136 Kelas XII SMAMA
yaitu Tipe A, B C. Kegiatan Puskesmas saat itu dikenal dengan istilah ’Basic’.
Ada Basic 7, Basic 13 Health Service yaitu : KIA, KB, Gizi Mas, Kesling, P3M,
PKM, BP, PHN, UKS, UHG, UKJ, Lab, Pencatatan dan Pelaporan. Pada tahun
1969, Tipe Puskesmas menjadi A B. Pada tahun 1977 Indonesia ikut menandatangi
kesepakatan Visi : ”Health For All By The Year 2000”, di Alma Ata, negara bekas
Federasi Uni Soviet, pengembangan dari konsep ”Primary Health Care”. Tahun
1979 Puskesmas tidak ada pen’tipe’an, dan dikembangkan piranti manajerial perencanaan dan penilaian Puskesmas
yaitu ’ Micro Planning
’ dan Stratiikasi Puskesmas. Pada tahun 1984 dikembangkan Posyandu, yaitu pengembangan dari pos
penimbangan dan kurang gizi. Posyandu dengan 5 programnya yaitu, KIA, KB, Gizi, Penanggulangan Diare dan Imunisasi. Posyandu bukan
saja untuk pelayanan balita tetapi juga untuk pelayanan ibu hamil. Bahkan pada waktu-waktu tertentu untuk promosi dan distribusi Vit.A, Fe, Garam
Yodium, dan suplemen gizi lainnya. Bahkan Posyandu saat ini juga menjadi andalah kegiatan penggerakan masyarakat mobilisasi sosial
seperti PIN, Campak, dan Vit A.
Perkembangan puskesmas menampakan hasilnya pada era Orde Baru, salah satu indikatornya adalah semakin baiknya tingkat kesehatan. Pada
sensus 1971 hanya ada satu dokter untuk melayani 20,9 ribu penduduk. Sensus 1980, menunjukkan bahwa satu tenaga dokter untuk 11,4 ribu
penduduk.
C. Integrasi Timor-Timur
Sumber : Atlas Nasional Indonesia, Bakosurtanal, 2011
Gambar 4.10 Puskesmas
Sumber: Deppen, 1975 Gambar 4.11 Guntingan
berita tentang referendum di Timor-Timur
Di unduh dari : Bukupaket.com
Sejarah Indonesia 137
Integrasi Timor-Timur ke dalam wilayah Indonesia tidak terlepas dari situasi politik internasional saat itu, yaitu perang dingin dimana konstelasi geopolitik
kawasan Asia Tenggara saat itu terjadi perebutan pengaruh dua blok yang sedang bersaing pada saat itu yaitu Blok Barat Amerika Serikat dan Blok
Timur Uni Soviet . Dengan kekalahan Amerika Serikat di Vietnam pada tahun 1975, berdasarkan teori domino yang diyakini oleh Amerika Serikat
bahwa kejatuhan Vietnam ke tangan kelompok komunis akan merembet ke wilayah–wilayah lainnya. Berdirinya pemerintahan Republik Demokratik
Vietnam yang komunis dianggap sebagai ancaman yang bisa menyebabkan jatuhnya negara-negara di sekitarnya ke tangan pemerintahan komunis.
Kemenangan komunis di Indocina Vietnam secara tidak langsung juga membuat khawatir para elit Indonesia khususnya pihak militer. Pada saat
yang sama di wilayah koloni Portugis Timor-Timur yang berbatasan secara langsung dengan wilayah Indonesia terjadi krisis politik. Krisis itu sendiri
terjadi sebagai dampak kebebasan yang diberikan oleh pemerintah baru Portugal di bawah pimpinan Jenderal Antonio de Spinola. Ia telah melakukan
perubahan dan berusaha mengembalikan hak-hak sipil, termasuk hak demokrasi masyarakatnya, bahkan dekolonisasi.
Di Timor-Timur muncul tiga partai politik besar yang memanfaatkan kebebasan yang diberikan oleh pemerintah Portugal. Ketiga partai politik itu adalah: 1
Uniao Democratica Timorense UDT-Persatuan Demokratik Rakyat Timor yang ingin merdeka secara bertahap. Untuk tahap awal UDT menginginkan
Timor-Timur menjadi negara bagian dari Portugal: 2 Frente Revoluciondria de Timor Leste Independente Fretilin-Front Revolusioner Kemerdekaan
Timor-Timur yang radikal –Komunis dan ingin segera merdeka; dan 3 Associacau Popular Democratica Timurense Apodeti- Ikatan Demokratik
Popular Rakyat Timor yang ingin bergabung dengan Indonesia. Selain itu terdapat dua Partai kecil, yaitu Kota dan Trabalista. Ketiga partai tersebut
saling bersaing, bahkan timbul konlik berupa perang saudara. Pada tanggal 31 Agustus 1974 ketua umum Apodeti, Arnaldo dos Reis Araujo,
menyatakan partainya menghendaki bergabung dengan Republik Indonesia sebagai provinsi ke-27. Pertimbangan yang diajukan adalah rakyat di kedua
wilayah tersebut mempunyai persamaan dan hubungan yang erat, baik secara
historis dan etnis maupun geograis. Menurutnya integrasi akan menjamin stabilitas politik di wilayah tersebut. Pernyataan tokoh Apodeti itu mendapat
respons yang cukup positif dari para elit politik Indonesia, terutama dari kalangan elit militer, yang pada dasarnya memang merasa khawatir jika
Di unduh dari : Bukupaket.com
138 Kelas XII SMAMA
Timor-Timur yang berada di “halaman belakang” jatuh ke tangan komunis. Meskipun demikian, pemerintah Indonesia tidak serta merta menerima begitu
saja keinginan orang-orang Apodeti.
Sumber : Anhar Gonggong dan Musa Asy ‘arie, 2005 Gambar 4.12 Demonstrasi masyarakat Timor-Timur yang menginginkan integrasi
Keterlibatan Indonesia secara langsung di Timor-Timur terjadi setelah adanya permintaan dari para pendukung “Proklamasi Balibo”, yang terdiri UDT
bersama Apodeti, Kota dan Trabalista. Keempat partai itu pada tanggal 30 November 1975 di kota Balibo mengeluarkan pernyataan untuk bergabung
dengan pemerintahan Republik Indonesia. Pada tanggal 31 Mei 1976 DPR Timor-Timur mengeluarkan petisi yang isinya mendesak pemerintah Republik
Indonesia agar secepatnya menerima dan mengesahkan bersatunya rakyat dan wilayah Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia.
Atas keinginan bergabung rakyat Timor Timur dan permintaan bantuan yang diajukan, pemerintah Indonesia lalu menerapkan “Operasi Seroja” pada
Desember 1975. Operasi militer ini diam-diam didukung oleh Amerika Serikat AS yang tidak ingin pemerintahan komunis berdiri di Timor Timur. Pada
masa itu Perang Dingin antara AS dengan Uni Sovyet yang komunis memang tengah berlangsung.
Bersamaan dengan operasi-operasi keamanan yang dilakukan, pemerintah Indonesia dengan cepat juga menjalankan proses pengesahan Timor Timur
ke dalam wilayah Indonesia dengan mengeluarkan UU no. 7 Tahun 1976 tentang Pengesahan Penyatuan Timor Timur ke dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia NKRI dan pembentukan Daerah Tingkat I Timor Timur. Pengesahan ini akhirnya diperkuat melalui Tap MPR nomor IVMPR1978.
Timor Timur secara resmi menjadi propinsi ke 27 di wilayah negara kesatuan Republik Indonesia.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Sejarah Indonesia 139
Negara-negara tetangga dan pihak Barat, termasuk Amerika Serikat dan Australia dengan alasannya masing-masing umumnya mendukung tindakan
Indonesia. Kekhawatiran akan jatuhnya Timor-Timur ke tangan komunis membuat negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat dan Australia
secara diam-diam mendukung tindakan Indonesia. Mereka secara de-facto dan selanjutnya de-jure integrasi Timor-Timur ke wilayah Indonesia. Akan
tetapi, penguasaan Indonesia terhadap wilayah itu ternyata menimbulkan banyak permasalahan yang berkelanjutan, terutama setelah berakhirnya
“perang dingin” dan runtuhnya Uni Soviet.
TUGAS Setelah berakhirnya “perang dingin”, integrasi Timor-Timur ke Indonesia
kembali dipermasalahkan oleh dunia internasional. Buat tulisan yang berisi analisis mengenai permasalahan apa saja yang terjadi
di Timor-Timur sehingga Indonesia menjadi sorotan di dunia internasional tersebut.
D. Dampak Kebijakan Politik dan Ekonomi Masa Orde Baru