Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Kerangka Pemikiran

merupakan leading sector sumbangannya terhadap Pendapatan Asli Daerah PAD Kota Salatiga maupun sebagai pemicu bangkitnya sektor lain. Namun demikian, Keberadaan sektor industri tersebut salah satunya dalam penempatan lokasi industri pada suatu wilayah atau kawasan tertentu yang belum tentu sesuai dengan aturan atau kaidah yang telah ditetapkan, terutama untuk industri besar. Hal ini mengingat bahwa peletakan suatu lokasi industri yang tidak tepat akan menyebabkan banyak gangguan maupun tantangan yang akan dihadapi nantinya. Baik itu menyalahi aturan penataan tata ruang yang telah ditentukan, ketersedian listrik, air, sarana telekomunikasi, sarana dan prasarana serta daya dukung lingkungan. Hal ini mengingat pula bahwa secara umum wilayah Kota Salatiga berada pada daerah yang mempunyai topografi relatif bergelombang. Tentunya hal ini akan membawa konsekuensi terhadap letak dari suatu kawasan industri di Kota Salatiga. Oleh karena itu, kiranya diperlukan adanya suatu kajian ataupun penelitian untuk lokasi kawasan industri besar yang ada sekarang ini sudah sesuai dengan ketentuan atau aturan yang ada atau belum. Karena kalau dilihat di lapangan pada kawasan industri besar tersebut juga menunjukan adanya perkembangan fasilitas sosial ekonomi lainnya seperti pasar, toko-toko maupun swalayan maupun untuk daerah permukiman penduduk, sehingga apakah kawasan tersebut benar-benar merupakan kawasan industri besar atau hanya sebagai akibat dari perkembangan central bussiness distric. Selain itu, berada diwilayah atau lokasi mana saja industri besar tersebut dan berapa luas wilayahnya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui dan bermaksud mengadakan penelitian mengenai : “Kajian Lokasi Kawasan Industri Besar dan Persebarannya di Kota Salatiga “.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan perencanaan dalam RUTRK Provinsi JawaTengah mengenai kawasan lokasi industri di Kota Salatiga maka, penelitian ini berusaha melakukan kajian lokasi terhadap kawasan industri besar serta persebarannya di Kota Salatiga. Sehingga dalam penelitian ini dapat dirumuskan perumusan masalah sebagai berikut : 1. Berapa luas wilayah yang cocok untuk kawasan industri dan terletak dimana saja ? 2. Apakah bagian dari wilayah industri besar di Salatiga ada yang cocok untuk kawasan industri ? 3. Apakah distribusi industri besar yang sudah ada saat ini sudah sesuai dengan persyaratan lokasi industri ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui luas dan persebaran kawasan industri besar di Kota Salatiga. 2. Mengetahui wilayah-wilayah di Kota Salatiga yang cocok sebagai kawasan industri besar. 3. Kajian terhadap lokasi kawasan industri besar di Kota Salatiga.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Menjadi masukan sekaligus pertimbangan-pertimbangan dalam mengkaji lokasi kawasan industri. 2. Untuk perkembangan ilmu geografi, khususnya kajian geografi untuk identifikasi kawasan lokasi potensi industri. 1.5. Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya 1.5.1. Telaah Pustaka Menurut Nursid 1981, bahwa industri sebagai suatu sistem yang merupakan perpaduan subsistem manusia dan subsistem fisis. Tersedianya lahan, bahan mentah atau bahan baku dan sumber daya energi sebagai subsistem fisis yang sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan suatu industri. Daldjoeni, 1992 dalam bukunya Geografi Baru : organisasi keruangan dan praktek memuat beberapa teori tentang lokasi industri yang dijadikan dasar bagi pengkajian untuk memilih lokasi potensial kawasan industri. Teori tersebut antara lain : Menurut teori Webber least cost location, yaitu pemilihan lokasi - lokasi industri berdasarkan tempat - tempat yang mempunyai biaya paling minimum dari bahan mentah yang dibutuhkan, tenaga kerja serta konsumen pasar, yang semuanya ditimbang dengan biaya transportasi. Adapun tujuan teori ini adalah untuk menentukan lokasi optimalnya.Optimum location yaitu lokasi yang terbaik secara ekonomis. Menurut lokasi industri optimal Losch Economic of location yang berdasarkan demand permintaan, sehingga disitu diasumsikan bahwa lokasi optimal dari suatu pabrik atau industri adalah dimana yang bersangkutan dapat menguasai wilayah pasaran yang terluas sehingga dapat menghasilkan paling banyak keuntungan. Menurut teori Robinson economic geography yaitu faktor lokasi yang dipakai dalam geograpi perindustrian berkaitan dengan gejala yanag berpengaruh atas penempatan pabrik. Faktor - Faktor yang berpengaruh terhadap lokasi adalah wilayah sumber daya bahan mentah, pasaran, sumber suplai tenaga kerja, wilayah bahan bakar dan tenaga, jalur transportsi, medan wilayah, pajak, dan peraturan penjaluran kota. Kartono 1983 berpendapat bahwa faktor - faktor umum yang ditetapkan dalam penentuanpemilihan lokasi industri adalah : 1. Faktor input, meliputi bahan baku, tenaga kerja, energi, air, iklim dan lahan. 2. Faktor output, mencakup pasar atau konsumen dan fasilitas pembuangan. 3. Faktor penunjang tidak langsung terdiri atas pengangkutan dan fasilitas komu- nikasi. 4. Faktor penunjang tidak langsung misalnya dorongan lokal. Menurut Glasson 1977 penentuan identifikasi lokasi potensi industri berdasarkan klasifikasi variabel lokasi relatif wilayah industri meliputi variabel lereng, ketinggian tempat, penggunaan lahan, bencana alam erosi, ketersediaan air tanah, penduduk Angkatan kerja, prasarana jalan, fasilitas kesehatan telepon dan indeks komposit sedangkan faktor - faktor dalam penentuan lokasi industri adalah tenaga kerja, komunikasi, tempat dan kedudukan bangunan serta faktor lingkungan. Selain faktor - faktor tersebut metode pendekatan keuntungan terbesar selalu digunakan dalam menentukan lokasi industri. Metode pendekatan, keuntungan terbesar mencakup aspek-aspek pendekatan biaya terendah dan pendekatan daerah pemasaran dan harus selalu diselaraskan dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi yang disertai pemerataan pendapatan dan lapangan kerja. Analisa faktor- faktor lokasi industri dalam teori dan praktek, menampilkan faktor-faktor tertentu yang sangat fundamental, unsur-unsur kunci dalam teori lokasi yaitu faktor-faktor pengangkut, tenaga kerja, aglomerasi dan pasar yang semua mempunyai peranan yang penting dalam praktek dan merupakan parameter-parameter dasar bagi setiap keputusan lokasi. Tetapi praktek menunjukkan adanya faktor-faktor tingkah laku dan institusional yang sukar dikwantitaskan dalam suatu model sederhana, yang juga dapat mempengaruhi keputusan-keputusan lokasi di dalam kerangka yang dibentuk oleh faktor-faktor lainnya. Lebih lanjut dikemukakan bahwa, lokasi dari industri sudah pasti ditentukan sehubungan dengan sumber input dan pasar bagi output. Faktor-faktor produksi yang beraneka ragam, lahan, tenaga kerja, modal dan faktor pasar adalah penentu primer dari lokasi. Faklor-faktor ini dapat diperinci menjadi lebih spesifik seperti kwantitas dan kwalitas tenaga kerja. Lokasi geografik dari tempat dan ketersediaan sarana dan prasarana yang diperlukan. Penentu lainnya seperti kebijaksanaan pemerintah dan faktor-faktor lingkungan. Suatu wilayah yang memiliki kondisi yang baik dan faktor-faktor tersebut, merupakan lokasi yang relatif lebih baik untuk mendukung timbulnya suatu lokasi wilayah industri. Menurut Dickinson dalam Glasson 1977 pentingnya pemetaan suatu data kaitannya dengan aspek keruangan dan penggunaannya secara praktis dengan alasan : 1. Untuk menimbulkan daya tarik yang lebih besar pada subyek yang ditampilkan, 2. Dapat memperjelas, menyederhanakan dan menerangkan sesuatu aspek yang lebih penting, 3. Untuk menonjolkan pokok bahasan atau tulisan, 4. Dapat bertindak sebagai sumber data statistik bagi pemakai lainnya. Bintarto dan Surastopo 1982 mengemukakan bahwa apabila seseorang akan menyajikan data yang menunjukan distribusi keruangan atau lokasi dan mengenai sifat-sifat penting, maka hendaknya informasi ini ditunjukan dalam bentuk peta, karena suatu peta dapat menggambarkan dan menyajikan aspek keruangan berupa lokasi persebaran dan perkembangan serta penyebaran macam dan nilai data secara tepat dan cepat, sehingga dengan begitu mudah dan cepat dalam memahami dan memperoleh gambaran secara jelas dari apa yang disajikan.

1.5.2. Penelitian Sebelumnya

Beberapa penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.2. berikut ini : Tabel 1.2. Hasil Penelitian Kawasan Industri Peneliti Tujuan Metode Hasil Herry Nugroho 1996 1. Mencari lokasi potensial un- tuk kawasan industri di Ka- bupaten Ken- dal, 2. Mengetahui jenis industri yang cocok pada lokasi terpilih Metode Penelitian yang digunakan survei, dengan menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder.  Lokasi kawasan industri di Kabupa- ten Kendal meliputi keadaan fisik, lingkungan binaan, Aksessibilitas, kemudahan memperoleh sarana, dan aspek sumber daya manusia.  Sedangkan identifikasi jenis industri memakai kriteria jenis industri. Se- telah diklasifikasi dan diskoring dari semua variabel yang mempunyai ni- lai tertinggi cocok untuk kawasan industri, sedang untuk jenis industri dicocokkan dengan sumber daya alam yang ada pada kecamatan ter- pilih. Tono Junaedi 1997 Mengetahui wilayah kecamatan yang cocok untuk kawasan industri di Kabupaten Kulon Progo dengan melihat mengevaluasi kebijaksanaan - kebijaksanaan pemerintah dalam menentukan kawasan industri. Metode Penelitian yang digunakan survei, dengan menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder Dalam penelitian ini faktor penentu lokasi industri dijabarkan menjadi 9 variabel yaitu kelerengan, ketinggian tempat, ketersediaan lahan kering, bencana alam yang tejadi, ketersediaan air, penduduk usia kerja, prasarana jalan, fasilitas kesehatan, telepon dan aksesibilitas. Keunggulan dari teori Glasson ini adalah faktor -faktor penentu lokasi industri lebih lengkap dibanding teori lain. Kelemahannya adalah belum adanya faktor-faktor menurut Renner 1957 yaitu modal, bahan mentah, harga lahan, perundang- undangan, iklim, perpajakan dan sisa hasil produksi serta faktor kondisi ekonomi setempat. Hal ini mengingat, kelemahan variabel tersebut merupakan variabel yang menentukan dalam pengembangan suatu industri, sedangkan 9 variabel diatas adalah variabel untuk menentukan kawasan potensi industri. Rudi Dwi Identifikasi lokasi Metode Penelitian Berdasarkan Teori Glsson tersebut, Setyawan 1998 potensi industri di Kabupaten Sukoharjo dengan menggunakan 9 variabel menurut Glasson yang digunakan survei, dengan menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder maka faktor yang berpengaruh terhadap lokasi industri di Kabupaten Sukoharjo adalah kelerengan, ketinggian tempat, ketersediaan lahan kering, bencana alam yang tejadi, ketersediaan air, penduduk usia kerja, prasarana jalan, fasilitas kesehatan, telepon dan aksesibilitas yang menunjukan adanya variasi wilayah lokasi industri. Berdasarkan uji variabel tersebut, wilayah yang merupakan kawasan potensi industri adalah Kecamaatan Nguter, Kartasura dan Grogol. Beberapa hasil penelitian di atas dijadikan acuan dan rujukan untuk melakukan penelitian di Kota Salatiga guna mendapatkan lokasi strategis kawasan industri besar dan persebarannya. Sedangkan perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terlatak pada hasil yaitu lokasi persebaran industri di Kota Salatiga dan menitik beratkan pada hasil persebaran lokasi kawasan industri besar, sedangkan penelitian sebelumnya hanya menghasilkan bahan rujukan untuk industri pada lokasi penelitian masing-masing.

1.6. Kerangka Pemikiran

Dalam rangka meningkatkan pembangunan perekonomian di suatu daerah maka salah satu usaha yang sangat berperan adalah menciptakan suatu kawasan industri yang memadai. Kawasan industri ini dikelola oleh pemerintah daerah Kabupaten dengan lokasi basis ditetapkan ditingkat kecamatan. Penentuan kawasan industri ditunjang oleh kebijaksanaan–kebijaksanaan pemerintah yaitu dengan memperhitungkan Rencana Umum Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah maupun Rencana Umum Tata Ruang Kota Salatiga, sehingga akan terbentuk suatu kawasan industri yang terencana dan koordinatif. Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota Salatiga, terdapat kawasan industri dan kawasan non industri. Secara umum, keberadaan industri besar di Kota Salatiga dipengaruhi oleh faktor geografis yang meliputi faktor fisik topografi, penggunaan lahan, ketersediaan air dan sarana prasarana dasar lainnya dan faktor non fisik jumlah penduduk, fasilitas sosial ekonomi selain itu juga dipengaruhi oleh posisi relatif dari Kota Salatiga yang berada pada jalur jalan utama yang strategis yang menghubungkan kota Surakarat–Boyolali–Semaranag. Namun demikian, dalam penentuan maupun distribusi kawasan industri besar di Kota Salatiga tersebut perlu memperhatikan faktor–faktor seperti kelerengan, ketinggian, penggunaan lahan, ketersediaan air, daerah rawan erosi, penduduk Angkatan kerja, prasarana jalan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas telepon. Sehingga hal ini perlu diadakan kajian apakah variabel-variabel tersebut sudah sesuai atau belum dan hasilnya ditampilkan dalam bentuk peta kesesuaian kawasan industri yang meliputi peta kawasan industri besar di Kota Salatiga. Gambar 1.1. Diagram Alir Pemikiran Sumber : penulis, tahun 2007 Tata Ruang Wilayah Kebijakan Pemerintah Kawasan Industri Industri Besar Variabel yang dievaluasi Kelerengan Ketinggian Penggunaan lahan Ketersediaan air Daerah rawan erosi Penduduk angkatan kerja Prasarana Jalan Fasilitas kesehatan Fasilitas telpon Distribusi industri yang telah ada Luas, persebaran kawasan industri besar dan lokasi kawasan industri besar di kota Salatiga Faktor geografis setempat : fisik non fisik Sesuai dan tidak sesuai

1.7. MetodePenelitian