Kontribusi Ekonomi dalam Penguatan Pembe

Kontribusi Ekonomi dalam Penguatan Pembelajaran IPS
Oleh Muh. Sholeh
Mahasiswa S3 Prodi PIPS SPS Universitas Pendidikan Indonesia
Dosen Jurusan Geografi FIS Universitas Negeri Semarang
Email: muhsholeh@mail.unnes.ac.id
Abstrak
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/
SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs,
IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata
pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia
yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Ekonomi punya kontribusi besar dalam memperkuat pembelajaran IPS. Kontribusi
ekonomi dalam pembelajaran IPS terdiri dari materi yang terakomodir dalam standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan standar isi baik di dalam kurikulum 2006 maupun
kurikulum 2013. Untuk mewujudkan pembelajaran utuh dan bermakna, guru dapat
menerapkan pembelajaran berbasis keterampilan informasi yang terdiri dari:
menentukan tema dan sub tema, menentukan sumber dan menemukan informasi,
memilih informasi yang relevan, mengolah informasi, mengidentifikasi berbagai
penyajian informasi, dan membuat atau menyusun laporan. Adapun tema yang bisa
digunakan adalah tentang kegiatan ekonomi di pasar, maupun model pembelajaran

lain yang relevan dengan materi ekonomi tanpa meninggalkan ilmu sosial lain
sebagai mata pelajaran IPS.
Kata Kunci: Ilmu Ekonomi, Pembelajaran, Pendidikan IPS
Abstract
IPS is one of the subjects were given ranging from SD/MI/SDLB to SMP/MTs/
SMPLB. IPS examines a set of events, facts, concepts, and generalizations pertaining
to social issues. At the SMP/ MTs, IPS material contains geography, history,
sociology, and economics. Through IPS subject matter, students are directed to be
able to become a citizen of Indonesia that is democratic, and accountable, as well as
citizens of the world who love peace. Economics has a great contribution in
strengthening the IPS learning. Economic contribution in learning IPS consists of a
material accommodated in the standard of competence, basic competence, and
content standards both within the curriculum and curriculum 2006 2013. To realize
full and meaningful learning, teachers can implement skills-based learning
information comprising: determining the themes and sub-theme, determine the
source and find information, selecting relevant information, process information,
identify different presentation of information, and making or compiling reports. The
theme that can be used is about economic activity in the market, as well as other
relevant learning model with economic materials without leaving the other social
sciences as IPS.

Keywords: Economics, Learning, Socia Studies

Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) diberikan kepada peserta didik SMP sejak
kurikulum 1975 sampai sekarang. Definisi IPS secara umum dinyatakan sebagai ilmu
yang mempelajari fenomena sosial, baik geografi, sejarah, ekonomi, maupun
sosiologi. Selanjutnya dalam kurikulum 2013 ditegaskan bahwa IPS merupakan mata
pelajaran yang mengkaji tentang isu-isu sosial dengan unsur kajiannya dalam
konteks peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi. Tema yang dikaji dalam IPS
adalah fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat baik masa lalu, masa
sekarang, dan kecenderungannya di masa-masa mendatang. Pada jenjang SMP/MTs,
mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui
pembelajaran IPS diharapkan peserta didik (kelak) menjadi warga negara Indonesia
yang demokratis, bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa keberadaan ilmu
ekonomi dalam struktur IPS sudah melekat bersama dengan ilmu sosial yang lain.
IPS bukan induk dari ilmu-ilmu sosial, tetapi merupakan upaya memanfaatkan ilmuilmu sosial untuk tujuan pendidikan. IPS menyeleksi dan menggunakan bagian dari
ilmu sosial, termasuk ekonomi, berarti tidak secara keseluruhan ilmu ekonomi
digunakan untuk mengkaji persoalan sosial yang berlangsung, tetapi juga tidak
membatasi untuk suatu saat digunakan karena gejala sosial sifatnya sangat dinamis.

Perlu diketahui bahwa tujuan IPS adalah mendidik peserta didik agar (kelak) dapat
menjadi warga negara yang baik. Warga negara yang baik adalah warga negara yang
memahami hak dan kewajibannya secara benar, bersikap demokratis, dan indikator
lain yang berisi kebaikan. Dalam isyu ekonomi, warga negara yang baik misalnya
diwujudkan kesadaran membayar pajak, memanfaatkan kekayaan untuk aktivitas
produktif, peduli terhadap sesama, dan berkontribusi untuk mengurangi
pengangguran dan kemiskinan. Intinya untuk kesejahteraan diri dan lingkungan
sekitarnya.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut isi atau materi ekonomi dalam
pembelajaran IPS sangat penting. Pembelajaran IPS tanpa dukungan materi ekonomi
menjadi tidak bermakna karena ekonomi mengajarkan tentang penghargaan terhadap
sumber-sumber ekonomi yang terbatas, sehingga peserta didik harus cerdas
menyikapi keterbatasan tersebut. Peserta didik harus bijak menyikapi keterbatasan
tersebut dengan tidak menyia-nyiakannya sebagai salah satu perwujudan warga
negara yang baik. Untuk itu guru perlu strategi yang jitu dalam mengolah materi
ekonomi dalam pembelajaran IPS agar tujuan pembelajaran dapat tercapat. Bukan
perkara sederhana meramu materi ekonomi dalam pembelajaran IPS, apalagi latar
belakang akademik guru IPS SMP/MTs bermacam-macam, ada yang dari sejarah,
geografi, sosiologi, dan ekonomi. Guru IPS dengan latar belakang akademik
ekonomi bukan jaminan mudah menyampaikan materi ekonomi, sebab guru dituntut

mengintegrasikan materi ekonomi dengan materi yang lain, sehingga menjadi materi
IPS yang utuh dan bermakna.
Inilah keterbatasan dan asyiknya guru IPS, dengan keragaman latar
belakang akademik tersebut guru IPS punya kesempatan untuk belajar dan
mengimplementasikan pengetahuan baru yang diperolehnya. Materi ekonomi sangat
menarik dalam kajian pembelajaran IPS karena fenomena sosial yang bernuansa
ekonomi akan mudah diamati peserta didik, misalnya aktivitas ekonomi di pasar,

penggunaan uang saku di sekolah, menumbuhkan kebiasaan menabung, dan aktivitas
yang lain. Di situlah guru ditantang melaksanakan pembelajaran untuk
mengeksplorasi materi ekonomi dalam pembelajaran IPS.
Dinamika Konsep dan Tujuan Pendidikan IPS
Ada beberapa istilah yang harus dipahami dengan jernih dalam mengkaji
IPS, yaitu IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), PIPS (Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial), PIS, (Pendidikan Ilmu Sosial) Social Studies, Social Studies Education,
Social Science Education, Social Education, Citizenship Education, dan Studies of
Society and Environment. Penggunaan istilah tersebut bukanlah perbedaan mendasar
atau prinsipil, tetapi hanya perbedaan yang bersifat gradual, sehingga tidak perlu
diperdebatkan. Namun faktanya, penggunaan istilah tersebut dalam forum akademik
memang sering dilakukan sehingga terjadi tumpang tindih (overlapping) (Suprayogi,

2011).
Perkembangan pengertian PIPS atau yang lebih dikenal dengan istilah
Social Studies diawali dalam National Herbart Society papers of 1896-1897 yang
menegaskan bahwa Social Studies sebagai delimiting the social science for
pedagogical use. Pengertian tersebut menjadi dasar dalam dokumen Statement of the
Chairman of Committe on Social Studies yang dikeluarkan oleh Committee on
Social Studies (CSS) tahun 1991 yang menyatakan bahwa Social Studies sebagai a
specifik field to utilization of social sciencies data as a force in the improvement of
human welfare. Adapun definisi Social Studies yang resmi dirumuskan oleh NCSS
dikeluarkan tahun 1993 dan dianggap paling konprehensif dan menjadi rujukan
dalam berbagai aktivitas pendidikan. Definisi tersebut adalah:
"The Social Studies is the integrated study of the social sciences and
humanities to promote civic competence. Within the School program, social
studies provides coordinated, systematic study drawing upon such
disciplines as anthropology, archaeology, economics, geography, history,
law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as
well as appropriate content from the humanities, mathematics, and naural
science. The primary purpose of social studies is to help young people
develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public
good as citizenship of a culturally diverse, democratic society in an

interdependent world".
Menurut catatan Dadang Supardan (2015), embrio IPS untuk pertama
kalinya muncul dalam seminar Civic Education di Tawangmangu Solo tahun 1972.
Berdasarkan laporan tersebut terdapat tiga istilah yang digunakan secara bergantian,
yakni Pengetahuan Sosial, Studi Sosial, dan Ilmu Pengetahuan Sosial, dan secara
formal mulai digunakan dalam sistem pendidikan nasional dalam kurikukum 1975.
Dalam dokumen kurikulum tersebut IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran
yang diberikan kepada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang merupakan
integrasi dari mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, dan mata pelajaran sosial
lainnya. Munculnya istilah tersebut tidak terlepas upaya menyejajarkan diri dengan
istilah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang di dalamnya terdiri dari biologi, kimia,
dan fisika (Sapriya, 2014). Sebagai mata pelajaran, ciri khas IPS adalah sifat terpadu
(integrated) dari mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, dan mata pelajaran ilmu
sosial lainnya. Tujuannya pengintegrasiannya adalah agar IPS lebih bermakna bagi

peserta didik sehingga pengorganisasian materi/bahan disesuaikan dengan
lingkungan, karakteristik, dan kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu, dalam
perkembangannya muncul berbagai pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan
peserta didik seperti student centered, integrated approach, social problem based
approach, bradfield approach, dan sebagainya (Sapriya, 2014).

Dalam konteks Indonesia Numan Somantri (2001) mendefinisikan
Pendidikan IPS dalam dua jenis, pertama, Pendidikan IPS untuk persekolahan,
penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta
kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
pedagogi/psikologis untuk tujuan pendidikan. Kedua, IPS untuk perguruan tinggi,
yaitu seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar
manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk
tujuan pendidikan.
Diharapkan melalui pembelajaran Pendidikan IPS yang telah dilaksanakan
akan menghasilkan warga negara yang baik (Good Citizen). Ciri-ciri warga negara
yang baik menurut Baar dkk (1978) sebagaimana dikutip oleh Suprayogi (2011)
yaitu: a) memiliki sikap patriotisme, b) mempunyai penghargaan dan pengertian
terhadap nilai-nilai, pranata, dan praktik kehidupan masyarakat, c) memiliki sikap
integrasi sosial dan tanggungjawab sebagai warga negara, d) mempunyai pengertian
dan penghargaan terhadap nilai budaya dan tradisi yang diwariskan bangsanya, e)
mempunyai motivasi untuk turut serta secara aktif dalam pelaksanaan kehidupan
demokrasi, f) memiliki kesadaran pada masalah-masalah sosial, g) memiliki ide,
sikap, dan keterampilan yang diharapkan sebagai seorang warga negara, dan h)
mempunyai pengertian dan penghargaan terhadap sistem ekonomi yang berlaku.
Dinamika Perkembangan Ilmu Ekonomi

Materi ekonomi selalu menarik untuk dikaji peserta didik karena alasan
pribadi maupun karena pengaruh global. Alasan pribadi berkaitan dengan kebutuhan
yang harus dipenuhi. Kebutuhan manusia berjenjang, dan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut manusia berupaya melalui bermacam cara (bekerja). Pemenuhan
kebutuhan dasar merupakan anak tangga untuk memenuhi kebutuhan tingkatan
berikutnya, sehingga kita mengenal prioritas dalam memenuhi kebutuhan itu.
Berkaitan dengan upaya memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus berkompetisi,
baik sesama manusia dalam kelompok tertentu, maupun dengan hewan. Itulah yang
menjadi dasar kegiatan ekonomi manusia, baik ekonomi berbasis sumber daya alam
maupun ekonomi berbasis kreativitas. Kajian tentang kegiatan ekonomi yang
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan selalu menarik karena perkembangan
budaya telah membawa manusia melakukan kegiatan ekonomi yang sangat berbeda
bentuknya dari masa-kemasa. Jika dulu kita mengenal kegiatan barter (pertukaran
barang), sekarang kita mengenal jual beli online.
Kerja keras, kerja cerdas, kerja ihlas adalah kata-kata keramat yang menjadi
pegangan setiap orang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itulah ilmu
Albert L Meyers (dalam Supardan, 2015) mendefinisikan ilmu ekonomi sebagai seni
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Meyers menekankan dua kata kunci, yaitu
kebutuhan dan kepuasan. Kebutuhan didefinisikan sebagai suatu keperluan manusia
terhadap barang dan jasa yang sifat dan jenisnya sangat bermacam-macam dalam

jumlah yang tidak terbatas, adapun pemuasan kebutuhan merupakan kemampuan

seseorang untuk memenuhi kebutuhan sangat terbatas, baik karena keterbatasaan
orang itu sendiri terkait dengan kemampuannya, mungkin juga karena barang atau
jasan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan jumlahnya terbatas, sehingga akan
berhadapan dengan kepuasan. Pada saat inilah muncul kesenjangan antara kebutuhan
dan kepuasan. Sifat kebutuhan tidak ada batasnya, sementara sifat kepuasan amatlah
terbatas.
Globalisasi memaksa manusia merasakan dampak langsung peristiwa yang
terjadi. Sederhananya, ranting pohon yang jatuh di daerah terpencilpun akan
berpengaruh pada kehidupan masyarakat global. Itu terjadi karena informasi
menyebar begitu cepat. Globalisasi telah mendekatkan jarak, sehingga setiap
peristiwa dengan cepat menyebar dan berpengaruh terhadap peristiwa lain. Situsi
seperti ini, siapapun yang mampu mengambil keuntungan dialah pemenangnya,
sebaliknya jika gagap menyikapi situasi tersebut, sisp-siaplah jadi pecundang. Itulah
sisi kekejaman globalisasi. Globalisasi adalah wadah, sementara isinya bermacammacam isyu yang berkembang, termasuk isyu ekonomi. Setidaknya masyarakat
global meyakini, jika kondisi ekonomi Amerika Serikat atau Tiongkok goncang,
akan berpengaruh pada kondisi ekonomi global, termasuk Indonesia, dan faktanya
memang demikian. Faktornya bermacam-macam. Inilah yang menjadi salah satu
penyebab mengapa topik ekonomi selalu menarik bagi peserta didik.

Secara umum ekonomi mendeskripsikan tentang kemakmuran, baik
individu maupun kelompok lebih besar, misalnya negara. Munculnya penggolongan
kemakmuran negara-negara di dunia, ditentukan oleh kondisi ekonomi. Dinyatakan
negara-negara Eropa kondisi ekonominya lebih baik dibandingkan kawasan Afrika
karena kawasan Eropa lebih makmur dibandingkan Afrika. Membicarakan
kemakmuran berarti membicarakan ekonomi, begitulah, seperti melihat dua sisi mata
uang.
Istilah ekonomi berasal dari Xenophon, filosof Yunani kuno yang hidup
sekitar 430-354 SM, dalam karyanya yang berjudul Oikonomikos. Istilah itu hanya
berarti tata kelola rumah tangga. Karena kebutuhan sehari-hari rumah tangga
bergantung pada hasil pengolahan ladang, istilah itu bagi Xenophon berarti efisiensi
manajemen pengolahan ladang (estate management) (Priyono, 2007). Pemikiran dan
praktik ekonomi terus berkembang. Mendiskusikan kondisi ekonomi kotemporer,
tidak bijak jika melupakan sejarah awal pemikiran ekonomi. Pemikiran ekonomi
global tumbuh dan berkembang seiring perkembangan budaya manusia.
Pemikiran tersebut pada awalnya muncul pada zaman Yunani kuno
berdasarkan buku Republika yang ditulis oleh Plato (427-347 SM). Firmansyah
(2007) menjelaskan, bahwa gagasan Plato tentang ekonomi timbul dari pemikirannya
tentang keadilan (justice) dalam sebuah negara ideal (ideal state), kemajuan
tergantung pada pembagian kerja (division of labor) yang timbul secara ilmiah dalam

masyarakat. Pembahasan ini mirip dengan gagasan Adam Smith, perbedaannya,
kalau division of labor oleh Smith dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan output
dan pembangunan ekonomi, oleh Plato dimaksudkan untuk pembangunan kualitas
kemanusiaan.
Plato menjelaskan bahwa ada tiga jenis pekerjaan yang dilakukan oleh jenis
manusia yang berbeda pula, yaitu pekerjaan sebagai pengatur atau penguasa, tentara,
dan para pekerja. Dari ketiga jenis pekerjaan tersebut, bagi Plato hanya golongan
terendah, yaitu kaum pekerja.

Suatu hal yang patut dicatat dari masa Yunani kuno ini adalah mengenal
paham hedonisme, yang dapat dikatakan sebagai cikal bakal paham materialistik
yang dikembangkan di Eropa pada abad ke-XVII dan ke-XVIII kemudian.
Hedonisme merupakan paham materialisme mekanistik yang menganggap
kenikmatan egoistis sebagai tujuan akhir dari kehidupan manusia, paham ini digagas
oleh Aristippus yang menganggap kenikmatan adalah tujuan hidup yang mulia dari
setiap manusia.
Dapat dikatakan Plato sebagai orang pertama yang sangat mengecam
kekayaan dan kemewahan, karena menurut Plato nafsu keserakahan ini tidak bisa
dikendalikan, sebagian orang (yang cerdik, pintar, dan berkuasa) akan hidup
kemewahan, sementara itu yang lain akan hidup dalam kesengsaraan dan kehinaan.
Pada masa Yunani kuno perekonomian dan politik dikuasai oleh kaum bangsawan
(kaum aristokrat), walaupun jumlah bangsawan sedikit, berkat kepintaran dan
kelihaian, mereka dapat menguasai dan mengeksploitasi para budak (yaitu kaum
proletar) yang jumlahnya banyak.
Teori Plato yang diangap masih relevan dengan keadaan sekarang adalah
pendapatnya tentang fungsi uang. Dalam bukunya politika, menjelaskan bahwa
selain sebagai alat tukar, uang juga berfungsi sebagai alat pegukur nilai dan alat
untuk menimbun kekayaan, Plato menganggap uang bersifat mandul, tidak dapat
dikembangkan atau diperanakan (melalui bunga).
Pemikiran Aristoteles (384-322SM) tentang ekonomi jauh lebih maju dari
gurunya yaitu Plato, Aristoteles merupakan orang pertama yang meletakan pemikiran
dasar tentang teori nilai (value) dan harga (price). Kontribusi Aristoteles yang paling
besar terhadap ekonomi ialah pemikirannya tentang pertukaran barang (exchange of
commodities). Menurut pandangan Aristoteles, kebutuhan manusia (man’s need)
tidak terlalu banyak, tetapi keinginannya (man’s desire), akan tetapi kegiatan
produksi untuk memenuhi keinginan manusia yang tanpa batas itu dikecamnya
sebagai sesuatu yang tidak alami (unnatural).
Dalam mengamati proses ekonomi, Atistoteles membedakan atas dua
cabang, yaitu kegunaan (use) dan keuntungan (gain). Lebih spesifik, ia membedakan
oeconomia dan chrematistike. Aristoteles setuju dengan oeconomia, tetapi tidak
setuju dengan chrematistic, secara tegas ia menyatakan tidak suka pada pedagangpedagang yang datang ke kota-kota, mengeksploitasi petani-petani miskin ke desadesa. Sedangkan menurut Adan Smith, bahwa motif utama yang mendorong orang
untuk bertindak adalah keuntungan (gain) bukan kegunaan atau faedah (use).
Sejarah juga mencatat bahwa pemikiran ekonomi terus mengalami dinamika
sesuai dengan situasi yang berkembang dalam masyarakat. Pasca pemikiran ekonomi
zaman Yunani kuno, tercatat juga ada pemikiran ekonomi kaum Skolastik, era
Merkantilisme, Mahzab Fisiokratis dan catatan sejarah berikutnya lengkap dengan
tokoh dan teori yang dianut. Tidak sampai di situ saja, pemikiran ekonomi terus
berkembang sampai sekarang. Namun demikian berdasarkan catatan dari Priyono
(2007), pemikiran ekonomi sebagai ilmu tertuang dalam buku Adam Smith yang
biasa disingkat The Wealth of Nations tahun 1776.
Berdasarkan sejarah pemikiran ekonomi tersebut setidaknya patut kita
pahami bersama bahwa kesejahteraan ternyata punya keterkaitan dengan keadilan
harga, akses ekonomi, dan kemampuan individu dalam mendapatkan kepuasan.
Ekonomi liberal sekilas menyerahkan mekanisme pada pasar di mana pihak yang

kuat punya keleluasaan melahap dan menindas yang lemah. Inilah wujud ekonomi
yang tidak dikehendaki konstitusi, tetapi secara samar-samar terjadi karena kehadiran
dan campur tangan pemerintah masih terbatas. Keterbatasan campur tangan
pemerintah dalam menata ekonomi agar berkesejahteraan bagi masyarakatnya terjadi
karena terbatasnya sumber daya manusia, dan praktik-praktik tidak terpuji (suap,
kolusi, dan kejahatan kerah putih yang lain), sehingga kebijakan yang ditempuh
pemerintah gagal memberikan keadilan bagi masyarakat. Disamping itu, masyarakat
juga gagal dalam mensikapi perubahan yang terjadi. Masyarakat gagal memilih wakil
rakyat dan pemimpin berdasarkan keyakinan hati nuraninya, tetapi justru terjerumus
dalam praktik politik uang. Masyarakat memilih wakil dan pemimpin berdasarkan
lembaran rupiah yang ditawarkan calon. Praktik ijon politik seperti ini sebenarnya
juga berkontribusi atas belum terwujudnya sistem ekonomi yang berkeadilan dan
berkesajhteraan.
Kontribusi Ekonomi dalam Pembelajaran IPS di SMP
Di dalam kurikulum 2006 dan 2013 ditegaskan bahwa IPS merupakan salah
satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai
SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran
IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata
pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia
yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Adapun Tujuan utama pembelajaran IPS adalah agar peserta didik memiliki
kemampuan dalam berpikir logis dan kritis untuk memahami konsep dan prinsip
yang berkaitan dengan pola dan persebaran keruangan, interaksi sosial, pemenuhan
kebutuhan, dan perkembangan kehidupan masyarakat untuk menciptakan kondisi
kehidupan yang lebih baik dan atau mengatasi masalah-masalah sosial. Secara rinci
tujuan mata pelajaran IPS adalah agar peserta didik memiliki kemampuan:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya;
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial;
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Ruang lingkup IPS menekankan pada pengambangan kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotor yang diperlukan untuk menjadikan peserta didik aktif, kritis,
beradab, dan berkesadaran sebagai warga negara yang dapat berperan dalam
kehidupan masyarakat multikultur pada tingkat lokal, nasional, dan global. Hal ini
perlu ditekankan dalam rangka membangun masyarakat yang harmonis dan
sejahtera. Ruang lingkup IPS tidak lain adalah perilaku sosial, ekonomi, dan budaya
manusia di masyarakat dalam konteks ruang dan waktu yang mengalami perubahan.
Oleh karena itu, masyarakat menjadi sumber utama IPS. Ruang lingkup mata
pelajaran IPS di SMP, meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a) keruangan dan
konektivitas antar ruang dan waktu, b) perubahan masyarakat Indonesia pada zaman
pra-aksara, zaman Hindu-Buddha dan zaman Islam, zaman penjajahan dan
tumbuhnya semangat kebangsaan, masa pergerakan kemerdekaan sampai dengan

awal (masa) reformasi sekarang, c) jenis dan fungsi kelembagaan sosial, budaya,
ekonomi, dan politik dalam masyarakat, dan d) interaksi manusia dengan lingkungan
alam, sosial, budaya, dan ekonomi dari waktu ke waktu. Secara nyata, kontribusi
ekonomi dalam mata pelajaran IPS dalam kurikulum 2006 adalah sebagai berikut:
1. Kelas VII, Standar Kompetensi 6: Memahami kegiatan ekonomi masyarakat
yang terdiri dari 4 Kompetensi Dasar, yaitu: a) Mendeskripsikan pola kegiatan
ekonomi penduduk, penggunaan lahan dan pola permukiman berdasarkan
kondisi fisik permukaan bumi, b) Mendeskripsikan kegiatan pokok ekonomi
yang meliputi kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa, c)
Mendeskripsikan peran badan usaha, termasuk koperasi, sebagai tempat
berlangsungnya proses produksi dalam kaitannya dengan pelaku ekonomi, dan
d) Mengungkapkan gagasan kreatif dalam tindakan ekonomi untuk mencapai
kemandirian dan kesejahteraan.
2. Kelas VIII, Standar Kompetensi 7: Memahami kegiatan perekonomian Indonesia
yang terdiri dari 4 Kompetensi Dasar, yaitu: a) Mendeskripsikan permasalahan
angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi,
serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya, b) Mendeskripsikan
pelaku-pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia, c)
Mendeskripsikan fungsi pajak dalam perekonomian nasional, dan d)
Mendeskripsikan permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga pasar.
3. Kelas IX, Standar Kompetensi 4: Memahami lembaga
keuangan dan
perdagangan
internasional yang terdiri dari 2 Kompetensi Dasar, yaitu: a)
Mendeskripsikan uang dan lembaga keuangan, b) Mendeskripsikan perdagangan
internasional dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia
Latar belakang akademik guru IPS di SMP/MTs bermacam-macam terdiri
dari ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi. Kurikulum 2006 dan 2013 tidak
mengenal mata pelajaran IPS Sejarah, IPS Geografi, IPS Sosiologi, dan IPS
Ekonomi, tetapi murni mata pelajaran IPS, dimana guru IPS harus mampu
menyampaikan materi sejarah, ekonomi, geografi, dan sosiologi secara utuh dan
bermakna. Keragaman latar belakang akademik guru IPS berpotensi ada
kecenderungan guru merasa nyaman ketika menyampaikan materi yang sesuai
dengan latar belakang keilmuan yang dulunya pernah ditempuh, padahal guru IPS
dituntut mengajar materi IPS secara utuh, proporsional, adil dan berimbang. Secara
sederhana di depan kelas guru tidak diperbolehkan menunjukkan kepada peserta
didik basis keilmuan yang pernah ditempuh, apalagi terang-terangan menyampaikan
kepada peserta didik latar belakang akademik yang pernah ditempuh dan meminta
permakluman peserta didik jika kurang maksimal menyampaikan materi yang belum
dipelajari di perguruan tinggi. Situasi tersebut menjadi tantangan bagi guru IPS untuk
melaksanakan pembelajaran yang utuh dan bermakna.
Dalam praktik pembelajaran di kelas guru dituntut melaksanakan
pembelajaran yang memberi ruang kepada peserta didik untuk berinovasi dan aktif
dalam menggali dan mengolah informasi. Materi ekonomi memberi keleluasaan pada
guru untuk melaksanakan pembelajaran yang utuh dan bermakna. Salah satu contoh
pembelajaran dengan materi ekonomi untuk memperkuat pembelajaran IPS adalah
materi "Kegiatan Ekonomi di Pasar" menggunakan keterampilan informasi.
Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh guru adalah:
1. Menentukan Tema dan Sub Tema

2.

a. Guru menempelkan tulisan “Menentukan tema dan sub tema" pada papan
tulis atau pada layar LCD. Guru dapat memanfaatkan materi ekonomi dengan
menentukan tema yang akan dipelajari, yaitu "Kegiatan Ekonomi di Pasar".
b. Guru membentuk kelompok yang beranggotakan masing-masing 6 peserta
didik (sekedar untuk memudahkan kelompok ini disebut kelompok asal)
c. Guru menayangkan pada layar LCD atau membagikan gambar kegiatan
ekonomi di pasar kepada setiap kelompok. Sebagai catatan, jika guru sudah
menayangkan tema pada layar LCD, maka pembagian gambar ke masingmasing kelompok tidak perlu dilakukan.
d. Peserta didik diminta mengamati gambar yang ditayangkan pada layar LCD
atau yang diterima di kelompok masing-masing.
e. Guru meminta setiap peserta didik untuk membuat minimal 3 pertanyaan
terkait gambar tersebut dengan menuliskan setiap satu pertanyaan pada
selembar kertas kecil (post it). Beberapa pertanyaan yang diharapkan muncul
adalah 1) Siapa yang di pasar? 2) Kegiatan apa yang berlangsung? 3) Barang
apa saja yangg dijual di pasar? 4) Kapankah kegiatan di pasar berlangsung?
dan pertanyaan lain yang dianggap relevan dengan tema.
f. Guru mengajak setiap kelompok untuk mengelompokkan pertanyaan yang
telah dibuat ke dalam 3 topik berikut dengan menempelkan post it di kertas
plano. Kertas plano sudah disiapkan kolom dengan 3 sub tema/topik, yaitu 1)
pengertian kegiatan ekonomi di pasar (pasar tradisional dan modern), 2) Jenis
dan ciri-ciri kegiatan ekonomi di pasar, dan 3) manfaat pasar bagi kehidupan
masyarakat.
g. Pertanyaan yang tidak terakomodir dalam ketiga klasifikasi tersebut
diletakkan di tempat tersendiri. Dalam Kegiatan ini, guru memastikan
pertanyaan yang tidak termasuk ke dalam kelompok/sub tema tersebut
diletakkan di tempat tersendiri
h. Guru menyampaikan kepada peserta didik bahwa baru saja melakukan
kegiatan pertama dalam keterampilan informasi, yaitu "Menentukan tema
dan sub tema".
Menentukan sumber dan menemukan informasi
a. Guru menempelkan tulisan “Menentukan sumber dan menemukan
informasi” pada papan tulis atau pada layar LCD. Peserta didik diminta
mengidentifikasi berbagai kemungkinan sumber informasi yang dibutuhkan
untuk menjawab pertanyaan di atas (teks, gambar, grafik, diagram, internet,
video, informasi, nara sumber, dan yang lainnya). Peserta didik diberi
informasi bahwa jawaban pertanyaan dari sub topik nomor 1, 2, dan 3 akan
diperoleh dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber. Sumber informasi
bisa berupa bacaan, teks laporan, atau nara sumber. Bentuk informasi yang
dibutuhkan bisa berupa gambar, tabel/diagram, kutipan hasil, hasil percobaan,
dan yang lainya.
b. Guru membentuk kelompok baru (untuk memudahkan bisa disebut kelompok
pakar (@ 6 orang) berdasarkan warna kertas yang diterima peserta didik.
Peserta didik dengan kertas berwarna merah menjadi kelompok pakar 1,
warna kuning kelompok pakar 2 dan warna hijau kelompok pakar 3. Setiap
kelompok pakar akan menjawab pertanyaan dari masing-masing 1 sub tema,
yaitu: 1) Pengertian kegiatan ekonomi di pasar, 2) Jenis dan ciri-ciri kegiatan

ekonomi di pasar, dan 3) Manfaat pasar bagi kehidupan masyarakat.
c. Guru menyampaikan bahwa baru saja dilakukan kegiatan ke dua dari
keterampilan informasi, yaitu "Menentukan sumber informasi". Peserta
didik masih berada di dalam kelompok pakar
3. Memilih informasi yang relevan
a. Guru menempelkan tulisan/kata "Memilih informasi yang relevan dan
tidak relevan" pada papan tulis atau pada layar LCD.
b. Guru memastikan setiap kelompok pakar mempunyai ketua. Cara menentukan
ketua diserahkan pada masing-masing kelompok dengan bimbingan guru.
c. Guru membagikan sumber informasi yang relevan dan tidak relevan dengan
sub tema. Sumber informasi tersebut berupa bacaan yang relevan dan tidak
relevan dengan tema yang telah ditentukan. Tujuannya, agar peserta didik bisa
membedakan dan memilih.
d. Ketua kelompok menentukan anggotanya untuk mencari sumber informasi
melalui wawancara.
e. Peserta didik yang ditunjuk untuk mencari informasi melalui wawancara
berdiskusi menentukan daftar pertanyaan dan narasumber yang akan
diwawancarai.
f. Peserta didik yang mencari informasi melalui bahan bacaan membaca seluruh
teks tersebut satu persatu, kemudian memilih informasi yang relevan tersebut
dengan cara menandai bahan bacaan yang telah dibagikan oleh guru yang
sesuai dan menjawab pertanyaan pada sub tema yang dibahas.
g. Melakukan wawancara peserta didik kepada nara sumber. Narasumber bisa
guru mata pelajaran atau guru lain yang diminta.
h. Setelah data didapat baik dari bahan bacaan dan juga wawancara, mereka
berdiskusi menggabungkan informasi yang relevan yang disepakati bersama
untuk menjawab pertanyaan dan sesuai dengan sub tema.
i. Peserta didik secara individu menyusun kembali informasi yang relevan yang
menjawab semua pertanyaan pada sub tema yang dibahas.
j. Guru menyampaikan kepada peserta didik bahwa baru saja selesai
melaksanakan langkah ke-tiga dalamketerampilan informasi yaitu “Memilih
informasi yang relevan”.
4. Mengolah informasi
a. Peserta didik kembali ke kelompok asal.
b. Guru menempelkan kata “Mengolah informasi” pada papan tulis atau pada
layar LCD.
c. Peserta didik menggabungkan informasi dari masing-masing kelompok pakar,
sehingga di dalam kelompok asal tersebut sudah terkumpul informasi dari
seluruh sub tema.
d. Di dalam kelompok asal peserta didik merancang kerangka laporan berdasar
hasil gabungan informasi dari 3 sub tema tersebut.
e. Peserta didik mendiskusikan dan menyepakati informasi apa dan mana saja
yang akan dimasukkan dalam laporan utuh (informasi mana yang akan masuk
bagian pendahuluan, inti, dan penutup).
f. Guru menyampaikan kepada peserta didik bahwa baru saja dilakukan
kegiatan ke-empat dari keterampilan informasi, yaitu “Mengolah informasi”.
5. Mengidentifikasi berbagai cara menyajikan informasi

a. Guru menempelkan tulisan “Mengidentifikasi berbagai cara menyajikan
informasi” pada papan tulis atau pada layar LCD.
b. Setiap kelompok mendiskusikan bentuk sajian informasi yang dapat dipilih
(misal: berupa teks, poster, leaflet, laporan eksplanasi, maupun bentuk sajian
informasi lain).
c. Peserta didik secara individu menentukan bentuk sajian informasi. Untuk
modelling ini bentuk sajian informasi yang digunakan adalah laporan teks.
d. Bisa ditambahkan kemungkinan laporan dilengkapi foto, memasukkan lini
masa, atau memasukan sumber referensi.
e. Guru menyampaikan kepada peserta didik bahwa baru saja bersama
melakukan langkah ke-lima dari keterampilan informasi yaitu “
Mengidentifikasi berbagai cara menyajikan informasi”.
6. Membuat laporan
a. Guru menempelkan tulisan “ Membuat laporan” pada papan tulis atau pada
layar LCD.
b. Guru memimpin diskusi pleno dengan peserta didik tentang apa saja yang
perlu ditulis dalam laporan di bagian “pendahuluan/Pengantar, inti/Isi, dan
penutup” secara bertahap.
c. Peserta didik menyampaikan pendapatanya secara lisan dan peserta didik
lainya menambahkan dan jika dterjadi jawaban peserta didik yang kurang
sesuai dan tidak ada peserta didik lain yang meluruskan, guru perlu
meluruskan jawaban tersebut.
d. Setelah peserta didik mempunyai gambaran, guru mempersilahkan peserta
didik menulis laporan secara tertulis dengan kata-kata mereka sendiri.
e. Peserta didik secara individu membuat laporan sesuai dengan bentuk laporan
yang dipilih.
f. Laporan dikembangkan dari kerangka atau peta pikiran yang telah dibuat
pada kegiatan sebelumnya (mengolah Informasi).
g. Laporan ditulis dengan mangacu pada hasil isian
h. Guru menyampaikan kepada peserta didik bahwa baru saja melakukan
langkah ke-enam keterampilan informasi yaitu “Membuat laporan”.
i. Peserta didik menukarkan laporan hasil kerjanya ke peserta yang lain
j. Peserta didik yang lain diminta menanggapi (lisan/tulis dalam post it) dengan
memperhatikan antara lain: 1) Apakah informasinya lengkap (pengertian,
jenis dan ciri-ciri, manfaat pasar bagi kehidupan masyarakat), 2) Apakah
laporan tersebut menjawab seluruh pertanyaan di awal?, dan 3) Apakah alur
laporan runtut?
k. Perwakilan peserta didik menyampaikan hasil laporan hasil kerjanya secara
lisan di depan kelas.
l. Guru menyampaikan beberapa hal terkait dengan kegiatan ekonomi di pasar,
menyampaikan simpulan hasil kegiatan, kemudian guru menutup pelajaran.
Contoh pembelajaran tersebut direkomendasikan dalam modul 3 Pelatihan
Praktik yang baik untuk SMP/MTs yang telah diterapkan di beberapa sekolah mitra
Usaid Prioritas. Praktik pembelajaran menggunakan keterampilan informasi
merupakan salah satu upaya mendekatkan materi pembelajaran dekat dengan
keseharian hidup peserta didik. Guru bisa menggunakan tema lain yang sesuai
dengan materi yang akan dibahas bersama siswa. Namun demikian perlu

diperhatikan, meskipun tema yang diangkat adalah tema-tema ekonomi, kegiatan
pembelajaran tidak diperkenankan menampilkan pelajaran ekonomi secara utuh,
tetapi harus tetap pelajaran IPS, dimana kontribusi ekonomi bisa dimunculkan dalam
pembelajaran tersebut.
Penutup
Ilmu ekonomi dengan sejarah, tradisi, dan materi yang dinamis di dalamnya
seperti aliran darah yang mensuplai gizi dan protein dalam pembelajaran IPS.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tanpa ekonomi, IPS tidak punya
kemampuan dalam menganalisis fenomena sosial. Fenomena sosial adalah peristiwa
yang terjadi di tengah masyarakat dengan segala wujud dan latar belakang di
dalamnya. Bersama-sama dengan sejarah, geografi dan sosiologi, ekonomi menjadi
nutrisi untuk mempertajam pembelajaran IPS. Kontribusi ekonomi dalam
pembelajaran IPS terdiri dari materi yang terakomodir dalam Standar Kompetendi,
Kompetensi Dasar, dan Standar Isi. Untuk mewujudkan pembelajaran bermakna,
guru dapat menerapkan pembelajaran berbasis keterampilan informasi yang terdiri
dari: menentukan tema dan sub tema, menentukan sumber dan menemukan
informasi, memilih informasi yang relevan, mengolah informasi, mengidentifikasi
berbagai penyajian informasi, dan membuat atau menyusun laporan.
Refrensi
Firmansyah. 2007. Buku Ajar Sejarah Pemikiran Ekonomi. Semarang. FE
Universitas Diponegoro.
Priyono B. Herry. 2007. Adam Smith dan Munculnya Ekonomi: Dari Filsafat Moral
ke Ilmu Sosial. Diskursus. Vol. 6 No. 1 April 2007 hal. 1-40
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 58 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
(SI)
Sapriya. 2014. Pendidikan IPS. Konsep dan Pembelajaran. Bandung. Rosda Karya
Supardan Dadang. 2015. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Perspektif Filosofi
dan Kurikulum. Jakarta. Bumi Aksara
Supardan Dadang. 2015. Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan
Struktural. Jakarta. Bumi Aksara
Suprayogi, dkk. 2011. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Eko Handoyo (Ed).
Semarang. FIS Universitas Negeri Semarang
Somantri Muhammad Numan. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS.
Dedi Supriyadi & Rohmat Mulya (Ed). Bandung. Rosda Karya
Usaid Prioritas. 2015. Modul Pelatihan Praktik yang Baik di Sekolah Menengah
Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs)
Catatan
Artikel dimuat pada Seminar Nasional Pendidikan Ekonomi "Pengembangan Profesi
Berkelanjutan Nagi Guru Ekonomi Dalam Rangka Meningkatkan Mutu Pendidikan
di Indonesia" Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, ISBN: 978-60270581-1-8