Obat yang Digunakan untuk Terapi pada Penyakit Maag Gastritis

8 sempurna. Manifestasi klinis dari gastritis akut yang dapat berbentuk penyakit berat adalah gastritis erosif atau gastritis hemoragik Fakultas kedokteran, 2011. Jenis gastritis yang kedua adalah gastritis kronik. Gastritis kronik merupakan infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada lamina propria dan daerah intra epietal. Gastritis kronik biasanya disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang paling sering menyebabkan gastritis kronik adalah Helicobacter pylor Fakultas kedokteran, 2011. Adanya infeksi Helicobacter pylori ini semakin meningkat karena beberapa faktor diantaranya status sosial yang rendah, sanitasi yang buruk dan air yang kotor Konturek, 2006.

4. Obat yang Digunakan untuk Terapi pada Penyakit Maag Gastritis

Tujuan pengobatan maag adalah mengurangi gejalaatau menghilangkan gejala yang dirasakan, menurunkan frekuensi kekambuhan dan durasi refluks gastroesofagus, mengobati mukosa yang terluka, dan mencegah adanya komplikasi. Pengobatan pada penyakit maag dikelompokkan menjadi beberapa bagian diantaranya antasida, antagonis reseptor H2 dan penghambat pompa proton Dipiro, et al., 2008. a. Antasida Antasida adalah senyawa yang memiliki kemampuan menetralkan asam lambung atau mengikatnya. Manfaat dari antasida adalah mengobati saluran cerna. Antasida dapat juga meringankan gejala-gejala yang muncul pada penyakit dispepsia tukak maupun non tukak, serta pada penyakit gastroesofageal tanpa erosi Depkes RI, 2008. Antasida sebaiknya tidak diberikan bersama-sama dengan obat lain karena dapat menggangu absorpsi dari obat lain. Selain itu antasida juga dapat merusak salut enterik yang dirancang untuk pelarutan obat dalam lambung Depkes RI, 2008. Ada beberapa penggolongan antasida, diantaranya : 1 Antasida dengan kandungan alumunium dan magnesium. Antasida yang mengandung magnesium atau alumunium yang relatif tidak larut dalam air cenderung bekerja lebih lama bila berada di dalam lambung sehingga sebagian besar tujuan dari pemberian antasida tercapai Depkes RI, 9 2008. Antasida dengan kandungan alumunium dan magnesium dapat mengurangi efek samping pada penggunaan obat jika obat digunakan sendiri-sendiri Depkes RI, 2008. 2 Antasida dengan kandungan natrium bikarbonat Natrium bikarbonat adalah antasida yang larut dalam air dan dapat bekerja dengan cepat. Namun jika digunakan dalam dosis yang berlebih akan menyebabkan alkalosis. Terlepasnya karbondioksida pada antasida yang mengandung karbonat dapat menyebabkan sendawa. Pemberian natrium bikarbonat dan sediaan antasida yang mengandung natrium yang tinggi tidak dianjurkan untuk pasien yang sedang diet rendah garam Depkes RI, 2008. 3 Antasida dengan kandungan bismut dan kalsium Antasida dengan kandungan bismut kecuali kelat sebaiknya dihindari karena bismut yang terabsorpsi bersifat ensefalopati dan dapat menyebabkan konstipasi. Selain itu antasida yang mengandung kalsium dapat menginduksi asam lambung Depkes RI, 2008. 4 Antasida dengan kandungan simetikon Simetikon dikombinasikan dengan antasida berfungsi sebagai antibuih untuk meringankan kembung. Pada perawatan paliatif dapat menyebabkan cegukan Depkes RI,2008. b. Antagonis reseptor H2 Antagonis reseptor H2 mengatasi tukak lambung dan duodenum dengan cara mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat dari penghambatan reseptor histamin-H2 Ioni, 2008. Terapi antagonis reseptor -H2 dapat membantu proses penyembuhan tukak yang disebabkan oleh AINS terutama duodenum Depkes RI, 2008. Penggunaan antagonis reseptor H2 pada hematemesis dan melena tidak memberikan manfaat, namun pada penggunaan profilaksis dapat mengurangi frekuensi pendarahan dan erosi gastroendoduodenum Depkes RI,2008. c. Penghambat pompa proton Omeprazol, esomeprazol, lansoprazol, pantoprazol, dan rabeprazol merupakan penghambat pompa proton yang menghambat sekresi asam lambung dengan cara menghambat sistem enzim adenosin trifosfatehidrogen- 10 kaliumpompa proton dari sel parietal lambung. Pompa proton efektif untuk pengobatan jangka pendek pada tukak lambung dan duodenum. Selain itu juga dapat digunakan dengan kombinasi antibiotik untuk pengobatan dengan infeksi Helicobacter pylori Depkes RI, 2008 Efek samping penghambat pompa proton meliputi gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, nyeri lambung, kembung, diare, dan konstipasi. Efek samping yang jarang terjadi diantaranya mulut kering, insomnia, mengantung, malaise, penglihatan kabur, ruam kulit, dan pruritus. Sedangkan efek samping yang sangat jarang terjadi adalah gangguan pengecapan, disfungsi hati, udem perifer, reaksi hipersensitivitas, demam, berkeringat, dan depresi Depkes RI, 2008.

5. Obat yang Rasional untuk Swamedikasi Penyakit Maag

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK PADA Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Ketepatan Penggunaan Obat Analgetik Pada Swamedikasi Nyeri Di Masyarakat Kabupaten Demak.

1 8 11

PENDAHULUAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Ketepatan Penggunaan Obat Analgetik Pada Swamedikasi Nyeri Di Masyarakat Kabupaten Demak.

3 29 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK PADA Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Ketepatan Penggunaan Obat Analgetik Pada Swamedikasi Nyeri Di Masyarakat Kabupaten Demak.

1 8 10

ANALISIS KETEPATAN SWAMEDIKASI PADA PENYAKIT MAAG DI MASYARAKAT KABUPATEN PACITAN Analisis Ketepatan Swamedikasi Pada Penyakit Maag Di Masyarakat Kabupaten Pacitan.

0 4 15

ANALISIS KETEPATAN SWAMEDIKASI PADA PENYAKIT MAAG DI MASYARAKAT KABUPATEN PACITAN Analisis Ketepatan Swamedikasi Pada Penyakit Maag Di Masyarakat Kabupaten Pacitan.

0 4 11

SWAMEDIKASI PENYAKIT MAAG PADA MAHASISWA BIDANG KESEHATAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Swamedikasi Penyakit Maag Pada Mahasiswa Bidang Kesehatan Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

1 16 12

PENDAHULUAN Swamedikasi Penyakit Maag Pada Mahasiswa Bidang Kesehatan Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

5 26 10

SWAMEDIKASI PENYAKIT MAAG PADA MAHASISWA BIDANG KESEHATAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Swamedikasi Penyakit Maag Pada Mahasiswa Bidang Kesehatan Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 0 13

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINDAKAN SWAMEDIKASI PENYAKIT MAAG HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINDAKAN SWAMEDIKASI PENYAKIT MAAG PADA MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

0 1 16

PENDAHULUAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINDAKAN SWAMEDIKASI PENYAKIT MAAG PADA MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

3 26 21