan mewajibkan orang asing untuk melengkapi berbagai persyaratan untuk dapat tinggal di Kota Bandar Lampung. Ini dilakukan agar orang asing yang berada di Kota Bandar Lampung tidak mengganggu keamanan dan ketentraman.

Proses penegakan hukum keimigrasian, pandangan tersebut sangat penting karena penentuan suatu kasus pelanggaran diselesaikan dengan proses hukum pidana atau administratif diletakkan pada kewenangan (diskresi) pejabat imigrasi. Untuk itu perlu ada batasan dan kategorisasi yang tegas dalam proses penegakan hukum yang dapat ditempuh, yaitu antara tindakan hukum pidana dengan tindakan hukum administratif, sehingga tidak lagi digantungkan pada penilaian pejabat imigrasi


(10)

tetapi didasarkan sistem atau peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan proses penyelesaian perkara keimigrasian secara cepat, efektif dan efisien.

Kantor imigrasi dibentuk dengan harapan pemerintah dapat memperoleh data dan informasi secara lengkap dan akurat mengenai orang asing yang tinggal di Kota Bandar Lampung sehingga dapat membantu mengantisipasi dan mengatasi masalah orang asing. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka Penulis tertarik untuk meneliti hal ini dalam bentuk skripsi dengan judul: Pengawasan Terhadap Keberadaan Orang Asing Oleh Kantor Imigrasi Kota Bandar Lampung”.

1. 2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. 2. 1 Permasalahan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimanakah pengawasan terhadap keberadaan orang asing oleh Kantor Imigrasi di Kota Bandar Lampung?

b. Apakah faktor penghambat pengawasan terhadap keberadaan orang asing oleh Kantor Imigrasi di Kota Bandar Lampung?

1. 2. 2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah kajian bidang Hukum Administrasi Negara pada umumnya khususnya mengenai pengawasan terhadap keberadaan orang asing oleh Kantor Imigrasi di Kota Bandar Lampung.


(11)

1. 3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. 3. 1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui dan menganalisis mengenai pengawasan terhadap keberadaan orang asing oleh Kantor Imigrasi di Kota Bandar Lampung.

b. Mengetahui faktor penghambat pengawasan terhadap keberadaan orang asing oleh Kantor Imigrasi di Kota Bandar Lampung.

1. 3. 2 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah:

a. Kegunaan teoritis, yaitu sebagai upaya pengembangan wawasan pemahaman di bidang ilmu Hukum Administrasi Negara pada umumnya dan khususnya mengenai pengawasan terhadap keberadaan orang asing oleh Kantor Imigrasi Kota Bandar Lampung.

b. Kegunaan praktis, yaitu menambah pengetahuan masyarakat dan sebagai sumber informasi bagi para pengaji ilmu hukum ataupun rekan-rekan mahasiswa lain yang ingin melakukan penelitian dalam bidang yang sama.


(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Pengawasan

2. 1. 1 Pengertian Pengawasan

Pengawasan merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam pencapaian suatu tujuan manajemen. Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting agar pekerjaan maupun tugas yang dibebankan kepada aparat pelaksana terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan (Nurmayani, 2009: 81). Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sondang P. Siagian yang menyatakan pengawasan adalah suatu proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya (Sondang P. Siagian, 1980: 135).

Menurut Sujamto, pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak (Sujamto, 1983: 17). Pengertian pengawasan tersebut menekankan pada suatu proses pengawasan yang berjalan secara sistematis sesuai dengan tahap-tahap yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Soekarno K. yang menyatakan bahwa pengawasan adalah proses yang menentukan tentang apa yang harus dikerjakan


(13)

agar apa yang diselenggarakan sejalan dengan rencana (Nurmayani, 2009: 82). Hal ini dipertegas kembali oleh T. Hani Handoko yang menyatakan bahwa pengawasan adalah proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai (T. Hani Handoko, 1984: 354).

Dari beberapa pendapat tersebut di atas, penulis sepaham dengan pengertian pengawasan yang diungkapkan oleh Sondang P. Siagian karena pengawasan merupakan hal penting dalam menjalankan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. Melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.

Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen, pengawasan dianggap sebagai bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak di bawahnya. Dalam ilmu manajemen, pengawasan ditempatkan sebagai tahapan terakhir dari fungsi manajemen. Dari segi manajerial, pengawasan mengandung makna pula sebagai


(14)

pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan unit organisasi yang diperiksa untuk menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan rencana dan peraturan atau suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, dan dengan adanya pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah terjadi dapat segera diketahui yang kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya. Sementara itu, dari segi hukum administrasi negara, pengawasan dimaknai sebagai proses kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan, atau diperintahkan.

Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan terjadinya kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang muncul. Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan publik yang bercirikan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), pengawasan merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Dalam konteks ini, pengawasan menjadi sama pentingnya dengan penerapan good governance itu sendiri.

Kaitannya dengan akuntabilitas publik, pengawasan merupakan salah satu cara untuk membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap kinerja pemerintahan dengan menciptakan suatu sistem pengawasan yang efektif, baik pengawasan intern (internal control) maupun pengawasan ekstern (external control). Di samping mendorong adanya pengawasan masyarakat (social control).


(15)

Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya penyimpangan atas rencana atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah:

a. mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan; b. menyarankan agar ditekan adanya pemborosan;

c. mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.

2. 1. 2 Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan adalah suatu kegiatan yang dijalankan oleh pimpinan ataupun suatu badan dalam mengamati, membandingkan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepada aparat pelaksana dengan standar yang telah ditetapkan guna mempertebal rasa tanggung jawab untuk mencegah penyimpangan dan memperbaiki kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan (Nurmayani, 2009: 82).

Hakekatnya setiap kebijaksanaan yang dilakukan oleh pimpinan suatu badan mempunyai fungsi tertentu yang diharapkan dapat terlaksana, sejalan dengan tujuan kebijaksaan tersebut. Demikian pula halnya dengan pelaksanaan pengawasan pada suatu lingkungan kerja atau suatu organisasi tertentu. Pengawasan yang dilaksanakan mempunyai fungsi sesuai dengan tujuannya. Mengenai hal ini, Soerwarno Handayanigrat menyatakan empat hal yang terkait dengan fungsi pengawasan, yaitu:

a. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas dan wewenang dalam melaksanakan pekerjaannya;

b. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan;

c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, kelalaian, dan kelemahan agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan;

d. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan agar pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami hambatan-hambatan dan pemborosan (Nurmayani, 2009: 82).


(16)

2. 1. 3 Tujuan Pengawasan

Pengawasan yang dilakukan adalah bermaksud untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan sehingga dapat terwujud daya guna, hasil guna dan tepat guna sesuai rencana dan sejalan dengan itu, untuk mencegah secara dini kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan. Dengan demikian pada prinsipnya pengawasan itu sangat penting dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga pengawasan itu diadakan dengan maksud sebagai berikut:

a. mengetahui lancar atau tidaknya pekerjaan tersebut sesuai dengan yang telah direncanakan;

b. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat dengan melihat kelemahan-kelemahan, kesulitan-kesulitan dan kegagalan-kegagalan dan mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan baru;

c. Mengetahui apakah penggunaan fasilitas pendukung kegiatan telah sesuai dengan rencana atau terarah pada sasaran;

d. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam perencanaan semula;

e. Mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan dapatkah diadakan perbaikan-perbaikan lebih lanjut sehingga mendapatkan efisiensi yang besar.

Tujuan pengawasan akan tercapai apabila hasil-hasil pengawasan maupun memperluas dasar untuk pengambilan keputusan setiap pimpinan. Hasil pengawasan juga dapat digunakan sebagai dasar untuk penyempurnaan rencana


(17)

kegiatan rutin dan rencana berikutnya. Menurut Sujamto, “pengawasan diadakan dengan tujuan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas dan pekerjaan, apakah sesuai dengan semestinya atau tidak” (Sujamto, 1986: 115).

2. 1. 4 Jenis-Jenis Pengawasan

Pengawasan merupakan fungsi manajerial yang keempat setelah perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan. Sebagai salah satu fungsi manajemen, mekanisme pengawasan di dalam suatu organisasi memang mutlak diperlukan. Pelaksanaan suatu rencana atau program tanpa diiringi dengan suatu sistem pengawasan yang baik dan berkesinambungan, jelas akan mengakibatkan lambatnya atau bahkan tidak tercapainya sasaran dan tujuan yang telah ditentukan.

Pengawasan dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis, dengan tinjauan dari beberapa segi, antara lain:

1. Pengawasan ditinjau dari segi cara pelaksanaanya. Pengawasan ini dibedakan atas:

a. Pengawasan Langsung

Pengawasan langsung adalah pangawasan yang dilakukan dengan cara mendatangi atau melakukan pemeriksaan di tempat terhadap objek yang diawasi. Pemeriksaan setempat ini dapat berupa pemeriksaan administratif atau pemeriksaan fisik di lapangan. Kegiatan secara langsung melihat pelaksanaan kegiatan ini bukan saja dilakukan oleh perangkat pengawas, akan tetapi perlu lagi dilakukan oleh pimpinan yang bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut.


(18)

Dengan demikian, dapat melihat bagaimana pekerjaan itu dilaksanakan dan bila dianggap perlu dapat memberikan petunjuk-petunjuk dan instruksi maupun keputusan-keputusan yang secara langsung menyangkut dan mempengaruhi jalannya pekerjaan.

b. Pengawasan tidak langsung

Pengawasan tidak langsung adalah kebalikan dari pengawasan langsung, yang dilakukan tanpa mendatangi tempat pelaksanaan pekerjaan atau objek yang diawasi. Pengawasan ini dilakukan dengan mempelajari dan menganalisa dokumen yang menyangkut objek yang diawasi yang disampaikan oleh pelaksana atau pun sumber lain. Dokumen-dokumen tersebut bisa berupa:

a) Laporan pelaksanaan pekerjaan, baik laporan berkala maupun laporan insidental;

b) Laporan hasil pemeriksaan yang diperoleh dari perangkat pengawas lainnya;

c) Surat pengaduan dari masyarakat; d) Berita atau artikel dari media massa; e) Dokumen-dokumen lainnya.

Selain melalui laporan tertulis tersebut, pengawasan ini juga dapat dilakukan dengan mempergunakan bahan yang berupa laporan lisan.

2. Pengawasan ditinjau dari segi hubungan antara subjek pengawasan dan objek yang diawasi.

Ditinjau dari segi pengawasan yang dilakukan oleh subjek pengawas, pengawasan ini masih dibagi atas beberapa bagian antara lain:


(19)

a. Pengawasan intern.

Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dalam organisasi itu sendiri artinya bahwa subjek pengawas yaitu pengawas berasal dari dalam susunan organisasi objek yang diawasi. Pada dasarnya pengawasan ini harus dilakukan oleh setiap pimpinan, akan tetapi dapat saja dibantu oleh setiap pimpinan unit sesuai dengan tugas masing-masing.

b. Pengawasan ekstern.

Pengawasan ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dari luar organisasi sendiri, artinya bahan subjek pengawas berasal dari luar susunan organisasi yang diawasi dan mempunyai sistem tanggung jawab tersendiri.

3. Pengawasan dilihat dari segi kewenangan.

Pengawasan jenis ini juga terbagi atas beberapa bagian yaitu: a. Pengawasan formal

Pengawasan formal adalah pengawasan yang dilakukan oleh instansi/pejabat yang berwenang (resmi), baik yang bersifat intern maupun ekstern. Pengawasan jenis ini hanya dapat dilakukan oleh instansi pemerintah.

b. Pengawasan informal

Pengawasan informal adalah pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat baik langsung maupun tidak langsung. Pengawasan ini sering juga disebut sosial kontrol (social control) misalnya pengawasan melalui surat pengaduan masyarakat melalui berita atau artikel di media massa.


(20)

4. Pengawasan ditinjau dari segi waktu pelaksanaan pekerjaan.

Pengawasan yang melihat dari segi pelaksanaan pekerjaan masih dibagi atas beberapa bagian yaitu:

a. Pengawasan preventif

Pengawasan preventif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, misalnya dengan mengadakan pengawasan terhadap persiapan rencana kerja, rencana anggaran, rencana penggunaan tenaga dan sumber-sumber lainnya.

b. Pengawasan refresif

Pengawasan refresif adalah pengawasan yang dilakukan setelah pekerjaan atau kegiatan tersebut dilaksanakan, hal ini diketahui melalui audit dengan pemeriksaan terhadap pelaksanaan pekerjaan di tempat dan meminta laporan pelaksanaan kegiatan.

2. 1. 5 Sistem Pengawasan Keimigrasian

Keimigrasian dalam hal implementasinya secara operasional yang memenuhi tuntutan perubahan zaman reformasi. Begitu juga dalam hal sistem yang digunakan diperlukan suatu sistem hukum, yang jelas dengan prosedur yang sederhana prinsip public accountability yang berlandaskan pada asas transparansi (keterbukaan).

Penegakan hukum keimigrasian tidak berjalan sebagaimana diharapkan tanpa ada Sumber Daya Manusia yang sesuai, sistem hukum yang jelas dan sarana yang memadai, tanpa adanya aparat penegakan hukum yang bermoral dan berintegrasi


(21)

tinggi maka tujuan dari pembentukan Undang-Undang Keimigrasian yang ada tidak akan tercapai secara optimal.

Pembenahan sistem agar lebih optimal dan tepat agar mengurai keluhan-keluhan yang bersifat negatif, perlu dilakukan dengan membentuk grand design sistem informasi manajemen dan informasi keimigrasian. Kebijakan yang telah diambil, sebagaimana dirumuskan dalam panca program keimigrasian pada rapat kerja 2002 yang memunculkan berbagai implikasi bagi pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang keimigrasian yang menyangkut bidang-bidang peraturan perundang-undangan, kelembagaan, ketatalaksanaan, sumber daya manusia serta bidang sarana dan prasarana. Adapun sistem pengawasan keimigrasian yang ada meliputi dua cara:

1. Pengawasan administrasi, diatur dalam Pasal 67 dan Pasal 68 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, yakni melakukan pemeriksaan dan penelitian terhadap surat perjalanan, surat atau dokumen lain, daftar cekal, pemotretan, pengambilan sidik jari dan pengelolaan data keimigrasian daripada warga Negara Indonesia maupun orang asing, pemeriksaan dilakukan sewaktu memberikan atau menolak memberikan perizinan keimigrasian di tempat pemeriksaan imgrasi, kantor imigrasi, bidang imigrasi pada kantor wilayah Kementerian Hukum dan HAM maupun perwakilan Republik Indonesia di luar negeri dan Direktorat Jenderal imigrasi.

2. Pengawasan operasional, diatur dalam Pasal 69 sampai dengan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Pengawasan operasional dilakukan dengan melakukan kegiatan rutin dan operasi di lapangan


(22)

dengan melakukan serangkaian pemantauan atau penyelidikan secara wawancara, pengamatan dan penggambaran, pengintaian, penyadapan, pemotretan, penyurupan, penjejakan, penyusupan, penggunaan informasi dan kegiatan lain. Kesemua kegiatan tersebut adalah untuk memperoleh bahan keterangan atau informasi yang dibutuhkan pada pengambilan keputusan dalam rangka merumuskan dan menetapkan kebijakan keimigrasian, khususnya dalam hal mengawasi setiap orang baik warga negara Indonesia maupun orang asing yang masuk dan keluar wilayah Indonesia, mengawasi keberadaan dan kegiatan orang asing yang melanggar atau tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku, berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum, permusuhan terhadap rakyat dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, untuk kelancaran dan keberhasilan penyelidikan, dilakukan tindakan pengamanan dan penggalangan.

Konsepsi kebijakan keimigrasian di Indonesia adalah merujuk pada tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sebagaimana dimaksud alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Hal ini, menjadi dasar dan acuan bagi penyelenggara negara khususnya dalam hal merumuskan kebijakan di bidang keimigrasian. Kemudian politik Indonesia dalam bidang keimigrasian sekarang bukan politik pintu terbuka tetapi politik saringan yang berarti bahwa pemerintah hanya mengizinkan masuk orang asing yang akan mendatangkan keuntungan untuk Indonesia (Wahyudin Ukun, 2004: 18).

Kebijakan keimigrasian terhadap orang asing melalui 2 (dua) pendekatan prosperiti yaitu orang asing yang diizinkan masuk, berada dan melakukan kegiatan di wilayah Indonesia hanya yang benar-benar menguntungkan bagi


(23)

kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia, selain itu melalui pendekatan sekuriti yakni mengizinkan memberikan perizinan keimigrasian hanyalah terhadap mereka yang tidak akan membahayakan keamanan negara dan ketertiban umum (Wahyudin Ukun, 2004: 18).

2. 2 Orang Asing dan Keberadaan Orang Asing di Indonesia

Lalu lintas orang masuk dan keluar wilayah Negara Republik Indonesia dan pengawasan orang asing di wilayah Negara Republik Indonesia yang disebut juga kemigrasian. Kemudian dijelaskan pula tentang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah Negara Republik Indonesia yang meliput darat, laut dan udara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada.

Prinsip-prinsip dasar dalam keimigrasian yang menyangkut aspek masuk dan ke luar wilayah Indonesia adalah adanya kewajiban untuk memiliki Surat Perjalanan (paspor) bagi setiap orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia, adanya jaminan hak setiap Warga Negara Indonesia untuk melakukan perjalanan keluar atau masuk ke wilayah Indonesia. Warga Negara Indonesia untuk masuk atau keluar wilayah Indonesia wajib melalui pemeriksaan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi, sedangkan terhadap orang asing wajib memiliki visa, visa yang diberikan kepada orang asing yang maksud dan tujuan kedatangan di indonesia bermanfaat serta tidak akan menimbulkan gangguan terhadap ketertiban dan keamanan nasional.


(24)

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian telah mengatur tentang kewajiban memiliki visa oleh orang asing, tapi undang-undang juga memuat pengecualian terhadap orang asing dari negara tertentu dapat dibebaskan dari kewajiban memiliki visa yang berdasarkan keputusan presiden. Pejabat imigrasi di tempat pemeriksaan imigrasi dapat menolak atau tidak memberikan izin kepada orang asing untuk masuk ke wilayah Indonesia apabila tidak memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan. Terhadap penanggung jawab alat angkut juga ditetapkan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi khususnya terhadap alat angkat yang membawa penumpang ke dalam atau keluar wilayah Indonesia.

Setiap orang asing yang berada di wilayah Indonesia wajib memiliki izin keimigrasian. Izin keimigrasian tersebut dalam prakteknya adalah berupa izin masuk, yang diatur menurut kepentingan atapun tujuan masuknya orang asing ke wilayah Indonesia dan dari izin masuk diberikan izin tinggalnya. Izin tersebut terdiri dari:

a. Izin singgah, diberikan kepada orang asing yang memerlukannya singgah di wilayah indonesia untuk meneruskan perjalanan ke negara.

b. Izin kunjungan, diberikan kepada orang asing berkunjung ke wilayah indonesia untuk waktu yang singkat dan dalam rangka tugas pemerintahan, pariwisata, kegiatan sosial budaya atau usaha.

c. Izin tinggal terbatas, diberikan kepada orang asing untuk tinggal di wilayah indonesia dalam jangka waktu terbatas.

d. Izin tinggal tetap, diberikan kepada orang asing yang untuk tinggal menetap di wilayah indonesia.


(25)

Pejabat imigrasi di tempat pemeriksaan imigrasi dapat menolak atau tidak memberikan izin kepada orang asing untuk masuk ke wilayah Indonesia apabila orang asing tersebut:

a. Tidak memiliki surat perjalanan yang sah.

b. Tidak memiliki visa kecuali yang tidak diwajibkan memiliki visa.

c. Menderita gangguan jiwa atau penyakit menular yang membahayakan kesehatan umum.

d. Tidak memiliki izin masuk kembali atau tidak mempunyai izin untuk masuk ke negara lain.

e. Ternyata telah memberikan keterangan yang tidak benar dalam memperoleh surat perjalanan atau visa.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian telah memberikan beberapa persyaratan ataupun ketentuan dalam pemberian izin keimigrasian terhadap orang asing. Beberapa pendapat dalam hukum internasional mengenai hak-hak dan kewajiban negara-negara berkenaan dengan orang-orang asing mengenai izin masuk ada 4 (empat) pendapat penting dinyatakan berkenaan dengan izin masuk (admission) orang-orang asing ke negara-negara bukan negara mereka, yaitu:

a. Suatu negara berkewajiban memberikan izin kepada semua orang asing. b. Suatu negara berkewajiban untuk memberi izin kepada semua orang asing,

dengan syarat bahwa negara tersebut berhak menolak gabungan-gabungan tertentu, misalnya pecandu-pecandu obat bius, orang-orang berpenyakit tertentu dan orang-orang yang tidak dikehendaki lainnya.


(26)

c. Suatu negara terikat untuk mengizinkan orang-orang asing untuk masuk tetapi dapat mengenakan syarat-syarat yang berkenaan dengan izin masuk mereka.

d. Suatu negara sepenuhnya berhak melarang semua orang asing menurut kehendaknya. Sejauh menyangkut praktek negara, boleh dikatakan bahwa pendapat yang pertama di atas tidak pernah diterima sebagai suatu kaidah umum hukum internasional.

2. 3 Pengawasan Orang Keberadaan Orang Asing di Indonesia

Pengawasan orang asing adalah keseluruhan rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengontrol apakah keluar masuknya serta keberadaan orang asing di Indonesia telah atau tidak sesuai dengan ketentuan keimigrasian yang berlaku. Pengawasan orang asing meliputi masuk dan keluarnya orang asing ke wilayah Indonesia atau dari wilayah Indonesia dan keberadaan serta kegiatan orang asing di wilayah Indonesia.

Pengawasan orang asing dilakukan oleh Tim Koordinasi Pengawasan Orang Asing. Tim Koordinasi Pengawasan Orang Asing terdiri dari:

1. Tingkat pusat; 2. Tingkat provinsi;

3. Wilayah/Daerah lain yang terdapat kantor imigrasi yaitu instansi pemerintah yang terkait di bidang tugasnya menyangkut pengawasan orang asing.

Pengawasan orang asing pada dasarnya mencakup pengawasan yang bersifat administratif yaitu termasuk di dalam hal pengumpulan dan pengolahan data


(27)

keluar masuk orang asing di wilayah Indonesia. Kemudian pengawasan yang bersifat operasional, pelaksanaan pengawasan terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dilakukan secara terkoordinasi.

Ada dua hal yang menjadi sasaran pengawasan terhadap orang asing di Indonesia, yaitu pengawasan terhadap keberadaannya (secara immigratoir) dan pengawasan terhadap kegiatan orang asing selama berada di Indonesia. Aspek pengawasan kegiatan orang asing memerlukan suatu kegiatan terkoordinir antar instansi dalam hal pelaksanaan pengawasannya. Menteri Kehakiman selaku koordinator Tingkat Pusat (nasional) bersama badan atau instansi pemerintah lainnya yang terkait sebagai pelaksana pengawasan orang asing secara terkoordinasi yang disebut Koordinasi Pengawasan Orang Asing (SIPORA).

Pada dasarnya pengawasan orang asing menjadi tanggung jawab menteri kehakiman dalam hal ini pejabat imigrasi selaku operator pelaksana. Mekanisme pelaksanaannya harus dilakukan dengan mengadakan koordinasi dengan badan atau instansi pemerintah yang bidang tugasnya menyangkut orang asing, badan atau instansi tersebut antara lain Kementerian Luar Negeri, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertahanan dan Keamanan, Kementerian Tenaga Kerja, Kejaksaan Agung, Badan Intelijen Negara dan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Koordinasi Pengawasan Orang Asing (SIPORA) dilakukan secara terpadu dan SIPORA dibentuk di tingkat pusat, di tingkat provinsi dan di tingkat daerah.

Terhadap orang asing pelayanan dan pengawasan di bidang keimigrasian dilaksanakan berdasarkan prinsip yang bersifat selektif (selective policy).


(28)

Berdasarkan prinsip ini hanya orang asing yang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan Negara Republik Indonesia serta tidak membahayakan keamanan dan ketertiban, serta tidak menimbulkan permusuhan terhadap rakyat dan negara yang diizinkan masuk wilayah Indonesia.

Sikap dan cara pandang seperti ini merupakan hal yang wajar, terutama apabila dikaitkan dengan pembangunan nasional yang sedang giatnya dilakukan di negara ini, yang berarti dalam pembangunan tersebut diperlukan ilmu, teknologi, kerjasama regional dan internasional yang mendorong meningkatnya arus lintas orang asing yang masuk dan keluar wilayah Negara Indonesia. Pengawasan terhadap orang asing dilakukan pada waktu mereka masuk atau keluar wilayah Indonesia melalui tempat pemeriksaan imigrasi. Setelah orang asing masuk wilayah Indonesia dilakukan pengawasan terhadap keberadaannya yaitu izin tinggalnya di Indonesia dengan segala aspek seperti penyalahgunaan izin tinggal telah berakhir.

Orang asing yang berada di Indonesia akan melakukan kegiatan yang berupa aktivitas sesuai dengan tujuan kedatangannya, asalkan kegiatan tersebut tidak merugikan negara dan pemerintah serta masyarakat Indonesia. Pasal 66 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian menyatakan pengawasan keimigrasian bagi orang asing meliputi pengawasan terhadap lalu lintas orang asing yang masuk atau ke luar wilayah Indonesia serta pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing di wilayah Indonesia.


(29)

Pengawasan keimigrasian terhadap orang asing berdasarkan Pasal 68 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 dilaksanakan pada saat permohonan visa, masuk atau ke luar dan pemberian izin tinggal yang dilakukan dengan:

a. pengumpulan, pengolahan, serta penyajian data dan informasi;

b. penyusunan daftar nama orang asing yang dikenai penangkalan atau pencegahan;

c. pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing di wilayah Indonesia;

d. pengambilan foto dan sidik jari; dan

e. kegiatan lain yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

Pengawasan preventif yaitu dalam rangka upaya pencegahan orang asing yang masuk ke wilayah Indonesia khususnya melakukan pelanggaran atau tindak pidana keimigrasian, misalnya tidak memiliki izin tinggal yang jelas atau resmi dan atau melakukan tindak pidana lainnya yang bertentangan dengan perundang-undangan atau dapat mengganggu keamanan dan ketertiban bangsa dan negara, maka instansi terkait yang khusus menangani keberadaan orang asing di Indonesia melakukan beberapa langkah preventif yaitu melakukan pemeriksaan, pengawasan dan monotoring.

Pemeriksaan terhadap setiap orang asing yang masuk ke wilayah Indonesia dilakukan oleh pejabat imigrasi dalam hal ini aparat kantor keimigrasian di tempat pemeriksaan imigrasi yang bertujuan untuk mengetahui apakah orang asing telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, misalnya:


(30)

a. Memiliki pasport yang dikeluarkan oleh negara orang asing tersebut, karena dengan pasport tersebut akan diketahui identitas diri dan tujuan masuk ke wilayah Indonesia.

b. Memiliki dana yang cukup selama berada di Indonesia, hal ini untuk menjamin adanya pemenuhan kebutuhan sehari-hari selama berada di wilyah Indonesia.

c. Tidak mengalami ganguaan kejiwaan, hal ini agar orang asing tersebut tidak mengganggu ketertiban dan kenyamanan dalam masyarakat.

d. Memiliki tujuan jelas, hal ini untuk dapat bermanfaat bagi bangsa dan negara Indonesia.

Setelah melakukan pemeriksaan, maka petugas keimigrasian mengambil sikap antara lain:

a. Memberikan izin masuk apabila orang asing tersebut telah memenuhi persyaratan keimigrasian.

b. Melakukan penolakan izin apabila orang asing tersebut tidak dapat memperlihatkan atau menunjukkan persyaratan keimigrasian, sampai waktu orang asing tersebut dapat memenuhi persyaratan keimigrasian.

Dalam rangka kehati-hatian (selective policy) diperlukan pengawasan terhadap orang asing, pengwasan dimaksud dimulai dari mereka masuk, selama berada di Indonesia dan kepulangannya ke negara asal. Selain itu, pengawasan juga mencakup penegakan hukum keimigrasian baik yang bersifat administrasi maupun kegiatan yang dilakukan selama di wilayah Indonesia. Pengawasan terhadap keberadaan orang asing yang berada di Indonesia dilakukan oleh Kantor


(31)

Keimigrasian dan berkoordinasi dengan instansi pemerintah yang terkait termasuk Kepolisian Negara Republik Indonesia, dengan cara:

a. Setiap orang asing yang berada di wilayah Indonesia wajib melapor kepada aparat kepolisian dan pemerintah yang diberi wewenang setempat, hal ini guna untuk melakukan:

1. Pendataan keberadaan orang asing.

2. Pemeriksaan administrasi orang asing tersebut.

3. Pencatatan orang asing termasuk photo dan sidik jari sebagai dokumentasi pengawasan terhadap orang asing.

b. Melakukan pemantauan dan gerak gerik orang asing selama berada di Indonesia, apakah telah sesuai dengan izin keimigrasian.

c. Melakukan pengarahan terhadap orang asing selama berada di wilayah Indonesia.

Dalam hal pengawasan yang dilakukan oleh kepolisian terhadap orang asing selama berada di Indonesia, sesuai dengan ketentuan Pasal 15 ayat (2) huruf (i) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang menyebutkan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi dengan instansi terkait.

Untuk mencegah terjadinya penyimpangan terhadap perizinan keimigrasian yang berupa izin tinggal bagi orang asing di Indonesia khususnya di Kota Bandar Lampung dilakukan monitoring izin tinggalnya, sehingga pada waktu izinnya akan habis atau telah habis dapat dilakukan peringatan dan tindakan pengamanan.


(32)

Pendaftaran orang asing dilakukan setelah berada di wilayah Indonesia selama 3 (tiga) bulan ke atas, yaitu orang asing yang memiliki izin kunjungan sampai 3 (tiga) bulan, sedangkan izin tinggal terbatas dan izin tinggal tetap umumnya lebih dari 3 (tiga) bulan.

Bagi orang asing yang memiliki izin kunjungan, pendaftaran dilakukan pada waktu yang bersangkutan memohon perpanjangan yang berlaku lebih dari 3 (tiga) bulan, sedangkan bagi orang asing yang memiliki izin tinggal terbatas dan izin tinggal tetap pendaftaran dilakukan pada waktu orang asing diberikan izin tinggalnya. Tindakan terhadap orang asing diberlakukan jika terjadi pelanggaran atau penyimpangan perbuatan melawan hukum terhadap salah satu aspek tersebut, seperti aspek masuk dan ke luarnya orang asing dari wilayah Indonesia, meliputi penyimpangan atau pelanggaran tidak memenuhi persyaratan, menggunakan dokumen palsu atau memberikan keterangan yang tidak benar mengenai diri, dokumen atau kedatangannya yang habis masa berlakunya untuk masuk dan ke luar wilayah Indonesia.

Selanjutnya mengenai aspek kegiatan-kegiatan orang asing selama berada di wilayah Indonesia meliputi:

a. Menyalahgunakan perizinan, yaitu melakukan kegiatan menyimpang dari tujuan kedatangannya di Indonesia, seperti memiliki izin tinggal wisata tetapi menggunakannya untuk bekerja di Indonesia;

b. Di samping melakukan kegiatan sesuai dengan perizinannya, melakukan kegiatan-kegiatan lain yang tidak termasuk dalam perizinan tinggalnya, dengan kata lain melakukan pekerjaan rangkap;


(33)

c. Selama di wilayah Indonesia melakukan kegiatan merugikan negara, pemerintah dan masyarakat atau kegiatan yang membahayakan negara di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial dan pertahanan keamanan.

2. 4 Imigrasi dan Keimigrasian

2. 4. 1 Pengertian Imigrasi dan Keimigrasian

Kata imigrasi berasal dari bahasa latin yaitu immigrare yang artinya masuk untuk bertempat tinggal, pindah atau masuk ke negara lain untuk menetap, sedangkan menurut ensiklopedi umum, kata imigrasi yaitu perpindahan orang dari negara asing untuk menetap dan menjadi warga negara yang didatanginya itu. Pengertian tersebut dapat diketahui bahwa agar seseorang dikatakan telah melakukan imigrasi di negara lain, unsur yang mutlak harus ada dalam imigrasi yaitu unsur menetap dan unsur negara lain atau negara asing yang bukan negaranya, sehingga pengertian imigrasi dapat diartikan masuknya orang asing ke negara Indonesia untuk tujuan menetap atau bertempat tinggal di negara Indonesia, sehingga setiap orang asing yang datang ke negara Indonesia disebut imigrasi.

Tata cara dan prosedur masuknya orang asing ke Indonesia atau sebaliknya yaitu ke luarnya Warga Negara Indonesia ke negara lain digunakan istilah keimigrasian, sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian yang menyebutkan bahwa dimaksud dengan Keimigrasian adalah “Hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau ke luar wilayah Negara Republik Indonesia dan pengawasan orang asing di wilayah Negara Republik Indonesia”. Hal ihwal lalu lintas yang dimaksud mencakup persyaratan


(34)

orang asing memasuki wilayah negara indonesia, serta keamanan pelanggaran yag dilakukan orang asing selama berada di wilayah Negara Republik Indonesia.

Orang yang melakukan imigrasi dinamakan imigran, sehingga orang yang masuk ke negara Indonesia tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan disebut imigran gelap. Oleh karena itu, orang tersebut melanggar Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, namun beberapa hal yang tidak termasuk dalam kategori imigran yaitu seorang diplomat atau turis yang berada di negara Indonesia, karena kedua kelompok ini telah memenuhi persyaratan untuk melakukan imigrasi karena mencari kehidupan yang layak tersebut.

Beberapa faktor lain yang mendorong seseorang melakukan imigrasi antara lain karena situasi dan kondisi politik negaranya yang tidak stabil, keadaan ekonomi keluarga yang mendesak sehingga kebutuhan pekerjaan diluar negeri memberi peluang untuk mengubah nasib, karena melakukan bisnis perdagangan, pernikahan campuran atau dipengaruhi sosial budaya atau faktor lain yang menggugah orang asing untuk masuk Indonesia.

Saat ini sarana transportasi, informasi dan komunikasi yang semakin modern, serta didukung dengan globalisasi di segala bidang sehingga dunia bisnis dan pergaulan mendunia seolah-olah komunikasi bisnis perdagangan dan ketenagakerjaan semakin lancar, sehingga makin mudahnya orang asing pindah dari negara yang satu ke negara lainnya. Oleh karena itu, perlu adanya pengawasan dan perlindungan terhadap masuknya orang asing ke Indonesia, karena tidak jarang kepindahan atau kejarangan orang asing ke negara lain atau


(35)

sebaliknya sering menimbulkan ketegangan politik antar negara, ketegangan sosial antar orang akibat adanya pertentangan antara orang-orang yang memilik latar belakang yang berbeda, jenis kulit berbeda, pola pikir berbeda serta etnis yang berbeda, dimana orang asing dapat mengancam kehidupan sosial orang Indonesia, dan orang Indonesia dapat mengancam orang asing yang tinggal di Indonesia, hal ini dimaklumi karena memiliki kepentingan berbeda, oleh karenanya untuk menghindari ketegangan tersebut pemerintah telah menyiapkan perangkat hukum yang mengatur orang asing masuk ke Indonesia yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dan peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan dengan keimigrasian.

Kebijakan keimigrasian di Indonesia untuk mengizinkan orang asing masuk ke Indonesia karena dapat manfaat bagi pembangunan Indonesia dalam mewujudkan tujuan nasional baik kemajuan ekonomi, sosial dan budaya. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan kebijakan keimigrasian mengizinkan orang asing masuk ke Indonesia dapat menimbulkan dampak yang negatif terhadap kestabilan keamanan dan ketertiban negara dan bangsa Indonesia yang akhirnya merugikan perekonomian negara Indonesia.

Oleh karena itu, kebijakan keimigrasian di Indonesia harus bersifat selektif agar orang asing yang masuk ke negara Indonesia dapat memberikan nilai tambah bagi negara maupun bagi masyarakat Indonesia. Selain itu, untuk menghindari minimal memperkecil timbulnya pengaruh negatif bagi negara dan masyarakat Indonesia yang dapat merugikan perekonomian bangsa Indonesia, bahkan mungkin saja


(36)

dapat menimbulkan ketidakstabilan keamanan dan ketertiban karena orang asing tersebut dapat melakukan tindak pidana terhadap Warga Negara Indonesia.

2. 4. 2 Izin Keimigrasian

Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian menyatakan setiap orang asing yang masuk wilayah Indonesia wajib memiliki visa yang sah dan masih berlaku, kecuali ditentukan lain berdasarkan undang-undang ini dan perjanjian internasional. Pengertian visa berdasarkan Pasal 1 angka 18 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 adalah keterangan tertulis yang diberikan pejabat yang berwenang di Perwakilan Republik Indonesia atau di tempat lain yang ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia yang memuat persetujuan bagi orang asing untuk melakukan perjalanan ke wilayah Indonesia dan menjadi dasar untuk pemberian izin tinggal. Visa tersebut terdiri dari:

a. visa diplomatik; b. visa dinas; c. visa kunjungan; d. visa tinggal terbatas.

Visa merupakan syarat bagi orang asing untuk mendapatkan izin tinggal di wilayah Indonesia. Izin tinggal yang dimaksud sesuai dengan visa yang dimilikinya. Izin tinggal berdasarkan Pasal 48 ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011, yaitu:

a. izin tinggal diplomatik; b. izin tinggal dinas; c. izin tinggal kunjungan;


(37)

d. izin tinggal terbatas;dan e. izin tinggal tetap.


(38)

III. METODE PENELITIAN

3. 1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan, sehingga mencapai tujuan penelitian. (Abdulkadir Muhammad, 2004: 112). Pendekatan masalah dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua metode pendekatan, yaitu pendekatan secara normatif dan pendekatan secara empiris.

1. Pendekatan secara normatif

Pendekatan secara normatif, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari buku-buku, dokumen-dokumen, dan peraturan-peraturan yang berlaku, yang ada kaitannya atau hubungannya dengan permasalahan yang sedang dibahas.

2. Pendekatan secara empiris

Pendekatan secara empiris yaitu pendekatan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan terhadap kenyataan yang ada di lapangan dalam rangka pelaksanaan peraturan-peraturan yang berlaku khususnya mengenai pengawasan terhadap keberadaan orang asing oleh Kantor Imigrasi di Kota Bandar Lampung, baik langsung maupun tidak langsung terhadap pihak-pihak yang dianggap mengetahui masalah yang berhubungan dengan


(39)

penelitian ini, yaitu Kepala Kantor Imigrasi Kota Bandar Lampung maupun pihak-pihak terkait lainnya.

3. 2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. 1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat (Abdulkadir Muhammad, 2004: 82). Untuk memperoleh data secara langsung, maka peneliti mengambil data primer dari obyek penelitian lapangan dengan menggunakan metode wawancara yaitu mengumpulkan data secara langsung dengan mengadakan wawancara dengan informan. Wawancara tersebut dilakukan dengan Kustono selaku Kasubsi Pengawasan Keimigrasian di Kantor Imigrasi Kota Bandar Lampung.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan pustaka dan terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier (Abdulkadir Muhammad, 2004: 81).

1) Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat secara umum (perundang-undangan) atau mempunyai kekuatan mengikat bagi pihak-pihak berkepentingan (Abdulkadir Muhammad, 2004: 82). Dalam penelitian ini bahan hukum primer yang digunakan adalah:


(40)

b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 1994 tentang Pengawasan Orang Asing;

c. Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.02-PW.09.02 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian.

2) Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer (Abdulkadir Muhammad, 2004: 82). Bahan hukum sekunder yang digunakan adalah literatur-literatur, makalah-makalah dan tulisan-tulisan hasil karya kalangan hukum atau instansi terkait yang berkaitan penelitian ini.

3) Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder (Abdulkadir Muhammad, 2004: 82). Bahan hukum tersier yaitu kamus hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia majalah, surat kabar dan jurnal penelitian hukum serta bersumber dari bahan-bahan yang didapat melalui internet.

3. 3 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data 3. 3. 1Metode Pengumpulan Data

Penulis dalam pengumpulan data menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan dimaksud adalah usaha untuk memperoleh data sekunder. Dalam hal ini penulis melakukan serangkaian studi dokumentasi dengan cara mengumpulkan, membaca atau mempelajari, membuat catatan-catatan, dan


(41)

kutipan-kutipan serta menelaah bahan-bahan pustaka yaitu berupa karya tulis dari para ahli yang tersusun dalam literatur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini.

2. Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan merupakan usaha yang dilakukan untuk memperoleh data primer. Usaha untuk memperoleh data primer tersebut dilakukan dengan memberikan pertanyaan dan meminta penjelasan kepada beberapa pihak yang dianggap mengetahui masalah yang berhubungan dengan penelitian ini. Metode yang dipergunakan adalah wawancara terbuka.

3. 3. 2 Metode Pengolahan Data

Setelah data sekunder dan data primer terkumpul dan diolah, maka untuk menentukan hal yang baik dalam melakukan pengolahan data, penulis melakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Editing, yaitu memeriksa dan mengoreksi data yang masuk, apakah berguna atau tidak, sehingga data yang terkumpul bermanfaat untuk menjawab permasalahan dalam penelitian.

2. Sistematisasi, yaitu proses penyusunan data menurut sistem yang telah ditetapkan.

3. Klasifikasi data, yaitu menyusun dan mengelompokkan data berdasarkan jenis data.


(42)

3. 5 Analisis Data

Setelah tahap pengumpulan dan pengolahan data dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah menganalisisnya. Dalam penelitian ini dipergunakan metode analisis kualitatif. Analisis secara kualitatif dilakukan dengan cara menggambarkan kenyataan atau keadaaan terhadap suatu obyek dalam bentuk kalimat, berdasarkan keterangan, penjelasan, dan jawaban-jawaban dari para responden yang berhubungan langsung dengan penelitian ini yang tidak dapat diwujudkan dengan angka-angka atau tidak dapat dihitung dengan menguraikan data secara sistematis, sehingga diperoleh arti dan kesimpulan. Sedangkan dalam pengambilan kesimpulan dan hasil analisis tersebut penulis berpedoman pada cara berfikir induktif, yaitu cara berfikir dalam mengambil kesimpulan atas fakta-fakta yang bersifat khusus, lalu diambil kesimpulan secara umum.


(43)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Kantor Imigrasi Kota Bandar Lampung dalam melaksanakan pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing di wilayah Kota Bandar Lampung terdiri dari pengawasan administrasif dan pengawasan lapangan. Pengawasan administratif yang dilakukan oleh Kantor Imigrasi Kota Bandar Lampung dilakukan dengan cara penyusunan daftar nama orang asing, penerbitan atau pembuatan kartu pengawasan dan pengawasan pemegang izin kunjungan. Pengawasan lapangan meliputi pemantauan, pengamatan, pelacakan dan pembuntutan. Kantor Imigrasi dalam melakukan pengawasan di lapangan dengan melibatkan instansi terkait lainnya, seperti kepolisian, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik dan Dinas Tenaga Kerja. Selain itu, pengawasan lapangan juga melibatkan peran serta masyarakat setempat dan pengawasan dengan membentuk tim gabungan dengan instansi lainnya. Pengawasan yang dilakukan oleh Kantor Imigrasi di Kota Bandar Lampung belum optimal, karena kurangnya pengawasan yang melibatkan instansi pemerintah lainnya seperti pihak kepolisian, dinas kependudukan dan juga


(44)

peran masyarakat untuk mencegah orang asing yang melakukan tindak pidana keimigrasian dan tindak pidana yang dapat membahayakan keamanan dan ketentraman masyarakat, walaupun pada saat ini terlihat masih sedikit terjadi pelanggaran keimigrasian yang dilakukan orang asing yang berada di Kota Bandar Lampung, namun pengawasan tersebut harus tetap dilakukan.

b. Faktor-faktor penghambat pengawasan terhadap keberadaan orang asing oleh kantor imigrasi di Kota Bandar Lampung adalah jumlah dana operasional pengawasan yang terbatas dan jumlah petugas lapangan yang masih kurang.

5. 2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan:

a. Sebaiknya Kantor Imigrasi Kota Bandar Lampung lebih meningkatkan pengawasan orang asing yang ada di Kota Bandar Lampung dengan melibatkan instansi pemerintah lainnya seperti kepolisian dan dinas kependudukan, serta melibatkan peran serta masyarakat demi mencegah orang asing melakukan tindak pidana keimigrasian dan tindak pidana yang dapat membahayakan keamanan dan ketentraman masyarakat di Kota Bandar Lampung.

b. Sebaiknya anggaran dana operasional Kantor Imigrasi untuk kepentingan pengawasan harus ditingkatkan, dengan dana operasional yang memadai, pengawasan terhadap keberadaan orang asing diharapkan dapat berjalan secara optimal. Selain itu, petugas pengawas lapangan yang terdidik dan terlatih di Kantor Imigrasi Kota Bandar Lampung harus ditambah jumlahnya.


(45)

Oleh

Raden Hidayatullah Akbar

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(46)

(skripsi)

Oleh

Raden Hidayattullah Akbar

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(47)

Halaman

ABSTRAK

PERSETUJUAN

PENGESAHAN

RIWAYAT HIDUP

MOTTO

PERSEMBAHAN

SANWACANA

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN ...

1

1. 1 Latar Belakang ...

1

1. 2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian ...

6

1. 2. 1 Permasalahan ...

6

1. 2. 2 Ruang Lingkup...

6

1. 3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...

7

1. 3. 1 Tujuan ...

7

1. 3. 2 Kegunaan ...

7

II. TINJAUAN PUSTAKA...

8

2. 1 Pengawasan ...

8

2. 1. 1 Pengertian Pengawasan ...

8

2. 1. 2 Fungsi Pengawasan ...

11

2. 1. 3 Tujuan Pengawasan...

12

2. 1. 4 Jenis-Jenis Pengawasan...

13

2. 1. 5 Sistem Pengawasan Keimigrasian...

16

2. 2 Orang Asing dan Keberadaan Orang Asing di Indonesia ...

19

2. 3 Pengawasan Orang Keberadaan Orang Asing di Indonesia...

22

2. 4 Imigrasi dan Keimigrasian ...

29

2. 4. 1 Pengertian Imigrasi dan Keimigrasian ...

29


(48)

3. 2 Sumber Data...

35

3. 3 Pengumpulan dan Pengolahan Data...

36

3. 4 Analisis Data ...

38

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...

39

4. 1 Keberadaan Orang Asing di Kota Bandar Lampung ...

39

4. 2 Pengawasan Terhadap Keberadaan Orang Asing Oleh Kantor

Imigrasi Kota Bandar Lampung...

43

4. 3 Faktor Penghambat Pengawasan Terhadap Keberadaan

Orang Asing Oleh Kantor Imigrasi di Kota Bandar Lampung ...

54

V. KESIMPULAN DAN SARAN ...

57

5. 1 Kesimpulan ...

57

5. 2 Saran ...

58

DAFTAR PUSTAKA


(49)

Buku:

Abdullah, Syaiful, 1993.

Memperkenalkan Hukum Keimigrasian

, Ghalia, Jakarta.

_________

, 1992.

Komentar Atas Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992

tentang Keimigrasian

, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Adikun Sudikun, Mertokusumo, 1991.

Mengenal Hukum Keimigrasian

, Liberty,

Jakarta.

Atmosdirjo, S. Prajudi. 1994.

Hukum Administrasi Negara

. Ghalia Indonesia,

Jakarta.

Barda Nawawi Arief, 1996.

Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana

, PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung.

Indra, Muhammad, 2008

. Perspektif Penegakan Hukum dalam Sistem

Keimigrasian Indonesia,

Universitas Padjadjaran, Bandung.

Manan, Bagir. 2000.

Hukum Keimigrasian dalam Sistem Hukum Nasional,

Jakarta.

Nurmayani. 2009.

Hukum Administrasi Daerah

. Universitas Lampung, Bandar

Lampung.

Santoso, M. Imam, 2004.

Perspektif Imigrasi dalam Pembangunan Ekonomi dan

Ketahanan Nasional

, UI Press, Jakarta.

Soetorawiro, Koemiatmanto, 1996.

Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian

Indonesia,

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Ukun, Wahyudin, 2004.

Telaah Masalah-Masalah Keimigrasian

,

Kumpulan

Artikel Keimigrasian

, PT. Adi Kencana Aji, Jakarta.

_________

, 2003.

Deportasi Sebagai Instrumen Penegakan Hukum dan

Kedaulatan Negara di Bidang Keimigrasian

, PT. Adi Kencana Aji, Jakarta.


(50)

Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 1994 tentang Pengawasan Orang Asing;

Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.02-PW.09.02 Tahun 1995 tentang

Tata Cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang Asing dan Tindakan

Keimigrasian.


(51)

BANDAR LAMPUNG

Nama Mahasiswa

:

Raden Hidayatullah Akbar

No. Pokok Mahasiswa

: 0812011247

Bagian

: Hukum Administrasi Negara

Fakultas

: Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Nurmayani, S.H., M.H.

Upik Hamidah, S.H., M.H.

NIP 1961 1219 198803 2 002

NIP 1960 0606 198703 2 012

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

Nurmayani, S.H., M.H.

NIP 1961 1219 198803 2 002


(52)

1. Tim Penguji

Ketua

:

Nurmayani, S.H., M.H.

...

Sekretaris

:

Upik Hamidah, S.H., M.H.

...

Penguji Utama

:

Syamsir Syamsu, S.H., M.H.

...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S.

NIP

1962 1109 198703 1 003


(53)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 18 Juni 1990.

Penulis merupakan anak ke dua dari dua bersaudara, dari

pasangan Bapak Abdul Halim, S.M., H.K. (Alm) dan Ibu

Suherniyati, S.H. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK

Budi Bhakti 1 Bandar Lampung pada tahun 1995-1996, Sekolah Dasar di SD

Kartika II-5 Bandar Lampung pada tahun 1996-2002, Sekolah Menengah Pertama

di SMP Negeri 1 Bandar Lampung pada tahun 2002-2005, dan Sekolah Menengah

Atas di SMA Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2005-2008. Dengan

mengikuti jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)

penulis diterima di Fakultas Hukum Universitas Lampung pada tahun 2008.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi yaitu

sebagai Anggota Angkatan Muda Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum

(BEM FH) periode 2008-2009, Anggota Tetap Perhimpunan Mahasiswa Hukum

Untuk Seni (PERSIKUSI) periode 2008-sekarang, dan Anggota Tetap Himpunan

Mahasiswa Hukum Administrasi Negara (HIMA HAN) periode 2011-2012.


(54)

“ Tak ada yang tak mungkin selama dirimu yakin“

“Yang terpenting bukan siapa yang menghakimi mu saat kamu terjatuh, tetapi

siapa yang ada disamping mu dan membantu mu untuk berdiri kembali”


(55)

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji syukur kepada Allah SWT, kupersembahkan skripsi ini sebagai wujud

kasih sayangku kepada Mama dan Papa (Alm) tercinta yang tak henti-hentinya

selalu mendoakan untuk keberhasilanku.

Keluarga yang selalu mendukungku, terimakasih untuk semuanya.

Sahabat-sahabat yang selalu ada di saat suka dan duka. Terimakasih sudah

menjadi sahabat yang baik, sukses untuk kita semua.


(56)

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “

Pengawasan

Terhadap Keberadaan Orang Asing Oleh Kantor Imigrasi Di Kota Bandar

Lampung

”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan, bimbingan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada

kesempatan ini dengan segala kerendahan hati saya menyampaikan ucapan terima

kasih kepada:

1.

Ibu Nurmayani, S.H., M.H., selaku Pembimbing I yang telah meluangkan

waktu serta memberikan arahan, bimbingan, dan masukan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2.

Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku Pembimbing II yang telah meluangkan

waktu serta memberikan arahan, bimbingan, dan masukan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

3.

Bapak Syamsir Syamsu, S.H., M.H., selaku Pembahas I yang telah

memberikan masukan, saran, dan kritik yang membangun kepada penulis

untuk memperbaiki dan menyempurnakan skripsi ini.


(57)

memperbaiki dan menyempurnakan skripsi ini.

5.

Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

6.

Ibu Nurmayani, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi

Negara dan Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku Sektertaris Bagian Hukum

Administrasi Negara.

7.

Ibu Lindati Dwiatin, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik terima kasih

atas bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama studi di Fakultas

Hukum Universitas Lampung.

8.

Bapak Drs. Johny Johan Saad selauku Kepala Kantor Imigrasi Kota Bandar

Lampung yang telah bersedia meluangkan waktunya yang padat dan menjadi

informan dalam pembuatan skripsi ini.

9.

Bapak Kustono selaku Kepala Seksi Bagian Pengawasan Keimigrasian Kota

Bandar Lampung yang telah bersedia meluangkan waktunya menjadi

informan dalam pembuatan skripsi ini.

10. Seluruh staf dan pegawai Kantor Imigasi Kota Bandar Lampung. Terimakasih

telah bersedia meluangkan waktunya yntuk membamtu saya.

11. Mama, Papa, dan Kakak terimakasih untuk semua dukungan, semangat, dan

doa yang diberikan. Semoga saya bisa menjadi anak yang membanggakan

untuk keluarga.

12. Susiana, terimakasih selama ini telah menemani dan selalu memberi

semangat kepada saya dari awal hingga akhirnya saya mendapatkan yang

terbaik untuk hidup saya.


(58)

Terimakasih untuk pertemanan kalian selama ini,

14. Teman-teman HIMA HAN, Iqbal, Raydo, Anday, Meyzon, Aldi, Tangguh,

Shandi, Dova, Danu, Dimas Akbar, Gery, dll yang gak bisa di sebutin satu

persatu namanya, Terimakasih atas kebersamaannya kita selama ini.

15. Keluarga KKN Desa Sungai Badak Kabupaten Mesuji, teman-teman KKN

yang berjuang sama-sama selama 40 hari.

16. Teman-teman anggota Angkatan Muda Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas

Hukum (BEM FH) periode 2008-2009, teman-teman anggota Perhimpunan

Mahasiswa Hukum Untuk Seni ( PERSIKUSI) periode 2008-sekarang, dan

teman-teman angkatan 2008 Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari meskipun telah berusaha semaksimal mungkin skripsi ini

masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran

serta mengaharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Hanya ucapan terimakasih

yang dapat penulis berikan semoga kebaikan dan bantuan yang telah

diberikan kepada penulis mendapat ridho-Nya, aamiin.

Bandar Lampung,

Mei 2012

Penulis,


(1)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 18 Juni 1990. Penulis merupakan anak ke dua dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Abdul Halim, S.M., H.K. (Alm) dan Ibu Suherniyati, S.H. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Budi Bhakti 1 Bandar Lampung pada tahun 1995-1996, Sekolah Dasar di SD Kartika II-5 Bandar Lampung pada tahun 1996-2002, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Bandar Lampung pada tahun 2002-2005, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2005-2008. Dengan mengikuti jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) penulis diterima di Fakultas Hukum Universitas Lampung pada tahun 2008.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi yaitu sebagai Anggota Angkatan Muda Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum (BEM FH) periode 2008-2009, Anggota Tetap Perhimpunan Mahasiswa Hukum Untuk Seni (PERSIKUSI) periode 2008-sekarang, dan Anggota Tetap Himpunan Mahasiswa Hukum Administrasi Negara (HIMA HAN) periode 2011-2012.


(2)

MOTTO

“ Tak ada yang tak mungkin selama dirimu yakin“

“Yang terpenting bukan siapa yang menghakimi mu saat kamu terjatuh, tetapi siapa yang ada disamping mu dan membantu mu untuk berdiri kembali”


(3)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji syukur kepada Allah SWT, kupersembahkan skripsi ini sebagai wujud kasih sayangku kepada Mama dan Papa (Alm) tercinta yang tak henti-hentinya

selalu mendoakan untuk keberhasilanku.

Keluarga yang selalu mendukungku, terimakasih untuk semuanya.

Sahabat-sahabat yang selalu ada di saat suka dan duka. Terimakasih sudah menjadi sahabat yang baik, sukses untuk kita semua.


(4)

SANWACANA

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengawasan Terhadap Keberadaan Orang Asing Oleh Kantor Imigrasi Di Kota Bandar Lampung”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Nurmayani, S.H., M.H., selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu serta memberikan arahan, bimbingan, dan masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu serta memberikan arahan, bimbingan, dan masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Syamsir Syamsu, S.H., M.H., selaku Pembahas I yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik yang membangun kepada penulis untuk memperbaiki dan menyempurnakan skripsi ini.


(5)

4. Bapak Agus Triono, S.H., M.H., selaku Pembahas II yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik yang membangun kepada penulis untuk memperbaiki dan menyempurnakan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

6. Ibu Nurmayani, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara dan Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku Sektertaris Bagian Hukum Administrasi Negara.

7. Ibu Lindati Dwiatin, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik terima kasih atas bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

8. Bapak Drs. Johny Johan Saad selauku Kepala Kantor Imigrasi Kota Bandar Lampung yang telah bersedia meluangkan waktunya yang padat dan menjadi informan dalam pembuatan skripsi ini.

9. Bapak Kustono selaku Kepala Seksi Bagian Pengawasan Keimigrasian Kota Bandar Lampung yang telah bersedia meluangkan waktunya menjadi informan dalam pembuatan skripsi ini.

10. Seluruh staf dan pegawai Kantor Imigasi Kota Bandar Lampung. Terimakasih telah bersedia meluangkan waktunya yntuk membamtu saya.

11. Mama, Papa, dan Kakak terimakasih untuk semua dukungan, semangat, dan doa yang diberikan. Semoga saya bisa menjadi anak yang membanggakan untuk keluarga.

12. Susiana, terimakasih selama ini telah menemani dan selalu memberi semangat kepada saya dari awal hingga akhirnya saya mendapatkan yang terbaik untuk hidup saya.


(6)

13. Teman-Teman kampus Angga, Bahrul, Jeke, Dimas Abi Yoga, Dimas Aji Saputra, Rully Fiernando, Syendro, Jale, Erick, Rio, dan Ricky Corank. Terimakasih untuk pertemanan kalian selama ini,

14. Teman-teman HIMA HAN, Iqbal, Raydo, Anday, Meyzon, Aldi, Tangguh, Shandi, Dova, Danu, Dimas Akbar, Gery, dll yang gak bisa di sebutin satu persatu namanya, Terimakasih atas kebersamaannya kita selama ini.

15. Keluarga KKN Desa Sungai Badak Kabupaten Mesuji, teman-teman KKN yang berjuang sama-sama selama 40 hari.

16. Teman-teman anggota Angkatan Muda Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum (BEM FH) periode 2008-2009, teman-teman anggota Perhimpunan Mahasiswa Hukum Untuk Seni ( PERSIKUSI) periode 2008-sekarang, dan teman-teman angkatan 2008 Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari meskipun telah berusaha semaksimal mungkin skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran serta mengaharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Hanya ucapan terimakasih yang dapat penulis berikan semoga kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat ridho-Nya, aamiin.

Bandar Lampung, Mei 2012

Penulis,