Tiga model kincir angin american multi-blade sebelas sudu dari bahan dasar aluminium dengan pitch angle 10, 20 dan 30 derajat.
INTISARI
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan energi pun akan semakin meningkat. Meningkatnya kebutuhan energi ternyata tidak diimbangi dengan sumber daya fosil yang semakin berkurang. Energi angin adalah sumber energi terbarukan yang murah dan mudah untuk dimanfaatkan, untuk memanfaatkan energi angin diperlukan alat untuk mengkonversi energi kinetik dari angin menjadi energi mekanik yaitu kincir angin. Unjuk kerja kincir angin dipengaruhi oleh salah satunya yaitu pitch angle. Karena itu diperlukan penelitian yang bertujuan menyelidiki unjuk kerja dari tiga model kincir angin
American multi-blade.
Model-model kincir angin yang diteliti adalah model kincir sebelas sudu dengan bahan dasar aluminium berdiameter 80 cm dengan variasi pitch angle 100, 200 dan 300. Penelitian dilakukan menggunakan terowongan angin (wind tunnel) yang ada pada Laboratorium Konversi Energi Universitas Sanata Dharma Yogjakarta. Data yang diambil saat penelitian adalah kecepatan angin, putaran kincir dan gaya pengimbang torsi. Dari data tersebut dapat dihitung daya kincir, koefisien daya dan tip speed ratio (TSR) untuk setiap model kincir angin yang diteliti.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa model kincir angin dengan pitch
angle 100 menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 4,8% pada tip speed
ratio optimal 0,85. Model kincir angin dengan pitch angle 200dapat menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 11,6% pada tip speed ratio optimal 1,0. Untuk model kincir angin dengan pitch angle 300 dapat menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 16,8% pada tip speed ratio optimal 0,92. Dari ketiga model kincir angin, model kincir angin dengan pitch angle 300 adalah yang terbaik dengan menghasilkan koefisien dayamaksimal sebesar 16,8% pada tip speed ratio optimal 0,92.
(2)
TIGA MODEL KINCIR ANGIN AMERICAN MULTI-BLADE
SEBELAS SUDU DARI BAHAN DASAR ALUMINIUM
DENGAN PITCH ANGLE 10
0, 20
0DAN 30
0SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1
Program Studi Teknik Mesin
Oleh :
WAHYU BAYU AJI NIM : 115214007
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(3)
THREE MODELS
MULTI-BLADE
MATERIAL
Presente t MECHANIC MECHAN FACULT SA iiDELS OF ELEVEN BLADES OF AMER
DE WIND MILL MADE FROM ALUM
AL WITH 10
0, 20
0AND 30
0PITCH ANG
FINAL PROJECT
nted as partial fullfilment of the requirement to obtain the Sarjana Teknik degree
in Mechanical Engineering
By :
WAHYU BAYU AJI Student Number: 115214007
NICAL ENGINEERING STUDY PROGRA ANICAL ENGINEERING DEPARTMENT LTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA 2015
ERICAN
MINUM
NGLE
t AM ENT Y(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
vii
INTISARI
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan energi pun akan semakin meningkat. Meningkatnya kebutuhan energi ternyata tidak diimbangi dengan sumber daya fosil yang semakin berkurang. Energi angin adalah sumber energi terbarukan yang murah dan mudah untuk dimanfaatkan, untuk memanfaatkan energi angin diperlukan alat untuk mengkonversi energi kinetik dari angin menjadi energi mekanik yaitu kincir angin. Unjuk kerja kincir angin dipengaruhi oleh salah satunya yaitu pitch angle. Karena itu diperlukan penelitian yang bertujuan menyelidiki unjuk kerja dari tiga model kincir angin American
multi-blade.
Model-model kincir angin yang diteliti adalah model kincir sebelas sudu dengan bahan dasar aluminium berdiameter 80 cm dengan variasi pitch angle 100, 200 dan 300. Penelitian dilakukan menggunakan terowongan angin (wind tunnel) yang ada pada Laboratorium Konversi Energi Universitas Sanata Dharma Yogjakarta. Data yang diambil saat penelitian adalah kecepatan angin, putaran kincir dan gaya pengimbang torsi. Dari data tersebut dapat dihitung daya kincir, koefisien daya dan
tip speed ratio (TSR) untuk setiap model kincir angin yang diteliti.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa model kincir angin dengan pitch angle 100menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 4,8% pada tip speed ratio optimal 0,85. Model kincir angin dengan pitch angle 200dapat menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 11,6% pada tip speed ratio optimal 1,0. Untuk model kincir angin dengan pitch angle 300 dapat menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 16,8% pada tip speed ratio optimal 0,92. Dari ketiga model kincir angin, model kincir angin dengan pitch angle 300 adalah yang terbaik dengan menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 16,8% pada tip speed ratio optimal 0,92.
(9)
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan
sebaik-baiknya.
Tugas akhir ini adalah salah satu syarat yang wajib diselesaikan bagi setiap
mahasiswa program studi Teknik Mesin. Tugas akhir ini dilaksanakan dalam rangka
memenuhi syarat kelulusan untuk mendapat gelar sarjana S-1 untuk Program Studi
Teknik mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini penulis mendapat banyak bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc. Selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ir. PK. Purwadi, S.T. ,M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Budi Setyahandana, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
4. Ir. Rines, M.T. selaku Dosen Pembimbing TA
5. R.B. Dwiseno Wihadi, S.T., M.si. dan Doddy Purwadianto, S.T., M.T. selaku
Kepala Laboratorium Proses Produksi dan Konversi Energi.
6. Pak Intan dan pak Martono selaku Laboran Laboratorium Proses Produksi dan
(10)
(11)
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
TITLE PAGE ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
DAFTAR DEWAN PENGUJI... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR... v
LEMBAR PUBLIKASI ... vi
INTISARI... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan ... 3
1.4 Batasan Masalah... 3
1.5 Manfaat ... 3
BAB II DASAR TEORI 2.1 Angin... 5
2.2 Energi Angin ... 5
2.3 Kincir Angin ... 5
2.3.1 Kincir Angin Sumbu Horizontal ... 6
2.3.2 Kincir Angin Sumbu Vertikal ... 10
2.4 Grafik Hubungan Antara CpTerhadap TSR ... 13
(12)
xi
2.5.1 Rumus Energi Kinetik... 13
2.5.2 Rumus Torsi ... 15
2.5.3 Rumus Daya Kincir... 15
2.5.4 Rumus tip speed ratio ... 16
2.5.5 Rumus Koefisien Daya ... 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian ... 18
3.2 Bahan-bahan... 19
3.3 Alat-alat... 19
3.4 Prosedur Pembuatan Kincir Angin ... 21
3.5 Variabel Penelitian ... 23
3.6 Variable Yang Diukur ... 24
3.7 Variabel Yang Dihitung ... 24
3.8 Pengujian dan Pengambilan Data ... 25
3.9 Pengolahan Data... 26
BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Percobaan... 28
4.2 Perhitungan ... 30
4.2.1 Perhitungan Daya Angin ... 30
4.2.2 Daya Kincir ... 30
4.2.3 Tip speed ratio ... 32
4.2.4 Koefisien Daya Kincir... 32
4.3 Data Hasil Perhitungan ... 32
4.4 Grafik Hasil Perhitungan dan Pembahasan... 34
(13)
xii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 44
5.2 Saran... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 46
(14)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 upwind dan downwind wind turbine ... 7
Gambar 2.2 Kincir angin Propeller ... 8
Gambar 2.3 Kincir angin American multi-blade... 9
Gambar 2.4 Kincir angin Savonius ... 11
Gambar 2.5 Kincir angin Darrieus ... 11
Gambar 2.6 Grafik hubungan antara koefisien daya (Cp) dan tip speed ratio (TSR) dari beberapa jenis kincir ... 13
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian... 18
Gambar 3.2 Terowongan angin... 20
Gambar 3.3 Mekanisme pengereman(kiri) dan neraca pegas (kanan) ... 21
Gambar 3.4 Desainsudu kincir dan ukurannya ... 22
Gambar 3.5 Sudu kincir yang sudah disatukan dengan aluminium profil U ... 23
Gambar 3.6 Bentuk jadi kincir angin yang diuji ... 24
Gambar 3.7 Skema alat pengujian ... 26
Gambar 4.1 Grafik hubungan torsi dengan kecepatan putar pada kincir dengan pitch angle 100pada kecepatan angin rerata 8,6 m/s ... 35
Gambar 4.2 Grafik hubungan daya output dengan torsi pada kincir dengan pitch angle 100pada kecepatan angin rerata 8,6 m/s... 35
Gambar 4.3 Grafik hubungan koefisien daya dengan tip speed ratio pada kincir dengan pitch angle 100... 36
Gambar 4.4 Grafik hubungan torsi dengan kecepatan putar pada kincir dengan pitch angle 200pada kecepatan angin rerata 8,53 m/s ... 37
Gambar 4.5 Grafik hubungan daya output dengan torsi pada kincir dengan pitch angle 200pada kecepatan angin rerata 8,53 m/s... 38
Gambar 4.6 Grafik hubungan koefisien daya(Cp) dengan tip speed ratio pada kincir dengan pitch angle 200... 38 Gambar 4.7 Grafik hubungan torsi dengan kecepatan putar pada kincir dengan
(15)
xiv
pitch angle 300pada kecepatan angin rerata 8,52 m/s ... 40 Gambar 4.8 Grafik hubungan daya output dengan torsi pada kincir dengan
pitch angle 300pada kecepatan angin rerata 8,52 m/s2... 40 Gambar 4.9 Grafik hubungan koefisien daya dengan tip speed ratio pada kincir
dengan pitch angle 300... 41 Gambar 4.10 Hubungan koefisien daya dan tip speed ratio 3 model kincir angin
(16)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data percobaan kincir dengan pitch angle 100... 28
Tabel 4.2 Data percobaan kincir dengan pitch angle 200... 28
Tabel 4.3 Data percobaan kincir dengan pitch angle 300... 29
Tabel 4.4 Data perhitungan kincir dengan pitch angle 100... 33
Tabel 4.5 Data perhitungan kincir dengan pitch angle 200... 33
(17)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia mengakibatkan
kebutuhan energi semakin meningkat. Tetapi meningkatnya kebutuhan energi
tidak diimbangi dengan sumber daya fosil yang semakin berkurang. Menurut data
Pengelolaan Energi Nasional yang dikeluarkan oleh Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral (DESDM) tahun 2005 mengatakan bahwa cadangan
minyak bumi di Indonesia akan habis pada tahun 2023 sedangkan untuk gas alam
akan habis dalam kurun waktu 40 tahun dan batubara 38 tahun. Karena itu
dibutuhkan sumber energi alternatif untuk mengurangi penggunaan sumber daya
fosil terutama sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.
Terdapat banyak sumber daya alternatif yang dapat dikembangkan seperti
energi angin, energi air, energi surya, energi panas bumi dan lain sebagainya. Dari
sekian banyak energi alternatif yang ada, energi angin adalah energi yang paling
mudah dimanfaatkan karena angin ada dimana-mana dan melimpah sehingga
mudah didapatkan dan biaya yang dibutuhkan tidak terlalu mahal. Untuk
menghasilkan energi listrik dengan memanfaatkan energi angin dibutuhkan
sebuah kincir angin untuk mengubah energi potensial dari angin menjadi energi
mekanik yang memutar generator sehingga menghasilkan energi listrik.
Terdapat banyak jenis dan karakteristik kincir angin yang sudah
dikembangkan secara global. Secara umum jenis-jenis kincir angin dibedakan
(18)
kincir angin dengan sumbu vertikal atau Vertical Axis Wind Turbine (VAWT) dan
kincir angin dengan sumbu horisontal atau Horizontal Axis Wind Turbine
(HAWT). Kincir angin American multi-blade termasuk dalam jenis kincir angin
sumbu horisontal atau Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT), kincir angin
American multi-blade adalah kincir angin yang mudah berputar atau mampu
bekerja dengan kecepatan angin yang rendah dan menghasilkan torsi yang cukup
besar. Dalam memanfaatkan energi angin, besar kemiringan sudu (pitch angle)
pada kincir angin akan mempengaruhi gaya lift dan drag yang dihasilkan oleh
energi angin. Penelitian model kincir angin jenis American multi-blade dengan
variasi pitch angle ini diharapkan dapat menemukan efisiensi terbaik dari
model-model kincir angin yang diteliti.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka permasalahan yang muncul adalah:
1. Energi angin adalah salah satu sumber energi yang berlimpah, murah, ramah
lingkungan dan memiliki potensi yang baik tetapi belum dimanfaatkan secara
optimal di Indonesia.
2. Perlu mendesain kincir angin yang sesuai dengan potensi energi angin yang
tersedia di suatu tempat serta pemilihan material bahan yang tepat sehingga
dapat meningkatkan efisiensi yang dihasilkan oleh kincir angin.
3. Perlu diketahui nilai koefisien daya dan tip speed ratio untuk beberapa variasi
pitch angle kincir angin American multi-blade.
4. Perlu diketahui pengaruh penambahan kerapatan sudu pada unjuk kerja dari
(19)
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Merancang dan membuat model kincir angin American multi-blade 11 sudu
dengan bahan sudu aluminium berdiameter 80 cm dengan variasi pitch angle
100, 200dan 300.
2. Mengetahui koefisien daya dan tip speed ratio untuk ketiga variasi model
kincir angin yang akan dibuat.
3. Mengetahui model kincir angin American multi-blade yang memiliki unjuk
kerja terbaik dari tiga model yang diteliti.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah yang ada pada penelitian ini adalah:
1. Model kincir angin yang digunakan adalah American multi-blade 11 sudu
berbahan aluminium dan berdiameter 80 cm.
2. Penelitian dilakukan dengan menggunakan terowongan angin (wind tunnel) di
Laboratorium Konversi Energi Universitas Sanata Dharma.
3. Variasi dari penelitian adalah besarnya sudut kemiringan pada sudu (pitch
angle) sebesar: 100, 200dan 300.
4. Data yang diambil saat penelitian adalah kecepatan angin, putaran poros
kincir, dan gaya pengimbang torsi.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Memperluas dan menambah pengetahuan tentang pembuatan kincir angin
(20)
2. Memberikan manfaat bagi berkembangnya teknologi energi terbarukan di
Indonesia, khususnya energi angin.
3. Sebagai sumber referensi bagi masyarakat di daerah dengan potensi energi
(21)
5 BAB II DASAR TEORI 2.1 Angin
Angin adalah udara yang bergerak dari suatu tempat yang bertekanan udara
tinggi ketempat lain yang bertekanan udara rendah. Permukaan bumi senantiasa
mendapatkan pemanasan yang berbeda disetiap tempat, karena tekanan udara
disetiap tempat berbeda pula, kondisi ini menimbulkan gerakan angin yang
berbeda-beda arah dan kecepatannya. Alat untuk mengukur kecepatan angin
adalah Anemometer.
2.2 Energi angin
Energi angin adalah salah satu jenis sumber energi terbarukan yang potensial
untuk menghasilkan energi listrik maupun mekanik melalui proses konversi
energi kinetik dari angin menjadi energi mekanik dan selanjutnya ke energi listrik.
Energi kinetik yang terdapat pada angin dapat diubah menjadi energi mekanik
untuk memutar peralatan (pompa piston, penggilingan, dan lain-lain). Sementara
itu, pengolahan selanjutnya dari energi mekanik yaitu untuk memutar generator
yang dapat menghasilkan listrik. Kedua proses pengubahan ini disebut konversi
energi angin, sedangkan sistem atau alat yang melakukannya disebut SKEA
(Sistem Konversi Energi Angin).
2.3 Kincir Angin
kincir angin adalah sebuah alat yang mampu mengkonversi energi kinetik
(22)
menangkap angin atau memperoleh energi angin yang dapat dipergunakan untuk
menumbuk biji-bijian, memompa air atau dikonversikan menjadi energi listrik.
Kincir angin dulunya banyak ditemukan di Belanda, Denmark dan
negara-negara Eropa lainnya yang digunakan sebagai sistem irigasi, menumbuk hasil
pertanian dan menggiling gandum, istilah yang dipakai pada saat itu adalah
windmill. Kini kincir angin lebih banyak digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan listrik masyarakat dengan mengubah energi mekanik yang dihasilkan
dari energi angin menjadi energi listrik yang biasa disebut dengan turbin angin.
Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA) mengkonversikan energi angin
menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin. Cara
kerjanya cukup sederhana, energi angin yang memutar turbin angin, diteruskan
untuk memutar rotor pada generator dibelakang bagian turbin angin, sehingga
akan menghasilkan energi listrik.
Berdasarkan posisi porosnya, kincir angin dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
kincir angin dengan sumbu vertikal atau Vertical Axis Wind Turbine (VAWT) dan
kincir angin dengan sumbu horisontal atau Horizontal Axis Wind Turbine
(HAWT).
2.3.1 Kincir angin Sumbu Horisontal
Kincir angin sumbu horizontal atau Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT)
merupakan kincir angin yang sumbu rotasi rotornya sejajar terhadap permukaan
tanah. Kincir angin sumbu horizontal memiliki poros rotor utama dan generator
listrik di puncak menara dan diarahkan menuju arah datangnya angin untuk
(23)
arah datangnya angin dengan menggunakan ekor yang terdapat pada sisi belakang
kincir, sedangkan kincir angin besar umumnya menggunakan sensor angin
dan motor yang digunakan untuk mengubah rotor kincir mengarah pada angin.
Berdasarkan prinsip aerodinamis, rotor turbin angin sumbu horizontal mengalami
gaya lift dan gaya drag, namun gaya lift jauh lebih besar dari gaya drag sehingga
rotor turbin ini lebih dikenal dengan rotor turbin tipe lift,
Kincir angin sumbu horisontal dapat dibedakan dalam dua varietas dasar,
yakni upwind dan downwind (Gambar 2.1). Perbedaan dari kedua jenis ini
hanyalah arah datangnya angin yang akan melewati kincir, untuk upwind arah
angin datang dari depan kincir sedangkan untuk downwind arah angin berasal dari
belakang kincir angin.
Gambar 2.1 upwind dan downwind wind turbine (sumber: http://www.cleanenergybrands.com/)
Beberapa jenis turbin angin sumbu horisontal yang telah banyak dikenal
(24)
1. Kincir angin Propeller
Kincir angin Propeller adalah kincir angin sumbu horizontal yang memiliki
jumlah blade yang relatif lebih sedikit dibandingkan kincir angin sumbu
horizontal lainnya seperti American multi-blade.
Gambar 2.2 Kincir angin Propeller. (sumber: www.bombayharbor.com)
2. Kincir angin American multi-blade
Kincir angin jenis American multi-blade adalah kincir angin yang
memiliki jumlah blade relatif lebih banyak dibandingkan dengan kincir angin
sumbu horizontal lainnya seperti Propeller. Kincir angin jenis ini mampu
berputar pada kecepatan angin rendah dan dapat menghasilkan torsi yang besar.
Kincir angin sumbu horisontal memiliki beberapa kelebihan diantaranya
adalah:
a. Sudu-sudu berada di samping pusat gravitasi kincir, sehingga membantu
stabilitas kincir.
b. Menara yang tinggi memungkinkan kincir mendapatkan angin yang kuat dan
(25)
permukaan tanah.
c. Kincir angin sumbu horisontal dapat dibuat dengan kemampuan wing warp,
sehingga pitch angle sudu-sudu turbin dapat diatur agar ditetapkan pada harga
yang paling baik.
d. Menghasilkan daya yang lebih besar dibandingkan kincir angin sumbu
vertikal.
e. Kincir angin sumbu horisontal dapat dibuat dengan kemampuan pitch control
untuk sudu-sudunya, sehingga dapat menghindari kerusakan bisa terserang
badai.
Gambar 2.3 Kincir angin American multi-blade (www.en.wikipedia.org)
Selain memiliki kelebihan kincir angin sumbu horisontal juga memiliki
kekurangan, yakni:
a. Menara-menara yang tinggi dan sudu-sudu yang panjang (mencapai hingga
(26)
b. kincir angin sumbu horisontal sulit untuk dipasang karena memerlukan crane
yang sangat tinggi dan mahal dan operator-operatur yang ahli.
c. Kincir angin sumbu horisontal sulit dioperasikan dekat dengan permukaan
tanah karena adanya angin turbolen.
d. Kincir membutuhkan mekanisme kontrol tambahan untuk membelokkan kincir ke arah datangnya angin.
e. Varian-varian downwind mengalami kelelahan dan kegagalan struktural yang disebabkan oleh turbulensi.
2.3.2 KincirAngin SumbuVertikal
Kincir angin sumbu vertikal atau Vertical Axis Wind Turbine (VAWT)
merupakan kincir angin yang sumbu rotasi rotornya tegak lurus terhadap
permukaan tanah dan kincir jenis ini dapat mengkonversi tenaga angin dari
segala arah kecuali arah angin dari atas atau bawah. Kincir jenis ini
menghasilkan torsi yang lebih besar dari pada kincir angin sumbu horisontal.
Beberapa jenis kincir angin sumbu vertikal yang telah banyak dikenal
diantaranya:
1. Kincir angin Savonius
Kincir angin Savonius adalah kincir angin sumbu vertikal yang
memanfaatkan gaya drag dari angin. Kincir angin Savonius ini menghasilkan torsi
(27)
Gambar 2.4 Kincir angin Savonius (www.cleangreenenergyzone.com)
2. Kincir angin Darrieus
Kincir angin Darrieus adalah kincir angin sumbu vertikal berbentuk aerofoil
dan memanfaatkan gaya lift dari angin. Kincir angin ini dapat menerima angin
dari segala arah.
Gambar 2.5 Kincir angin Darrieus (http://img.bhs4.com)
(28)
Kelebihan dari kincir angin poros vertikal diantaranya adalah:
a. Kincir angin sumbu vertikal menerima angin dari segala arah sehingga
tidak perlu diubah posisinya jika arah angin berubah, tidak seperti kincir
angin sumbu horizontal yang memerlukan mekanisme tambahan untuk menyesuaikan rotor turbin dengan arah angin.
b. Tidak membutuhkan struktur menara yang besar dan tinggi.
c. Konstruksi kincir lebih sederhana.
d. Kincir angin sumbu vertikal dapat didirikan dekat dengan permukaan tanah,
sehingga memungkinkan menempatkan komponen mekanik dan komponen
elektronik yang mendukung beroperasinya turbin.
e. Perawatan lebih mudah karena sebagian besar komponennya terletak dekat
dengan permukaan tanah.
Selain memiliki kelebihan, kincir angin sumbu vertikal juga memiliki kelemahan,
yakni:
a. Tinggi dan swept area lebih terbatas dibanding dengan turbin angin sumbu
horisontal.
b. Memerlukan permukaan tanah yang relatif datar sehingga tidak cocok
didirikan ditempat-tempat yang terlalu curam.
c. Kebanyakan kincir angin sumbu vertikal hanya menghasilkan energi dengan
efisiensi sekitar 50% dari efisiensi yang dapat dihasilkan oleh kincir angin
(29)
2.4 Grafik Hubungan Antara CpTerhadap TSR
Menurut Albert Betz seorang ilmuan Jerman bahwa koefisien daya maksimal
dari kincir angin adalah sebesar 59% seperti yang terlihat pada Gambar 2.5
d a n nama untuk batas maksimal tersebut dengan Betz limit.
Gambar 2.6 Grafik hubungan antara koefisien daya (Cp) dengan tip speed
ratio (TSR) dari beberapa jenis kincir
(Sumber: www.intechopen.com)
2.5 Rumus Perhitungan
Berikut ini adalah rumus-rumus yang digunakan untuk perhitungan dan
analisis kincir angin yang akan diteliti.
2.5.1 Rumus Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh benda yang bergerak. Energi
kinetik pada angin adalah energi yang dimiliki angin ketika angin itu bergerak,
(30)
=1
2 . (1)
dengan :
Ek= Energi kinetik
m = masa udara v = kecepatan angin
Daya adalah energi persatuan waktu, sehingga dapat dituliskan dengan
rumus sebagai berikut:
=1
2 ̇ . (2)
dengan:
Pin= daya angin (watt)
ṁ = masa udara yang mengalir persatuan waktu (kg/s)
v = kecepatan angin
sedangkan untukṁ dapat dicari dengan rumus sebagi berikut:
̇ = . . (3)
dengan :
ρ =masa jenis udara (kg/m3)
A = luas penampang sudu (m2)
Dengan menggunakan persamaan (3) maka daya angin Pindapat dirumuskan
menjadi
=1
(31)
yang dapat disederhanakan menjadi :
= 1
2( . . )
(4)
2.5.2 Rumus Torsi
Torsi adalah gaya yang bekerja pada poros yang dihasilkan oleh gaya dorong
pada sumbu kincir. Torsi dapat dihitung dengan mengkalikan gaya pembebanan
(F) dengan jarak lengan torsi ke poros (r). Perhitungan torsi dapat dituliskan
sebagai berikut :
= . (5)
dengan:
F = gaya pembebanan (N)
r = jarak lengan torsi ke poros (m)
2.5.3 Rumus Daya Kincir
Daya yang dihasilkan kincir (Pout) adalah daya yang dihasilkan kincir akibat
adanya angin yang melintasi sudu kincir. Pada umumnya persamaan daya gerak
melingkar dapat dituliskan sebagai berikut:
= . (6)
dengan :
T = torsi (N.m)
ω= kecepatan sudut, dapat diperoleh dari:
= 2
(32)
n = kecepatan putar poros kincir permenit , (rpm)
Dengan demikian daya yang dihasilkan oleh kincir dapat dirumuskan sebagai
berikut:
= . =
30 / (7)
dengan:
Pout= daya yang dihasilkan oleh kincir angin (watt)
n = putaran poros (rpm)
2.5.4 Rumus Tip Speed Ratio
Tip speed ratio (TSR) adalah perbandingan antara kecepatan ujung sudu
kincir angin yang berputar dengan kecepatan angin.
Kecepatan diujung sudu dapat dirumuskan sebagai :
= .
dengan :
vt = kecepatan ujung sudu ω= kecepatan sudut (rad/sec)
r = jari-jari kincir (m)
sehingga tip speed ratio-nya dapat dirumuskan sebagai berikut:
=2
60
(33)
=
30 (8)
dengan :
r = jari-jari kincir (m)
n = putaran poros kincir tiap satuan menit (rpm) v = kecepatan angin (m/s)
2.5.5 Koefisien Daya
Koefisien daya (Cp) adalah bilangan tak berdimensi yang menunjukan
perbandingan daya yang dihasilkan kincir (Pout) dengan daya yang dihasilkan
oleh angin (Pin). Koefisien daya dapat dirumuskan:
= 100% (9)
dengan:
Cp = koefisien daya (%)
Pout = daya yang dihasilkan kincir
(34)
18
MULAI Studi pustaka
Perancangan kincir angin
Pembuatan kincir angin
Pengambilan data kecepatan angin, putaran poros dan pembebanan
Pengolahan data mencari daya angin, daya kincir, Cp dan TSR untuk setiap variasi penelitian dan membandingkan hasilnya
Analisis dan pembahasan data dan pembuatan laporan
SELESAI BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Perencanaan dan pembuatan kincir dilaksanakan di Laboratorium Proses
Produksi, sedangkan untuk pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium
Konversi Energi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3.1 Diagram Alir Penelitian
Langkah kerja dalam penelitian ini meliputi perancangan kincir hingga
analisis data dapat disajikan dalam diagram alir sebagai berikut:
(35)
3.2 Bahan - bahan
Bahan–bahan yang digunakan dalam pembuatan kincir angin adalah sebagai
berikut :
1. Plat aluminium dengan ketebalan 0,7 mm sebagai bahan baku sudu-sudu
kincir angin.
2. Tutup pipa paralon diameter 6 inchi digunakan sebagai hub kincir angin.
3. Aluminium profil U dengan panjang 35 cm digunakan sebagai penyangga
sudu kincir.
4. Mur dan baut digunakan untuk menyambung sudu, penyangga sudu kincir,
dan hub.
3.3 Alat–alat
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok, yaitu :
A. Alat–alat pembuatan kincir angin meliputi :
1. Busur, jangka, penggaris, dan spidol untuk menggambar pola pada plat
aluminium.
2. Gerenda potong untuk memotong plat aluminium sesuai dengan pola yang
telah digambar.
3. Gerenda duduk dan kikir untuk menghaluskan potongan sudu kincir.
4. Bor digunakan untuk membuat lubang baut pada kincir angin.
5. Mesin penekuk plat, digunakan untuk menekuk sudu kincir sesuai dengan
sudut yang diinginkan.
(36)
B. Alat–alat pengujian dan alat bantu pengukuran meliputi :
1. Terowongan angin untuk pengkondisian angin yang dilengkapi dengan
blower penyedot sebagai penghasil angin.
Gambar 3.2 Terowongan angin
2. Anemometer untuk mengukur kecepatan angin yang dihasilkan blower
penyedot.
3. Tachometer untuk mengukur kecepatan poros kincir persatuan menit (rpm)
4. Mekanisme pengereman atau alat ukur gaya tangensial yang dihubungkan
dengan neraca pegas.
5. Neraca pegas untuk pengukuran pembebanan yang diberikan pada saat
pengereman yang diasumsikan sebagai pengimbang torsi dinamis.
6. Mekanisme pengereman berfungsi sebagai pengerem atau penghambat
putaran kincir dalam melakukan pengambilan data gaya pembebanan.
7. Tiang penahan kincir. Tiang penahan kincir dipasang di dalam terowongan
(37)
sebelah depan dan sebelah belakang rumahnya. Kedua bantalan ini digunakan
untuk menumpu poros utama kincir angin.
Gambar 3.3 Mekanisme pengereman(kiri) dan neraca pegas(kanan)
8. Poros utama kincir. Poros kincir yang dibuat dengan bahan dasar baja dengan
bentuk dan ukuran yang sudah disesuaikan dengan kincir. Poros ini dipasang
pada naf atau pusat kincir dan selanjutnya sebagian ujungnya (ujung
belakang) dipasang pada tiang penyangga kincir melalui dua bantalan
berdiameter 15 mm.
3.4 Prosedur Pembuatan kincir angin
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan kincir angin tipe
American Multiblade yang akan diteliti adalah:
1. Menggambar desain sudu kincir angin pada plat aluminium. Pola sudu yaitu
membagi lingkaran berdiameter 80 cm menjadi 10 bagian. Desain sudu kincir
(38)
Gambar 3.4 De
2. Memotong plat
menggunakan ger
3. Merapikan hasil
gerenda.
4. Setelah terbentuk
lagi sehingga terda
5. Memotong batanga
35cm sebagai pen
6. Membuat lubang
kincir buatlah luba
sebesar 5mm.
3.4 Desain sudu kincir dan ukurannya, sudutβmenunj angle dari sudu kincir.
plat Aluminium berdasarkan pola yang
gerinda tangan.
sil potongan plat Aluminium dengan mengg
ntuk 10 sudu kincir dari plat Aluminium lalu mem
erdapat 11 sudu kincir dengan besar yang sama.
angan aluminium profil U menjadi 11 bagian de
penyangga sudu kincir.
ng pada tutup paralon menggunakan mesin bor
lubang sebesar 1cm sedangkan untuk lubang pe
enunjukan pitch
g sudah dibuat
nggunakan mesin
embuat satu sudu
a.
n dengan panjang
n bor. Untuk poros
(39)
7. Membuat lubang pada sudu plat aluminium dan besi penyangga sebagai
tempat membaut plat aluminium dan aluminium penyangga. Diameter lubang
yang diperlukan sebesar 5mm.
8. Menekuk plat aluminium menggunakan mesin press agar memiliki
kemiringan sesuai variasi penelitian yaitu 100, 200, 300.
9. Menyatukan sudu kincir plat aluminium dan besi penyangga menggunakan
mur dan baut seperti pada Gambar 3.5.
10. Menyatukan sudu-sudu kincir yang sudah berpenyangga pada hub yang
terbuat dari tutup paralon menggunakan mur dan baut. Kincir angin yang
sudah selesai dibuat dan digunakan dalam penelitian seperti pada Gambar 3.6.
Gambar 3.5 Sudu kincir yang sudah disatukan dengan Aluminium profil U
3.5 Variabel Penelitian
Beberapa variabel penelitian yang harus ditentukan sebelum melakukan
(40)
1. Variasi kemiringan sudut pada sudu-sudu kincir sebesar 100,200,300.
2. Variasi pembebanan saat pengujian dimulai dari keadaan tanpa beban hingga
beban maksimum kincir.
Gambar 3.6 Bentuk jadi kincir angin yang diuji
3.6 Variabel Yang Diukur
Parameter yang akan diukur pada penelitian ini adalah:
1. Kecepatan angin, (m/s)
2. Gaya pengimbang, (N)
3. Putaran kincir, (rpm)
3.7 Variabel Yang Dihitung
Parameter yang dihitung untuk mendapatkan hasil perhitungan yang
menunjukan karakteristik kincir angin yang diuji dalam penelitian ini adalah:
1. Daya angin (Pin)
2. Daya kincir (Pout)
3. Koefisien daya (Cp)
(41)
3.8 Pengujian dan pengambilan data
Pengujian dan pengambilan data dilakukan menggunakan wind tunnel yang
ada pada Laboratorium Konversi Energi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Saat pengujian, data yang diambil meliputi: kecepatan angin, besarnya
pembebanan dan kecepatan putaran kincir. Pengambilan data dilakukan secara
bersama-sama saat kincir sudah berputar. Untuk sekema alat dapat dilihat pada
Gambar 3.7. Adapun langkahnya yaitu:
1. Memasang kincir angin dan menghubungkan kincir angin dengan porosnya.
2. Menyambungkan poros kincir angin dengan cakram pada sistem pengereman.
3. Memasang neraca pegas yang terhubung dengan sistem pengereman.
4. Memasang anemometer untuk menghitung kecepatan angin
5. Menyiapkan tackometer untuk menghitung kecepatan putaran poros kincir.
6. Menyalakan blower setelah semua siap.
7. Mengatur kecepatan rata-rata angin dengan cara merubah jarak terowongan
ke blower hingga mendapatkan kecepatan rata-rata angin yang diinginkan.
8. Setelah kecepatan rata-rata angin yang diinginkan didapatkan, mulailah
mengukur kecepatan angin dan kecepatan putaran poros yang dihasilkan dari
pembebanan. Untuk masing-masing data kecepatan angin dan kecepatan
poros putar diambil 3 kali pengambilan data untuk setiap pembebanan. Pada
pengambilan data pertama belum ada pembebanan atau beban masih kosong.
9. Menambahkan beban pada kincir dengan cara menambahkan karet pada pedal
(42)
kecepatan angin
pembebanan yang
10. Melakukan penam
11. Lalu memvariasi
menggunakan kinc
3.9 Pengolahan data
Dari data yang
membandingkan unjuk ke
Langkah-langkah pen
1. Setelah didapatka
maka dapat dicari
2. Setelah didapatka
menggunakan Per
ginnya. Untuk memudahkan dalam pe
ang diberikan kurang lebih sebesar 50 gram dan
ambahan beban pada kincir hingga kincir berhe
iasi penelitian dengan mengulangi langkah
n kincir dengan sudut kemiriringan (pitch angle) y
Gambar 3.7 skema alat pengujian
ata
g sudah diperoleh, maka data tersebut dapa
unjuk kerja dari 3 model kincir angin yang diteliti
h pengolahan data adalah sebagai berikut:
tkan data kecepatan angin(v) dan luasan kincir(sw
ari daya angin (Pin) menggunakan Persamaan(4
tkan data gaya pengimbang (F) maka torsi (
n Persamaan(5).
pengolahan data
dan kelipatannya.
rhenti berputar.
ah diatas dengan
e) yang berbeda.
dapat diolah untuk
liti.
ir(swept area) (A),
n(4).
(43)
3. Dari data putaran poros kincir (n) dan torsi (T) maka daya kincir (Pout) dapat
dicari dengan menggunakan Persamaan(7).
4. Dengan menggunakan Persamaan(8) dengan membandingkan kecepatan
ujung sudu dengan kecepatan angin maka diperoleh data tip speed ratio
(TSR).
5. Dari data daya kincir (Pout) dan daya angin (Pin) maka koefisien daya dapat
(44)
28
BAB IV
PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data PercobaanDari pengujian kincir angin diperoleh data untuk masing-masing variasi pitch
angle meliputi : kecepatan angin (m/s), beban pengimbang (gram) dan putaran
kincir (rpm). Pitch angle yang digunakan pada pengujian kincir sebesar 100, 200, dan 300. Data dari pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.1, 4.2 dan 4.3.
Tabel 4.1 Data percobaan kincir dengan pitch angle 100 No. KecepatanAngin, v Beban, F Putaran Kincir, n
(m/s) (gram) (rpm)
1 9,01 8,97 8,57 0 350 347 351 2 8,65 8,49 8,78 50 318 315 314 3 8,81 8,79 8,77 100 261 263 268 4 8,44 8,44 8,55 150 246 255 249 5 8,62 8,86 8,62 200 212 218 218 6 8,34 8,8 8,86 250 187 180 182 7 8,66 8,56 8,65 300 139 139 141 8 8,24 8,19 8,31 350 41 38 38 9 8,42 8,65 8,34 400 17,3 16,5 16,3
Tabel 4.2 Data percobaan kincir dengan pitch angle 200 No. KecepatanAngin, v Beban, F Putaran Kincir, n
(m/s) ( gram ) (rpm)
1 8,49 8,91 8,67 0 461 440 459 2 8,35 8,67 8,5 50 429 435 422 3 8,81 8,53 8,59 100 398 402 399 4 8,67 8,63 8,8 150 370 366 376 5 8,77 8,24 8,6 200 350 353 349 6 8,63 8,56 8,92 250 328 322 335 7 9,1 8,86 8,48 300 316 314 315
(45)
Tabel 4.2 Data percobaan kincir dengan pitch angle 200 lanjutan No. KecepatanAngin, v Beban, F Putaran Kincir, n
(m/s) ( gram ) (rpm)
8 8,84 8,74 8,65 350 296 294 297 9 8,58 8,42 8,73 400 278 275 279 10 9,03 8,6 8,39 450 248 238 249 11 8,39 8,32 8,32 500 207 210 204 12 8,24 8,59 8,31 550 180 177 176 13 8,13 8,29 8,49 600 142 144 138 14 8,42 8,65 8,34 650 117 114 116 15 8,2 8,53 8,65 700 88 93 94 16 8,23 8,11 8,14 750 45 47 42 17 8,38 8,41 8,22 800 26 29 30
Tabel 4.3 Data percobaan kincir dengan pitch angle sudu 300 No. KecepatanAngin, v Beban, F Putaran Kincir, n
(m/s) (gram) (rpm)
1 8,74 8,49 8,51 0 424 430 423 2 8,67 8,84 8,72 50 412 411 406 3 8,34 8,5 8,56 100 391 389 391 4 8,67 8,54 8,37 150 377 379 379 5 8,89 8,71 8,78 200 364 362 366 6 8,8 8,59 8,84 250 350 349 349 7 8,89 8,77 8,45 300 336 337 339 8 8,63 8,6 8,73 350 311 313 314 9 8,55 8,49 8,6 400 297 297 295 10 8,68 8,61 8,55 450 282 282 280 11 8,47 8,62 8,6 500 266 270 266 12 8,54 8,53 8,54 550 251 248 251 13 8,71 8,7 8,53 650 234 233 231 14 8,52 8,6 8,79 750 204 203 208 15 8,49 8,43 8,43 800 191 193 189 16 8,36 8,36 8,26 850 181 181 180 17 8,54 8,48 8,41 900 173 173 175 18 8,6 8,54 8,49 950 153 152 151 19 8,31 8,47 8,35 1000 139 136 138 20 8,47 8,39 8,2 1050 125 125 128 21 8,57 8,44 8,53 1100 114 116 113
(46)
4.2 Perhitungan
Langkah-langkah perhitungan dapat dilihat pada contoh sampel yang diambil
dari data tabel. Untuk mempermudah penjelasan semua sampel perhitungan yang
digunakan adalah data terakhir (nomer 9) dari percobaan kincir dengan pitch
angle 100.
4.2.1 Perhitungan daya angin
Untuk perhitungan daya angin dengan luas penampang (swept area) sebesar :
0,5026 m2 dan kecepatan angin rata-rata sebesar 8,6 m/s. maka daya angin dapat dicari dengan menggunakan Persamaan(4).
= 1
2( . . )
= (1,18 kg/m3 . 0,5026 m2 . (8,47 m/s) )
=180,21 watt
4.2.2 Daya Kincir
Dengan menggunakan Persamaan(7) kita dapat menghitung daya yang
dihasilkan kincir, tetapi untuk menghitung daya kincir diperlukan menghitung
torsi dan kecepatan sudut terlebih dahulu. Untuk mencari torsi dan kecepatan
sudut digunakan Persamaan(5) dan (6).
Untuk menghitung torsi terlebih dahulu dicari gaya pengimbang torsi (F)
dimana gaya pengimbang torsi (F) adalah hasil kali dari beban (gram) dengan
(47)
F = m.g
= 0,4 Kg . 9,81 m/s2
= 3,92 N
Setelah diketahui besar gaya pembebanan (F) maka torsi dapat dihitung
dengan Persamaan(5).
T = F.r
= 3,92 N . 0,2 m
= 0,78 N.m
Untuk perhitungan kecepatan sudut (ω) digunakan Persamaan(6), kecepatan
putar poros kincir yang dipakai dalam perhitungan adalah rata-rata dari tiga
pengambilan data kecepatan putar poros kincir pada pembebanan yang sama.
=
30 / = , .
=1,75 rad/s
Setelah torsi dan kecepatan sudut diketahui maka dengan Persamaan(7) bisa
didapatkan daya kincir
Pout= T.ω
= 0,78 N.m . 1,75 rad/s
(48)
4.2.3 Tip Speed Ratio
Untuk mengetahui besarnya perbandingan kecepatan ujung kincir dengan
kecepatan angin atau tip speed ratio dapat dicari dengan menggunakan
Persamaan(8):
= πrn 30
=
π , . ,. , / rad/s
=0,083rad/s
4.2.4 Koefisien Daya Kincir
Koefisien daya kincir dapat dicari dengan menggunakan Persamaan(9), untuk
sampel perhitungan koefisien daya kincir adalah sebagai berikut:
= 100%
=
,, 100%
=0,76%
4.3 Data Hasil Perhitungan
Setelah semua data hasil percobaan dari ketiga pitch angle sudah diperoleh
maka untuk mempermudah perhitungan data dan pembuatan grafik hubungan
digunakan Microsoft excell. Grafik hubungan yang dibuat adalah grafik hubungan
besar torsi yang dihasilkan dan kecepatan putar poros (Gambar 4.1 , 4.4 , 4.7),
Grafik hubungan besar torsi yang dihasilkan dan daya yang dihasilkan kincir
(49)
(Gambar 4.3 , 4.6 , 4.9). Berikut adalah Tabel data hasil perhitungan dari
pengambilan data tiap variasi pitch angle.
Tabel 4.4 Data perhitungan kincir dengan pitch angle sudu 100
No. Beban (gram) Putaran kincir, n (rpm) Torsi, T (N.m) Kecepatan Sudut,ω (rad/s) Daya angin,
Pin(watt)
Daya kincir, Pout (watt) Tip speed ratio (TSR) koef. Daya (Cp) (%)
1 0 349,33 0 36,58 205,56 0 1,65 0 2 50 315,67 0,10 33,06 191,28 3,24 1,53 1,69 3 100 264,00 0,20 27,65 201,41 5,42 1,25 2,69 4 150 250,00 0,29 26,18 180,63 7,70 1,23 4,26 5 200 216,00 0,39 22,62 195,29 8,88 1,04 4,54 6 250 183,00 0,49 19,16 193,05 9,40 0,88 4,86 7 300 139,67 0,59 14,63 190,17 8,61 0,67 4,52 8 350 39,00 0,69 4,08 166,32 2,80 0,19 1,68 9 400 16,70 0,78 1,75 180,21 1,37 0,08 0,76
Tabel 4.5 Data perhitungan kincir dengan pitch angle sudu 200
No. Beban (gram) Putaran kincir, n (rpm) Torsi, T (N.m) Kecepatan Sudut,ω (rad/s) Daya angin, Pin (watt) Daya kincir, Pout (watt) Tip speed ratio (TSR) koef. Daya (Cp)
%
1 0 453,33 0 47,47 194,62 0 2,19 0 2 50 428,67 0,10 44,89 182,56 4,40 2,11 2,41 3 100 399,67 0,20 41,85 191,50 8,21 1,94 4,29 4 150 370,67 0,29 38,82 195,29 11,42 1,78 5,85 5 200 350,67 0,39 36,72 184,49 14,41 1,72 7,81 6 250 328,33 0,49 34,38 195,51 16,86 1,58 8,63 7 300 315,00 0,59 32,99 203,02 19,42 1,50 9,56 8 350 295,67 0,69 30,96 198,22 21,26 1,42 10,73 9 400 277,33 0,78 29,04 187,10 22,79 1,35 12,18 10 450 245,00 0,88 25,66 193,50 22,65 1,18 11,71 11 500 207,00 0,98 21,68 172,24 21,27 1,04 12,35 12 550 177,67 1,08 18,61 174,52 20,08 0,89 11,50 13 600 141,33 1,18 14,80 169,78 17,42 0,71 10,26 14 650 115,67 1,28 12,11 180,21 15,45 0,57 8,57 15 700 91,67 1,37 9,60 179,57 13,18 0,45 7,34 16 750 44,67 1,47 4,68 161,13 6,88 0,23 4,27 17 800 28,33 1,57 2,97 171,83 4,66 0,14 2,71
(50)
Tabel 4.6 Data perhitungan kincir dengan pitch angle sudu 300 No. Beban (gram) Putaran kincir, n (rpm) Torsi, T (N.m) Kecepatan Sudut,ω (rad/s) Daya angin, Pin (watt) Daya kincir, Pout (watt) tip speed ratio (TSR) Koef. daya (Cp)
% 1 0 425,67 0 44,58 187,32 0 2,08 0 2 50 409,67 0,10 42,90 198,22 4,21 1,96 2,12 3 100 390,33 0,20 40,88 179,99 8,02 1,93 4,46 4 150 378,33 0,29 39,62 183,85 11,66 1,86 6,34 5 200 364,00 0,39 38,12 201,64 14,96 1,73 7,42 6 250 349,33 0,49 36,58 198,22 17,94 1,67 9,05 7 300 337,33 0,59 35,33 195,51 20,79 1,62 10,63 8 350 312,67 0,69 32,74 192,16 22,48 1,51 11,70 9 400 296,33 0,78 31,03 185,14 24,35 1,45 13,15 10 450 281,33 0,88 29,46 189,51 26,01 1,37 13,73 11 500 267,33 0,98 28,00 186,23 27,46 1,31 14,75 12 550 250,00 1,08 26,18 184,49 28,25 1,23 15,31 13 650 232,67 1,28 24,36 191,72 31,07 1,13 16,21 14 750 205,00 1,47 21,47 191,05 31,59 0,99 16,53 15 800 191,00 1,57 20,00 178,93 31,39 0,95 17,55 16 850 180,67 1,67 18,92 171,21 31,55 0,91 18,43 17 900 173,67 1,77 18,19 180,63 32,11 0,86 17,78 18 950 152,00 1,86 15,92 184,93 29,67 0,75 16,04 19 1000 137,67 1,96 14,42 174,31 28,29 0,69 16,23 20 1050 126,00 2,06 13,19 172,86 27,18 0,63 15,72 21 1100 114,33 2,16 11,97 182,99 25,84 0,56 14,12
4.4 Grafik Hasil Perhitungan dan Pembahasan
Dari data perhitungan yang telah diperoleh dapat disederhanakan dalam
bentuk grafik untuk melihat hubungan antara torsi (N.m) dengan kecepatan putar
(rpm), daya yang dihasilkan kincir (Pout) dengan torsi (N.m), dan koefisien daya
kincir dengan tip speed ratio. Dibawah ini akan disajikan grafik hubungan untuk
(51)
Gambar 4.1 Grafik hubungan torsi dengan kecepatan putar pada kincir dengan
pitch angle 100pada kecepatan angin rerata 8,6 m/s
Grafik 4.2 Grafik hubungan daya output dengan torsi pada kincir dengan pitch
angle 100pada kecepatan angin rerata 8,6 m/s
0 50 100 150 200 250 300 350 400
0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0
K ec epa ta n put ar , n (r pm )
Torsi, T (N.m)
Pout= -56,2T2+46,19T-0,594
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
D ay a O ut put Po u t (w at t)
(52)
Gambar 4.3 Grafik hubungan koefisien daya dengan Tip Speed Ratio pada kincir dengan pitch angle 100
Seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.1, bahwa semakin besar torsi yang
dihasilkan maka kecepatan putar kincir semakin kecil, atau dengan kata lain
hubungan torsi dengan kecepatan putar kincir adalah berbanding terbalik.
Kecepatan angin rerata saat pengujian kincir dengan pitch angle 100 adalah sebesar 8,6 m/s, dengan kecepatan angin tersebut dapat menghasilkan kecepatan
putar kincir maksimal sebesar 349,33 rpm saat tanpa pembebanan. Kincir masih
dapat berputar dan menghasilkan torsi 0,78 N.m pada kecepatan putar kincir 16,7
rpm.
Gambar 4.2 memperlihatkan bahwa besar daya kincir (Pout) berbanding lurus
dengan torsi hingga mencapai titik maksimal daya kincir (Pout). Setelah melewati
titik maksimal dari daya kincir (Pout) hubungan daya kincir dengan torsi menjadi
berbanding terbalik. Dari Grafik 4.2 diketahui persamaan pendekatan kuadrat
Pout= -56,2T2+46,19T-0,594, dari persamaan tersebut dapat dicari daya kincir
maksimal dan torsi optimalnya. Daya kincir maksimal yang didapat dari
Cp= -7,076TSR2+ 11,93TSR -0,273
0 1 2 3 4 5 6
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0
K oe fi si en da y a, C p
(53)
persamaan tersebut sebesar 8,89 watt pada torsi optimal 0,41 N.m pada kecepatan
angin rerata 8,6 m/s.
Dari Gambar grafik 4.3 didapatkan persamaan kuadrat Cp = -7,076TSR2 +
11,93TSR -0,273. Dengan menggunakan persamaan kuadrat tersebut dapat dicari
koefisien daya maksimal dan tip speed ratio optimal. Koefisien daya maksimal
yang didapat dari persamaan kuadrat tersebut sebesar 4,75 % pada tip speed ratio
optimal 0,83.
Gambar 4.4 Grafik hubungan torsi dengan kecepatan putar pada kincir dengan
pitch angle 200pada kecepatan angin rerata 8,53 m/s
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
0 0,5 1 1,5 2
K ec epa ta n put ar , n (r pm )
(54)
Gambar 4.5 Grafik hubungan daya output dengan torsi pada kincir dengan pitch
angle 200pada kecepatan angin rerata 8,53 m/s
Gambar 4.6 Grafik hubungan koefisien daya dengan tip speed ratio pada kincir dengan pitch angle 200
Dari gambar 3.4 dapat dilihat bahwa hubungan torsi dan kecepatan putar
kincir pada variasi pitch angle 200 seperti hubungan torsi dan kecepatan putar kincir pada variasi pitch angle 100yaitu semakin besar torsi yang dihasilkan maka
Pout= -32,53T2+ 54,35T - 0,961
0 5 10 15 20 25
0 0,5 1 1,5 2
D ay a out put , Po u t (w at t)
Torsi, T (N.m)
Cp= -9,925TSR2+ 21,74TSR - 0,217
0 2 4 6 8 10 12 14
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5
K oe fi si en da y a (C p)
(55)
kecepatan putar kincir semakin kecil, atau dengan kata lain hubungan torsi dengan
kecepatan putar kincir adalah berbanding terbalik. Kecepatan angin rerata saat
pengujian kincir dengan pitch angle 200 adalah sebesar 8,53 m/s, dengan kecepatan angin tersebut dapat menghasilkan kecepatan putar kincir sebesar
453,33 rpm saat keadaan tanpa beban dan kincir masih dapat berputar dan
menghasilkan torsi sebesar 1,57 N.m pada kecepatan putar kincir sebesar 28,33
rpm.
Grafik yang dihasilkan pada Gambar 4.5 memiliki bentuk yang sama dengan
grafik dari Gambar 4.2 hanya daya output yang dihasilkan pada Gambar 4.5 lebih
tinggi dibandingkan daya output pada Gambar 4.2. Dari grafik pada Gambar 4.5
memperlihatkan bahwa hubungan antara besar daya kincir berbanding lurus
dengan torsi hingga mencapai titik maksimal daya kincir dan setelah melewati
titik maksimal, daya output yang dihasilkan menurun atau hubungan daya kincir
dan torsi berbanding terbalik. Kecepatan rata-rata saat pengujian kincir angin
dengan pitch angle 200 adalah sebesar 8,53 m/s dan dari persamaan pendekatan kuadrat Pout = -32,53T2 + 54,35T - 0,961 dapat diketahui daya kincir maksimal
sebesar 21,73 watt pada torsi optimal sebesar 0,83 N.m.
Dari Gambar 4.6 didapatkan persamaan pendekatan kuadrat Cp= -9,925TSR2
+ 21,74TSR - 0,217. Dari persamaan kuadrat tersebut dapat dihitung untuk
mencari koefisien daya maksimal dan tip speed ratio optimal. Dari persamaan
pendekatan kuadrat tersebut diperoleh koefisien daya maksimal sebesar 11,68%
(56)
Gambar 4.7 Grafik hubungan torsi dengan kecepatan putar pada kincir dengan
pitch angle 300pada kecepatan angin rerata 8,56 m/s
Gambar 4.8 Grafik hubungan daya output dengan torsi pada kincir dengan pitch
angle 300pada kecepatan angin rerata 8,56 m/s2
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
0 0,5 1 1,5 2 2,5
K ec epa ta n put ar , n (r pm )
Torsi, T (N.m)
Pout= -13,80T2+ 41,54T + 0,421
0 5 10 15 20 25 30 35
0 0,5 1 1,5 2 2,5
D ay a out put , Po u t (w at t)
(57)
Gambar 4.9 Grafik hubungan koefisien daya dengan tip speed ratio pada kincir dengan pitch angle 300
Pola Grafik pada Gambar 4.7 sama seperti pola Grafik pada gambar 4.1 dan
4.4 dimana menunjukan bahwa semakin besar torsi yang dihasilkan maka
kecepatan putar kincir semakin kecil, atau hubungan torsi dengan kecepatan putar
kincir adalah berbanding terbalik. Kecepatan angin rerata saat pengujian kincir
dengan pitch angle 300adalah sebesar 8,52 m/s, dengan kecepatan angin tersebut dapat menghasilkan kecepatan putar kincir maksimal sebesar 425,67 rpm saat
tanpa pembebanan, dan kincir masih berputar dan menghasilkan torsi 2,16 N.m
pada kecepatan putar kincir 114,33 rpm.
Grafik pada Gambar 4.8 memperlihatkan bahwa daya kincir berbanding lurus
dengan torsi hingga mencapai titik maksimal dari daya kincir. Setelah melewati
titik maksimal dari daya kincir hubungan besar daya kincir dengan torsi menjadi
berbanding terbalik. Saat pengambilan data kecepatan rata-rata adalah sebesar
Cp= -12,78TSR2+ 23,43TSR + 6,098
0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 20,00
0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50
K oe fi si en da y a (C p)
(58)
8,52 m/s dan dari persamaan pendekatan kuadrat Pout= -13,80T2+ 41,54T + 0,421
dapat dicari daya kincir maksimal dan torsi optimalnya. Daya kincir maksimal
yang dihasilkan dari persamaan pendekatan kuadrat tersebut sebesar 31,68 watt
dan terjadi pada torsi optimal 1,5 N.m.
Gambar 4.9 memperlihatkan hubungan koefisien daya dan tip speed ratio dari
model kincir angin dengan pitch angle 300. Dari Gambar grafik 4.9 dihasilkan persamaan kuadrat Cp = -12,78TSR2 + 23,43TSR + 6,098. Dari persamaan
kuadrat tersebut dapat digunakan untuk menentukan koefisien daya maksimal dan
tip speed ratio optimal. Koefisien daya maksimal yang dihasilkan berdasarkan
persamaan tersebut sebesar 16,87 % pada tip speed ratio optimal 0,92.
4.5 Grafik Cp-TSR Untuk Tiga Variasi Percobaan
Dari perhitungan data dapat disimpulkan bahwa setiap variasi pitch angle
memiliki unjuk kerja yang berbeda. Grafik koefisien daya dan tip speed ratio
(59)
Grafik 4.10 Hubungan koefisien daya dan tip speed ratio untuk 3 model
kincir angin yang diteliti.
Dari grafik 4.10 menunjukan bahwa hubungan koefisien daya dan tip speed
ratio terbesar pada variasi pitch angle 300 dengan koefisien daya maksimal sebesar 16,87% pada tip speed ratio optimal 0,92. Kincir angin dengan pitch
angle 300 adalah kincir angin terbaik dibandingkan dengan kincir angin dengan
pitch angle 100dan 200.
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5
K
oe
fi
si
en da
y
a,
(C
p)
(60)
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pengujian kincir angin American multi-blade sebelas sudu berbahan
aluminium dengan tiga variasi pitch angle diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Telah berhasil dibuat model kincir angin American multi-blade sebelas sudu
dengan bahan sudu aluminium berdiameter 80 cm dengan pitch angle 100,200 dan 300dan sudah digunakan dalam penelitian.
2. Model kincir angin dengan pitch angle 100 menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 4,75% pada tip speed ratio optimal 0,83. Model kincir
angin dengan pitch angle 200menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 11,68% pada tip speed ratio optimal 1,09. Model kincir angin dengan pitch
angle 300 menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 16,87% pada tip
speed ratio optimal 0,92.
3. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar nilai pitch angle
sudu maka koefisien daya yang dihasilkan pun semakin besar. Model kincir
dengan pitch angle 300 merupakan model terbaik dibandingkan dengan model-model lainnya, yakni menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar
(61)
5.2 Saran
Setelah melakukan penelitian ini maka peneliti memiliki saran untuk
penelitian berikutnya yaitu sebagai berikut:
1. Meneliti model kincir angin ini dengan variasi pitch angle yang lebih besar,
karena dimungkinkan koefisien daya yang dihasilkan masih bisa bertambah.
2. Meneliti model kincir angin ini dengan variasi penambahan kerapatan jumlah
sudu yang lebih banyak.
3. Meneliti model kincir angin ini dengan variasi bahan sudunya. Karena
kehalusan permukaan dan berat sudu dimungkinkan akan berpengaruh pada
unjuk kerja yang dihasilkan.
4. Saat pengambilan data diusahakan mencatat data ketika kecepatan angin
mendekati rata-rata kecepatan angin yang diinginkan agar hasil perhitungan
(62)
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, G.L. 2006. Wind Energy System. Manhattan.
Pudjanarsa, A., dan Nursuhud, D,. 2008. Mesin Konversi Energi. Andi offset, Yogyakarta.
Sastrowijoyo, F. 2008. Energi angin dan potensinya. Alamat web:
http://konversi.wordpress.com. Diakses : 15 Mei 2015.
Sutrisna, F. 2011. Prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Angin. Alamat web:
(63)
LAMPIRAN
Mesin penekuk plat
(64)
Motor listrik pada blower
(65)
(1)
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pengujian kincir angin American multi-blade sebelas sudu berbahan aluminium dengan tiga variasi pitch angle diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Telah berhasil dibuat model kincir angin American multi-blade sebelas sudu dengan bahan sudu aluminium berdiameter 80 cm dengan pitch angle 100,200 dan 300dan sudah digunakan dalam penelitian.
2. Model kincir angin dengan pitch angle 100 menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 4,75% pada tip speed ratio optimal 0,83. Model kincir angin dengan pitch angle 200menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 11,68% pada tip speed ratio optimal 1,09. Model kincir angin dengan pitch angle 300 menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 16,87% pada tip speed ratio optimal 0,92.
3. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar nilai pitch angle sudu maka koefisien daya yang dihasilkan pun semakin besar. Model kincir dengan pitch angle 300 merupakan model terbaik dibandingkan dengan model-model lainnya, yakni menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 16,87% dan terjadi pada tip speed ratio optimal 0,92.
(2)
5.2 Saran
Setelah melakukan penelitian ini maka peneliti memiliki saran untuk penelitian berikutnya yaitu sebagai berikut:
1. Meneliti model kincir angin ini dengan variasi pitch angle yang lebih besar, karena dimungkinkan koefisien daya yang dihasilkan masih bisa bertambah. 2. Meneliti model kincir angin ini dengan variasi penambahan kerapatan jumlah
sudu yang lebih banyak.
3. Meneliti model kincir angin ini dengan variasi bahan sudunya. Karena kehalusan permukaan dan berat sudu dimungkinkan akan berpengaruh pada unjuk kerja yang dihasilkan.
4. Saat pengambilan data diusahakan mencatat data ketika kecepatan angin mendekati rata-rata kecepatan angin yang diinginkan agar hasil perhitungan lebih rapih.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, G.L. 2006. Wind Energy System. Manhattan.
Pudjanarsa, A., dan Nursuhud, D,. 2008. Mesin Konversi Energi. Andi offset, Yogyakarta.
Sastrowijoyo, F. 2008. Energi angin dan potensinya. Alamat web: http://konversi.wordpress.com. Diakses : 15 Mei 2015.
Sutrisna, F. 2011. Prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Angin. Alamat web: https://indone5ia.wordpress.com/. Diakses: 15 Mei 2015.
(4)
LAMPIRAN
Mesin penekuk plat
(5)
Motor listrik pada blower
(6)