Alur Penelitian METODE PENELITIAN

44 Berikut ini merupakan penjelasan mengenai input cell cards yang tertera dalam Tabel 12. Tabel 12. Jenis Input Cell Cards pada MCNPX Pelowitz, 2008; Muslih, 2014 Parameter Input Deskripsi j Menyatakan nomor cell. Nomor cell antara 1 j 99999 dan harus merupakan angka unik. m Menyatakan material penyusun cell. - Jika m 0; maka cell berisi material m. - Jika m 0; maka cell merupakan void. d Menyatakan densitas cell. - Jika d 0; maka densitas yang digunakan adalah densitas atom, dengan satuan 10 24 atom.cm -3 . - Jika d 0; maka densitas yang digunakan adalah densitas massa, dengan satuan g.cm -3 . - Jika cell yang didefinisikan adalah void, maka tidak ada input densitas. geom Menyatakan spesifikasi geometri cell. Geom terdiri dari nomor surface dan operator Boolean yang menyatakan bagaimana suatu daerah terbentuk yang hanya dibatasi oleh surface. Operator Boolean meliputi: - “spasi” menyatakan irisan - “:” menyatakan gabungan - “” menyatakan komplemen. params Menyatakan spesifikasi opsional dari parameter cell . 45 Parameter Input Deskripsi Params meliputi IMP, VOL, PWT, EXT, FCL, WWN, DXC, NONU, PD, TMP, U, TRCL, LATT, dan FILL. c. Surface Cards Surface cards adalah bagian dari input MCNPX yang berisi batas-batas geometri standar yang merupakan ekspresi dari persamaan matematika. Sebagai contoh, suatu bidang batas datar plat merupakan ekspresi dari persamaan linier, sementara bidang batas silinder merupakan ekspresi dari persamaan lingkaran. Berikut ini merupakan tabel beberapa surface cards pada MCNPX. Tabel 13. Beberapa Jenis Input Surface Cards pada MCNPX Pelowitz, 2008; Muslih, 2014 Mnemonic Tipe Deskripsi Persamaan Input px Plat Tegak lurus sumbu X D py Tegak lurus sumbu Y D pz Tegak lurus sumbu Z D cx Silinder Sejajar terhadap sumbu X cy Sejajar terhadap sumbu Y cz Sejajar terhadap 46 Mnemonic Tipe Deskripsi Persamaan Input sumbu Z cx Silinder Pada sumbu X cy Pada sumbu Y cz Pada sumbu Z d. Data Cards Data cards adalah bagian dari input MCNPX yang berisi informasi yang terkait dengan cell, misalnya berupa unsur penyusun cell , sumber radiasi, data titik interpolasi untuk dosis radiasi, mode pengukuran, energi dan jumlah iterasi yang ingin dilakukan terkait kebutuhan akurasi. Dalam MCNPX pendefinisian unsur kimia disebut ZAid, yaitu identitas id unsur yang diwakili oleh nomor atom Z dan nomor massa A. Suatu material dapat tersusun lebih dari satu unsur, maka penulisannya adalah ZAid diikuti fraksi atom dalam senyawa atau campuran tersebut Muslih, 2014. Pada data cards juga terdapat input untuk melakukan pengukuran neutron dan gamma. Mode pengukuran tally dalam MCNPX secara lengkap dijelaskan dalam Tabel 5 pada bab kajian pustaka. 2. Running MCNPX Running MCNPX dilakukan menggunakan aplikasi command promt cmd dengan cara memanggil file kode input MCNPX yang telah dibuat. Kode input MCNPX ditulis dalam notepad dan disimpan dengan format .i file. Gambar 9 menunjukkan contoh proses awal running kode input MCNPX untuk konsentrasi boron 10 gg kanker. 47 Gambar 9. Tampilan awal proses Running MCNPX 3. Hasil Output MCNPX Hasil output MCNPX secara otomatis tersimpan satu folder dengan file kode input-nya. Format hasil output MCNPX tersimpan dalam bentuk file bereksistensi .o yang berisi hasil perhitungan. Gambar 10 menunjukkan contoh hasil output MCNPX yang berupa nilai fluks neutron rerata pada jaringan. Gambar 10. Contoh File output MCNPX 48

E. Metode Perhitungan Dosis Radiasi pada BNCT

Perhitungan dosis pada BNCT terdiri dari empat bagian sesuai dengan interaksi neutron yang terjadi. Komponen dosis BNCT antara lain yaitu dosis alfa, dosis gamma dari reaktor dan hasil interaksi dengan materi, dosis proton, dan dosis hamburan neutron. Keluaran dari MCNPX yang dapat digunakan langsung adalah nilai laju dosis gamma dari reaktor dan dosis hamburan neutron. Analisis kemudian dilanjutkan dengan melakukan perhitungan menggunakan aplikasi Microsoft Excel sesuai dengan langkah-langkah berikut:

1. Perhitungan Jumlah Atom dalam Jaringan

Jumlah atom dalam suatu jaringan menunjukkan kemungkinan terjadinya reaksi antara neutron dengan senyawa selama proses iradiasi. Jumlah atom dalam jaringan dapat diperoleh dengan cara membagi nilai jumlah atom suatu unsur pada suatu jaringan dengan massa jaringan dengan satuan kg atau dapat dituliskan dalam persamaan berikut ini Berlianti, 2013: 23 Nilai jumlah atom dapat diperoleh dengan cara mengalikan nilai mol suatu unsur dengan bilangan Avogadro , yang ditulis dalam persamaan berikut Berlianti, 2013: 24 Nilai mol suatu unsur merupakan hasil pembagian dari massa suatu unsur dengan massa atom relatif unsur tersebut, yang ditulis dalam persamaan berikut Berlianti, 2013: 25 49

2. Perhitungan Laju Dosis

Laju dari komponen yang akan dihitung secara manual memiliki perbedaan persamaan dengan yang digunakan. Perhitungan yang akan dilakukan adalah: a. Laju dosis gamma hasil reaksi neutron termal dengan hidrogen-1 Reaksi antara neutron termal dan hidrogen-1 yang mengikuti persamaan 2, menghasilkan gamma berenergi 2,23 MeV. Perhitungan laju pembentukan deuterium dilakukan karena laju pembentukan gamma pada reaksi ini sama dengan laju pembentukan deuterium. Laju pembentukan gamma dihitung dengan persamaan berikut Berlianti, 2013; Irhas, 2014: 26 dengan adalah laju pembentukan deuterium hidrogen-2 atau laju pelepasan gamma, yang memiliki satuan fotonkg.s = Bqkg; adalah fluks neutron termal, yang memiliki satuan neutron.cm -2 .s -1 ; adalah jumlah atom hidrogen per kg jaringan, yang memiliki satuan atomkg; dan adalah tampang lintang serapan neutron termal terhadap hidrogen, yang memiliki satuan cm 2 . Fraksi dosis serap gamma merupakan koefisien yang menunjukkan dosis yang diterima jaringan dari energi radiasi gamma tertentu. Penentuan laju dosis untuk gamma pada jaringan ditentukan dengan persamaan berikut Berlianti, 2013; Irhas, 2014: 27 dengan adalah laju dosis gamma, yang memiliki satuan Gys; adalah koefisien laju dosis serapaktivitas spesifik gamma dari satuan CGS ke SI 1,6x10 -13 x 2,33 MeV = 3,568 x10 -13 ; dan adalah fraksi dosis serap gamma ditentukan dengan melihat lampiran 4. 50 b. Laju dosis proton hasil reaksi neutron termal dengan nitrogen-14 Laju dosis proton berasal dari reaksi tangkapan neutron termal dengan nitrogen-14, yang menghasilkan karbon-14 dan proton berenergi 0,66 MeV. Dari reaksi tersebut, laju dosis proton ditentukan dengan persamaan berikut Berlianti, 2013; Irhas, 2014: proton 28 dengan proton adalah laju dosis proton, yang memiliki satuan Gys; adalah fluks neutron termal, yang memiliki satuan neutron.cm -2 .s -1 ; adalah jumlah atom nitrogen-14 per kg jaringan, yang memiliki satuan atomkg jaringan; adalah tampang lintang mikroskopik serapan nitrogen-14, yang memiliki satuan cm 2 ; dan Q adalah energi partikel, yang memiliki satuan MeV. c. Laju dosis alfa hasil reaksi neutron termal dengan boron-10 Laju dosis alfa diperoleh dari hasil reaksi antara neutron termal dengan boron-10, sesuai dengan persamaan 1. Reaksi tersebut menghasilkan alfa dengan energi rerata Q 2,33 MeV. Perhitungan laju dosis alfa menggunakan persamaan berikut Berlianti, 2013; Irhas, 2014: alfa 29 dengan alfa adalah laju dosis alfa,yang memiliki satuan Gys; adalah fluks neutron termal,yang memiliki satuan neutron.cm -2 .s -1 ; adalah jumlah atom boron-10 per kg jaringan, yang memiliki satuan atomkg jaringan; adalah tampang lintang mikroskopik serapan boron-10, yang memiliki satuan cm 2 ; dan Q adalah energi partikel, yang memiliki satuan MeV. 51 d. Laju dosis total Laju dosis total yang dianalisis pada penelitian ini memiliki prinsip yang sama dengan dosis ekuivalen pada proteksi radiasi. Dosis ekuivalen merupakan sebaran dosis yang khusus digunakan dalam proteksi radiasi dan menyatakan besarnya tingkat kerusakan pada jaringan tubuh akibat terserapnya sejumlah energi radiasi dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dosis ekuivalen diperoleh dengan cara mengalikan dosis serap dengan faktor bobot radiasi. Faktor bobot radiasi merupakan koefisien yang menunjukkan kemampuan merusak dari suatu radiasi. Perhitungan laju dosis total dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut Berlianti, 2013; Irhas, 2014: 30 dengan total adalah laju dosis total, yang memiliki satuan Gys; adalah faktor bobot radiasi dari alfa; adalah laju dosis alfa, yang memiliki satuan Gys; adalah faktor bobot radiasi dari proton; adalah laju dosis proton, yang memiliki satuan Gys; adalah faktor bobot radiasi dari neutron; adalah laju dosis neutron, yang memiliki satuan Gys; adalah faktor bobot radiasi dari gamma; dan adalah laju dosis gamma, yang memiliki satuan Gys. Perhitungan laju dosis total dari masing-masing radiasi memiliki kontribusi yang berbeda seperti yang sudah dijelaskan pada Bab 2 yang disebabkan oleh faktor RBE, CBE, dan dose reduction factor. Perbedaan tersebut ditandai oleh perbedaan nilai faktor bobot radiasi. Nilai faktor bobot radiasi ditentukan setelah mempertimbangkan faktor- faktor yang mempengaruhi efek biologis. Nilai tersebut berbeda tergantung jenis radiasi yang digunakan. Faktor bobot radiasi yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 14.

Dokumen yang terkait

PERANCANGAN PEMANDU BERKAS NEUTRON HASIL REAKSI PROTON 30 MeV PADA TARGET BERILIUM SEBAGAI SUMBER NEUTRON PADA BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) MENGGUNAKAN SOFTWARE MCNPX.

0 0 18

ANALISIS DOSIS BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) PADA KANKER OTAK (GLIOBLASTOMA MULTIFORM) MENGGUNAKAN MCNPX-CODE DENGAN SUMBER NEUTRON DARI KOLIMATOR KOLOM TERMAL REAKTOR NUKLIR KARTINI.

1 9 102

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Optimasi Sudut Penyinaran Boron Neutron Capture Therapy (BNCT) pada Kanker Paru-Paru Menggunakan Simulasi MCNPX

0 0 1

ANALISIS DOSIS PADA KANKER PAYUDARA DENGAN BNCT MENGGUNAKAN MCNPX DENGAN SUMBER NEUTRON GENERATOR.

0 0 2

ANALISIS DOSIS PADA PENYEMBUHAN KANKER PAYUDARA DENGAN BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) MENGGUNAKAN MCNP X.

0 3 94

ANALISIS FLUKS NEUTRON PADA BEAM PORT TEMBUS RADIAL REAKTOR KARTINI UNTUK FASILITAS UJI IN VIVO DAN IN VITROBORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT).

0 0 2

ANALISIS FLUKS NEUTRON PADA BEAM PORT TEMBUS RADIAL REAKTOR KARTINI UNTUK FASILITAS UJI IN VIVO DAN IN VITROBORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT).

0 0 3

DESAIN PERISAI RADIASI FASILITAS UJI IN VITRO BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) PADA BEAM PORT TEMBUS RADIAL REAKTOR KARTINI MENGGUNAKAN SIMULATOR MONTE CARLO N-PARTICLE EXTENDED (MCNPX).

0 2 2

DOSIS BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) PADA KANKER KULIT (MELANOMA MALIGNA) MENGGUNAKAN MCNPX-CODE DENGAN SUMBER NEUTRON DARI BEAMPORT TEMBUS REAKTOR KARTINI.

0 2 2

OPTIMIZATION OF BIOLOGICAL SHIELD FOR BORON NEUTRON CAPTURE CANCER THERAPY (BNCT) AT KARTINI RESEARCH REACTOR

0 0 10