5
BAB II DASAR TEORI
2.1 Konsep Dasar  Energi Angin
Energi  angin  telah  lama  dikenal  dan  dimanfaatkan  manusia,  namun energi angin hanya memenuhi sebagian kecil dari kebutuhan akan energi. Dengan
demikian  kemajuan  teknologi,  penggunaan  energi  angin  makin  meningkat  dan biaya penggunaannya semakin murah. Contoh penggunaan energi angin ini adalah
Pembangkit  Listrik  Tenaga  Bayu    PLTB    yang  menggunakan  angin  sebagai sumber  tenaga  listrik,    perahu-  perahu  layar  menggunakan  energi  ini  untuk
melewati  perairan,  dan  banyak  contoh-contoh  lainnya.  Pada  asasnya  angin merupakan  udara  yang  bergerak  yang  disebabkan  oleh  rotasi  bumi  dan  disertai
perbedaan  tekanan  udara  sekitar.  Angin  selalu  bergerak  dari  tempat  bertekanan tinggi ke tempat  bertekanan rendah.
Pada  umumnya  kecepatan  angin  dipengaruhi  oleh  letak  tempat  dan ketinggiannya. Bila letak tempatnya di daerah khatulistiwa maka angin akan lebih
cepat  dibandingkan  dengan  letak  tempatnya  jauh  dari  khatulistiwa.  Begitu  pula ketinggianya. Semakin tinggi tempatnya semakin kencang juga anginnya. Hal ini
disebabkan  oleh,  semakin  tinggi  suatu  tempat  maka,  gaya  gesekan  yang  di pengaruhi
oleh permukaan
bumi yang
tidak datar
semakin kecil.
.
2.2 Kincir Angin
Kincir  angin adalah  sebuah  alat  yang  mampu  memanfaatkan  kekuatan
angin  untuk  dirubah  menjadi  kekuatan  mekanik.  Dari  proses  itu  memberikan kemudahan  berbagai  kegiatan  manusia  yang  memerlukan  tenaga  yang  besar
seperti  memompa air
untuk  mengairi sawah
atau  menggiling  biji-bijian.  Kincir angin  modern  adalah  mesin  yang  digunakan  untuk  menghasilkan  energi
listrik, disebut  juga  dengan
turbin  angin.  Turbin  angin  kebanyakan  ditemukan di
Eropa dan
Amerika Utara. Secara umum kincir angin digolongkan menjadi dua jenis  menurut  porosnya  yaitu  :  kincir  angin  poros  horisontal  dan  kincir  angin
poros  vertikal.  Beberapa  jenis  dari  kincir  poros  horizontal  dan  vertikal  dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini.
Gambar 2.1 Jenis – jenis kincir menurut porosnya
Sumber : http:2.bp.blogspot.com
,
diskses 14 Februari 2015
2.2.1 Kincir Angin Poros Horisontal
Kincir  Angin  Poros  Horizontal  atau  Horizontal  Axis  Wind  Turbin HAWT adalah kincir angin  yang memiliki  poros  utama  sejajar  dengan  tanah
dan  arah  poros  utama  sesuai  dengan  arah  angin.  Kincir angin  poros horisontal ini  memiliki  jumlah  sudu  minimal  dua  dan  bisa  lebih  dari  dua,  kincir  angin
ini  dapat  berputar  dikarenakan  adanya  gaya  aeorodinamis  yang  bekerja  pada suatu  kincir.
Beberapa jenis kincir angin poros horizontal yang telah banyak dikenal diantaranya ditunjukan pada Gambar 2.2 dan 2.3.
Gambar 2.2 Jenis kincir angin poros horizontal American Multiblade. Sumber : wikimedia.org, diakses 14 Februari 2015
Gambar 2.3 jenis kincir angin poros horizontal Propeller. Sumber : http : www.ecowatchcanada.wordpress.com, diakses 14
Februari 2015 Kincir angin poros horizontal memiliki kekurangan dan kelebihan masing -
masing. Kelebihan kincir angin poros horizontal:
1. Memiliki faktor keamanan yang lebih baik karena posisi sudu yang
berada diatas menara. 2.
Mampu mengkonversikan energi angin pada kecepatan tinggi. 3.
Tidak  memerlukan  karateristik  angin  karena  arah  angin  langsung menuju rotor.
4. Setiap sepuluh meter ke atas, kecepatan angin meningkat sebesar 20.
Kekurangan yang dimiliki oleh kincir angin poros horizontal: 1.
Menara  yang  tinggi  serta  bilah  yang  panjang  sulit  diangkut  dan  juga memerlukan  biaya  besar  untuk  pemasangannya,  bisa  mencapai  20
dari seluruh biaya peralatan turbin angin.
2. Perlu adanya mekanisme tambahan untuk menyesuaikan dengan arah
angin sirip penggerak atau sensor elektrik
2.2.2 Kincir Angin Poros Vertikal
Kincir  angin  poros  vertikal  atau  Vertikal  Axis  Wind  Turbin  VAWT adalah  salah  satu  jenis  kincir  angin  yang  posisi  porosnya  tegak  lurus  dengan
arah  angin  atau  dengan  kata  lain  kincir  jenis  ini  dapat  mengkonversi  tenaga angin  dari  segala  arah  kecuali  arah  angin  dari  atas  atau  bawah.  Kincir  jenis
ini  menghasilkan  torsi  yang  lebih besar dari pada kincir angin poros horisontal. Beberapa  jenis  kincir  angin  poros  vertikal  yang  telah  banyak
dikenal  diantaranya ditunjukkan pada Gambar 2.4 dan 2.5.
Gambar 2.4 kincir angin poros vertical jenis  Darrieus Sumber :
http:www.symscape.com diakses 16 Februari 2015
Gambar 2.5 Kincir angin poros vertical jenis Savonius. Sumber :
http:coolmyplanet.org diakses 16 Februari 2015
Kincir Angin poros vertikal memiliki kekurangan dan kelebihan  masing – masing
antara lain : Kelebihan kincir angin poros vertikal:
1. Tidak membutuhkan struktur menara yang besar.
2. Memiliki torsi yang besar pada putaran rendah.
3. Dapat menerima arah angin dari segala arah.
4. Tidak  perlu  mengatur  sudut  –  sudut  untuk  menggerakan  sebuah
generator. 5.
Dapat bekerja pada putaran rendah. Kelemahan kincir angin poros vertikal:
1. Bekerja  pada  putaran  rendah,  sehingga  energi  angin  yang  dihasilkan
kecil. 2.
Dipasang ditempat rendah maka faktor keselamatan perlu diperhatikan.
2.3 Grafik Hubungan Antara Cp Terhadap Tsr
Menurut Albert Betz, ilmuan Jerman, bahwa koefisien daya maksimal dari kincir  angin  adalah  sebesar  59  seperti  yang  terlihat  pada  Gambar  2.3.  Batas
maksimal  tersebut  dikenal  dengan  Betz  limit.  Untuk  lebih  jelasnya  dapat  dilihat pada Gambar  2.6.
Gambar 2.6 Grafik hubungan antara C
p
dan TSR untuk berbagai jenis kincir Sumber: gunturcupletz.blogspot.com diakses 21 Februari 2015
2.4  Rumus Perhitungan
Sub –  sub  bab  dibawah  ini  adalah  rumus–rumus  yang  digunakan  untuk
melakukan  perhitungan  dan analisis kerja kincir angin yang diteliti.
2.4.1 Energi Angin
Angin  adalah  fluida  yang  bergerak  sehingga  memiliki  energi  kinetik, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
E
k
= 0,5m v 2
1
dengan : E
k
= energi kinetik joule. m  = massa udara kg.
v  = kecepatan angin ms. Daya    adalah    energi    persatuan    waktu,    sehingga    dapat    di    tuliskan
sebagai berikut: P
in
=0,5 m v 2
2 dengan:
P
in
= daya angin watt. m  =  massa udara yang mengalir dalam waktu tertentu kgs.
dengan: m=
ρ A v 3
dengan: ρ  =  massa jenis udara kgm3.
A = luas penampang  yang membentuk sebuah lingkaran  m 2
. Dengan  menggunakan  Persamaan   3 ,  maka  daya  angin   P
in
dapat dirumuskan menjadi :
P
in
= 0,5 ρAvv2,
yang dapat disederhanakan menjadi :
P
in
=  0,5 ρ A v3
4
2.4.2 Perhitungan Torsi dan Daya
Untuk  mengetahui  perbedaan  unjuk  kerja  dari  setiap  sudut kemiringan  sudu  yang  divariasikan,  maka  perlu  mencari  torsi  dinamis  dan
daya yang dihasilkan oleh kincir.
2.4.2.1 Torsi
Torsi  merupakan  hasil  perkalian  vektor  antara  jarak  sumbu  putar dengan  gaya  yang  bekerja  pada  titik  yang  berjarak  tertentu    dari    sumbu  pusat.
Pada  penelitian  ini  digunakan  mekanisme  pengereman,  sehingga  dapat dirumuskan sebagai berikut :
T = F r 5
dengan: T = torsi dinamis yang dihasilkan dari putaran poros Nm.
F = gaya pada poros akibat puntiran N. r  = jarak lengan torsi ke poros m.
2.4.2.1 Daya kincir
Pada    umumnya    perhitungan    untuk    menghitung    daya    pada    gerak melingkar dapat dituliskan sebagai berikut :
P
out
=  T ω
6
dengan : T  = torsi dinamis Nm.
ω = kecepatan sudut  ω didapatkan dari
n rpm =
= n
ω = rads
Dengan     ini    untuk     daya     yang    dihasilkan    oleh    kincir     dapat dinyatakan dengan persamaan yaitu :
P
out
=T rads
7 dengan :
P
out
= Daya yang dihasilkan kincir angin watt. n   = Putaran poros rpm.
2.4.3 Tip Speed Ratio
Tip  speed  ratio    TSR    adalah  perbandingan  antara  kecepatan ujung sudu kincir angin dengan kecepatan angin.
Kecepatan di ujung sudu  v
t
dapat dirumuskan sebagai : v
t
= 8
dengan : V
t
= kecepatan ujung sudu ω  = kecepatan sudut rads.
r = Jari-jari kincir m. sehingga tsrnya dapat dirumuskan dengan :
tsr =
9 dengan :
r = jari – jari kincir m.
n = putaran poros kincir tiap menit rpm. v = kecepatan angin ms.
2.4.4 Koefisiensi Daya
Koefisien  daya  C
p
adalah  pebandingan  antara  daya  yang  dihasilkan oleh  kincir  P
out
dengan  daya  yang  disediakan  oleh  angin  P
in
,  sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
C
p
= 100
10 dengan :
C
p
= koefisien daya . P
out
= daya yang dihasilkan oleh kincir watt. P
in
= daya yang dihasilkan oleh angin watt.
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Dalam  penelitian  ini  data  yang  diperlukan  dapat  diperoleh  melalui  tiga metode yaitu :
1. Penelitian Kepustakaan Library Research
Penelitian  kepustakaan  adalah  penelitian  untuk  landasan  teori dan  tugas  akhir  dengan  cara  membaca  literatur  -  literatur  yang
berhubungan  dengan  penulisan  tugas  akhir  ini  serta  dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
2. Pembuatan alat
Pembuatan  alat  uji  berupa  kincir  angin  tipe  American  multi- blade  dilakukan  sebelum  penelitian,  kemudian  kincir  dipasang  pada
wind  tunnel  sederhana  beserta  motor  sebagai  sumber  angin  untuk memutar kincir.
3. Pengamatan secara langsung   observasi
Pengamatan  dengan  metode  observasi  adalah  dengan melakukan  pengamatan  secara  langsung  terhadap  objek  yang  diteliti
dalam hal ini adalah kincir angin tipe American multi-blade pada wind tunnel.
3.2. Peralatan pengujian