Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manajemen keuangan pemerintah merupakan salah satu kunci penentu keberhasilan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan dalam kerangka nation a nd state building . Adanya manajemen keuangan pemerintah yang baik akan menjamin tercapainya tujuan pembangunan secara khusus, dan tujuan berbangsa dan bernegara secara umum. Karenanya, langkah-langkah strategis dalam konteks penciptaan, pengembangan, dan penegakan system manajemen keuangan yang baik merupakan tuntutan sekaligus kebutuhan yang semakin tidak terelakkan dalam dinamika pemerintahan dan pembangunan. Perhatian besar akan pentingnya manajemen keuangan pemerintah dilatarbelakangi oleh banyaknya tuntutan, kebutuhan atau aspirasi yang harus diakomodasi di satu sisi, dan terbatasnya sumberdaya keuangan pemerintah di sisi lain. Dengan demikian, pencapaian efektivitas dan efisiensi keuangan pemerintah semakin mengemuka untuk diperjuangkan perwujudnya. Dalam upaya perwujudan manajemen keuangan pemerintah yang baik, terdapat pula tuntutan yang semakin aksentuatif untuk mengakomodasi, menginkorporasi, bahkan mengedepankan nilai-nilai good governance . Beberapa nilai yang relevan dan urgen untuk diperjuangkan adalah antara lain transparansi, akuntabilitas, serta partisipasi masyarakat dalam proses pengelolaan keuangan dimaksud, disamping nilai-nilai efektivitas dan efisiensi tentu saja. commit to user 2 Dalam konteks yang lebih visioner, manajemen keuangan pemerintah tidak saja harus didasarkan pada prinsip-prinsip good governa nce , tetapi harus diarahkan untuk mewujudkan nilai-nilai dimaksud. Sebagaimana dibahas dalam artikel Mulia P. Nasution 2003, Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah member perhatian yan g sungguh-sungguh untuk mengakomodas i dan mewujudkan harapan dan tuntutan di atas. Up aya mewujudkan manajemen keuan gan pemerin tah daerah y ang b aik, antara lain d iperjuan gkan dengan memperhatikan prinsip dan n ilai-n ilai good gover na nce . Pentingnya reformasi keuangan pemerintah dengan beberapa bidang di atas sebagai fokusnya, dilatarbelakangi oleh beberapa pertimbangan strategis yang terutama diwakili oleh luasnya skala persoalan yang harus diatasi. Persoalan-persoalan dimaksud antara lain : 1 rendahnya efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan pemerintah akibat maraknya inalitas pembiayaan kegiatan negara. Karenanya, muncul tuntutan yang meluas untuk menerapkan sistem anggaran berbasis kinerja. 2 kurang adanya skala prioritas yang terumuskan secara tegas dalam proses pengelolaan keuangan negara yang menimbulkan pemborosan sumber daya publik. Karenanya perlu dilakukan analisis biaya-manfaat cost and benefit a na lysis sehingga kegiatan yang dijalankan dapat mendatangkan tingkat keuntungan atau manfaat tertentu bagi publik; 3 terjadinya banyak pemborosan dan penyimpangan sehingga diperlukan pengawasan yang bukan hanya dari lembaga formal namun juga partisipasi pengawasan masyarakat sangat diperlukan; 4 rendahnya commit to user 3 profesionalisme aparat pemerintah dalam mengelola anggaran publik. Inilah merupakan sindrom klasik yang senantiasa menggerogoti negara-negara yang ditandai oleh superioritas pemerintah. Dinamika pemerintah, termasuk pengelolaan keuangan di dalamnya, tidak dikelola secara profesional sebagaimana dijumpai dalam manajemen sektor swasta. Selanjutnya mewujudkan manajemen keuan gan pemerintah daerah yang baik, antara lain diperjuan gkan dengan memperh atikan prins ip dan nilai-n ilai good gover na nce . Untuk tujuan yang besar itu maka daerah diberikan keleluasaan dalam pengelolaan sumber-sumber keuangan daerah dengan memberikan kewenangan yang leb ih besar untuk melakukan optimalisasi pemberdayaan sumber daya yang menjadi potensi daerah. Sumberdaya yang dimaksud meliputi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumber daya ekonomi berupa keuangan yang dicerminkan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah. Anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas, efisiensi, dan efektifitas pemerintah daerah. Anggaran daerah seharusnya dipergunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan, pengeluaran, dan pembiayaan, alat bantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, alat otoritas pengeluaran di masa yang akan datang, ukuran standar untuk evaluasi kinerja serta alat koordinasi bagi semua aktivitas di berbagai unit kerja. Anggaran sebagai instrumen kebijakan dan menduduki commit to user 4 posisi sentral harus memuat kinerja, baik untuk penilaian secara internal maupun keterkaitan dalam upaya penguatan pembiayaan pembangunan ekonomi daerah. Kinerja yang terkait dengan anggaran merupakan kinerja keuangan berupa perbandingan antara komponen-komponen yang terdapat pada anggaran. Kinerja keuangan itu dapat berupa kemampuan, kemandirian, efektifitas, dan efisiensi. Dengan adanya - tersebut dapat digunakan sebagai landasan dalam upaya penguatan sumber-sumber pembiayaan pembangunan daerah. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi terhadap kemampuan dan kemandirian keuangan daerah dalam rangka memperkuat sumber-sumber pembiayaan pembangunan daerah. Dalam rangka mencapai visi dan misi pembangunan di Kabupaten Ngawi maka prioritas pembangunan Daerah Kabupaten Ngawi di tahun 2010 diarahkan pada 9 kebijakan sebagai berikut: i Pengentasan kemiskinan dan kesenjangan; ii Pembangunan Pertanian; iii Pembangunan Kehutanan; iv Pembangunan Sosial Ekonomi; v Pembangunan Pendidikan; vi Pembangunan Kesehatan; vii Pembangunan Sarana dan Prasarana Wilayah-wilayah; viii Peningkatan Penyelenggaraan Pemerintahan; ix Pem- bangunan Kehidupan Beragama. Berikut ini perkembangan keadaan keuangan di Kabupaten Ngawi periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2010: commit to user 5 Tabel 1.1 Kondisi Keuangan Kabupaten Ngawi Tahun 2005 – 2010 Keterangan : TPD : Total Pendapatan Daerah PAD : Pendapatan Asli Daerah. Sumber : DPPKA Kabupaten Ngawi, Laporan RealisasiAPBD 2005-2010 Dari data pada Tabel 1.1 di atas terlihat bahwa realisasi pendapatan asli daerah dan realisasi total pendapatan daerah secara umum mengalami peningkatan dari tahun 2005 sampai tahun 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggung jawaban Keuangan Daerah menegaskan bahwa pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatutan dan manfaat untuk masyarakat, pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam anggaran pendapatan belanja daerah. Kebijakan Anggaran merupakan acuan umum dari Rencana Kerja Pembangunan dan merupakan bagian dari perencanaan operasional anggaran dan commit to user 6 alokasi sumberdaya, sementara arah kebijakan keuangan daerah adalah kebijakan penyusunan program dan indikasi kegiatannya pada pengelolaan pendapatan dan belanja daerah secara efektif. Untuk mewujudkan otonomi daerah dan desentralisasi yang luas, nyata dan bertanggungjawab diperlukan manajemen keuangan daerah secara ekonomis, efektif, transparan dan akuntabel. Dalam rangka pertanggungjawaban publik, pemerintah daerah wajib melakukan optimalisasi anggaran yang dilakukan secara efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

B. Rumusan Masalah.