Sejarah politik Islam Indonesia : studi kasus Parmusi tahun 1967-1971

SEJARAH POLITIK ISLAM INDONESIA: STUDI KASUS
PARMUSI TAHUN 1967-1971

Sk,"ipsi
Diajukan Kcpada Fakultas Adab Dan Humaniora
Untuk Mcmcnuhi Syarat-syarat Mcncapai
Cclar Sarjlina Humaniora

Oleh
NOVI ANDRIAWAN

102022024378

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA
1428H12007

SEJARAH POLITIK ISLAM INDONESIA: STUDI KASUS
PARMUSI TAHUN

1967-1971

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab Dan Humaniom
Untuk Memenuhi Syarat-syaloat Mencapai
Gelar Saljana Humaniom

Oleli
NOVIANDRIAWAN
NIM : 102022024378

OJ bawali Bimbingan

TOセ セ
!

r. B

i Sulistiono M. Hnm
NIP. 150 236 276


JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN [SLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H12007 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul "SEJARAH POLITn( ISLAM: INDONESIA :
STUDI lUSUS PARMUSI TAHUN 1967-1971" telah diujllkan dalam sidang
Munaqosah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal 8 Maret 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Program Strata I (S]) pada Jurusan Sejacrah Dan Peradaban
Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakairta, 23 Mei 2007

Sidang Munaqosah

Ketua Sidang


Sekretaris Merangkap Anggota

iO セカサャ[



Drs. H.M.Ma 'ruf Misbah, MA
NIP. 150247010

.

.--

Drs. UseR Abdul Matm, MA,MA
NIP. 150288391

Pembimbing




/'

r---

Lセ

イM ᄋ セ

".';;'-#

,'. "(Ii Sulistiono, M.Hum

NIP. 150236276

KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini,
denganjudul "SEJARAH POLITIK ISLAM INDONESIA: STUDI KASUS PARMUSI TAHUN
1967-1971"


Shalawat serta salam penulis persembahkan ke pangkuan Nabi Muhammad saw,
yang telah menunjukan semua umatnya kepada jalan yang lurus. Demikian juga penulis
haturkan ke hadapan keluarga, sahabat, serta para tabi'in yang senantiasa meneruskan
perjuangan beliau.
Kemudian, seiring dengan penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis, baik bantuan moral
maupun material, demi terselesaikannya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih
terutama penulis sampaikan kepada:
I. Bapak Dr. H. Abdul Khair, MA, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UrN SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. H. M. Ma'ruf Misbah, MA, selaku Ketua Jurusan Sejarah dan
Peradaban Islam.
3. Bapak Drs. Usep Abdul Matin, MA, MA, selaku Sekretaris Jurusan Sejarah
Peradaban Islam
4. Bapak Dr. Budi sulistiono, M.Hum, selaku Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis
selama proses penulisan skripsi.

5. Pimpinan dan seluruh staf perpustakaan Adab dan Hurnaniora, dan juga

plmpman dan seluruh staf perpustakaan Utama

urN

Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan bagi penulis untuk
mendapatkan buku-buku yang digunakan sebagai referensi dalam penulisan
skripsi ini.
6. Ayahanda dan ibunda tercinta yang dengan penuh keikhlasan, kasih sayang,
dan kesabaran membimbing dan mendidik penulis dari kecil sampai sekarang.
7. Teman- temanku jurusan SPI angkatan 2002 yang telah rnenciptakan canda
tawa dan yang banyak memberikan kritik dan sarannya sewaktu di kelas:
sahabatku Inshums, Paradise yang selalu menCQba mengerti dan selalu
memberi masukan selama berteman dengan penulis, juga kepada temantemanku yang lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
8. kepada teman-teman pemuda Kolexi yang selalu dukung penulis untuk selalu
tetap semangat

Demikian ucapan terima kasih penulis, semoga amal baik bapak-bapak, saudara-saudari,
dan teman-teman yang telah penulis sebutkan di atas di tel;ma oleh Allah SWf. Dan,

semoga skripsi

ini

dapat berrnanfaat bagi

pembaca dan semua pihak yang

memeriukannya. Amin ya rabbal alamin.
Jakarta, 24 Februari 2007

Penulis

DAFfARISI

Kata Penganta ..
lafta.. lsi ...
セab

III


I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...
B. Rumusan Masalah ...

5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .

5

D. Metode Penelitian ..

6

E. Survey Pustaka .

8

F. Sistematika Penulisan .


9

lAB II : SEKILAS TENTANG SEJARAH PARMUSI
A. Kondisi Sosial Politik Indonesia Menjelang Berdirinya Parmusi ."
B. Sejarah Berdirinya Parmusi

.

,

II

.

17

C Biografi tokoh-tokoh yang Terlibat di dalam Sejarah Parmusi
C 1 Fakih Usman '" .. ,


,

.

30

C2 Lukman Hamn .
C.3 Muhamad Roem

27

.

C4 Muhammad Sjafa'at Mintaredja .

31
34

lAB III: MASALAH INTERNAL DI DALAM PARTAI PARMUSI


A. Golongan Pendukung Masyumi ditubuh Parmusi ....

36

B. Golongan Pro Pemerintah ditubuh Parmusi

40

C. Konfrontasi antara 1. Naro dengan Djamawi Hadikusumo ..

45

BAB IV: SIKAP PEMERINTAH TERHADAP PARMUSI
A. Sikap Militer terhadap Parmusi pada tahun 1967-1971 .....

48

B. Sikap Birokrasi Pemerintah Orde Baru terhadap Parmusi

53

Tahun 1967-1971

C. Sikap politik pemerintah Terhadap Parmusi Tahun 1967-1971 .

57

BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran-saran ....

LAMPIRAN

DAFfAR PUSTAKA

.

61

63

BABI
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Politik

Islam Indonesia yang' dijalankan pemerintah Orde Baru lebih

dikembangkan untuk memobilisasi seluruh kekuatan massa, termasuk umat Islam
yang secara statistik merupakan bagian terbesar masyarakat Indonesia, Wajar jika
suatu

pemerintah

yang berkuasa berusaha

mempertahankan

selama mungkin

kekuasaan mereka baik atas nama cita-cita bangsa maupun cita-cita lain, dengan
mengerahkan seluruh potensi masyarakat ke arah usaha tersebut I .
Akan tetapi, wajar jika umat Islam yang keml1dian mendorong mereka l1ntuk
sadar terhadap potensi sosial dan politik yang mereka miliki l1ntuk diarahkan secara
maksimal dalam mencapai dan merealisasikan ide, cita-cita dan gagasan besar dalam
kerangka perjl1angan Islam,
Mengaitkan Agama Islam dengan politik Indonesia merupakan hal yang
sangat esensiaL Karena, sebagai agama yang dominan dalam rnasyarakat, Islam telah
menjadi unsur yang paling berpengaruh dalam bl1daya Indonesia dan merupakan
salah satu unsur terpenting dalam kehidl1pan politik Indonesia2

Abdul Munir Mulkhan, Runluhnya Milos Palilik Sanlri Siralegi Kehudayaan Dalam Islam,
(Yogyakarta: Siperss, 1994), hal .25
2 Din Syamsudin, Islam Dan Palilik Era Orde /Jar", (Jakarta: Logos, 2001),hal. 21

I

2

Salah satu partai politik Islam, yaitu Pannusi

3

Partai ini berdiri atas dasar

persetujuan pemerintah, untuk bernsaha mencari jalan keluar dengan mengusulkan
dibentuknya partai barn sebagai wadah dan penyalur aspirasi politik umat Islam yang
belum tertampung dalam partai Islam dan golongan politik yang ada. Berdasarkan
usul tersebut, memungkinkan pemerintah memberikan rekomendasi untuk melahirkan
sebuah partai politik Islam yang barn yaitu Pannusi.
Jika kita kembali melihat bagaimana Sejarah berdirinya Pannusi, berawal dari
sikap pemerintah atas penolakan terhadap tuntutan umat Islam agar menggagalkan
pemberontakan PKI pada tahun 1965. Pada waktu itu, semua umat Islam bersama
Militer dan kekuatan sosial lain berhasil menggagalkan pemberontakan tersebut,
namun keduanya berbeda pendapat 、。ャセ

rehabilitasi kembali pa.rtai Masyumi

4

Gambaran di atas didasarkan pada pandangan yang menyatakan bahwa
bubamya Masyumi

mernpakan bagian dari gerakan politikPKI.

Sementara

pemerintah bersama umat Islam telah berhasil menumpas ipemberontakan partai
tersebut. Berdasarkan hal tersebut logika elit Islam dan massa umat menganggap
bahwa rehabilitasi Masyumi adalah suatu konsekuensi logis sikap pemerintah
terhadap bubamya PKI itu sendiri. Namun demikian, temyata logikatidak berlaku
bagi pemerintah khususnya Militer sehingga antusiasme yang tinggiterhadapharapan
rehabilitasi Masyllmi akhimya mengalami kegagalan. Suatlilogika yang dilatar

Parlai Muslimin Indonesia, disingkal PMikemudian Parmusi, adalah partai yang didirikan pada
masa Orde Barn. Ensiklopcdi Nasional Indonesia (Jakarta: PT. Delta IPamungkas, 2004) jilid-12.
hal -207.
4 Runluhnya Milos Polilik Santri Slrategi Kebudayaan Dalam Islam, op.cit. hal.28.

3

3

belakangi oleh kekhwatiran pemerintah' terhadap sikap oposan dan pembangkang
golongan Islam yang terwakili dalam Masyumi yang selama ini telah mengakibatkan
berbagai konflik politik khusunya mengenai dasar Negara yang merugikan dan
menghambat terciptanya Pembangunan Nasional.
Pembentukan Parmusi diharapkan memberikan suatu yang baru bagi politik
Islam, terutama Parmusi yang dipandang mewakili aspirasi politik Islam modernis.
Akan tetapi, apakah keterlibatan pemerintah dalam proses pernbentukan partai baru
tersebut melakukan kegiatan-kegiatan yang merugikan pernerintah sendiri atau
mengambil kebijakan-kebijakan politik yang independen.
Salah satu hal yang mungkin menjadi sebuah pembahasan yang lebih dalam
atas penulisan ini, yaitu berbagai masalah politik yang terjadi eli dalam Parmusi yaitu
terdapat beberapa masalah antara golongan Reformis dengan Akomodasionis di tubuh
Parmusi sendiri yang membuat Parmusi mendapatkan kesulitan dalam berpolitik yang
kemudian banyak menimbulkan konflik diantara pemimpin Parmusi sendiri dan
bahkan dengan pemerintah Orde Baru yang banyak dikendalikan oleh militer.
Keterlibatan

pemerintah tersebut,

bagaimanapun,

rnenimbulkan masalah

internal di dalam Parmusi bagi pendukung rezim Orde Baru, c1iantara anggota partai
Parmusi terjadi sebuah konfrontasi internal. Apakah benar perbedaan talah tampak
bahkan sejak awal, ketika panitia persiapan pembentukan Palfmusi membahas caracara yang tepat untuk berunding dengan pemerintah.

4

Akan tetapi, terdapat beberapa tokoh dalam paratai PanTIusi yang terlalu pro
pemerintah dan kehilangan daya intelektual dan keritisisme terhadap pemelintah 5 .
Ada sebuah unsur politik yang dinginkan oleh pemerintah Orde Barn yaitu sebuah
ideologi yang hendak ditetapkan oleh pemerintah Orde Barn yaitu ideologi Pancasila.
Dalam hal ini, pemerintah Orde Barn ingin dikenal sebagai pemerintah yang
berketuhanan,

berprikemanusiaan,

berkesatuan

nasional,

berkerayatan,

berkeadilan sosial berdasarkan Pancasila sebagai dasar Negara.

Lagi

dan
pula,

pemerintah ingin menegaskan bahwa golongan "eks/rim", seperti orang-orang yang
mendambakan Negara Islam, tidak akan ditolelir lagi6
Di kalangan politik Islam Indonesia sendiri khususnya pada masa Orde Barn
terdapat, beberapa masalah mengenai kecendernngan politik atau aliran mengenai
hubungan antara Islam dengan ketatanegaraan

7

Dengan demikian pellTIasalahan yang

terdapat di dalam Parmusi, adalah bahwa Pemerintah saat itu memandang politik
Islam PallTIusi bellTIaksud untuk merehabilisasi partai Masyumi yang dipandang
pemerintah sangat bertentangan dengan ideolgi pemerintah Orde Barn. Oleh karena
itu, yang menjadi pertimbangan pemerintah untuk tidak merehabilitasi Masyumi yaitu
menginginkan sebuah Negara yang berideologikan Islam.

Kunrowijoyo, Identitas Palitik Umat Islam (Bandung : Penerbir Mizan, 1997) hal. 198
(, R. William Liddel, Partisipasi dan Partai polilik Indonesia Pada Awal Orde Baru (Jakarta: Tim
r.nerjemah Pustaka Vtama Grafiti, 1992) hal. 8
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara (Jakarta: VI Perss, 1993) hal. 1-2

5

5

B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas pada penulisan skripsi ini ialah mengenal
Sejarah politik Islam Indonesia studi kasus Parmusi. Yakni, membahas mengenal
masalah yang terjadi pada lingkungan intern Parmusi, yakni konflik antara golongan
pendukung Masyumi dengan golongan pro pemerintah di tubuh Parmusi, dan sikap
politik pemerintah Orde Baru terhadap Parmusi sekitar tahun 1967-1971.
Mengingat judul di atas, maka skripsi ini akan memfolcuskan kepada sejarah
politik Islam Indonesia studi kasus Parmusi pada tahun 1967-1971. Agar penelitian
ini tidak meluas, maka penulis melakukan pembatasan permasalahan sebagai berikut :
I. Konflik yang terjadi dalam internal Parmusi pada tahun 1967-1971
. 2. Sikap politik Pemerintah Orde Baru terhadap Parmusi pada tahun 1967-1971
Dari sanalah, maka dibuat rumusan masalah dengan pertanyaan sebagai
berikut :
I. Bagaimana konflik yang terjadi dalam internal Parmusi pada tahun 1967197I?
2. Benarkah Parmusi merupakan sebuah partai yang pro dengan pemerintah
Orde Baru?

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
I. Mengetahui sejarah politik Islam Indonesia khususnya yang terjadipada Parmusi
seperti konflik intern antara golongan pendukung Masyumi dan golongan yang

6

pro dengan pemerintah di tubuh Parmusi. Dan kemudian mengetahui bagaimana
sikap politik Pemerintah terhadap Parmusi.
2.

Memberi kontribusi penulisan mengenai sejarah politik Islam Indonesia
khususnya Parmusi, yang menurut penulis masih sangat minim dibanding kajiankajian skripsi yang hanya berfokus pada kajian sejarah semat8..

D. Metode Penelitian
Metode penelitian menggunakan pendekatan Historis dan metode deskriptif
yakni dengan menguraikan dan menjelaskan berbagai permasalahan yang didasari
oleh data yang terkumpul. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan sumbersumber Primer untuk mendapatkan sebuah data yang akurat didapat dari hasil bukti
data seperti hasil laporan Mukhtamar I, data-data Koran seperti Kompas, Sinar
Harapan

yang

membahas

langsung

Parmusi,

kemudian

data-data

tersebut

memberikan informasi mengenai data-data sekunde:r yang membahas mengenai
Parmusi untuk membantu penulisan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini, juga
penulis

menggunakan

Library

Research

(penelitian

kepustakaan)

seperti

Perpustakaan Vtama, Perpustakaan Nasional, Arsip Nasional, Perpustakaan Iman
Jama. Oleh kama itu, penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan, baik dari
data primer maupun sekunder.
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi
tahap-tahap sebagai berikut :

1m

adalah menggunakan

7

I. Pengumpulan data, di dalam pengumpulan data penulis mencari
sumber-sumber yang terkait dengan pembahasan skripsi ini, baik
sumber primer yaitu berupa bukti data Parmusi kemudian sumber
skunder berupa buku-buku yang membahas mengenai parmusi. Proses
ini dilaksanakan dengan menggunakan metode bahan dokumen.
Metode ini dapat digunakan karena ditemukan :;umber-sumber tertulis
yang memberikan informasi mengenai masalah-masalah yang teljadi
pada partai Parmusi.
2. Klasifikasi data,
berdasarkan

yaitu

data-data yang diperoleh diklasifikasikan

permasalahan

yang

dibahas

dalam

penelitian

ini.

Kemudian dibaca dan dipahami mengenai permasalahan-permasalahan
tersebut.
3.

Analisa data, analisa dilakukan secara internal maupun ekstemal,
yakni melalui pembacaan terhadap sumber secara kritis, kemudian
setelah itu dilakukan interpretasi terhadap sumber. Dan dianalisa
secara deskriftif historis yakni menganalisa dengan menggunakan
analisa sejarah.

Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman

Penlllisan Skripsi, Tesis dan Disertasi U1N Syarif Hidayatll11ah Jakarta.

8

E. Survey Pustaka
Setelah melakukan survey pustaka yang berkaitan dengan pembahasan
mengenai Partai Permusi dan bahkan setelah penulis melakukan sebuah tinjauan
pustaka secara intensif, penulis dapat menemukan buku yang lebih fokus membahas
mengenai Parmusi, oleh karena itu penelitian ini menjadi amat penting untuk dikaji
oleh penulis. Akan tetapi, dapat ditemukan beberapa buku yang mengangkat tema
mengenai permasalahan politik Islam pada masa Orde Baru studi kasus Parmusi
yaitu, antara lain :

Laporan Pimpinan Partai Pal'mllsi Pada Mllk/amar Di Ma/ang, Pada
Tangga/ 2-7 November 1968.
Dalam laporan tersebut memberikan beberapa data mengenai perkembangan
yang エ・セ。、ゥ

pada Partai Muslimin Indonesia tersebut. Dan dalam laporan Muktamar

tersebut

memberikan

data

yang

menyebutkan

di

dalamnya

yaitu

mengenai

perkembangan partai mulai dari masalah organisasi, perkernbangan wilayah dan
cabang-cabang, hubungan dengan ormas-ormas pendukung, sidang dewan partai dan
kemudian mengenai keuangan partai.
Kemudian dalam laporan terasebut juga mernberikan informasi mengenaI
pokok-pokok kebijaksanaan partai mengenai pembentukan !cabinet pembangunan.
Dalam hal ini penulis menjadikan arsip laporan pimpinan partai yang diketuai oleh
Dzarnawi Hadikusumo dengan wakil Lukrnan Harun.

9

Solihin Salam, Sejarah Partai Muslimin Indonesia, Jakarala: Yayasan
Kesejahleraan dan Pembendaharaan Islam, 1968.
Buku ini ditulis oleh Solihin Salam, yaitu dalam bukunya menggambarkan
sejarah Parmusi. Bagai mana proses berdirinya Parmusi dengan masalah-masalah
yang terjadi dengan Partai Masyumi tersebut. Kemudian dalam buku ini pula terdapat
bagaiman

Masyumi

dalam

rehabilitasi

kembali

yang

kemudian

ada

sebuah

pertentangan atau tidak disetujui oleh pemerintah Orde Barn.
Di dalam buku tersebut juga, membicarakan mengenai pemerintahan Orde
Barn yang tidak menginginkan kembali mantan-mantan tokoh Masyumi didalam
partai barn yang disetujui oleh Pemerintah Yaitu Parmusi.
Demikian penulis melakukan sebtiah survey pustaka untuk menjadi sebuah
patokan penulisan yang membahas mengenai parati politik yang lahir pada awal Orde
Barn, yang kemudian banyak yang harus dikaji oleh penulis di dalam partai Parmusi
tersebut.

F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan, penulis menyusul1 skripsi ini dengan
sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab, dimana masing-masing bab terdiri
dari beberapa sub-bab. Adapun perinciannya sebagai berikut :

10

BAB I. Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah yang berkaitan
dengan judul skripsi ini, kemudian rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
metode penelitian, survey pustaka, yang kemudian sistematika penulisan.
BAB II. Dalam bab ini penulis mencoba untuk mengurankan Kondisi Sosial
Politik Indonesia Menjelang Berdirinya Parrnusi, sejarah berdr.rinya Parmusi dan
yang terakhir dalam bab ini yaitu membahas tentang biografi tokoh-tokoh yang
Terlibat di dalam sejarah Parmusi.
BAB III. Dalam bab ini menguraikan masalah internal di dalam partai
Parmusi yang terdiri dari sub-bab yang membahas Golongan pendukung Masyumi di
tubuh Parmusi, ·golongan pro pemerintah di tubuh Parmusi. Dan yang terakhir pada
sub bab III ini adalah Konfrontasi antara J. Naro dengan Djarnawi Hadikusumo.
BAB IV. Untuk mendalami masalah Partai Parmusi yang merupakan inti dari
skripsi ini, dalam bab ini penulis menguraikan permasalah;m mengenai sikap
Pemerinh terhadap Parrnusi. Di sini di uraikan mengenai SiblP Militer terhadap
Parmusi tahun 1967-1971, Sikap Birokrasi pemerintah terhadap Parmusi tahun 19671971, dan pada sub terakhir pada bab IV adalah Sikap politik Pemerintah Orde Baru
Terhadap Parrnusi Tahun 1967-1971.
BAB V. Selain

berisi kesimpulan dari

uraian-uraian pada bab-bab

sebelumnya, bab ini juga memuat saran-saran yang berkaitan dengan gagasan umum
dalam skripsi ini.

BABII
SEKILAS TENTANG SEJARAH PARMUSI

A. Kondisi Sosial Politik Indonesia Menjelang Berdirinya Parmusi
Berbicara bagaimana kondisi sosial politik Indonesia menjelang berdirinya
Parmusi tidak lepas dari bagaimana kondisi sosial politik Masyumi. Karena
berdirinya Parmusi berawal dari proses rehabilitasi kembali Masyumi yang telah
dibubarkan oleh pemerintah Soekamo, karena Masyumi dipandang sebagai organisasi
yang menginginkan sebuah dasar Negara yang berdasarkan Islam dan hal tersebut
bertentangan dengan pemerintah.
Kondisi tersebut berawal ketika berdirinya partai Masyumi di Yogyakarta
pada tanggal 7-8 November 1945, sebagai respons umat Islam terhadap imbauan
pemerintah melalui pengumuman 3 Oktober 1945, yang mengajak rakyat untuk
mendirikan partai. Imbauan yang ditandatangani wakil Presiden Mohammad Hatta
tersebut diulangi lagi pada tanggal 3 Novenber 1945.

LQuセゥ、オュ・ォ

Berdirilah partai

Masyumi yang diputuskan dalam kongres Muslimin Indonesia di Madrasah
Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Kongres tersebut juga mengikrarkan :

Pertama, Masyumi adalah satu-satunya partai politik Islam di Indonesia. Kedua,
bahwa Masyumilah yang akan memperjuangkan nasib umat Islam Indonesia. Tidak
mengakui keberadaan partai Islam lain. I

Syaifullah, Gerakan PolilikMllhammadiyah Da/am Mas.wmi, (Jakarata: Grafiti, 1997), hal 141142.

I

12

Pendukung Masyumi selain organisasi politik seperti PSI!, juga dua organisasi
kemasyarakatan terbesar di Indonesia yaitu Muhammadiyah da.n NU Pendukung
lainnya adalah Perikatan Umat Islam dan Persatuan Umat Isla.m yang pada tahun
1951 keduanya memfusikan diri menjadi Persatuan Umat Islam (PUI) Indonesia.
Perkembangan pesat anggota istimewa Masyumi ditandai dengan masuknya
organisasi-organisasi Islam, antara lain

Persatuan Islam (Per"is) Bandung pada

tahun 1948; Persatuan Ulama seluruh Aceh (pUSA) pada tahun 1949; Al-Irsyad pada
1950; AI-Jami'iah Al-Washiliyah dan AI:lttihadiyah Sumatra Utara sesudah tahun
1949; Mathla'ul Anwar, Banten dan Nahdlatul Wathan, Lombok 2
Dilihat dari komposisi personal yang terlibat dalam kepengurusan Masyumi,
tampak sekali bahwa partai ini melibatkan
kemerdekaan. Kepengurusan dalam

seluruh fungsionaris Islam pasca

Majlis Syuro di ketuai oleh Hasyim Asy'ari

(wakil dari kalangan Tradisionalis), sementara wakil-wakilnya adalah Wahid Hasyim
(anaknya sendiri), Agus Salim (PSII), Djamil Djambek (wakil dan golongan reformis
dari Sumatra Utara) dan lain-lain. Sedangkan pengurus besar dikEltuai oleh Sukiman,
Abikusno Tjokrosujoso, dan kemudian melibatkan M. Natsir, Mohammad Roem, dan
juga Kartosuwirjo (pemimpin pemberontakan Darul Islam).'
Sebagaimana dijelaskan mengenai penolakan atas dasar Negara Islam (Islam
sebagai dasar dan ideologi Negara), setelah umat Islam berjuang bahu membahu
meninggalkan perbedaan paham keagamaan antar mereka, terutama antara kalangan
'Deliar Nocr, Pmtai Islalll Di Pentas Nmional, (Jakarata : Grllfiti PefS, 1987). Hal. 48.
3 Faehri Ali, Bahtiar Ffend;, Mel'Qlllhah .Ialan Ram Islam Indonesia Maw Orde Ram. (Bnndung:
Miznn, 1986). Hal. 85.

13

tradisionalis dan modern is. Kerjasama yang tercermin dalam Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), dan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI), kemudian dilanjutkan dalam kongres Umat Islam di
Yogyakarat, pada permulaan memang memperlihatkan suatu bentuk persatuan umat
yang dirindukan. Dalam kongres Yogyakarta telah tercapai kesepakatan bahwa
Masyumi

merupakan

satu-satunya

partai

umat

Islam.

Namun

dalam

perkembangannya, baik dalam teon maupun praktek, kesepakatan itu tidak bertahan
lama. Artinya benih-benih persatuan, yang mulai mereka rajuk kembali, tidak
mengesankan adannya bangunan kokoh persatuan.

Alasan perpecahan yang

mengancam persatuan umat ini, pada' umumnya, tidak sulit ditemukan. Syafi'I
Ma'anf melihat bahwa secara umum perpecahan datang karena mekanisme
penjatahan kedudukan. Atau peran politik tidak berjalan baik, dalam pengertian tidak
berjalan baik yaitu tidak memuaskan masing-msing pihak yang membentuk fusi
dalam Masyumi 4
Perpecahan yang diawali PSII dan kemudian NU merupakan indikasi yang
baik untuk menjelaskan alasan Syafi'i

Ma'arif di alas.

Namun demikian,

kemungkinan adanya faktor lain yang menyebabkan , atau bahkan mempercepat
munculnya perpecehan bukan tidak ada faksionalisme tradisonalis- modemis, yang
pada gilirannya membentuk watak keagamaan tertentu pada masing-masing pihak
dan bukan mustahil berperan dalam perpecahan umat Islam ketika itu. Secara
sederhana, kalangan tradisionalis, karena latar belakang pendidikan mereka, dipahami
'Syafi'i Ma'arif,Islam DaliMasalah Kellegamall (Jakarta: LP3ES, 1984), hal. 114-116.

14

sebagai suatu kelompok yang buta politik dalam pengertian s,mgat luas. Artinya,
mereka dianggap hanya mampu berpikir tentang persoalan-persoalan keagamaan
mumi, sementara kalangan modemis, karena latar belakang pendidikan modem yang
mereka terima dianggap sebagai kalangan yang hanya sedikit memiliki pengetahuan
keislaman, namun mempunyai kemampuan-kemampuan lebih untuk berbicara
tentang persoalan-persoalan politik kenegaraan 5
Asumsi terakhir ini, jika dapat dibenarkan, maka benih-benih perpecahan
sesungguhnya merupakan implikasi alokasi peran yang telah dirancang sebelumnya.
Misalnya, kalangan tradisionalis menduduki kubu Majlis Syuro, yang sering kali
hanya bergelut dengan persoalan-persoalan keagamaan mumi, sehingga, kurang
mendapatkan peran politiknya, seperti kalangan modemis menduduki kubu pengurus
Eksekutif, yang sehari-hari menjalankan kepengurusan Masyumi 6
Tidak lagi bergabungnya PSI! (1947) dan NU (1952) dalam Masyumi
tampaknya memang harus dijelaskan melalui pendekatan sebagaimana yang telah
disebutkan di atas, terutama menyangkut urusan alokasi peran politik antara berbagai
kekuatan yang "terfusikan" dalam Masyumi. Untuk kasus PSII, Soemarso
Soemarsono melihat bahwa hal itu disebabkan oleh tak kunjung datangnya
kesempatan bagi PSII untuk duduk dalam kabinet. 7 Namun demikian, persoalan ini
tidak begitu mempengaruhi peIjalanan Masyumi, karena kecilnya kekuatan PSII itu

'Op.cil, hal. 86.
Op cil, hal. 87.

6

1

Soemarso soemursono (cd), Afoeltammad Roem 70 Tahun; Pejuang-Penmding. (Jakarta: Bulan

13inlang, 1978), hal. 68

15

sendiri. Akan tetapi, di sisi lain, hal ini rnerupakan awal lernahnya kekuatan Islam
dalam diri partai Masyumi.
Melemahnya Masyumi sebagai kekuatan politik Islam leblh terasa lagi setelah
NU mengikrarkan diri keluar dan partai Masyurni. Hal ini disebabkan NU
mempunyat rnassa sangat besar, terutaina di Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Kalimantan Selatan. Sejak itu (1952) NU mengubah dinnya dari Jami'iyah sebuah
organisasi sosial keagamaan, menjadi partai politik. Kebesaran massa NU tersebut
dibuktikan pada pemilu 1955, dimana NU muncul sebagai partai terbesar nomor tiga
setelah PNI dan Masyumi dengan meraih 18,4 persen suara dari keseluruhan jurnlah
peserta peml'1 u. '
Perpecahan politik Islam, sebagaimana telah disebutkan, tampaknya tidak
mengubah onentasi perjuangan sebagai umat Islam untuk tetap memperjuangkan
gagasan Negara Islam. Di dalam berbagai sidang Dewan

kッョセ[エゥ オ。 ・L

khususnya

Masyumi, tetap menyuarakan ide-ide Negara Islam. Sernentara itu, masa Demokrasi
Liberal yang ditandai dengan jatuh bangunnya sebuah kabinet, baik oleh alasanalasan politis sekuler maupun politis keagamaan, telah mendorong Presiden Soekamo
untuk mernbubarkan Konstituante. Memalui dekrit Presiden 5 Juli 1959, Dewan
Konstituante di bubarkan, dan Presiden rnendekritkan berlakunya kernbali UUD
1945. Dengan dekrit tesebut, otomatis persoalan Piagarn Jakart, terungkit kembali.
Untuk itu, presiden rnernutuskan bahwa Piagarn Jakarta rnernpunyai hubungan
kesejarahan kasus dengan Undang-Undang Dasar (UUD), dianggap sebagai suatu
8

Fachn Ali, Op cit, hal. 88.

16

bagian integral dari UUD itu sendiri. Pengekuan semacam ini, terhadap Piagam
Jakarta dapat diartikan sebagai indikasi adanya posisi khusus yang dimiliki Umat
Islam. Dan tampaknya umat Islam, baik dikarnakan oleh problematika intern yang
mereka hadapi, seperti konflik-konflik keagamaan, konsepsi politik yang tidak begitu
jelas dan lain sebagainya, yang membuat mereka tidak begitu tanggap dalam
mempergunakan kemunculan pengakuan terhadap Piagam Jakarta yang keduakalinya
itu

9

Sementara itu Soekarno, sejak memberlakukan sistem Demokrasi Terpimpin,
justru membenkan keluasan lebih besar kepada Partai Komunis Indonesia (PKI)
untuk bergerak dan menguasai panggung politik Nasional. Hal ini mendatangkan
implikasi cukup senus terhadap seluruh aspek kebijakan pemerinlah yang mempunyai
relevansi dengan kehidupan keagarnaan umat Islam. Berbagai aSlimsi tentang
kebijaksanaan Soekarno yang demikian ini boleh saja mllncul, misalnya, bahwa hal
itu disebabkan oleh kekhwatiran kemllngkinan munculnya Islam sebagai kekuatan
politik yang mendominasi panggung politik nasional atau oleh keinginan Soekarno
untuk tetap mempertahankan konsepsi Nasakomnya.
Kebijakan lain Soekamo yang dinilai sangat merugikan Islam adalah
keputusannya llntuk membubarkan Masyllmi yang pemah bekerjasama dengan Partai
Sosialis Indonesia (PSI) untuk membuat Demokrasi Tandingan yang diben nama
Liga Demokrasi, karena keterlibatan sebagian pemimpinnya dalam pemberontakan

'Ibid.

17

PRRI. 10 Dengan dibubarkannya Masyumi pada bulan Agustus 1960 itu, NU yang
telah menjadi partai politik dan keluar dari keanggotaannya sebagai salah satu partai
pendukung Masyumi, tampil sebagai wakil politik Islam.
Data perjuangan umat Islam yang terentang di atas ini, sesungguhnya ingin
menggambarkan pergolakan pemikiran dan perjuangan politik umat Islam. Pada
priode itu, terutama pada priode menjelang kemerdekaan dan pada masa Demokrasi
Liberaal, perhatian sebagian besar pemimpin umat Islam terpusatkan pada persoalanpersoalan Islam dan hubungannya dengan pembangunan poliitik-ideologi. Yang
berkembang ketika itu, misalnya, konsepsi bahwa Islam itu adalah dinlln wa dalilah
(agama sekaligus terlibat dalam persoalan.,persoalan kenegaraan); Islam itu meliputi
kehidupan dzmya wa al-akhirah dan lain sebagainya. 11

B. Sejarah Berdidnya Parmusi

Untuk melacak sejarah berdirinya Partai Muslimin Indonesia (Pannus i) maka
perlu melihat lembali kepada pembentukan Badan Koordina.di Amal Muslimin
(BKAM) yang berdiri pada bulan Desember 1965, yang keanggotaannya terdiri dari
kelompok sosial dan kelompok pendidikan Islam, yang mana dari mereka dahulunya
adalah anggota Masyumi. Berdirinya Badan Kooordinasi Amal Muslimin awalnya
mempunyai dua tujuan. Per/ama, tujuan yang bersifat sosial budaya, kedlla, bertujuan
untuk memperbaiki politik pemerintah Soekamo. Akan tetapi, pada awal tahun 1966

'0 Ibid, hal. 89.
II

Ibid, hal. 90.

18

tujuan tersebut berubah menjadi sebuah tujuan untuk memlllihkan nama baik
Masyumi I I
Pada tahun yang sarna, proses rehabilitasi Masyumi telah dipertimbangkan
oleh para wakil Badan Koordinasi Amal MlIslimin dan mantan wakil Presiden
Moehammad Hatta yang telah mengetahui akan terbentuknya sebuah Partai Muslmin
baru. Kemudian pada bulan Oktober 1966 pertimbangan untuk membentuk partai
MlIslimin baru di setujui oleh wakil Presiden Moehammad Hatta. Akan tetapi, dua
bulan kemudian pada bulan Desember pemyataan Angkatan Bersenjata diikuti oleh
ucapan Soeharto dari kebijakan pemerintah mengenai Badan Koordinasi Amal
Muslimin· s'ebagai kebutuhan' akan adanya badan Koordina,;i organisasi untuk
menyediakan partai baru sebagai wadah politik. Selanjutnya, pada akhir bulan Maret
1967, Prawoto menyatakan banyak kesalah pahaman dengan pihak Soeharto sebagai
sebab kegagalan rehabilitasi Masyumi 13
Hal tersebut dikarnakan oleh angkatan tua Golongan Modernis, terutama yang
pernah menjadi tokoh-tokoh dalam kepengurusan Masyumi, yang lebih menekankan
repolitisasi Islam sebagai upaya menumbuhkan kekuatan politik. Caranya adalah
dengan mendesak pemerintah Orde Baru untuk merehabilitasi Masyumi, sesudah
partai ini dibubarkan dan dinyatakan sebagai partai terlarang oleh rezim Soekamo,
karena Masyumi dipandang oleh pemerintah sebagai organisasi atau partai yang
menginginkan sebuah dasar negara yang berdasarkan Islam dan hal tersebut
12 Ward, K.E, l1,e Foundanon Oj17,e Partai Mlulimin l"daresia. New York, Shoticst Asia Program Cornell
University IlachlL 1970. hal. 23.
13

Ibid, haL 24.

19

bertentangan dengan pemerintah. Oleh karena itu, rehabilitasi Mlsyumi ini diajukan
sebagai syarat pemberian dukungan terhadap

ー・ュャセイゥョエ。ィ

Orde Baru, dengan

pertimbangan bahwa mereka telah memberikan andil dalam me1negakan demokrasi
serta melawan komunisme pada masa Orde Lama. Sementara :tlu, kelompok yang
lebih muda atau mereka yang mendukung akan pemerintahan Orde Baru yang berada
di luar kepengurusan Masyumi, cenderung untuk mempetjuangkan rehabilitasi
material. Dengan kata lain, mereka yang pro dengan pemerintah berpendapat, tidak
merasa perlu untuk menghidupkan partai lama yang sudah dilarang, tetapi yang lebih
penting adalah dapat ikut serta kegiatan politik Orde Baru.

14

Namun demikian, usaha-usaha merehabilitasi Masyumi tersebut pada masa
awal Orde Baru Itu tampaknya terus bergulir dan bahkan mendapat dukungan kuat
dari para simpatisannya. Bahkan ketika para pemimpin Masyumi masih dalam
penjara, sejumlah fungsionaris Masyumi yang tidak ditahan telah terlihat dalam
usaha-usaha untuk merehabilitasi partai tersebut. Usaha ini cukup membawa hasil, di
antaranya dengan berdirinya Badan Kordinasi Amal Muslimin (BKAM), yang
mempersatukan 16 organisasi Islam seperti, Muhammadiyah, Al-Irsyad, Persatuan
Umat Islam, Alumni HMl, Djamiatul Al-wasliyah dU, delngan tujuan pokok
merehabilitasi Masyumi. Puncak dari proses rehabilitasi tersebUit ketika diadakannya
acara lasyakur yang di selenggarakan di Masjid Agung AI-Azhar, kebayoran Baru,
Jakarta Selatan, tanggal 15 Agustus 1966. Acara syukuran yang dihadiri sekitar
50.000 orang.
\., M. Syafi'i Anwar, Pemikiran Don Aksi Is/am Indonesia, (Jakarta: Paramadina, 1995), h. 25-26

20

Adapun tokoh-tokoh yang hadir dan berbicara dalam acam syukuran itu antara
lain adalah Sjafruddin Prawiranegara, Assaat, Prawoto Mangkusasmito, Mohammad
Roem, Kasman Singodimedjo, Hamka,' dan Muhammad Natsir. Upaya untuk
merehabilitasi Masyumi secara eksplisit baru dikemukakan oleh prawoto pada acara
silaturrahmi keluarga besar Bulan Bintang'di Jakarta tanggal 24 Oktober 1966. dalam
acara tersebut Prawoto mengatakan:

,,' berbicara di muka saudara-saudara sekalian pada malam han ini, ingin saya
pergunakan untuk memberi keterangan tentang usaha yang sedang dijalankan
oleh beberapa ternan dan saya, untuk memperjuangkan supaya alat perjuangail
kita bisa dipergunakan kembali seperti sediakala, Yang saya maksudkan ialah
usaha yang sekarang lazim dinamakan usaha "Rehabilitasi Masyumi"
... Rehabilitasi itu mempunyai taraf yang bertingkat, ibarat pohon yang tumbuh.
Di dalam pertumbuhannya ini ada Yang membantu, ada pula yang menghalangi.
Yang membantu temyata tiap hari tambah banyak. Dan organisasi Islam yang
tadinya ada 14, jumlah pendukungnya itu sekarang sudah meningkat dengan
adanya keputusan HMI Dulunya HMI tidak menyongkong rehabilitasi, tetapi
didalam kongresnya di Solo diputuskan menyongkongkan rehabilitasi.. 15

15 Prawoto Mangkusasmito, Alam Pikiran Dan Jejak Peljuangan, SU::'1..man S.U. Bayasut
(Surabaya: Documenta, 1972) hal. 202-2003.

21

Dukungan yang luas berbagai lapisan umat muneul terhaclap partai baru yaitu
Parmusi.

suatu

dukungan

yang

didasarkan

pandangan

bahwa

Parmusi

diidentifikasikan sebagai kelanjutan Masyumi. Namun sikap pemerintah terhadap
tokoh-tokoh Masyumi yang ditolak untuk duduk sebagai pimpinan partai Parmusi
tersebut beranggapan bahwa mereka merupakan bibit konflik baru umat dengan
penguasa Orde Baru.
Akan tetapi, para delegasi dari Badan Koordinasi Amal Muslimin akhimya
memutuskan untuk membentuk suatu panitia guna menyiapkan k'elahiran suatu partai
yang menjadi wadah aspirasi politik masyarakat Islam, yang telah menjadi eita-eita
politik umat Islam saat itu.
Untuk mendirikan sebuah organisasi, maka dibutuhkan sebuah panitia
penyelenggara pembentukan yang disebut sebagai Panitia

l'ujuh. Panitia tujuh

tersebut memiliki anggota inti. Yakni ketuanya seorang tokoh Masyumi yaitu Faqih
Usman, wakil ketua Anwar HaIjono, Sekretaris Agus Sudono dan anggota yang
lainnya adalah Syamsurizal, Hasan Basri, Muttaqin, Marzuki Jatim. Dan untuk
anggota yang lainnya terdaftar sebagai anggota biasa.
Pada tangal 15 September 1966, diajukan suatu draf nama panitia tujuh untuk
melaksanakan negosiasi dengan Presiden untuk proses rehabilitasi Masyumi. Namun,
tidak menemukan persetujuan pemerintah.Kemudian dilanjutkan kembali drafnamanama panitia tujuh tersebut kembali bemegosiasi pada tanggal 13 Oktober 1966. Draf
nama-nama Panitia l'ujuh tersebut

22

.

yaltu

16

:

15 September

Ketua Urnurn
Fakih Usman (Masyumi)

Fakih Usman (Muhammadiyah)

A.D Sjahrudin (Masyumi)

Anwar Harjono (Masyumi)

Anwar Harjono (Masyumi)

H..M Sanusi (Muhammadiyah)

Djamawi H (Muhammadiyah)

A.D Sjahrudin (Masyumi)

Hasan Basri (Masyumi)

Hasan Basri (MasyuPli)

EZ Muttaqien (Masyumi)

Agus S (Gasbiindo)
Djamawi H (Muhammadiyah)
E.Z Muttaqie:n (Masyumi)

Sekretaris Umum
M. Sulaeman (Muhammadiyah)

M. Sulaeman (Muhammadiyah)

Skretaris
Chadijah Razak (Wanita Islam)

Umaruddin (?)

Hasbillah (Muhammadiyah)

Chadijah Razak (Wanita Islam)

Lukman Harun (Muhammadiyah)

Lukrnan Harun (Muhammadiyah)

Umaruddin (?)

Hasbillah (Muhammadiyah)
Maizir Achmadyns (KBIM)

16 Solihin Salam, Sejarah Pmtai Ail/slim ill Indonesia, (Jakarala: Yayasan Kesejahleraandan
Pembendaharaan Islam, 1968), hal. 71-73.

23

Anggota
Afandi Ridwan (Persatuan Umat Islam)

Afandi Ridwan (Persatuan Umat
Islam)

Agus Sudono (Gasbiindo)

Aisyah Amini (HSBI)

Aisyah Amini (HSBI)

A. Djuwaeni (Masyumi)

A. Djuwaeni (Masyumi)

Amelz (Masyumi)

Amelz (Masyumi)

A.W.Sujiso (Masyumi)

AW.Sujiso (Masyumi)

Djamaluddin (Masyumi)

Daris Tamin (Muhammadiyah)

Djazman (Muhammadiyah)

Djamaluddin (Masyumi)

E. Sar'an (Persatuan Islam)

E. Sar'an (Persatuan Islam)

Faisal (AI-Irsyad)17

Faisal (AI-Irsyad)

Ismail'Hasan (Alumni HMl)

Ismail Hasan (Alumni HMI)

O. K. Azis (Djarniatul AI-

Wasliyah)
Maftuch Jusuf (Muhammadiyah)

Omar Tusin (SNII)

Maizir Achmadyns (KBIM)

Rohana Ahmad (Muhammadiyah)

H. M. Sanusi (Muhammadiyah)

Buchori (?)

Buchori (?)

SjarifUsman (P'orbisi)

SjarifUsman (Porbiisi)

Uwes Abubakar (Malhl'aul Anwar)

Omar Tusin (SNII)
Uwes Abubakar (Mathl'aul Anwar)

Setelah itu lahirlah Partai muslimin baru yaitu Partai Muslimin Indonesia
disingkat PM! yang kemudian berubah menjadi Parmusi, merupakan sebuah partai
Islam yang dibentuk pada masa pemerintahan Orde Baru. Paltai ini berdiri pada

17

AI-Irsyad yang didirikan pada langgal I 1 Agustus 1915.

24

tanggal 7 April 1967 oleh para anggota Badan Koordinasi Amal Muslimin (BKAM)
yang dibentuk untuk menampung kegiatan pendukung partai Masyumi. 1K
Kemudian setelah terbentuknya partai Parmusi dengan panitia tujuhnya. Pada
tanggal II Mai 1967 para Panitia Tujuh berkumpul untuk mendiskusikan masalah
yang berkaitan dengan kepemimpinan partai, program dan konstitusinya

19

Partai ini dibentuk sebagai usaha membangun kembali sebuah partai Islam
baru semacam Masyumi yang telah di bubarkan. Ketua umum pertama Parmusi
adalah

Djamawi

Hadikusuma

beliau

merupakan

salah

seorang

tokoh

Muhammadyah?O Dalam hal ini, bahwa Djarnawi sebagai pemimpin Partai Muslimin
Indonesia yang ditetapkan oleh Panitia Tujuh pada tanggal 16 Februari 1968.
Kemudian pada kepemimpinan Djarnawi ini mempunyai draf anggota-anggota di
dalamnya, draf tersebut yaitu sebagai berikut:
Ketuaumum

: Djarnawi Hadikusuma (Muhammadiyah)

: Agus Sudono (Gasbindo)
H.M.Sanusi (Muhammadiyah)
J.Naro (Djamiatul Al-washliyah)
Daud Badarudin (KBIM)
Ckadijah Razak (Wanita Islam)
Oemar Tusin (SNII)

$ekretaris umum

: Lukman Harun (Muhammadiyah)

Abdul Munir Mulkhan, op.cit. hal. 24.
K.E. Ward, The Foundation O/The Partai Musliminlndonesia,(Ncw York, Shoticst Asia
Program Cornell University Itacha, 1970) hal 29-30.
20 Ensiklopcdi Nasional Indonesia (Jakarta: PT. Delta Pamungkas, 2004) .Iilid-12. h -207
18

19

25

Skretaris

: Amura (HSBI)
Imran Kadir (AI-Ittihadiyah)
Siregar Pahu (Djamiatul al-washliyah)
Anwar Bey (Persatuan Umat Islam)
Said Suncar (Mathl'aul Anwar)
M. Sjariki (Nadlatul Wathan)
Rafilus Ishak (Porbisi)
Darussamin (?)

Anggota

: Daris Tamin (Muhammadiyah)
Djazman (Muhammadiyah)
Rohana Ahmad (Muhammadiyah)
OX Azis (Djamiatul Al-washliyah)
Ibrahim Usman (Gasbiindo)
Maizir Achmadyns (KBIM)
Mrs. Latjuba (Wan ita Islam)
Afandi Ridwan (Persatuan Umat Islam)
Aisyah Aminy (HSBI)
Fraisal (Al-Irsyad)
Uwes Abubakar (Mathl'aul Anwar)
Ichsanuddin (Porbiisi)
Abdul Karim (Persatuan Islam Tionghua Indonesia)
Saleh Suaidy (Masbi)
Muhammad Said (Nadlatul Wathan)
Hasbullah (Muhammadiyah)
Gazal (AI- Ittihadiyah)21

21

Organisasi yang hcrasal dari Sumatra Utara yang bcrdiri puda tahun 194.9.

26

Ismail Hasan Metarem (HMI Alumni)
Alala (HMI Alumni)

Setelah kepemimpinan Djamawi dengan Lukman Harun, tidak lama setelah
pembentukan Parmusi, kemudian diadakan Muktamar Parmusi pertama di Malang
Pada November 1968, yang menghasilkan struktur pimpinan baru dengan ketua
umum Muhammad Roem, seorang Tokoh Masyumi, dan Sekretaris Jenderal
Hasbullah, dari Muhammadyah 22
Akan tetapi, kepemimpinan bekas tokoh Masyumi temyata masih merupakan
obsesi yang terus dihidupkan dalam tubuh Parmusi. para anggota dan pendukung
diberbagai daerah yang menjadi pengurus cabang Parmusi, temyata masih terus
menginginkan tampilnya bekas tokoh Masyumi dalam puncak k,epemimpinan partai.
Walaupun pemerintah sudah memberikan sinyal untuk tidak membenarkan, usahausaha untuk menampilkan kembali bekas tokoh Masyumi terus dilakukan. Mereka
mengambil sikap tidak menentang pemerintah, tetapi pada saat yang sarna tidak
menginginkan adanya Parmusi tanpa spirit Masyumi.
Tetapi, oleh karena kaum muslimin masih tetap ingin memunculkan para
bekas pimpinan Masyumi seperti yang terlihat pada kongres Muhammadyah di
Yogyakarta tahun 1968, hubungan Parmusi dengan pemerintah menjadi dingin.
Kemudian kepemimpinan ini di tolak oleh pemerintah dan menimbulkan kuderta oleh

22

Djarnawi Hadikusumo, Laporan Pimpinan Partai Pannusi Pada A1ulaamar Di Alalang, Pada

Tanggal2-7 November 1968.

27

John Naro dan Imran Kadir. Akhirnya berdasarkan surat keputusan Presiden no.
77170 ditetapkan Mintaredja sebagai ketua Umum.

C. Biografi Tokoh-Tokoh Yang Terlibat di Dalam Sejarah Parmusi
C.l Fakih Usman
Fakih Usman dilahirkan pada 2 Maret 1904 di Gersik Tepatnya di jalan
Kemuteran yang sekarang telah diganti dengan namanya sendiri, yakni jalan Fakih
Usman. Lingkungan keluarga Fakih Usman adalah perpaduan santri dan pedagang.
Ibunya adalah anak seorang ulama. Sedangkan ayahnya, Usman Iskandar, adalah
seorang pedagang. Sebagai keluarga ulama, ayali-ibunya simgat memperhatikan
pendidikan agamanya. Karena itu, Fakih Usman kecil sudah dapat membaca al-Quran
dan dasar-dasar agama dari orang tuanya. Dari usia 10-14 tahun (atau sekitar tahun
1914-1918), ia melanjutkan pelajaran ke beberapa pesantren yang ada di sekitar
Gersik. 23
Kemudian pada 1918-1922, ia belajar ke pesantren yang berada diluar Gersik.
Di antaranya, ke pondok pesantren Maskumambang di kecamatall Bungah, kabupaten
Gersik, yang sekarang telah menjadi pesantren modem Muhamrnadiyah. Pendidikan
pesantren Fakih Usman hanya di daerah-daerah Gersik. la tidak melanjutkan ke
pesantren-pesantren besar yang ada di luar Jawa. Hal itu barangkali karena orang
tuanya tidak memimpikan anaknya untuk menjadi ulama atau kiyai besar model jawa

23

Azumardi Azrn, Umam (cd.) Menteri-Menteri Agama Ri Biografl Sosial-Politik. (Jakarata:

PPIM, 1998), hal. I 18-1 19.

28

Timur. Karena ayahnya adalah sebagai pedagang kayu dan pengusaha galangan kapal
yang banyak mempercayakan usahanya kepada Fakih Usman, pad.ahal ia mempunyai
tiga kakak dan seorang adik.
Pada saat Fakih Usman aktif dalam dunia dagang dan tekun belajar secara
otodidak, sekitar 1920-an dan I930-an, di Surabaya, seperti juga di Jakarta dan
Bandung, dinamika pergerakan kebangsaan tengah berkembang, baik dikalangan
nasionalis sekuler maupun nasionalis Muslim.
Organisasi- organisasi seperti Budi Utomo (1908), Serikat Dagang Islam
(1911), kemudian Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyahnya (1912), dan lalu NU
yang didirikan pada tanggal 30 Januari 1926, dan

organisasi- organ isas i tersebut

kemudian merupakan basis keanggotaannya. Muhammadiyah Surabaya terus
memperluas kegiatannya ke kota Gersik, yang saat itu masih menjadi bagian
Surabaya. Fakih Usman adalah salah seorang yang pertama menyambut kedatangan
Muhammadiyah di Gersik. Sejak 1922 24 Pada

1925, Fakih Usman muda

dipercayakan menjadi ketua Group Muhammadiyah Gersik. Ia pun semakin terlibat
dalam wacana keagamaan Muhammadiyah yang lebih berorientasi pembaharuan
berdasarkan al-Quran dan al-Hadits dan berorientasi sosial. Dengan demikian Fakih
Usman bisa dengan mudah menyesuaikan diri dengan pergerakan di Surabaya.
Fakih Usman sebagai tokoh umat Islam Surabaya dan pemah menduduki
kepengurusan MIAI (Majelis Islam A'ia Indonesia) beliau turut hadir dalam
Mukhtamar Islam Indonesia di Yogyakarata pada tanggak 8 November 1945. Bahkan
24

EllsikJopedi Islanl! di Indonesia, Jilid I, hal 273.

29

ia diangkat menjadi anggota plmpman pusat Masyumi bersama Moh.Natsir, Mr.
Mohamad Roem. Kemudian pada tanggal 6 September 1950 Fakih Usman menjadi
Jurisdiksi Kementrian Agama Pada Kabinet Halim pada Priode kepemimpinan
Sukamo, di bawah kepemimpinannya yang terbatas pada wilayah Republik Indonesia
yang berpusat di Yogyakarta. Meski demikian, posisi kementrian ini sangat penting
karena ia mewarisi kementrian agama yang didirikan pada 1946.
Kemudian pada masa Orde Baru Fakih Usman dengan para tokoh Masyumi
yang menginginkan kembali rehabilisasi partai Masyumi tersebut, pada tanggal 15
september 1966, beliau menjadi salah satu ketua Umum Panitia Tujuh sebagai usaha
untuk merehabilisasi partai Masyumi, aka!! tetapi proses rehabilisasi ini ditolak oleh
pemerintah Orde Baru. Oleh karena itu, Fakih Usman banyak terlibat dalam proses
Rehabilitasi kembali Partai Masyumi yang kemudian menjadi salah satu partai baru
yaitu Parmus i.
Dalam hal ini Fakih Usman sangat berperan aktif atas berdirinya Parmusi.
yang dapat diterima keberadaannya dengan syarat bahwa diclalam kepengurusan
Parmusi tidak terdapat tokoh-tokoh mantan Masyumi.

C.2 Lukman Harun
Lukman Harun dilahirkan pada tanggal 6 Mai 1934 di Limbanang,
Minangkabau Sumatra Barat. Ayahanda Lukman Harun adalah Haji Harun yang
waktu mudanya bemama Zaid, dilahirkan di Jorong Kampung Dalam. Ayahanda
Lukman dibesarkan dalam keluarga dengan latar belakang agama Islam yang teguh

30

dan faa!. Keluarga ayahnya dari keluarga petani tulen, mereka hidup dari hasil kebun
dan sawah.
Pada tahun 1947 Lukman menamatkan "Sekolah Sambungan", yakni Sekolah
Rakyat (SR), dan masuk SMP Muhammadiyah di Payakumbuh. Lukaman Harun
dibesarkan dari lingkungan keluarga besar Muhamadiyah. Kakak sayalah yang
memperkenalkan Muhammadiyah kepada saya dengan cara memlbawa saya ke acaraacara yang diadakan Muhammadiya. 25
Lukman Harun menjabat sebagai sekretaris umum mendampingi Djamawi
Hadikusumo pada tahun 1968 di dalam partai Parmusi. Beliau aktif sebagai politisi
Islam yang berasal dari Muhammadiyah, bersama rekan-rekannya'dia berkecimpung
dalam partai baru yang pada waktu itu untuk partai Islam yang didirikanpada awal
Orde Baru untuk menampung segala aspirasi masyrakat Islam pac1a waktu itu.
Lukman harun Juga terlibat pada proses rehabilitasi Masyumi, hal tersebut
terlihat ketika terjadi sebuah konfrontasi

J. Noro dan

rekan rekannya dengan

djamawi dan Lukman Harun di dalam kepemimpinan Parmusi. Dalam hal ini,
Lukman Harun yang didukung oleh para tokoh-tokoh Muhammadiyah dan para
mantan tokoh Masyumi tidak di setuju di dalam kepemimpinannya pada masa Orde

Ibid. hal. 23.
M. Syafi'i Anwar, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia, (Jakarta: Paramadina, 1995) eet.!,
hal.35.

25

26

31

C.3 Mohamad Roem
Muhamad Roem dilahirkan dari latar belang keluarga yang biasa. Beliau
tinggal di rumah yang terbuat dari kayu dengan tiga buhungan atap di Desa
Klewongan Parakan Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Di tempat itulah
Muhamad Roem di lahirkan. Rumah tersebut tentunya dikenal oleh masyarakat
setempat, sebab rumah lurah (kepala desa) Klewongan Dulkamen Djojosasmito,
adalah ayah Muhamad Roem.
Mohamad Roem dilahirkan pada hari Sabtu, tanggal 16 Mai 1908, masa muda
Muhamad Roem menunjukan suatu perjalanan yang dinamis bagi seorang pemuda
desa di jamannya. Isteri beliau adalah Ibu Pudjotomo, salah seora.ng tokoh organisasi
wanita Muslimat, dan Muhamad Roem mempunyai dua orang anak yang tertua
bemama Roemoso roem yang lahir pada tanggal 30 November 1933, di Jakarta dan
kemudian anak yang kedua adalah Rumiesa Roem dan dilahirkan pada tanggal 26
Mai 1939 pada hari Sabtu 27
Muhammad Roem adalah salah satu anggota Masyumi, beliau tercantum
dalam kepengurusan Masyumi pertama pada tahun 1945 menjabat sebagai anggota.
Dari 24 pengurus besar Masyumi, II adalah perwakilan dari Muhammadiyah
termasuk di dalamnya adalah Muhammad Roem. Dan pada kepengurusan masyumi
yang ke dua pada tahub 1949, yang tetap masih bertahan dari 24 menjadi 14 salah
satunya adalah Muhammad Roem yang tetap masih bertahan menjadi pengurus besar
Masyumi. Dan pada kepengurusan Masyumi yang ketiga pada tahun 1951
21

Ibid. hal. 2.

32

Muhammad

Roem

menjabat sebagai

wakil

ketua

dua,

dan

perwakilan

Muhammadiyah yang masih bertahan sampai kepengurusan terakhir Masyumi salah
satunya adalah Muhammad Roem 28
Tidak lama setelah pembentukan Parmusi, diadakan Muktamar Parmusi Pada
November 1968 yang menghasilkan struktur pimpinan baru dengan ketua umum
Muhammad Roem, seorang Tokoh Masyumi, dan Sekretaris Jenderal Hasbullah, dari
Muhammadyah.

29

Dengan struktur kepengurusan sebagai berikut :

Ketua Umum

: Muhammad Roem (Masyumi)

Ketua

: Anwar Harjono (Masyumi)
Hasan Basri (Masyumi)
Djamawi Hadikusumo (Muhammadiyah)
Omar Tusin (7)

Sekretaris Umum

: Hasbullah (Muhammadiyah)

Sekretaris

: Lukman Harun (Muhammadiyah)
M.Sulaeman (Muhammadiyah)

Anggota

: Aisyah Aminy (HSBI)
Abdul Mukti (Muhammadiyah)
Alala (HMI alumni)
A.R. Baswaden (Masyumi)

'" Deliar Noer, Partai Islam, hal, 102·103.
29 Djamawi NッュuGセオォゥ、。h
Laporan Pimpinan Porta; Pontius; Pada .A-luktamar Di Malang, Pada
Tanggnl2·7 November 1968.

33

Chadijah Razak (Wan ita Islam)
Djamaludin (Masyumi)
Gusti Abdul Muis (Masyumi)
Ismail Hasan Metareum (HMI alumni)
Mrs. Latjuba (Wanita Islam)
Maizir Achmadyns (KBIM)
Misbach (Masyumi)
Andi Mapasala (Gasbiindo)
Sanusi (Muhammadiyah)
Rohana Ahmad (Muhammadiyah)
Siregar Pahu (Djamiatul Al-washliyah)
SyarifUsman (Masyumi)
Mrs. Sunarjo Mangunpuspito (Masyumi)30

Dan dalam catatan kehidupannya Muhamad Roem pemah menjadi ketua
umum sebuah partai yaitu Parmusi. beliau terpilih menjadi ketua umum parmusi pada
tahun 1968 pada Mukhtamar pertama Partai Muslimin Indonesia. akan tetapi campur
tangan pemerintah yang tidak menghendaki mantan tokoh Masyu.mi berkecimpung di
dunia