Karakteristik Sosial Ekonomi Lansia Perdesaan Provinsi Bali
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2014 “Peranan Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat Manusia”
898 | Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014 masih mampu dan kuat bekerja, desakan ekonomi, dan aktualisasi diriemosi, seperti yang dikemukakan
oleh Wirakartakusumah 1996. Alasan ekonomi yang menjadi sebab lansia bekerja juga dikemukakan oleh Sigit 1988, dengan masih bekerjanya lansia berarti mereka masih dapat menghidupi dirinya sendiri.
Bahkan tidak sedikit lansia yang masih menghidupi keluarga anaknya yang tinggal bersamanya, karena mereka hidup dalam keluarga yang tidak mampu.
Tabel 1. Karakteristik Social Ekonomi Lansia Pedesaan Provinsi Bali
Variabel N
Variabel N
Status Bekerja 1. Tidak Bekerja
2. Bekerja 123
235 34.5
65.6 Ada tidak Tanggungan
1. Tidak ada 2. Ada
239 119
66.8 33.2
Jenis Kelamin 1. Laki-laki
2. Wanita 175
183 48.9
51.1 Status Kesehatan
1. Tidak sehat 2. Sehat
134 224
37.4 62.6
Status Kawin 1. Belum Kawin
2. Kawin 3. Cerai Hidup
4. Cerai Mati 10
280 6
62 2.8
78.2 1.7
17.3 Tunjangan Hari Tua
1. Tidak ada 2. Ada
300 58
83.8 16.2
Tingkat Pndidik 1. Tidak sekolah
2. SD 3. SMP
4. SMA 5. PT
158 147
23 19
11 44.1
41.1 6.4
5.3 3.1
Pendapatan 1. Tidak ada
2. Rp.500.000 3. 500.000-1 juta
4. 1 Juta 124
98 81
55 34.6
27.4 22.6
15.4
Status dlm RT 1. Anggota RT
2. Kepala RT 223
135 62.3
37.7 Pendapatan Keluarga
1. 1 juta 2. 1.000.001 – 2 juta
3. 2 juta 129
160 69
36.0 44.7
19.3 Kepuasan Ekonomi
1. Tidak Puas 2. Puas
180 178
50.3 49.7
Ketergantung ekonomi 1. Tidak
2. Ya 157
201 43.9
56.1
Deskripsi responden menurut adatidaknya tunjangan hari tua, diperoleh sebagian besar lansia 83.8 tidak mempunyai tunjangan hari tua, dan sisanya mempunyai tunjangan hari tua, seperti
tunjangan pensiun, asuransi hari tua, Jaminan sosial lanjut usia JSLU, maupun tunjangan lainnya. Status kesehatan lansia, menunjukkan sebagian besar responden 62,6 dari 358 total lansia mempunyai status
sehat, sedangkan sisanya 37,4 menyatakan tidak sehat. Karakteristik lansia yang lain, hasil penelitian menunjukkan bahwa 51,1 responden adalah lansia wanita dan 48,9 lansia laki-laki. Status kawin lansia
menunjukkan bahwa 78,2 dengan status kawin, 17,3 status cerai mati, dan sisanya terdiri dari status belum kawin dan cerai hidup. Responden menurut statusnya dalam rumah tangga, menunjukkan 62,3
anggota rumah tangga dan 37,3 merupakan kepala rumah tangga. Karakteristik responden menurut ada tidaknya tanggungan dalam rumah tangga, diperoleh sebagian besar lansia, yaitu 66,8 tidak mempunyai
tanggungan, sedangkan sisanya menyatakan mempunyai tanggungan.
Variabel tingkat pendidikan responden menunjukkan bahwa sebagian besar lansia mempunyai tingkat pendidikan Tidak Sekolah sebesar 44,1, SD 41,1, sisanya 14,8 dengan status SMP, SMA,
dan Perguruan Tinggi. Secara keseluruhan, tingkat pendidikan lansia umumnya rendah, seperti halnya kondisi pendidikan penduduk Indonesia pada umumnya. Kondisi demikian sangat dimaklumi mengingat
kebanyakan lansia pada waktu mereka berada pada saat usia sekolah, mereka hidup dalam jaman penjajahan atau jaman perang, dan besar kemungkinan bahwa hanya sedikit dari mereka harus bersekolah, selain itu
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2014 “Peranan Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat Manusia”
Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014 | 899 juga sarana pendidikan masih sangat terbatas dibanding sekarang.
Deskripsi responden menurut pendapatan, diperoleh 34,6 lansia tidak mempunyai pendapatan, 27,4 dengan pendapatan kurang dari Rp. 500.000,-, pendapatan Rp. 500.000 – 1.000.000,- sebesar 22,6,
dan untuk pendapatan lebih dari Rp.1.000.000,- sebesar 15,4. Sebagian besar pendapatan responden rendah. Hal ini disebabkan sewaktu masih muda mereka terserap di bidang pertanian, sehingga
ketika mereka sudah lanjut usia seperti sekarang, pekerjaan-pekerjaan pertanian sudah tidak mampu lagi mereka kerjakan. Dengan demikian mereka tidak mempunyai pekerjaan. Sama halnya dengan
responden yang bekerja di sektor industri. Tingkat pendidikan yang ditamatkan responden sejalan dengan tingkat pekerjaan dan pendapatan yang diperoleh. Karena tingkat pendidikan responden
rendah dan pekerjaan yang mereka peroleh adalah di sektor swasta, penghasilan mereka rendah. Dengan kondisi seperti itu mereka tidak dapat menabung menyisihkan uang untuk hari tua. Ketika
mereka berhenti dari pekerjaan tidak mendapatkan tunjangan kesejahteraan hari tua, sehingga mayoritas responden mendapatkan pendapatan per bulan sangat sedikit.
Deskripsi pendapatan keluarga responden, dari 358 lansia, sebanyak 36,0 dengan pendapatan kurang dari Rp. 1.000.000,-, pendapatan antara Rp. 1.000.001,- – Rp. 2.000.000,- sebanyak 44.7 ,
dan pendapatan lebih dari Rp. 2.000.000,- sebesar 19,3. Deskripsi responden menurut ketergantungan ekonomi lansia terhadap anggota keluarga lain, menunjukkan bahwa 56,1 menyatakan tergantung, dan
43,9 menyatakan tidak tergantung secara ekonomi terhadap anggota keluarga lain. Jawaban responden mengenai pertanyaan apakah merasa puas terhadap kondisi ekonomi mereka saat ini, diperoleh 50,3
responden menyatakan tidak puas dan 49,7 menyatakan puas terhadap kondisi ekonomi mereka.