Pemikiran Positivisme Hukum Dari Perspektif Ontologis

6 metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic, practical methodology and metaphysics”. Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur- prosedur pengamatan, pola-pola perbincangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika.

I.1 Pemikiran Positivisme Hukum Dari Perspektif Ontologis

Perkembangan positivisme hukum sangat penting ditelaah dari perspektif ontologis 12 , yaitu menelaah dan menganalisa apakah hakekat dari positivisme hukum tersebut. Pemikiran positivisme hukum juga tidak terlepas dari pengaruh perkembangan positivisme ilmu dan sekaligus menunjukkan perbedaannya dari pemikiran hukum kodrat, dimana hukum kodrat membahas permasalahan validasi hukum buatan manusia, sedangkan pada positivisme hukum aktivitas justru diturunkan kepada permasalahan konkrit. 13 Esensi dari positivisme hukum adalah bahwa hukum adalah perintah. Analisis atau studi tentang makna konsep-konsep hukum adalah suatu studi penting, analisis atau studi itu harus dibedakan dari studi sejarah, studi sosiologis dan penilaian kritis dalam makna moral, tujuan-tujuan sosial dan fungsi-fungsi sosial. Positivisme hukum melihat sistem hukum adalah sistem tertutup yang logis, yang merupakan putusan-putusan yang tepat yang dapat dideduksikan secara logis dari aturan-aturan yang sudah ada sebelumnya. Dan positivisme hukum memandang, bahwa penghukuman secara moral 12 Kajian ontologis sangat terkait dengan obyek material dari Filsafat Ilmu, obyek material diartikan sebagai adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan materi pembicaraan. Objek material adalah objek yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Lihat Mohammad Adib, Filsafat Ilmu; Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan logika Ilmu Pengetahuan Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2010 53, dalam Muhlisin, Filsafat Dan Filsafat Ilmu Konseptualisasi dan Identifikasi,muhlis.files.wordpress.com...filsfat-ilmuilmu-filsafat-... , diakses Senin 11 November 2013. 13 Boy Yendra Tamin, Positivisme Hukum di Indonesia dan Perkembangannya, http: boyyendratamin. blogspot.com 2011 08 positivisme- hukum- di-indonesia-dan.html, diakses Senin 7 Januari 2014. 7 tidak lagi dapat ditegakkan, melainkan harus dengan jalan argumen yang rasional atau pun dengan pembuktian alat bukti. 14 Adapun tokoh-tokoh yang terkenal dari mazab positivisme hukum adalah John Austin, Hans Kelsen dan Herbert Lionel Adolphus Hart. John Austin 1790-1859 ditempatkan sebagai “the founding father of legal positivisme”. John Austin dikenal sebagai pakar hukum paling terkemuka di awal abad ke-19. Karya utama dari John Austin adalah The Province of Jurisprudence Determined 1832. John Austin mendifinisikan hukum positif sebagai “the concepts of sovereignty, subjection, and independent political community” 15 Karya dan pemikirannya berfokus pada hukum dalam hubungannya dengan prilaku manusia. Hakekat positivisme hukum menurut John Austin: ”Law is a command set, either directly or circuitously, by a sovereign individual or body, to a member or members of some independent political society in which his auhority is supreme.” Jadi hukum adalah seperangkat perintah, baik langsung ataupun tidak langsung, dari pihak yang berkuasa kepada warga masyarakatnya yang merupakan masyarakat politik yang independen, dimana otoritasnya pihak yang berkuasa merupakan otoritas yang tertinggi. 16 Suatu perintah yang merupakan ungkapan dari keinginan yang diarahkan oleh otoritas yang berdaulat, yang mengharuskan orang atau orang-orang untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu hal. 17 Karakteristik hukum yang terpenting menurut Austin terletak pada karakter imperatifnya. Hukum dipahami sebagai suatu perintah dari penguasa. Akan tetapi tidak semua perintah oleh Austin dianggap sebagai sebagai hukum, menurut pandangannya hanya oleh perintah-perintah umum yang mengharuskan seseorang atau orang-orang untuk bertindak untuk menaati hukum tersebut. Kata kunci dalam hukum menurut Austin adalah perintah yang diartikan perintah umum dari entitas politik yang memiliki kedaulatan, yakni otoritas politik yang paling tinggi the supreme political authority, yang berfungsi mengatur perilaku 14 Boy Yendra Tamin, Positivisme Hukum di Indonesia dan Perkembangannya, http: boyyendratamin. blogspot.com 2011 08 positivisme- hukum- di-indonesia-dan.html, diakses Senin 7 Januari 2014. 15 Achmad Ali, 2012, Menguak Teori Hukum Legal Theory Dan Teori Peradilan Judicialprudence: Termasuk Interpretasi Undang-Undang Legisprudence, Cet. ke-4, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 56. 16 Ibid. 17 Ibid. 8 anggota masyarakat. 18 Perdebatan mengenai hububngan hukum dan politik memiliki akar sejarah panjang dalam ilmu hukum. Bagi kalangan penganut aliran positivisme hukum seperti John Austin, hukum adalah tidak lain dari produk politik atau kekuasaan. 19 Pemikiran John Austin tentu masih terwujud dalam pembangunan hukum di Indonesia saat ini. Bahwa peraturan perundang-undangan khususnya undang-undang di Indonesia adalah merupakan produk politik yaitu produk dari Pemerintah eksekutif dengan Parlemen legislativ. Terlihat bahwa dalam proses pembentukan hukum di Indonesia adanya suatu ruang bagi masuknya suatu proses politik melalui wadah institusi politik untuk terbentuknya suatu produk hukum. Sehubungan dengan itu, ada dua kata kunci yang akan diteliti lebih jauh tentang pengaruh kekuasaan dalam hukum yakni mencakup kata “process” dan kata “institutions,” dalam mewujudkan suatu peraturan perundang- undangan sebagai produk politik. Pengaruh itu akan semakin nampak pada produk peraturan perundang-undang oleh suatu institusi politik yang sangat dipengarhi oleh kekuata-kekuatan politik yang besar dalam institusi politik. Sehubungan dengan masalah ini, Miriam Budiarjo berpendapat bahwa kekuasaan politik diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi kebijaksanaan umum pemerintah baik terbentuknya maupun akibat-akibatnya, sesuai dengan pemegang kekuasaan M.Kusnadi, SH., 2000 : 118. 20 Pelanjut dari ajaran John Austin adalah Hans Kelsen. Biografi lengkap tentang Hans Kelsen disusun oleh Rudolf Aladar Metall, Hans Kelsen: Leben und Werk diterbitkan tahun 1969. 21 Tahun 1906 Kelsen memperoleh gelar Doktor dibidang hukum. Pada tahun 1905 Kelsen menerbitkan buku pertamanya berjudul Die Staatslehre des Dante Alighieri. Pada tahun 1908 dia mengikuti seminar di Heidelberg yang diselenggarakan oleh George Jellinek. Tahun 1911 Kelsen mengajar di University of Vienna untuk bidang hukum publik dan filsafat hukum dan menyelesaikan karya Hauptprobleme der Staatsrechtslehre. Pada tahun 1914 menerbitkan dan menjadi editor 18 http:vocblogg.blogspot.com201304makalah-teori-positivisme-dan-teori.html, diakses Senin 7 Januari 2014. 19 Hamdan Zoelva, Hukum dan Politik dalam Sistem Hukum Indonesia, http:hamdanzoelva. wordpress. com 2008 02 20 hukum-dan-politik-dalam-sistem- hukum-indonesia, diakses Jumat 17 Januari 2014. 20 Hamdan Zoelva, Hukum dan Politik dalam Sistem Hukum Indonesia, http:hamdanzoelva. wordpress. com 2008 02 20 hukum-dan-politik-dalam-sistem- hukum-indonesia, diakses Jumat 17 Januari 2014. 21 Jimly Asshiddiqie Dan Ali Safa’at, 2006, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Cet-1, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, hlm. 1. 9 the Austrian Journal of Public Law. 22 Tahun 1918 dia menjadi associate professor dibidang hukum pada University of Vienna dan tahun 1919 menjadi profesor penuh dibidang hukum publik dan hukum administrasi. Pecahnya perang dunia kedua dan kemungkinan terlibatnya Switzerland dalam konflik tersebut memotivasi Kelsen Pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1940. Di Amerika Serikat Kelsen mengajar di Harvard University dari tahun 1940 sampai dengan tahun 1942, menjadi visiting professor di California University, Barkeley. Pada tahun 1945 Kelsen menjadi warga negara Amerika Serikat dan menjadi penasehat pada United Nation War Crimes Commission di Washington dengan tugas utama menyiapkan aspek hukum dan teknis pengadilan Nuremberg. Kelsen juag menjadi visiting professor di Geneva, Newport, The Hague, Vienna, Copenhagen, Chicago, Stockholm, Helsinkfors dan Edinburg. Kelsen memperoleh 11 gelar doktor honoris causa dari Utrecht, Harvard, Chicago, Mexico, Berkeley, Salamanca, Berlin, Vienna, New York, Paris dan Salzburg. Kelsen tetap aktif dan produktif setelah pensiun pada tahun 1952. Kelsen tinggal di Amerika Serikat hingga akhir hayatnya pada tahun 1973. Kelsen meninggal di Barkeley 19 April 1973 pada usia 92 tahun dengan meninggalkan sekitar 400 karya. 23 Ada tiga hakekat atau inti dari ajaran utama Hans Kelsen dalam positivisme hukum, yaitu: 24 a. Ajaran hukum murni reine rechtslehre.