Pengobatan Psikososial Penatalaksanaan .1 Psikofarmakologi

Klien dengan skizofrenia dapat meningkatkan kompetensi sosial mereka dengan pelatihan keterampilan sosial, yang diterjemahkan ke dalam fungsi yang lebih efektif di masyarakat. Pelatihan keterampilan sosial dasar melibatkan perilaku sosial yang kompleks menjadi langkah-langkah sederhana, berlatih melalui role-playing, dan menerapkan konsep-konsep pengaturan dalam masyarakat atau dunia nyata. Pelatihan adaptasi kognitif digunakan untuk mendukung lingkungan yang dirancang untuk meningkatkan fungsi adaptif dalam pengaturan rumah. Individual disesuaikan mendukung lingkungan seperti tanda- tanda, kalender, perlengkapan kebersihan, dan wadah pil isyarat klien untuk melakukan tugas-tugas yang terkait Velligan, et al., 2006. Sebuah terapi baru, cognitive enhancement therapy CET, menggabungkan pelatihan kognitif berbasis komputer dengan sesi kelompok yang memungkinkan klien untuk berlatih dan mengembangkan keterampilan sosial. Pendekatan ini dirancang untuk memulihkan atau memperbaiki defisit sosial dan neurokognitif klien, seperti perhatian, memori, dan pengolahan informasi. Latihan pengalaman membantu klien untuk mengambil perspektif orang lain, daripada fokus sepenuhnya pada diri. Hasil positif dari CET meliputi peningkatan stamina mental, aktif bukan pasif pengolahan informasi, dan negosiasi spontan dan tepat tantangan sosial tanpa latihan Hogarty, Hogarty, Greenwald, Keshavan, Eack, 2011 Pendidikan keluarga dan terapi yang dikenal untuk mengurangi dampak negatif dari skizofrenia dan mengurangi tingkat kekambuhan Penn, Waldheter, Perkins, Mueser, Lieberman, 2005. Meskipun masuknya keluarga merupakan faktor yang meningkatkan hasil bagi klien, keterlibatan keluarga sering diabaikan oleh para profesional perawatan kesehatan. Keluarga sering memiliki waktu yang sulit menghadapi kompleksitas dan konsekuensi dari penyakit klien. Hal ini menciptakan stres di antara anggota keluarga yang tidak menguntungkan bagi anggota klien atau keluarga. Pendidikan keluarga membantu untuk membuat anggota keluarga bagian dari tim pengobatan. 2.2 Pengertian Halusinasi 2.2.1 Definisi Halusinasi Halusinasi adalah pencerapan persepsi tanpa adanya rangsang apa pun pada pancaindra seseorang,yang terjadi pada kesadaran sadarbangun dasarnya munkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik Maramis, 1990. Oleh karena itu secara singkat halusinasi adalah persepsi atau pengalaman palsu. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi; halusinasi merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, penciuman, perabaan atau penghidungan. Klien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada Keliat, 2010.

2.2.2 Jenis Halusinasi

Menurt Stuart 2007, halusinasi dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu : a. Halusinasi pendengaran : karakteristiknya ditandai dengan mendengar suara terutama suara-suara orang biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu. b. Halusinasi penglihatan : karakteristiknya yaitu dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun atau panorama yang luas dan kompleks, penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan. c. Halusinasi penghidu : karakteristiknya ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikan seperti : darah, urine atau feses. Kadang- kadang terhirup bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia. d. Halusinasi peraba : karakteristiknya ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain. e. Halusinasi pengecap : karakteristiknya ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan. f. Halusinasi sinestetik : karakteristiknya ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine Prabowo, 2014.

2.2.3 Fase Halusinasi

Fase halusinasi menurut Dermawan Rusdi, 2013 sebagai berikut :

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tak Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah PROVSU Medan

20 138 91

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL MARAH PADA PASIEN Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Terhadap Kemampuan Mengontrol Marah Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

0 1 17

PENDAHULUAN Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Terhadap Kemampuan Mengontrol Marah Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

0 0 5

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL MARAH PADA PASIEN Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Terhadap Kemampuan Mengontrol Marah Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

0 0 17

PERUBAHAN KEMAMPUAN KOGNITIF KLIEN SKIZOFRENIA SETELAH DIBERIKAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.

0 0 8

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA KLIEN HALUSINASI DI RUANG CENDRAWASIH DAN RUANG GELATIK RS JIWA PROF HB SAANIN PADANG TAHUN 2012.

0 0 10

174 Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia di ruang rawat inap arjuna rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi Vevi Suryenti S.Kep, M.Kep1 , Eka Vita Sari

1 1 10

Gambaran Kemampuan Mengontrol Halusinasi Klien Skizofrenia di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi

1 10 8

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA KLIEN HALUSINASI DI RUANG SAKURA RSUD BANYUMAS

0 0 14

EFEKTIFITAS TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN KLIEN HALUSINASI PENDENGARAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

0 1 10