Latar Belakang Penelitian KAJIAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI BESAR DAN PERSEBARANNYA DI KOTA SALATIGA.

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Sektor industri pada umumnya pertumbuhannya jauh lebih pesat dari sektor pertanian. Oleh karena itu juga tidak mengherankan bahwa peranan sektor industri dalam perekonomian dalam suatu negara lambat laun menjadi semakin penting. Hal ini tercermin pada sumbangan sektor industri pada Produk Nasional Bruto yang semakin meningkat. Pembangunan dan pengembangan industri di Indonesia tidak hanya cukup menanamkan modal yang besar begitu saja. Hal ini disebabkan latar belakang budaya dan kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia yang masih tergantung pada sektor pertanian. Agar tidak terjadi masalah antara proses industrialisasi dan pembangunan pertanian, maka kedua sektor tersebut diusahakan agar tumbuh secara seimbang. Untuk pengembangan suatu kawasan industri diperlukan perencanaan yang tepat dan matang sebagai penentuan lokasi industri, dengan demikian untuk menentukan suatu lokasi yang cocok bagi kawasan industri, diperlukan identifikasi lokasi yang sesuai agar dapat dijadikan sebagai kawasan industri dengan memperhatikan variabel-variabel penentuan lokasi relatif industri. dalam Tono Junaedi dan Harry Nugroho, 1996 Dalam pengembangan kawasan industri sebenarnya cukup banyak permasalahan yang ada, baik permasalahan yang bersifat strategik, manajerial dan teknikal. Misalnya yang bersifat strategik berkaitan dengan aspek-aspek untuk menjawab perlunya dibangunnya kawasan industri, peran maupun fungsinya yang diharapkan dari kawasan industri dimasa yang akan datang sekaligus dampak jangka panjang terhadap pengembangan kawasan industri. Permasalahan yang bersifat manajerial berkaitan dengan aspek penataan ruang dan pengarahan lokasi industri yang berkaitan dengan perencanaan wilayah suatu daerah dan penyediaan sarana internal listrik, air, sarana telekomunikasi, jalan, saluran pembuangan Sementara masalah-masalah yang bersifat teknikal seperti bagaimana tata letaknya, luas lahan yang disediakan untuk industri besar, sedang maupun industri kecil Mardihartanto dalam Harry Nugroho, 1996 Adapun keberadaan kawasan industri di Kota Salatiga pada waktu itu bermula dari adanya beberapa industri yang ada di Kota Salatiga. Keberadaan industri pada waktu itu didasarkan atas posisi strategis Kota Salatiga yang sekaligus menempatkan Kota Salatiga menjadi salah satu pusat Sub Wilayah Pengembangan SWP I dan dalam perjalannya sektor industri di Kota Salatiga berkembang dengan baik. Melihat kenyataan ini, kebijakan pemerintah provinsi Jawa Tengah menjadikan Kota salatiga ditetapkan menjadi salah satu daerah kawasan industri. Berdasarkan perencanaan provinsi Jawa Tengah yang tertuang dalam Rencana Umum Tata Ruang RUTRK Jawa Tengah, dijelaskan bahwa untuk mengatasi kesimpangsiuran penggunaan tata ruang kawasan industri, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah menetapkan 8 delapan kawasan industri pada daerah-daerah kabupaten SK Gubernur No. 530.054809. Daerah Kota Salatiga merupakan salah satu dari delapan daerah yang termasuk dalam ketetapan tersebut. Sedang kawasan industri yang dimaksud disini sesuai dengan Keppres No. 59 tahun 1989 adalah tempat pemusatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan fasilitas penunjang lainnya yang disediakan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri. Pembangunan kawasan industri dimaksudkan sebagai upaya pemerintah untuk menciptakan suatu iklim yang lebih baik melalui penyediaan lokasi industri yang didukung oleh fasilitas dan prasarana yang lengkap dan berorientasi pula kepada kemudahan untuk mengatasi masalah pengelolaan dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh limbah industri. Diperindagkop Kota Salatiga, 2007 Sedangkan menurut Keppres No. 59 Tahun 1989 tentang penempatan lokasi kawasan industri pengolahan dilengkapi dengan prasarana, sarana dan fasilitas penunjang lainnya yang disediakan dan dikelola oleh kawasan industri. Kriteria untuk penggolongan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja BPS, 1990 sebagai berikut : a. Industri Rumah Tangga : 1 – 4 orang b. Industri Kecil : 5 – 9 orang c. Industri Menengah : 10 – 99 orang d. Industri Besar : 99 orang Penetapan Kota Salatiga sebagai salah satu dari delapan daerah yang termasuk dalam kawasan industri cukup beralasan karena, dalam merencanakan suatu kawasan industri suatu wilayah harus didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai seperti upah tenaga kerja yang ada masih relatif murah, maupun faktor wilayah pada daerah Diperindagkop, 2007. Selain itu faktor strategis lainnya seperti, berada pada posisi jalur jalan besar antara Solo – Boyolali – Salatiga – Semarang dan merupakan Sub Wilayah Pembangunan SWP I Jawa Tengah dengan pusatnya di Semarang yang secara strategis letaknya dekat dengan Kota Salatiga. Kota Salatiga dengan luas wilayah 5.678,11 Ha terbagi kedalam empat kecamatan yaitu Kecamatan Argomulyo, Tingkir, Sidomukti dan Sidorejo. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam merencanakan suatu kawasan industri haruslah mempertimbangkan faktor-faktor sebagaimana tersebut diatas. Selain itu Kota Salatiga juga merupakan pusat kegiatan mulai dari industri, perdagangan maupun sektor jasa dan pemerintahan Bappeda Kota Salatiga, 2007 Berdasarkan Pendapatan Domestik Regional Bruto, sektor yang memberikan sumbangan terbesar adalah sektor jasa dan sektor industri. Hal ini dapat dilihat berdasarkan sumbangan PDRB masing-masing sektor. Sektor-sektor yang menempatkan sebagai sektor unggulan adalah sektor jasa, industri dan perdagangan. Hal ini dapat dilihat pada sumbangan PDRB sektor industri yang mengalami peningkatan tiap tahunnya, sebagaimana disajikan dalam tabel 1.1 di bawah ini : Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Di Kota Salatiga Tahun 2005 – 2007. N o Sektor Harga Berlaku 2005 2006 2007 Nominal juta rp Nominal juta rp Nominal juta rp 1 Pertanian 62.547,34 5,66 65.380,02 5,28 76.343,79 5,57 2 Pertambangan dan Pengggalian 712,06 0,06 806,35 0,07 863,62 0,06 3 Industri Pengolahan 216.927,88 19,6 5 229.572,93 18,5 5 251.617,36 18,36 4 Listrik, Gas dan air Minum 68.653,68 6,22 78.008,68 6,30 83.037,30 6,06 5 Bangunan 57.604,25 5,22 66.557,10 5,38 74.677,07 5,45 6 Perdagangan, Restoran Hotel 193.552,56 17,5 3 216.153,56 17,4 6 242.100,14 17,67 7 Pengangkutan Dan Komunikasi 135.210,33 12,2 5 146.925,75 11,8 7 157.078,57 11,46 8 Bank dan Lembaga Keuangan 115.351,36 10,4 5 123.711,78 9,99 137.250,65 10,02 9 Jasa-Jasa 253.572,40 22,9 7 310.789,06 25,1 1 347.198,12 25,34 PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU 1.104.131,8 6 100, 1.237.905,23 100, 1.370.166,62 100,0 Sumber : PDRB Kota Salatiga tahun 2007 Tabel di atas dapat menginformasikan pada kita bahwa sumbangan sektor industri memberikan kontribusi terbesar nomer dua setelah sector jasa terhadap Pendapatan Domentik Regional Bruto di Kota Salatiga dibandingkan dengan sektor yang berpotensi lainnya seperti, sektor pertanian, pertambangan dan penggalian yang juga mengalami peningkatan selama tahun 2005 sampai tahun 2007. sedangkan secara absolut kenaikan angka nominal sektor industri menunjukan adanya peningkatan dari tahun ketahun, yaitu secara berturut-turut dari Rp 216.927,88 menjadi Rp 229.572,93 pada tahun 2006 dan meningkat menjadi Rp 251.617,36 pada tahun 2007. Kelompok industri yang ada di Kota Salatiga sangat bervariasi. Mulai dari industri logam mesin hingga industri aneka, baik berskala kecil hingga besar. Selain itu bila dilihat dari jumlahnya tiap tahun yang selalu mengalami peningkatan, baik itu industri kecil, menengah hingga industri besar. Kondisi ini ditambah lagi dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi DiperindagKop, 2007 Kota Salatiga sendiri yang mendukung keberadaan dari sektor maupun kawasan industri yang sekaligus merupakan leading sector sumbangannya terhadap Pendapatan Asli Daerah PAD Kota Salatiga maupun sebagai pemicu bangkitnya sektor lain. Namun demikian, Keberadaan sektor industri tersebut salah satunya dalam penempatan lokasi industri pada suatu wilayah atau kawasan tertentu yang belum tentu sesuai dengan aturan atau kaidah yang telah ditetapkan, terutama untuk industri besar. Hal ini mengingat bahwa peletakan suatu lokasi industri yang tidak tepat akan menyebabkan banyak gangguan maupun tantangan yang akan dihadapi nantinya. Baik itu menyalahi aturan penataan tata ruang yang telah ditentukan, ketersedian listrik, air, sarana telekomunikasi, sarana dan prasarana serta daya dukung lingkungan. Hal ini mengingat pula bahwa secara umum wilayah Kota Salatiga berada pada daerah yang mempunyai topografi relatif bergelombang. Tentunya hal ini akan membawa konsekuensi terhadap letak dari suatu kawasan industri di Kota Salatiga. Oleh karena itu, kiranya diperlukan adanya suatu kajian ataupun penelitian untuk lokasi kawasan industri besar yang ada sekarang ini sudah sesuai dengan ketentuan atau aturan yang ada atau belum. Karena kalau dilihat di lapangan pada kawasan industri besar tersebut juga menunjukan adanya perkembangan fasilitas sosial ekonomi lainnya seperti pasar, toko-toko maupun swalayan maupun untuk daerah permukiman penduduk, sehingga apakah kawasan tersebut benar-benar merupakan kawasan industri besar atau hanya sebagai akibat dari perkembangan central bussiness distric. Selain itu, berada diwilayah atau lokasi mana saja industri besar tersebut dan berapa luas wilayahnya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui dan bermaksud mengadakan penelitian mengenai : “Kajian Lokasi Kawasan Industri Besar dan Persebarannya di Kota Salatiga “.

1.2. Perumusan Masalah