menolong dalam sektor rumah tangga sering mengurangi rasa kesadaran dari dalam diri seorang warga Koentjaraningrat, 1985:167.
Adapun tolong-menolong dalam aktivitas mempersiapkan pesta dan upacara biasanya berjalan dengan rasa kesadaran diri yang besar, karena warga yang
ikut membantu dapat langsung menikmati makanan enak di acara pesta, merayakan pesta dan ikut merasakan suasana gembira. Pada sikap tolong-
menolong pada peristiwa-peristiwa kecelakaan, bencana, dan kematian, biasanya dilakukan oleh seseorang dengan amat rela, tanpa perhitungan akan
mendapat pertolongan kembali, karena menolong orang yang mendapat kecelakaan didasari oleh rasa belasungkawa yang universal dalam jiwa
makhluk manusia Koentjaraningrat, 1985:167.
2.1.3. Konsep Resiprositas Timbal Balik dalam Gotong Royong
Terjadinya sebuah resiprositas dalam sebuah komunitas kecil, contoh masyarakat di desa disebabkan adanya hubungan simetris antar kelompok atau
antar individu. Hubungan simetris ini adalah hubungan sosial dengan masing- masing pihak menempatkan diri dalam kedudukan dan peranan yang sama
ketika proses pertukaran berlangsung, contohnya adalah dalam waktu yang sama dan di sebuah lingkungan yang sama terdapat dua orang yang
mengadakan selamatan, namun salah satunya punya kedudukan lebih tinggi dalam stratifikasi sosial di masyarakat. Adapun dalam aktivitas tersebut
mereka tidak menempatkan diri pada kedudukan sosial yang berbeda. Mereka sejajar sebagai warga kelompok keagamaan, meskipun sebagai warga desa
mereka mempunyai derajat kekayaan dan prestise sosial yang berbeda-beda. Peristiwa tersebut menunjukkan adanya posisi sosial yang sama, pada suatu
saat menjadi pengundang dan yang diundang Pandupitoyo, 2010. Karakteristik lain yang menjadi syarat sekelompok individu atau beberapa
kelompok dapat melakukan aktivitas resiprositas adalah adanya hubungan personel diantara mereka. Pola hubungan ini terutama terjadi di dalam
komunitas kecil dimana anggota-anggotanya menempati lapangan hidup yang sama. Dalam komunitas kecil itu kontrol sosial sangat kuat dan hubungan
sosial yang intensif mendorong orang untuk berbuat untuk mematuhi adat kebiasaan. Sebaliknya, hubungan impersonal tidak bisa menjamin berlakunya
resiprositas karena interksi antar pelaku kerjasama resiprositas sangat rendah sehingga pengingkaran pun semakin mudah muncul Pandupitoyo, 2010.
Proses pertukaran resiprositas lebih panjang daripada jual beli. Proses jual beli biasanya terjadi dalam waktu yang sangat pendek, misalnya jual beli barang di
pasar.Kalau pembeli telah menawar barang dan mampu membayar kontan, maka kalau barang telah dibayar berarti proses jual beli tersebut berakhir.
Proses pertukaran resiprositas ada yang relatif pendek,namun juga ada yang panjang. Adapun dikatakan pendek, kalau proses tukar menukar barang atau
jasa dilakukan dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun, misalnya tolong menolang antar petani dalam mengerjakan tanah. Tolong menolong ini
dapat berlangsung hanya dalam satu musim tanam,dan kalau kedua belah pihak telah memberikan bantuan dan menerima kembali bantuan yang
diberikan,maka proses resiprositas tersebut dapat dikatakan telah berakhir Pandupitoyo, 2010.
Proses resiprositas yang panjang jangka waktunya sampai lebih dari satu tahun ,misalnya sumbang-menyumbang dalam peristiwa perkawinan. Tidak
setiap rumah tangga yang membudayakan tradisi sumbang menyumbang. Dalam kenyataannya,proses resiprositas dapat berlangsung sepanjang hidup
seorang individu dalam masyarakat, bahkan mungkin sampai diteruskan oleh anak keturunannya. Seorang petani,misalnya, sejak kecil dia mewakili orang
tuanya ikut gotong-royong dengan tetangganya serta keturunam mereka. Situasi seperti ini dapat terjadi karena komunitas tempat hidup petani tersebut
merupakan perwujudan dari nilai-nilai kebersamaan Pandupitoyo, 2010. Pentingnya syarat adanya hubungan personal bagi aktivitas resiprositas adalah
berkaitan dengan motif-motif dari orang melakukan resiprositas. Motif tersebut adalah harapan untuk mendapatkan prestise sosial seperti,misalnya:
penghargaan, kemuliaan, kewibawaan , popularitas ,sanjungan ,dan berkah. Motif tersebut tidak hanya ditujukan kepada pihak-pihak yang melakukan
kerjasama resiprositas, tetapi juga lingkungan dimana mereka berada Pandupitoyo, 2010.
Keberadaan resiprositas juga ditunjang oleh struktur masyarakat yang egaliter yaitu suatu masyarakat yang ditandai oleh rendahnya tingkat stratifikasi sosial,
sedangkan kekuasaan politik relatif terdistribusi merata dikalangan warganya. Struktur masayarakat yang egaliter ini memberikan kemudahan bagi warganya
untuk menempatkan diri dalam kategori sosial yang sama ketika mengadakan kontak resiprositas Pandupitoyo, 2010.
Menurut Sahlins 1974 dalam Pandupitoyo 2010,ada tiga macam resiprositas umum, resiprositas sebanding, dan resiprositas negatif.
Resiprositas yang terakhir ini sebenarnya kata lain dari pertukaran pasar atau jual beli dan lebih tepat dibicarakan diluar kesempatan ini. Secara umum
dapatdikatakan bahwa jenis-jenis resiprositas tersebut berhubungan dengan pola-pola organisasi sosial ,ukuran kekayaan ,dan tipe barang yang
dipertukarkan Pandupitoyo, 2010. Dalam resiprositas umum tersebut tidak ada hukum –hukum yang dengan
ketat mengontrol seseorang untuk memberi atau mengembalikan. Hanya moral saja yang mengontrol dan mendorong pribadi-pribadi untuk menerima
resiprositas umum sebagai kebenaran yang tidak boleh dilanggar .Orang yang melanggar kerjasma resiprositas ini bisa mendapat tekanan moral dari
“masyarakat” atau “kelompok”yang mungkin berupa umpatan, peringatan lisan,atau gunjingan yang dapat menurunkan martabat dalam pergaulan di
masyarakat atau kelompoknya Pandupitoyo, 2010. Sistem resiprositas umum dapat menjamin individu-individu terpenuhi
kebutuhannya pada waktu mereka tidak mampu ”membayar” atau mengembalikan atas apa yang mereka terima dan pakai . Sejak lahir manusia
telah tergantung dari orang lain ,misal ibunya. Manusia membutuhkan teman untuk berbagi rasa dalam memecahkan masalah hidup dan menikmati
kebahagiaan Pandupitoyo, 2010. Tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat industri yang relatif baik membuat
corak resiprositas umum menjauh dari fungsi pemenuhan kebutuhan pokok.
Masyarakat nampaknya menempatkan resiprositas ini sebagai sarana maupun produk dan simbol dari hubungan kesetiakawanan atau cinta kasih. Bentuk
resiprositas yang cocok untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah resiprositas simbolik Pandupitoyo, 2010.
Resiprositas simbolik sebagai salah satu bentuk resiprositas umum merupakan suatu adat kebiasaan memberi dan menerima sebagai sarana untuk menjalin
hubungan persahabatan semata, tanpa mempunyai makna yang dekat dengan usaha memenuhi kebutuhan ekonomi. Dalam masyarakat sederhana,
resiprositas umum cenderung memusat dikalangan orang yang mempunyai hubungan kerabat dekat. Dalam masyarakat desa agraris, meskipun struktur
keluarga yang berlaku misalnya keluarga kecil, namun resiprositas di kalangan keluarga dekat nampak lebih kuat dibanding masyarakat kota Pandupitoyo,
2010. Golongan masyarakat yang nafkahnya dekat dengan batas substansi seringkali
melembagakan resiprositas umum sebagai mekanisme untuk mengatasi kondisi tersebut.Dalam masyarakat ini,orang memberi nilai tinggi terhadap
teman dan kerabat. Saling memberi hasil buruan merupakan kebiasaan yang lazim dalam masyarakat pemburu. Kebiasaan tersebut dapat berfungsi sebagai
alat untuk distribusi pangan yang merata. Namun demikian, kebiasaan tersebut dapat memacu aktivitas kegiatan berburu dan meramu di kalangan kelompok
pemburu Pandupitoyo, 2010. Resiprositas sebanding menghendaki barang atau jasa yang dipertukarkan
mempunyai nilai yang sebanding.kecuali itu dalam pertukaran tersebut disertai
pula dengan kapan pertukaran itu berlangsung. Dalam pertukaran ini, masing- masing pihak membutuhkan barang atau jasa dari pertnernya, namun masing-
masing tidak menghendaki untuk memberi dengan nilai lebih dibandingkan denganyang akan diterima. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa individu-
individu atau kelompok-kelompok yang melakukan transaksi bukan sebagai satu unit-unit sosial, melainkan sebagai unit-unit sosial yang otonom
Pandupitoyo, 2010. Resiprositas sebanding berada di tengah-tengah antara resiprositas umum
dengan resiprositas negatif, kalau resiprositas sebanding bergerak ke arah resiprositas umum, maka hubungan sosial yang terjadi mengarah ke hubungan
kesetiakawanan dan ke arah hubungan yang lebih intim, sebaliknya kalau bergerak ke arah resiprositas negatif maka hubungan sosial yang terjadi
bersifat tidak setia kawan yakni masing-masing pihak mencoba untuk mengambil keuntungan dari lawannya Pandupitoyo, 2010.
Resiprositas negatif, transformasi ekonomi di bidang system pertukaran yang terjadi dinegara berkembang merupakan suatu proses yang terus berjalan.
Proses ini sementara menggambarkan dua pola besar.Pertama, hilangnya bentuk-bentuk pertukaran tradisional diganti oleh bentuk pertukaran modern.
Kedua, adalah munculnya dualisme pertukaran. Dengan berkembangnya uang sebagaia alat ukar, maka barang dan jasa akan kehilangan nilsi simbolik yang
luas dan beragam maknanya karena uang dapat berfungsi memberikan nilai standart obyektif terhadap barang dan jasa yang dipertukarkan. Hal inilah yang
disebut negatif, karena dapat menghilangkan suatu tatanan pertukaran yang telahada. Tingkat gotong royongpun sekarang semakin berkurang karena
kegiatan masyarakat yang semakin money oriented membuat nilai nilai keikhlasan untuk saling membantupun berkurang Pandupitoyo, 2010.
2.1.4 Konsep Marginalisasi