pedoman pengawasan alat kesehatan dan perbekalan kesePedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga 2012
610.28
Ind
p
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
VセoNRX@
Ind
p
Alat Kesehatan
Kernenterian Kesehatan
Republik Indonesia
2012
J
J
Katalog Dalam Terbitan Kementerian Kesehatan RI
610.28
Ind
p
Indonesia Kementerian Kesehatan RI. Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Pedoman penga wa san alat kesehatan dan peruekalan
kesehatan rumah tangga; Jakarta: Kementerian
Kesehatan Rio 2012
ISBN 9786022352372
1. Judul
I. EQUIPMENT AND SUPPLIES
II. MEDICAL DEVICES
MlllK PERPUSTAKAAN
KEMENTERIAN KESEHATAN
610.28
Ind
p
Pedoman
Pengawasan Alat
Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
paイーオセエォ@
an Depkes.-
No. In d uk :
g . T ar l ョセ@
D3pat D3r i
IItT-J..!70/3
... . .. . - .. -.. . · . 9•.• .
8 - :;L セO S@
;... ..ᄋ@ N ᄋN ᄋN ᄋ Nᄋ N ᄋ N Wゥ
Z Z セ ᄋ ...
:
, . .... ...... ... _.... .. ........ .. ... ..... .....
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
2012
---
-- .
a an an er e a an
Kesehatan Rumah Tangga
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
bahwa Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan ini telah
berhasil disusun oleh Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Alat Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Pedoman Pembinaan ini dilaksanakan berdasarkan amanat
PP 72 Tentang Pengawasan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan . Turunan pelaksanaan PP 72 Tahun 1998 ini
dijabarkan melalui Peraturan Menteri Kesehatan No. 1189,
1190 dan 1191 tahun 2010 Sebagai peraturan perundangan
yang meregulasi alat kesehatan dan PKRT di Indonesia.
Pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan
bagi petugas di Pusat, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan pelaku usaha dibidang alat
kesehatan.
Dengan pedoman ini diharapkan pengawasan alat kesehatan
dan PKRT dapat dilakukan secara efektif dan lebih
komprehensif. Sehingga tujuan terjaminnya alat kesehatan
dan PKRT yang aman, bermutu dan berefikasil
performancenya baik dapat tercapai.
Pada kesempatan ini, kami menyampaikan penghargaan
yang setinggitingginya dan ucapan terima kasih kepada
semua pihak atas partisipasi, sumbang saran, masukan, dan
·
Kesehatan Rumah Tangga
dukungan yang diberikan dalam penyusunan pedoman ini dan
penyempurnaannya dalam waktu mendatang.
Desember 2012
Jakarta,
Direktur Jenderal
e oman engawasan
•
at ese atan an er e a an
Kesehatan Rumah Tangga
DAFTAR 151
-
KATA PENGANTAR ........... .. ....... .................. .. ......... .
DAFTAR lSI
....... .... ....... .. ............... ... .......... .. ..
iii
BABI. PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang ....... .. ...... ..... ..... .... ... . .
1.2. Dasar Hukum ...... .... ........ .. ........ .. ..... .
1.3. Ruang Lingkup .. ............ .. ..... ..... ...... ..
1.4. Tujuan ............ ...... ............. .... ..... .... .. ..
1.5. Istilah dan defenisi ............ .. .............. .
2
4
4
5
BAB II.
1
PENGAWASAN ALAT KESEHATAf\I DAN PKRT
2.1. Pengawasan:
8
a. Sistem .... ...... .. .. .. .. .. ........ ........ .....
b. Produk .... ...... .................. ....... ......
9
9
2.2. Mekanisme Pengawasan .......... .. .. ....
2.3. Post Market Surveillance .. ..... ........... . 11
a. Vigillance.............. ..... .................. 16
b. Kejadian Tak Diinginkan
(Adverse Events) ............. .. .... ....... 18
BAB III. Proses Post Market Monitoring Oleh
pemerintah ......... .... ................... .. .... ...........
28
BAB IV. Sistem Post Market Surveillance Yang
Dilakukan Produsen dan/atau Penyalur .. .....
35
BAB V.
39
Penyidikan (Pengawasan Kasus) ..... ..........
BAB VI. Pengawasan Penyidikan (Pengawasan Kasus)
Kasus (Penyidikan).......... ...... .. .. .. ............... 43
e oman engawasan at ese atan an er e a an
Kesehatan Rumah Tangga
_'
TIM PENYUSUN
PEDOMAN PENGAWASAN ALAT KESEHATAN
DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA
Penanggung Jawab
: Drg. Arianti Anaya, MKM
Ketua
: Drs. Rahbudi Helmy, APT, MKM
Sekretaris
: Hasnil Randa Sari , S.Si, Apt
Anggota
: Dra. Rully Makarawo, Apt
: Drs. Masrul, Apt
: Lupi Trilaksono , S.Farm
: Dra. Ninik Hariyati, Apt
: Anita Dwi Juwita, S.Farm , Apt
Sekretariat
: Fithriyah Susanti, Amf
: Abdul Rasyid
J
J
./
•
•
-
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan '
Kesehatan Rumah Tangga
BABI
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada saat ini, jenis dan jumlah alat kesehatan (Alkes)
dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
yang beredar dan digunakan masyarakat semakin
bertambah . Alkes dan PKRT juga merupakan suatu
kebutuhan masyarakat yang umumnya tidak bisa
dipisahkan dengan kehidupan seharihari . Oleh karena
itu diperlukan regulasi yang berorientasi pad a alkes dan
PKRT yang aman, bermutu dan bermanfaat.
Pemerintah harus menetapkan kebijakan tentang Alkes
dan PKRT yang bertujuan untuk meningkatkan akses
terhadap produk yang bermutu (high quality), produk
yang terjangkau (affordable), melalui penggunaan yang
aman dan sesuai (safe and appropriate use), serta
pemusnahannya (disposal). Kebijakan ini merupakan
bag ian dari kebijakan nasional yang penegakkan
hukumnya berupa larangan dan sanksi yang terkait.
Keseluruhan unsur kebijakan di atas menjadi bagian
yang terintegrasi pada Sistem Kesehatan Nasional
(SKN). Bidang kefarmasian dan alat kesehatan
merupakan sub sistem sumber daya kesehatan yang
merupakan bagian integral dari sistem kesehatan .
Pengawasan alkes dan PKRT tidak dapat
dilaksanakan oleh pemerintah semata, namun
memerlukan kerjasama aktif perusahaan (produsen
dan distributor), pengguna dan masyarakat.
e oman engawasan a
Kesehatan Rumah Tangga
ese a an an er e a an
Pengawasan yang dllakukan oleh pemerintah harus
diimplementasikan dengan prioritas keamanan pasien.
Ada beberapa contoh kasus akibat lemahnya
pengawasan, misalnya : kasus tentang proses ulang
illegal dan pengemasan ulang jarum suntik bekas untuk
dijual kembali, dipasarkannya alkes substandard, dan
alkes yang beredar tanpa kejelasan distributornya.
Sehingga pemerintah harus melakukan peringatan atau
penarikan terhadap alat kesehatan yang tidak aman dan
tidak efektif. (WHOMedical Device Regulation, 2003)
Setelah Alkes dan PKRT diberikan ijin edarnya, maka
harus dipastikan bahwa produk tersebut secara terus
menerus sesuai dengan persyaratan keamanan, mutu
dan manfaatlkinerja yang telah disetujui. Untuk itu perlu
ada suatu mekanisme yang memastikan bahwa setiap
persoalan yang terjadi pada produk setelah dipasarkan
dapat diatasi dengan baik dan dilaporkan kepada
menteri kesehatan melalui Ditjen Bina Kefarmasian
dan Alkes untuk diketahui dan ditindak lanjuti sesuai
dengan permasalahannya.
J
....I
-'
-'
-.../
'
...J
J
1.2. Dasar Hukum
Peraturan perundangundangan yang dijadikan
landasan hukum dalam pelaksanaan pengawasan alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga
(PKRT) adalah sebagai berikut :
..J
..J
1.
UndangUndang No.8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen
oJ
.;
..
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
--
2.
UndangUndang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah
3.
UndangUndang No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
4.
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan A/at
Kesehatan
5.
Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2000 tentang
Perijinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir
6.
Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang
pembagian kewenangan pemerintah , pemerintah
provinsi dan Kab/Kota
7.
Peraturan Presiden No . 24 Tahun 2010 , tentang
Kedudukan , Tugas, dan Fungsi Kementerian
Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan
Fungsi Eselon I Kementerian Negara
8.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1189 Tahun
2010 tentang produksi alat kesehatan dan
perbekanan kesehatan rumah tangga
9.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1144 Tahun
2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1190 Tahun
2010 tentang Izin Edar Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
11 . Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1191 Tahun
2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan dan
PKRT
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
12. Peraturan Menteri Kesehatan RI No . 1787 Tahun
2010 tentang Iklan dan Publikasi Pelayanan
Kesehatan
13. Peraturan Menteri Pertanian No. 24/Permentanl
SR.140/4/2011 Tahun 2011 tentang Syarat dan
Tata Cara Pendaftaran Pestisida
14. Keputusan Menteri Kesehatan RI No . 386 Tahun
1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas
Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetik ,
PKRT dan Makanan Minuman.
15. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 922 Tahun
2008 tentang Pedoman Teknis Pembagian
Urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan antara
Pemerintah , Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengawasan alat kesehatan dan PKRT
meliputi :
a. Pengawasan sarana produksi Alkes dan PKRT
b. Pengawasan sarana distribusi alkes
c. Pengawasan produk alkes dan PKRT
d. Pengawasan iklan alkes dan PKRT
1.4. Tujuan
Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas pusat dan
daerah , pelaku usaha yang terlibat didalam produksi
dan distribusi alat kesehatan dan PKRT dan
•
•
...
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
masyarakat, dalam melakukan pengawasan alat
kesehatan dan PKRT.
1.5. Istilah dan Definisi
a.
-
Alkes
Alat Kesehatan adalah instrument, aparatus,
mesin, dan/atau implan yang tidak mengandung
obat yang dig u nakan u ntu k mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk
struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Alat
kesehatan berdasarkan tujuan penggunaan
sebagaimana dimaksud oleh produsen, dapat
digunakan sendiri maupun kombinasi untuk
manusia dengan satu atau beberapa tujuan
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
diagnosis, pencegahan, pemantauan,
perlakuan atau pengurangan penyakit;
diagnosis, pemantauan, perlakuan,
pengurangan atau kompensasi kondisi sa kit
penyelidikan, penggantian, pemodifikasian,
mendukung anatomi atau proses fisiologis
mendukung atau mempertahankan hidup
menghalangi pembuahan
desinfeksi alat kesehatan
menyediakan informasi untuk tujuan medis
melalui pengujian in vitro terhadap
spesimen dari tubuh manusia.
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
b.
PKRT
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga yang
selanjutnya disingkat PKRT adalah alat, bahan,
atau campuran bahan untuk pemeliharaan dan
perawatan kesehatan untuk manusia, pengendali
kutu hewan peliharaan, rumah tangga dan tempattempat umum.
c.
Produksi
Produksi adalah kegiatan atau proses
menghasilkan, menyiapkan, mengolah, dan/atau
mengubah bentuk alat kesehatan dan/atau
perbekalan kesehatan rumah tangga .
d.
Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik
Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik yang
selanjutnya disingkat CDAKB adalah pedoman
yang digunakan dalam rangkaian kegiatan
distribusi dan pengendalian mutu yang bertujuan
untuk menjamin agar produk alat kesehatan yang
didistribusikan senantiasa memenuhi persyaratan
yang ditetapkan sesuai tujuan penggunaannya.
e.
Pengawasan
Pengawasan adalah kegiatan yang dilakukan
untuk dapat mencegah terjadinya penyimpangan,
mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan dan
mengadakan tindakan perbaikan apabila
diperlukan untuk menjamin tercapainya sasaran
hasil kerja sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan
,.
•
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbeka/an
Kesehatan Rumah Tangga
f.
Izin edar
Izin edar adalah izin yang diberikan kepada
perusahaan untuk produk alat kesehatan atau
perbekalan kesehatan rumah tangga, yang akan
diimpor, digunakan dan/atau diedarkan di wilayah
Republik Indonesia berdasarkan penilaian
terhadap mutu , keamanan, dan kemanfaatan.
g.
Perusahaan
Perusahaan adalah badan usaha yang
memproduksi/menyalurkan alat kesehatan dan/
atau memproduksi perbekalan kesehatan rumah
tangga.
h.
Post Market Surveillance adalah kegiatan proaktif
yang dilakukan dalam rangka pengecekan
kesesuaian terhadap mutu, keamanan dan kinerja
alat selama di peredaran dan penilaian
kesesuaian terhadap data awal pad a sa at
registrasi
i.
Vigilance adalah tindakan yang dilakukan sebagai
reaksi terhadap adanya kasus insiden yang terjadi
akibat penggunaan alat kesehatan yang
meneyebabkan cidera atau kematian terhadap
pasien
j.
Laporan
Mencakup laporan Produksi, Distribusi
k.
Tinjauan Laporan
Mencakup tinjauan laporan kasus
I
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbeka/an
Kesehatan Rumah Tangga
•
BAB II
PENGAWA5AN ALAT KE5EHATAN DAN PKRT
2.1. Pengawasan
a.
5istem (150 13485)
Merupakan penjabaran dari SOP terfokus pada :
Bahan Baku, Proses, Identifikasi produk,
Distribusi, Storage, Install (termasuk uji fungsi) ,
Service (termasuk kalibrasi) dan Post Market
(termasuk warning, labelling, instruction for use,
precaution, risk manajemen).
Catt: seluruh pain merujuk pada ISO 13485
Persyaratan Umum
Perusahaan
harus
menetapkan,
mendokumentasikan, menerapkan dan
memelihara sistem manajemen mutu dan
menjaga keefektifannya sesuai dengan
persyaratan Standar Internasional.
Perusahaan harus
a)
mengidentifikasi proses yang diperlukan
untuk sistem manajemen mutu dan
aplikasinya di seluruh organisasi,
b)
menentukan urutan dan interaksi prosesproses,
c)
menetapkan kriteria dan metode yang
diperlukan untuk memastikan bahwa baik
J
•
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbeka/an
Kesehatan Rumah Tangga
operasi dan pengendalian dari prosesproses tersebut efektif,
b.
-
memastikan tersedianya sumber daya dan
informasi yang diperlukan untuk mendukung
operasi dan pemantauan proses-proses
tersebut,
e)
memantau, mengu kur dan menganalisis
proses-proses terse but, dan
f)
menerapkan tindakan yang diperlukan untuk
mencapai hasil yang direncanakan dan
mempertahankan efektivitas proses
Produk
Standar (SNI, ISO, lEe, EN), yang digunakan
adalah Harmonisasi Standar (AMDD) sesuai
dengan ketentuanl kriteria yang telah ditetapkan
pada registrasi pre market.
-
d)
2.2. Mekanisme Pengawasan
Mekanisme pengawasan terdiri dari kegiatan sebagai
berikut:
1.
Pengawasan Sarana
Audit Sarana Produksi
a.
Audit Surveillance (Monitoring)
evaluasi kesesuaian terhadap
Sertifikat Produksi dan ePAKBI
CPPKRTB
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
b.
Audit Investigasi Sarana Produksi :
kejadian Tidak diinginkan , Tindakan
Korektif (FSCA) : Recall,
2.
3.
•
J
Pengawasan ProdukAlkes dan PKRT
a.
Audit terhadap Dokumen Informasi Teknis
dan Klinis
b.
Sampling dan Pengujian ProdukAlkes dan
PKRT
J
Tinjauan Laporan Kasus
a.
Audit Investigasi Sarana Produksi
b.
Audit Investigasi Sarana Distribusi :
c.
Audit Investigasi Produk : Sampling dan
Pengujian , Review Dokumen Teknis dan
Klinis , Tindakan FSCA (Recall , Evaluasi
Kejadian,
d.
Tindak Lanjut : Evaluasi hasil laporan
pengawasan
e.
Adverse Event Reporting (Permenkes 1191)
4.
Pengawasan Iklan dan Penandaan
5.
Penyidikan (Pengawasan kasus) :
Kriteria untuk penyidikan (contoh : tidak sesuai dengan
izin edar, produk ilegal , produk palsu , produk yang tidak
memenuhi Permenkes 1191)
J
...,
.,/
.J
.-J
Sistem pengawasan keamanan, mutu dan manfaat
produk diperlukan untuk menjamin telah
dilaksanakannya penilaian kesesuaian terhadap
persyaratan esensial keamanan, mutu dan manfaatl
kinerja produk setelah produk tersebut dipasarkan.
Pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah antara
lain :
1.
Audit Terhadap Informasi Teknis dan Klinis
Audit ini dilakukan terhadap produk yang sering
menimbulkan masalah berdasarkan laporan dari
dalam negeri ataupun luar negeri.
Audit terhadap informasi teknis ini dilakukan
dengan mengaudit ulang formulir dan seluruh
persyaratan yang dimasukkan oleh pemohon
dalam rangka mendapatkan izi edar untuk produk
tersebut. Audit tersebut dapat dilakukan sebagian
atau secara menyeluruh tergantung masalah yang
dilaporkan terkait produk tersebut. Audit ini hanya
dilakukan oleh Pemerintah Pusat (Oit Bina Prodis
Alkes) karena formulir dan persyaratan tersebut
disimpan oleh Oit Bina Prodis Alkes .
2.
Pemeriksaan Sarana Produksi dan Oistribusi
Alkes
a.
Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan secara rutin yaitu
pemeriksaan berkala yang frekuensi
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
disesuaikan dengan kapasitas tenaga yang
dimiliki oleh Pemerintah, dan pemeriksaan
secara Khusus/Kasus yaitu pemeriksaan
untuk tujuan khusus ataupun dalam rangka
penelusuran kasus.
b.
..
セ@
Data yang diperiksa
Data yang diperiksa adalah data
administrasi dan teknis. Data teknis
diperiksa kesesuaian kondisi saat
pemeriksaan dengan ketentuan yang ada,
antara lain meliputi persyaratan manajemen,
sumber daya , serta sanitasi higiene.
Ruang lingkup pemeriksaan sarana
produksi adalah mengevaluasi :
Dokumentasi
Proses produksi
Sarana penyimpanan
Peralatan dan
Sistem pengawasan yang dilakukan
produsen untuk memastikan bahwa
produk yang dihasilkan memenuhi
persyaratan atau spesifikasi yang
telah ditentukan sesuai Cara
Pembuatan Alkes atau PKRT yag
baik.
Install dan Service
セ@
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbeka/an
Kesehatan Rumah Tangga
Apabila diperlukan petugas juga dapat
mengambil dan menguji produk pertinggal
yang ada di pabrik.
Sedangkan ruang lingkup pemeriksaan
sarana distribusi adalah mengevaluasi :
Proses distribusi
Sarana penyimpanan
Kontrol yang dilakukan distributor
untuk menjamin produk yang
didistribusikan memenuhi persyaratan
keamanan, mutu dan manfaat apakah
telah sesuai Cara Distribusi Alat
Kesehatan yang Baik.
--
Install dan Service
Distributor terutama distributor pemegang
izin edar yang menyalurkan produk import
harus mempunyai system monitoring
terhadap produk yang disalurkannya, dan
untuk distributor pemegang izin edar alkes
elektromedik harus mempunyai bengkel
untuk menguji produk yang di salurkannya.
c.
Petugas pelaksana
Petugas pelaksana pemeriksaan rutin harus
telah mendapatkan pelatihan tentang
pengawasan Alkes dan PKRT, surat tugas,
memiliki pengetahuan dan memahami
sistem pengawasan Alkes dan PKRT,
Pedomon Pengo wason Alot Kesehaton don Perbekolan
Kesehatan Rumah Tangga
•
Peraturan dan ketentuan yang berlaku , Cara
Pembuatan Alkes dan PKRT yang baik serta
menggunakan form pemeriksaan sesuai
ketentuan yang berlaku .
Petugas pelaksana pemeriksaan kasus
selain memenuhi persyaratan diatas , juga
didarnpingi oleh petugas penyidik pegawai
negeri sipil yang dilengkapi surat tugas.
d.
Pelaksanaan Pemeriksaan
Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan oleh
petugas Dinas Kesehatan Propinsi
bersama dengan petugas Dinkes
Kabupaten/Kota menggunakan formulir
pemeriksaan yang disusun oleh Direktorat
Bina Produksi dan Distribusi Alkes . Hasil
pemeriksaan
bersama
tersebut
direkapitulasi oleh Dinas Kesehatan
Propinsi dan dilaporkan kepada Direktorat
Bina Produksi dan distribusi Alat kesehatan.
Pemeriksaan terhadap sarana produksi dan
distribusi dilakukan secara berkala untuk
memastikan bahwa sarana produksi dan
distribusi tersebut telah memenuhi prinsipprinsip CPAKB dan latau CDAKB di dalam
melaksanakan kegiatan produksi dan/atau
distribusi alat kesehatan.
Data yang diperiksa antara lain : proses
produksi, sarana penyimpanan, peralatan
...
-
•
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbeka/an
Kesehatan Rumah Tangga
produksi, SOM, dan dokumen pendukung
lainnya. Selain itu juga memastikan bahwa
produsen/distributor telah melakukan sistem
pengawasan internal
Form pemeriksaan mengacu kepada juknis
CPAKB dan COAKB .
3.
Sampling dan Pengujian
Pelaksanaan Sampling dilakukan oleh petugas
Dinas Kesehatan Propinsi bersama dengan
petugas Dinkes Kabupaten/Kota dengan cara
random (acak) sampling untuk mengetahui
apakah ada produk yang disampling tidak
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Sampling dapat dilakukan dengan membawa
produk (Alkes atau PKRT) ke laboratorium atau
dilakukan pegujian ditempat terutama untuk
produk alkes elektromedik yang tidak mungkin di
bawa ke laboratorium .
Laboratorium pengujian dapat menggunakanl
bekerjasama dengan Laboratorium yang telah
terakreditasi baik pemerintah atau swasta atau
BPFK (Badan Pemelihara fasilitas Kesehatan).
Oleh karena sampling dilakukan dengan cara
random sampling maka hasilnya belum dapat
digunakan sebagai dasar untuk sesuatu tindakan
hukum, untuk itu hasil dari pelaksanaan sampling
ini harus ditindaklanjuti dengan melakukan
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
Vigillance atau sampling yang lebih terarah dan
dengan menggunaka metode yang standar.
Prioritas produk yang di Sampling
Yang banyak beredar di masyarakat
Diketahui dapat menyebabkan efek tidak
diingini secara significant bila digunakan
produk yag substandar
Diketahui memiliki kestabilan yang rendah
Adanya laporan dari masyarakat baik dalam
maupun luar negeri .
Untuk memfasilitasi agar pelaksanaan sampling
dapat berjalan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku serta mengacu kepada tolok ukur yang
sama di seluruh daerah di Indonesia , semuanya
tertuang di dalam pedoman teknis pelaksanaan
sampling dan pengujian alkes dan PKRT.
Skema pelaksanaan sampling terlampir.
A.
Vigilance
Program Vigillance merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau
produsen atau distributor setelah pihak tersebut
menyadari akan adanya kejadian yang tidak diingini
dan/atau kesalahan fungsi alkes. Hal tersebut dapat
diketahui dari hasil pengujian dan/atau informasi lain
terhadap produkAlkes/PKRT yang didistribusikannya
di Indonesia.
•
•
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
Tujuan dari vigilance alat kesehatan adalah untuk
meningkatkan kesehatan dan keamanan pasien,
pengguna dan lainnya dalam meminimalisir kejadian
adverse event sejenis yang mungkin berulang. Hal ini
didapatkan melalui:
Mengevaluasi kejadian yang tidak diinginkan
Oiseminasi informasi yang dapat digunakan untuk
mencegah anau meminimalisir konsekuensi dari
kejadian yang tidak diinginkan, bila diperlukan.
Memodifikasi alat kesehatan.
Menarik alat kesehatan dari pasaran.
Produsen dan penyalur alat kesehatan harus
menginformasikan ke Oit Prodis alkes setiap kejadian
yang tidak diinginkan sesuai dengan batas waktu yang
ditentukan. Waktu dan tindakan yang tepat harus
dilakukan.
Isu terkalr
de"san alat
セ@
セ@
Siapa lasl yans
hal us dl
",formaslun
kesenatan
0Ieh p """,,",,,
セョケZゥャ@
iiiip.JIbdil
.... ;oolle...-
,
....._nuho
P. odU!l.e1l
PAX - ....n ' u
セ エNBュuj@
I.lPDf.iiA
Pedoman Pengo wason Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
..
B.1. Kejadian yang Tidak Diinginkan (Adverse Events)
1.
Kriteria Kejadian yang Tidak Diinginkan (Adverse
Events) yang dapat dilaporkan .
-'
Secara umum , kejadian yang tidak diinginkan
yang dapat dilaporkan harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :
-'
a.
Telah terjadi
b.
Dicurigai disebabkan oleh alat kesehatan
yang telah digunakan
c.
Kejadian yang tidak diinginkan
menyebabkan halhal berikut:
Ancaman serius terhadap kesehatan
umum
Kematian pasien , pengguna atau
orang lainnya
Penurunan kondisi kesehatan serius
bagi pengguna atau orang lainnya
Kejadian yang dapat menyebabkan
kematian atau cedera serius pada
pengguna atau orang lainnya jika
terjadi berulang kali.
2.
-
Tenggat Waktu Pelaporan Kejadian yang Tidak
Diinginkan (Adverse Events)
Semua perusahaan wajib melaporkan kejadian
kejadian yang tidak diinginkan pada alat
kesehatan yang telah beredar di pasaran . Format
laporan terlampir. Adapun tenggat waktu
J
•
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehalan Rumah Tangga
pelaporan kejadian yang tidak diinginkan
(Adverse Events) dibagi dalam 3 kategori, yaitu :
1.
Tidak lebih dari 48 jam untuk kejadian yang
menimbulkan ancaman serius terhadap
kesehatan masyarakat (berdampak
massal).
2.
Tidak lebih dari 10 hari untuk kejadian yang
menimbulkan kematian, penurunan kondisi
kesehatan serius dari pasien, pengguna alat
kesehatan atau orang lainnya.
3.
Tidak lebih dari 30 hari untuk kejadian yang
mung kin dapat menimbulkan kematian,
penurunan kondisi kesehatan serius dari
pasien, pengguna alat kesehatan atau
orang lainnya.
Berdasarkan peraturan, pemberitahuan dan
evaluasi terhadap kejadian ini harus segera
ditindak lanjuti sesuai dengan bahaya yang dapat
ditimbulkannya. Mekanisme tindak lanjut dan
pelaporan dilakukan melalui tindakan perbaikan
terhadap keselamatan di lapangan (Field Safety
Corrective Action)
B.2. Tindakan Perbaikan Terhadap Keselamatan di
Lapangan (Field Safety Corrective Action)
Tindakan perbaikan terhadap keselamatan di lapangan
(FSCA) dilakukan oleh perusahaan melalui tindakan
recall , pemusnahan , atau mengurangi resiko dari
bahaya yang teridentifikasi. FSCA tetap dilakukan
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
walaupun alat kesehatan tidak lagi beredar di pasaran
atau telah ditarik tetapi masih digunakan oleh pasien,
misalnya implant.
Pelaporan FSCA harus memuat semua informasi yang
relevan terhadap kasus yang terjadi, seperti produk dan
proses distribusinya, dan tindakan perbaikan yang
diambil. Pemberitahuan kepada pemerintah tidak
dapat ditunda walaupun ada beberapa informasi yang
belum lengkap, seperti jaringan distribusi, ukuran bets,
dan lain lain. Laporan harus menggunakan format yang
terlarnpir.
FSCA dapat berupa :
a.
Evaluasi terhadap kejadian yang tidak diingini
yang dilaporkan
b.
Penyebaran informasi, jika diperlukan melalui
"public warning" untuk mencegah hal yang sama
berulang atau untuk mengurangi akibat dari
insiden tersebut
c.
Melakukan modifikasi terhadap produk Alkes
apabila masih dimungkinkan
d.
Melakukan recall
Recall adalah proses yang dilakukan terhadap alat
kesehatan bermasalah seperti cacat, beresiko terhadap
kesehatan, maupun keduanya dan melanggar peraturan
perundang undangan alat kesehatan.
Proses recall dapat berupa tindakan perbaikan atau
penghapusan. Dengan demikian, recall tidak selalu
berupa penghentian pemakaian atau pengembalian ke
•
I
..
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
perusahan, akan tetapi dapat berupa pengecekan,
penyesuaian atau perbaikan produk. Contoh tindakan
yang termasuk Recall adalah sebagai berikut :
1.
Memeriksa alkes yang yang bermasalah
2.
Memperbaiki alkes
3.
Menyesuaikan pengaturan alkes
4.
Melakukan penandaan ulang
5.
Memusnahkan alkes
6.
Pemberitahuan masalah kepada pasien
7.
Memonitoring kondisi pasien terkait dengan
pemakaian alkes
Pelaksanaan recall menjadi tanggungjawab dari
perusahaan. Tindakan yang dilakukan oleh perusahaan
terkait kecacatan produk dan/atau ancaman terhadap
kesehatan yaitu merecall alat kesehatan (perbaikan
atau penghapusan) dan melakukan pelaporan kepada
pemerintah. Waktu recall ..... ..hari.
Pelaksanaan lebih lanjut terhadap recall akan
dijelaskan didalam Pedoman Penarikan Kembali Alkes
dan PKRT.
Penanganan laporan/ tindak lanjut dilaksanakan dengan
beberapa tahap yaitu:
1.
Evaluasi hasil pelaporan pengawasan
2.
Menentukan apakah diperlukan tindak lanjut atau
tidak
3.
Menentukan sifat/jenis tindak lanjut yang akan
dilakukan
Pedomon Pengowasan Alat Kesehatan don Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
•
4.
Sifat tindak lanjut yang dilakukan Ringan/Sedang/
Berat
5.
Jenis tindak lanjut yang dilakukan:
. ..1
Peringatan tertulis
Public warning
Pemberitahuan sanksi administratif
pencabutan ijin dll
Pengamanan setempaUpenarikan produk
dari pasaran
Pemberian sanksi Pidana (Pro justicia)
.J
KLASIFIKASI PENARIKAN KEMBALI (RECALL)
Recall terhadap Alat Kesehatan diklasifikasikan sebagai
berikut:
KLASIFIKASI
KELAS I
(safety related recall)
DESKRIPSI
Produk cacat secara
potensial membahayakan
nyawa atau dapat
menyebabkan kecacatan
permanen
CONTOH
• Gel pack panas/dlngin
yang mengandung
senyawa beracun yang
dapat terpejan secara
tidak sengaja oleh anak .
anak.
• Kesalahan software CT
Scanner yang dapan
menyebabkan rotasi
yang tidak diinginkan
dan menyebabkan
cedera atau kematian
pasien
• Implan pacujantung
yang cacat produk yang
menyebabkan
kegagalan memberikan
daya pacu jantung,
khususnya kepada
I
...J
セ@
Pedoman Pengowasan A/at Kesehatan dan Perbeka/an
Kesehatan Rumah Tangga
pasien yang tergantung
terhadap alat
pacujantung sehingga
dapat menyebabkan
kematian ataupun
cedera .
·
Kesalahan pada hasil uji
IVD, khususnya pada
obatobatan yang
mempunyai jendela
terapetik yang sempit
yang dapat
menyebabkan
overdosis, dan cedera
permanen.
KELAS II
(safety related recall)
Produk cacat dapat
menyebabkan kesakitan
atau kesalahpenanganan
dan berpengaruh terhadap
kesembuhan pasien
·
·
Kontammasi mikrobial
pada lubrikan operasi
Kesalahan software
pada peralatan radiasi
yang dapan
menyebabkan
kesalahhitungan dan
pemberian yang salah .
·
Instruksi penggunaan
pada alat cateter yang
tidak menyebutkan
perhatian khusus pad a
prosedur melepaskan
kateter, sehingga dapat
menyebabkan
komplikasi .
·
IVD test yang salah
mendeteksi strain dari
mikroorganisme dan
dapat menyebabkan
perawatan yan 9 tidak
tepa!.
KELAS III
(non safety related recall)
Produk cacat tidak terlalu
membahayakan secara
signifikan terhadap
kesehatan .
·
·
Desinfektan yang salah
pelabelan tanggal
kadaluarsanya kurang
dari tanggal
kadaluarsanya
sebenarnya .
Kemasan luar dari alkes
habis pakai yang
mengindikasikan
ukuran berbeda
Pedomon Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
•
dibandingkan dengan
box utamanya Sangat
jelas terlihat oleh klinisi
bahwa kemasan tidak
sesuai dengan isinya .
Reagen IVD
_ _ _ __ .L_ menyebabkac:.:._
:: n _ _'
TINGKATAN PENARIKAN KEMBALI (RECALL)
Terdapat tiga (3) tingkatan penarikan kembali alkes (recall) ,
antara lain :
NO
1
KE LAS
.
I
TINGKAT
Penyalu r Alat Kesehatan
(wholesale)
PENYALURAN
• Pedagang besar alkes (resa le)
• Pengadaan alkes
pemerintah
2
Rumah sakit
Penyaluran berada pada
tingkat PAK dimana bisa
jadi terdiri dari sarana
dibawah ini :
• Institusi klinik, dimana
investigasi klinis
dilakukan.
• Farmasi rumah sakit,
bank darah, laboratorium
patologi .
·
·
Bank jaringan manusia
(human tissue)
Pelayanan ambulan ,
pelayanan .
3
I I
Pengecer (retail)
-
Penyaluran berada pada
lingkat PAK dimana bisa
jadi terdiri dari sarana
dibawah ini:
I
I
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbeka/an
Kesehatan Rumah Tangga
I . .
• Apotek
• Medik , Dental dan
Praktisi kesehatan
lainnya
• Toko Alat Kesehatan
Outlet lainnya seperti
supermaketdantoko
makanan kesehatan
Penyaluran pada tingkatan
PAK, Rumah Sa kit, dan
Pengecer dan terdiri dari
pasien dan konsumen
·
4
B.
Konsumen
Pengawasan iklan dan penandaan
Pengawasan iklan merupakan tindakan yang dilakukan
untuk memastikan bahwa iklan alkes /PKRT yang
beredar obyektif, lengkap dan tidak menyesatkan.
Pengawasan iklan dilakukan dengan mengevaluasi
iklan yang terdapat pada Media massa meliputi cetak
(majalah, koran, flyer, brosur, baliho, dan sebagainya)
dan Elektronik (TV, radio, bioskop, internet).
Pengawasan iklan untuk alkes dan PKRT adalah
kegiatan yang saling berhubungan satu sama lain
antara produsen, pemerintah dan masyarakat sebagai
konsumen. Produsen harus menjamin keamanan, mutu
dan manfaat produknya dan mengiklankan sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan . Produsen wajib
melakukan reevaluasi terhadap iklan yang ditayangkan
agar tidak terjadi informasi yang menyesatkan atau
berlebihan akibat penayangan iklan tersebut.
Tugas Pemerintah adalah melakukan post market
evaluation, yaitu melakukan pengawasan iklan yang
telah beredar di masyarakat dimana harus sesuai
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
•
dengan label dan penandaan yang telah disetujui di
dalam izin edar yang dimiliki.Sedangkan peran
masyarakat adalah selalu membaca label dan
informasi, dan memperhatikan setiap iklan yang
beredar itu benar atau tidak. Jika terdapat iklan yang
menyesatkan harus segera dilaporkan kepada
pemerintah .
Berikut adalah prioritas iklan alkes dan PKRT yang
diawasi:
Iklan produk yang sudah terdaftar
Iklan produk yang dapat menimbulkan bahaya
bagi masyarakat
Iklan produk yang mendapat perhatiani
meresahkan masyarakat
Halhal yang harus diperhatikan dalam materi iklan
adalah klaim yang berlebihan, tidak bersifat SARA,
tidak sesuai dengan etika serta obyektif, lengkap, dan
tidak menyesatkan
Bila diperlukan pertimbangan dapat dibentuk tim yang
terdiri dari para pakar, organisasi profesi, asosiasi
terkait, praktisi dan instansi2 terkait. Tim ini bertugas
melakukan pelaksanaan iklan sesuai dengan prioritas
dan dana yang telah ditetapkan, membuat
pertanggungjawaban pelaksanaan pengawasan iklan,
serta membuat laporan dan usulan tindak lanjut kepada
pimpinan .
Tindak lanjut dari hasil pemantauan yang dilakukan tim
pengawasan iklan:
..J
•
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbeka/an
Kesehatan Rumah Tangga
1.
Peringatan 1, berupa peringatan untuk
memperbaiki iklan dengan batas waktu 1 bulan
2.
Henti tayang
Untuk yang sifatnya teknis dan keamanan maka akan
langsung henti tayang, sedang untuk yang bersifat etika
akan diberikan hak jawab .
Tim Pusat berkewenangan memutuskan bentuk dan
bobot sanksi yang perlu dijatuhkan kepada produsen
distributor alkes dan PKRT yang melakukan
pelanggaran terhadap iklan yang ditayangkan. Bila hasil
evaluasi tindak lanjut mempunyai respon yang baik
maka tahap selanjutnya diberikan pembinaan .
Sedangkan jika hasil evaluasi tindak lanjut mempunyai
respon yang tidak baik maka akan dilakukan sanksi :
pencabutan izin edar
mengeluarkan surat edaran dan dipublikasikan di
media Kemenkes
Penjelasan lebih detil tentang iklan dan penandaan
alkes dan PKRT dapat dilihat di Pedoman periklanan
alat kesehatan dan PKRT yang masih berlaku.
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
BAB III.
PROSES POST MARKET MONITORING OLEH
PEMERINTAH
Monitoring produk di pasar oleh pemerintah merupakan
serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk memastikan
kesesuaian terhadap peraturan dan keamanan produkAlkes
yang berada di pasaran dan melakukan tindakan jika terjadi
penyimpangan dalam rangka melindungi masyarakat dari
efek yang tidak diingini akibat penggunaan Alkes/PKRT.
Kegiatan tersebut dilaksanakan berjenjang dari tingkat pusat
oleh Departemen Kesehatan, dan tingkat daerah oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota .
Kegiatan ini meliputi :
a)
Audit terhadap informasi teknik dan klinik untuk
menunjukkan kesesuaian terhadap prinsip esensial .
b)
Inspeksi terhadap catatan dan dokumen produsen atau
distributor
c)
Uji setempat atau mengambil sampel untuk diuji di
laboratorium
d)
Melakukan Audit kesesuaian dengan persyaratan
GMPCPAKB
e)
Melakukan kerja sama dengan badan pengawsan
lainnya seperti ACCSQMDPWG, AHWP, GHTF dan
ECRI untuk mengetahui informasi tentang status suatu
produkAlkes/PKRT di luar negeri.
f)
Pengawasan oleh masyarakat
..
•
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
Berikut adalah penjelasan dari kegiatan tersebut :
-
A
Audit terhadap informasi teknik dan klinik
Hal ini dilakukan terhadap produk yang sering
menimbulkan masalah berdasarkan laporan dari dalam
negeri ataupun luar negeri.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh petugas pusat.
Segera disusun pedoman evaluasi persyaratan teknis
dan evaluasi "clinical study" produk Alkes dan PKRT.
Saat ini telah dilakukan :
Penyusunan 8 persyaratan teknis produk yang
sering menimbulkan masalah.
Pelatihan melakukan evaluasi terhadap data
"clinical study" untuk petugas pusat dengan
tenaga pelatih dari 851.
B.
Inspeksi terhadap catatan dan dokumentasi
produsen atau distributor
Pemeriksaan setempat dan monitoring sarana
produksi dan distribusi alat kesehatan dan PKRT
menggunakan acuan sebagai berikut :
a)
Pedoman pelaksanaan monitoring sarana
produksi dan distribusi alkes dan PKRT, Direktorat
Bina Produksi dan Distribusi Alkes, 2005
b)
Modul Pemeriksaan setempat alkes dan PKRT,
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alkes,
2004 .
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
•
Telah disusun pedoman pemeriksaan setempat dan
pedoman monitoring sarana pabrik dan distributor.
Namun belum dilaksanakan pelatihan untuk ini .
J
Kegiatan ini akan segera diserahkan ke daerah (Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota), pusat hanya melakukan
supervisi bila diperlukan.
MEKANISME PELAKSANAAN :
•
Inspeksi dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota , dengan form inspeksi yang
disusun oleh pusat.
•
•
•
•
Hasillaporan hasil inspeksi dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Provinsi
..../
..../
Dinas Kesehatan Provinsi merekapitulasi hasil
laporan, untuk dilaporkkan ke Pusat
Tindak lanjut yang berskala provinsi dilakukan oleh
provinsi
.....
.JI
Kementerian Kesehatan (Pusat) mempersiapkan
セ@
Form inspeksi dan pedoman pelaksanaan
inspeksi
Pedoman pelaksanaan tidak lanjut
J
Mengevaluasi hasil laporan dari Dinas
Kesehatan Provinsi
J
•
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
c.
Pengambilan Sampel
Sampling alat kesehatan dan PKRT dilakukan dengan
dua cara:
1.
Sampling untuk menguji kesesuaian (compliance)
dilakukan dengan random sampling dengan
jumlah sesuai yang dibutuhkan dalam pengujian .
2.
Sampling untuk pembuktian atau surveillance
dilakukan dengan cara yang lebih ketat dengan
jumlah sample sesuai dengan teori statistik.
Sampling dilakukan oleh Petugas Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan coordinator Dinas Kesehatan
Propinsi menggunakan acuan : Pedoman Pelaksanaan
Sampling Alkes dan PKRT, Direktorat Bina Prodis
Alkes, 2005.
Pengujian :
Pengujian sedapat mungkin dilaksanakan dengan
bekerjasama dengan Badan POMI Balai POM ataupun
laboratorium yang telah terakreditasi atau .
Bila tidak memungkinkan maka dapat digunakan
laboratorium yang diakui ditunjuk oleh Kementerian
Kesehatan. dengan menggunakan metode pengujian
dari Kementerian Kesehatan.
-
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
•
SKEMA PELAKSANAAN SAMPLING
Sampling Dinas Kesehatan Kabl Kota
PENGUJIAN
Rekapitulasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Evaluasi oleh Ditjen Binfar & Alkes
Uji Ulang
Surat Pemberitahuan
Hasil (MS) ke Dinkes
Provinsi
•
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbeka/an
Kesehatan Rumah Tangga
D.
Melakukan
GMPCPAKB
Audit
terhadap
Persyaratan
Audit terhadap persyaratan GMPCPAKB ini utamanya
dilakukan untuk alat kesehatan/PKRT kelas III (paling
dapat menimbulkan bahaya) dan alat kesehatan kelas
II steril.
E.
a.
Produk import dilakukan melalui pemastian/review
dokumen ISO atau CE production
b.
Produk lokaln dilakukan evaluasi terhadap
GMPCPAKB berdasarkan ISO 13845 untuk
Alkes.
Melakukan Kerjasama dengan
Pengawasan di Luar Negeri
Institusi
Karena sangat beraneka ragamnya alat kesehatan,
mulai yang sangat sederhana sampai dengan yang
canggih, kadang kala kita tidak dapat melakukan
sampling terhadap alat kesehatabn tersebut, selain
karena harganya sangat mnahal juga tidak ada
laboratorium yang dapat mengujinya, missal CT Scan,
Stent Jantung dll.
Untuk itu perlu dilakukan kerjasama dengan institusi
pengawas di luar negeri. Sampai saat ini kita telah
melakukan kerjasama dengan ECRI, ACCSQMDPWG, GHTF melalui ACCSQ-MDPWG.
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbeka/an
Kesehatan Rumph Tangga
F.
•
Pengawasan oleh Masyarakat
Pengawasan oleh masyarakat dapat dilakukan oleh
seluruh komponen masyarakat mulai dari perorangan
sampai dengan pengguna ahli. Laporan dari
masyarakat ini diterima dengan skema sebagai
berikut: (Form terlampir
Dinas
Kesehatan
Dilaporkan?
y
Kernkes RI
c.q. Dir. Bina Prodis Alkes
Dilaporkan
J
Penarikan dari peredaran
oleh produsen diawasi
oleh pemerintah
Perbaikan pada alkes
[produsen/d istributor]
Monitoring pad asarana
alkes [kerja sama dengan
Dinkes Prov/Kab/Kota]
•
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
BABIV.
SISTEM POST MARKET SURVEILLANCE YANG
DILAKUKAN PRODUSEN DAN/ATAU PENYALUR
Sistem ini memungkinkan produsen dan/atau penyalur
mendapatkan informasi dan melakukan pengawasan
mengenai distribusi produkAlkes/PKRT mereka di Indonesia.
Kegiatan surveillance ini merupakan bagian dari keseluruhan
sistem manajemen mutu . Kegiatan ini juga merupakan salah
satu syarat mengedarkan Alkes/PKRT di Indonesia atau
sebagai hasil riset dan pengembangan yang sedang
berlangsung.
Sistem PostMarket Surveillance mempersyaratkan
produsen dan/atau penyalur untuk :
-
•
Secara sistematik mampu melakukan peninjauan
terhadap pengalaman yang didapat setelah alkes
didistribusikan di wilayah Indonesia
•
Melakukan tindakan perbaikan sesuai dengan sifat dan
resiko yang terkait dengan produk tersebut
•
Memberitahukan pihak distributor Alkes/PKRT
mengenai kejadian yang tidak diingini
•
Produsen dan atau distributor wajib melaporkan
kepada Oepkes Kementerian Kesehatan setiap
kejadian yang tidak diingini yang memerlukan tindak
lanjut
•
Produsen dan atau distributor dapat menunjukkan bila
diminta hasil dari post marketing surveillance yang
dilakukannya
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
•
Informasi yang termuat dalam sistem surveillance ini dapat
berasal dari banyak sumber yaitu:
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Kelompok pengguna ahli
Survey pelanggan
Komplain pelanggan
Informasi service dan perbaikan
Tinjauan literature
Umpan balik pengguna
Penelusuran alat/produk
Reaksi pengguna selama program pelatihan
Sampling dan uji laboratorium.
Pada umumnya sistem postmarket surveillance produsen
telah ada sebagai bagian dari "Quality System" internal.
Walaupun sertifikat "Quality System" tidak dipersyaratkan
untuk produsen Alkes/PKRT kelas I (paling tidak berbahaya)
atau bukan alkes yang berfungsi sebagai pengukuran,
produsen masih perlu dimintakan sistem PostMarketing ynag
akan dilaksanakan pada waktu melakukan pendaftaran ijin
edar.
Kejadian yang diperoleh dari Postmarket surveillance yang
tidak perlu dilaporkan ke DepkesKementerian Kesehatan:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Kekurangan alkes yang ditemui oleh operator sebelum
digunakan
Kejadian yang disebabkan kondisi pasien
Masa pakai alat terlampaui
Perlindungan terhadap fungsi yang salah berjalan baik
Jauh kemungkinan terjadinya kematian atau luka serius
Kejadian yang tidak diingini telah diduga
Telah dijelaskan pada nota pemberitahuan
J
..
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbeka/an
Keseha
Ind
p
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
VセoNRX@
Ind
p
Alat Kesehatan
Kernenterian Kesehatan
Republik Indonesia
2012
J
J
Katalog Dalam Terbitan Kementerian Kesehatan RI
610.28
Ind
p
Indonesia Kementerian Kesehatan RI. Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Pedoman penga wa san alat kesehatan dan peruekalan
kesehatan rumah tangga; Jakarta: Kementerian
Kesehatan Rio 2012
ISBN 9786022352372
1. Judul
I. EQUIPMENT AND SUPPLIES
II. MEDICAL DEVICES
MlllK PERPUSTAKAAN
KEMENTERIAN KESEHATAN
610.28
Ind
p
Pedoman
Pengawasan Alat
Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
paイーオセエォ@
an Depkes.-
No. In d uk :
g . T ar l ョセ@
D3pat D3r i
IItT-J..!70/3
... . .. . - .. -.. . · . 9•.• .
8 - :;L セO S@
;... ..ᄋ@ N ᄋN ᄋN ᄋ Nᄋ N ᄋ N Wゥ
Z Z セ ᄋ ...
:
, . .... ...... ... _.... .. ........ .. ... ..... .....
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
2012
---
-- .
a an an er e a an
Kesehatan Rumah Tangga
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
bahwa Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan ini telah
berhasil disusun oleh Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Alat Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Pedoman Pembinaan ini dilaksanakan berdasarkan amanat
PP 72 Tentang Pengawasan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan . Turunan pelaksanaan PP 72 Tahun 1998 ini
dijabarkan melalui Peraturan Menteri Kesehatan No. 1189,
1190 dan 1191 tahun 2010 Sebagai peraturan perundangan
yang meregulasi alat kesehatan dan PKRT di Indonesia.
Pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan
bagi petugas di Pusat, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan pelaku usaha dibidang alat
kesehatan.
Dengan pedoman ini diharapkan pengawasan alat kesehatan
dan PKRT dapat dilakukan secara efektif dan lebih
komprehensif. Sehingga tujuan terjaminnya alat kesehatan
dan PKRT yang aman, bermutu dan berefikasil
performancenya baik dapat tercapai.
Pada kesempatan ini, kami menyampaikan penghargaan
yang setinggitingginya dan ucapan terima kasih kepada
semua pihak atas partisipasi, sumbang saran, masukan, dan
·
Kesehatan Rumah Tangga
dukungan yang diberikan dalam penyusunan pedoman ini dan
penyempurnaannya dalam waktu mendatang.
Desember 2012
Jakarta,
Direktur Jenderal
e oman engawasan
•
at ese atan an er e a an
Kesehatan Rumah Tangga
DAFTAR 151
-
KATA PENGANTAR ........... .. ....... .................. .. ......... .
DAFTAR lSI
....... .... ....... .. ............... ... .......... .. ..
iii
BABI. PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang ....... .. ...... ..... ..... .... ... . .
1.2. Dasar Hukum ...... .... ........ .. ........ .. ..... .
1.3. Ruang Lingkup .. ............ .. ..... ..... ...... ..
1.4. Tujuan ............ ...... ............. .... ..... .... .. ..
1.5. Istilah dan defenisi ............ .. .............. .
2
4
4
5
BAB II.
1
PENGAWASAN ALAT KESEHATAf\I DAN PKRT
2.1. Pengawasan:
8
a. Sistem .... ...... .. .. .. .. .. ........ ........ .....
b. Produk .... ...... .................. ....... ......
9
9
2.2. Mekanisme Pengawasan .......... .. .. ....
2.3. Post Market Surveillance .. ..... ........... . 11
a. Vigillance.............. ..... .................. 16
b. Kejadian Tak Diinginkan
(Adverse Events) ............. .. .... ....... 18
BAB III. Proses Post Market Monitoring Oleh
pemerintah ......... .... ................... .. .... ...........
28
BAB IV. Sistem Post Market Surveillance Yang
Dilakukan Produsen dan/atau Penyalur .. .....
35
BAB V.
39
Penyidikan (Pengawasan Kasus) ..... ..........
BAB VI. Pengawasan Penyidikan (Pengawasan Kasus)
Kasus (Penyidikan).......... ...... .. .. .. ............... 43
e oman engawasan at ese atan an er e a an
Kesehatan Rumah Tangga
_'
TIM PENYUSUN
PEDOMAN PENGAWASAN ALAT KESEHATAN
DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA
Penanggung Jawab
: Drg. Arianti Anaya, MKM
Ketua
: Drs. Rahbudi Helmy, APT, MKM
Sekretaris
: Hasnil Randa Sari , S.Si, Apt
Anggota
: Dra. Rully Makarawo, Apt
: Drs. Masrul, Apt
: Lupi Trilaksono , S.Farm
: Dra. Ninik Hariyati, Apt
: Anita Dwi Juwita, S.Farm , Apt
Sekretariat
: Fithriyah Susanti, Amf
: Abdul Rasyid
J
J
./
•
•
-
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan '
Kesehatan Rumah Tangga
BABI
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada saat ini, jenis dan jumlah alat kesehatan (Alkes)
dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
yang beredar dan digunakan masyarakat semakin
bertambah . Alkes dan PKRT juga merupakan suatu
kebutuhan masyarakat yang umumnya tidak bisa
dipisahkan dengan kehidupan seharihari . Oleh karena
itu diperlukan regulasi yang berorientasi pad a alkes dan
PKRT yang aman, bermutu dan bermanfaat.
Pemerintah harus menetapkan kebijakan tentang Alkes
dan PKRT yang bertujuan untuk meningkatkan akses
terhadap produk yang bermutu (high quality), produk
yang terjangkau (affordable), melalui penggunaan yang
aman dan sesuai (safe and appropriate use), serta
pemusnahannya (disposal). Kebijakan ini merupakan
bag ian dari kebijakan nasional yang penegakkan
hukumnya berupa larangan dan sanksi yang terkait.
Keseluruhan unsur kebijakan di atas menjadi bagian
yang terintegrasi pada Sistem Kesehatan Nasional
(SKN). Bidang kefarmasian dan alat kesehatan
merupakan sub sistem sumber daya kesehatan yang
merupakan bagian integral dari sistem kesehatan .
Pengawasan alkes dan PKRT tidak dapat
dilaksanakan oleh pemerintah semata, namun
memerlukan kerjasama aktif perusahaan (produsen
dan distributor), pengguna dan masyarakat.
e oman engawasan a
Kesehatan Rumah Tangga
ese a an an er e a an
Pengawasan yang dllakukan oleh pemerintah harus
diimplementasikan dengan prioritas keamanan pasien.
Ada beberapa contoh kasus akibat lemahnya
pengawasan, misalnya : kasus tentang proses ulang
illegal dan pengemasan ulang jarum suntik bekas untuk
dijual kembali, dipasarkannya alkes substandard, dan
alkes yang beredar tanpa kejelasan distributornya.
Sehingga pemerintah harus melakukan peringatan atau
penarikan terhadap alat kesehatan yang tidak aman dan
tidak efektif. (WHOMedical Device Regulation, 2003)
Setelah Alkes dan PKRT diberikan ijin edarnya, maka
harus dipastikan bahwa produk tersebut secara terus
menerus sesuai dengan persyaratan keamanan, mutu
dan manfaatlkinerja yang telah disetujui. Untuk itu perlu
ada suatu mekanisme yang memastikan bahwa setiap
persoalan yang terjadi pada produk setelah dipasarkan
dapat diatasi dengan baik dan dilaporkan kepada
menteri kesehatan melalui Ditjen Bina Kefarmasian
dan Alkes untuk diketahui dan ditindak lanjuti sesuai
dengan permasalahannya.
J
....I
-'
-'
-.../
'
...J
J
1.2. Dasar Hukum
Peraturan perundangundangan yang dijadikan
landasan hukum dalam pelaksanaan pengawasan alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga
(PKRT) adalah sebagai berikut :
..J
..J
1.
UndangUndang No.8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen
oJ
.;
..
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
--
2.
UndangUndang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah
3.
UndangUndang No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
4.
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan A/at
Kesehatan
5.
Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2000 tentang
Perijinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir
6.
Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang
pembagian kewenangan pemerintah , pemerintah
provinsi dan Kab/Kota
7.
Peraturan Presiden No . 24 Tahun 2010 , tentang
Kedudukan , Tugas, dan Fungsi Kementerian
Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan
Fungsi Eselon I Kementerian Negara
8.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1189 Tahun
2010 tentang produksi alat kesehatan dan
perbekanan kesehatan rumah tangga
9.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1144 Tahun
2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1190 Tahun
2010 tentang Izin Edar Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
11 . Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1191 Tahun
2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan dan
PKRT
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
12. Peraturan Menteri Kesehatan RI No . 1787 Tahun
2010 tentang Iklan dan Publikasi Pelayanan
Kesehatan
13. Peraturan Menteri Pertanian No. 24/Permentanl
SR.140/4/2011 Tahun 2011 tentang Syarat dan
Tata Cara Pendaftaran Pestisida
14. Keputusan Menteri Kesehatan RI No . 386 Tahun
1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas
Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetik ,
PKRT dan Makanan Minuman.
15. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 922 Tahun
2008 tentang Pedoman Teknis Pembagian
Urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan antara
Pemerintah , Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengawasan alat kesehatan dan PKRT
meliputi :
a. Pengawasan sarana produksi Alkes dan PKRT
b. Pengawasan sarana distribusi alkes
c. Pengawasan produk alkes dan PKRT
d. Pengawasan iklan alkes dan PKRT
1.4. Tujuan
Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas pusat dan
daerah , pelaku usaha yang terlibat didalam produksi
dan distribusi alat kesehatan dan PKRT dan
•
•
...
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
masyarakat, dalam melakukan pengawasan alat
kesehatan dan PKRT.
1.5. Istilah dan Definisi
a.
-
Alkes
Alat Kesehatan adalah instrument, aparatus,
mesin, dan/atau implan yang tidak mengandung
obat yang dig u nakan u ntu k mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk
struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Alat
kesehatan berdasarkan tujuan penggunaan
sebagaimana dimaksud oleh produsen, dapat
digunakan sendiri maupun kombinasi untuk
manusia dengan satu atau beberapa tujuan
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
diagnosis, pencegahan, pemantauan,
perlakuan atau pengurangan penyakit;
diagnosis, pemantauan, perlakuan,
pengurangan atau kompensasi kondisi sa kit
penyelidikan, penggantian, pemodifikasian,
mendukung anatomi atau proses fisiologis
mendukung atau mempertahankan hidup
menghalangi pembuahan
desinfeksi alat kesehatan
menyediakan informasi untuk tujuan medis
melalui pengujian in vitro terhadap
spesimen dari tubuh manusia.
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
b.
PKRT
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga yang
selanjutnya disingkat PKRT adalah alat, bahan,
atau campuran bahan untuk pemeliharaan dan
perawatan kesehatan untuk manusia, pengendali
kutu hewan peliharaan, rumah tangga dan tempattempat umum.
c.
Produksi
Produksi adalah kegiatan atau proses
menghasilkan, menyiapkan, mengolah, dan/atau
mengubah bentuk alat kesehatan dan/atau
perbekalan kesehatan rumah tangga .
d.
Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik
Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik yang
selanjutnya disingkat CDAKB adalah pedoman
yang digunakan dalam rangkaian kegiatan
distribusi dan pengendalian mutu yang bertujuan
untuk menjamin agar produk alat kesehatan yang
didistribusikan senantiasa memenuhi persyaratan
yang ditetapkan sesuai tujuan penggunaannya.
e.
Pengawasan
Pengawasan adalah kegiatan yang dilakukan
untuk dapat mencegah terjadinya penyimpangan,
mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan dan
mengadakan tindakan perbaikan apabila
diperlukan untuk menjamin tercapainya sasaran
hasil kerja sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan
,.
•
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbeka/an
Kesehatan Rumah Tangga
f.
Izin edar
Izin edar adalah izin yang diberikan kepada
perusahaan untuk produk alat kesehatan atau
perbekalan kesehatan rumah tangga, yang akan
diimpor, digunakan dan/atau diedarkan di wilayah
Republik Indonesia berdasarkan penilaian
terhadap mutu , keamanan, dan kemanfaatan.
g.
Perusahaan
Perusahaan adalah badan usaha yang
memproduksi/menyalurkan alat kesehatan dan/
atau memproduksi perbekalan kesehatan rumah
tangga.
h.
Post Market Surveillance adalah kegiatan proaktif
yang dilakukan dalam rangka pengecekan
kesesuaian terhadap mutu, keamanan dan kinerja
alat selama di peredaran dan penilaian
kesesuaian terhadap data awal pad a sa at
registrasi
i.
Vigilance adalah tindakan yang dilakukan sebagai
reaksi terhadap adanya kasus insiden yang terjadi
akibat penggunaan alat kesehatan yang
meneyebabkan cidera atau kematian terhadap
pasien
j.
Laporan
Mencakup laporan Produksi, Distribusi
k.
Tinjauan Laporan
Mencakup tinjauan laporan kasus
I
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbeka/an
Kesehatan Rumah Tangga
•
BAB II
PENGAWA5AN ALAT KE5EHATAN DAN PKRT
2.1. Pengawasan
a.
5istem (150 13485)
Merupakan penjabaran dari SOP terfokus pada :
Bahan Baku, Proses, Identifikasi produk,
Distribusi, Storage, Install (termasuk uji fungsi) ,
Service (termasuk kalibrasi) dan Post Market
(termasuk warning, labelling, instruction for use,
precaution, risk manajemen).
Catt: seluruh pain merujuk pada ISO 13485
Persyaratan Umum
Perusahaan
harus
menetapkan,
mendokumentasikan, menerapkan dan
memelihara sistem manajemen mutu dan
menjaga keefektifannya sesuai dengan
persyaratan Standar Internasional.
Perusahaan harus
a)
mengidentifikasi proses yang diperlukan
untuk sistem manajemen mutu dan
aplikasinya di seluruh organisasi,
b)
menentukan urutan dan interaksi prosesproses,
c)
menetapkan kriteria dan metode yang
diperlukan untuk memastikan bahwa baik
J
•
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbeka/an
Kesehatan Rumah Tangga
operasi dan pengendalian dari prosesproses tersebut efektif,
b.
-
memastikan tersedianya sumber daya dan
informasi yang diperlukan untuk mendukung
operasi dan pemantauan proses-proses
tersebut,
e)
memantau, mengu kur dan menganalisis
proses-proses terse but, dan
f)
menerapkan tindakan yang diperlukan untuk
mencapai hasil yang direncanakan dan
mempertahankan efektivitas proses
Produk
Standar (SNI, ISO, lEe, EN), yang digunakan
adalah Harmonisasi Standar (AMDD) sesuai
dengan ketentuanl kriteria yang telah ditetapkan
pada registrasi pre market.
-
d)
2.2. Mekanisme Pengawasan
Mekanisme pengawasan terdiri dari kegiatan sebagai
berikut:
1.
Pengawasan Sarana
Audit Sarana Produksi
a.
Audit Surveillance (Monitoring)
evaluasi kesesuaian terhadap
Sertifikat Produksi dan ePAKBI
CPPKRTB
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
b.
Audit Investigasi Sarana Produksi :
kejadian Tidak diinginkan , Tindakan
Korektif (FSCA) : Recall,
2.
3.
•
J
Pengawasan ProdukAlkes dan PKRT
a.
Audit terhadap Dokumen Informasi Teknis
dan Klinis
b.
Sampling dan Pengujian ProdukAlkes dan
PKRT
J
Tinjauan Laporan Kasus
a.
Audit Investigasi Sarana Produksi
b.
Audit Investigasi Sarana Distribusi :
c.
Audit Investigasi Produk : Sampling dan
Pengujian , Review Dokumen Teknis dan
Klinis , Tindakan FSCA (Recall , Evaluasi
Kejadian,
d.
Tindak Lanjut : Evaluasi hasil laporan
pengawasan
e.
Adverse Event Reporting (Permenkes 1191)
4.
Pengawasan Iklan dan Penandaan
5.
Penyidikan (Pengawasan kasus) :
Kriteria untuk penyidikan (contoh : tidak sesuai dengan
izin edar, produk ilegal , produk palsu , produk yang tidak
memenuhi Permenkes 1191)
J
...,
.,/
.J
.-J
Sistem pengawasan keamanan, mutu dan manfaat
produk diperlukan untuk menjamin telah
dilaksanakannya penilaian kesesuaian terhadap
persyaratan esensial keamanan, mutu dan manfaatl
kinerja produk setelah produk tersebut dipasarkan.
Pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah antara
lain :
1.
Audit Terhadap Informasi Teknis dan Klinis
Audit ini dilakukan terhadap produk yang sering
menimbulkan masalah berdasarkan laporan dari
dalam negeri ataupun luar negeri.
Audit terhadap informasi teknis ini dilakukan
dengan mengaudit ulang formulir dan seluruh
persyaratan yang dimasukkan oleh pemohon
dalam rangka mendapatkan izi edar untuk produk
tersebut. Audit tersebut dapat dilakukan sebagian
atau secara menyeluruh tergantung masalah yang
dilaporkan terkait produk tersebut. Audit ini hanya
dilakukan oleh Pemerintah Pusat (Oit Bina Prodis
Alkes) karena formulir dan persyaratan tersebut
disimpan oleh Oit Bina Prodis Alkes .
2.
Pemeriksaan Sarana Produksi dan Oistribusi
Alkes
a.
Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan secara rutin yaitu
pemeriksaan berkala yang frekuensi
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
disesuaikan dengan kapasitas tenaga yang
dimiliki oleh Pemerintah, dan pemeriksaan
secara Khusus/Kasus yaitu pemeriksaan
untuk tujuan khusus ataupun dalam rangka
penelusuran kasus.
b.
..
セ@
Data yang diperiksa
Data yang diperiksa adalah data
administrasi dan teknis. Data teknis
diperiksa kesesuaian kondisi saat
pemeriksaan dengan ketentuan yang ada,
antara lain meliputi persyaratan manajemen,
sumber daya , serta sanitasi higiene.
Ruang lingkup pemeriksaan sarana
produksi adalah mengevaluasi :
Dokumentasi
Proses produksi
Sarana penyimpanan
Peralatan dan
Sistem pengawasan yang dilakukan
produsen untuk memastikan bahwa
produk yang dihasilkan memenuhi
persyaratan atau spesifikasi yang
telah ditentukan sesuai Cara
Pembuatan Alkes atau PKRT yag
baik.
Install dan Service
セ@
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbeka/an
Kesehatan Rumah Tangga
Apabila diperlukan petugas juga dapat
mengambil dan menguji produk pertinggal
yang ada di pabrik.
Sedangkan ruang lingkup pemeriksaan
sarana distribusi adalah mengevaluasi :
Proses distribusi
Sarana penyimpanan
Kontrol yang dilakukan distributor
untuk menjamin produk yang
didistribusikan memenuhi persyaratan
keamanan, mutu dan manfaat apakah
telah sesuai Cara Distribusi Alat
Kesehatan yang Baik.
--
Install dan Service
Distributor terutama distributor pemegang
izin edar yang menyalurkan produk import
harus mempunyai system monitoring
terhadap produk yang disalurkannya, dan
untuk distributor pemegang izin edar alkes
elektromedik harus mempunyai bengkel
untuk menguji produk yang di salurkannya.
c.
Petugas pelaksana
Petugas pelaksana pemeriksaan rutin harus
telah mendapatkan pelatihan tentang
pengawasan Alkes dan PKRT, surat tugas,
memiliki pengetahuan dan memahami
sistem pengawasan Alkes dan PKRT,
Pedomon Pengo wason Alot Kesehaton don Perbekolan
Kesehatan Rumah Tangga
•
Peraturan dan ketentuan yang berlaku , Cara
Pembuatan Alkes dan PKRT yang baik serta
menggunakan form pemeriksaan sesuai
ketentuan yang berlaku .
Petugas pelaksana pemeriksaan kasus
selain memenuhi persyaratan diatas , juga
didarnpingi oleh petugas penyidik pegawai
negeri sipil yang dilengkapi surat tugas.
d.
Pelaksanaan Pemeriksaan
Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan oleh
petugas Dinas Kesehatan Propinsi
bersama dengan petugas Dinkes
Kabupaten/Kota menggunakan formulir
pemeriksaan yang disusun oleh Direktorat
Bina Produksi dan Distribusi Alkes . Hasil
pemeriksaan
bersama
tersebut
direkapitulasi oleh Dinas Kesehatan
Propinsi dan dilaporkan kepada Direktorat
Bina Produksi dan distribusi Alat kesehatan.
Pemeriksaan terhadap sarana produksi dan
distribusi dilakukan secara berkala untuk
memastikan bahwa sarana produksi dan
distribusi tersebut telah memenuhi prinsipprinsip CPAKB dan latau CDAKB di dalam
melaksanakan kegiatan produksi dan/atau
distribusi alat kesehatan.
Data yang diperiksa antara lain : proses
produksi, sarana penyimpanan, peralatan
...
-
•
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbeka/an
Kesehatan Rumah Tangga
produksi, SOM, dan dokumen pendukung
lainnya. Selain itu juga memastikan bahwa
produsen/distributor telah melakukan sistem
pengawasan internal
Form pemeriksaan mengacu kepada juknis
CPAKB dan COAKB .
3.
Sampling dan Pengujian
Pelaksanaan Sampling dilakukan oleh petugas
Dinas Kesehatan Propinsi bersama dengan
petugas Dinkes Kabupaten/Kota dengan cara
random (acak) sampling untuk mengetahui
apakah ada produk yang disampling tidak
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Sampling dapat dilakukan dengan membawa
produk (Alkes atau PKRT) ke laboratorium atau
dilakukan pegujian ditempat terutama untuk
produk alkes elektromedik yang tidak mungkin di
bawa ke laboratorium .
Laboratorium pengujian dapat menggunakanl
bekerjasama dengan Laboratorium yang telah
terakreditasi baik pemerintah atau swasta atau
BPFK (Badan Pemelihara fasilitas Kesehatan).
Oleh karena sampling dilakukan dengan cara
random sampling maka hasilnya belum dapat
digunakan sebagai dasar untuk sesuatu tindakan
hukum, untuk itu hasil dari pelaksanaan sampling
ini harus ditindaklanjuti dengan melakukan
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
Vigillance atau sampling yang lebih terarah dan
dengan menggunaka metode yang standar.
Prioritas produk yang di Sampling
Yang banyak beredar di masyarakat
Diketahui dapat menyebabkan efek tidak
diingini secara significant bila digunakan
produk yag substandar
Diketahui memiliki kestabilan yang rendah
Adanya laporan dari masyarakat baik dalam
maupun luar negeri .
Untuk memfasilitasi agar pelaksanaan sampling
dapat berjalan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku serta mengacu kepada tolok ukur yang
sama di seluruh daerah di Indonesia , semuanya
tertuang di dalam pedoman teknis pelaksanaan
sampling dan pengujian alkes dan PKRT.
Skema pelaksanaan sampling terlampir.
A.
Vigilance
Program Vigillance merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau
produsen atau distributor setelah pihak tersebut
menyadari akan adanya kejadian yang tidak diingini
dan/atau kesalahan fungsi alkes. Hal tersebut dapat
diketahui dari hasil pengujian dan/atau informasi lain
terhadap produkAlkes/PKRT yang didistribusikannya
di Indonesia.
•
•
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
Tujuan dari vigilance alat kesehatan adalah untuk
meningkatkan kesehatan dan keamanan pasien,
pengguna dan lainnya dalam meminimalisir kejadian
adverse event sejenis yang mungkin berulang. Hal ini
didapatkan melalui:
Mengevaluasi kejadian yang tidak diinginkan
Oiseminasi informasi yang dapat digunakan untuk
mencegah anau meminimalisir konsekuensi dari
kejadian yang tidak diinginkan, bila diperlukan.
Memodifikasi alat kesehatan.
Menarik alat kesehatan dari pasaran.
Produsen dan penyalur alat kesehatan harus
menginformasikan ke Oit Prodis alkes setiap kejadian
yang tidak diinginkan sesuai dengan batas waktu yang
ditentukan. Waktu dan tindakan yang tepat harus
dilakukan.
Isu terkalr
de"san alat
セ@
セ@
Siapa lasl yans
hal us dl
",formaslun
kesenatan
0Ieh p """,,",,,
セョケZゥャ@
iiiip.JIbdil
.... ;oolle...-
,
....._nuho
P. odU!l.e1l
PAX - ....n ' u
セ エNBュuj@
I.lPDf.iiA
Pedoman Pengo wason Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
..
B.1. Kejadian yang Tidak Diinginkan (Adverse Events)
1.
Kriteria Kejadian yang Tidak Diinginkan (Adverse
Events) yang dapat dilaporkan .
-'
Secara umum , kejadian yang tidak diinginkan
yang dapat dilaporkan harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :
-'
a.
Telah terjadi
b.
Dicurigai disebabkan oleh alat kesehatan
yang telah digunakan
c.
Kejadian yang tidak diinginkan
menyebabkan halhal berikut:
Ancaman serius terhadap kesehatan
umum
Kematian pasien , pengguna atau
orang lainnya
Penurunan kondisi kesehatan serius
bagi pengguna atau orang lainnya
Kejadian yang dapat menyebabkan
kematian atau cedera serius pada
pengguna atau orang lainnya jika
terjadi berulang kali.
2.
-
Tenggat Waktu Pelaporan Kejadian yang Tidak
Diinginkan (Adverse Events)
Semua perusahaan wajib melaporkan kejadian
kejadian yang tidak diinginkan pada alat
kesehatan yang telah beredar di pasaran . Format
laporan terlampir. Adapun tenggat waktu
J
•
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehalan Rumah Tangga
pelaporan kejadian yang tidak diinginkan
(Adverse Events) dibagi dalam 3 kategori, yaitu :
1.
Tidak lebih dari 48 jam untuk kejadian yang
menimbulkan ancaman serius terhadap
kesehatan masyarakat (berdampak
massal).
2.
Tidak lebih dari 10 hari untuk kejadian yang
menimbulkan kematian, penurunan kondisi
kesehatan serius dari pasien, pengguna alat
kesehatan atau orang lainnya.
3.
Tidak lebih dari 30 hari untuk kejadian yang
mung kin dapat menimbulkan kematian,
penurunan kondisi kesehatan serius dari
pasien, pengguna alat kesehatan atau
orang lainnya.
Berdasarkan peraturan, pemberitahuan dan
evaluasi terhadap kejadian ini harus segera
ditindak lanjuti sesuai dengan bahaya yang dapat
ditimbulkannya. Mekanisme tindak lanjut dan
pelaporan dilakukan melalui tindakan perbaikan
terhadap keselamatan di lapangan (Field Safety
Corrective Action)
B.2. Tindakan Perbaikan Terhadap Keselamatan di
Lapangan (Field Safety Corrective Action)
Tindakan perbaikan terhadap keselamatan di lapangan
(FSCA) dilakukan oleh perusahaan melalui tindakan
recall , pemusnahan , atau mengurangi resiko dari
bahaya yang teridentifikasi. FSCA tetap dilakukan
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
walaupun alat kesehatan tidak lagi beredar di pasaran
atau telah ditarik tetapi masih digunakan oleh pasien,
misalnya implant.
Pelaporan FSCA harus memuat semua informasi yang
relevan terhadap kasus yang terjadi, seperti produk dan
proses distribusinya, dan tindakan perbaikan yang
diambil. Pemberitahuan kepada pemerintah tidak
dapat ditunda walaupun ada beberapa informasi yang
belum lengkap, seperti jaringan distribusi, ukuran bets,
dan lain lain. Laporan harus menggunakan format yang
terlarnpir.
FSCA dapat berupa :
a.
Evaluasi terhadap kejadian yang tidak diingini
yang dilaporkan
b.
Penyebaran informasi, jika diperlukan melalui
"public warning" untuk mencegah hal yang sama
berulang atau untuk mengurangi akibat dari
insiden tersebut
c.
Melakukan modifikasi terhadap produk Alkes
apabila masih dimungkinkan
d.
Melakukan recall
Recall adalah proses yang dilakukan terhadap alat
kesehatan bermasalah seperti cacat, beresiko terhadap
kesehatan, maupun keduanya dan melanggar peraturan
perundang undangan alat kesehatan.
Proses recall dapat berupa tindakan perbaikan atau
penghapusan. Dengan demikian, recall tidak selalu
berupa penghentian pemakaian atau pengembalian ke
•
I
..
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
perusahan, akan tetapi dapat berupa pengecekan,
penyesuaian atau perbaikan produk. Contoh tindakan
yang termasuk Recall adalah sebagai berikut :
1.
Memeriksa alkes yang yang bermasalah
2.
Memperbaiki alkes
3.
Menyesuaikan pengaturan alkes
4.
Melakukan penandaan ulang
5.
Memusnahkan alkes
6.
Pemberitahuan masalah kepada pasien
7.
Memonitoring kondisi pasien terkait dengan
pemakaian alkes
Pelaksanaan recall menjadi tanggungjawab dari
perusahaan. Tindakan yang dilakukan oleh perusahaan
terkait kecacatan produk dan/atau ancaman terhadap
kesehatan yaitu merecall alat kesehatan (perbaikan
atau penghapusan) dan melakukan pelaporan kepada
pemerintah. Waktu recall ..... ..hari.
Pelaksanaan lebih lanjut terhadap recall akan
dijelaskan didalam Pedoman Penarikan Kembali Alkes
dan PKRT.
Penanganan laporan/ tindak lanjut dilaksanakan dengan
beberapa tahap yaitu:
1.
Evaluasi hasil pelaporan pengawasan
2.
Menentukan apakah diperlukan tindak lanjut atau
tidak
3.
Menentukan sifat/jenis tindak lanjut yang akan
dilakukan
Pedomon Pengowasan Alat Kesehatan don Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
•
4.
Sifat tindak lanjut yang dilakukan Ringan/Sedang/
Berat
5.
Jenis tindak lanjut yang dilakukan:
. ..1
Peringatan tertulis
Public warning
Pemberitahuan sanksi administratif
pencabutan ijin dll
Pengamanan setempaUpenarikan produk
dari pasaran
Pemberian sanksi Pidana (Pro justicia)
.J
KLASIFIKASI PENARIKAN KEMBALI (RECALL)
Recall terhadap Alat Kesehatan diklasifikasikan sebagai
berikut:
KLASIFIKASI
KELAS I
(safety related recall)
DESKRIPSI
Produk cacat secara
potensial membahayakan
nyawa atau dapat
menyebabkan kecacatan
permanen
CONTOH
• Gel pack panas/dlngin
yang mengandung
senyawa beracun yang
dapat terpejan secara
tidak sengaja oleh anak .
anak.
• Kesalahan software CT
Scanner yang dapan
menyebabkan rotasi
yang tidak diinginkan
dan menyebabkan
cedera atau kematian
pasien
• Implan pacujantung
yang cacat produk yang
menyebabkan
kegagalan memberikan
daya pacu jantung,
khususnya kepada
I
...J
セ@
Pedoman Pengowasan A/at Kesehatan dan Perbeka/an
Kesehatan Rumah Tangga
pasien yang tergantung
terhadap alat
pacujantung sehingga
dapat menyebabkan
kematian ataupun
cedera .
·
Kesalahan pada hasil uji
IVD, khususnya pada
obatobatan yang
mempunyai jendela
terapetik yang sempit
yang dapat
menyebabkan
overdosis, dan cedera
permanen.
KELAS II
(safety related recall)
Produk cacat dapat
menyebabkan kesakitan
atau kesalahpenanganan
dan berpengaruh terhadap
kesembuhan pasien
·
·
Kontammasi mikrobial
pada lubrikan operasi
Kesalahan software
pada peralatan radiasi
yang dapan
menyebabkan
kesalahhitungan dan
pemberian yang salah .
·
Instruksi penggunaan
pada alat cateter yang
tidak menyebutkan
perhatian khusus pad a
prosedur melepaskan
kateter, sehingga dapat
menyebabkan
komplikasi .
·
IVD test yang salah
mendeteksi strain dari
mikroorganisme dan
dapat menyebabkan
perawatan yan 9 tidak
tepa!.
KELAS III
(non safety related recall)
Produk cacat tidak terlalu
membahayakan secara
signifikan terhadap
kesehatan .
·
·
Desinfektan yang salah
pelabelan tanggal
kadaluarsanya kurang
dari tanggal
kadaluarsanya
sebenarnya .
Kemasan luar dari alkes
habis pakai yang
mengindikasikan
ukuran berbeda
Pedomon Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
•
dibandingkan dengan
box utamanya Sangat
jelas terlihat oleh klinisi
bahwa kemasan tidak
sesuai dengan isinya .
Reagen IVD
_ _ _ __ .L_ menyebabkac:.:._
:: n _ _'
TINGKATAN PENARIKAN KEMBALI (RECALL)
Terdapat tiga (3) tingkatan penarikan kembali alkes (recall) ,
antara lain :
NO
1
KE LAS
.
I
TINGKAT
Penyalu r Alat Kesehatan
(wholesale)
PENYALURAN
• Pedagang besar alkes (resa le)
• Pengadaan alkes
pemerintah
2
Rumah sakit
Penyaluran berada pada
tingkat PAK dimana bisa
jadi terdiri dari sarana
dibawah ini :
• Institusi klinik, dimana
investigasi klinis
dilakukan.
• Farmasi rumah sakit,
bank darah, laboratorium
patologi .
·
·
Bank jaringan manusia
(human tissue)
Pelayanan ambulan ,
pelayanan .
3
I I
Pengecer (retail)
-
Penyaluran berada pada
lingkat PAK dimana bisa
jadi terdiri dari sarana
dibawah ini:
I
I
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbeka/an
Kesehatan Rumah Tangga
I . .
• Apotek
• Medik , Dental dan
Praktisi kesehatan
lainnya
• Toko Alat Kesehatan
Outlet lainnya seperti
supermaketdantoko
makanan kesehatan
Penyaluran pada tingkatan
PAK, Rumah Sa kit, dan
Pengecer dan terdiri dari
pasien dan konsumen
·
4
B.
Konsumen
Pengawasan iklan dan penandaan
Pengawasan iklan merupakan tindakan yang dilakukan
untuk memastikan bahwa iklan alkes /PKRT yang
beredar obyektif, lengkap dan tidak menyesatkan.
Pengawasan iklan dilakukan dengan mengevaluasi
iklan yang terdapat pada Media massa meliputi cetak
(majalah, koran, flyer, brosur, baliho, dan sebagainya)
dan Elektronik (TV, radio, bioskop, internet).
Pengawasan iklan untuk alkes dan PKRT adalah
kegiatan yang saling berhubungan satu sama lain
antara produsen, pemerintah dan masyarakat sebagai
konsumen. Produsen harus menjamin keamanan, mutu
dan manfaat produknya dan mengiklankan sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan . Produsen wajib
melakukan reevaluasi terhadap iklan yang ditayangkan
agar tidak terjadi informasi yang menyesatkan atau
berlebihan akibat penayangan iklan tersebut.
Tugas Pemerintah adalah melakukan post market
evaluation, yaitu melakukan pengawasan iklan yang
telah beredar di masyarakat dimana harus sesuai
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
•
dengan label dan penandaan yang telah disetujui di
dalam izin edar yang dimiliki.Sedangkan peran
masyarakat adalah selalu membaca label dan
informasi, dan memperhatikan setiap iklan yang
beredar itu benar atau tidak. Jika terdapat iklan yang
menyesatkan harus segera dilaporkan kepada
pemerintah .
Berikut adalah prioritas iklan alkes dan PKRT yang
diawasi:
Iklan produk yang sudah terdaftar
Iklan produk yang dapat menimbulkan bahaya
bagi masyarakat
Iklan produk yang mendapat perhatiani
meresahkan masyarakat
Halhal yang harus diperhatikan dalam materi iklan
adalah klaim yang berlebihan, tidak bersifat SARA,
tidak sesuai dengan etika serta obyektif, lengkap, dan
tidak menyesatkan
Bila diperlukan pertimbangan dapat dibentuk tim yang
terdiri dari para pakar, organisasi profesi, asosiasi
terkait, praktisi dan instansi2 terkait. Tim ini bertugas
melakukan pelaksanaan iklan sesuai dengan prioritas
dan dana yang telah ditetapkan, membuat
pertanggungjawaban pelaksanaan pengawasan iklan,
serta membuat laporan dan usulan tindak lanjut kepada
pimpinan .
Tindak lanjut dari hasil pemantauan yang dilakukan tim
pengawasan iklan:
..J
•
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbeka/an
Kesehatan Rumah Tangga
1.
Peringatan 1, berupa peringatan untuk
memperbaiki iklan dengan batas waktu 1 bulan
2.
Henti tayang
Untuk yang sifatnya teknis dan keamanan maka akan
langsung henti tayang, sedang untuk yang bersifat etika
akan diberikan hak jawab .
Tim Pusat berkewenangan memutuskan bentuk dan
bobot sanksi yang perlu dijatuhkan kepada produsen
distributor alkes dan PKRT yang melakukan
pelanggaran terhadap iklan yang ditayangkan. Bila hasil
evaluasi tindak lanjut mempunyai respon yang baik
maka tahap selanjutnya diberikan pembinaan .
Sedangkan jika hasil evaluasi tindak lanjut mempunyai
respon yang tidak baik maka akan dilakukan sanksi :
pencabutan izin edar
mengeluarkan surat edaran dan dipublikasikan di
media Kemenkes
Penjelasan lebih detil tentang iklan dan penandaan
alkes dan PKRT dapat dilihat di Pedoman periklanan
alat kesehatan dan PKRT yang masih berlaku.
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
BAB III.
PROSES POST MARKET MONITORING OLEH
PEMERINTAH
Monitoring produk di pasar oleh pemerintah merupakan
serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk memastikan
kesesuaian terhadap peraturan dan keamanan produkAlkes
yang berada di pasaran dan melakukan tindakan jika terjadi
penyimpangan dalam rangka melindungi masyarakat dari
efek yang tidak diingini akibat penggunaan Alkes/PKRT.
Kegiatan tersebut dilaksanakan berjenjang dari tingkat pusat
oleh Departemen Kesehatan, dan tingkat daerah oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota .
Kegiatan ini meliputi :
a)
Audit terhadap informasi teknik dan klinik untuk
menunjukkan kesesuaian terhadap prinsip esensial .
b)
Inspeksi terhadap catatan dan dokumen produsen atau
distributor
c)
Uji setempat atau mengambil sampel untuk diuji di
laboratorium
d)
Melakukan Audit kesesuaian dengan persyaratan
GMPCPAKB
e)
Melakukan kerja sama dengan badan pengawsan
lainnya seperti ACCSQMDPWG, AHWP, GHTF dan
ECRI untuk mengetahui informasi tentang status suatu
produkAlkes/PKRT di luar negeri.
f)
Pengawasan oleh masyarakat
..
•
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
Berikut adalah penjelasan dari kegiatan tersebut :
-
A
Audit terhadap informasi teknik dan klinik
Hal ini dilakukan terhadap produk yang sering
menimbulkan masalah berdasarkan laporan dari dalam
negeri ataupun luar negeri.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh petugas pusat.
Segera disusun pedoman evaluasi persyaratan teknis
dan evaluasi "clinical study" produk Alkes dan PKRT.
Saat ini telah dilakukan :
Penyusunan 8 persyaratan teknis produk yang
sering menimbulkan masalah.
Pelatihan melakukan evaluasi terhadap data
"clinical study" untuk petugas pusat dengan
tenaga pelatih dari 851.
B.
Inspeksi terhadap catatan dan dokumentasi
produsen atau distributor
Pemeriksaan setempat dan monitoring sarana
produksi dan distribusi alat kesehatan dan PKRT
menggunakan acuan sebagai berikut :
a)
Pedoman pelaksanaan monitoring sarana
produksi dan distribusi alkes dan PKRT, Direktorat
Bina Produksi dan Distribusi Alkes, 2005
b)
Modul Pemeriksaan setempat alkes dan PKRT,
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alkes,
2004 .
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
•
Telah disusun pedoman pemeriksaan setempat dan
pedoman monitoring sarana pabrik dan distributor.
Namun belum dilaksanakan pelatihan untuk ini .
J
Kegiatan ini akan segera diserahkan ke daerah (Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota), pusat hanya melakukan
supervisi bila diperlukan.
MEKANISME PELAKSANAAN :
•
Inspeksi dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota , dengan form inspeksi yang
disusun oleh pusat.
•
•
•
•
Hasillaporan hasil inspeksi dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Provinsi
..../
..../
Dinas Kesehatan Provinsi merekapitulasi hasil
laporan, untuk dilaporkkan ke Pusat
Tindak lanjut yang berskala provinsi dilakukan oleh
provinsi
.....
.JI
Kementerian Kesehatan (Pusat) mempersiapkan
セ@
Form inspeksi dan pedoman pelaksanaan
inspeksi
Pedoman pelaksanaan tidak lanjut
J
Mengevaluasi hasil laporan dari Dinas
Kesehatan Provinsi
J
•
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
c.
Pengambilan Sampel
Sampling alat kesehatan dan PKRT dilakukan dengan
dua cara:
1.
Sampling untuk menguji kesesuaian (compliance)
dilakukan dengan random sampling dengan
jumlah sesuai yang dibutuhkan dalam pengujian .
2.
Sampling untuk pembuktian atau surveillance
dilakukan dengan cara yang lebih ketat dengan
jumlah sample sesuai dengan teori statistik.
Sampling dilakukan oleh Petugas Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan coordinator Dinas Kesehatan
Propinsi menggunakan acuan : Pedoman Pelaksanaan
Sampling Alkes dan PKRT, Direktorat Bina Prodis
Alkes, 2005.
Pengujian :
Pengujian sedapat mungkin dilaksanakan dengan
bekerjasama dengan Badan POMI Balai POM ataupun
laboratorium yang telah terakreditasi atau .
Bila tidak memungkinkan maka dapat digunakan
laboratorium yang diakui ditunjuk oleh Kementerian
Kesehatan. dengan menggunakan metode pengujian
dari Kementerian Kesehatan.
-
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
•
SKEMA PELAKSANAAN SAMPLING
Sampling Dinas Kesehatan Kabl Kota
PENGUJIAN
Rekapitulasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Evaluasi oleh Ditjen Binfar & Alkes
Uji Ulang
Surat Pemberitahuan
Hasil (MS) ke Dinkes
Provinsi
•
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbeka/an
Kesehatan Rumah Tangga
D.
Melakukan
GMPCPAKB
Audit
terhadap
Persyaratan
Audit terhadap persyaratan GMPCPAKB ini utamanya
dilakukan untuk alat kesehatan/PKRT kelas III (paling
dapat menimbulkan bahaya) dan alat kesehatan kelas
II steril.
E.
a.
Produk import dilakukan melalui pemastian/review
dokumen ISO atau CE production
b.
Produk lokaln dilakukan evaluasi terhadap
GMPCPAKB berdasarkan ISO 13845 untuk
Alkes.
Melakukan Kerjasama dengan
Pengawasan di Luar Negeri
Institusi
Karena sangat beraneka ragamnya alat kesehatan,
mulai yang sangat sederhana sampai dengan yang
canggih, kadang kala kita tidak dapat melakukan
sampling terhadap alat kesehatabn tersebut, selain
karena harganya sangat mnahal juga tidak ada
laboratorium yang dapat mengujinya, missal CT Scan,
Stent Jantung dll.
Untuk itu perlu dilakukan kerjasama dengan institusi
pengawas di luar negeri. Sampai saat ini kita telah
melakukan kerjasama dengan ECRI, ACCSQMDPWG, GHTF melalui ACCSQ-MDPWG.
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbeka/an
Kesehatan Rumph Tangga
F.
•
Pengawasan oleh Masyarakat
Pengawasan oleh masyarakat dapat dilakukan oleh
seluruh komponen masyarakat mulai dari perorangan
sampai dengan pengguna ahli. Laporan dari
masyarakat ini diterima dengan skema sebagai
berikut: (Form terlampir
Dinas
Kesehatan
Dilaporkan?
y
Kernkes RI
c.q. Dir. Bina Prodis Alkes
Dilaporkan
J
Penarikan dari peredaran
oleh produsen diawasi
oleh pemerintah
Perbaikan pada alkes
[produsen/d istributor]
Monitoring pad asarana
alkes [kerja sama dengan
Dinkes Prov/Kab/Kota]
•
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
BABIV.
SISTEM POST MARKET SURVEILLANCE YANG
DILAKUKAN PRODUSEN DAN/ATAU PENYALUR
Sistem ini memungkinkan produsen dan/atau penyalur
mendapatkan informasi dan melakukan pengawasan
mengenai distribusi produkAlkes/PKRT mereka di Indonesia.
Kegiatan surveillance ini merupakan bagian dari keseluruhan
sistem manajemen mutu . Kegiatan ini juga merupakan salah
satu syarat mengedarkan Alkes/PKRT di Indonesia atau
sebagai hasil riset dan pengembangan yang sedang
berlangsung.
Sistem PostMarket Surveillance mempersyaratkan
produsen dan/atau penyalur untuk :
-
•
Secara sistematik mampu melakukan peninjauan
terhadap pengalaman yang didapat setelah alkes
didistribusikan di wilayah Indonesia
•
Melakukan tindakan perbaikan sesuai dengan sifat dan
resiko yang terkait dengan produk tersebut
•
Memberitahukan pihak distributor Alkes/PKRT
mengenai kejadian yang tidak diingini
•
Produsen dan atau distributor wajib melaporkan
kepada Oepkes Kementerian Kesehatan setiap
kejadian yang tidak diingini yang memerlukan tindak
lanjut
•
Produsen dan atau distributor dapat menunjukkan bila
diminta hasil dari post marketing surveillance yang
dilakukannya
Pedoman Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
•
Informasi yang termuat dalam sistem surveillance ini dapat
berasal dari banyak sumber yaitu:
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Kelompok pengguna ahli
Survey pelanggan
Komplain pelanggan
Informasi service dan perbaikan
Tinjauan literature
Umpan balik pengguna
Penelusuran alat/produk
Reaksi pengguna selama program pelatihan
Sampling dan uji laboratorium.
Pada umumnya sistem postmarket surveillance produsen
telah ada sebagai bagian dari "Quality System" internal.
Walaupun sertifikat "Quality System" tidak dipersyaratkan
untuk produsen Alkes/PKRT kelas I (paling tidak berbahaya)
atau bukan alkes yang berfungsi sebagai pengukuran,
produsen masih perlu dimintakan sistem PostMarketing ynag
akan dilaksanakan pada waktu melakukan pendaftaran ijin
edar.
Kejadian yang diperoleh dari Postmarket surveillance yang
tidak perlu dilaporkan ke DepkesKementerian Kesehatan:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Kekurangan alkes yang ditemui oleh operator sebelum
digunakan
Kejadian yang disebabkan kondisi pasien
Masa pakai alat terlampaui
Perlindungan terhadap fungsi yang salah berjalan baik
Jauh kemungkinan terjadinya kematian atau luka serius
Kejadian yang tidak diingini telah diduga
Telah dijelaskan pada nota pemberitahuan
J
..
Pedoman Pengawasan A/at Kesehatan dan Perbeka/an
Keseha