4
BAB II PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI
Kegiatan Pembelajaran pada anak usia dini harus disesuaikan dengan beberapa hal, yakni:
A. Karakteristik cara belajar anak usia dini.
1. Anak belajar secara bertahap.
Anak pembelajar alami dan sangat senang belajar. Anak belajar sejak lahir. Anak senang mencari pemecahan dari masalah yang
dihadapinya.
Anak belajar mulai dengan cara:
bertahap sesuai dengan tingkat kematangan perkembangan berpikirnya.
mulai segala sesuatu yang bersifat konkrit ke abstrak.
cara anak
belajar
Berta hap
Ber sifat
khas
Berba gai cara
Belajar dari
bersosia lisasi
5
Menggunakan seluruh inderanya: menarik, mendorong, merasakan, mencicipi, menemukan, menggerak-gerakan
dengan berbagai cara yang disukainya.
2. Cara berpikir anak bersifat khas.
Cara anak berpikir berakar dari pengalamannya sehari-
hari. Sumber pengalaman anak didapat dari:
pengalaman sensory dengan menggunakan
seluruh inderanya penglihatan, pendengaran,
penghidu, perasa, pengecap
pengalaman berbahasa saat mereka berkomunikasi
dengan teman, orang tua, guru atau orang lain pengalaman budaya dalam bentuk kebiasaan di rumah, nilai
yang diterapkan dalam keluarga termasuk yang berlaku di lingkungan
pengalaman sosial dari teman sepermainan, perilaku orang dewasa, dll
pengalaman yang bersumber dari media masa, misal dari surat kabar, majalah, televisi, radio, dll.
Anak cenderung melihat sesuatu berpusat pada dirinya sendiri dan memandang benda seperti manusia. Misalnya saat anak melihat
6
batu yang akan diinjak temannya, anak berkata, “Jangan diinjak
ya, nanti batunya sakit ”.
3. Anak belajar dengan berbagai
cara.
Anak senang mengamati dan menggunakan mainannya dengan
berbagai cara. Misalnya mobil- mobilan dapat digerakan maju
mundur, dimainkan
rodanya, dibongkar, dll.
Seringkali orang dewasa hanya menginginkan anak bermain seperti yang dipikirkan mereka.
4. Anak belajar saat bersosialisasi.
Anak belajar banyak pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi
dengan lingkungannya. Kemampuan berbahasa,
kemampuan sosial-
emosional, dan kemampuan lainnya berkembang pesat bila anak diberi
kesempatan bersosialisasi dengan teman, benda, alat main, dan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Contoh: Bernus memukul-mukul dinding dengan tangan, sekali-kali ia juga memukul menggunakan alat atau menjejakkan kakinya. Selintas ia sedang
berbuat yang dapat merusak dinding. Tetapi saat ditanya, Bernus menjawab, “Aneh ya kalau dipukul tangan suaranya dung-dung, kalau pake
pensil jadi tek tek, tapi kalau
pake kaki jadi bum-bum. ” Ternyata Bernus
sedang melakukan percobaan perubahan bunyi pada dinding.
7
B. Prinsip-Prinsip Pembelajaran PAUD