1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dari skripsi ini yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu:
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan mengkaji perlindungan hukum terhadap perawat perempuan di rumah sakit swasta yang dipekerjakan pada malam hari.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengkaji profesi perawat dari sisi ketenagakerjaan.
2. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap perawat perempuan di
rumah sakit swasta yang dipekerjakan pada malam hari.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan diperoleh dari adanya penelitian skripsi ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu:
a. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran pemikiran akademis bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum pada umumnya, khususnya pada bidang hukum
ketenagakerjaan dan hukum keperawatan.
b. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi lembaga eksekutif dan legislatif untuk memperbaiki undang-undang yang
sedang berlaku pada saat ini yaitu Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan dan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit, agar diperjelas kedudukan profesi perawat di rumah sakit negeri maupun di rumah sakit swasta, serta memberikan perlindungan hukum terhadap
perawat perempuan di rumah sakit swasta yang dipekerjakan pada malam hari.
1.7. Landasan Teori
Landasan teori dari karya ilmiah ini mengarah pada teori hubungan kerja. Dari teori hubungan kerja, maka lahirlah sebuah perjanjian yang dilakukan antara pemberi
kerja dan penerima kerjatenaga kerja. Menurut pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang dimaksud dengan perjanjian adalah suatu perbuatan, dengan
mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Perjanjian yang dilakukan oleh pemberi kerja dengan penerima kerjatenaga kerja
tersebut disebut dengan perjanjian kerja. Perjanjian kerja yang menjadi landasan dari karya ilmiah ini mencakup kesehatan dan keselamatan kerja, yang merupakan hak-
hak dari tenaga kerja, atau dapat juga dikatakan sebagai kewajiban dari pemberi kerja. Penentuan jam kerja sangat berpengaruh pada kesehatan dan keselamatan kerja,
bahkan dampaknya akan menjadi negatif apabila penentuan waktu kerja yang tidak
sesuai dengan kemampuan dari tenaga kerja.
15
Tenaga kerja yang dipekerjakan pada malam hari akan mendapatkan resiko pekerjaan yang lebih besar daripada tenaga
kerja yang dipekerjakan pada pagi hari, siang hari, ataupun sore hari. Terlebih tenaga kerja yang dipekerjakan pada malam hari tersebut adalah tenaga kerja perempuan,
yang secara kodratnya perempuan lebih lemah daripada laki-laki dalam urusan kesehatan dan keselamatannya.
Menurut Adrian Sutedi, “keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya
pencegahan bagi timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian”.
16
Seseorang disebut sebagai tenaga kerja tergantung dari siapa pemberi kerjanya, jika pemberi kerjanya berurusan dengan pemerintah maupun pemerintah
daerah, maka seorang sebagai penerima kerja tersebut masuk ke dalam Pegawai Negeri Sipil ataupun Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang ranah
hukumnya termasuk ke dalam hukum publik hukum administrasi negara. Sedangkan jika pemberi kerjanya adalah perusahaan swasta ataupun perorangan,
maka seorang penerima kerja tersebut termasuk kategori tenaga kerja. Tenaga kerja
15
G. Kartasapoetra, R.G. Kartasapoetra, dan A.G. Kartasapoetra, 1992, Hukum Perburuhan di Indonesia Berlandaskan Pancasila, Cetakan ke-3, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 117
16
Adrian Sutedi, 2011, Hukum Perburuhan, Cetakan Ke-2, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 170.
itu sendiri dalam kaitannya dengan hukum, termasuk ke dalam hukum privatperdata.
17
Dilihat dari pengaturan tentang perjanjian pada pasal 1338 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa “semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”, artinya akan berlaku aturan hukum baru bagi para pihak yang membuat perjanjian tersebut.
Pemberi kerja yang melakukan perjanjian dengan penerima kerja akan berlaku hukum bagi mereka yang berisikan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Hak dan
kewajiban yang tercantum dalam perjanjian tersebut berlaku secara sah bagi para pihak dengan kesepakatan bersama. Sahnya hak dan kewajiban tersebut harus disertai
dengan melengkapi empat syarat sahnya suatu perjanjian yang diatur dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu:
1. Sepakat mereka yang mengikat dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu; dan
4. Suatu sebab yang halal.
Ketika suatu perjanjian sudah dikatakan sah dan menjadi suatu hukum baru bagi para pihaknya, maka hukum tersebut akan melindungi para pihaknya jika terjadi
17
Zainal Asikin, Agusfian Wahab, Lalu Huseni, dan Zaeni Asyhadie, 2010, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Cetakan ke-8, RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 6
wanprestasi dari salah satu pihak. Perlindungan hukum tersebut telah didapatkan pada saat salah satu pihak telah mengikatkan diri dengan pihak lainnya, dan apabila salah
satu pihak tidak mendapatkan haknya danatau sebaliknya pihak lainnya tidak menjalankan kewajibannya, maka hukum akan bergerak untuk melindungi pihak
yang dirugikan tersebut. Adanya perlindungan dari hukum merupakan suatu bentuk ancaman yang disertai dengan sanksi agar tidak terjadinya suatu pelanggaran.
Perlindungan hukum sangat dibutuhkan oleh tenaga kerja, karena dalam suatu pekerjaan pasti terdapat resiko yang mungkin akan menimpa tenaga kerja tersebut.
Ada adagium yang menyatakan bahwa “pekerja adalah tulang punggung perusahaan”. Pekerja dapat dikatakan sebagai tulang punggung perusahaan karena tenaga kerja
mempunyai peran penting dalam suatu perusahaan, tanpa adanya pekerja, perusahaan tersebut tidak akan berjalan, dan berpartisipasi dalam pembangunan.
18
Mengenai perlindungan hukum, Menurut Philipus M. Hadjon dalam bukunya “Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia” bahwa perlindungan hukum dalam
kepustakaan hukum berbahasa Belanda dikenal dengan sebutan “rechtbescherming van de burgers”. Pendapat ini menunjukkan kata perlindungan hukum merupakan
terjemahan dari bahasa Belanda. Kata perlindungan mengandung pengertian terdapat suatu usaha untuk memberikan hak-hak pihak yang dilindungi sesuai dengan
kewajiban yang telah dilakukan. Ada dua macam bentuk perlindungan hukum yaitu perlindungan hukum yang bersifat preventif dan represif. Preventif artinya
18
Ibid, hlm. 95
perlindungan yang diberikan sebelum terjadinya sengketa, artinya perlindungan hukum ini bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, sedangkan sebaliknya
perlindungan hukum represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.
19
Teori Gustav Radbruch yang lebih mengarah pada gagasan hukum sebagai nilai keadilan, tidak bisa lepas dari isi yang konkret, maka dari itu harus menengok
pada segi finalitasnya.
20
Dan untuk melengkapi keadilan dan finalitas itu, dibutuhkannya kepastian.
21
Jadi menurut Radbruch, hukum memiliki tuga aspek, yaitu: keadilan, finalitas, dan kepastian. Aspek kepastian merujuk pada tujuan
kesamaan hak di depan hukum.
22
Aspek finalitas merujuk pada tujuan keadilan, yaitu memajukan kebaikan dalam hidup manusia. Aspek ini menentukan isi hukum.
23
Sedangkan kepastian merujuk pada jaminan bahwa hukum yang berisi keadilan dan norma-norma yang memajukan kebaikan benar-benar berfungsi sebagai peraturan
yang ditaati.
24
Dari Teori Perlindungan Hukum dan Teori Gustav Radbruch tersebut dapat menggambarkan bahwa perlindungan hukum itu diperlukan oleh setiap orang dan
nilai-nilai keadilan sangatlah diperlukan dalam memberikan perlindungan hukum.
19
Putu Vera Widyantari, 2014, “Tesis; Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Perbankan Dengan Jaminan Tanah Yang Belum Bersertipikat Sebelum Proses Pendaftaran Jaminan Tanah Selesai
Ditinjau Dari Undang-Undang No. 4 Tahun
1996”, http:www.pps.unud.ac.idthesispdf_thesisunud-1097-2081819407-
tesis20kenotariatan.pdf , diakses tanggal 06 April 2016, pukul 21.14
20
Bernard L. Tanya, Yoan N. Simanjuntak, dan Markus Y. Hage, 2013, Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, Cetakan Ke-4, Genta, Yogyakarta, Hlm. 118
21
Ibid
22
Ibid
23
Ibid
24
Ibid
Nilai-nilai keadilan itu harus berbentuk konkret dengan melihat dari segi finalitasnya dan dilengkapi dengan kepastian untuk memberikan jaminan bahwa hukum benar-
benar berfungsi sebagai peraturan yang ditaati. Tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan dewasa ini tidak memandang status
gender, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan bekerja yang sama dalam suatu perusahaan. Tetapi jika pekerjaannya memang sangat berat, sangat
dimungkinkan adanya perlindungan khusus bagi kaum perempuan, karena menurut Imam Soepomo, perempuan sudah seharusnya mendapatkan perlakuan khusus terkait
dengan kesehatan, kesusilaan, dan keselamatan kerja. Dengan landasan teori yang telah dipaparkan tersebut diatas, diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan-
permasalahan dalam karya ilmiah ini.
1.8. Metode Penelitian