Aspek Legal Tentang Illegal Logging di Indonesia

Selain itu isu-isu lingkungan hidup yang kini semakin mengemuka juga merupakan hasil dari beberapa hal-hal tersebut antara lain adalah meningkatnya kesadaran manusia akan kerusakan hidup yang terjadi yang disebabkan oleh semakin tingginya aktifitas-aktifitas ekonomi dan pertumbuhan pupolasi yang sangat cepat : munculnya persepsi “earth as a single biosfere“ bumi sebagai satu- satunya tempat hidup, dan berakhirnya Perang Dingin.

2.7.3 Aspek Legal Tentang Illegal Logging di Indonesia

Manusia merupakan bagian dari lingkungan hidup, komponen yang ada disekitar manusia yang sekaligus sebagai sumber mutlak kehidupan. Menyediakan berbagai sumber daya alam yang menjadi daya dukung bagi kehidupan manusia dan komponen lainnya. Tetapi banyak terjadi pengrusakan-pengrusakan terhadap lingkungan hidup yang dapat berakibat fatal bagi kehidupan manusia itu sendiri. Menurut Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa: “Pengrusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan”. Hutan merupakan bagian dari lingkungan hidup dan merupakan salah satu dari kekayaan alam yang dikuasai oleh negara dimana hutan tersebut akan digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Pengertian hutan menurut John A. Helms dalam buku The Dictionary of Forestry, memberi pengertian sebagai berikut: “Hutan adalah suatu ekosistem yang dicirikan oleh penutupan pohon yang kurang lebih padat dan tersebar, seringkali terdiri dari tegakan-tegakan yang beragam ciri- 60 cirinya seperti komposisi jenis, struktur, kelas umur, dan proses-proses yang terkait, dan umumnya mencakup padang rumput, sungai-sungai kecil, ikan dan satwa liar”. Keanekargaman hayati Indonesia adalah sumber daya yang penting bagi pembangunan nasional. Sifatnya yang mampu memperbaiki diri merupakan keunggulan utama untuk dapat di manfaatkan secara berkelanjutan. Sejumlah besar sektor perekonomian nasional tergantung secara langsung ataupun tak langsung dengan keanekaragaman flora-fauna, ekosistem alami dan fungsi-fungsi lingkungan yang dihasilkannya. Konservasi keanekaragaman hayati, dengan demikian sangat penting dan menentukan bagi keberlanjutan sektor-sektor seperti kehutanan, pertanian, dan perikanan, kesehatan, ilmu pengetahuan, industri dan kepariwisataan, serta sektor-sektor lain yang terkait dengan sektor tersebut. Tetapi dalam perkembangan dewasa ini, keberadaan keanekaragaman hayati terancam karena pemanfaatan yang tidak memperhatikan lagi kondisi lingkungan hidup tetapi hanya memperhatikan segi komersialisasi. Konvensi PBB Tahun 1992 tentang Keanekaragaman Hayati dalam pasal 2 memberikan penjelasan sebagai berikut: “… keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber termasuk diantaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik lain serta kompleks- kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman di dalam spesies, antar spesies, dan ekosistem”. Laju kerusakan hutan-hutan tropis di seluruh dunia termasuk di Indonesia sudah sangat menyedihkan, dimana kerusakan tersebut selain dikarenakan kebakaran, hutan dewasa ini telah dieksploitasi secara besar-besaran untuk 61 mendapatkan keuntungan yang mayoritas hanyalah untuk segelintir orang. Jutaan hektar hutan dibabat untuk memenuhi pasokan industri-industri kayu tanpa adanya rehabilitas yang berkesinambungan. Kini telah terasa bahwa ketidakseimbangan antara eksploitasi dan rehabilitasi hutan ternyata telah mengakibatkan sebuah bom waktu bagi hutan dan industri kehutanan serta umat manusia. 2.8 Konsep Illegal Logging Salah satu yang menyebabkan hutan-hutan di Indonesia menjadi rusak dikarenakan maraknya kegiatan-kegiatan penebangan liar atau yang disebut dengan illegal logging. Pengertian illegal logging menurut D. Callister mendefinisikan illegal logging sebagai berikut: “Illegal logging adalah aksi penebangan dan penjualan kayu secara liar yang melanggar segala bentuk peraturan dan perundangan yang berlaku. Aktifitas illegal logging meliputi kegiatan proses penebangan kayu-kayu hingga pendistribusian”. Togu Manurung dalam buku laporannya Korupsi dan Anarki Memperbesar Wabah Pencurian Kayu di Indonesia, menyatakan bahwa definisi penebangan liar illegal logging adalah sebagai berikut: “Penebangan haram didefinisikan sebagai operasi kehutanan mulai dari menebang, mengangkut, memperdagangkan hingga mengolah kayu yang melanggar hukum atau aturan nasional. Penebangan haram biasanya dijelaskan sebagai sesuatu operasi penebangan yang tidak sah karena tidak memiliki izin resmi”. Sedangkan Tacconi mendefinisikan illegal logging sebagai berikut: “illegal logging adalah kegiatan illegal yang berkaitan dengan ekosistem hutan, industri terkait hutan dan juga produk hutan kayu dan non-kayu” National and International Policies to Control Illegal Forest Activities, CIFOR. 62 Laju kerusakan hutan-hutan di Indonesia sudah sangat menyedihkan dimana kerusakan tersebut selain dikarenakan kebakaran, hutan dewasa ini telah dieksploitasi secara besar-besaran untuk mendapatkan keuntungan yang mayoritas hanyalah untuk segelintir orang. Jutaan hektar hutan dibabat untuk memenuhi pasokan industry-industri kayu tanpa adanya rehabilitasi yang berkesinambungan. Kini telah terasa bahwa ketidakseimbangan antara eksploitasi dan rehabilitasi hutan ternyata telah mengakibatkan sebuah bom waktu bagi hutan dan industri kehutanan serta umat manusia, dimana faktor utama penyebab kerusakan hutan tropis di Indonesia pada khususnya dan Negara-negara berkembang pada umumnya. Seperti yang dikemukakan oleh Valentinus Darsono dalam bukunya Pengantar Ilmu Lingkungan, menyatakan bahwa: “ Faktor utama yang merusak hutan tropis Negara berkembang adalah keterbelakangan ekonomi negra berkembang yang menyebabkan rendahnya taraf hidup mereka. Dalam langkah pembanggunan yang bergerak sangat cepat maka kawasan hutan Indonesia menjadi alternative yang digunakan oleh berbagai sektor, maka harus ditetapkan suatu fungsi hutan sebagai hutan yang mendapat konversi”. Banyak faktor-faktor yang akan menjadi penyebab dari praktek illegal logging ini. Dan menurut Suryanto, Wiati, CB dan Suliatyo A.S dalam bukunya Illegal Logging Sebuah Misteri dalam Sistem Pengrusakan Hutan Indonesia, Menyatakan bahwa : “ faktor penyebab yang mendorong terjadinya pratek Illegal Logging yaitu 1 krisis ekonomi, 2 perubahan tatanan politik, 3 lemahnya kordinasi antara aparat penegak hukum, 4 adanya kolusi, korupsi dan nepotisme, 5 lemahnya sistem pengamanan hutan dan pengamanan hasil hutan, serta 6 harga kayu hasil tebangan liar yang lebih murah”. 63 Dan banyak juga yang menjadi sasaran pelaku utama dilapangan dari praktek Illegal Logging tersebut. Praktek Illegal Logging ini di identifikasikan oleh Riza Suarga dalam Bukunya Pemberantasan Illegal Logging: Optimisme di Tengah Premanisme Global, sebagia berikut: “Praktek Illegal Logging melibatkan 6 unsur pelaku utama, yaitu 1 cukong, pemilik modal, penguasa atau pejabat, 2 masyarakat setempat atau pendatang, 3 pemilik pabrik moullding atau sanwill, 4 pemegang izin HPH atau IPKH yang bertindak sebagai pencuri maupun penadah, 5 oknum aparat pemerintah dan 6 pengusaha asing. Keenam pelaku utama ini mendapat dukungan dari beberapa pihak termasuk Negara asing sebagai penampung”. Unsur-unsur pelaku praktek illegal logging inilah yang membuat semakin parahnya kerusakan lingkungan, sulitnya untuk menangkap para pelaku perusak lingkungan itu karena disebabkan peran dari pihak keamanan yang masih banyak membacking para pelaku tersebut, sehingga menjadi semakin sulit dalam pengungkapan tiap kasus. Seharusnya, terdapat sebuah kerjasama semua pihak agar tercipta suatu hubungan yang erat agar kasus-kasus yang menanti di depan dapat terselesaikan sebaik-baiknya. 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang peneliti lakukan, berdasarkan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya mengenai peranan Uni Eropa dalam menanggulangi illegal logging di Kalimantan Barat, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pertimbangan dampak dari illegal logging di Kalimantan Barat. Hal ini tentu bukan hanya Indonesia saja yang menerima dampak buruknya tetapi seluruh dunia akan menerima dampaknya. Oleh karena itu Uni Eropa ikut membantu dalam penanggulangan illegal logging di Indonesia khususnya di Kalimantan Barat, sehingga akan mengurangi kegiatan yang merusak lingkungan hidup tersebut. 2. Dalam membantu usaha penanggulangan illegal logging di Indonesia, Uni Eropa dengan program FLEGT melaksanakan program-programnya yaitu Forest Law Enforcement, Governance, Silvikultur, Trade, dan Liaison. Semua program ini saling berkesinambungan satu dan yang lain tidak dapat dipisahkan, dan program ini di implementasikan di Kalimantan Barat. 3. Kondisi moral, sosial budaya masyarakat dan aparat cenderung tidak lagi peduli pada kelestarian hutan dan penegakan hukum serta ketahanan dan kemandirian masyarakat yang masih rendah dengan pembodohan yang berdalih pemberdayaan masyarakat dan juga masih terdapat industri kayu 169