UJI EFEKTIVITAS ANDROGRAPHIS PANICULATA NEES (SAMBILOTO) TERHADAP STAPHYLOCOCCUS AUREUS DAN ESCHERICHIA COLI

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas hidayah-Nya
akripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “ UJI EFEKTIVITAS ANDROGRAPHIS PANICULATA
NEES (SAMBILOTO) TERHADAP STAPHYLOCOCCUS AUREUS DAN
ESCHERICHIA COLI” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Sutyarso, M.Biomed., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung;
2. Prof. Dr. dr. Efrida Warganegara M.Kes, Sp.MK., selaku Pembimbing Utama
atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, ilmu, motivasi, saran dan
kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
3. dr. Tri Umiana Soleha M.Kes., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya
untuk memberikan bimbingan, ilmu, motivasi, saran dan kritik dalam proses
penyelesaian skripsi ini;
4. dr. Ety Apriliana M.Biomed., selaku Penguji Utama pada ujian skripsi;

terimakasih atas masukan dan saran-saran dalam proses penyelesaian skripsi
ini;
5. dr. H. M. Masykur Berawi Sp.A., selaku dosen Pembimbing akademik;

6. Seluruh staf pengajar dan Tata Usaha Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung;
7. Mamaku tercinta Dra. Malia Herlena terimakasih atas kasih sayang, dukungan,
do’a tak hingga serta nafas kekuatan yang selalu mama berikan;
8. Nenek dan Kakekku, yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk
selalu maju dan percaya apapun dapat terjadi;
9. Kakakku tersayang Intan Ika Sari Putri, M.Pd;
10. Adik-adikku, M. Ridho Utomo, M. Agung Kurniawan dan M. Ibnu Fadhil,
atas candaan hangat dan hembusan semangat yang terus kalian berikan agar
ses mampu secepatnya menjadi dokter demi kebahagiaan kita bersama wahai
adik-adikku yang insyaAllah akan menjadi teman sejawatku;
11. Tante, Om, Sepupu dan Keponakanku, terimakasih atas keluarga hangat ini
yang dapat menjadi tempatku berteduh;
12. Angga Gusta Kharisma, terimakasih banyak wahai pria sabar yang selalu
menemaniku, mendengar keluh kesah ini, menyejukan hati yang gelisah dan
selalu tegar berdiri disampingku, semoga kita dapat terus berjalan bersama

menggapai cita-cita yang telah kita rangkai bersama;
13. Dian Eka Safitri dan Rora Susanti, terimakasih telah mengajarkan arti dari
kalimat aku merindukan sahabatku, kalian merupakan teman terindah yang
mengisi hari-hari selama 3tahun yang membuat terciptanya kehangatan
pelukan pertemanan sampai nanti;
14. Reisha Ghassani, Rohana, Rahma Erlina, Lind Octaviani Irawan, Reski Yanti
Batubara dan seluruh teman-teman kluarga besar FK-08, atas kebersamaan dan
bantuan selama ini;

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan skripsi.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Februari 2013,
Penulis

Indah Dwi Pratiwi


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Jaya, pada tanggal 13 Februari 1990. Penulis adalah
anak kedua dari lima bersaudara putri dari Dra. Malia Herlena.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh Penulis adalah Taman Kanak-kanak
(TK) diselesaikan di TK Islam Terpadu Insan Kamil Bandar jaya, Lampung
Tengah pada tahun 1996, Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Bandar Jaya, Lampung
Tengah diselesaikan pada tahun 2002, SMP Negeri 1 Terbanggi Besar, Lampung
Tengah diselesaikan pada tahun 2005, dan SMA Negeri 1 Terbanggi Besar,
Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 2008. Tahun 2008 penulis
diterima di S1 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan melalui skripsi ini
penulis menamatkan pendidikan S1 tersebut.

MOTTO

Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan sholatmu
sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar
(Al-Baqarah: 153)


Kepuasan terletak pada usaha bukan pada hasil, usaha yang keras
merupakan kemenangan yang hakiki
( Mahatma Gandhi)

oramg pintar adalah orang yang menggunakan bagian terbaik dari
otaknya, namun orang yang cerdas adalah orang yang mampu
memanfaatkan bagian terburuk dari otaknya
(Einstein)

1

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Tanaman Obat Indonesia. http://www.iptek.net.id. Diakses pada
tanggal 16 Maret 2012
Anonim. 2012. Enterohaemorrhagic Escherichia Coli. http://www.who.int.
Diakses pada tanggal 30 Mei 2012
Brooks, Geo F., Butel, Janet S., Morse, Stephen A. 2008. Jawetz, Melnick &
Adelberg’s. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. Salemba Medika. Jakarta

Dalimunthe, A. 2009. Interaksi Sambiloto. Departemen Farmakologi Universitas
Sumatera Utara. Medan. http://www.respository.usu.ac.id. Diakses pada
tanggal 15 April 2012
Deisingh, A.K., M. Thompson.2004. Strategies For The Detection of Escherichia
coli 0157:H7 in foods. Journal of Applied Microbiology.82-97
Dewi,

F.S. 201. Aktivitas Bakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu
(MorindaCitrifolia, Linnaeus) Terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar.
http://eprints.uns.ac.id. Diakses pada tanggal 18 juni 2012

Febrika, Linda. 2012. Aktivitas Antimikroba Pada Ekstrak Jintan Hitam Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Gram Positif (Staphylococcus aureus, Streptococcus
sp) dan Bakteri Gram Negatif (Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae).
Lampung
Gillespie, Stephen, Bamford, Kathleen,2007. At Glance Mikrobiologi dan Infeksi.
Edisi ketiga. Erlangga. Jakarta
Hardjoeno. 2007. Kumpulan Penyakit Infeksi dan Tes Kultur Sensitivitas Kuman
serta Upaya Pengendaliannya. Makasar : Cahya Dinan Rucitra. Hal. 158
Hidayat, N. L. 2010. Mikrobia Patogen. http://www.dinkes.kulonprogokab.go.id.

Diakses 30 Mei 2012
Ichsan, Nur. 2006. Pengaruh Filtrat Daun Sambiloto (Andrographis Paniculata
Nees) Terhadap Diameter Zona Hambat Shigella Dysentriae Secara In
Vitro. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. skripsi.umm.ac.id.
Diakses tanggal 10 april 2012

2

Johnson, Arthur G., Ziegler, Richard J., Lukasewycz, Omelan A., Hawly, Louise
B. 2002. Microbiology and Imunology, Lipincott William and Walkins.
USA
Lesage G, Bussey H. 2006. Cell Wall Assembly in Saccharomyces cerevisiae.
Microbiol Mol Biol Reviews. 70(2): 317-343. doi: 10.1099/mic.0.26471-0
Muhammad. 2005. Isolasi bakteri Epibiotik Penghasil Senyawa Antibakteri dari
Permukaan Karang. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle. Diakses
pada tanggal 30 Mei 2012
Murwani, Sri., Purwani T., Nuke Erlina Mayasari. 2006. Efek Antimikroba Dekok
daun sambiloto (Andrographis Paniculata Nees) Terhadap Salmonella
Typhi No.Reg D10 In Vitro. Elibrary.ub.ac.id. Diakses tanggal 25 juli 2012
Pelczar, Michael, J., Chan, S. C. 2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas

Indonesia. Jakarta
Pramono, S. Katno. 2002. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan
Obat Tradisional. Fakultas Farmasi UGM. Jogjakarta
Samirah, Darwati, windarwati, Hardjoeno. 2002. Pola dan sensitivitas Kuman di
Penderita Infeksi Saluran Kemih. FKUI. Jakarta
Setyawan, Fajar Dwi. 2011. Perbandingan Zona Hambat Ekstrak Daun Sambiloto
(Andrographis Paniculata Nees) Terhadap Staphylococcus Aureus Asal
Susu Sapi Perah Dari Peternakan Nongkojajar Dan Kali Kepiting
Surabaya. FKH Universitas Airlangga. Surabaya. www.fkh.unair.ac.id.
Diakses tanggal 25 juni 2012
Syayurachman, Agus, Chatim, Aidilfiet,. 2008. Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran edisi revisi. Binarupa Aksara. Jakarta
Tim Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. 2003. Bakteriologi
Medik. Bayumedia. Jawa Timur
Todar, Kenneth. 2008. Staphylococcus Aureus and Staphylococcal Disease.
http://textbookofbacteriology.net/staph.html. Diakses tanggal 28 Maret
2012
Todar,

Kenneth.

2008.
Pathogenic
Escherichia
Coli.
http://www.textbookofbacteriology.net/e.coli. Diakses pada tanggal 30
Mei 2012

Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadyah Malang.
Malang

3

Widiyani, Astri. 2010. Uji Aktivitas Antimikroba Etanolik Herba Sambiloto
(Androdraphis Paniculata Nees) terhadap Staphylococcus aureus ATCC
25293, Escherichia coli ATCC 35218 Dan Candida Albicans Secara IN
Vitro. Ebookbrowse.com/uii/skripsi. Diakses tanggal 6 februari 2012
World Health Organization. WHO Global Strategy for Containment of
Antimicrobial Resistance. World Health Organization. 2001 : 1-55
Yuliatin, I. S. 2012. Khasiat Sambiloto. Tribun Media. Jakarta
Yulina, I. K. 2011. Aktivitas Antibakteri Kitosan Berdasarkan Perbedaan Derajat

Deasetilasi dan Bobot Molekul. http://www.respository.ipb.ac.id. Diakses
pada tanggal 10 Mei 2012

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Penimbangan Muller Hinton Agar
2. Pembuatan agar
3. Sterilisasi alat-alat yang akan digunakan
4. Ekstrak sambiloto
5. Inkubasi bakteri
6. Hasil

iv

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK
LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN
RIWAYAT HIDUP
MOTO
SANWACANA..............................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
DAFTAR TABEL..........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….
I.

II.

i
iv
vi
vii
viii

PENDAHULUAN
A.


Latar Belakang ...........................................................................

1

B.

Rumusan Masalah ......................................................................

3

C.

Tujuan Penelitian ........................................................................

4

D.

Manfaat Penelitian ......................................................................

4

E.

Kerangka Pemikiran....................................................................

5

F.

Hipotesis .....................................................................................

7

TINJAUAN PUSTAKA
A.

Sambiloto (Andrographis paniculata nees) ..............................

8

B.

Staphylococcus aureus ...............................................................

10

C.

Escherichia coli ..........................................................................

13

III. METODE PENELITIAN
A.

Desain Penelitian ........................................................................

17

B.

Waktu Dan Tempat Penelitian ...................................................

17

C.

Bahan Dan Alat Penelitian . ........................................................

17

D.

Prosedur Penelitian .....................................................................

18

v

IV.

V.

E.

Variabel Penelitian .....................................................................

20

F.

Definisi Operasional....................................................................

21

G.

Analisis Data ..............................................................................

21

HASIL DAN PEMBAHASAN
A.

Hasil ...........................................................................................

22

B.

Pembahasan ................................................................................

24

SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ...........................................................................................

28

B. Saran ..................................................................................................

28

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Definisi Operasional...................................................................................

21

2. Hasil Staphylococcus aureus......................................................................

22

3. Hasil Escherichia coli ................................................................................

23

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Kerangka Teori...........................................................................................

6

2. Kerangka Konsep .......................................................................................

6

3. Sambiloto ...................................................................................................

9

4. Staphylococcus aureus dalam pewarnaan gram.........................................

12

5. Escherichia coli dalam pewarnaan gram ...................................................

14

UJI EFEKTIVITAS ANDROGRAPHIS PANICULATA NEES
(SAMBILOTO) TERHADAP STAPHYLOCOCCUS AUREUS
DAN ESCHERICHIA COLI
(Skripsi)

Oleh

Indah Dwi Pratiwi

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013

UJI EFEKTIVITAS ANDROGRAPHIS PANICULATA NEES
(SAMBILOTO) TERHADAP STAPHYLOCOCCUS AUREUS
DAN ESCHERICHIA COLI

Oleh

Indah Dwi Pratiwi
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto dapat
disimpulkan sebagai berikut:

Ekstrak sambiloto memiliki aktivitas antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri Gram
positif (Staphylococcus aureus) dan bakteri Gram negatif (Escherichia coli).

B. Saran

1. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas sambiloto terhadap bakteri Gram
negatif dan positif lainnya.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut secara in vivo untuk lebih menguji keefektifan
infusa sambiloto (Andrographis paniculata nees) sebagai antibakteri yang dapat
dikonsumsi.
3. Dinas Kesehatan atau institusi terkait lainnya dapat turut membantu menyebarluaskan
hasil penelitian kepada masyarakat agar hasil penelitian ini dapat dijadikan wawasan
tambahan di bidang kesehatan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan
Staphylococcus aureus

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui 3 kali pengulangan perlakuan
secara berturut-turut, diperoleh data rerata diameter zona hambat dari masing-masing
konsentrasi ekstrak sambiloto pada agar Muller Hinton.

Tabel 2. Hasil diameter zona hambat ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan
Staphylococcus aureus.

Konsentrasi (%)

100

75

50

25

0

Diameter zona hambat (mm)

13

11

9

-

-

Diameter zona hambat (mm)

14

12

10

-

-

Diameter zona hambat (mm)

13

10

9

-

-

11

9,33

-

-

Rata-rata diameter zona hambat (mm) 13,33

Dari Tabel 2 menunjukkan adanya aktifitas antimikroba ekstrak sambiloto terhadap
pertumbuhan Staphylococcus aureus berupa terbentuknya zona hambat pada agar
Muller Hinton dapat dilihat lingkaran jernih yang tidak terdapat koloni bakteri
Staphylococcus aureus pada konsentrasi ekstrak sambiloto 100%, 75% dan 50%
dengan rata-rata diameter zona hambat terbesar adalah 13,33 mm dan diameter
terkecil 9,33 mm. Sedangkan pada konsentrasi 25% tidak didapatkan zona bening.

2. Aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan
Escherichia coli.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh diameter zona hambat pada
agar Muller Hinton.
Tabel 3. Hasil diameter zona hambat ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan
Escherichia coli.
Konsentrasi (%)

100

75

50

25

0

Diameter zona hambat (mm)

19

16

14

10

-

Diameter zona hambat (mm)

18

15

13

9

-

Diameter zona hambat (mm)

20

18

16

11

-

Rata-rata diameter zona hambat (mm)

19

16,33

14,33

10

-

Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa adanya aktivitas antimikroba ekstrak sambiloto
terhadap pertumbuhan Escherichia coli yang dapat dilihat dari hasil penelitian dimana
terbentuknya zona hambat pada agar Muller Hinton pada semua konsentrasi mulai
dari konsentrasi 100%, 75%, 50% dan 25%. Dengan rata-rata diameter terbesar pada
konsentrasi 100% yaitu 19 mm dan terkecil pada 25% yaitu 10 mm.

B. Pembahasan

Daya hambat suatu antimikroba dalam uji sensitifitas secara in vitro dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu: populasi bakteri, konsentrasi antimikroba, komposisi media
kultur, waktu inkubasi dan temperatur (Greenwood et al, 2003). Faktor-faktor tersebut
secara keseluruhan dapat dikontrol saat prosedur pengujian berlangsung. Konsentrasi
mikroba dapat dikontrol dengan pemakaian inokulum standar dari suspensi bakteri
yang secara kualitatif sama dengan kekeruhan warna larutan standar Mac Farland
yaitu putih keruh, sedangkan konsentrasi antimikroba sengaja dibuat berbeda untuk
melihat pengaruh konsentrasi antimikroba terhadap bakteri uji (Febrika, 2012).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Fajar Dwi Setyawan membuktikan
bahwa sambiloto tidak memiliki sifat antibakteri terhadap Staphylococcus aureus
(Setyawan, 2011). Sedangkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Astri
Widiyani membuktikan bahwa sambiloto memiliki sifat sebagai antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus (ebooksbrowse.com/uii, 2010). Dan pada penelitian yang telah
dilakukan oleh penulis pada bulan juli membuktikan bahwa ekstrak sambiloto terbukti
memiliki sifat antibakteri terhadap Staphylococcus aureus yang dibuktikan dengan
terbentuknya zona hambat pada agar yang telah diisolasikan bakteri staphylococcus
aureus pada konsentrasi 100%, 75% dan 50%.

Nur Ichsan melakukan penelitian sambiloto terhadap Shygella dysentriae dan mampu
membuktikan bahwa sambiloto efektif sebagai antibakteri terhadap Shygella
dysentriae (Ichsan, 2006). Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Sri Murwani,
Purwani T dan Nuke Mayasari membuktikan bahwa sambiloto memiliki sifat
antibakteri terhadap Salmonella typhi (Murwani, 2006). Dan dari penelitian yang telah
dilakukan oleh penulis pada bulan juli juga membuktikan bahwa sambiloto memiliki
sifat antibakteri pada bakteri gram negatif Escherichia coli yang ditandai dengan

ditemukannya zona bening pada agar yang telah diisolasi bakteri pada konsentrasi
100%, 75%, 50% dan 25%.

Tanin

bekerja

dengan

mengadakan

kompleks

hidrofobik

dengan

protein,

menginaktivasi adhesin, enzim, dan protein transport dinding sel, sehingga
mengganggu pertumbuhan mikroorganisme (Hashem & El-Kiey, 2002).

Tanin

diduga sebagai senyawa antimikroba dikarenakan berefek spasmolitik. Efek
spasmolitik dapat mengkerutkan dinding sel bakteri sehingga sel bakteri terganggu
permeabilitasnya (Ajizah, 2004). Masduki (1996) menyatakan bahwa tanin juga
mempunyai daya antibakteri dengan cara mempresipitasikan protein, karena diduga
tanin mempunyai efek yang sama dengan senyawa fenolat. Secara umum efek
antibakteri tanin antara lain reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim dan
destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik bakteri. Menurut Okuda (2004) tanin
berpotensi menjadi antibakteri, sedangkan penelitian Mulyadi (1996) membuktikan
bahwa tanin mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri seperti
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus (Dalimunthe,2009).

Senyawa alkaloid yang terkandung dalam sambiloto diperkirakan mempengaruhi
hambatan terhadap pertumbuhan bakteri. Alkaloid dapat mengganggu bakteri dengan
cara mengganggu terbentuknya jembatan silang komponen penyusun peptidoglikan
pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan
menyebabkan kematian sel tersebut (Robinson, 2005).

Senyawa saponin dapat bekerja sebagai antimikroba (Robinson, 2005). Senyawa
saponin akan merusak membran sitoplasma dan membunuh sel (Assani, 1994).

Senyawa flavonoid diduga mekanisme kerjanya mendenaturasi protein sel bakteri dan
merusak membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi (Pelczar dkk., 2007).

Perbedaan dari hasi-hasil penelitian mungkin disebabkan karena perbedaan dinding
sel bakteri Gram positif memiliki struktur dinding sel yang lebih sederhana
dibandingkan Gram negatif memiliki dinding sel bakteri yang sangat kompleks.
Dinding sel bakteri Gram positif yakni hanya terdiri dari peptidoglikan dan asam
teikhoat, sedangkan bakteri Gram negatif terdiri dari peptidoglikan dan membran luar
yang mengandung 3 kompenen penting diluar peptidoglikan, yakni lipoprotein,
lipolisakarida dan membran periplasma. Sehingga bakteri Gram positif lebih mudah
dihambat pertumbuhannya daripada Gram negatif oleh antimikroba (Lesage and
Bussey, 2006). Namun pada bakteri gram positif memiliki lapisan peptidoglikan yang
lebih tebal dibandingkan dengan bakteri gram negatif (Brooks, 2008). Dan pada
penelitian yang sudah dilakukan oleh penulis didapatkan hasil dimana ekstrak
sambiloto pada Staphylococcus aureus (bakteri gram positif) aktifitas antimikroba
terlihat hanya pada konsentrasi 100%, 75% dan 50%. Sedangkan pada Escherichia
coli (bakteri gram negative) aktifitas antimikroba ekstrak sambiloto terlihat pada
konsentrasi 100%, 75%, 50% dan 25%.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sambiloto memiliki
aktifitas antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri Gram positif (Staphylococcus
aureus). Dan sambiloto memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri gram negatif
(Escherichia coli). Sehingga sambiloto dapat dipertimbangkan sebagai terapi
alternatif penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Gram positif
negatif(Staphylococcus aureus dan Escherichia coli).

dan

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan metode difusi Kirby
bauer.

B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan juli 2012 bertempat di Laboratorium Mikrobiologi
fakultas Kedokteran Universitas lampung.

C. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan Uji
Bahan penelitian adalah ekstrak sambiloto yang didapatkan dari laboratorium MIPA
Kimia Organik Universitas Lampung.

2. Bakteri Uji
Bakteri uji yang dipergunakan adalah bakteri Gram positif (Staphylococcus aureus)
dan bakteri Gram negatif (Escherichia coli) sebagai bakteri uji yang berasal dari
Laboratorium Kesehatan Provinsi Lampung.
3. Media Kultur

Media yang digunakan pada penelitian ini adalah Nutrient Agar, lempeng agar darah dan
MacConkay. Bakteri gram positif akan tumbuh pada media perbenihan lempeng agar darah
dan bakteri gram negatif akan tumbuh pada perbenihan agar MacConkay (Steven dkk.,2004).

4. Alat-alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : pipet hisap, mikropipet, tabung reaksi,
beaker glass, cawan petri, inkubator, autoklaf, rak, ose, neraca ukur, stir plate, tabung
Erlenmeyer dan hot plate.

D. Prosedur Penelitian
1. Ekstrak sambiloto
Ekstrak sambiloto sebanyak 50gram didapatkan dari sambiloto kering dengan berat
2kg, yang dibuat ekstrak dengan tekhnik maserasi. Ekstrak sambiloto didapatkan dari
Laboratorium Kimia Organik Universitas Lampung.

2. Sterilisasi Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian dibersihkan terlebih dahulu kemudian
dibungkus dengan kertas, selanjutnya di autoklaf pada suhu 1210C, tekanan 1 atm
selama 15 menit. Setelah itu dimasukan oven suhu 1000C selama 1 jam untuk
mengeringkan alat (Dewi,2010).

3. Pembuatan MHA (Muller Hinton Agar)
Timbang 3,8 gram Muller Hinton Agar (38 gr/L) dengan komposisi medium (Beef
Infusion 300 gr, Casamino acid 17,5 gr, Starch 1,5 gr, Agar 17 gr) dilarutkan dalam
100 ml aquadest lalu dipanaskan hingga mendidih kemudian disterilkan dalam
autoklaf selama 15 menit dengan tekanan udara 1 atm suhu 121 0C (Dewi,2010).

4.

Aktivitas antimikroba
Adapun urutan pengujian efek antimikroba adalah sebagai berikut.
a) Pembuatan sumuran
Pembuatan sumuran dilakukan dengan meletakkan pipet steril pada cawan petri
steril dengan menggunakan pinset sebelum bakteri dan agar dimasukkan. Setelah
agar dan bakteri di masukan ditunggu sampai memadat. Setelah agar memadat
angkat pipet yang telah kita taruh pada masing-masing label pada cawan
(Dewi,2010).
b) Persiapan suspensi bakteri
Biakan bakteri diambil sebanyak 1-2 ose dan disuspensikan kedalam larutan NaCL
0,9% sampai diperoleh kekeruhan yang sesuai dengan standar 0,5 Mac Farland
atau sebanding dengan jumlah bakteri 108 (CFU)/mL. Suspensi bakteri diteteskan
sebanyak 50µl kemudian diratakan lalu dimasukan agar yang sudah kita buat
(Yulina,2011).
c) Pengisian sumuran dengan ekstrak sambiloto
Sumuran yang telah kita buat setelah agar mengeras kita isi sumuran-sumuran yang
sudah terbentuk dari pipet tadi dengan ekstrak sambiloto sesuai dengan konsentrasi
yang telah kita tentukan dengan menggunakan micro pipet sebanyak 100µl. Setelah
itu, media dimasukkan kedalam inkubator pada suhu 370 C dan diamati setelah 24
jam kemudian diukur zona hambat dengan kaliper geser atau penggaris
(Dewi,2011)

E. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas

Ekstrak sambiloto dengan lima tahap pemberian konsentrasi, yaitu konsentrasi
100%, 75%, 50%, 25% dan 0%.

2. Variabel Terikat
Variabel terikat untuk penelitian ini adalah diameter zona hambat ekstrak
sambiloto terhadap pertumbuhan bakteri Gram positif (Staphylococcus aureus)
dan bakteri Gram negatif (Escherichia coli).

F. Definisi Operasional
Tabel 1. Definisi operasional penelitian
Variabel
Konsentrasi
ekstrak
sambiloto

Definisi
Pemberian ekstrak sambiloto yang
digunakan pada penelitian ini
adalah:
Kelompok I: ekstrak sambiloto
dengan konsentrasi 100%
Kelompok II: ekstrak sambiloto
dengan konsentrasi 75%
Kelompok III: ekstrak sambiloto

Skala
Numerik

dengan konsentrasi 50%
Kelompok IV: ekstrak sambiloto
konsentrasi 25%
Kelompok V: ekstrak sambiloto
dengan konsentrasi 0%
Zona hambat
yang
terbentuk

Diameter zona hambat pada
pertumbuhan bakteri uji (mm)

Numerik

G. Analisis Data
Analisis data yang didapatkan dari penelitian ini dilakukan secara deskriptif laboratorik.
Deskriptif yang dimaksud adalah dengan menerangkan dan memaparkan hasil dari
penelitian yang didapat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sambiloto (Andrographis paniculata nees)

1.

Deskripsi Tanaman
Penggunaan obat tradisional merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang
kita dari generasi satu ke generasi berikutnya. Herba sambiloto merupakan salah satu
bahan obat tradisional yang paling banyak dipakai di Indonesia dan telah terkenal
sejak abad 18. Sambiloto banyak dijumpai hampir diseluruh kepulauan nusantara.
Secara taksonomi sambiloto diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi

:

Spermathophyta

Subdivisi

:

Angiospermae

Kelas

:

Dycotyledoneae

Subkelas

:

Gamapetalae

Ordo

:

Personales

Famili

:

Acanthaceae

Subfamili

:

Achantoidae

Genus

:

Andrographis (Dalimunthe,2009)

Gambar 3. Sambiloto (www.iptek.net.id)
Sambiloto dikenal dengan beberapa nama daerah dan Negara, seperti: ki oray atau ki
peurat (Jawa Barat), Bidara, takilo, sambiloto (Jawa Tengah dan Jawa Timur), atau
pepaitan(Sumatera). Sementara dalam bahasa asing, sambiloto biasa dikenal dengan
sebutan bermacam-macam seperti: Quasabhuva (Arab), The Creat (Inggris), Nainehavandi (Persia), Kariyatu (Gujarat), Kirayat (india) Nilavembu (Tamil) dan
Nelarebu (Canada) (Dalimunthe, 2009).

Sambiloto tumbuh liar di tempat-tempat terbuka seperti kebun, tepi sungai, tanah
kosong yang agak lembab atau pekarangan. Tumbuhan di daratan rendah sampai
ketinggian 700 meter (Yuliatin,2012).

B.

Staphylococcus Aureus

1.

Klasifikasi

Kingdom

:

Bacteriae

Filum

:

Protophyta

Kelas

:

Schzomycetes

Ordo

:

Eubacteriales

Famili

:

Micrococcaceae

Genus

:

Staphylococcus

Spesies

:

Staphylococcus aureus (Syayurachman, 2008)

Stafilokokus merupakan anggota family Micrococcaceae. Staphylococcus aureus
merupakan spesies paling invasif dan berbeda dari spesies lainnya karena memiliki
enzim koagulase. Bakteri ini ditemukan pada 40% orang sehat di hidung, kulit, ketiak
dan perineum (Gillespie, 2007).

Stafilokokus berasal dari kata staphyle yang berarti kelompok buah anggur dan kokus
yang berarti benih bulat. Bekteri ini sering ditemukan sebagai bakteri flora normal
pada kulit dan selaput lender pada manusia. Dapat menjadi penyebab infeksi baik
pada manusia maupun pada hewan. Beberapa jenis bakteri ini dapat menyebabkan
keracunan makanan (Syarurachman, 2008).

Bakteri Staphylococcus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat, biasanya
berbentuk anggur. Bakteri ini mudah tumbuh pada media perbenihan dan mempunyai
metabolisme aktif, meragikan karbohidrat serta menghasilkan pigmen bervariasi dari
putih sampai kuning tua. Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan
selaput mukosa manusia, lainnya menyebabkan pernanahan, abses, berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia fatal. Staphylococcus pathogen sering menghemolisis
darah, mengkoagulasi plasma serta menghasilkan berbagai enzim ekstraselluler dan

toksin. Staphylococcus cepat menjadi resisten terhadap zat antibakteri sehingga
menimbulkan masalah pengobatan yang sukit (Brooks, 2008).

2.

Morfologi

Morfologi staphylococcus adalah bakteri gram positif yang tidak membentuk spora,
tidak motil dan hidup berkelompok yang biasanya menyerupai buah anggur. Bakteri
Staphylococcus aureus merupakan bakteri flora normal pada kulit dan selaput lender
manusia (Gillespie, 2007). Kokus yang muda memberikan pewarnaan gram positif
yang kuat akibat penuaan, banyak sel mejadi gram negatif. Stafilokokous tidak motil
dan tidak membentuk spora. Bila dipengaruhi obat-obatan seperti penisilin,
stafilokokus menjadi lisis (Brooks, 2008).

Gambar
4.
Staphylococcus
aureus
(http://textbookofbacteriology.net/staph.html)

3.

dalam

pewarnaan

gram

Biakan

Untuk membiakan Staphylococcus diperlukan suhu optimal antara 28-38̊̊ C. Apabila
bakteri tersebut diisolasi dari seorang penderita, suhu optimal yang diperlukan adalah

37̊ C. Pada umumnya Staphylococcus dapat tumbuh pada medium Nutrient Agar Plate
dan Blood Agar Plate. Nutrient Agar Plate digunakan untuk mengetahui pembentukan
pigment berwarna kuning emas. Koloni yang tumbuh berbentuk bulat, diameter 12mm, konveks dengan tepi rata, permukaan mengkilat dan konsistensi lunak. Pada
perbiakan dengan plat agar, koloni akan tampak lebih besar dan pada galur yang ganas
biasanya memberikan zona hemolisa yang jernih disekitar koloni yang mirip
Streptococcus β hemolyticus (Tim Mikrobiologi FK Unibraw, 2003).

4.

Patogenesis

Staphylococcus aureus memproduksi koagulase yang mengkatalisis perubahan
fibrinogen menjadi fibrin dan dapat membantu bakteri ini membentuk barisan
perlindungan. Bakteri ini memiliki reseptor terhadap permukaan sel pejamu dan
protein matriks (misalnya kolagen) yang membantu bakteri ini untuk melekat. Bakteri
ini memproduksi enzim litik ekstraseluller (misalnya lipase), yang memecah jaringan
pejamu dan membantu invasi. Beberapa strainnya memproduksi eksotoksin protein
yang menyebabkan diare (Gillespie, 2007).

Escherichia Coli

C.
1.

Klasifikasi
Escherichia coli pertama kali diisolasi pada tahun 1885 dari feses anak-anak oleh
seorang bacteriologist dari Jerman yaitu Theodor Escherich. Pada tahun1935,
Escherichia coli ditemukan sebagai penyebab diare (Deisingh dan Thompson, 2004).

2.

Kingdom

: Bacteriae

Filum

: Proteobacteri

Kelas

: Gamma proteobacteria

Ordo

: Enterobacteriales

Famili

: Enterobacteriaceae

Genus

: Escherichia

Spesies

: Escherichia coli (Hardjoeno, 2007)

Morfologi
Escherichia coli adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang. E coli ini bersifat
fakultatif anaerob yang merupakan anggota dari family Enterobacteriaceae. Bakteri
ini biasa ditemukan dengan konsentrasi yang cukup tinggi (108) di feses manusia
(Johnson, 2002).

Gambar 5. Escherichia coli dalam pewarnaan Gram (Neal R. Chamberlain,
2004)

Bakteri Escherichia coli bersifat motil. Bakteri ini dapat bersifat aerobik
maupun anaerobik fakultatif. Escherichia coli merupakan bakteri
komensal di usus besar (Pelczar, 2007).

3.

Patogenesis

Bakteri Escherichia coli yang menyebabkan diare sangat sering ditemukan di seluruh
dunia. Escherichia coli ini diklasifikasikan oleh ciri khas sifat – sifat virulensinya dan
setiap grup menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda, antara lain :
a. Enteropatogenic Escherichia coli (EPEC)
Penyebab penting diare pada bayi, khususnya di negara berkembang. EPEC melekat
pada sel mukosa usus halus. Faktor yang diperantarai oleh kromosom menimbulkan
perlekatan yang kuat. Akibat dari infeksi EPEC adalah diare cair yang biasanya
sembuh sendiri tetapi dapat juga kronik. Lamanya diare EPEC dapat diperpendek
dengan pemberian antibiotik (Hidayat,2010).

b.

Enterotoksigenic Escherichia coli (ETEC)
Penyebab yang sering dari “diare wisatawan” dan sangat penting menyebabkan diare
pada bayi di negara berkembang. Faktor kolonisasi ETEC yang spesifik untuk
menimbulkan perlekatan ETEC pada sel epitel usus halus manusia. Beberapa strain
ETEC menghasilkan eksotoksin yang tidak tahan panas atau limfotoksin (LT) yang
berada dibawah kendali genetik plasmid. Subunit B menempel pada gangliosida GM1
di brush border sel apitel usus halus sehingga memfasilitasi masuknya subunit A ke
dalam sel yang kemudian mengaktivasi adenil siklase. Hal ini meningkatkan
konsentrasi lokal siklik adenosin monofosfat (cAMP) secara bermakna, yang
mengakibatkan hipersekresi air dan klorida yang banyak dan lama serta menghambat
absorbsi natrium. Lumen usus terenggang oleh air, terjadi hipermotilitas dan diare
yang berlangsung selama beberapa hari (Brooks, 2008).

Beberapa strain ETEC menghasilkan enterotoksin yang tahan panas atau sitotoksin
(ST) yang berada dibawah kendali kelompok plasmid heterogen. ST mengaktifkan
guanilil siklase dalam sel epitel enterik dan merangsang sekresi cairan. Banyak strain

ST juga menghasilkan LT. Strain yang memproduksi kedua toksin tersebut
menyebabkan diare yang lebih berat (Muhammad,2005).
c.

Enterohemoragic Escherichia coli (EHEC)
Menghasilkan verotoksin, dinamai sesuai efek sitotoksinnya pada sel Vero, suatu sel
hijau dari monyet hijau Afrika. Terdapat sedikitnya dua bentuk antigenik dari toksin.
EHEC berhubungan dengan holitis hemoragik, bentuk diare yang berat dan dengan
sindroma uremia hemolitik, suatu penyakit akibat gagal ginjal akut, anemia hemolitik
mikroangiopatik dan trombositopenia. Banyak kasus EHEC dapat dicegah dengan
memasak daging sampai matang (Anonim,2012).

d.

Enteroinvasif Escherichia coli (EIEC)
Menyebabkan penyakit yang sangat mirip dengan shigellosis. Penyakit terjadi sangat
mirip dengan shigellosis. Penyakit sering terjadi pada anak – anak di negara
berkembang dan para wisatawan yang menuju ke negara tersebut. EIEC melakukan
fermentasi laktosa dengan lambat dan tidak bergerak. EIEC menimbulkan penyakit
melalui invasinya ke sel epitel mukosa usus (Todar,2008).

e.

Enteroagregatif Escherichia coli (EAEC)
Menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat di negara berkembang. Bakeri ini
ditandai dengan pola khas pelekatannya pada sel manusia. EAEC memproduksi
hemolisin dan ST enterotoksin yang sama dengan ETEC (Anonim,2012).

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Saat ini pemanfaatan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berkembang dengan
pesat dan banyak dijadikan alternatif oleh sebagian masyarakat. Efek samping obat
tradisional relatif kecil dengan harga terjangkau. Efek farmakologiknya dapat
dipercepat dan diperkuat dengan cara purifikasi ekstrak serta adanya data ilmiah yang
lengkap, hal ini merupakan keunggulan obat tradisional (Pramono, 2002). Menurut
data hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Banlitbangda)
kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2009 menyebutkan jenis tanaman tradisional yang
banyak digunakan sebagai obat adalah sambiloto, daun dewa, aren, temulawak,
kunyit, jahe dan serai (Puslitbang, 2009).

Di Indonesia banyak orang mengenal sambiloto dengan sebutan jamu pait. Dan
banyak pula yang mengkonsumsinya dengan meminum air rebusan sambiloto terkait
dengan mudahnya memperoleh sambiloto. Dan bagi yang tidak tahan dengan rasanya
dapat mengkonsumsi dalam bentuk kapsul. Di Cina, sambiloto sudah di uji klinis dan
terbukti berkhasiat sebagai hepatotoksik. Di jepang, sedang di jajaki kemungkinan
untuk memakai sambiloto sebagai obat HIV dan di Skandinavia, sambiloto digunakan
untuk mengatasi infeksi (Yuliatin, 2012).

Penyakit infeksi merupakan masalah paling banyak dijumpai pada kehidupan seharihari. Kasus infeksi disebabkan oleh bakteri patogen, yang masuk ke dalam jaringan
tubuh, berkembang biak didalam jaringan dan biasanya menimbulkan penyakit
(Waluyo, 2004). Bakteri gram negatif yang paling banyak menyebabkan infeksi
terutama infeksi saluran kemih adalah bakteri Escherichia coli (Samirah, 2002). Pada
bakteri gram positif terbanyak yang menyebabkan infeksi adalah Staphylococcus
aureus dan streptococcus sp.

Beberapa penyakit infeksi dapat ditanggulangi dengan penggunaan antibiotik yang
rasional. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menimbulkan dampak
negatif, seperti terjadinya kekebalan kuman terhadap beberapa antibiotik dan
meningkatnya efek samping obat. Sedangkan yang terjadi saat ini penggunaan
antibiotik sering kali tidak rasional hal ini mengakibatkan resistensi pada beberapa
bakteri. Pemberian antibiotik dikatakan tepat bila efek terapi mencapai maksimal
sementara efek toksik yang berhubungan dengan obat menjadi minimal, serta
perkembangan antibiotik resisten seminimal mungkin (WHO, 2001).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Fajar Dwi Setyawan, Sri Murwani
dkk., Astri Widiyani dan Nur Ichsan membuktikan bahwa Andrographis paniculata
nees efektif sebagai antibakteri. Beranjak dari penelitian tersebutlah dilakukan
penelitian mengenai uji efektivitas Andrographis paniculata nees terhadap
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

B.

Rumusan Masalah

Tanaman sambiloto (Andrographis Paniculata Nees) terbukti efektif sebagai
antibakteri (Ichsan, 2006). Infeksi merupakan masalah yang paling sering banyak
dijumpai di kehidupan sehari-hari (Brooks, 2008). Staphylococcus Aureus adalah
bakteri gram positif yang sering kali menjadi penyebab infeksi, sedangkan
Escherichia Coli merupakan bakteri gram negatif yang sering menyebabkan infeksi.

Oleh karena itu, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah ekstrak sambiloto (Andrographis Paniculata Nees)

memiliki aktifitas

antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri gram positif (staphylococcus Aureus) dan
bakteri gram negatif (Escherichia Coli)?

C.

Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum
Mengetahui adanya aktivitas antibakteri pada ekstrak sambiloto (Andrographis
Paniculata Nees) terhadap bakteri gram positif (Staphylococcus Aureus) dan bakteri
gram negatif (Escherichia Coli).

2. Tujuan khusus
Mengetahui konsentrasi ekstrak sambiloto yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri gram positif (Staphylococcus aureus) dan bakteri gram negatif (Escherichia
coli).

D.

Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, menambah ilmu pengetahuan terutama pengetahuan mengenai
pengobatan alamiah sambiloto.
2. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai acuan atau bahan pustaka untuk penelitian serupa.
3. Bagi masyarakat, memberikan dasar ilmiah mengenai penggunaan sambiloto sebagai
anti bakteri.
4. Bagi instansi terkait, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan untuk
pengobatan infeksi.
5. Bagi pemerintah, dapat menjadi perhatian dalam rangka mengembangkan ilmu
pengobatan serta upaya preventif di bidang kesehatan terutama masalah penyakit
yang berhubungan dengan infeksi.

E.

Kerangka Pemikiran
1. Kerangka teori

Kandungan utama sambiloto adalah diterpenoid lactone (andrographolid), paniculidis,
farresols dan flavonoid. Disamping itu, daun sambiloto mengandung saponin, alkaloid
dan tanin (Dalimunthe,2009). Flavonoid yang ada pada sambiloto bekerja langsung
mengganggu fungsi dari mikroorganisme dan virus. Sedangkan tanin dapat
mengendapkan dan mengikat protein, sifat tanin tersebut membuat terhambatnya sintesis
protein bakteri (Dalimunthe, 2009). Senyawa alkaloid yang terkandung dalam sambiloto
diperkirakan mempengaruhi hambatan terhadap pertumbuhan bakteri. Alkaloid dapat
mengganggu bakteri dengan mengganggu terbentuknya jembatan silang komponen
penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk

secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Robinsosn, 2005). Dan saponin
bekerja dengan merusak membran sitoplasma bakteri (etd.eprints.ums.ac.id, 2008).

Kandungan yang ada pada sambiloto yang digunakan sebagai antibakteri terhadapa
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dinyatakan dalam diagram kerangka teori
pada gambar 1 berikut.

Sambiloto (Andrographis Paniculata nees)

Zat aktif
Flavonoid, alkaloid, saponin dan tanin

Menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
Gambar 1.kerangka teori
2. Kerangka konsep
Ekstrak sambiloto
Pemberian ekstrak
sambiloto dengan
konsentrasi 100%
Pemberian ekstrak
sambiloto dengan
konsentrasi 75%

Pemberian ekstrak
sambiloto dengan
konsentrasi 50%

Stpahylococcus
aureus dan
Escherichia coli.

Diameter
zona
hambat

Pemberian ekstrak
sambiloto dengan
konsentrasi 25%
Pemberian ekstrak
sambiloto dengan
konsentrasi 0%
Gambar 2. Kerangka konsep.

F.

Hipotesis

Terdapat aktifitas antibakteri pada ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata nees)
terhadap bakteri gram positif (Staphylococcus aureus) dan bakteri gram negatif
(Escherichia coli).

UJI EFEKTIVITAS ANDROGRAPHIS PANICULATA NEES
(SAMBILOTO) TERHADAP STAPHYLOCOCCUS AUREUS DAN
ESCHERICHIA COLI

Oleh
Indah Dwi Pratiwi

ABSTRAK

Sambiloto (Andrographis paniculata nees) mempunyai banyak khasiat
diantaranya sebagai hepatoprotektor, demam, antibakteri dan berbagai penyakit
lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya aktivitas antibakteri pada
sambiloto terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dan untuk
mengetahui konsentrasi hambat minimum ekstrak sambiloto yang mampu
menghambat pertumbuhan bakteri tersebut.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 bertempat di Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Ekstrak sambiloto
didapatkan dari laboratorium kimia organik Universitas Lampung dengan
menggunakan tekhnik maserasi. Aktivitas antibakteri ekstrak sambiloto dilakukan
dengan menggunakan uji difusi Kirby bauer secara sumuran.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak sambiloto memiliki aktivitas
antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli . Dengan kadar
hambat minimum rata-rata 50% dengan diameter 9,33mm pada Staphylococcus
aureus dan 25% dengan diameter 10mm pada Escherichia coli

Kata kunci: Andrographis paniculata nees, Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus

THE EFFECTIVENESS TEST OF ANDROGRAPHIS PANICULATA NEES
(SAMBILOTO) FOR STAPHYLOCOCCUS AUREUS AND
ESCHERICHIA COLI

By
Indah Dwi Pratiwi

ABSTRACT

Sambiloto (Andrographis paniculata nees) has many benefits such as
hepatoprotector, fever, bacterial and other diseases. This research aims to
investigate the antibacterial activity sambiloto against Staphylococcus aureus and
Escherichia coli and to determine the minimum inhibitory concentration of
sambiloto extract capable of inhibiting the growth of bacteria.
This study was conduct on July 2012 at Microbiological Laboratory of Medical
Faculty Lampung University. Sambiloto Extract obtained from the laboratory
Kimia Organic of Lampung University, using maceration techniques.
Antibacterial activity of extracts of Sambiloto performed using Kirby bauer
diffusion test pitting.
From the results of the research showed that the extract of Sambiloto has
antibacterial activity against Staphylococcus aureus and Escherichia coli with the
average minimum inhibitory levels is 50% and the diameter on Staphylococcus
aureus is 9,33mm and 25% with 10mm diameter on Escherichia coli.

Key word: Andrographis paniculata nees, Escherichia coli and Staphylococcus
aureus