Perancangan Buku Ilustrasi Sisi Manusiawi Tokoh Rahwana

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI SISI MANUSIAWI TOKOH RAHWANA

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2014-2015

Oleh:

Wildan Rayusman 51911225

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

(3)

(4)

iii KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Perancangan Media Informasi Sisi Manusiawi Tokoh Rahwana”. Tugas Akhir ini disusun sebagai persyaratan kelulusan pada Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Desain Universitas Komputer Indonesia Bandung.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapat saran, dorongan, bimbingan serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang merupakan pengalaman yang tidak dapat diukur secara materi, namun dapat membukakan mata penulis bahwa sesungguhnya pengalaman dan pengetahuan tersebut adalah guru yang terbaik bagi penulis. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan untuk kedua orang tua serta keluarga dan teman-teman yang telah memberikan dukungan sejauh ini, serta kepada dosen pembimbing yang telah berkenan untuk memberikan masukan untuk Tugas Akhir dapat selesai dengan baik.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan, dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan tersebut dan tidak menutup diri terhadap segala saran dan kritik serta masukan yang dapat membuat penulis jadi lebih baik lagi.

Akhir kata semoga hasil dari penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, institusi pendidikan serta masyarakat luas. Amin.

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb

Bandung, Agustus 2015


(5)

iv ABSTRAK

PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI SISI MANUSIAWI TOKOH RAHWANA

Oleh:

Wildan Rayusman 51911225

Program Studi Komunkasi Visual

Rahwana merupakan tokoh antagonis yang terdapat dalam kisah Ramayana, sebuah karya sastra terkenal karangan Valmiki yang berasal dari India. Seiring berkembangnya agama Hindu di Indonesia kisah Ramayana pun mulai dikenal oleh masyarakat. Dalam perkembangannya kisah ini mengalami berbagai versi dan penyesuaian cerita terutama setelah agama Islam mulai masuk di nusantara.

Masyarakat luas telah mengenal kisah Ramayana sebagai kisah kepahlawanan Rama yang menyelamatkan istrinya Sinta dari penculikan seorang raksasa mengerikan yang bernama Rahwana. Rama hadir sebagai tokoh protagonis yang merupakan simbol kebaikan, sebaliknya Rahwana yang merupakan tokoh antagonis merupakan simbol dari kejahatan. Tetapi jarang yang mengetahui lebih jauh bahwa terdapat hal menarik dalam kisah Ramayana ini. Jika dicermati lebih mendalam dapat ditemukan sisi positif bahkan pada tokoh Rahwana yang dikenal jahat. Rahwana mengalami perkembangan karakter, jika masyarakat mengetahui kisah riwayatnya Rahwana maka dapat ditemukan sifat-sifat manusiawi atau baik dari tokoh ini.

Setelah menemukan sisi manusiawi dari Rahwana maka kisah ini dapat diinformasikan kepada masyarakat karena syarat dengan pesan moral. Kisah ini akan disampaikan melalui media informasi yang dikemas dalam karya buku ilustrasi. Diharapkan setelah kisah ini diinformasikan, masyarkat luas bisa mendapat wawasan serta inspirasi yang berguna di kehidupan sehari-hari.


(6)

v ABSTRACT

DESIGNING OF MEDIA ILLUSTRATION BOOK THE HUMAN RELATION OF RAHWANA

By:

Wildan Rayusman 51911225

Study Programme Visual Communication Design

Rahwana as a figure an antagonist that was found in the stories of the ramayana, a work famous literary a wreath of valmiki derived from india. As grown of hinduism in indonesia Ramayana is the story started to be known by the community. With progress has various versions of the story and the adjustment of the story especially after the religion of islam in nusantara starting to move in.

The public community have known the story of the Ramayana as the story of heroism of Rama who saved his wife Sinta of the abduction of a hideous giant Rahwana named. Rama present as the protagonist a figure that is a symbol of kindness, otherwise Rahwana that is a figure of an antagonist was a symbol of a crime. But rarely knowing more distant that there are interesting things in the story of the Ramayana this. Looking more in-depth can be found the positive side even to leaders known Rahwana evil. Rahwana undergo development character, if people know the story of his acts Rahwana it can be found the properties of human or either of these figures.

After finding a humane of Rahwana then this story can be made available to the community because of requirements with moralistic messages. This story will be provided through the medium of information that are packed in a piece of book illustration. It is expected that after this story made available, broad coverage can get insight and inspiration that is useful in the real world.


(7)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

GLOSSARY ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 2

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Rumusan Masalah ... 3

I.4 Tujuan Penelitian ... 3

BAB II SISI MANUSIAWI PADA TOKOH RAHWANA ... 4

II.1 Pengertian Tokoh dan Manusiawi ... 4

II.1.1 Pengertian Tokoh Dalam Karya Sastra ... 4

II.1.2 Pengertian Manusiawi ... 5

II.2 Tokoh Rahwana ... 6

II.2.1 Kelahiran Rahwana ... 7

II.2.2 Masa Muda Rahwana ... 9

II.2.3 Masa Rahwana Menjadi Raja ... 10

II.2.4 Ciri-Ciri Fisik Rahwana ... 11

II.2.5 Ciri-Ciri Sifat Rahwana ... 12

II.2.6 Kemampuan Rahwana ... 12

II.3 Analisis Sisi Manusiawi Pada Rahwana Serta Pandangan Masyarakat ... 13


(8)

vii

II.5 Kesimpulan dan Solusi Perancangan ... 18

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 19

III.1 Strategi Perancangan ... 19

III.1.1 Tujuan Komunikasi ... 19

III.1.2 Pendekatan Komunikasi ... 19

III.1.3 Materi Pesan ... 21

III.1.4 Gaya Bahasa ... 21

III.1.5 Khalayak Sasaran Perancangan... 22

III.1.6 Strategi Kreatif ... 23

III.1.7 Strategi Media ... 25

III.1.8 Strategi Distribusi... 30

III.2 Konsep Visual ... 31

III.2.1 Format Desain ... 31

III.2.2 Tata Letak (Layout) ... 32

III.2.3 Huruf ... 33

III.2.4 Ilustrasi ... 34

III.2.4.1 Studi Tokoh ... 35

III.2.4.2 Studi Latar ... 42

III.2.5. Warna ... 43

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA DAN APLIKASI ... 46

Bab IV.1 Teknis Produksi Media ... 46

Bab IV.2 Aplikasi Media Utama ... 49

Bab IV.3 Aplikasi Media Pendukung ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Wayang merupakan pertunjukan seni boneka yang terkenal dan asli dari Indonesia. Pertunjukan tersebut berkembang pesat di pulau Jawa dan Bali. Semenjak kedatangan agama Hindu ke Indonesia wayang digunakan sebagai sarana yang paling efektif sebagai penyeberan agama Hindu. Dalam perkembangan berikutnya cerita pewayangan mengalami penyesuaian dengan budaya Indonesia. Penyesuaian-penyesuaian tersebut lebih terlihat jelas pada saat agama Islam masuk ke Indonesia dan wayang menjadi salah satu media penyebaran agama tersebut. Cerita pewayangan biasanya mengangkat dari beberapa karya sastra Hindu yang terkenal seperti Mahabharata yang dikarang oleh Vyasa dan Ramayana yang dikarang oleh Valmiki. Berbeda dengan kisah Mahabharata yang kisahnya berfokus tentang konflik antara Pandawa dan Kurawa, Ramayana menceritakan kebaikan dan kekuatan cinta dari seorang raja dari kerajaan Kosala yang bernama Rama. Diceritakan Rama memiliki istri yang bernama Sinta yang pada suatu ketika diculik oleh seorang raksasa bernama Rahwana. Rama bersama adiknya Lesmana akhirnya mencari dan berjuang untuk merebut kembali Sinta dari tangan Rahwana.

Cerita Ramayana sudah cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia terutama bagi mereka yang gemar dengan pagelaran wayang. Kisah kepahlawanan Rama dalam menyelamatkan istrinya Sinta dari Rahwana menjadi daya tarik dalam kisah ini. Selain Rama, sosok Rahwana pun berperan penting dalam membangun alur cerita Ramayana. Keagungan dari sosok Rama tidak akan muncul jika keberedaan Rahwana sebagai tokoh antagonis tidak ada. Rahwana biasa dikenal masyarakat luas sebagai sosok raksasa yang jahat dan mengerikan. Namun tidak banyak yang mengetahui bahwa dibalik semua penggambaran negatif yang biasa melekat pada Rahwana terdapat pula sifat-sifat baik yang bisa dipelajari. Karakter dari tokoh Rahwana yang biasa dikenal oleh masyarakat luas sebagai tokoh yang jahat merupakan perkembangan karakter dari kisah perjalanan masa lalunya. Dengan menelusuri lebih dalam sejarah dari riwayat Rahwana maka masyarakat akan


(10)

2 mengetahui mengapa Rahwana bisa melakukan tindakan-tindakan yang menjadikannya seorang tokoh yang selalu bertentangan dengan kebaikan.

Ramayana merupakan kisah yang kompleks. Semua karakter yang didalamnya memiliki keterikatan hubungan. Walaupun Rama menjadi tokoh yang mewakili kebajikan dalam kisah tersebut namun dalam kisahnya ia tetap melakukan kesalahan seperti manusia biasa, begitu pula dengan Rahwana. Ia merupakan simbol kejahatan dalam kisah Ramayana, tetapi dibalik itu semua terdapat pula kebaikan dan sisi manusiawi yang bisa dipelajari dari dirinya. Dengan memikirkan ulang sosok dari Rahwana tersebut, manusia sebagai makhluk yang memiliki hati nurani bisa belajar bagaimana menilai dan memandang seseorang. Sehingga masyarakat bisa belajar untuk lebih bijak serta objektif dalam menilai hal yang baik dan buruk.

Setelah mengetahui manfaat yang bisa diperoleh dari sisi kebaikan dan manusiawi dari tokoh Rahwana di kehidupan masyarakat, maka penilitian ini penting dilakukan. Diharapkan hasil dari penilitian ini nantinya bisa diinformasikan kepada masyarkat luas sehingga bisa memberikan wawasan serta inspirasi yang berguna di kehidupan sehari-hari.

I.2 Identifikasi Masalah

Dari penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditemukan beberapa masalah sebagai berikut:

 Tidak banyak yang mengetahui cerita tentang sejarah dan riwayat dari tokoh Rahwana.

 Rahwana dikenal sebagai tokoh antagonis yang jahat, namun dibalik karakternya tersebut terdapat sifat-sifat baik yang jarang diketahui.

 Perkembangan karakter dari tokoh Rahwana yang sekarang merupakan sebab akibat dari perjalanan masa lalunya. Informasi mengenai perkembangan karakter tersebut masih jarang diketahui oleh masyarakat.

 Rahwana bisa menjadi tokoh antagonis dalam kisah Ramayana karena adanya keberadaan Rama sebagai tokoh protagonis, berbanding terbalik saat ia hadir


(11)

3 diluar kisah dari Ramayana. Sosok Rahwana muncul sebagai tokoh heroik yang dipuja oleh warganya di kerajaan Alengka.

I.3 Rumusan Masalah

Setelah identifikasi masalah diatas diketahui, maka muncul rumusan dari masalah tersebut, yaitu :

 Bagaimana menginformasikan sisi manusiawi atau sifat-sifat baik dari tokoh Rahwana yang sebagian besar hanya diketahui oleh masyarakat sebagai tokoh yang jahat?

I.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pentingnya menginformasikan sisi manusiawi atau sifat baik dari tokoh Rahwana yaitu sebagai berikut:

 Memperkenalkan kepada masyarakat tentang sejarah dan riwayat dari tokoh Rahwana.

 Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa dibalik sosok jahatnya terdapat pula sifat-sifat baik pada Rahwana, sehingga nantinya masyarakat bisa menangkap pesan moral dari sifat dan karakter yang dimiliki Rahwana.

 Memberikan wawasan kepada masyarakat tentang perkembangan karakter Rahwana, agar masyarakat bisa terbiasa menilai suatu objek secara objektif dengan melihat faktor sebab akibat dari perkembangan sifat pada Rahwana  Memberikan informasi kepada masyarkat tentang tokoh Rahwana beserta.


(12)

4

BAB II

SISI MANUSIAWI PADA TOKOH RAHWANA

II.1 Pengertian Tokoh dan Manusiawi

Sebelum mengetahui sisi manusiawi pada tokoh Rahwana memahami pengertian dari tokoh dan manusiawi itu sendiri sangatlah penting. Manusiawi merupakan sebuah proses rohaniah yang tertuju kepada kebahagiaan berdasarkan watak, sifat, perangai, kepribadian, sikap, tingkahlaku, dan aspek kejiwaan yang terdapat pada diri manusia, sedangkan tokoh adalah unsur yang sama pentingnya dengan unsur-unsur pembangun cerita atau karya sastra lainnya seperti tema, plot, latar dan gaya bahasa . Penokohan adalah teknik bagaimana pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam cerita sehingga dapat diketahui karakter atau sifat para tokoh (Siswandarti, 2009, h.44).

II.1.1 Pengertian Tokoh Dalam Karya Sastra

Salah satu unsur intrinsik pembangun cerita atau sebuah karya sastra adalah tokoh. Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan penokohan adalah cara satrawan menampilkan tokoh (Aminuddin, 1984, h.85).

Berdasarkan fungsi penampilannya dalam cerita tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

 Tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi dan sering dijadikan pahlawan yang taat dengan norma-norma, nilai-nilai sesuai dengan konvensi masyarakat (Altenberd dan Lewis via Nurgiyantoro, 2009, h.178).

 Tokoh antagonis adalah tokoh yang menjadi lawan dari tokoh protagonis. Tokoh antagonis tidak banyak digemari karena banyak menganut nilai-nilai penyimpangan (Altenberd dan Lewis via Nurgiyantoro, 2009, h.178).

Berdasarkan berkembang atau tidaknya perwatakan pada tokoh-tokoh dalam cerita, tokoh dibedakan atas:

 Tokoh statis adalah tokoh yang tidak mengalami perubahan watak walaupun menghadapi permasalahan-permasalahan dalam cerita (Altenberd dan Lewis, 1966: 58 via Nurgiyantoro, 2009, h.188).


(13)

5

 Tokoh berkembang adalah tokoh yang memiliki perkembangan watak sesuai dengan peristiwa dan alur cerita yang mempengaruhi tokoh tersebut (Nurgiyantoro, 2009, h.188).

II.1.2 Pengertian Manusiawi

Menurut Effendy (1993), ada dua pengertian hubungan manusiawi, yakni hubungan manusiawi dalam arti luas dan hubungan manusiawi dalam arti sempit. Dalam arti luas, hubungan manusiawi adalah komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan sehingga menimbulkan kebahagian dan kepuasan hati kedua belah pihak.

Hubungan manusiawi dalam arti luas ialah interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan. Jadi, hubungan manusiawi dilakukan dimana saja: di rumah, di jalan, dalam bis, dalam kereta api, dan sebagainya. Berhasilnya seseorang dalam melakukan hubungan manusiawi ialah karena ia bersifat manusiawi: ramah, sopan, hormat, menaruh penghargaan, dan lain-lain sikap yang bernilai luhur.

Bahwa manusia harus bersikap demikian sebenarnya bukanlah hal yang luar biasa sebab secara kodratiyah, selain homo sapiens sebagai makhluk berpikir yang membedakannya dengan hewan, manusia juga merupakan homo socius, makhluk bermasyarakat. Tidak mungkin ia hidup tanpa orang lain. Dan sebagai makhluk sosial, ia harus berusaha menciptakan keserasian dan keselarasan dengan lingkungannya.

Dalam arti sempit, hubungan manusiawi adalah komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dalam situasi kerja (work situation) dan dalam organisasi kekaryaan (work organization) dengan tujuan untuk menggugah kegairahan dan kegiatan bekerja dengan semangat bekerja sama yang produktif dengan perasaan bahagia dan puas hati.


(14)

6

Hubungan manusiawi dalam arti sempit adalah juga interaksi antara seseorang dengan orang lain. Akan tetapi interaksi di sini hanyalah dalam situasi kerja dan dalam organisasi kekaryaan (work organization).

Dipandang dari sudut pemimpin yang bertanggung jawab untuk memimpin suatu kelompok, hubungan manusiawi adalah interaksi orang-orang yang menuju satu situasi kerja yang memotivasikan mereka untuk bekerja sama secara produktif dengan perasaan puas, baik ekonomis, psikologis, maupun sosial.” Demikian kata Keith Davis dalam bukunya, Human Relations at Work. Dikatakan oleh Keith Davis selanjutnya bahwa hubungan manusiawi adalah seni dan ilmu pengetahuan terapan (applied arts and science). Jelas bahwa ciri khas hubungan manusiawi adalah interaksi atau komunikasi antarpersona yang sifatnya manusiawi. Karena manusia yang berinteraksi itu terdiri atas jasmani dan rohani yang berakal dan berbudi yang selain merupakan makhluk pribadi juga makhluk sosial maka dalam melakukan hubungan manusiawi kita harus memperhitungkan diri manusia dengan segala kompleksitasnya itu.

II.2 Tokoh Rahwana

Dasamuka atau Prabu Rahwana adalah putra Resi Wisrawa dengan Dewi Sukesi, putri Prabu Sumali, raja negara Alengka. Prabu Sumali memperoleh anugerah dari Brahma sehingga ia mampu menaklukkan para raja dunia. Sumali berpesan kepada Dewi Sukesi agar ia menikah dengan orang yang istimewa di dunia. Di antara para resi, Dewi Sukesi memilih Resi Wisrawa sebagai pasangannya. Ia mempunyai tiga orang saudara kandung masing-masing bernama Kumbakarna, Dewi Sarpakenaka dan Wibisana. Dasamuka juga mempunyai saudara seayah lain ibu bernama Wisrawana/Prabu Danaraja raja negara Lokapala, putra Resi Wisrawa dengan Dewi Lokapati.

Dasamuka dianggap sebagai lambang angkara murka, serakah, tamak, sekaligus ulet dalam mengejar cita-cita. Untuk mengejar keinginannya selain ulet dan gigih, ia juga sering menghalalkan segala cara. Untuk menggambarkan kerakusan dan ketamakannya, Rahwana, dilukiskan sebagai raksasa bermuka sepuluh.


(15)

7

Gambar II.1 Berbagai penggambaran Tokoh Rahwana Dalam Wayang Sumber: http://tokohwayangpurwa.blogspot.com (13 April 2015)

Kesaktian Rahwana sukar dicari tandingannya. Di masa muda Rahwana bersama ketiga adiknya pernah bertapa bersama-samadi Gunung Gohkarana sampai berpuluh-puluh tahun. Keempat kakak beradik itu sepakat tidak akan berhenti bertapa sebelum maksud dan keinginan mereka tercapai (Soedjarwo, 2010, h.267).

II.2.1 Kelahiran Rahwana

Suatu masa Prabu Sumali mengadakan sayembara kepada seluruh kerajaan barang siapa yang berhasil menang hingga akhir laga maka bisa meminang anaknya Dewi Sukesi. Tetapi Dewi Sukesi berkehendak lain. Ia mengajukan syarat bahwa yang bisa meminangnya adalah pria yang hafal dan dapat melafalkan ilmu gaib dewa Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu. Sangat jarang sekali orang yang dapat menghafal ilmu tersebut karena konon ilmu tersebut adalah sebuah ilmu tentang rahasia alam semesta. Hanya seorang petapa yang benar-benar taat kepada jalan dharma yang bisa melafalkan ilmu tersebut yakni yang bernama Begawan Wirsawa. Prabu Danapati yang merupakan anak dari Wisrawa sekaligus raja dari kerajaan Lokapala memanfaatkan kemampuan ayahnya tersebut untuk bisa meminang Dewi Sukesi.

Diutuslah Wisrawa oleh anaknya tersebut untuk memenangkan sayembara atas nama Prabu Danapati dari kerajaan Lokapala. Wisrawa sendiri adalah sahabat dari Prabu Sumali sehingga ia tidak segan lagi mempersilahkan sahabatnya tersebut


(16)

8

untuk mengikuti sayembara. Wisrawa pun diajak ke dalam sebuah ruangan oleh Dewi Sukesi untuk melafalkan ilmu Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu tersebut.

Secara harfiah arti dari “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” adalah Serat yang berarti ajaran, Sastrajendra yang berarti Ilmu mengenai raja, Hayuningrat yang berarti kedamaian, Pangruwating yang berarti memuliakan atau merubah menjadi baik dan Diyu yang berarti raksasa atau lambang keburukan. Raja disini bukan harfiah raja melainkan sifat yang harus dimiliki seorang manusia mampu menguasai hawa nafsu dan pancainderanya dari kejahatan.

Orang yang dapat menghafal ilmu tersebut maka akan mendapatkan pencapaian ilmu yang paling tinggi karena telah mengetahui rahasia dari seluruh alam semesta. Hal inilah yang ingin dicegah oleh para dewa. Saat Wisrawa hendak mengucapkan ilmu tersebut tiba-tiba langit kerajaan Alengka menjadi gelap. Konon saat itu Batara Guru dan istrinya Batari Uma turun ke bumi dan merasuki Wirsawa serta Sukesi agar ilmu tersebut gagal dilafalkan. Wisrawa dan Dewi Sukesi melakukan hubungan suami istri di bawah alam sadar, hal tersebut yang menjadi aib bagi kerajaan Alengka, sehingga tidak ada pilihan lain bagi Prabu Sumali untuk menikahkan putrinya Sukesi dengan Wisrawa.

Setelah pernikahan tersebut maka lahirlah Rahwana bersama ketiga adiknya Kumbakarna, Wibisana dan Sarpekenaka satunya-satunya perempuan dari empat bersaudara tersebut. Rahwana dijuluki sebagai Dasamuka yang memiliki arti sepuluh muka, karena memang Rahwana memiliki sepuluh muka.

Konon karena Wisrawa mencoba melafalkan ilmu Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu tersebut ke empat anaknya mendapat sebuah kutukan dan mencerminkan empat nafsu yang ada pada manusia, yaitu:

1. Rahwana simbol dari nafsu angkara atau amarah.


(17)

9

3. Sarpekenaka simbol dari sukarda (supiah) atau nafsu terahadap lawan jenis atau birahi.

4. Wibisana simbol dari nafsu nuraga (mutamainah) atau nafsu yang membuat ingin melakukan sesuatu hal yang suci atau dekat dengan Tuhan (Endraswari, 2003, h.165, h.166) .

Wisrawa mendidik ke empat anaknya tersebut dengan ajaran kebaikan dan dharma hingga mereka beranjak remaja.

II.2.2 Masa Muda Rahwana

Gambar II.2 Sosok Rahwana muda dalam wayang kulit Jawa Timur Sumber: http://tokohwayangpurwa.blogspot.com (13 April 2015)

Rahwana beserta adiknya berhasil mempelajari ilmu Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu pada usia remaja. Mereka berempat merupakan seorang petapa yang taat dan sakti. Rahwana mendapatkan berbagai macam kesaktian dari ketaatannya bertapa tersebut kepada para dewa. Karena berkenan dengan pemujaannya, Brahma muncul dan mempersilakan Rahwana mengajukan permohonan. Mendapat kesempatan tersebut, Rahwana memohon agar ia hidup abadi, namun permohonan tersebut ditolak oleh Brahma. Sebagai gantinya, Rahwana memohon agar ia kebal terhadap segala serangan dan selalu unggul di antara para dewa, makhluk surgawi, raksasa, detya, danawa, segala naga dan makhluk buas. Karena menganggap remeh manusia, ia tidak memohon agar unggul terhadap mereka. Mendengar permohonan tersebut, Brahma mengabulkannya, dan menambahkan kepandaian menggunakan senjata dewa dan ilmu sihir.


(18)

10

II.2.3 Masa Rahwana Menjadi Raja

Gambar II.3 Patung raja Rahwana di daerah India Selatan Sumber: naculla.wordpress.com (13 April 2013)

Setelah memperoleh anugerah Brahma, Rahwana mencari kakeknya, Sumali, dan memintanya kuasa untuk memimpin tentaranya. Kemudian ia melancarkan serangannya menuju Alengka. Alengka merupakan kota yang permai, diciptakan oleh seorang arsitek para dewa bernama Wiswakarma untuk Kubera, Dewa kekayaan. Kubera juga merupakan putera Wisrawa, dan bermurah hati untuk membagi segala miliknya kepada anak-anak Kekasi. Namun Rahwana menuntut agar seluruh Alengka menjadi miliknya, dan mengancam akan merebutnya dengan kekerasan. Wisrawa menasihati Kubera agar memberikannya, sebab sekarang Rahwana tidak tertandingi.

Ketika Rahwana merampas Alengka untuk memulai pemerintahannya, ia dipandang sebagai pemimpin yang sukses dan murah hati. Alengka berkembang di bawah pemerintahannya. Konon rumah yang paling miskin sekalipun memiliki kendaraan dari emas dan tidak ada kelaparan di kerajaan tersebut. Pada saat setelah menjadi raja, Rahwana sempat melakukan penyerangan ke khayangan tempat dimana para dewa tinggal. Sasaran utamanya adalah Batara Indra salah satu dewa perang dan pimpinan delapan dewa. Banyak versi yang menyebutkan alasan Rahwana menyerang khayangan, yang pertama disebutkan bahwa Rahwana menyerang khayangan hanya karena ambisi untuk menguasai semata dan ada pula


(19)

11

yang menyebutkan jika penyerangan tersebut karena bentuk balas dendamnya, karena kutukan yang Batara Indra berikan serta tipu muslihat yang telah Batara Indra lakukan kepada kedua orang tuanya.

Siasat pertama yang dilakukan Rahwana untuk menyerang khayangan adalah mengusik Batara Yamadipati, sang dewa kematian. Pada suatu malam ia mengendarai Wimana Puspaka, seekor burung garuda raksasa, Prabu Rahwana menyusup ke dalam Yamaloka, istana Yamadipati di kahyangan yang letaknya berdekatan dengan neraka yang dijaga oleh para Yamakingkara, anak buah Yamadipati. Rahwana merusak pintu gerbang roh-roh kematian di neraka dan membebaskannya. Yamakingkara yang memberi perlawanan pada Rahwana tidak mampu menghadapi kesaktian dari ilmu Pancasona milik Rahwana yang sebelumnya ia pelajari dari Subali, seorang petapa sakti berwujud kera. Mendengar keributan tersebut Yamadipati datang dan hendak melepaskan senjata pamungkasnya Kaladenda, namun sempat dicegah oleh Batara Brama karena jika Yamadipati melepaskan senjata tersebut maka dunia akan hancur dan kiamat. Serangan Rahwana saat itu berhasil dihalau oleh Batara Brama dengan Hamoga senjatanya, Pertarungan tidak berlangsung lama karena Rahwana segera turun ke bumi. Menyerahnya Rahwana karena bentuk rasa hormatnya kepada Batara Brama yang menjadi junjungan ayahandanya Begawan Wirsawa.

Semenjak penyerangannya ke khayangan tersebut Rahwana mendapat julukan “Raja Tiga Dunia”, karena telah berhasil menakluklan beberapa kerjaan di dunia bawah atau dunia makhluk halus, di dunia tengah atau bumi dan berani melakukan penyerangan ke dunia atas atau khayangan.

II.2.4 Ciri-Ciri Fisik Rahwana

Dari berbagai penggambaran Rahwana baik itu dalam patung, seni lukis, maupun wayang, terdapat beberapa kesamaan ciri-ciri fisik yang dimiliki Rahwana yaitu:  Memiliki 10 wajah. Beberapa penggambaran hanya menampilkan satu wajah

dan kesepuluh wajah nya muncul saat amarah nya memuncak.


(20)

12

 Memiliki perawakan yang besar layaknya suku raksasa.

 Biasanya digambarkan dengan warna kulit merah, hijau, dan biru tua.  Memiliki taring dan kumis.

 Menggunakan atribut layaknya seorang raja, seperti mahkota dan jubah yang mewah.

 Membawa senjata berupa gada, candrasa, pedang dan tombak .

II.2.5 Ciri-Ciri Sifat Rahwana

 Pemberani, di setiap pertarungan dengan musuh-musuhnya ia tidak pernah menyerah sebelum bertempur.

 Pemberontak, terlihat dari tindakannya yang memilih untuk menyerang Kerajaan Alengka untuk menuntut takhtanya. Juga pada saat melakukan penyerangan ke khayangan.

 Egois, rela mengorbankan kerjaannya hanya demi keinginannya untuk mendapatkan Sinta.

 Teguh pendirian, saat Rahwana memutuskan untuk tidak mengembalikan Sinta, keputusannya tetap ia pegang sampai akhir khayatnya

 Nekad, dari tindakannya menyerang khayangan yang merupakan sebuah hal yang mustahil bagi kebanyakan orang.

 Sayang pada saudaranya, saat adik perempuannya Saperkenaka dilukai oleh Lesamana , ia marah besar dan mencari pelakunya.

 Lemah terhadap wanita, saat Rahwana jatuh cinta kepada Widawati ia tidak tega untuk membawanya ke Alengka karena Widawati menolak dan membiarkannya begitu saja. Begitu pula saat menculik Sinta ia memperlakukan Sinta sebaik mungkin dan tidak berani melukainya dan memaksa Sinta untuk menikah dengannya. Rahwana hanya menunggu jawaban langsung dari Sinta, jika Sinta mau menikah dengannya.

II.2.6 Kemampuan Rahwana

 Memiliki ilmu Pancasona, yakni ilmu yang dapat hidup kembali walaupun jasadnya sudah rusak.


(21)

13

 Dapat berubah wujud menjadi sosok lain.  Dapat terbang ke angkasa.

 Mampu menggunakan berbagai senjata perang (Rusdy, 2013).

II.3 Analisis Sisi Manusiawi Pada Rahwana Serta Pandangan Masyarakat Dalam kisah Ramayana Rahwana merupakan tokoh penentang Rama, yang didalam cerita ini ia merupakan tokoh yang berada dalam jalur kebenaran atau bisa disebut tokoh protagonis. Penentangan tersebut otomatis menjadikan Rahwana sebagai tokoh antagonis, karena menurut Nurgiyantoro (2009), tokoh antagonis adalah tokoh yang menjadi lawan dari tokoh protagonis. Selain itu Rahwana juga termasuk tokoh yang berkembang karena didalam alur cerita ia mengalami perkembangan watak. Watak Rahwana mengalami perubahan sesuai alur cerita, pada masa mudanya ia adalah seorang petapa yang giat namun karena hatinya gelap oleh cinta akhirnya ia menjadi tersangka kejahatan karena tindakannya menculik Sinta dari Rama.

Beberapa sebab dalam alur cerita mempengaruhi proses perkembangan watak pada karakter Rahwana, campur tangan para dewa diantaranya.

 Di awal masa saat Rahwana menjadi raja ia sempat menyerang khayangan. Banyak versi mengenai alasan kenapa ia menyerang khayangan. Ada yang menyatakan bahwa Rahwana hendak menguasai khayangan namun adapula yang menyebutkan penyerangan tersebut sebagai bentuk balas dendamnya kepada para dewa. Bentuk balas dendam tersebut menjadi hal yang logis jika melihat dari apa yang telah diperbuat oleh para dewa terhadap Wisrawa dan Dewi Sukesi orang tua Rahwana. Para dewa mencegah Wisrawa yang hendak menyampaikan ilmu sakti yang bernama ”Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” ( ilmu yang konon mengetahui tentang rahasia semesta alam) dengan mengelabui Wirsawa dan Dewi Sukesi untuk melakukan hubungan terlarang. Kejadian tersebut menjadikan Rahwana seorang pedendam. (Rusdy, 2013).

 Alasan pertama kali mengapa ia berniat menyerang Rama adalah karena mendengar kabar bahwa adik perempuannya Sarpekenaka dilukai oleh


(22)

14

Lesmana adik dari Rama. Walaupun luka yang diperoleh Sarpekenaka adalah akibat tindakannya yang terus mengoda Lesmana, tetapi Rahwana sebagai kakak dari Sarpekenaka tidak terima karena adiknya yang seorang perempuan tega dilukai oleh seorang lelaki. Kejadian tersebut yang menyulut amarah besar Rahwana (Rajagopalachri, 2012).

 Sebetulnya Rahwana sudah ditakdirkan oleh Batara Narada bahwa pada saatnya nanti nyawanya akan berakhir oleh manusia kesatria titisan dewa Wisnu yang akhirnya diketahui bahwa itu adalah Rama (Rusdy S.T, 2013: 8). Pada saat muda Rahwana meminta kesaktian tiada tara dari hasil tapa beratnya kepada Batara Narada. Ia ingin dapat hidup kembali setelah diserang sedahsyat apapun. Batara Narada akhirnya memberikan kesaktian tersebut tetapi memberi peringatan kepada Rahwana bahwa semua yang ada dibumi memang sudah seharusnya mengalami akhir, dan akhir dari Rahwana adalah ditangan Rama. Jika dilihat dari masa lalu Rahwana tersebut maka konflik dengan Rama dapat dikatakan sudah merupakan takdir dari Rahwana. Laporan dilukai dari Saperkenaka kemudan jatuh cintanya Rahwana kepada Sinta istri yang merupakan dari Rama adalah rangkaian takdir yang sudah diatur sebelumnya oleh para dewa.

Setelah mengetahui perkembangan watak dari Rahwana tersebut, dapat diketahui pula sifat-sifat positif atau baik dai Rahwana, beberapa diantaranya sebagai berikut:  Menghormati leluhur, saat Rahwana hendak menyerang khayangan ia berselisih dengan Yamadipati, kemudian ia berhadapan dengan Batara Brahma. Rahwana tidak melanjutkan penyerangannya bukan karena semata-mata ia merasa tidak mampu untuk menyerang, tetapi karena ia menghormati Batara Brahma yang merupakan panutan ayahnya, Wirsawa.

 Sifat penyayang terhadap adik-adiknya, saat mengetahui bahwa adiknya Sarpekenaka terluka oleh Lesmana. Rahwana sangat marah dan memerintahkan pasukannya untuk mecari sang pelaku. Begitu pula saat tahu bahwa Wibisana menolak keinginan Rahwana untuk mempertahankan Sinta dan bahkan berkhianat kepadanya, Rahwana hanya kesal dan tidak menghukum Wibisana sebagaimana mestinya hukum kerajaan bagi seorang pengkhianat.


(23)

15

 Tanggung Jawab, walaupun Rahwana dikenal sebagai sosok pemberontak dan mengerikan, namun setelah ia mendapat gelar raja kerajaan Alengka ia menjadi raja yang tanggung jawab. Terbukti bahwa dari berbagai macam versi kisah Ramayana kerajaan Alengka digambarkan sebagai kerajaan yang mahsyur. Semua Rakyatnya makmur dan rumah-rumahnya seperti berlapis emas berkilauan. Rahwana juga disebut sebagai raja yang berhasil membawa Alengka mencapai puncak kejayaanya disbanding pendahulunya seperti Kubera dan Sumali. Bukti tersebut juga diperkuat dengan tidak adanya pemberontak di dalam kerajaan Alengka karena pemerintahan Rahwana sendiri merupakan hasil kudeta. Hal ini berarti Rahwana berlaku adil kepada semua rakyatnya.  Menghormati wanita, Rahwana dalam kisah hidupnya selalu tergila-gila dengan

perempuan titisan Dewi Sri. Selama kehidupan di bumi Dewi Sri menitiskan lima titisan yang pertama Dewi Widawati, Dewi Citrawati istri Arjuna Sasrabahu, ketiga Dewi Sukasalya istri Begawan Rawatmaja, ke empat Dewi Sinta istri Rama dan terakhir Subadra istri Arjuna. Rahwana gagal mendapatkan Dewi Widawati karena ia menolak untuk diajak ke Alengka. Rahwana pasrah walaupun hasratnya ingin sekali memilikinya. Ketiga Dewi Citrawati pun gagal ia dapatkan karena kesaktian suaminya Arjuna Sasrabahu tidak tertandingi maka yang terakhir ia harus bisa mendapatkan Sinta karena Dewi Subadra tidak berada se-zaman dengannya.

 Walaupun Rahwana menculik Sinta. Tetapi ia membawanya dengan perlakuan yang halus, sama sekali tidak menyakitinya. Bahkan Sinta ditempatkan di taman Asoka pada saat berada di Alengka. Asoka adalah taman yang termahsyur karena keindahannya. Berulang kali Rahwana merayu halus Sinta untuk berkenan menjadi istrinya namun Sinta menolak. Rahwana tidak memaksakan kehendaknya untuk segera menikahi Sinta, tetapi Rahwana ingin mendengar sendiri ucapan bersedia menikah tersebut keluar dari mulut Sinta. Itu menunjukan bahwa Rahwana sangat menghormati wanita walaupun berhasrat kuat untuk menikahi wanita-wanita yang ia cintai.

 Jujur dan apa adanya, Rahwana adalah seorang raksasa yang sakti. Ilmu-ilmu saktinya tersebut didapatnya dari hasil tapa berat kepada para dewa. Rahwana bisa berubah wujud menjadi makhluk lain. Jika ia mau, ia dapat berubah wujud


(24)

16

menjadi pria tampan untuk dapat merayu perempuan-perempuan yang ia sukai, namun karena yang diharapkan adalah cinta yang berbalas maka rahwana selalu tampil apa adanya dalam sosok raksasanya yang mengerikan (Rusdy, 2013).

Sifat-sifat baik Rahwana bisa ia peroleh karena ia masih memegang teguh jalan ksatria. Di dalam agama Hindu seorang prajurit dan raja merupakan seorang ksatria. Seorang ksatria harus memiliki sifat sopan, hormat, menaruh penghargaan, dan lain-lain sikap yang bernilai luhur seperti taat memegang sumpah dan sebagainya. Sifat-sifat tersebut sesuai dengan sifat-sifat manusiawi yang dijelaskan oleh Effendy (1993), dengan demikian dapat diketahui bahwa Rahwana memilik sifat-sifat yang baik atau manusiawi.

Pengetahuan masyarakat terhadap tokoh Rahwana hampir sebagian besar hanya mengetahui sosok Rahwana dari sudut pandang buruknya saja. Sedikit yang mengetahui keseluruhan kisah Rahwana. Jika mengenal lebih jauh kisah kompleks masa lalu dari Rahwana maka masyarakat pun akan menemukan sisi manusiawi dari tokoh ini. Memiliki informasi tentang sisi manusiawi dari Rahwana ini menjadi sangat penting untuk masyarakat, karena dengan demikian masyarakat bisa belajar mengambil sebuah pesan moral dari sebuah realita yang turun temurun selalu dinilai buruk.

II.4 Target Audiens  Demografis

- Usia: 18-21 tahun

Penelitian ini dikhususkan untuk para remaja masa akhir. Menurut Desmita (2006, h:192) remaja masa akhir memiliki rentang usia 18-21 tahun. Remaja pada masa ini dipilih karena menurut pada umur tersebut merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan psikologis, kognitif, dan sosial emosional. Sehingga kisah dengan muatan pesan moral terhadap sosial ini cocok disampaikan kepada remaja (Santrock. 2003, h: 26).


(25)

17

Konten cerita dalam kisah ini juga tidak cocok jika disampaikan kepada audiens di bawah umur 18 atau umur dibawah dewasa. Beberapa konten cerita terdapat unsur kekerasan seperti saat berperang dan unsur sensual yang tidak baik jika disampaikan kepada audiens dibawah umur.

- Jenis kelamin: laki-laki dan perempuan.

Penelitian ini ditujukan kepada laki-laki dan perempuan karena kisah ini tidak memiliki kekhususan secara gender melainkan lebih terfokus untuk menggali pesan moral yang bisa disampaikan kepada audiens.

- Pendidikan: SMA-Perguruan tinggi

Target audiens dengan pendidikan SMA dan Perguruan tinggi ini dipilih karena pada pendidikan tingkatan ini pelajarnya cenderung pada usia remaja. Tingkat wawasasan dan intelektual remaja dengan pendidikan tersebut juga biasanya lebih luas sehingga bisa lebih nantinya akan lebih mudah memahai kisah dari Rahwana.

 Geografis

Penelitian ini ditujukan untuk audiens yang berasal dari pulau Jawa dan Bali. Masyarakat Jawa dan Bali dipilih karena Rahwana hadir di dalam kisah Ramayana yang sering dipentaskan dalam seni pewayangan. Seni pewayangan itu sendiri berkembang pesat di wilayah Jawa dan Bali, sehingga penelitian ini cocok ditujukan kepada masyarakat di wilayah tersebut karena sudah tidak akan asing lagi dengan kisah Ramayana yang di dalamnya terdapat tokoh Rahwana.

 Psikografis

Secara psikografis penelitian ini ditujukan bagi audiens yang senang berpikir kritis dalam menanggapi suatu fenomena, juga bagi mereka yang gemar dengan kisah-kisah fiksi, fantasi dan epik.

II.5 Kesimpulan dan Solusi Perancangan

Berdasarkan analisa dari penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa terdapat sisi manusiawi dari tokoh Rahwana. Sudut pandang penilaian dari segi ini


(26)

18

masih jarang diketahui oleh masyarakat luas karena kebanyakan kisah. Agar masyarakat mengenal kisah Rahwana dari sundut pandang ini, maka solusi yang tepat adalah membuat perancangan media informasi untuk masyarakat agar lebih mengenal tokoh Rahwana dengan sisi manusiawinya. Media informasi tersebut dapat berupa buku, Audio-Visual atau film, Multimedia interaktif, dll. Setiap jenis media informasi memiliki kelebihannya masing-masing yang bisa disesuaikan dengan target audiens tertentu.


(27)

19

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan merupakan sebuah cara untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada target audiens agar target audiens dapat menangkap isi dari pesan atau informasi. Strategi perancangan media informasi sisi manusiawi tokoh Rahwana ini akan dilakukan dengan pendakatan budaya. Pendekatan dengan cara ini sesuai karena kisah dari Rahwana sendiri sering ditemukan pada pagelaran wayang yang merupakan budaya yang berasal dari Indonesia.

III.1.1 Tujuan Komunikasi

Untuk menginformasikan dan menarik minat audiens untuk mengetahui sifat-sifat manusiawi dari tokoh Rahwana baik secara visual maupun verbal. Sehingga audiens diharapkan dapat sehingga nantinya masyarakat bisa menangkap pesan moral dari sifat dan karakter yang dimiliki oleh Rahwana tersebut.

III.1.2 Pendekatan Komunikasi

Untuk menyampaikan sebuah informasi dibutuhkan komunikasi yang baik dan mampu menyampaikan informasi atau pesan-pesan yang akan disampaikan dengan mudah dimengerti khususnya target audiens. Komunikasi merupakan penyampaian pesan atau informasi dari komunikator kepada komunikan yang sedang berinteraksi secara langsung maupun lewat media.

Pendekatan komunikasi yang akan digunakan dalam menyampaikan informasi melalui media informasi ini terbagi menjadi 2, yaitu:

 Pendekatan Visual

Pendekatan visual yang akan digunakan pada perencangan media informasi ini adalah menggunakan pendakatan budaya dengan menggunakan gaya visual yang hampir mirip dengan pagelaran wayang kulit. Gaya visual ini dipilih karena pagelaran wayang kulit sering mengangkat kisah Ramayana yang didalamnya terdapat kisah Rahwana.


(28)

20

Gambar III.1 Pagelaran wayang kulit dari balik kelir (layar dengan kain putih) Sumber: www.teraswarta.com (24 April 2015)

Alasan lain mengambil gaya visual dari desain wayang kulit adalah untuk melestarikan kebudayaan wayang itu sendiri karena menurut Mulyana (1989: IX) wayang merupakan salah satu unsur kebudayaan bangsa Indonesia yang mengandung nilai seni, filsafat, pendidikan, nilai-nilai pengetahuan yang tinggi. Desain-desain karakter juga akan diadaptasi dari desain wayang kulit yang berasal dari Indonesia yang akan dibuat dengan konsep visual yang modern.

Gambar III.2 Pagelaran wayang kulit dari pantulan bayangan kain kelir Sumber: www.kartudiskonjogja.com (24 April 2015)


(29)

21

 Pendekatan Verbal

Untuk mendukung elemen visual maka pendekatan secara verbal juga dilakukan dalam perancangan media informasi. Pendekatan secara verbal ini dilakukan dengan menggunakan komunikasi persuasif. Menurut Burgon & Huffner (2002) komunikasi persuasif adalah proses komunikasi yang mengajak atau membujuk orang lain dengan tujuan mengubah sikap, keyakinan dan pendapat sesuai keinginan komunikator. Pada definisi ini ‘ajakan’ atau ‘bujukan’ adalah tanpa unsur ancaman/ paksaan. Komunikasi persuasif ini akan digunakan untuk menyampaikan informasi tentang sisi manusiawi Rahwana kepada audiens dengan harapan bisa mempengaruhi sudut pandang pembaca tanpa unsur paksaan.

III.1.3 Materi Pesan

Materi pesan yang akan disampaikan dalam perancangan media informasi ini adalah bagaimana menampilkan kisah Rahwana dari sudut pandang lain yaitu dari sisi kemanusiaannya. Media informasi ini akan menginformasikan tentang hal-hal positif dari Rahwana, berbeda dari kisah yang biasanya selalu menampilkan sosok Rahwana yang syarat akan kejahatan. Kisah ini bermula dari awal kelahiran Rahwana sampai kematiannya saat berperang melawan Rama. Melalui kisah perjalanan hidupnya ini audiens akan menyaksikan sifat-sifat manusiawi dari Rahwana tersebut, alasan dari berbagai tindakannya dalam kisah Ramayana dan bagaimana ia memilih jalan hidupnya.

III.1.4 Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa persuasif, yang bertujuan untuk memberikan pengaruh kepada audiens baik dari sikap maupun perilaku setelah mendapatkan informasi dari animasi yang menceritakan sisi manusiawi dari tokoh Rahwana. Pendakatan psikologis juga dilakukan pada perancangan media informasi ini. Diharapakan dengan pendekatan ini dapat membangkitkan dan merangsang emosi target audiens sehingga mampu menangkap pesan moral dari karakter dan sifat manusiawi yang dimiliki oleh Rahwana.


(30)

22

III.1.5 Khalayak Sasaran Perancangan Consumer Insight

Pengertian Consumer Insight Menurut Amalia E. Maulana (2009) yaitu proses mencari tahu secara lebih mendalam dan holistik, tentang latar belakang perbuatan, pemikiran dan perilaku seorang konsumen yang berhubungan dengan produk dan komunikasi iklan.

Audiens utama media ini adalah para generasi muda khususnya masyarakat pada fase remaja akhir di wilayah pulau Jawa dan Bali. Namun tidak menutup kemungkinan perancangan ini akan mempengaruhi masyarakat selain dari target audiens utama.

Berikut insight dari audiens:

 Terbiasa dengan budaya instan atau cepat dan mudah.

 Terbuka serta mengikuti perkembangan terhadap teknologi baru.  Eksistensi menjadi prioritas.

 Mudah bosan.

Setelah mengetahui perilaku dari audiens berdasarkan insight diatas maka informasi yang akan disampaikan kepada target audiens nantinya harus menggunakan media yang simpel dan mudah untuk untuk diterima. Media informasi tersebut juga harus memiliki visual yang mengikuti perkembangan zaman dan sesuai selera anak muda.

Consumer Journey

Consumer Journey adalah riwayat dari target audiens dalam menjalani aktivitas kesehariannya. Consumer Journey ini nantinya berguna untuk mengetahui apa saja kebiasaan yang sering dilakukan oleh audiens tiap hari. Dengan mengetahui hal tersebut maka akan diketahui pula media apa yang tepat untuk digunakan kepada audiens tertentu. Berikut consumer journey remaja akhir yang merupakan target audiens untuk media informasi sisi manusiawi Rahwana


(31)

23

No Kegiatan Tempat Point of Contact

1 Bangun Tidur-Persiapan berangkat sekolah/kuliah

Kamar tidur, kamar mandi, ruang makan

Ponsel, Tv 2 Di perjalanan menuju

sekolah/kampus

Jalan raya Ponsel, Billboard, Ex-banner, Sticker

3 Belajar di

sekolah/kampus

Kelas/kampus Pengajar,Ponsel 4 Istirahat Kantin, Rumah makan Ponsel, Tv, Laptop 5 Perjalanan pulang ke

rumah

Jalan Raya Ponsel, Billboard, Ex-banner, Sticker 6 Istirahat di rumah-Tidur Ruang tengah, Kamar

tidur

Ponsel, Laptop/PC, Tv, Majalah

Tabel III.1 Consumer Journey Media Informasi Sisi Manusiawi Tokoh Rahwana Sumber: Data Pribadi (2015)

Berdasarkan hasil penilitian Consumer Journey diatas dapat disimpulkan bahwa Point of Contact dari setiap aktivitas kalangan remaja sekarang adalah media berbasis layar terutaman Ponsel. Maka media yang menjadi perhatian untuk digunakan nantinya adalah yang biasa di akses dari internet pada sebuah ponsel, seperti media sosial.

III.1.6 Strategi Kreatif A. Copywriting

Media informasi ini akan diberi judul “Rahwayana”. Berasal dari kata “Rahwana” yang merupakan tokoh utama dari cerita ini dan “Yana” yang memiliki arti perjalanan. Mengambil dari judul yang menceritakan kepahlawanan Rama yairtu “Ramayana”. Ramayana merupakan kisah epos atau kisah kepahlawanan yang terkenal. Judul “Rahwayana” juga akan ditambahkan dengan tagline “Bukan Sebuah Kisah Epos” yang berarti bukan kisah tentang kepahlawanan karena kisah ini mengangkat tokoh antagonis dari sebuah kisah heroik. Tagline tersebut merupakan sebuah kalimat sarkas dari kisah Ramayana yang selalu menceritakan tentang keagungan Rama.

B. Storyline

Storyline merupakan inti atau gagasan utama dari sebuah naskah yang di ambil dari gagasan utama naskah tersebut yang dibuat seperti alur cerita. Buku ini akan dibagi


(32)

24

menjadi sepuluh bagian. Sepuluh bagian tersebut mengambil dari julukan Rahwana yaitu Dasamuka yang berarti berwajah sepuluh. Berikut adalah storyline dari pembuatan media informasi sisi manusiawi tokoh Rahwana.

1. Babak 1: Menceritakan kelahiran Rahwana beserta adiknya. Wisrawa mengikuti sayembara untuk meminang Dewi Sukesi namun sayembara tersebut tidak direstui Batara Guru dan Batari Uma karena Wisrawa hendak mengucapkan ilmu terlarang. Wisrawa dan Sukesi dirasuki mereka

2. Babak 2: Kelahiran Rahwana dan saudara-saudaranya. Kelahiran mereka pencerminan dari kesalahan yang dilakukan Wisrawa dan Dewi Sukesi. Memperlihatkan Wisrawa mendidik anak-anaknya di jalan yang benar. Pada saat itu pula Rahwana mulai menyadari campur tangan dewa akan jalan hidupnya.

3. Babak 3 : Rahwana mulai bertapa kepada para dewa untuk menemukan jati dirnya. Ia bertapa ratusan tahun dan setiap seratus tahun ia memotong kepalanya sampai pada kepalanya yang terakhir dicegah oleh Batara Brahma dan diberikan kesaktian tiada tanding namun telah ditakdirkan akan mati ditangan titisan Batara Wisnu dan Rahwana memang ditakdirkan agar kebaikan itu sendiri terlihat nyata jika terdapat sosok yang jahat.

4. Babak 4: Memperlihatkan sifat penolakan akan takdir Rahwana dan niatnya balas dendam kepada para dewa atas rencana licik mereka sampai adegan dimana Rahwana mengurungkan niatnya karena menghormati Batara Brahma. 5. Babak 5: Rahwana memimpin dan membawa kerajaan Alengka menuju puncak

kejayaannya.

6. Babak 6: Memperlihatkan adegan dimana Rahwana sangat marah ketika menemui adiknya dengan hidung yang berlumuran darah. Adik Rahwana Sarpakenaka mengadu bahwa yang menyakitinya adalah pria bernama Lesamana yang berada di dalam hutan. Rahwana pun bergegas mencari pria tersebut.

7. Scene 7: Setelah mencari Lesmana kedalam hutan, Rahwana melihat sosok Sinta dan jatuh cinta padanya. Dengan pikiran kalut Rahwana menculik Sinta ke Alengka.


(33)

25

8. Scene 8: Sinta diperlakukan secara mulia oleh Rahwana. Ia ditempatkan di tempat terbaik di Alengka. Rahwana memperlihatkan sifat lembutnya dan tidak termakan oleh egonya untuk segera menikahi Sinta.

9. Scene 9: Rahwana bertempur melawan Rama suami dari Sinta. Ia mengerahkan segala kemampuannya bukan hanya sekedar untuk cintanya kepada Sinta tetapi untuk keselamatan warganya serta harga dirinya sebagai seorang kesatria. 10.Scene 10: Rahwana akhirnya gugur setelah bertubi-tubi mendapat serangan dari

Rama dan ditindih oleh sebuah gunung yang dilempar oleh Anoman.

C. Narasi

Selain dikomunikasikan secara visual, media informasi ini juga dikomunikasikan secara verbal salah satunya dengan bentuk narasi. Narasi adalah uraian yang menceritakan sesuatu atau serangakaian kejadian, tindakan, keadaan secara berurutan dari permulaan sampai akhir sehingga terlihat rangkaian hubungan satu sama lain (Widjono, 2007, h.175). Narasi tersebut memiliki fungsi untuk memperjelas komunikasi yang dilakukan secara visual.

Penggunaan nasrasi ini disesuaikan dengan strategi pendekatan verbal yang telah ditentukan sebelumnya yaitu dengan komunikasi persuasif. Untuk membangun komunikasi persuasif tersebut maka digunakan penulisan narasi dengan sudut pandang orang pertama. Pengarang dalam sudut pandang ini menempatkan dirinya sebagai pelaku sekaligus narator dalam ceritanya (Friedman via Stevick, 1967, h.118). Menggunakan kata ganti “Aku” atau “Saya” yang dalam perancangan ini “Aku” tersebut merujuk kepada tokoh utama yaitu Rahwana. Sehingga seolah-olah narasi cerita tersebut sedang diceritakan oleh Rahwana sendiri. Melalui sudut pandang orang pertama ini pembaca akan menerima cerita sesuai dengan yang diketahui, didengar, dialami, dan dirasakan tokoh “Aku”.

III.1.7 Strategi Media

Pemilihan media utama yang digunakan sebagai media informasi ini adalah media informasi yang dapat dengan mudah diakases sesuai dengan karakteristik target audiens. Buku merupakan media informasi yang sesuai dengan target audiens


(34)

26

karena tidak membutuhkan media lain. Disamping itu, buku tetap dibutuhkan hingga saat ini dan bisa dijadikan pedoman untuk mengetahui informasi yang lebih informatif. Maka dipilihlah buku ilustrasi sebagai media utama karena lebih memperlihatkan visual sehingga lebih disukai target audiens. Tak lupa media pendukung lainnya seperti poster, flyer dan beberapa media pendukung lainnya. Media-media tersebut adalah :

 Poster  Flyer  X-banner  Pembatas buku  Sticker

 Kartu Karakter  Buku Catatan  Gantungan kunci

A.Media Utama

Media Utama yang akan digunakan dalam menyampaikan informasi sisi manusiawi Tokoh Rahwana ini adalah dengan media informasi berbentuk buku ilustrasi dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa dibalik sosok jahatnya terdapat pula sifat-sifat baik pada Rahwana. Berikut adalah data yang diperoleh dari penelitian tersebut:

Pemilihan Media Informasi Untuk Sisi Manusiawi Tokoh Rahwana 2015

Jenis Media Informasi Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

Buku Ilustrasi 8 7 15

Film Animasi 11 8 19

Film dengan Aktor - 3 3

Multimedia Interaktif 6 7 13

Total Audiens 25 25 50

Tabel III.2 Kuisioner pemilihan Media Informasi Sisi Manusiawi Tokoh Rahwana Sumber: Data Pribadi (2015)

Berdasarkan data yang diperoleh dari kuisioner diatas dapat disimpulkan bahwa 19 orang dari 50 audiens yang terdiri dari 25 laki-laki dan 25 perempuan memilih


(35)

27

media informasi yang menarik untuk menyampaikan sisi manusiawi tokoh Rahwana adalah dengan film animasi. Urutan kedua yang menjadi pilihan alternative untuk media informasi ini adalah dalam betuk buku ilustrasi. Dengan jumlah 15 orang memilih dalah bentuk media buku ilustrasi. Dengan mempertimbangkan waktu produksi yang cukup singkat sekitar satu bulan, maka media informasi berbentuk buku ini akan lebih efektif dibandingkan dalam membuat film berbentuk animasi yang dapat memakan waktu yang sangat lama. Buku ilustrasi ini juga nantinya akan dikemas beserta gimmick lain seperti kartu, sticker dan pembatas buku sebagai bonusnya.

B. Media Pendukung

Sesuai fungsinya, media pendukung adalah media untuk mendukung tersampaikannya informasi yang dimiliki media utama. Pemilihan media pendukung ini telah ditentukan dari point of view yang terdapat pada consumer journey dari target audiens. Media pendukung tersebut diantaranya:

Media Sosial

Gambar III.3 Contoh penggunaan media sosial sebagai media informasi pendukung Sumber: Data Pribadi (1 Juni 2015)

Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi dan berbagi. Sekarang media sosial menjadi media yang efektif untuk beriklan atau mempromosikan suatu produk karena kemudahan berbaginya tersebut. Setelah melihat dari consumer journey dari target audiens yang kesehariannya selalu menggunakan media sosial pada ponselnya, maka media pendukung dengan menggunakan media sosial ini cukup tepat. Media sosial yang


(36)

28

akan digunakan sebagai media pendukung utama ini diantaranya Facebook, Twitter dan Instagram. Media sosial ini nantinya akan berisi tentang informasi terkini dari perkembangan waktu perilisan nya buku ilustrasi sisi manusiawi tokoh Rahwana.

Media Luar Ruangan

Menurut Sigit Santosa (2009, h.168) media luar ruangan adalah semua iklan yang menjangkau konsumen ketika mereka sedang berada di luar rumah atau kantor. Media luar ruangan membujuk konsumen ketika mereka sedang di tempat-tempat umum, dalam perjalanan, dalam ruang tunggu, juga di tempat-tempat terjadi transaksi. Dari consumer journey target audiens dapat diketahui bahwa sebagian besar kegiatan mereka berada di luar ruangan baik itu saat diperjalanan menuju sekolah/kampus atau saat waktu istirahat di siang hari, sehingga media luar ruangan ini masih menjadi media yang cukup efektif untuk digunakan sebagai media pendukung informasi. Media yang luar ruangan yang akan digunakan diantaranya sebagao berikut:

1. Poster

Media pendukung dengan poster ini akan digunakan untuk memberikan informasi kepada audiens yang berada di kawasan sekolah/kampus. Dengan menempelkan di media masa dinding di sekolah-sekolah atau kampus. Dengan adanya poster ini diharapkan bisa menarik perhatian target audiens yang sering berada di kawasan tersebut.

Gambar III.4 Contoh poster sebagai media pendukung pada media informasi Sumber: www.pinterest.com (2 Juni 2015)


(37)

29

2. Flyer

Flyer akan dibagikan secara Cuma cuma dikawasan strategis yang sering dilalui oleh target audiens pada saat akan pergi ke sekolah/kampus. Tempat yang terutama dipilih adalah kawasan lampu merah yang hendak menuju lokasi dari sekolah atau kampus. Kawasan tersebut dipilih karena pada saat lampu merah pengendara akan berhenti sejenak menunggu lampu hijau. Sehingga diselang waktu tersebut diharapakan audiens bisa menerima flyer tersebut atau flyer ini akan dibagikan secara statis dikawasan toko buku dan pembelanjaan.

Gambar III.5 Contoh flyer sebagai media informasi pendukung Sumber: www.dailybillboardblog.com (3 Juni 2015)

3. Banner

Gambar III.6 Contoh banner sebagai media informasi pendukung Sumber: www.duniaku.net (6 Juni 2015)

Media ini cocok ditempatkan di kawasan biasa berkumpulnya target audiens yakni mayoritasnya remaja. Seperti tempat makan, cafe atau tempat pembelanjaan seperti


(38)

30

mall. Dengan mengadakan kerjasama sebelumnya dengan pihak-pihak tertentu untuk ikut mempromosikan film sisi manusiawi tokoh Rahwana ini. Media ini sangat dinamis untuk dipindahkan sesuai keinginan. Karena sifatnya bisa dipindah, maka material promosi ini akan diletakan ditempat yang pas dan kelihatan oleh para audiens seperti di pintu masuk.

III.1.8 Strategi Distribusi

Media utama buku ilustrasi ini akan ditawarkan ke toko-toko buku seperti Gramedia dan Gunung Agung karena toko tersebut sudah dikenal oleh semua kalangan. Dalam pemilihan penerbit, penerbit Bentang Pustaka dipilih karena merupakan penerbit yang sering mendistrbusikan buku-buku novel atau cerita fiksi yang berlatar budaya. Pemesanan buku bisa dilakukan pada saat sebelum buku dirilis dengan memesan pada tenggat waktu 1 Juli 2015 sampai 17 Juli 2015. Berikut adalah tabel penyebaran media dalam strategi distribusi sampai waktu perilisan bukunya pada bulan Agustus tahun 2015:

Tabel III.3 Waktu penyebaran media utama dan media pendukung Sumber: Data pribadi (2015)

III.2 Konsep Visual

Konsep visual yang akan digunakan dalam perancangan buku ilustrasi menggabungkan antara gaya klasik dan modern. Gaya klasik dipilih karena kisah yang diangkat ke dalam buku ilustrasi ini merupakan kisah kuno dari Hindu. Sedangkan gaya modern sendiri akan digunakan untuk menyesuaikan dengan

Media

Juni Juli Agustus Minggu ke Minggu ke Minggu ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Media Sosial

Flyer Poster X-Banner

Buku beserta bonusnya: Sticker, Kartu, Pembatas Buku dan Gantungan Kunci


(39)

31

perkembangan zaman sekarang dan menarik minat dari target audiens dari media informasi ini yang mayoritasnya adalah anak muda.

III.2.1 Format Desain

Format desain buku ini adalah landscape, karena memberi kesan yang lebih luas sehingga ilustrasi dapat dengan mudah divisualisasikan. Selain itu dengan ukuran 29 x 20,5 cm dibaca dengan arahan dari kiri ke kanan. Pemilihan format ini lebih memudahkan target audiens untuk memegang dan membaca buku.

Gambar III.7 Format Desain Landscape Sumber: Data pribadi (2015)

III.2.2 Tata Letak (layout)

Tata letak atau layout adalah penyusunan elemen-elemen desain yang berhubungan ke dalam sebuah bidang sehingga membentuk susunan artistik (Amborse, G., & Harris, P, 2005, h.11). Tujuan utama layout adalah menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dalam sebuah cara yang dapat memudahkan pembaca dalam menerima informasi yang disajikan.

Jenis tata letak yang akan digunakan pada pembuatan buku ilustrasi ini adalah The Symetrical Grid atau grid simetris. Dalam grid simetris, halaman kanan akan berkebalikan persis seperti bayangan cermin dari halaman kiri. Ini memberikan dua margin yang sama baik margin luar maupun margin dalam. Untuk menjaga proporsi, margin luar memiliki bidang yang lebih lebar. Tata letak The Symetrical Grid berpatokan pada proporsi 2:3 atau 3:3.


(40)

32

Gambar III.8 Contoh tata letak yang menggunakan The Symetrical Grid Sumber: herdi73.wordpress.com (2 Agustus 2015)

Grid simetris merupakan jenis layout klasik yang dipelopori oleh Jan Tschichold (1902-1974). Jenis tatak letak ini sesuai dengan konsep visual yang dipilih sebelumnya yaitu perpaduan antara gaya klasik dan modern.

Gambar III.9 Format Layout buku ilustrasi Rahwayana Sumber: Data pribadi (2015)

III.2.3 Huruf

Huruf merupakan bagian terkecil dari struktur bahasa tulis dan merupakan elemen dasar untuk membangun sebuah kata atau kalimat. Rangkaian hururf dalam rangkaian sebuah kata atau kalimat bukan saja dapat memberikan suatu makna yang mengacu kepada sebuah objek ataupun gagasan, tetepi juga memiliki kemampuan untuk menyeruakan suatu citra ataupun kesan visual (Sihombing, 2001, h.2). Huruf yang digunakan pada buku ilustrasi ini adalah jenis Century Gothic. Huruf


(41)

33

ini termasuk kedalam jenis huruf sans serif. Jenis huruf sans serif adalah jenis huruf yang tidak memiliki garis-garis kecil dan bersifat solid.

Gambar III.10 Bentuk dan ciri huruf sans serif Sumber: www.ahlidesain.com (2 Agustus 2015)

Menurut Sihombing (2001) secara pertimbangan fungsional, huruf jenis sans serif dianggap sebagai pilihan sempurna karena mudah dibaca. Saat awal perkembangan nya di Jerman pada awal abad ke-20 huruf ini dianggap sebagai huruf yang mewakili semangat modernisme menggantikan pendahulu huruf sebelumnya seperti Blackletter dan Serif.

Gambar III.11 Jenis huruf Century Gothic Sumber: Data pribadi (2015)

III.2.4 Ilustrasi

Ilustrasi gambar adalah gambaran singkat alur cerita suatu cerita guna lebi h menjelaskan salah satu adegan (Kusmiyati. 1999, h.46). Secara umum ilustrasi selalu dikaitkan dengan menjelaskan sebuah cerita.


(42)

34

Pada perancangan buku ilustrasi konsep yang digunakan adalah perpaduan unsur klasik dan modern. Untuk sudi secara bentuk ilustrasi ini mengacu kepada bentuk wayang kulit yang mempunyai unsur klasik. Sedangkan untuk visualisainya ilustrasi ini mengambil dari gaya seni rupa modern. Pemilihan gaya ilustrasi ini berdasarkan dari taget audiens yang mayoritas nya adalah kaum remaja. Prinsip dari seni rupa modern memiliki kemiripan dengan sifat-sifat kaum remaja yang gemar akan kebebasan namun tetap berbasis pada filosifis tertentu.

Salah satu gaya seni rupa yang akan menjadi pengaruh dalam perancangan visual pada buku ilustrasi Rahwayana adalah gaya kubisme. Kubisme memungkinkan seorang seniman memisahkan bidang-bidang dari suatu objek serta menatanya kembali dalam sebuah gambar sehingga terorganisasi dan memberikan kesan emosional dan struktual yang lebih murni daripada penampilan semula.

Kubisme tidak hanya merupakan usaha abstraksi yang meratakan dan menggeometriskan serta mengelompokkan kembali terhadap objek alam. Tapi, berusaha keras untuk memperlihatkan bidang belakang dengan bidang depan secara sekaligus menjadi satu kesatuan.

Gambar III.12 Aliran kubisme, salah satu aliran dari seni rupa modern Sumber: wisnujadmika.wordpress.com (2 Agustus 2015)


(43)

35

Gambar III.13 Beberapa ilustrasi sekarang yang memiliki kemiripan bentuk kubisme Sumber: www.pinterest.com (2015)

III.2.4.1 Studi Tokoh

Dalam pembuatan buku ilustrasi ini terdspat beberapa tokoh yang akan ditampilkan. Tokoh tersebut mengadaptasi bentuk dari tokoh-tokoh aslinya yang ada dalam pagelaran wayang. Dibawah ini adalah tokoh-tokoh tersebut :

 Rahwana

Rahwana merupakan tokoh utama dalam buku ilustrasi Rahwayana. Sosok Rahwana biasa digambarkan dengan rupa menyeramkan dengan taring, kumis dan kulit berwarna merah. Dalam pewayangan di Indonesia Rahwana tidak digambarkan secara gamblang memiliki sepuluh kepala walaupun mendapat julukan Dasamuka, tidak seperti dalam penggambaran versi India yang selalu digambarkan dengan sepuluh kepala.

Gambar III.14 Penggambaran Rahwana versi India Sumber: wikipedia.org (3 Juli 2015)


(44)

36

Sosok Rahwana pada buku ini akan mengambil dari bentuk wayang kulit khas Indonesia dengan penggambaran satu kepala namun kesepuluh kepalanya akan muncul saat ia sangat marah dan dalam sosok akan berperang.

Gambar III.15 Penggambaran Rahwana versi wayang kulit Indonesia dan Rahwana saat wujud Triwikarma saat berperang (kanan)

Sumber: http://tokohwayangpurwa.blogspot.com (5 juli 2015)

 Sinta

Sinta adalah istri dari Rama yang sangat dicintai oleh Rahwana. Ia diculik oleh Rahwana ke Alengka. Penggambaran sosok Sinta pun akan diambil dari rupa wayang kulit.

Gambar III.16 Penggambaran Sinta versi wayang kulit Indonesia Sumber: http://tokohwayangpurwa.blogspot.com (5 Juli 2015)


(45)

37

 Batara Brahma

Gambar III.17 Penggambaran Batara Brahma versi wayang kulit Indonesia Sumber: http://tokohwayangpurwa.blogspot.com (5 Juli 2015)

Batara Brahma adalah seorang dewa yang menjadi panutan bagi Wisrawa ayah Rahwana. Ia yang memberi kemampuan kepada Rahwana dan yang mencegah Rahwana memenggal kepala terakhirnya. Batara Brahma juga yang memisahkan pertempuran antara Rahwana dan Batara Brahma.

 Batara Guru

Batara Guru adalah salah satu dewa tertinggi di kahyangan. Tokoh ini yang merasuki ayah Wisrawa agar gagal melafal ilmu Sastra Jendra Hayuningrat. Sosoknya digambarkan memiliki empat tangan yang memegang tombak.

Gambar III.18 Penggambaran Batara Guru pada wayang kulit Indonesia Sumber: http://tokohwayangpurwa.blogspot.com (5 Juli 2015)


(46)

38

 Batara Yama

Batara Yama adalah dewa penjaga dunia roh atau biasa disebut dengan neraka. Konon amarahnya bisa menyebabkan kiamat maka saat ia hendak menyerang Rahwana Brahma segera mencegahnya. Sosoknya digambarkan dengan mata lesu dan gigi bertaring serta senjata mautnya berbentuk pecut.

Gambar III.19 Penggambaran Batara Yama pada wayang kulit Indonesia Sumber: http://tokohwayangpurwa.blogspot.com (6 Juli 2015)

 Sarpakenaka

Gambar III.20 Penggambaran Sarpakenaka pada wayang kulit Indonesia Sumber: http://tokohwayangpurwa.blogspot.com (6 Juli 2015)

Sarpakenaka adalah adik perempuan dari Rahwana. Ia yang mengadu telah dilukai oleh Lesmana adik dari Rama. Wujudnya berupa raksasa perempuan tetapi ia bisa berubah wujud menjadi wanita yang cantik.


(47)

39

 Kumbakarna

Kumbakarna anak kedua dari Wisrawa. Sosoknya digambarkan sebagai raksasa yang sangat besar sekali. Ia sakan senang sekali makan dan tidur dalam jangka panjang.

Gambar III.21 Penggambaran Kumbakarna pada wayang kulit Indonesia Sumber: http://tokohwayangpurwa.blogspot.com (6 Juli 2015)

 Wibisana

Wibisana adalah satu satunya anak Wirsawa yang berwujud manusia. Ia membelot dari kakaknya Rahwana dan meberi tahukan kelemahan saudara-saudaranya kepada musuh. Wujud digambarkan sebgai sosok yang tampan.

Gambar III.22 Penggambaran Wibisana pada wayang kulit Indonesia Sumber: http://tokohwayangpurwa.blogspot.com (6 Juli 2015)


(48)

40

 Wisrawa

Gambar III.23 Penggambaran Wisrawa pada wayang kulit Indonesia (kiri) Sumber: http://tokohwayangpurwa.blogspot.com (7 Juli 2015)

Wisrawa adalah ayah dari Rahwana dan adik-adiknya. Ia seorang petapa taat dan sakti. Salah satu orang yang menguasai ilmu rahasia alam semesta Sastra Jendra Hayudiningrat. Ia digambarkan sebagai sosok pria bijak dengan janggut.  Dewi Sukesi

Gambar III.24 Penggambaran Dewi Sukesi pada wayang kulit Indonesia Sumber: http://tokohwayangpurwa.blogspot.com (6 Juli 2015)

Dewi Sukesi merupakan istri dari Wisrawa yang berarti ibu bagi Rahwana dan adik-adiknya. Walaupun ia terlahir dari ayahnya raksasa ia mempunyai sosok wanita yang cantik.


(49)

41

 Dewi Uma

Gambar III.25 Penggambaran Dewi Uma pada wayang kulit Indonesia Sumber: http://tokohwayangpurwa.blogspot.com (6 Juli 2015)

Dewi Uma merupakan istri dari Batara Guru. Dia seorang dewi dari khayangan yang merasuki Dewi Sukesi untuk melakukan hubungan terlarangnya dengan Wisrawa.

 Rama

Gambar III.26 Penggambaran Rama pada wayang kulit Indonesia Sumber: http://tokohwayangpurwa.blogspot.com (6 Juli 2015)

Rama adalah suami sinta. Ia merupakan putra mahkota kerajaan Ayodya. Ia pergi ke Alengka untuk berperang dan berhasil mebunuh Rahwana di perang Brubuh untuk membawa kembali istrinya yang diculik oleh Rahwana. Rama digambarkan sangat tampan dan merupakan titisan Batara Wisnu.


(50)

42

 Anoman

Gambar III.27 Penggambaran Anoman pada wayang kulit Indonesia Sumber: http://tokohwayangpurwa.blogspot.com (6 Juli 2015)

Anoman merupakan putra dari Batara Guru yang berwujud manusia setengah kera putih. Kesaktiannya sangat luar biasa. Ia mampu terbang ke angkasa dan berubah wujud menjadi sangat besar. Ia menjadi senopati dari Prabu Subali yang merupakan raja dari kaum Wanara. Anoman membantu Rama saat berperang melawan Rahwana dan sangat berperan penting dalam perang itu.

.III.2.4.2 Studi Latar

Latar yang sering digunakan nantinya pada buku ilustrasi tersebut adalah hutan dan istana karena cerita sendiri ini berlatar sebelum zaman modern. Untuk latar hutan mengambil referensi dari hutan-hutan tropis di kawasan Asia. Sedangkan untuk desain istana di kerjaan Alengka studi bentuknya dari candi-candi Hindu yang berada Indonesia salah satunya candi Prambanan.

Gambar III.28 Referensi background untuk latar hutan (atas) dan istana Alengka (bawah) Sumber: http://kompasiana.com (7 Juli 2015)


(51)

43

III.2.5.Warna

Dalam warna terdapat beberapa komposisi yang dapat membangun keselarasan terhadap suatu bentuk/bidang. Sandiningrat (2011) menjelaskan “dalam sebuah desain, komposisi warna sangat penting, komposisi berarti to compose, yang berarti mengarang, menyusun, atau mengubah” (h.18). Komposisi warna terbagi menjadi 8 yaitu:

1. Warna akromatik 2. Monokrom 3. Komplementer 4. Pastel and dark 5. Analog

6. Clash

7. Split komplementer dan

8. Triangle primer, sekunder dan tersier

Pada perancangan kali ini warna yang akan digunakan adalah warna analog. Warna analog adalah corak warna pada lingkaran warna yang posisinya bersebelahan. Contohnya adalah, warna hijau-kuning, kuning-orange, dan lain lain.

Gambar III.29 Corak warna analog pada lingkaran warna Sumber: utarastudio.wordpress.com (2 Agustus 2015)


(52)

44

Warna ini dipilih karena komposisi warna analog memiliki komposisi warna yang harmonis. Perubahan corak warnanya yang halus dapat memberikan nilai estetik terhadap suatu bidang media.

Gambar III.30 Contoh ilustrasi yang menggunkan komposisi warna analog Sumber: bestvectorart.com (7 Juli 2015)

Selain warna analog jenis warna komplementer juga dipakai dalam beberap bagian pada perancangan kali ini. Sandiningrat (2011) menjelaskan “Komposisi warna kontras komplementer adalah warna warna yang bertentangan tetapi saling melengkapi. Kombinasi ini dibentuk dari warna warna yang berlawanan atau berseberangan pada lingkaran warna. (h.20). Warna komplementer ini digunakan sebagai fokus utama dalam sebuah adegan. Misalkan dalam sebuah adegan peperangan, dengan memberikan warna kontras pada darah bisa memberikan nuansa pertempuran yang sadis atau kejam.

Gambar III.31 Corak warna komplementer pada lingkaran warna Sumber: utarastudio.wordpress.com (2 Agustus 2015)


(53)

45

Gambar III.32 Contoh ilsutrasi dengan menggunakan warna komplemeneter Sumber: bestvectorart.com (7 Juli 2015)


(54)

46 BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA DAN APLIKASI MEDIA

IV.1 Teknis Produksi Media

Dalam proses teknis produksi media, terdapat tahap pra produksi. Tahapan ini merupakan tahapan dimana media dirancang secara teknis sebelum siap untuk diproduksi. Pada tahapan ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:

A. Tahap Sketsa

Sketsa awal adalah proses pencarian bentuk visual yang nantinya akan menjadi dasar dari bentuk visual media informasi ini, proses sketsa gambar mengacu kepada objek gambar yang nantinya akan dijadikan untuk mempermudah dalam menemukan konsep visual yang digunakan.

Konsep visual telah ditentukan sebelumnya yaitu menggunakan gaya dari seni rupa modern khususnya dari gaya kubisme Picasso. Penggarana visual lebih dikhususkan kepada tokoh utama dari cerita buku ilustrasi ini yaitu Rahwana. Setelah menemukan gaya dan bentuk yang tepat selanjutnya ilustrasi dilakukan secara digital sepenuhnya.

Gambar IV.1 Sketsa awal secara manual Sumber: Data Pribadi (2015)


(55)

47 B. Tahap Perancangan Visual

Tahap perancangan adalah tahap di mana dilakukannya proses merancang visual, dalam hal ini konsep visual yang akan dijadikan media informasi berdasarkan bentuk wayang kulit tradisional. Aplikasi yang digunakan dalam pengerjaan secara ilustrasi digital adalah menggunakan Adobe Illustrasi CS 6. Sedangkan aplikasi digital yang digunakan untuk membuat tata letak narasi adalah Adobe Photoshop CS 6.

Gambar IV.2 Pengerjaan ilustrasi dengan dengan Adobe Ilustrasi CS 6 Sumber: Data Pribadi (2015)

Gambar IV.3 Pengerjaan tata letak narasi dengan dengan Adobe Photoshop CS 6 Sumber: Data Pribadi (2015)


(56)

48 Seperti pada konsep sebelumnya yang mengambil dari pagelaran wayang yang bisa dinikmati dengan dua cara, ilustrasi ini akan divisulisasikan seolah-olah bayangan siluet dan ilustrasi secara biasa.

Gambar IV.4 Ilustrasi yang menggunakan visualisasi secara siluet Sumber: Data Pribadi (2015)

Gambar IV.5 Ilutrasi yang divisualisasikan secara biasa tanpa siluet Sumber: Data Pribadi

Perancangan dilakukan dari mulai pembuatan cover depan sampai isi halaman terkahir. Jumlah keseluruhan ilustrasi dan narasi adalah masing-masing sepuluh. Penentuan tersebut diambil dari filosofi Rahwana dengan julukan Dasamuka atau sepuluh wajah.

C. Produksi

Produksi adalah tahapan terakhir dalam teknis media. Pada tahapan ini media sudah dibuat dalam bentuk fisiknya dan siap untuk dipasarkan. Media akan diproduksi ada dua yaitu Media utama yang merupakan berbentuk buku ilustrasi dan media pendukung untuk strategi penjualan seperti pembuatan akun media sosial, poster, x banner, flyer, pembatas buku, kartu, sticker, gantungan kunci.


(57)

49 IV.2 Aplikasi Media Utama

Format desain yang digunakan dalam pembuatan media utama berbentuk buku ilustrasi ini adalah landsape, format desain secara detailnya adalah sebagai berikut; - Ukuran desain: 20 cm x 29 cm

- Tipe file: JPEG

- Dimensions: 4961 x 3508 pixels - Resolusi : 300 dpi

- Color Representation: sRGB

- Jenis kertas sampul: art paper 260 gram

- Jenis kertas halaman: curious ice gold 120 gram - Aplikasi yang digunakan: Adobe Illustrator CS 6

Gambar IV.6Buku ilustrasi Rahwayana Sumber: Data pribadi (2015)

Konsep warna cover dipilih warna merah gelap karena Rahwana biasa digambarkan dengan warna kulit seperti ini. Dengan logo berupa wajah Rahwana di tengahnya. Isi buku terdiri dari 20 halaman. 10 halaman terdiri ilustrasi dan 10 halaman lagi terdiri narasi untuk menjelaskan ilustrasi.

Gambar IV.7Narasidan ilustrasi 1 Sumber: Data pribadi (2015)


(58)

50 Pada ilustrasi yang pertama kesan yang ingin dibangun adalah kesan magis dan mistik karena kekuatan dewa yang merasuki Wisrawa dan Sukesi. Maka warna biru dan ungu dipilih untuk membangun kesan tersebut.

Gambar IV.8Narasidan ilustrasi 2 Sumber: Data pribadi (2015)

Pada ilustrasi yang kedua warna kuning dan coklat yang lebih hangat dipilih untuk membangun kesan kedekatan dan kedamaian antara saudara-saudara Rahwana dengan ayahnya Wirsawa yang sedang berdoa.

Gambar IV.9Narasidan ilustrasi 3 Sumber: Data pribadi (2015)

Warna ungu dengan highlight pada sisi Batara Brahma dipilih untuk memberikan kesan kalo kedatangan Brahma tersebut memiliki kekuatan magis yang sangat kuat karena pada bagian cerita ini Brahma memberikan kekuatan kepada Rahwana.


(59)

51 Gambar IV.10Narasidan ilustrasi 4

Sumber: Data pribadi (2015)

Warna hijau dan biru yang mendominasi pada ilustrasi ke empat ini untuk membangun kesan kengerian dan seram karena cerita ini bertempat di dunia roh.

Gambar IV.11Narasidan ilustrasi 5 Sumber: Data pribadi (2015)

Ilustrasi ini menunjukan keberhasilan Rahwana sebagai raja sehingga warna emas dari matahari terbit dibuat untuk membangun nuansa yang gemilang dan makmur.

Gambar IV.12Narasidan ilustrasi 6 Sumber: Data pribadi (2015)


(60)

52 Ilustrasi ke enam dibuat dengan konsep siluet agar memberikan kesan dramatis karena pada cerita ini Rahwana marah ketika adik perempuan tercintanya dilukai.

Gambar IV.13Narasidan ilustrasi 7 Sumber: Data pribadi (2015)

Kesan yang ingin dimunculkan pada ilustrasi ini adalah nuansa kasmaran. Pada cerita ini Rahwana bertemu dengan Sinta dan ia langsung jatuh cinta padanya.

Gambar IV.14Narasidan ilustrasi 8 Sumber: Data pribadi (2015)

Kesan yang ingin dibangun pada ilustrasi ini pun masih sama dengan sebelumnya yakni mebangun romantis dan juga ingin menunjukan kelembutan dari sifat Rahwana kepada wanita

Gambar IV.15Narasidan ilustrasi 9 Sumber: Data pribadi (2015)


(61)

53 Ilustrasi ke sembilan menceritakan pertempuran sengit antara Rahwana dengan Rama dibawah gerhana. Warna gelap sengaja dibuat untuk menimbulkan kesan kengerian.

Gambar IV.16Narasidan ilustrasi 10 Sumber: Data pribadi (2015)

Adegan terakhir kematian Rahwana. Warna yang dipilih menunjukan waktu pagi hari. Menunjukan akhir kisah dari Rahwana adalah setelah kegelapan menghilang.

IV.3 Aplikasi Media Pendukung  Media sosial dan web

- Media Sosial: Facebook, Instagram, Twitter - Web penerbit: balaipustaka.com

Gambar IV.17 Media Facebook, Twitter, Instagram dan web Sumber: Data pribadi (2015)


(62)

54  Poster

- Ukuran : 42 cm x 59,4 cm - Tipe file : JPEG

- Dimensions : 4961 x 3508 pixels

- Resolusi : 300 dpi

- Color Representation: sRGB

- Bit depth : 24

- vJenis kertas : luster

Gambar IV.18Media poster Sumber: Data pribadi (2015)

 Flyer

Gambar IV.19Media Flyer Sumber: Data pribadi (2015)

- Ukuran : 9,5 cm x 21 cm - Tipe file : JPEG


(63)

55

- Dimensions : 4961 x 3508 pixels

- Resolusi : 300 dpi

- Color Representation: sRGB

- Jenis kertas : art paper 150 gr

X Banner

Gambar IV.20X banner Sumber: Data pribadi (2015)

- Ukuran : 100 cm x 160 cm - Tipe file : JPEG

- Dimensions : 3543 x 9449 pixels

- Resolusi : 300 dpi

- Color Representation: sRGB


(64)

56  Pembatas Buku

Gambar IV.21Pembatas Buku Sumber: Data pribadi (2015)

- Ukuran: 5 cm x 14,9 cm - Tipe file: JPEG

- Dimensions: 591 x 1758 pixels - Resolusi : 300 dpi

- Color Representation: sRGB - Jenis kertas: art paper 310 gr

 Kartu

Gambar IV.22Kartu Karakter Sumber: Data pribadi (2015)

- Ukuran: 5,9 cm x 8,6 cm - Tipe file: JPEG


(65)

57

- Dimensions: 697 x 1016 pixels

- Resolusi : 300 dpi

- Color Representation: sRGB

- Jenis kertas: art paper 310 gr

 Gantungan Kunci

Gambar IV.23Gantungan Kunci Sumber: Data pribadi (2015)

- Diameter: 5,8 cm - Tipe file: PNG

- Dimensions: 827X827 pixels - Resolusi : 300 dpi

- Color Representation: sRGB - Jenis kertas: art paper 210 gr

- Sticker

Gambar IV.26Sticker Sumber: Data pribadi (2015)


(66)

58 Tipe file: PNG

Resolusi : 300 dpi

Color Representation: sRGB Jenis kertas: Sticker


(67)

59 DAFTAR PUSTAKA

Amborse, G., & Harris, P. (2005). Basics Design: Layout. London: AVA. Aminuddin. (1987). Pengantar Apresiasi Sastra. Malang: IKIP Malang.

Burgon & Huffner. (2002). Human Communication. London: Sage Publication. Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Endraswari, S. (2003). Mistik kejawen: sinkretisme, simbolisme, dan sufisme dalam budaya spiritual Jawa. Yogyakarta: Penerbit NARASI.

Effendy, O.U. (1993). Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Kusmiati, R., Artini., dkk. (1999). Teori Dasar Desain Komunikasi Visual. Jakarta: Djambatan.

Maulana, A.E. (2009). Consumer Insight via Ethnography. Erlangga. Jakarta. Nurgiyantoro, B. (2009). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Rajagopalachri. 2012. Kitab Epos Ramayana. Yogyakarta: IrciSoD. Rusdy S.T. (2013). Rahwana Putih. Jakarta: Yayasan Kertagama.

Santosa, S. (2009). Creative Advertising – Petunjuk Teknis Mempersiapkan Iklan Cetak dan Elektronik dengan Efisien. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Santrock. J. W. (2003). Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sihombing, D. (2001). Tipografi Dalam Desain Grafis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Siswandarti. (2009). Panduan Belajar Bahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI. Stevick.P (1967). Theory of the Novel. London: Collier Macmillan Publishers. Sudjarwo, H.S., Sumari., & Wiyono, U. (2010). Rupa & Karakter Wayang Purwa.

Jakarta: Kaki Langit Kencana.

Jurnal

Sandiningrat, Ikhlas. (2011). ”Dimensi Warna“. Tinjauan Komposisi Warna Pada Elemen Visual Cover Majalah Hai Tahun 1981, h. 17


(68)

(69)

62 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Wildan Rayusman Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 13 Juni 1993 Jenis Kelamin : Laki - laki

Agama : Islam

Pendidikan : - SD Negeri 2 Cimareme - SMP Negeri 1 Padalarang - SMA Negeri 1 Cimahi

Alamat : Jl. Stasiun Padalarang No.56 Desa Kertamulya

Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat Email : danprojectstudio@yahoo.co.id


(1)

 Pembatas Buku

Gambar IV.21Pembatas Buku Sumber: Data pribadi (2015) - Ukuran: 5 cm x 14,9 cm

- Tipe file: JPEG

- Dimensions: 591 x 1758 pixels - Resolusi : 300 dpi

- Color Representation: sRGB

- Jenis kertas: art paper 310 gr

 Kartu

Gambar IV.22Kartu Karakter Sumber: Data pribadi (2015) - Ukuran: 5,9 cm x 8,6 cm


(2)

- Dimensions: 697 x 1016 pixels - Resolusi : 300 dpi

- Color Representation: sRGB - Jenis kertas: art paper 310 gr

 Gantungan Kunci

Gambar IV.23Gantungan Kunci Sumber: Data pribadi (2015)

- Diameter: 5,8 cm - Tipe file: PNG

- Dimensions: 827X827 pixels

- Resolusi : 300 dpi

- Color Representation: sRGB

- Jenis kertas: art paper 210 gr


(3)

Tipe file: PNG Resolusi : 300 dpi

Color Representation: sRGB Jenis kertas: Sticker


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amborse, G., & Harris, P. (2005). Basics Design: Layout. London: AVA. Aminuddin. (1987). Pengantar Apresiasi Sastra. Malang: IKIP Malang.

Burgon & Huffner. (2002). Human Communication. London: Sage Publication. Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Endraswari, S. (2003). Mistik kejawen: sinkretisme, simbolisme, dan sufisme dalam budaya spiritual Jawa. Yogyakarta: Penerbit NARASI.

Effendy, O.U. (1993). Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Kusmiati, R., Artini., dkk. (1999). Teori Dasar Desain Komunikasi Visual. Jakarta: Djambatan.

Maulana, A.E. (2009). Consumer Insight via Ethnography. Erlangga. Jakarta. Nurgiyantoro, B. (2009). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Rajagopalachri. 2012. Kitab Epos Ramayana. Yogyakarta: IrciSoD. Rusdy S.T. (2013). Rahwana Putih. Jakarta: Yayasan Kertagama.

Santosa, S. (2009). Creative Advertising – Petunjuk Teknis Mempersiapkan Iklan Cetak dan Elektronik dengan Efisien. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Santrock. J. W. (2003). Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sihombing, D. (2001). Tipografi Dalam Desain Grafis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Siswandarti. (2009). Panduan Belajar Bahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI. Stevick.P (1967). Theory of the Novel. London: Collier Macmillan Publishers. Sudjarwo, H.S., Sumari., & Wiyono, U. (2010). Rupa & Karakter Wayang Purwa.

Jakarta: Kaki Langit Kencana.


(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Wildan Rayusman

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 13 Juni 1993

Jenis Kelamin : Laki - laki

Agama : Islam

Pendidikan : - SD Negeri 2 Cimareme

- SMP Negeri 1 Padalarang - SMA Negeri 1 Cimahi

Alamat : Jl. Stasiun Padalarang No.56 Desa Kertamulya

Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat

Email : danprojectstudio@yahoo.co.id