RESPON PDB TERHADAP SHOCK KREDIT PERBANKAN, PEMBIAYAAN PADA LEMBAGA KEUANGAN NON BANK DAN NILAI EMISI SAHAM PADA PASAR MODAL DI INDONESIA (TAHUN 2002:I - 2013:II)

(1)

(TAHUN 2002.1 – 2013.2) Oleh

RULIO RANDHY INDRAWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

RESPON PDB TERHADAP SHOCK KREDIT PERBANKAN, PEMBIAYAAN PADA LEMBAGA KEUANGAN NON BANK DAN NILAI EMISI SAHAM

PADA PASAR MODAL DI INDONESIA (TAHUN 2002:I - 2013:II)

Oleh

RULIO RANDHY INDRAWAN

Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kapasitas dalam jangka panjang dari suatu negara untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada

penduduknya. Hal ini dapat diukur secara umum sebagai laju persen kenaikan dalam produk domestik bruto riil, atau GDP riil. Pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari peran sektor keuangan yang ada yang dapat dilihat oleh tiga faktor yaitu kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham sebagai suatu mobilisasi dana masyarakat sehingga dapat

menstimulus perekonomian suatu negara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis respon PDB terhadap shock kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham dan besaran kontribusi varian tiap variabel terhadap PDB di Indonesia. Data yang digunakan adalah data runtun waktu (time series) dalam kuartal periode 2002.I – 2013.II dan model estimasi yang digunakan adalah Vector Error Correction Model (VECM).

Hasil penelitian menunjukan bahwa PDB dapat merespon shock variabel kredit perbankan pada periode ke-4, sedangkan variabel pembiayaan dan nilai emisi saham dapat langsung di respon pada periode ke-2. Secara berurutan besaran kontribusi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya adalah pembiayaan pada lembaga keuangan non bank, kredit perbankan dan nilai emisi saham pada pasar modal.

Kata Kunci : Produk domestik bruto (PDB), kredit Perbankan, Pembiayaan, Nilai Emisi Saham, Vector Error Correction Model (VECM).


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ...iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Kerangka Pemikiran ... 11

E. Hipotesis ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian pertumbuhan Ekonomi ... 14

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrord-Domar ... 18

B. Produk Domestik Bruto ... 22

C. Perbankan ... 27

D. Lembaga Keuangan Bukan Bank ... 30

E. Pasar Keuangan ... 31

F. Tinjauan Empiris ... 34

III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ... 41

B. Batasan Ukuran Variabel ... 41

1. Pertumbuhan Ekonomi ... 41


(7)

3. Pembiayaan Pada Lembaga Keuangan Bukan Bank ... 42

4. Nilai Emisi Saham Pada Pasar Modal ... 43

C. Metode Analisis ... 43

1. Uji Stationary (Unit Root test) ... 46

2. Penentuan Lag Optimum... 47

3. Uji Kointegrasi ... 48

4. Model Estimasi VECM ...50

5. Impuls Respon dan Variance Decomposition ... 51

5.1. Impuls Respon ... 51

5.2. Variance Decomposition ... 51

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Stasionaritas ... 53

B. Penetapan Lag Optimal ... 55

C. Uji Kointegrasi ... 56

D. Estimasi VECM...59

E. Impuls Responses dan Variance Decomposition...63

1. Impuls Respon ... 63

2. Variance Decomposition ... 70

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...74

B. Saran...75

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau

dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan) dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (Todaro, 2004). Dengan kata lain, Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan jumlah barang dan jasa yang diproduksi oleh kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi juga dapat dikatakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi masyarakat bertambah. Di dalam

pembangunan di Indonesia, Pertumbuhan ekonomi selalu diupayakan agar meningkat sehingga juga dapat meningkatkan kesejahteraan dan peningkatan taraf hidup seluruh masyarakat. Untuk mengetahui keberhasilan

pembangunan di suatu negara, pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah indikator yang sangat penting, Hal ini dapat diukur secara umum sebagai laju persen kenaikan dalam produk domestik bruto riil, atau GDP riil.


(9)

Produk domestik bruto mencerminkan seberapa besar kondisi kemajuan perekonomian suatu negara. Produk domestik bruto atau gross domestic product (GDP) artinya mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu. PDB juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat (McEachern, 2000).

Gambar mendeskripsikan perkembangan PDB di Indonesia selama periode 2002-2012 yang menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami peningkatan yang relatif stabil dari tahun ke tahun.

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Gambar 1. Laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia

Dari gambar 1, menunjukan perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dari tahun 2002 sampai dengan 2012 yang di lihat berdasarkan PDB atas harga konstan. Pada tahun 2002, PDB di indonesia sebesar Rp.


(10)

1.505.216,60 miliar dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 4,5 persen dan Pada tahun 2003 mengalami peningkatan sebesar Rp. 1.577.171,30 miliar, dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 4,8 persen. Lalu Pada tahun 2004, PDB di indonesia kembali meningkat sebesar Rp. 1.656.516,80 miliar dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,03 persen. Kemudian pada tahun 2005 meningkat sebesar Rp. 1.750.815,20 miliar dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7 persen. Di tahun 2006 terus mengalami kenaikan sebesar Rp. 1.847.126,70 miliar dengan laju pertumbuhan sebesar 5,50 persen dan pada tahun 2007 sampai tahun 2012 berturut-turut sebesar Rp. 1.964.327,30 miliar dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,35 persen, Rp. 2.082.456,10 miliar dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,01 persen, Rp. 2.178.850,40 miliar dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 4,63 persen, Rp. 2.314.458,80 miliar dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,22 persen, Rp. 2.464.676,50 miliar dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,49 persen, dan Rp. 2.618.139,20 miliar dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,23 persen.

Di Indonesia Pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari peran sektor keuangan yang ada. Sektor keuangan memegang peranan yang relatif signifikan dalam memicu pertumbuhan ekonomi suatu negara karena sektor keuangan dapat menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil via akumulasi kapital dan inovasi teknologi. Lebih tepatnya, sektor keuangan mampu memobilisasi tabungan. Mereka menyediakan para peminjam berbagai instrumen keuangan dengan kualitas tinggi dan risiko rendah. Hal ini akan menambah investasi dan akhirnya mempercepat pertumbuhan ekonomi. Di lain pihak, terjadinya


(11)

asymetric information, yang dimanifestasikan dalam bentuk tingginya biaya-biaya transaksi dan biaya-biaya-biaya-biaya informasi dalam pasar keuangan dapat di minimalisasi, jika sektor keuangan berfungsi secara efisien (Levine,1997; Fritzer,2004; dan kularatne 2002).

Secara teoritis, peran sektor keuangan dalam perekonomian dapat mengacu pada teori Harrod-Domar, yang menjelaskan adanya hubungan langsung antara tingkat pertumbuhan dengan besarnya stok modal. Semakin tinggi stok modal, maka semakin tinggi pula output perekonomian yang dapat

dihasilkan. Besarnya akumulasi stok modal membutuhkan adanya mobilisasi tabungan melalui sektor keuangan yang dapat menyediakan sumber dana untuk peningkatan stok modal (investasi). Semakin besar tingkat tabungan, semakin besar peluang penyediaan dana untuk investasi yang pada akhirnya dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi (Siti Hidayati, 2009).

Sektor keuangan yang ada di Indonesia mencakup lembaga intermediasi (bank dan non bank) dan juga pasar modal. Sistem keuangan di Indonesia saat ini berbasis bank (bank based) dan secara umum juga masih didominasi oleh sektor perbankan walaupun dalam periode pasca krisis 1997-1998 peran lembaga keuangan bukan bank dan pasar modal terus meningkat seiring dengan penurunan kinerja intermediasi perbankan karena adanya hambatan dari aliran dana untuk membiayai investasi dan produksi yang mengalami berbagai hambatan.

Perbankan di dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi dapat menghimpun dana dari masyarakat luas yang juga di kenal dengan


(12)

istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding. Kegiatan ini dilakukan oleh perbankan dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Setelah memperoleh dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dana tersebut diputarkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau yang lebih dikenal dengan istilah kredit, baik kredit investasi, kredit konsumsi dan kredit modal. Perbankan memobilisasi dana yang tersimpan dengan baik dalam bentuk investasi maupun penyaluran kredit yang dapat memicu pembangunan di berbagai sektor sehingga dapat memacu percepatan pertumbuhan ekonomi.

Sumber : Bank Indonesia

Gambar 2. Kredit perbankan di Indonesia berdasarkan penggunaan Periode Tahun 2002 – 2012 (dalam miliar Rupiah)

Dari gambar 2, kita dapat melihat jumlah kredit yang disalurkan perbankan berdasarkan penggunaannya dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2012 yang terus berfluktuasi. Pada tahun 2002 jumlah kredit yang dikeluarkan


(13)

penurunan permintaan pinjaman yakni sebesar Rp. 235.036 miliar. Lalu, dari tahun 2004 kembali terjadi peningkatan permintaan kredit sejumlah Rp. 311.627 miliar dan terus meningkat sampai dengan tahun 2008 dengan jumlah peningkatan kredit sejumlah Rp. 1.489.322 miliar. Pada tahun 2009, terjadi penurunan permintaan kredit sebesar Rp. 1.163.468 miliar. Lalu kembali terjadi penurunan di tahun 2010 hingga Rp. 643.707 miliar. Pada tahun 2011 Permintaan kredit perbankan kembali mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yakni sebesar Rp.1.141.011 miliar. Dan pada tahun 2012 kembali mengalami peningkatan kredit perbankan sebesar Rp.1.388.022 miliar.

Di dalam sektor keuangan, lembaga keuangan bukan bank juga memberikan dampak yang cukup besar terhadap perkembangan perekonomian dengan penekanan pada pembiayaan. Lembaga keuangan bukan bank adalah lembaga keuangan yang memberikan jasa-jasa keuangan dan menarik dana dari

masyarakat secara tidak langsung (non depository). Lembaga keuangan bukan bank adalah lembaga yang salah satu kegiatan usahanya memberikan


(14)

Sumber : Bank Indonesia

Gambar 3. Jumlah posisi pembiayaan pada lembaga pembiayaan di Indonesia Periode Tahun 2002 – 2012 (dalam miliar Rupiah)

Dari gambar 3, kita dapat melihat pertumbuhan posisi pembiayaan yang diberikan oleh perusahaan non bank yang terus mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2002 pembiayaan pada perusahaan pembiayaan sebesar Rp. 365.881 miliar. Dan ditahun 2003 mengalami peningkatan sebesar Rp. 416.880 miliar. Lalu, di tahun 2004, jumlah pembiayaan yang diberikan perusahaan pembiayaan terus mengalami peningkatan sebesar Rp. 567.793 miliar. Dan terus mengalami peningkatan hingga di tahun 2012 menjadi sebesar Rp. 3.395.390 miliar.

Di dalam sektor keuangan juga terdapat pasar keuangan sebagai tempat bertemunya pihak yang memiliki dana dengan pihak memerlukan dana baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Di dalam ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pemilik dana ke pihak yang memerlukan dana dalam jangka panjang di dalam pasar


(15)

modal. Menurut laporan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), hingga pertengahan tahun 2005, jumlah investor pada pasar saham di Indonesia baru sekitar 300 ribu orang dari 2 juta investor (1 persen dari 200 juta penduduk Indonesia) yang menjadi target Bursa Efek Jakarta untuk periode 2005-2008. Berbeda dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti Singapura yang dihuni hanya 3.6 juta jiwa, sekitar satu juta penduduknya ialah investor yang aktif pada pasar saham. Malaysia dengan 25 juta jiwa penduduknya, tenyata memiliki 3.6 juta investor yang berinvestasi pada pasar saham dan Cina dengan 1.2 miliar penduduknya, ternyata memiliki sekitar 60 juta investor pada pasar sahamnya. Pasar Saham Indonesia merupakan pasar yang kurang aktif karena memiliki nilai transaksi perdagangannya yang relatif masih tergolong rendah yaitu sebesar US$ 130 juta pada Mei 2005.

Feldman dan Kumar (1995) menyatakan bahwa pasar saham Indonesia merupakan pasar saham yang mempunyai kategori volatility (daya gejolak) yang lebih kecil dibandingkan dengan bursa saham di negara-negara lain. Pasar saham Indonesia memiliki kapitalisasi pasar saham terendah kedua dan paling rendah dalam hal persentase terhadap gross domestik product pada tahun 2005 dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura. Perbandingan regional sektor keuangan beberapa negara di Asia Tenggara.

Gambar 4 mendeskripsikan perkembangan nilai emisi saham di Indonesia selama periode 2002-2012 yang menjelaskan bahwa terdapat peningkatan yang cukup signifikan di pasar modal di Indonesia dari tahun ke tahun.


(16)

Sumber : Bank Indonesia

Gambar 4. Perkembangan nilai emisi pada pasar modal di Indonesia Periode

.Tahun 2002 – 2012 (dalam triliun Rupiah)

Dari gambar 4, dapat kita lihat pertumbuhan nilai emisi saham pada pasar modal yang terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2002 nilai emisi saham di pasar modal adalah sebesar Rp. 2.830 triliun. Dan ditahun 2003, nilai emisi mengalami peningkatan sebesar Rp. 2.918 triliun. Lalu, di tahun 2004, jumlah nilai emisi saham di dalam pasar modal terus mengalami peningkatan sebesar Rp. 3.053 triliun. Dan terus mengalami peningkatan hingga di tahun 2012 menjadi sebesar Rp. 6800 triliun.

Dengan melihat data-data di atas, dengan perkembangan serta peningkatan sektor keuangan, penulis tertarik untuk meneliti seberapa besar Respon PDB terhadap shock variabel Kredit, pembiayaan pada perusahaan pembiayaan, dan nilai emisi saham di Indonesia dengan judul penelitian “Respon PDB terhadap shock kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan


(17)

non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal Di Indonesia (Tahun 2002.I – 2013.II)”.

B. Rumusan Masalah

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2012 mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Pada tahun 2002 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,5 persen dan terus meningkat sampai pada tahun 2005 dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7 persen. Pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 5,50 persen dan pada tahun 2007 kembali mengalami peningkatan sebesar 5,35 persen serta tahun 2008 sebesar 6,01 persen. Pada tahun 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan sebesar 4,63 persen dan kembali mengalami peningkatan hingga tahun 2011 mencapai 6,49 persen. Hingga pada tahun 2012, pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali mengalami penurunan yaitu sebesar 6,23 persen. Akan tetapi, di sektor keuangan yaitu pada sektor perbankan, non bank dan pasar keuangan terus mengalami peningkatan yang relatif signifikan dari tahun 2002 sampai tahun 2012.

Berdasarkan hal-hal di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana respon PDB terhadap shock variabel kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal. Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana respon PDB terhadap perubahan yang terjadi pada variabel kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal di Indonesia?


(18)

2. Berapa besar kontribusi presentasi varian setiap variabel kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal terhadap PDB di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui respon PDB terhadap perubahan yang terjadi pada variabel kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal di Indonesia.

2. Mengetahui berapa besar kontribusi presentasi varian setiap variabel kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal terhadap PDB di Indonesia.

D. Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya diartikan sebagai suatu proses dimana produk domestik bruto riil per kapita meningkat secara terus menerus melalui kenaikan produktivitas per kapita (salvatore, 1997). Kenaikan pendapatan nasional dan pendapatan riil perkapita merupakan sasaran yang perlu dicapai pemerintah dan merupakan salah satu tujuan utama yang perlu dicapai melalui penyediaan dan pengelolaan sumber-sumber produksi.

Sektor keuangan memiliki fungsi yang sangat penting dalam memobilisasi tabungan, mengelola resiko, menurunkan biaya dalam memperoleh informasi mengenai investasi yang potensial, memperlancar transaksi dan memfasilitasi pertukaran barang dan jasa yang di tunjang dengan infrastruktur pasar

keuangan yang di atur oleh otoritas keuangan. Dengan adanya infrastruktur keuangan, pergerakan mobilisasi dana akan semakin efektif. Karena


(19)

fungsi-fungsi tersebut, sehingga dapat menyebabkan perkembangan sektor keuangan dan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Bila tingkat tabungan dapat dimobilisasi dengan baik ini dapat meningkatkan ketersediaan dana bagi penyaluran kredit dan mendorong tingkat investasi dan akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Begitu juga dengan lembaga keuangan non bank, semakin besar pembiayaan yang di keluarkan oleh lembaga pembiayaan maka dapat meningkatkan produktifitas atau konsumsi masyarakat sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, semakin besar nilai emisi saham pada pasar modal, maka kita dapat melihat besaran investasi yang ada sehingga dapat mempengaruhi kinerja dan produksi suatu perusahaan yang akhirnya dapat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian suatu negara. Dengan demikian, shock yang di alami variabel di atas dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Gambar 5. Skema Kerangka Pikir Penelitian Kredit Perbankan

Pembiayaan pada Lembaga keuangan

bukan bank Nilai emisi saham

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia


(20)

E. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Diduga variabel PDB merespon positif terhadap shock variabel kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal.

2. Diduga variabel kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal dapat memberikan kontribusi terhadap variabel PDB.


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian, perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya (Sadono Sukirno, 1994).

Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi dan faktor non ekonomi (Saragih, 2009). Faktor-faktor ekonomi antara lain sebagai berikut : 1. Tanah dan kekayaan alam lainnya

Sumber daya alam merupakan faktor utama yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi. Di negara berkembang, sumber daya alam yang tersedia seringkali terbengkalai karena kurang atau salah pemanfaatan.


(22)

Jika sumber daya alam tidak dipergunakan secara tepat, maka suatu negara tidak mungkin mengalami apa yang disebut dengan kemajuan.

2. Akumulasi modal

Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat diproduksi. Apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu maka disebut akumulasi modal atau pembentukan modal. Proses pembentukan modal akan menaikkan output nasional. Investasi di bidang barang modal tidak hanya menaikkan produksi, tetapi juga dapat menaikkan kesempatan kerja.

3. Organisasi

Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor produksi dalam kegiatan ekonomi yang bersifat komplemen bagi modal dan menaikkan

produktivitas. Dalam pertumbuhan ekonomi modern, peranan swasta sangat penting. Sedangkan di negara berkembang, peranan pemerintah sangat besar dalam penyediaan sarana sosial.

4. Teknologi

Proses pertumbuhan ekonomi sangat penting didukung oleh kemajuan teknologi. Proses yang dimaksud berkaitan dengan perubahan yang mencakup metode produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau penelitian baru. Pertumbuhan teknologi dapat meningkatkan produktivitas kerja, modal dan faktor produksi lain yang pada akhirnya mampu

meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 5. Pembagian kerja dan skala produksi


(23)

Spesialisasi dan pembagian kerja akan meningkatkan produktivitas. Kedua hal tersebut akan menggiring perekonomian ke arah ekonomi produksi dengan skala besar yang selanjutnya dapat membantu perkembangan industri. Luas pasar akan meningkat akibat dari perekonomian yang meningkat. Hal tersebut dipengaruhi oleh besar kecilnya tingkat permintaan, banyak tidaknya tingkat produksi, tersedianya sarana transportasi dan sebagainya. Jika skala produksi besar maka

pembagian kerja dan spesialisasi juga akan semakin luas. Dengan

demikian output akan dapat ditingkatkan, dengan sendirinya pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat.

Pertumbuhan ekonomi umumnya didefinisikan sebagai kenaikan GDP riil per kapita. Produk domestik bruto (Gross Domestic Product atau GDP) adalah nilai pasar keluaran total sebuah negara, yang merupakan nilai pasar semua barang jadi dan jasa akhir yang diproduksi selama periode waktu tertentu oleh faktor-faktor produksi yang berlokasi di dalam sebuah negara. Kenaikan GDP dapat muncul melalui :

1. Kenaikan penawaran tenaga kerja

Penawaran tenaga kerja yang meningkat dapat menghasilkan keluaran yang lebih banyak. Jika stok modal tetap sementara tenaga kerja naik, tenaga kerja baru cenderung akan kurang produktif dibandingkan tenaga kerja lama.

2. Kenaikan modal fisik atau sumber daya manusia

Kenaikan stok modal dapat juga menaikan keluaran, bahkan jika tidak di sertai oleh kenaikan angkatan kerja. Modal fisik menaikan baik


(24)

produktivitas tenaga kerja maupun menyediakan secara langsung jasa yang bernilai. Investasi dalam modal sumber daya manusia merupakan sumber lain dari pertumbuhan ekonomi.

3. Kenaikan produktivitas

Kenaikan produktivitas masukan menunjukan setiap unit masukan tertentu memproduksi lebih banyak keluaran. Produktivitas masukan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor termasuk perubahan teknologi, kemajuan pengetahuan lain, dan ekonomisnya skala produksi, (case dan fair, 1999). Menurut Robert B. Barsky dalam N. Gregory Mankiw (2005), GDP adalah pendapatan total dari produksi barang yang sama dengan jumlah upah dan laba separuh bagian atas dari aliran sirkuler uang. Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu. PDB sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Tujuan GDP adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam nilai uang tunggal selama periode waktu tertentu. Manfaat pertumbuhan ekonomi adalah untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil pembangunan nasional. Pendapatan per kapita nya dipergunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk, sebab semakin meningkat pendapatan perkapita dengan kerja konstan semakin tinggi tingkat

kemakmuran penduduk dan juga produktivitasnya. Selain itu, juga dapat sebagai pembuatan proyeksi atau perkiraan penerimaan negara untuk


(25)

penentuan prioritas pemberian bantuan luar negeri oleh bank dunia atau lembaga internasional lainnya.

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrord-Domar

Teori ini dikembangkan oleh Sir Roy F. Harrord dan Evsey Domar. Teori ini merupakan perkembangan dari teori keynes mengenai kegiatan

ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja. Dengan dasar pemikiran bahwa analisis yang dilakukan oleh keynes dianggap kurang lengkap karena tidak membicarakan masalah-masalah ekonomi jangka panjang, Harrord-Domar mencoba untuk menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian dapat tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang dengan mantap (steady growth).

Teori Harrord-Domar menganalisis hubungan antara tingkat investasi dan tingkat pertumbuhan dengan menyimpulkan adanya hubungan ekonomi langsung antara besarnya stok modal keseluruhan (K) dengan GNP (Y), yang diformulasikan sebagai rasio modal terhadap output (capital output ratio = COR). Semakin tinggi peningkatan stok modal, semakin tinggi pula output yang dapat dihasilkan, (Todaro, 2004).

Teori Harrord-Domar mempunyai beberapa asumsi yaitu :

1. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang modal yang terdiri dalam masyarakat digunakan secara penuh.

2. Terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor


(26)

3. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol. 4. Kecendrungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS)

besarnya tetap, demikian juga ratio antara modal dan output (capital output ratio = COR) dan rasio pertambahan modal dan output (incremental capital output ratio = ICOR).

Dalam teori Harrord-Domar ini, fungsi produksinya berbentuk L, karena sejumlah modal hanya dapat menciptakan suatu tingkat output tertentu (modal dan tenaga kerja tidak subtitutif). Untuk menghasilkan output sebesar Q, diperlukan modal (ki) dan tenaga kerja (L), dan apabila

kombinasi tersebut berubah maka tingkat output berubah. Misalnya, untuk output sebesar Q2 hanya dapat diciptakan jika stok modal sebesar K2. Jadi menurut Harrord-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti barang-barang modal (gedung-gedung, peralatan, material) yang rusak. Namun demikian, untuk menumbuhkan perekonomian tersebut, diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Jika kita

menganggap bahwa ada hubungan ekonomis secara langsung antara besarnya stok modal (K) dan output total (Y), jika 3 Rupiah modal diperlukan untuk menghasilkan (kenaikan) output total sebesar 1 Rupiah, maka setiap tambahan bersih terhadap stok modal (investasi baru) akan mengakibatkan kenaikan output total sesuai dengan rasio modal-output tersebut.


(27)

Q1 Q2

K2 K1

L1 L2

Gambar 6. Fungsi produksi Harrord-Domar

Hubungan tersebut, yang telah kita kenal dengan istilah rasio modal-output (COR), yaitu 3 berbanding 1. Jika kita menetapkan rasio modal output sebagai k, rasio kecendrungan menabung (MPS) sebesar s yang merupakan proporsi tetap dari output total, dan investasi ditentukan oleh tingkat tabungan, maka kita bisa menyusun model pertumbuhan ekonomi yang sederhana sebagai berikut :

1. Tabungan (S) merupakan suatu proporsi (s) dari output total (Y), oleh karena itu kita mempunyai persamaan sederhana :

S = s.Y (I)

2. Investasi (I) didefinisikan sebagai perubahan stok modal dan dilambangkan dengan K, maka :

I = ∆K (II)

Tetapi karena stok modal (K) mempunyai hubungan langsung dengan output total (Y), seperti ditunjukan oleh COR atau k, maka :


(28)

= k atau

= k

atau ∆K = k. ∆Y (IIa) 3. Akhirnya, karena tabungan total (S) harus sama dengan investasi total

(I), maka :

S = I (III)

Tetapi dari persamaan (I), kita tahu bahwa S = s.Y dan dari persamaan (II) dan (IIa) kita tahu bahwa I = ∆K = k.∆Y, oleh karena itu, kita bisa menuliskan identitas dari tabungan yang sama dengan investasi pada persamaan (IIa) itu sebagai :

S = s.Y = k. ∆Y = ∆K = I atau s.Y = k. ∆Y

Dan akhirnya kita mendapatkan :

=

(IV)

pada persamaan (IV) menunjukan tingkat pertumbuhan output (persentase perubahan output). Persamaan (IV), yang merupakan persamaan Harrord-Domar yang disederhanakan, menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan output ditentukan secara bersama oleh rasio tabungan (s) dan rasio modal output (COR = k). Secara lebih spesifik, persamaan itu menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan output secara positif berhubungan dengan rasio tabungan. Makin tinggi tabungan dan diinvestasikan, makin tinggi pula output. Sedangkan hubungan antara


(29)

COR dengan tingkat pertumbuhan output adalah negatif (makin besar COR, makin rendah tingkat pertumbuhan output).

B. Produk Domestik Bruto

Produk domestik bruto atau PDB merupakan jumlah produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu Negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan PDB ini, termasuk

produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah Negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan

penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari PDB dianggap bersifat bruto/kotor. (Sukirno, 1997).

Nilai PDB dibedakan menurut harga berlaku (current year price) dan harga konstan (base-year price). Menurut harga berlaku artinya nilai barang dan jasa dihitung berdasarkan pada harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan, yang berarti termasuk kenaikan harga-harga ikut dihitung. Sedangkan

menurut harga konstannilai barang dan jasa yang dihasilkan dihitung berdasarkan harga pada tahun dasar (IHK = 100).

Untuk memudahkan pemahaman tentang bagaimana sebuah perekonomian menggunakan sumberdaya yang langka, para ekonom mencoba memilah-milah komposisi PDB menjadi beberapa macam pengeluaran dirumuskan sebagai berikut:

Y = AE + ( X –M ) ………. ( I ) Keterangan:


(30)

Y = PDB

AE = Aggregate Expenditure = C + I + G C = Konsumsi

G = Government Expenditure I = Investasi

X-M = Selisih antara ekspor dan impor/ekspor neto

Komponen pertama yaitu konsumsi oleh sektor perorangan. Komponen kedua yaitu pembelian pemerintah atas barang dan jasa, mmisalnya saja pengeluaran untuk pertahanan nasional, pembuatan jalan oleh pemerintah pusat dan

pemerintah daerah, dan gaji pegawai negeri. Komponen ketiga yaitu investasi domestik bruto swasta yang berarti penambahan persedian fisik modal. Investasi mencakup pembangunan konstruksi rumah, pembuatan mesun, konstruksi pabrik, dan penambahan persediaan barang perusahaan.

Komponen keempat menunjukkan pengaruh dari pengeluaran domestik atas barang luar negeri dan pengaruh pengeluaran luar negeri atas barang-barang domestik terhadap permintaan agregat dan output domestik.

Total permintaan atas barang yang kita produksi meliputi ekspor, yaitu permintaan orang asing atas barang-barang kita. Ini tidak termasuk impor, yaitu bagian dari pengeluaran domestik kita yang bukan digunakan untuk barang kita sendiri. Sesuai dengan hal tersebut, perbedaan antara ekspor dan impor, yang disebut ekspor netto merupakan komponen dari seluruh


(31)

Dalam perhitungan pendapatan diketahui beberapa metode yaitu, : (1) metode pendapatan, (2) metode produksi, dan (3) metode pengeluaran.

1. Metode Pendapatan

Metode ini dapat diukur dengan dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan.

2. Metode Produksi

Metode ini dapat diukur dengan dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu negara dari bidang industri, agraris,

ekstraktif, jasa, dan niaga selama satu periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang setengah jadi). Dalam metode produksi ini perlu dihindari peritungan ganda, agar jangan sampai memperoleh pendapatan nasional yang terlalu tinggi dari yang sebenarnya.

3. Metode Pengeluaran

Metode ini dapat diukur dengan mengukur konsep-konsep berikut, yaitu : a. Pengeluaran-pengeluaran konsumsi

b. Pengeluaran-pengeluaran investasi

Ini merupakan pengeluaran-pengeluaran dari perusahaan-perusahaan untuk pabrik dan perlengkapannya.

c. Pengeluaran-pengeluaran pemerintah untuk barang dan jasa

Ini merupakan pengeluaran pemerintah dalam hal pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.


(32)

d. Ekspor dikurangi impor.

Harga berubah dari waktu ke waktu, pendapatan nasional yang dihitung menurut harga-harga yang berlaku pada tahun barang dan jasa tersebut diproduksi, dijual ke pasar tidak mencerminkan perubahan jumlah produksi barng dan jasaa yang sebenarnya dalam perekonomian. Untuk

membandingkan pendapatan nasional dari tahun ke tahun, harus dipastikan agar nilai pendapatan nasional yang diperbandingkan tersebut berdasarkan harga tetap. Nilai produksi barang dan jasa berdasarkan harga yang tengah berlaku biasanya disebut pendapatan nominal. Untuk mengetahui ukuran produksi sesungguhnya setiap tahun, yakni produksi yang nilainya tidak dipengaruhi oleh kenaikan harga, kita dapat menggunakan konsep pendapatan riil, yakni ukuran produksi seluruh barang dan jasa yang penilaiannya

didasarkan pada harga konstan (tetap).

Output gap adalah selisih pendapatan nasional nominal dengan pendapatan nasional riil, atau selisih pendapatan nominal (atas dasar harga berlaku) dengan pendapatan nasional riil (atas dasar harga konstan). PDB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumberdaya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu negara. PDB harga konstan (rill) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sector dari tahun ke tahun.

Ini merupakan pengeluaran-pengeluaran dari para konsumen untuk barang-barang konsumsi dan jasa-jasa. Sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah


(33)

peningkatan jumlah barang dan jasa yang diproduksi oleh kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi juga dapat dikatakan

perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi masyarakat bertambah, pertumbuhan ekonomi selalu diupayakan meningkat sehingga juga dapat meningkatkan kesejahterakan dan peningkatan taraf hidup seluruh masyarakat. Perhitungan kenaikan PDB/GDP secara matematis adalah sebagai berikut:

R(t-1,t) = GDPt - GDPt-1 x 100%

GDPt-1

Dimana:

R(t-1,t) = Persentase kenaikan GDP

GDPt = GDP tahun tertentu

GDPt-1 = GDP tahun sebelumnya

Produk domestik bruto mencerminkan seberapa besar kondisi kemajuan perekonomian suatu negara. Produk domestik bruto atau gross domestic product (GDP) artinya mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu. Sasaran utama Bank Indonesia adalah inflasi dan nilai tukar rupiah, namun selain kedua hal tersebut pertumbuhan ekonomi juga

merupakan sasaran Bank Indonesia, apabila inflasi dan nilai tukar rupiah masih dalam kestabilan maka tujuan sasaran Bank Indonesia berikutnya adalah pertumbuhan ekonomi.


(34)

C. Perbankan

Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Pada UU Pokok Perbankan Nomor & tahun 1992 dan di tegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri dari :

a. Bank Umum

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Lalu, pengertian Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah :

a. Bank Umum

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank komersil. b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah


(35)

yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran. Artinya disini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum.

Berdasarkan statistik perbankan Indonesia (SPI), pada tahun 2002, jumlah bank umum di Indonesia mencapai 141 bank, dengan jumlah kantor sebesar 7.001 kantor bank umum. Sedangkan pada tahun 2003, jumlah bank umum di Indonesia sama seperti tahun sebelumnya yaitu sebesar 141 bank, sedangkan jumlah kantor pada bank umum mengalami peningkatan dari tahun

sebelumnya yaitu sejumlah 7.730 kantor bank umum. Pada tahun 2004, jumlah bank umum di Indonesia mengalami penurunan sebesar 134 bank, dengan 7.939 jumlah kantor bank umum yang beroperasi.

Pada tahun 2005, jumlah bank umum di Indonesia mencapai 131, dengan jumlah kantor bank umum sebesar 8236. Sedangkan pada tahun 2006, jumlah bank umum di Indonesia sebesar 130 bank dengan jumlah kantor bank umum yang beroperasi sebesar 9.110. Dan sampai pada tahun 2012, perkembangan jumlah bank di Indonesia adalah sebesar 120 dengan 16.625 jumlah kantor bank umum yang beroperasi di Indonesia. Melihat besarnya perkembangan perbankan, Ini mengindikasikan bahwa adanya invasi dari sektor perbankan mengingat besarnya kebutuhan masyarakat atas jasa perbankan dan besarnya keuntungan yang diperoleh bank atas jasa yang diberikan.

Menurut Kasmir (2000), aktivitas perbankan yang pertama adalah

menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya


(36)

adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih

masyarakat adalah seperti giro, tabungan, sertifikat deposito, dan deposito berjangka. Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari

masyarakat, maka oleh perbankan dana tersebut diputarkan kembali atau dijualkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan istilah kredit (lending). Berdasarkan penggunaannya kredit dapat dibagi atas 3 jenis, yaitu kredit konsumsi, kredit investasi dan kredit modal kerja. Perbankan dapat memberikan pinjaman atau kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana baik untuk konsumsi maupun kegiatan yang

produktif, sehingga dapat memicu pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan penelitian Fabya (2009) mengenai pengaruh antara sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, menunjukan bahwa variabel dari perkembangan sektor keuangan bahwa peningkatan nilai kredit swasta mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dan berdasarkan penelitian inggrid (2006) mengenai sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi, menunjukan bahwa analisa ekonometri dengan VECM mendukung hipotesis signifikansi peranan sektor keuangan sebagai engine pertumbuhan ekonomi, melalui kenaikan ketersediaan kredit, baik dari segi volume maupun harga.


(37)

D. Lembaga Keuangan Bukan Bank

Lembaga keuangan bukan bank atau lembaga keuangan non bank adalah lembaga keuangan yang memberikan jasa-jasa keuangan dan menarik dana dari masyarakat secara tidak langsung (non depository) yang melakukan kegiatan di bidang keuangan, secara langsung ataupun tidak langsung, menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk kegiatan produktif sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi.

Usaha – Usaha yang dilakukan Lembaga keuangan bukan bank seperti:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dengan jalan mengeluarkan kertas berharga.

2. Memberikan kredit terutama kredit jangka menengah.

3. Mengadakan penyertaan modal di dalam perusahaan atau proyek. Selain itu lembaga keuangan mempunyai peran – peran yaitu :

1. Membantu dunia usaha dalam meningkatkan produktivitas barang / jasa 2. Memperlancar distribusi barang

3. Mendorong terbukanya lapangan pekerjaan

Lembaga Keuangan Bukan Bank adalah lembaga yang salah satu kegiatan usahanya memberikan pembiayaan kepada konsumennya. Lembaga pembiayaan terdiri dari beberapa lembaga yaitu sewa guna usaha, leasing, pembiayaan konsumen, kartu kredit, anjak piutang dan pegadaian (Syamsu Iskandar, 2008).


(38)

Saat ini, peran lembaga pembiayaan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat telah banyak berkembang. Menurut kepres No.61 Tahun 1988 dijelaskan bahwa “Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang dilakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat”.

Menurut Asosiasi perusahaan pembiayaan Indonesia (APPI), rata-rata pertumbuhan industri pembiayaan sekitar 15% per tahun. Hal ini didukung oleh kondisi ekonomi di dalam negeri yang mulai membaik. Turunnya suku bunga BI Rate pada level 5,75% pada awal tahun 2012 lalu turut mendorong pertumbuhan lembaga pembiayaan, sebab industri pembiayaan di Indonesia selama ini masih mengandalkan sewa guna usaha (leasing) dan pembiayaan konsumen dengan kontribusi mencapai 98,3% dari total pembiayaan di akhir tahun 2012.

E. Pasar Keuangan

Pasar keuangan adalah pasar di mana orang dan entitas dapat melakukan perdagangan sekuritas keuangan, komoditas, dan barang-barang lain yang bernilai sepadan dengan biaya transaksi yang rendah dan dengan harga yang mencerminkan pasokan dan permintaan.

Dalam keuangan, pasar keuangan memfasilitasi: 1. Meningkatnya modal (di pasar modal) 2. Pengalihan risiko (di pasar derivatif) 3. Harga penemuan

4. Global transaksi dengan integrasi pasar keuangan 5. Pengalihan likuiditas (di pasar uang)


(39)

6. Perdagangan internasional (di pasar mata uang)

Pasar keuangan memegang peranan penting dalam perekonomian dengan menyalurkan dana dari rumah tangga, perusahaan dan pemerintah yang telah menabung kelebihan dana kepada mereka yang mempunyai kekurangan dana. Di pasar keuangan terdapat perbedaan yang dilihat berdasarkan pada jatuh tempo sekuritas yang diperdagangkan di tiap pasar. Yang pertama, pasar uang (money market) adalah pasar keuangan dimana hanya instrument utang jangka pendek (pada umumnya instrumen keuangan yang jangka waktu temponya kurang dari satu tahun) diperdagangkan. Lalu yang kedua, pasar modal (capital market) adalah pasar dimana utang jangka panjang (pada umumnya yang jangka waktu jatuh temponya satu tahun atau lebih) dan instrumen equitas di perdagangkan (Mishkin, 2008).

Pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Penjual dalam pasar modal merupakan perusahaan yang membutuhkan modal (emiten), sehingga mereka berusaha untuk menjual efek-efek di pasar modal. Sedangkan pembeli (investor) adalah pihak yang ingin membeli modal di perusahaan yang menurut mereka menguntungkan. Pasar modal dikenal dengan nama bursa efek dan di indonesia dewasa ini ada dua bursa efek, yaitu bursa efek Jakarta dan bursa efek Surabaya (Kasmir, 2008).

Dalam melakukan transaksi di pasar biasanya ada barang atau jasa yang diperjualbelikan. Begitu juga dalam pasar modal, barang yang


(40)

pasar modal diperdagangkan berbentuk surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan kembali oleh pemiliknya, baik instrumen pasar modal bersifat kepemilikan atau bersifat utang. Instrumen pasar modal yang bersifat kepemilikan diwujudkan dalam bentuk saham, sedangkan yang bersifat utang di wujudkan dalam bentuk obligasi. Dengan demikian, para investor dapat menyalurkan dananya di dalam pasar modal baik dalam bentuk saham maupun obligasi yang dapat meningkatkan produktivitas perusahaan yang menerima dana sehingga dapat mempengaruhi produksi perusahaan tersebut yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang meningkat merupakan indikasi terjadinya pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi membaik, maka akan berdampak positif terhadap harga saham suatu perusahaan. Pada tahun 2011 pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu dari Rp. 2.314.458,80 miliar di tahun 2010 menjadi Rp. 2.464.676,50 miliar di tahun 2011 dan meningkat sejumlah Rp. 2.618.139,20 di tahun 2012 dengan jumlah nilai emisi saham sebesar Rp. 6.351 triliun di tahun 2010 meningkat menjadi sebesar Rp. 6.355 triliun di tahun 2011 dan Rp. 6.800 triliun di tahun 2012. Ini menunjukan adanya peningkatan dana atau modal yang mengalir ke dalam perusahaan sehingga kinerja dan produksi perusahaan menjadi meningkat serta meningkatkan output sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat. Menurut penelitian Wilsa Road Betterment Sitepu, Sya’ad Afifuddin Sembiring dan Wahyu Ario Pratomo (2011) mengenai analisis faktor-faktor


(41)

yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi singapura yang salah satu hasil penelitiannya menunjukan bahwa investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi singapura. Ini menunjukan bahwa shock dari pasar modal memiliki peranan dalam meningkatnya pertumbuhan ekonomi di suatu negara.

F. Tinjauan Empiris

Penelitian Inggrid (2006) mengenai peranan antara sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi peranan sektor keuangan dalam mendorong (boost) pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang, terutama Indonesia. Hasil-hasil empiris mengindikasikan, dalam jangka panjang, terdapat

hubungan ekuilibrium antara perkembangan sektor keuangan dan output riil. Hasil dari Vektor Error Correction Model (VECM) cenderung mendukung hipotesis bahwa sistem keuangan dapat menjadi mesin pertumbuhan di Indonesia.

Tabel 1. Ringkasan Penelitian Inggrid (2006)

Judul Sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia: pendekatan kausalitas dalam multivariate vector error correction model (VECM)

Penulis/Tahun Inggrid (2006)

Tujuan Untuk menginvestigasi peranan sektor keuangan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.

Variabel dan Alat Analisis

Produk domestik bruto atas harga konstan (LGYR), kredit perbankan kepada sektor swasta(LGCRED), Variabel spread , kurs riil(LGREER), IHK, SBI.

Vector Error Correction Model (VECM) Jenis data Time series (1992.2-2004.4)


(42)

Hasil dan Kesimpulan

- Serangkaian deregulasi sektor keuangan membawa dampak secara luar biasa, untuk kondisi makroekonomi, terutama pertumbuhan ekonomi . berdasarkan standar internasional, struktur keuangan Indonesia didominasi oleh sektor perbankan yang underdeveloped.

- Hasil kausalitas Granger menunjukan bidirectional causality antara pertumbuhan ekonomi dan volume kredit. Namun, dibuktikan terdapat kausalitas satu arah (one-way causality) antara spread dan output. Analisa ekonometri dengan VECM mendukung hipotesis significansi peranan sektor keuangan sebagai engine pertumbuhan ekonomi, melalui kenaikan ketersediaaan kredit, baik dari segi volume maupun harga.

Penelitian Wilsa Road Betterment Sitepu, Sya’ad Afifuddin Sembiring, Wahyu Ario Pratomo mengenai Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Singapura. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui apakah variabel-variabel perkembangan sektor perekonomian merupakan variabel ekonomi yang menentukan naik turunnya pertumbuhan ekonomi yang dicapai Singapura dan Mengetahui seberapa besar pengaruh dan arah hubungan variabel ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi di Singapura.

Tabel 2. Ringkasan Penelitian Wilsa, et.al. (2011)

Judul Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Singapura

Penulis/Tahun Wilsa Road Betterment Sitepu, Sya’ad Afifuddin Sembiring, Wahyu Ario Pratomo (2011)

Tujuan -Mengetahui apakah variabel-variabel perkembangan sektor perekonomian merupakan variabel ekonomi yang menentukan naik turunnya pertumbuhan ekonomi yang dicapai Singapura.

-Mengetahui seberapa besar pengaruh dan arah hubungan variabel ekonomi terhadap pertumbuhan


(43)

ekonomi di Singapura. Variabel dan

Alat Analisis

Pertumbuhan ekonomi (Y), Nilai tukar (kurs), Investasi (INV), Ekspor netto (XNET), Industri dan manufaktur ( INDMAF), Tenaga kerja (TK), dan Tabungan (S). Analisis jalur (Path analisis)

Jenis data Time series (1983.02 – 2000.04) Hasildan

Kesimpulan

- Investasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor netto Singapura

- Investasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pertumbuhan ekonomi Singapura

- Kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor netto Singapura

- Kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Singapura

- Tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor netto Singapura

- Tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Singapura

- Ekspor netto berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Singapura

- Industri dan manufaktur berpengaruh positifdan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Singapura - Tabungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

ekspor netto Singapura

- tabungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Singapura

Penelitian Gilman Perdana Nugraha mengenai Analisis Pengaruh

Perkembangan Pasar Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perkembangan pasar modal terhadap investasi riil dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.


(44)

Tabel 3. Ringkasan Gilman Pradana Nugraha (2007).

Judul Analisis Pengaruh Perkembangan Pasar Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Penulis/Tahun Gilman Pradana Nugraha (2007)

Tujuan Untuk menganalisis pengaruh perkembangan pasar modal terhadap investasi riil di Indonesia dan menganalisis pengaruh perkembangan pasar modal terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Variabel dan Alat Analisis

Produk domestik bruto riil (GDPR), investasi riil (INVR), nilai kapitalisasi pasar saham (KAP), nilai saham yang diperdagangkan (NSP), indeks harga saham (IHSG), nilai tukar riil (RER).

Vector Error Correction Model (VECM) Jenis data Time series (1999.1-2006.12)

Hasil dan Kesimpulan

- Perkembangan pasar modal dalam jangka pendek mampu mempengaruhi perilaku investasi riil dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

- Pertumbuhan ekonomi seluruh variabel yang digunakan signifikan dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

Penelitian Fabya (2009) mengenai pengaruh antara sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perkembangan sektor perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan menganalisis variabel perkembangan sektor keuangan yang paling dominan dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hasil estimasi dari penelitian ini menunjukan bahwa pertumbuhan sektor keuangan positif mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Adanya sektor keuangan beserta jasa-jasa yang disediakannya bertindak secara aktif dalam mendorong kegiatan perekonomian. Dan variabel perkembangan sektor keuangan yang paling dominan dalam mempengaruhi pertumbuhan


(45)

ekonomi Indonesia adalah tabungan. Tabungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan kredit swasta yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi tetapi tidak signifikan.

Tabel 4. Ringkasan Penelitian Fabya(2009)

Judul Analisis Pengaruh Perkembangan Sektor Keuangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia

Penulis/Tahun Fabya (2009)

Tujuan bertujuan untuk mengetahui pengaruh perkembangan sektor perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan menganalisis variabel perkembangan sektor keuangan yang paling dominan dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Variabel dan

Alat Analisis

Tingkat monetisasi (M2Y), tabungan (LGT), kredit swasta (LGK), GDP riil (LGGDP)

Ordinary Least Square (OLS) Jenis data Time series (2002.2-2010.2) Hasil dan

Kesimpulan - Hasil estimasi OLS menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor keuangan positif mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Adanya sektor keuangan beserta jasa-jasa yang disediakannya bertindak secara aktif dalam mendorong kegiatan perekonomian. Kredit swasta (LGK) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Tabungan (LGT) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Tingkat monetisasi (M2Y) selama periode penelitian berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

- Variabel dari perkembangan sektor keuangan yang paling dominan dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia (LGGDP) adalah tabungan (LGT). Tabungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (LGGDP).


(46)

Penelitian Romi Mulyadi H (2004) mengenai hubungan antara perkembangan sektor keuangan dengan volatilitas ekonomi di Indonesia. Penelitian ini hanya menitik beratkan pada hubungan kausalitas dari variabel-variabel

perkembangan sektor keuangan terhadap volatilitas ekonomi. Hasil dari penelitian ini adalah perkembangan sektor keuangan yang berpengaruh terhadap peningkatan volatilitas ekonomi.

Tabel 5. Ringkasan Penelitian Romi Mulyadi H (2004)

Judul Hubungan Antara Perkembangan Sektor Keuangan Dengan Volatilitas Ekonomi di Indonesia

Penulis/Tahun Romi Mulyadi H (2004)

Tujuan Menganalisis hubungan antara perkembangan sektor keuangan dengan volatilitas ekonomi.

Variabel dan Alat Analisis

Rasio Monetisasi M2Y(rasio antara jumlah uang beredar M2 terhadap GDP nominal), Rasio kredit perbankan terhadap GDP nominal (KY), Rasio demand deposit terhadap jumlah uang beredar M1 (DM1), Volatilitas ekonomi (VY) .

Error Correction Model (ECM)

Jenis data Time series (1983.02 2000.04)

Hasil dan Kesimpulan

- Ditemukan bahwa dalam jangka pendek terdapat hubungan kausalitas-granger dari perkembangan sektor keuangan ke arah volatilitas ekonomi. Dapat dinyatakan bahwa perkembangan sektor keuangan berpengaruh terhadap peningkatan volatilitas. Sementara itu tidak ditemukan hubungan kausalitas-granger ketika digunakan proksi rasio demand deposit terhadap jumlah uang beredar M1.

- Perkembangan sektor keuangan justru berpengaruh terhadap peningkatan volatilitas ekonomi.

- Tidak berpengaruhnya rasio demand deposit terhadap jumlah uang beredar M1 terhadap volatilitas ekonomi menunjukan masih rendahnya penggunaan non-currency balances pada masyarakat Indonesia.


(47)

III. METODE PENELITIAN

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal di Indonesia Tahun 2002:I-2013:II adalah Produk Domestik Bruto (PDB), jumlah kredit perbankan, jumlah pembiayaan pada lembaga keuangan non bank, dan nilai emisi saham pada pasar modal. Deskripsi tentang satuan pengukuran, jenis dan sumber data telah dirangkum dalam Tabel 6. Tabel 6. Deskripsi Data Input

Nama Data Satuan Pengukuran

Selang Periode

Runtun Waktu Sumber Data PDB Miliar Rupiah 2002.1 – 2013.2 BPS

Kredit perbankan Miliar Rupiah 2002.1 – 2013.2 Bank Indonesia Jumlah pembiayaan

pada lembaga keuangan non bank

Miliar Rupiah 2002.1 – 2013.2 Bank Indonesia


(48)

A. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari satu variabel terikat yaitu pertumbuhan ekonomi yang dilihat dengan menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB) dan tiga variabel bebas yaitu, jumlah kredit perbankan, jumlah pembiayaan pada lembaga keuangan non bank, dan nilai emisi saham. Data Produk Domestik Bruto (PDB) ini bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dapat dilihat pada situs Badan Pusat Statistik yaitu www.bps.go.id. Sedangkan untuk data jumlah kredit perbankan, jumlah pembiayaan pada lembaga keuangan non bank, dan nilai emisi saham bersumber dari Bank Indonesia yaitu dapat dilihat di situs resmi Bank Indonesia www.bi.go.id.

B. Batasan Ukuran Variabel

Batasan atas definisi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang di produksi masyarakat bertambah dan dapat dilihat dengan kenaikkan Produk Nasional Bruto riil atau Pendapatan Nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Pertumbuhan ekonomi juga bisa dikatakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa meningkat. Untuk mengetahui apakah suatu perekonomian mengalami perkembangan, perlu


(49)

ditentukan perubahan yang sebenarnya terjadi dalam kegiatan-kegiatan ekonomi dari tahun ke tahun. Dilakukan dengan menghitung pendapatan nasional menurut harga konstan. Dengan menggunakan IHK, pendapatan nasional konstan dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:

Dimana Yrt adalah pendapatan nasional pada tahun t, Ybt adalah

pendapatan nasional menurut harga yang berlaku pada tahun t, dan IHKt

adalah indeks harga konsumen pada tahun t. Data pertumbuhan ekonomi penelitian ini menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartalan, pada periode tahun 2002 sampai 2012. Sumber data diambil dari laporan Badan Pusat Statistik Indonesia per tahun, melalui website Badan Pusat Statistik yaitu www.bps.go.id dan satuan pengukuran pada variabel Produk Domestik Bruto (PDB) adalah dalam miliar Rupiah.

2. Kredit Perbankan

Data kredit yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah kredit perbankan Rupiah dan valas menurut kelompok bank dan penggunaan yang memakai data kuartalan yang telah disesuaikan dengan harga konstan tahun 2000. Sumber data diambil dari laporan bank Indonesia per bulan, melalui website bank Indonesia yaitu www.bi.go.iddan satuan pengukuran pada variabel ini adalah miliar Rupiah.

3. Pembiayaan Lembaga Keuangan Non Bank

Data lembaga keuangan bukan bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah data jumlah posisi pembiayaan menurut jenis pada perusahaan


(50)

pembiayaan yang merupakan data kuartalan yang telah disesuaikan dengan harga konstan tahun 2000. Sumber data diambil dari laporan bank

Indonesia per bulan, melalui website bank Indonesia yaitu www.bi.go.id dan satuan pengukuran pada variabel ini adalah miliar Rupiah.

4. Nilai Emisi Saham Pada Pasar Modal

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuartalan nilai emisi saham pada pasar modal yang telah disesuaikan dengan harga konstan tahun 2000. Sumber data diambil dari laporan bank Indonesia per bulan, melalui website bank Indonesia yaitu www.bi.go.iddan satuan pengukuran pada variabel ini adalah miliar Rupiah.

C. Metode Analisis

Untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan di awal maka penelitian ini akan menggunakan metodologi time series dengan pendekatan VAR jika data yang digunakan adalah stasioner dan tidak terdapat

kointegrasi, atau pendekatan VECM jika data yang digunakan kemudian diketahui stasioner dan terdapat kointegrasi. Software Eviews 4.1 digunakan dalam penelitian ini untuk melakukan berbagai uji terhadap data yang digunakan.

Model VAR merupakan model persamaan regresi yang menggunakan data time series yang berkaitan dengan masalah stasioneritas dan kointegrasi antar variabel di dalamnya. Pembentukan model VAR diawali dengan uji

stasioneritas data, dimana model VAR biasa (unrestricted VAR) akan diperoleh apabila data telah stasioner pada tingkat level. Namun jika data


(51)

tidak stasioner pada tingkat level tetapi stasioner pada proses diferensiasi yang sama, maka harus dilakukan uji kointegrasi untuk mengetahui apakah data tersebut mempunyai hubungan dalam jangka panjang atau tidak. Vector Auto Regression (VAR) biasanya digunakan untuk memproyeksikan sistem variabel-variabel runtut waktu dan untuk menganalisis dampak dinamis dari faktor gangguan yang terdapat dalam sistem variabel tersebut. Pada dasarnya Analisis VAR bisa dipadankan dengan suatu model persamaan simultan, oleh karena dalam Analisis VAR kita mempertimbangkan beberapa variabel endogen secara bersama-sama dalam suatu model. Perbedaannya dengan model persamaan simultan biasa adalah bahwa dalam Analisis VAR masing-masing variabel selain diterangkan oleh nilainya di masa lampau, juga dipengaruhi oleh nilai masa lalu dari semua variabel endogen lainnya dalam model yang diamati. Di samping itu, dalam analisis VAR biasanya tidak ada variabel eksogen dalam model tersebut.

Keunggulan dari Analisis VAR antara lain adalah: (1) Metode ini sederhana, kita tidak perlu khawatir untuk membedakan mana variabel endogen, mana variabel eksogen; (2) Estimasinya sederhana, dimana metode OLS biasa dapat diaplikasikan pada tiap-tiap persamaan secara terpisah; (3) Hasil perkiraan (forecast) yang diperoleh dengan menggunakan metode ini dalam banyak kasus lebih bagus dibandingkan dengan hasil yang didapat dengan menggunakan model persamaan simultan yang kompleks sekalipun. Selain itu, VAR Analysis juga merupakan alat analisis yang sangat berguna, baik di dalam memahami adanya hubungan timbal balik (interrelationship) antara


(52)

variabel-variabel ekonomi, maupun di dalam pembentukan model ekonomi berstruktur (Enders, 2004).

Gambar 7 Prosedur Penggunaan Alat Ekonometri dalam Pendekatan VAR

Sumber: Agus Widarjono (2007) diolah

VAR estimation model VECM estimation model

Innovation Accounting

Impulse Response Variance Decomposition

Data Time Series

Uji Stasioneritas

Var In Difference Tidak Stasioner Stasioner

Var In Level

Penentuan panjang lag

Uji Kointegrasi

Tidak terkointegrasi Terkointegrasi


(53)

Dalam hal data stasioner pada proses diferensiasi namun tidak terkointegrasi, maka dapat dibentuk model VAR dengan data diferensiasi (VAR in

difference). Namun apabila terdapat kointegrasi maka dibentuk Vector Error Correction Model (VECM), yang merupakan model VAR yang terektriksi (restricted VAR) mengingat adanya kointegrasi yang menunjukkan hubungan jangka panjang antar variabel dalam model VAR.

Spesifikasi VECM merestriksi hubungan perilaku jangka panjang antar variabel agar konvergen ke dalam hubungan kointegrasi namun tetap membiarkan perubahan dinamis dalam jangka pendek. Terminologi

kointegrasi ini dikenal sebagai koreksi kesalahan (error correction) karena bila terjadi deviasi terhadap keseimbangan jangka panjang akan dikoreksi melalui penyesuaian parsial jangka pendek secara bertahap.

Adapun tahapan dalam melakukan analisis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Uji Stationaritas (Unit root Test)

Uji Stasionaritas ini digunakan untuk melihat apakah data yang diamati stationary atau tidak sebelum melakukan regresi. Setiap data runtut waktu merupakan hasil dari suatu prosesn stokastik atau random yang dikatakan stasionary jika memenuhi tiga kriteria, yaitu jika rata-rata dan variannya konstan sepanjang waktu dan kovarian antara dua data runtut waktu hanya tergantung dari kelambanan antara dua periode waktu tersebut.

Data time series dapat dikatakan stasioner jika rata-rata dan variannya konstan sepanjang waktu serta kovarian antara dua runtut waktunya hanya


(54)

tergantung dari kelambanan (lag) antara dua periode waktu tersebut. Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak adalah dengan cara membandingkan nilai statistik Phillips-perrontest dengan nilai kritis distribusi statistic MacKinnon, dimana nilai statistik Phillips-perrontest ditunjukkan oleh nilai t statistic. Jika nilai absolut statistik Phillips-perrontest lebih besar dari nilai kritis distribusi statistik MacKinnon maka H0 ditolak, dalam arti data timeseries yang diamati telah stationer. Dan sebaliknya, jika nilai absolut statistik PP test lebih kecil dari nilai kritis distribusi statistik MacKinnon, maka H0 diterima,

yang berarti data time series tidak stationer, Gujarati (2003).

Dalam hal hasil PP test menunjukkan bahwa data time series yang diamati tidak stasioner dalam bentuk level, maka perlu dilakukan transformasi melalui proses differencing agar data menjadi stasioner. Data dalam bentuk difference merupakan data yang telah diturunkan dengan periode

sebelumnya, dimana bentuk derajat pertama (first difference) dapat dinotasikan dengan I(1) kemudian prosedur ADF test kembali dilakukan apabila data time series yang diamati masih belum stasioner pada derajat pertama sehinggga kembali dilakukan differencing yang kedua (second difference) untuk memperoleh data yang stasioner.

2. Penentuan Lag Optimum

Penentuan kelambanan (lag) optimal merupakan tahapan yang sangat penting dalam model VAR mengingat tujuan membangun model VAR adalah untuk melihat perilaku dan hubungan dari setiap variabel dalam


(55)

sistem. Untuk kepentingan tersebut, dapat digunakan beberapa kriteria Akaike Information Criterion (AIC), Schwartz Information Criterion (SIC), Hannan-Quinn Information Criterion (HQ).Penetuan lag optimal dengan menggunakan kriteria informasi tersebut diperoleh dengan

memilih kriteria yang mempunyai nilai paling kecil di antara berbagai lag yang diajukan. Sangat dimungkinkan untuk membangun model VAR sebanyak n persamaan yang mengandung kelambanan sebanyak ρ lag dan n variabel ke dalam model VAR mengingat seluruh variabel yang relevan dan memiliki pengaruh ekonomi dapat dimasukkan kedalam persamaan model VAR.

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan Akaike Information Criterion (AIC), Schwartz Information Criterion (SIC), Hannan-Quinn Information Criterion (HQ) untuk menentukan panjang lag optimal. Model VAR akan diestimasidengan tingkat lag yang berbeda-beda dan selanjutnya nilai terkecil akan digunakan sebagai nilai lag yang optimal. 3. Uji Kointegrasi

Jika data variabel bebas dan variabel terikat, mengadung unsur akar unit atau dengan kata lain tidak stasionary, namun kombinasi linear kedua variabel mungkin saja stasionary. Seperti persamaan di bawah ini,

(3.1) variabel gangguan et dalam hal ini merupakan kombinasi linier. Jika

variabel gangguan et ternyata tidak mengadung akar unit, data stasionary


(56)

mempunyai hubungan jangka panjang. Secara umum bisa dikatakan bahwa jika data runtut waktu Y dan X tidak stasionary pada tingkat level tetapi menjadi stasionary pada diferensi (difference) yang sama yaitu Y adalah I(d) dan X adalah I(d) dimana d tingkat diferensi yang sama maka kedua data adalah terkointegrasi. Dengan kata lain uji kointegrasi hanya bisa dilakukan ketika data yang digunakan dalam penelitian berintegrasi pada derajat yang sama. Konsep kointegrasi pada dasarnya adalah untuk mengetahui equilibrium jangka panjang di antara variabel-variabel yang diobservasi.

Dalam penelitian ini uji kointegrasi menggunakan uji Engle-Granger dan uji kointergrasi Johansen. Uji Engle-Granger diawali dengan melakukan regresi persamaan dan kemudian mendapatkan residualnya. Dari residual ini kemudian kita uji dengan uji stasionaryPhillips-perron (PP).

Kemudian dari hasil estimasi nilai statistik PP dibandingkan dengan nilai kritisnya. Nilai statistik PP diperoleh dari koefisien β1. Jika nilai

statistiknya lebih besar dari nilai kritisnya maka variabel-variabel yang diamati saling berkointegrasi atau mempunyai hubungan jangka panjang dan sebaliknya, maka variabel yang diamati tidak berkointegrasi

(Widarjono, 2007). Sedangkan uji kointegrasi Johansen melihat ada tidaknya kointegrasi didasarkan pada uji likelihood ratio (LR). Jika nilai LR lebih besar dari nilai kritis LR maka dapat diterima adanya kointegrasi sejumlah variabel. Nilai kritis LR diperoleh dari tabel yang dikembangkan oleh Johansen-Juselius dan Johansen juga menyediakan uji statistik alternatif yang dikenal dengan maximum eigenvalue statistic.


(57)

4. Model Estimasi VECM (Vector error Correction Model)

VECM merupakan bentuk VAR yang terestriksi. Restriksi tambahan ini harus diberikan karena keberadaan bentuk data yang tidak stasioner namun terkointegrasi. VECM kemudian memanfaatkan informasi restriksi

kointegrasi tersebut ke dalam spesifikasinya. Karena itulah VECM sering disebut sebagai desain VAR bagi series non stasioner yang memiliki hubungan kointegrasi.

Model ekonomi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

LnPDB = f ( LnKP, LnPP, LnNE) (4.1) Model VECM dalam penelitian ini adalah:

LnPDBt = a0 + 1 LnKPt-1 + 2 LnPPt-1 + 3 LnNEt-1 +

a6ect-1 + et (4.2)

Dimana:

LnPDBt = PDB pada tahun t

LnKPt-1 = Kredit Perbankan pada tahun t-n

LnPPt-1 = Pembiayaan pada lembaga keuangan non bank pada

tahun t-n

LnNEt-1 = Nilai emisi saham pada tahun t-n

a0 = konstanta

ect-1 = kesalahan keseimbangan

et = faktor pengganggu

Persamaan diatas menunjukkan bahwa empat variabel ekonomi yang diamati, yaitu Product Domestik Bruto(LnPDB), Kredit (LnKP),


(58)

(LnNE), memliki pengaruh jangka pendek dalam sistem var dan merupakan var yang terestriksi karena variabel-variabel terkointegrasi.

5. Impulse Responses dan Variance Decomposition

Untuk melihat respon dari masing-masing variabel sektor keuangan terhadap PDB, maka peneliti menggunakan analisis impulse responses dan variance decomposition, karena secara individual koefisien dalam estimasi sulit diinterpretasikan maka para ahli ekonometrika menggunakan kedua analisis ini. Sehingga dapat diketahui varibel mana yang lebih merespon tehadap variabel-variabel yang diamati.

5.1 Impulse Responses

Impulse responses melacak respon dari variabel endogen di dalam sistem VAR karena adanya goncangan (shock) atau perubahan di dalam variabel gangguan (Widarjono,2007). Untuk melihat efek gejolak (shock) suatu standar deviasi dari variabel inovasi terhadap nilai sekarang (current time values) dan nilai yang akan datang (future values) dari variabel-variabel endogen yang terdapat dalam model yang diamati (Gujarati,2003).

5.2 Variance Decomposition

Analisis variance decomposition menggambarkan relatif pentingnya setiap variabel di dalam sistem VAR karena adanya shock. Variance decomposition berguna untuk memprediksi kontribusi persentase


(59)

varian setiap variabel karena adanya perubahan variabel tertentu dalam sistem VAR. (Widarjono,2007)

Pada dasarnya hal ini merupakan metode lain untuk menggambarkan sistem dinamis yang terdapat dalam VAR. Hal ini digunakan untuk menyusun perkiraan error variance suatu variabel, yaitu seberapa besar perbedaan antara variance sebelum dan sesudah shock, baik shock yang bersumber dari diri sendiri maupun shock dari variabel lain. (Gujarati,2003)


(60)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil perhitungan dan pembahaasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis impulse response dapat disimpulkan bahwa PDB secara cepat merespon perubahan masing-masing variabel pada awal periode setelah shock terjadi. PDB meresponnaik pada variabel

pembiayaan pada lembaga keuangan non bankpada awal periode kemudian sempat mengalami penurunan pada periode ke-3 dan kembali meningkat hingga periode ke-5, kembali mengalami penurunan pada periode ke-7 dan pada periode ke-8 kembali mengalami peningkatan yang cenderung stabil hingga akhir periode. Lalu, Hasil analisis impuls respone akibat shock variabel nilai emisi saham terhadap PDB menunjukan respon positif pada periode ke-2 namun respon mengalami penurunan hingga periode ke-4 dan peningkatan ditunjukan pada periode ke-5 dan pada periode ke-6 mengalami penurunan kembali hingga periode ke-7 dan peningkatan yang cenderung stabil kembali terjadi pada periode ke-8 hingga periode ke-20 dan Hasil analisis impuls respone akibat shock variabel kredit perbankan terhadap PDB menunjukan respon yang


(61)

pada periode ke-4, setelah itu PDB merespon negatif hingga periode ke-6 dan dari periode ke-7 hingga ke-8 respon PDB mulai mengalami

peningkatan terhadap shock yang ditimbulkan kredit perbankan dan sesudahnya terus mengalami penurunan yang cenderung stabil hingga akhir periode.

2. Hasil analisis variance decomposition menunjukkan bahwa selain berasal dari PDB itu sendiri, setiap variabel memiliki kontribusi yang berbeda terhadap perkembangan PDB dengan urutan persentase pengaruh terbesar diberikan oleh perubahan pada pembiayaan pada lembaga keuangan non bank, kredit perbankan, dan nilai emisi saham. PDB memiliki varian yang terus menurun hingga akhir periode dan kredit perbankan memberikan varian yang terus meningkat sedangkan pembiayaan pada lembaga keuangan non bank juga memliki varian yang meningkat setiap periode terhadap PDB, nilai emisi saham berkontribusi naik hingga periode ke-2 kemudian turun hingga akhir periode.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, dapat disajikan beberapa saran terkait dengan pengidentifikasian sumber-sumber PDB di Indonesia:

1. Di dalam penelitian pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan kredit perbankan memberikan varian yang cukup besar terhadap


(62)

sebaiknya mendorong untuk meningkatkan penyaluran kredit terutama dalam kegiatan investasi yang produktif.

2. Berdasarkan pada penelitian, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank memberikan kontribusi terbesar terhadap peningkatan PDB akan tetapi rentan terhadap peningkatan kredit macet, disarankan agar memberikan sosialisasi dan kebijakan yang mendukung perkembangan pembiayaan pada perusahaan pembiayaan dalam melakukan pembiayaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen maupun kebutuhan modal kerja sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta memperketat seleksi dalam menyalurkan pembiayaan kepada konsumen sehingga memperkecil persentase kredit macet yang dapat mengganggu stabilitas di sektor pembiayaan.

3. Berdasarkan penelitian, perkembangan nilai emisi saham cukup

memberikan kontribusi terhadap PDB dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, dengan ini disarankan dilakukan kebijakan yang dapat mendorong perusahaan yang ada di Indonesia untuk go publik sehingga meningkatkan penawaran saham baru dan aliran dana segar bagi korporasi untuk keperluan investasi sehingga dapat memicu pertumbuhan ekonomi. 4. Disarankan agar penelitian selanjutnya memasukkan variabel variabel

makro ekonomi seperti inflasi yang turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan juga suku bungasebagai alat transmisi kebijakan moneter di dalam sektor keuangan yang turut mempengaruhi mobilisasi dana


(63)

(64)

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. 2010. Laporan Kebijakan Moneter. Bank Indonesia. Jakarta. Badan Pusat Statistik. Indikator Ekonomi. Berbagai Edisi.

Case & Fair.1999. Mikro Ekonomi Intermediate. Jakarta : Gramedia.

Fabya. 2009. Analisis Pengaruh Perkembangan Sektor Keuangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor. 75 hlm.

Fritzer, Friedrich. 2004. Financial Market Strukture and Economic Growth: A Cross Country Perspective. Monetary Policy and The Economy 2nd

Quarter,pp.7287.http://www.oenb.at/en/img/mop_20042_financial_market -tem16-19681.pdf

Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometric 4th Edition. McGraw Hill. New York.

Hidayati, Siti. 2009. Analisa Hubungan Kinerja Sistem Keuangan (Perbankan Dan Pasar Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode 1999-2008. Universitas Indonesia.

Inggrid. 2006. ”Sektor Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia: Pendekatan Kausalitas dalam Multivariate Vector Error Correction Model

(VECM)”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Fakultas Ekonomi UK

Petra, 8:40-50.

Iskandar, Syamsu. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti.

Kasmir. 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kularatne, Chandana. 2002. An Examination of the Impact of Financial


(65)

Kuznets, P. S. 1971. Contributions to Economics. The Swedish Journal of Economics. 73, 444 - 459.

Levine, Ross. 1997. Financial Development and Economic Growth: Views and Agenda. Journal of Economic Literature. 35, 688-726.

Mankiw, N. Gregory. 2000. Makroekonomi Edisi Kesatu. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Mceachern, William A. 2000. Ekonomi Makro, Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Empat.

Michael, P. Todaro. 2004, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ke Tiga. Jakarta : Gramedia Pustaka.

Mishkin, F. S.. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan, Edisi kedelapan. Jakarta : Salemba Empat.

Mulyadi, H. Romi. 2004. Hubungan Antara Perkembangan Sektor Keuangan Dengan Volatilitas Ekonomi di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Hlm 21-31.

Nugraha, Gilman Pradana. 2007. Analisis Pengaruh Perkembangan Pasar Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. 135 hlm.

Saragih, Junawi Hartasi. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi (Studi Komparatif: Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat). (Skripsi). Universitas Sumatera Utara. Medan. Sukirno, Sadono. 2007. Makroekonomi Modern, Perkembangan Pemikiran dari

klasik hingga keynesian baru. Jakarta : Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori Mikroekonomi. Edisi kedua. PT. Raja

Grafindo Perkasa.


(66)

Todaro, Michael P, dan Smith, Stephen C. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia. Edisi kedelapan, Jakarta : Penerbit Erlangga.

Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Ekonisia Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta. 415 hlm.

Wilsa R.B.S, Sya’ad Afifudin Sembiring, dan Wahyu Ario Pratomo. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Singapura. Jurnal Ekonomi Pembangunan. 15 hlm.


(1)

75

pada periode ke-4, setelah itu PDB merespon negatif hingga periode ke-6 dan dari periode ke-7 hingga ke-8 respon PDB mulai mengalami

peningkatan terhadap shock yang ditimbulkan kredit perbankan dan sesudahnya terus mengalami penurunan yang cenderung stabil hingga akhir periode.

2. Hasil analisis variance decomposition menunjukkan bahwa selain berasal dari PDB itu sendiri, setiap variabel memiliki kontribusi yang berbeda terhadap perkembangan PDB dengan urutan persentase pengaruh terbesar diberikan oleh perubahan pada pembiayaan pada lembaga keuangan non bank, kredit perbankan, dan nilai emisi saham. PDB memiliki varian yang terus menurun hingga akhir periode dan kredit perbankan memberikan varian yang terus meningkat sedangkan pembiayaan pada lembaga keuangan non bank juga memliki varian yang meningkat setiap periode terhadap PDB, nilai emisi saham berkontribusi naik hingga periode ke-2 kemudian turun hingga akhir periode.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, dapat disajikan beberapa saran terkait dengan pengidentifikasian sumber-sumber PDB di Indonesia:

1. Di dalam penelitian pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan kredit perbankan memberikan varian yang cukup besar terhadap


(2)

76

sebaiknya mendorong untuk meningkatkan penyaluran kredit terutama dalam kegiatan investasi yang produktif.

2. Berdasarkan pada penelitian, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank memberikan kontribusi terbesar terhadap peningkatan PDB akan tetapi rentan terhadap peningkatan kredit macet, disarankan agar memberikan sosialisasi dan kebijakan yang mendukung perkembangan pembiayaan pada perusahaan pembiayaan dalam melakukan pembiayaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen maupun kebutuhan modal kerja sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta memperketat seleksi dalam menyalurkan pembiayaan kepada konsumen sehingga memperkecil persentase kredit macet yang dapat mengganggu stabilitas di sektor pembiayaan.

3. Berdasarkan penelitian, perkembangan nilai emisi saham cukup

memberikan kontribusi terhadap PDB dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, dengan ini disarankan dilakukan kebijakan yang dapat mendorong perusahaan yang ada di Indonesia untuk go publik sehingga meningkatkan penawaran saham baru dan aliran dana segar bagi korporasi untuk keperluan investasi sehingga dapat memicu pertumbuhan ekonomi. 4. Disarankan agar penelitian selanjutnya memasukkan variabel variabel

makro ekonomi seperti inflasi yang turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan juga suku bunga sebagai alat transmisi kebijakan moneter di dalam sektor keuangan yang turut mempengaruhi mobilisasi dana


(3)

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. 2010. Laporan Kebijakan Moneter. Bank Indonesia. Jakarta. Badan Pusat Statistik. Indikator Ekonomi. Berbagai Edisi.

Case & Fair.1999. Mikro Ekonomi Intermediate. Jakarta : Gramedia.

Fabya. 2009. Analisis Pengaruh Perkembangan Sektor Keuangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor. 75 hlm.

Fritzer, Friedrich. 2004. Financial Market Strukture and Economic Growth: A Cross Country Perspective. Monetary Policy and The Economy 2nd

Quarter,pp.7287.http://www.oenb.at/en/img/mop_20042_financial_market -tem16-19681.pdf

Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometric 4th Edition. McGraw Hill. New York.

Hidayati, Siti. 2009. Analisa Hubungan Kinerja Sistem Keuangan (Perbankan Dan Pasar Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode 1999-2008. Universitas Indonesia.

Inggrid. 2006. ”Sektor Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia:

Pendekatan Kausalitas dalam Multivariate Vector Error Correction Model

(VECM)”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Fakultas Ekonomi UK

Petra, 8:40-50.

Iskandar, Syamsu. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti.

Kasmir. 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kularatne, Chandana. 2002. An Examination of the Impact of Financial


(5)

structure to a Middle-Income Country Context.

<http://www.csae.ac.uk/conferences/2002-UPaGiSSA/papers-csae2002.pdf>.

Kuznets, P. S. 1971. Contributions to Economics. The Swedish Journal of Economics. 73, 444 - 459.

Levine, Ross. 1997. Financial Development and Economic Growth: Views and Agenda. Journal of Economic Literature. 35, 688-726.

Mankiw, N. Gregory. 2000. Makroekonomi Edisi Kesatu. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Mceachern, William A. 2000. Ekonomi Makro, Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Empat.

Michael, P. Todaro. 2004, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ke Tiga. Jakarta : Gramedia Pustaka.

Mishkin, F. S.. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan, Edisi kedelapan. Jakarta : Salemba Empat.

Mulyadi, H. Romi. 2004. Hubungan Antara Perkembangan Sektor Keuangan Dengan Volatilitas Ekonomi di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Hlm 21-31.

Nugraha, Gilman Pradana. 2007. Analisis Pengaruh Perkembangan Pasar Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. 135 hlm.

Saragih, Junawi Hartasi. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi (Studi Komparatif: Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat). (Skripsi). Universitas Sumatera Utara. Medan. Sukirno, Sadono. 2007. Makroekonomi Modern, Perkembangan Pemikiran dari

klasik hingga keynesian baru. Jakarta : Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori Mikroekonomi. Edisi kedua. PT. Raja

Grafindo Perkasa.


(6)

Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia. Berbagai Edisi. Bank Indonesia. http://www. bi.go.id./web/id/Statistik/Statistik+Ekonomi+dan+ Keuang an+Indonesia.

Todaro, Michael P, dan Smith, Stephen C. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia. Edisi kedelapan, Jakarta : Penerbit Erlangga.

Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Ekonisia Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta. 415 hlm.

Wilsa R.B.S, Sya’ad Afifudin Sembiring, dan Wahyu Ario Pratomo. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Singapura. Jurnal Ekonomi Pembangunan. 15 hlm.