Tinjauan Pustaka ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

commit to user 23

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. , pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum Resmi, 2009. Menurut Dr. N. J. Feldmann, pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum, tanpa adanya kontraprestasi, dan semata- mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum Suandy, 2005. Menurut S. I. Djajadiningrat, pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum Resmi, 2009. commit to user 24 Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja, pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma- norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum Ilyas dan Richard, 2010. a. Fungsi Pajak Ada dua fungsi pajak menurut Mardiasmo 2009 sebagai berikut: 1 Fungsi Penerimaan Budgetair Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. 2 Fungsi Mengatur Regulerend Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Contoh: a Pajak yang tinggi dikarenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras. b Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif. c Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0, untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasar dunia. b. Asas Pemungutan Pajak Supramono dan Theresia 2010 mengemukakan bahwa pelaksanaan pemungutan pajak harus sesuai dengan asas-asas yang melandasi pemungutan pajak. Dalam bukunya yang berjudul An Inquiri commit to user 25 into the Natural and Causes of Wealth of Nations , Adam Smith menyatakan bahwa pemungutan pajak seharusnya didasarkan atas 3 tiga asas. 1 Equality Harus terdapat keadilan, serta persamaan hak dan kewajiban di antara wajib pajak dalam suatu negara. Persamaan hak dan kewajiban berarti tidak boleh ada diskriminasi di antara wajib pajak. Akan tetapi, pemungutan pajak hendaknya memperhatikan kemampuan wajib pajak untuk membayar pajak dan sesuai dengan manfaat yang diminta wajib pajak dari pemerintah. Keadilan mensyaratkan bahwa setiap sumbangan wajib pajak untuk pemerintah sebanding dengan kepentingan dan manfaat yang diminta. Keadilan dalam pemungutan pajak ini dibedakan menjadi dua. a Keadilan horizontal Keadilan horizontal berarti beban pajak yang sama kepada semua Wajib Pajak yang memperoleh penghasilan sama dengan jumlah tanggungan yang sama pula tanpa membedakan jenis penghasilan atau sumber penghasilan. b Keadilan vertikal Keadilan vertikal berarti pemungutan pajak adil. Jika Wajib pajak dalam kondisi ekonomi yang sama maka akan dikenakan pajak yang sama. commit to user 26 2 Certainty Penetapan pajak harus jelas, tidak dilakukan secara sewenang-wenang. Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak terutang, kapan harus dibayar, dan batas waktu pembayarannya. Pemungutan pajak yang jelas akan memberikan kepastian hukum terhadap hak dan kewajiban wajib pajak sehingga akan meningkatkan kesadaran wajib pajak. 3 Convenience Pemungutan pajak harus memperhatikan kenyamanan convenience dari wajib pajak, dalam arti pajak harus dibayar oleh wajib pajak pada saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak, yaitu pada saat memperoleh penghasilan pay as you earn. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan wajib pajak berupaya secara illegal menghindari kewajiban membayar pajak karena pajak yang dipungut saat penghasilan tersebut diterima. 4 Economics Biaya untuk pemungutan pajak harus seminim mungkin. Dengan biaya pemungutan yang minimal, diharapkan dapat menghasilkan penerimaan pajak yang sebesar-besarnya. Dengan prinsip tersebut, pemerintah pusat dan daerah dapat melakukan rasionalisasi dalam pemungutan pajak sehingga hanya pajak yang menghasilkan penerimaan besar dengan biaya rendah yang akan commit to user 27 dikembangkan, sedangkan pajak yang pemasukannya kecil dan memerlukan biaya yang besar akan ditinggalkan. c. Sistem pemungutan pajak Menurut Resmi 2009 dalam memungut pajak dikenal 3 tiga sistem. 1 Official Assesment System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta memungut pajak sepenuhnya berada di tangan para aparatur perpajakan. Dengan demikian berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada aparatur perpajakan. 2 Self Assesment System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta pelaksanaan pemungutan pajak berada di tangan wajib pajak. Wajib Pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami peraturan perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak. Dengan demikian berhasil atau tidaknya commit to user 28 pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada wajib pajak sendiri. 3 With Holding System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini bisa dilakukan dengan undang-undang perpajakan, keputusan presiden dan peraturan lainnya untuk memotong dan memungut pajak, menyetorkan, dan mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk. d. Pengelompokan Pajak Menurut Waluyo 2010 pajak dapat dikelompokkan ke dalam 3 tiga kelompok sebagai berikut. 1 Menurut golongannya a Pajak langsung, adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan. Contoh: Pajak Penghasilan. commit to user 29 b Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai. 2 Menurut sifatnya a Pajak subyektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subyeknya yang selanjutnya dicari syarat obyektifnya dalam arti memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan. b Pajak obyektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada obyeknya tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 3 Menurut pemungut dan pengelolanya a Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Meterai. b Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. commit to user 30 Contoh: Pajak Reklame, Pajak Hiburan, Pajak Restoran, Pajak Parkir, Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. 2. Pajak Daerah a. Pengertian Pajak Daerah Menurut Zain 2007, Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. b. Jenis Pajak Daerah Pajak Daerah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: 1 Jenis Pajak Daerah Tingkat I terdiri atas: a Pajak Kendaraan Bermotor b Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor c Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 2 Jenis Pajak Daerah Tingkat II terdiri atas: a Pajak Hotel b Pajak Restoran c Pajak Hiburan d Pajak Reklame e Pajak Penerangan Jalan commit to user 31 f Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C g Pajak Parkir h Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan i Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan c. Sistem Pemungutan Pajak Daerah Menurut Sugianto 2008 sistem pemungutan pajak daerah terdiri atas: 1 Pemungutan dilakukan dengan Sistem Surat Ketetapan Dalam sistem ini, wajib pajak ditetapkan untuk menentukan saat seseorang badan mulai terutang pajak dan berkewajiban membayar pajak terutang untuk masa pajak tertentu. Aparat perpajakanlah yang aktif dalam pelaksanakan pemungutan. Sedangkan wajib pajak lebih bersifat pasif. Jadi, secara formal wajib pajak terutang pajak apabila wajib pajak yang bersangkutan sudah menerima surat ketetapan pajak. 2 Pemungutan dilakukan dengan Sistem Setor Tunai Pada sistem ini, yang lebih aktif adalah wajib pajak, sedangkan aparat perpajakan lebih bersifat pasif. Apabila terjadi ketidakbenaran, aparat perpajakan harus dapat membuktikan, kemudian diambil tindakan. 3 Pemungutan dilakukan dengan Sistem Pembayaran di Muka Pembayaran di muka, sebagai ketetapan definitif mempunyai arti bahwa dalam sistem ini pada akhir tahun tidak diperlakukan lagi commit to user 32 penetapan secara definitif dan pembayaran di muka sebagai pemungutan pendahuluan. 4 Pemungutan dilakukan dengan Sistem Pengkaitan Sistem Pengaitan adalah pungutan pajak daerah dikaitkan pada suatu pelaksanaan atau kepentingan wajib pajak, bisa dilihat pada pelaksanaan pajak penerangan jalan, yang penetapan dan penagihan menyatu dengan pungutan tagihan rekening listrik. 5 Pemungutan dilakukan dengan Sistem Benda Berharga Yang dimaksud dengan benda berharga adalah alat atau sarana pembayaran yang digunakan untuk memenuhi kewajiban, yang sekaligus merupakan tanda pembayaran, bisa berupa karcis, kupon, meterai, formulir berharga, dan tanda lain yang ditetapkan oleh kepala daerah melalui dinas pendapatan daerah. 6 Pemungutan dilakukan dengan Sistem Kartu Sistem kartu memiliki alat yang digunakan sebagai pembayaran dalam pelaksanaannya kartu sebagai tanda terima dan kartu sebagai tempat membayar. 3. Pajak Restoran a. Dasar Hukum Dasar hukum pemungutan Pajak Restoran pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karanganyar adalah: commit to user 33 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2 Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pajak Restoran. 3 Peraturan Bupati Karanganyar tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pajak Restoran. b. Pengertian Pajak Restoran Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kantin, warung dan sejenisnya. c. Subyek dan Wajib Pajak Restoran Subyek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang membeli makanan dan atau minuman dari Restoran. Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Restoran. d. Obyek Pajak Restoran Obyek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh Restoran. Pelayanan yang disediakan Restoran meliputi pelayanan penjualan makanan dan atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain. Yang tidak termasuk obyek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan commit to user 34 oleh restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi batas tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah. e. Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif Pajak Dasar pengenaan pajak adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima Restoran. Tarif pajak ditetapkan sebesar 10 sepuluh persen dari omset. f. Tata Cara Perhitungan, Penetapan dan Pembayaran Pajak 1 Berdasarkan SPTPD Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karanganyar untuk dan atas nama Bupati menetapkan pajak terutang dengan menerbitkan SKPD Surat Ketetapan Pajak Daerah. 2 Pembayaran pajak dilakukan melalui Pembantu Bendahara Penerimaan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karanganyar sesuai waktu yang ditentukan dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah SKPD, Surat Ketetapan Pajak Daerah Tambahan SKPDT, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar SKPDKB, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan SKPDKBT, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar SKPDLB, Surat Tagihan Pajak Daerah STPD, serta dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah SSPD. commit to user 35 3 Setiap pelunasan pembayaran pajak diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan. g. Tata Cara Penagihan Pajak 1 Dalam jangka waktu 7 tujuh hari setelah jatuh tempo pembayaran. Wajib Pajak tidak memenuhi kewajibannya, maka Bupati Pejabat yang berwenang menerbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis dan dalam jangka waktu 7 tujuh hari sejak tanggal surat teguran dikirim Wajib Pajak harus melunasi pajak terutang. 2 Dalam waktu 21 dua puluh satu hari setelah tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis Wajib Pajak tidak melunasi pajak terutang, Bupati Pejabat yang berwenang menerbitkan surat paksa. 3 Dalam jangka waktu 2 x 24 jam pajak terutang tidak dilunasi maka Bupati Pejabat yang berwenang menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. 4 Setelah lewat jangka waktu 10 sepuluh hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Wajib Pajak belum juga melunasi utang pajaknya, Bupati Pejabat yang berwenang mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara. commit to user 36

B. Analisis Data dan Pembahasan