Penginderaan Jauh Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya .1.1. Lahan Pertanian

I.5.1.2 Penggunaan Lahan pertanian

Malingreau, 1978 memberikan batasan sebagai wilayah permukaan bumi, meliputi semua benda penyusun biosfer yang bersifat tetap diatas dan di bawah wilayah meliputi : atmosfer, tanah dan bahan induk, topografi, ai, tumbuhan dan binatang. Penggunaan lahan sawah merupakan hasil campur tangan manusia yang bersifat siklis maupun permanen terhadap sumberdaya alam. Lahan sawah di indonesia biasanya ditanami dengan padi, palawija, atau komoditas lainnya. Pemilihan tanaman yang ditanam akan mempertimbangkan faktor ketersedian air sebagai syarat utama untuk usaha pertanian di lahan persawahan. BPN, 1960; sinaga,et al, 1992 mendefinisikan sawah sebagai sebidang lahan usaha pertanian yang datar dengan pematang untuk menahan mengalirnya air keluar, dan di dalam pegiliran tanaman selama satu tahun sekurang-kurangnya satu kali ditanami padi sawah. Sawah dpat dibedakan menjadi dua yaitu : sawah irigasi dan sawah tadah hujan. Usaha tani padi di lahan sawah beririgasi ditandai dengan senjang waktu yang sangat lebar 1-3 bulan. Pada musim hujan dengan intensitas yang tinggi, limpahan air berpotensi menyebabkan tingginya aliran permukaaan yang dapat mengakibatkan erosi dan banjir. Musim kemarau juga mengakibatkan menurunkan debit air waduk. Pola tanam yang diterapkan selama ini tidak optimal ditinjau dari pemanfaatan sumberdaya iklim : curah hujan, radiasi surya, dan suhu udara. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya penyesuaian pola tanam, waktu tanam dan rotasi tanam yang lebih adaptif dengan perubahan iklim Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2007 Penginderaan jauh juga sudah digunakan untuk melakukan pendugaan produksi padi dan luas panen Wahyunto, 2005 dengan mengukur reflektansi canopy pendugaan produksi padi dilakukan dengan menganalisa umur tanaman padi fase generatif dengan menggunakan transformasi spektral NDVI. Perhitungan dengan ubinan di lapang guna mengukur produksinya dan produktivitasnya.

I.5.1.3 Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh Remote Sensing merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan cara menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah atau gejala yang dikaji Lillesand dan Kiefer, 1979. Komponen yang ada pada sistem penginderaan jauh diantaranya yaitu sumber tenaga aktif dan pasif, panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan, interaksi panjang gelombang dengan obyek, obyek itu sendiri, atmosfer dan sensor satelit. Setiap obyek di permukaan bumi akan memberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap sumber tenaga dalam salah satu komponen penginderaan jauh. Ada obyek yang menyerap absorption, memantulkan reflection dan meneruskan transmition tenaga-tenaga tersebut. Sifat-sifat obyekinteraksi terhadap gelombang elektromagnetik tersebutlah yang ditangkap oleh sensor satelit penginderaan jauh untuk bisa dimanfaatkan dalam berbagai bidang Jatmiko, 2008. Informasi- informasi hasil ’tangkapan’ dari satelit penginderaan jauh kemudian diolah untuk berbagai keperluan, diantaranya yaitu sebagai sumber informasi spasial dan temporal, memonitor dan membangun pengertian tentang lingkungan, informasi yang diperoleh dapat akurat juga tepat waktu up to date,konsisten dan skala besar spasial, beberapa data historis tahun 1960-1970 atau lebih, digunakan untuk aplikasi kuantitatif, beberapa aplikasi ‘komersial Indrawati, 2009. Pemanfaatan teknik penginderaan jauh untuk pemetaan penutup lahan dan penggunaan lahan dan penggunaaan lahan sesudah memasuki tahap operasional, bahkan semakin lama dirasakan semakin menguntungkuan dibandingkan survey langsung di lapangan. Banyaknya jenis citra penginderaan jauh yang ada pada saat ini sangat menguntugkan dalam pemilihan citra yang sesuai dengan tujuan pemetaan penggunan lahan, yaitu untuk pemetaan penggunaan lahan skala kecil dengan skala besar. Dalam memanfaatkan citra penginderaan jauh sebagai sumber data untuk pemetaan penggunaan lahan sangat dipengaruhi oleh : a resolusi spektral, b resolusi spasial, c skala dan d tingkat kerumitan obyek yang direkam pada citra tersebut. Pemilihan panjang gelombang, resolusi spasial dan skala yang tepat akan sangat menetukan ketelitian hasil identifikasi penggunaan lahan. Disamping itu tingkat kerumitan obyek juga mempunyai pegaruh yang cukup besar, semakin tinggi kerumitan obyek yang direkam akan menyulitkan untuk mengidentifikasi obyek pengguaann lahan secara individual. I.5.1.4 Sistem Informasi Geografi SIG Sistem Informasi Geografi SIG atau Geographic Information System GIS adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi keruangan spasial bersamaan dengan seperangkat operasi kerja Barus dan Wiradisastra, 2000. Sedangkan menurut Anon 2001 Sistem Informasi geografi adalah suatu sistem Informasi yang dapat memadukan antara data grafis spasial dengan data teks atribut objek yang dihubungkan secara geogrfis di bumi georeference. Disamping itu, SIG juga dapat menggabungkan data, mengatur data dan melakukan analisis data yang akhirnya akan menghasilkan keluaran yang dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi. Aplikasi SIG dapat digunakan untuk berbagai kepentingan selama data yang diolah memiliki refrensi geografi, maksudnya data tersebut terdiri dari fenomena atau objek yang dapat disajikan dalam bentuk fisik serta memiliki lokasi keruangan Indrawati, 2002. Tujuan pokok dari pemanfaatan Sistem Informasi Geografis adalah untuk mempermudah mendapatkan informasi yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek.Ciri utama data yang bisa dimanfaatkan dalam Sistem Informasi Geografis adalah data yang telah terikat dengan lokasi dan merupakan data dasar yang belum dispesifikasi Dulbahri, 1993. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan data atribut dalam bentuk digital, dengan demikian analisis yang dapat digunakan adalah analisis spasial dan analisis atribut.Data spasial merupakan data yang berkaitan dengan lokasi keruangan yang umumnya berbentuk peta.Sedangkan data atribut merupakan data tabel yang berfungsi menjelaskan keberadaan berbagai objek sebagai data spasial. Penyajian data spasial mempunyai tiga cara dasar yaitu dalam bentuk titik, bentuk garis dan bentuk area polygon. Titik merupakan kenampakan tunggal dari sepasang koordinat x,y yang menunjukkan lokasi suatu obyek berupa ketinggian, lokasi kota, lokasi pengambilan sample dan lain-lain. Garis merupakan sekumpulan titik-titik yang membentuk suatu kenampakan memanjang seperti sungai, jalan, kontus dan lain-lain. Sedangkan area adalah kenampakan yang dibatasi oleh suatu garis yang membentuk suatu ruang homogen, misalnya: batas daerah, batas penggunaan lahan, pulau dan lain sebagainya. Struktur data spasial dibagi dua yaitu model data raster dan model data vektor.Data raster adalah data yang disimpan dalam bentuk kotak segi empat gridsel sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur.Data vektor adalah data yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area polygon Barus dan Wiradisastra, 2000. Lukman 1993 menyatakan bahwa sistem informasi geografi menyajikan informasi keruangan beserta atributnya yang terdiri dari beberapa komponen utama yaitu: 1. Masukan data merupakan proses pemasukan data pada komputer dari peta peta topografi dan peta tematik, data statistik, data hasil analisis penginderaan jauh data hasil pengolahan citra digital penginderaan jauh, dan lain-lain. Data-data spasial dan atribut baik dalam bentuk analog maupun data digital tersebut dikonversikan kedalam format yang diminta oleh perangkat lunak sehingga terbentuk basisdata database. Menurut Anon 2003 basisdata adalah pengorganisasian data yang tidak berlebihan dalam komputer sehingga dapat dilakukan pengembangan, pembaharuan, pemanggilan, dan dapat digunakan secara bersama oleh pengguna. 2. Penyimpanan data dan pemanggilan kembali data storage dan retrieval ialah penyimpanan data pada komputer dan pemanggilan kembali dengan cepat penampilan pada layar monitor dan dapat ditampilkancetak pada kertas. 3. Manipulasi data dan analisis ialah kegiatan yang dapat dilakukan berbagai macam perintah misalnya overlay antara dua tema peta, membuat buffer zone jarak tertentu dari suatu area atau titik dan sebagainya. Anon 2003 mengatakan bahwa manipulasi dan analisis data merupakan ciri utama dari SIG. Kemampuan SIG dalam melakukan analisis gabungan dari data spasial dan data atribut akan menghasilkan informasi yang berguna untuk berbagai aplikasi. 4. Pelaporan data ialah dapat menyajikan data dasar, data hasil pengolahan data dari model menjadi bentuk peta atau data tabular. Menurut Barus dan wiradisastra 2000 Bentuk produk suatu SIG dapat bervariasi baik dalam hal kualitas, keakuratan dan kemudahan pemakainya. Hasil ini dapat dibuat dalam bentuk peta-peta, tabel angka-angka: teks di atas kertas atau media lain hard copy, atau dalam cetak lunak seperti file elektronik.

I.5.1.5 Citra Satelit Landsat-8

Dokumen yang terkait

Identifikasi dan Pemetaan Lahan Kritis Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi

2 14 25

Identifikasi Lahan Pertanian di Dataran Fluvial Wilayah Kabupaten Kulonprogo dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografi dan Penginderaan Jauh

0 4 14

APLIKASI TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK IDENTIFIKASI KERUSAKAN LAHAN PERTANIAN AKIBAT ERUPSI GUNUNG SINABUNG DI KABUPATEN KARO.

0 2 24

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DENGANAPLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH DI Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dan Penginderaan Jauh Di Kecamatan Tembalang Kota Semarang Tahun 2000 - 20

0 2 18

ANALISIS NILAI LAHAN DI KECAMATAN NGAWI DENGAN APLIKASI PENGINDERAAN JAUH ANALISIS NILAI LAHAN DI KECAMATAN NGAWI DENGAN APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS.

4 14 16

PENDAHULUAN ANALISIS NILAI LAHAN DI KECAMATAN NGAWI DENGAN APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS.

5 14 27

ANALISIS NILAI LAHAN DI KECAMATAN NGAWI DENGAN APLIKASI PENGINDERAAN JAUH ANALISIS NILAI LAHAN DI KECAMATAN NGAWI DENGAN APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS.

2 9 18

IDENTIFIKASI LAHAN PERTANIAN DI DATARAN FLUVIAL WILAYAH KABUPATEN KULON PROGO Identifikasi Lahan Pertanian Di Dataran Fluvial Wilayah Kabupaten Kulonprogo Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografi Dan Penginderaan Jauh.

0 4 14

Sistem Informasi Lahan Subak Berbasis Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kota Denpasar.

2 4 48

Identifikasi Bentuk lahan Berdasarkan Data Citra Penginderaan Jauh : Studi Kasus di Dome Kulonprogo

0 0 9