Pola Kerasionalan Obat Penyakit Maag Gastritis

6 biasanya berbentuk tablet, serbuk atau suspensi. Setiap bentuk sediaan memiliki cara pemakaian yang berbeda-beda Djunarko Yosephine, 2011. Salah satu contoh sediaan obat maag adalah tablet. Sediaan dalam bentuk tablet merupakan salah satu bentuk sediaan yang paling banyak dijumpai dan sering digunakan oleh konsumen dalam praktik swamedikasi. Penggunaannya sangat sederhana, yaitu dengan cara meminum. Namun, pada beberapa jenis obat seperti obat maag antasida tablet harus dikunyah terlebih dahulu baru kemudian ditelan Djunarko Yosephine, 2011. c. Waktu minum obat Obat memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang lebih mudah diserap apabila perut dalam keadaan kosong, ada yang harus makan terlebih dahulu sebelum mengonsumsi obat, ada yang berinteraksi dengan makanan, dan ada yang penyerapannya paling baik jika diminum di sela-sela makan.Pengertian minum obat sebelum dan sesudah makan bukanlah sesaat sebelum dan sesudah makan. Sebelum berarti setengah atau satu jam sebelum makan dan sesudah berarti dalam jangka waktu dua jam setelah makan. Sedangkan untuk obat yang digunakan di sela-sela makan dengan cara makan beberapa suap, diselingi minum obat, kemudian baru dilanjutkan makan kembali Djunarko Yosephine, 2011. Obat maag golongan antasida merupakan salah satu pilihan yang digunakan dalam swamedikasi penyakit maag. Pada beberapa pasien, antasida dianjurkan diminum sesuai dengan informasi pada leaflet yaitu sebelum makan. Namun, antasida yang digunakan dalam keadaan perut kosong lebih efektif karena akan mempercepat pengosongan dalam duodenum, maka dianjurkan menggunakan antasida 1 – 1,5 jam setelah makan atau sebelum tidur Tomina, et al., 2014

2. Pola Kerasionalan Obat

Dalam swamedikasi diperlukan ketepatan dalam pemilihan obat dan dosis pemberian. Selain itu dalam swamedikasi harus memenuhi kriteria penggunaan obat yang rasional Hermawati, 2012. Penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas yang sesuai dengan aturan dan kondisi pasien penderita akan mendukung 7 upaya penggunaan obat yang rasional. Kerasionalan penggunaan obat terdiri dari beberapa aspek, diantaranya : a. Tepat obat, yaitu pemilihan obat dengan mempertimbangkan beberapa faktor seperti efektifitas, keamanan, mudah, dan murah. b. Tepat indikasi, yaitu pengobatan harus sesuai dengan dengan keluhan pasien. c. Tepat dosis, yaitu takaran obat harus sesuai dengan umur maupun kondisi pasien. d. Waspada efek samping dan interaksi dengan obat lain dan makanan, serta ada atau tidaknya polifarmasi dalam pengobatan Cipolle, et al., 1998

3. Penyakit Maag Gastritis

Penyakit maag atau gastritis adalah radang pada selaput lendir lambung yang dapat disertai tukak lambung usus 12 jari atau tanpa tukak Lee, et al., 2008. Gastritis didefinisikan berdasarkan pemeriksaan histologi pada biopsi mukosa lambung. Adanya infeksi Helicobacter Pylori yang berkaitan dengan tukak peptik dan kanker lambung menyebabkan kinerja yang berat pada mukosa lambung Nordenstedt, et al., 2013. Mukosa lambung yang sering atau dalam waktu lama bersentuhan dengan aliran balik pada getah duodenum yang bersifat alkalis akan memungkinkan terjadi peradangan. Hal ini disebabkan karena mekanisme penutupan pylorus tidak bekerja dengan sempurna sehingga terjadi refluks tersebut. Mukosa lambung dikikis oleh garam-garam empedu dan lysolesitin. Akibatnya akan timbul luka-luka mikro sehingga getah lambung akan meresap ke jaringan dalam dan menyebabkan keluhan-keluhan Tjay Rahardja, 2007. Gejala gejala umum pada penyakit maag umumnya tidak ada atau kurang nyata, namun kadangkala dapat berupa gangguan pencernaan seperti indigesti dan dispepsia, nyeri lambung dan muntah-muntah akibat erosi kecil pada selaput lendir, bahkan ada juga yang mengalami pendarahan Tjay Rahardja, 2007. Penyakit maag atau gastritis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis akut merupakan inflamasi akut mukosa lambung yang sebagian besar merupakan penyakit ringan dan dapat sembuh 8 sempurna. Manifestasi klinis dari gastritis akut yang dapat berbentuk penyakit berat adalah gastritis erosif atau gastritis hemoragik Fakultas kedokteran, 2011. Jenis gastritis yang kedua adalah gastritis kronik. Gastritis kronik merupakan infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada lamina propria dan daerah intra epietal. Gastritis kronik biasanya disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang paling sering menyebabkan gastritis kronik adalah Helicobacter pylor Fakultas kedokteran, 2011. Adanya infeksi Helicobacter pylori ini semakin meningkat karena beberapa faktor diantaranya status sosial yang rendah, sanitasi yang buruk dan air yang kotor Konturek, 2006.

4. Obat yang Digunakan untuk Terapi pada Penyakit Maag Gastritis

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK PADA Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Ketepatan Penggunaan Obat Analgetik Pada Swamedikasi Nyeri Di Masyarakat Kabupaten Demak.

1 8 11

PENDAHULUAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Ketepatan Penggunaan Obat Analgetik Pada Swamedikasi Nyeri Di Masyarakat Kabupaten Demak.

3 29 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK PADA Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Ketepatan Penggunaan Obat Analgetik Pada Swamedikasi Nyeri Di Masyarakat Kabupaten Demak.

1 8 10

ANALISIS KETEPATAN SWAMEDIKASI PADA PENYAKIT MAAG DI MASYARAKAT KABUPATEN PACITAN Analisis Ketepatan Swamedikasi Pada Penyakit Maag Di Masyarakat Kabupaten Pacitan.

0 4 15

ANALISIS KETEPATAN SWAMEDIKASI PADA PENYAKIT MAAG DI MASYARAKAT KABUPATEN PACITAN Analisis Ketepatan Swamedikasi Pada Penyakit Maag Di Masyarakat Kabupaten Pacitan.

0 4 11

SWAMEDIKASI PENYAKIT MAAG PADA MAHASISWA BIDANG KESEHATAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Swamedikasi Penyakit Maag Pada Mahasiswa Bidang Kesehatan Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

1 16 12

PENDAHULUAN Swamedikasi Penyakit Maag Pada Mahasiswa Bidang Kesehatan Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

5 26 10

SWAMEDIKASI PENYAKIT MAAG PADA MAHASISWA BIDANG KESEHATAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Swamedikasi Penyakit Maag Pada Mahasiswa Bidang Kesehatan Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 0 13

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINDAKAN SWAMEDIKASI PENYAKIT MAAG HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINDAKAN SWAMEDIKASI PENYAKIT MAAG PADA MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

0 1 16

PENDAHULUAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINDAKAN SWAMEDIKASI PENYAKIT MAAG PADA MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

3 26 21