Gotong Royong Headlines 25 Fakta Tentang

Gotong Royong » Headlines
25 Fakta Tentang Gerwani
Jumat, 8 November 2013 | 8:27 WIB · 0 Komentar

Pasca peristiwa G30S 1965, cerita mengenai Gerakan Wanita Indonesia
(Gerwani) hampir semuanya berbau fitnah. Kehadiran sejumlah anggota
Gerwani di Lubang Buaya, Jakarta, pada malam 1 Oktober 1965,
dikaitkan dengan keterlibatannya dalam peristiwa G30S 1965.
Sejak itu, kampanye fitnah tentang Gerwani mengalir deras.Gerwani difitnah menyilet
kemaluan para Jenderal dan mencungkil matanya. Tak hanya itu, kehadiran Gerwani di
Lubang buaya juga dikaitkan dengan pesta seks bebas dan tarian seksual “Harum
Bunga”.
Propaganda fitnah itu awalnya dilancarkan oleh koran-koran milik Angkatan Bersenjata.
Propaganda itu kemudian dipahatkan melalui diorama di museum Lubang Buaya. Lalu,
sejak tahun 1980-an, fitnah itu dikemas melalui film Pengkhianatan G30S/PKI. Cerita
fitnah itu juga diawetkan melalui penulisan buku-buku sejarah versi Orba.
Kini, setelah Orba runtuh, kebenaran perlahana-lahan terkuak. Berbagai kesaksian dan
penelitian sejarah membuktikan kebohongan berbagai fitnah murahan Orba tersebut.
Sebaliknya, berkat penggalian sejarah yang dilakukan oleh sejumlah peneliti dan
sejarawan, berbagai dokumen justru memperlihatkan peranan besar Gerwani dalam
perjuangan bangsa Indonesia dan pembebasan perempuan.


Berikut ini 30 fakta tentang Gerwani yang kami himpun dari berbagai kesaksian dan
dokumen yang sudah terpublikasi luas, baik melalui penerbitan buku-buku, jurnal,
maupun internet.
1. Sebagian besar pendiri Gerakan Wanita Sedar (Gerwis), yang kelak berganti nama
menjadi Gerwani, adalah perempuan-perempuan revolusioner yang pernah terlibat
dalam perjuangan melawan kolonialisme dan revolusi bersenjata pasca
Proklamasi 17 Agustus 1945. Pemimpin terkemuka Gerwis, yakni SK Trimurti,
sudah terlibat dalam pergerakan anti-kolonial bersama Bung Karno sejak tahun
1930-an. Pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, ia ditunjuk sebagai
Menteri Perburuhan pertama dalam sejarah Republik; Tokoh pendiri lainnya,
Salawati Daud, adalah walikota Makassar yang pertama di bawah pemerintahan
RI sekaligus Walikota perempuan pertama di Indonesia. Ia aktif di pergerakan
anti-kolonial sejak tahun 1930an. Tak hanya mengorganisir perlawanan, Salawati
Daud turut bergerilya dan mengangkat senjata melawan Belanda; Tokoh Gerwani
yang lain, seperti Soedjinah, Umi Sardjono, Soelami, dan lain-lain, juga tercatat
ikut memanggul senjata membela kemerdekaan Republik Indonesia pasca
Proklamasi 17 Agustus 1945.
2. Gerwis, yang berdiri tanggal 4 Juni 1950, aktif dalam kampanye dan aksi-aksi
menuntut pembatalan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB), menentang

kembalinya modal asing, dan mengutuk peristiwa reaksioner peristiwa 17 Oktober
1952 (upaya sejumlah perwira AD mengkudeta Bung Karno dan membubarkan
parlemen).
3. Pada tahun 1952, Gerwis aktif dalam memperjuangkan hak-hak kaum tani, seperti
di Semarang, Kendal, Tanjung Morawa (Sumut), Brastagi (Sumut), dan lain-lain.
4. Pada tahun 1955, Gerwani (Cat: Gerwis berganti nama menjadi Gerwani di
kongres II tahun 1954) aktif memperjuangkan Undang-Undang Perkawinan yang
demokratis. Di DPR, Ketua Umum Gerwani Umi Sardjono menegaskan bahwa
perjuangan mengesahkan UU perkawinan harus dipandang sebagai perjuangan
melengkapi revolusi nasional.
5. Pada tahun itu juga Gerwani mengadvokasi seorang perempuan bernama Maisuri,
yang dipenjara karena menolak kawin paksa dan memilih lari dengan pacarnya.
Gerwani juga mengecam dan mengusut tuntas kasus pembunuhan Attamini,
seorang perempuan dari keluarga miskin di Malang, oleh seorang pedagang kaya
keturunan Arab.
6. Gerwani paling keras menentang poligami, perkawinan anak-anak, dan pelecehan
terhadap perempuan. Bagi Gerwani, pengertian kemerdekaan nasional
sepenuhnya meliputi juga penghapusan terhadap poligami, kawin paksa,
pelacuran dan beban kerja ganda.
7. Pada tahun 1957, Gerwani mendukung aktif perjuangan bangsa Indonesia untuk

mengusir kolonialisme Belanda di Irian Barat. Gerwani bahkan mengirimkan
anggotanya untuk menjadi sukarelawati untuk pembebasan Irian Barat. Tak hanya
itu, Gerwani memobilisasi 15.000 wanita ke Istana Negara, saat peringatan Hari
Perempuan Sedunia, 1 Maret 1961, untuk menentang pembentukan negara boneka
Papua oleh kolonialis Belanda.

8. Pada tahun 1957, Gerwani aktif mendukung gerakan buruh untuk menasionalisasi
perusahaan asing, terutama perusahaan milik Belanda. Langkah ini sekaligus
upaya pemerintahan Bung Karno untuk melikuidasi sisa-sisa ekonomi kolonial.
Dalam kampanye nasionalisasi terhadap perusahaan minyak Caltex, Gerwani dan
SOBSI menggalang pembantu rumah tangga untuk memboikot majikan mereka.
Aksi itu meluas ke restoran dan toko-toko untuk menolak melayani orang asing.
9. Pada tahun 1960-an, Gerwani berkampanye untuk ketersediaan pangan dan
sandang bagi rakyat. Tak hanya itu, gerwani rajin melakukan aksi demonstrasi
untuk menentang kenaikan harga bahan pokok. Salah satu demonstrasi besar yang
digalang Gerwani untuk menolak kenaikan harga terjadi pada tahun 1960. Bung
Karno merespon aksi tersebut dan berjanji menurunkan harga dalam tiga tahun.
10. Di desa-desa, anggota Gerwani giat bekerjasama dengan Barisan Tani Indonesia
(BTI) untuk membela dan memperjuangkan hak-hak kaum tani, seperti hak atas
tanah, pembagian hasil panen yang adil, dan lain-lain. Gerwani juga menggelar

kursus dan pelatihan bagi perempuan tani di desa-desa. Gerwani juga aktif
memperjuangkan dilaksanakannya UU Pokok Agraria (UUPA) 1960 dan UU
Perjanjian Bagi Hasil (PBH).
11. Gerwani aktif memperjuangkan hak-hak buruh perempuan. Pada tahun 1950-an,
Gerwani berhasil mendesak Kongres Wanita Indonesia (Kowani) untuk
mengadopsi piagam hak-hak perempuan, yang di dalamnya ada bab khusus
tentang hak buruh perempuan, seperti hak yang sama antara laki-laki dan
perempuan dalam memasuki semua pekerjaan dan promosi jabatan, kesetaraan
upah, dan penghapusan segala bentuk diskriminasi di tempat kerja. Gerwani dan
SOBSI juga kerap menggelar aksi bersama menuntut upah yang sama, cuti
menstruasi dan hamil, hak perempuan mendapat promosi dan perlakuan yang
sama di tempat kerja.
12. Pada tahun 1962, Gerwani mendukung politik Bung Karno untuk mengganyang
negara boneka bentukan Inggris di Malaya, yakni federasi Malaysia. Tak hanya
berkampanye dan menggelar aksi demonstrasi, Gerwani juga menyetorkan
anggotanya untuk menjadi sukarelawati dan dipersiapkan untuk dikirim dalam
operasi Trikora.
13. Gerwani aktif menentang pemberontakan PRRI/Permesta, yang dibelakangnya
adalah kepentingan imperialisme AS. Bagi Gerwani, meneruskan revolusi berarti
melawan PRRI/Permesta.

14. Pada tahun 1960, Gerwani aktif mendukung kampanye pemberantasan Buta
Huruf (PBH) yang diserukan oleh Bung Karno. Untuk keperluan itu, Gerwani
mendirikan banyak sekali tempat-tempat belajar dan menggelar kursus-kursus
PBH.
15. Gerwani aktif dalam memperjuangkan hak-hak anak-anak. Gerwani, misalnya,
mendirikan fasilitas pengasuhan untuk anak-anak. Salah satunya adalah tempat
penitipan anak. Pada pertengahan 1960, Gerwani punya 1.500 balai penitipan
anak semacam itu. Pada tahun 1963, Gerwani resmi mendirikan Yayasan Taman
Kanak-Kanank (TK) Melati, yang pengurusnya bekerja penuh mengurus
penitipan anak. Pada tahun 1960, Gerwani juga merumuskan “panca-cinta”
sebagai pedoman pendidikan anak-anak, yaitu cinta tanah air, cinta orangtua dan

kemanusiaan, cinta kebenaran dan keadilan, cinta persahabatan dan perdamaian,
dan cinta alam sekitar.
16. Gerwani aktif berkampanye untuk pemberantasan korupsi hingga ke akarakarnya. Gerwani menuding korupsi sebagai salah satu biang kerok kenaikan
harga-harga. Beberapa aksi demonstrasi yang digalang Gerwani berisi tuntutan
penghapusan korupsi dan retooling aparatur negara.
17. Gerwani aktif menentang pelacuran. Bagi Gerwani, pelacuran bukan kesalahan
perempuan, kondisi sosial dan ekonomi-lah yang memaksa mereka menjadi
pelacur. Gerwani yakin, pelacuran akan lenyap di Indonesia apabila sosialisme

sudah dipraktekkan.
18. Gerwani juga aktif menentang pornografi dan memboikot film-film yang
merendahkan martabat perempuan. Pada tahun 1950-an, Gerwani aktif
berkampanye menentang film-film yang mempromosikan kebudayaan imperialis,
terutama film-film Amerika Serikat (AS). Salah satu film yang diprotes berjudul
Rock ‘n Roll, yang dianggap bisa meracuni pikiran anak-anak muda. Film lain
yang diprotes semisal Rock Around the Clock (1956) dan Don’t Knock the Rock.
Selanjutnya, dalam kerangka melawan kebudayaan imperialis, Gerwani
mendukung berdirinya Lembaga Film Rakyat.
19. Hingga Januari 1964, Gerwani mengklaim punya anggota sebanyak 1.750.000
orang. Dan mereka yakin, pada akhir 1965 bisa melipatkan gandakan anggota
menjadi 3 juta orang. Tak hanya itu, cabang-cabang Gerwani juga berdiri di
hampir semua daerah.
20. Gerwani aktif dalam kampanye dan menggelar aksi-aksi menentang
imperialisme, seperti aksi menentang aksi imperialisme Belanda saat kampanye
Trikora, lalu aksi menentang kolonialisme Inggris melalui kampaye Dwikora,
menuntut nasionalisasi perusahaan milik negara-negara imperialis, dan mengecam
keterlibatan imperialisme AS dalam pemberontakan PRRI/Permesta.
21. Gerwani memiliki majalah bulanan bernama Api Kartini, yang mengulas banyak
persoalan: dari pergerakan perempuan, situasi ekonomi-politik nasional, budaya,

masalah-masalah perempuan, resep masakan, jahit-menjahit, dan lain-lain.
Anggota redaksinya terdiri dari: Maasje Siwi S, S Sijah, Darmini, Parjani
Pradono, SK Trimurti. Turut membantu redaksi, antara lain: Rukiah Kertapati,
Sugiarti Siswadi, Mr Trees Sunio, Sulami, Rukmi B Resobowo, Siti Suratih,
Sulistyowarni, Sutarni, Sudjinah, dan Sarini.
22. Gerwani aktif berkampanye tentang perlunya gerakan politik perempuan dan
mendorong perempuan masuk ke gelanggang politik. Gerwani berharap lebih
banyak wanita yang menjadi anggota DPR dan DPRD, kepala desa, Bupati,
Gubernur, Menteri, dan lain-lain. Pada pemilu 1955, sejumlah pimpinan Gerwani
masuk daftar calon anggota DPR melalui PKI, seperti Salawati Daud, Suharti
Suwarto, Ny. Mudigdo, Suwardiningsih, Maemunah, dan Umi Sardjono.
23. Gerwani aktif dalam Gerakan Perempuan Internasional, khususnya melalui
Gerakan Wanita Demokratis Sedunia (GWDS). Melalui GWDS, Gerwani
berkampanye tentang penghentian perlombaan persenjataan, pelarangan
percobaan senjata atom, mempromosikan perdamaian dunia dan menentang
perang, mendukung Konferensi Asia Afrika, penghapusan apartheid,

penghapuasan diskriminasi rasial dan fasisme, dan mengecam agresi imperialis di
berbagai negara seperti Vietnam, Laos, Kamboja, dan lain-lain.
24. Gerwani mendukung konsep Bung Karno mengenai Demokrasi Terpimpin,

Manipol (Manifesto Politik) dan Dekrit Presiden Soekarno untuk kembali ke
UUD 1945.
25. Gerwani merupakan pendukung setia Bung Karno. Gerwani juga mati-matian
membela politik Bung Karno yang anti-imperialis dan anti-kolonialis, tidak hanya
dalam kata-kata dan statemen politik, tetapi dalam aksi dan tindakan politik.
Misalnya, Gerwani menyetorkan kadernya sebagai sukarelawati dalam proses
perjuangan pembebasan Irian Barat dan menggagalkan pembentukan negara
Boneka Inggris di Malaya. Tak hanya itu, pasca peristiwa G30S 1965, ketika
kekuasaan Bung Karno sudah di ujung tanduk, sejumlah aktivis Gerwani di
persembunyian menerbitkan buletin bernama PKPS (Pendukung Komando
Presiden Soekarno) untuk menggalang massa mempertahankan Bung Karno.
Yani Mulyanti, kontributor Berdikari Online

Artikel Terkait:







Gerwani Memerangi Pelacuran Dan Pornografi
Bung Karno Dan Gerakan Wanita
Perempuan Perlu Membangun Organisasi Massa
Soedjinah, Perempuan Pejuang Dan Pendukung Bung Karno
Salawati Daud, Walikota Perempuan Pertama Di Indonesia

Sumber Artikel: http://www.berdikarionline.com/gotong-royong/20131108/25-faktatentang-gerwani.html#ixzz2st2vJ6Fn
Follow us: @berdikarionline on Twitter | berdikarionlinedotcom on Facebook

http://www.berdikarionline.com/gotongroyong/20131108/25-fakta-tentanggerwani.html

Parlemen atau Soviet?
Tan Malaka (1921)
Kata Pengantar dari Penerbit tahun 1987
Sehubung banyaknya permintaan dari Keluarga Besar Murba untuk buku Parlemen atau
Soviet karya Tan Malaka tahun 1921 maka kami terbitkan kembali dalam bentuk foto
copy dimana ejaan kata-kata lama telah dirubah dengan ejaan baru.
Perlu kami catatkan bahwa almarhum Tan Malaka pada tahun 1927 telah mendirikan
PARI (Partai Republik Indonesia) yang dengan sendirinya telah keluar dari PKI (Partai
Komunis Indonesia) dan seterusnya tulisan-tulisan almarhum Tan malaka sesudah tahun

1927 berkembang ke arah Nasional Revolusioner. Demikianlah para pembaca yang arif
dan budiman mengetahui dan memahami! Terima kasih!
Jakarta, 20 Mei 1987
Pimpinan Yayasan Massa.
-------------------------------------------------------------------------------PENDAHULUAN UNTUK PENJELASAN
Pertama-tama perlu dicatat dan diingat bahwa karya “Parlemen Atau Soviet” ini
dituliskan Tan Malaka di Semarang, Oktober 1921. Artinya: 66 tahun lalu (1921-1987)
atau lebih dari setengah abad. Dalam edisi ini istilah sengaja tidak dirubah, untuk
menunjukkan keasliannya.
Namun demikian diberikan kata pengantar “Beberapa Catatan” (pada halaman I) oleh
seketariat Departemen Pendidikan Kader Dewan Partai Murba, pada penerbitannya
tanggal 15 September 1961, tepat 25 tahun atau seperempat abad yang lalu. Disamping
itu dilengkapi dengan KOSAKATA, pada halaman 171 - 181 untuk memberi keterangan
mengenai kata, istilah atau ungkapan dalam buku ini, agar dapat membantu para pembaca
- terutama dari generasi-generasi muda - untuk dapat memahami isi buku ini lebih baik.
Berpangkal tolak dari penjelasan di atas pembaca diharap menempatkan isi buku ini
sesuai dengan zaman ketika karya ini ditulis. Pembaca juga jangan melupakan pada usia
berapa Tan Malaka menghasilkan karyanya ini. Ialah pada usia muda, baru 24 tahun,
karena dia dilahirkan di Suliki, Sumatara Barat, tahun 1897.
Buku ini ditulis setelah Tan Malaka baru saja dua tahun sebelumnya, ialah tahun 1919,

kembali dari Negeri Belanda belajar di Rijkskweekschool (Sekolah Pendidikan Guru

Negeri) di Haarlem untuk menjadi guru mengajar anak-anak buruh perkebunan Senebah
Mij, Deli Serdang, Sumatera Timur, dan kemudian pindah ke Semarang tahun 1921,
bergerak dalam bidang pendidikan rakyat sebagai guru sekolah yang didirikan oleh
Sarekat Islam Semarang dan VSTP (Sarekat Buruh Kereta Api), yang dipimpin oleh
Semaun.
Sesuai dengan masa penulisannya dan usia penulisnya, maka isi dan sifat buku ini
berlaku sebagai pengenalan sejarah badan legislatif, pendalaman hakekat masalahnya dan
perkembangannya, serta perbandingan dan peneracaan untuk Indonesia dalam kerangka
sejarah politik dan kepartaian yang ada, dengan kacamata penglihatan 1921.
Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal di atas ini, pembaca akan dapat
memahami isi buku ini sesuai dengan keadaan zamannya dan proporsi tingkat
pertumbuhan pikiran penulisnya.
Karena keadaan berkembang terus sesuai dengan kodrat dan hukum sejarah. Dan pikiran
Tan Malaka juga tidak berhenti sampai di situ saja, melainkan menjadi makin matang dan
makin kaya sejalan dengan pertumbuhan pengalamannya dan keadaan sekelilingnya, di
dalam maupun di luar Indonesia. Hindia Belanda tidak memberi kesempatan Tan Malaka
mengembangkan diri di tanah airnya sendiri.
Tahun 1921 itu juga Tan Malaka juga aktif dalam perjuangan buruh. Dia pernah menjadi
wakil ketua Serikat Buruh.Pelikan (tambang) Cepu, yang didirikan Semaun. Dalam tahun
ini pula Kongres PKI memilihnya menjadi ketua mewakili Semaun yang sedang berada
di luar negeri. Karena kegiatannya yang terus meningkat, hingga melibatkan diri dalam
pemogokan buruh, maka tanggal 2 Maret 1922, Tan Malaka akhirnya ditangkap dan
dibuang ke Kupang (Timor); tapi kemudian dalam bulan ini juga keputusan dirubah
menjad “externering” atau pengasingan ke Negeri Belanda.
Baru hanya sekitar satu tahun saja Tan Malaka mulai bergerak kiprah secara terbuka di
tanah airnya sendiri, sudah terus dibuang oleh pemerintah Hindia Belanda. Maka
tamatlah perjuangan Tan Malaka di Indonesia waktu itu.
Dalam Perang Dunia II, ketika Hindia Belanda diduduki Balatentara Dai Nippon maka
Tan Malaka berhasil menyelundup masuk kembali ke Indonesia, mulai 1936 menyusup
dari Cina melalui Burma masuk Singapura – sebelum pecah perang – dan setelah pecah
perang meninggalkan Singapura tahun 1942, melalui Penang berlayar ke Medan, terus ke
Padang dan akhirnya tiba di Jakarta, tahun 1943 menyamar bekerja sebagai buruh
(romusah) pada tambang batubara di Bayah, Banten, dengan nama Husein.
Tan Malaka menolak pemberontakan 1926 yang dicetuskan oleh pimpinan PKI. Sejak itu
bersama dengan beberapa teman sepahamnya, dia memisahkan diri keluar dari PKI.
Sejak karyanya “Naar de Republik Indonesia” (Menuju Republik Indonesia) yang
ditulisnya di Kanton, tahun 1925, Tan Malaka mulai lebih jauh menunjukkan

ketersendiriannya, “keaseliannya” yang kemudian menjadi ciri khas haluan
perjuangannya.
Akhirnya Tan Malaka dkk bukan hanya keluar secara formal dari PKI. Mereka malahan
mendirikan partai tandingan menghadapi PKI, yang telah hancur lebur dan kacau balau
akibat pemberontakan 1926. Di Bangkok tahun 1927 Tan Malaka dkk
memproklamasikan pendirian PARTAI REPUBLIK INDONESIA, PARI, berdasarkan
Manifesto Bangkok yang menjelaskan pembentukan partai politik baru yang bergerak
secara ilegal itu.
Jadi, pada usia 30 tahun (1897-1927) Tan Malaka mulai mempertegas dan
mengkongkritkan pandangan, pendirian dan sikapnya, secara ideologis, politis dan
organisatoris.
Dalam perjuangan kemerdekaan sejak 1945 pertentangan PKI cs dan Tan Malaka dkk
mewarnai masa sejarah permulaan revolusi. PKI bersatu dengan PSI dengan Sayap
Kirinya, menyetujui dan mendukung Persetujuan Linggarjati 1947. Tan Malaka dkk
menolak dan menentangnya. PKI melalui gembongnya Mr. Amir Syarifuddin yang
menjadi Perdana Menteri RI waktu itu menandatangani Perjanjian Renville 1 Januari
1948. Sedangkan Tan Malaka bersama GRR menolak dan menentangnya.
Pokoknya PKI dan kawan-kawan mempelopori politik kompromi dengan imperialisme
Belanda dengan mendukung Maklumat 1 dan 3 November 1946 Wakil Presiden
Muhammad Hatta, yang dengan landasan itu membuka kompromi tidak berprinsip
dengan Belanda. Sedangkan Tan Malaka dengan Persatuan Perjuangan menolak dan
menentang haluan seperti itu dan memperjuangkan prinsip berunding dengan Belanda,
setelah Belanda terlebih dahulu mengakui Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945
dan tentara mereka meninggalkan wilayah Indonesia. Untuk mewarisi haluan Persatuan
Perjuangan dan meneruskan tujuan perjuangannya pada tanggal 7 November 1948, Tan
Malaka mempelopori pendirian Partai Murba di Yogyakarta, yang merupakan fusi tiga
partai, ialah Partai Rakyat, Partai Buruh Merdeka, dan Partai Rakyat Jelata.
Pendirian Partai Murba ini merupakan perkembangan pikiran Tan Malaka secara
ideologis, politis dan organisatoris. Bagaimana isi dan bentuk kulminasi ini? Untuk
mudah dan tegasnya kita kutip pidato Presiden Soekarno kepada Kongres ke-V Partai
Murba tanggal 15-17 Desember 1960 di Bandung sbb:
“Saya kenal almarhum Tan Malaka. Saya baca semua ia punya tulisan-tulisan. Saya
berbicara dengan beliau berjam-jam. Dan selalu di dalam pembicaraan-pembicaraan saya
dengan almarhum Tan Malaka ini, kecuali tampak bahwa Tan Malaka adalah pecinta
Tanah Air dan Bangsa Indonesia, ia adalah Sosialis yang sepenuh-penuhnya.”
Dan siapa tidak kenal Pahlawan Proklamator Sukarno yang menilai Pahlawan
Kemerdekaan Nasional Tan Malaka dengan rumusan yang ilmiah dan populer seperti ini?

Karenanya kiranya rumusan Bung Karno di atas tidak perlu komentar lagi. Dengan
karyanya “Madilog” Tan Malaka memperkenalkan cara berpikir Ilmiah kepada rakyat
Indonesia. “Thesis” menunjukkan jalan sosialisme sebagai dasar dan pokok pemecahan
masalah Indonesia. Kedua karya inilah yang mencerminkan puncak pertumbuhan dan
perkembangan pikiran Tan Malaka, yang bersifat filsafat dan berisi idiologi. Sementara
itu “Dari Penjara ke Penjara”, karya otobiografi Pahlawan Kemerdekaan ini
mencerminkan pandangan dan perjalanan hidup Tan Malaka sebagai konsekuensi filsafat
dan ideologinya sendiri.
Dr. Harry Albert Poeze memerincikan dan melengkapi riwayat hidup dan perjuangan Tan
Malaka dalam karya ilmiah dengan judul:
“TAN MALAKA, PEJUANG KEMERDEKAAN INDONESIA, RIWAYAT HIDUP
DARI 1897 SAMPAI 1945”.
Suatu desertasi akademis untuk memperoleh gelar doktor dalam ilmu sosial pada
Universitas Amsterdam tahun 1976, yang aslinya ditulis dalam bahasa Belanda.
Kelanjutan karya Dr. Poeze ini akan dilengkapkan dengan periode 1945-1949 sampai Tan
Malaka mati tak tentu kuburnya dan hilang tak tentu rimbanya jsutru di tanah airnya
sendiri, yang belum menyadari kebenaran pemikir dan pejuang rakyat Indonesia, dengan
kedalaman dan kejauhan pandangan yang jauh mendahului zamannya ini.
Untuk melengkapkan “Thesisnya” Tan Malaka merumuskan gagasan “Gabungan Aslia” Asia-Australia - sebagai konsepsi untuk penyusunan tata politik dunia baru; makin lama
makin jelas perdamaian dunia tidak mungkin dipertahankan dalam konfigurasi dan
susunannya yang ada sampai menjelang tibanya Abad ke-XXI dewasa ini.
Dalam mencari dan mendapatkan alternatif untuk perbaikan dan kemajuan pengisian dan
pelaksanaan kemerdekaan Indonesia, kiranya karya-karya Tan Malaka penting untuk
dipelajari dan dikaji kembali, sekurang-kurangnya sebagai bahan bandingan, baik segi
nasional maupun segi internasionalnya. Dan kemudian dikembangkan.
Yang jelas cara berpikir dan cara bekerja – ilmiah yang memenuhi prinsip, norma, nilai
dan metode ilmiah – sangat mendesak diperlukan selama ini. Disamping watak dan iman
pemikir dan pemimpin serta pejuang Tanah Air dan Rakyat Indonesia tercinta, yang taat
dan konsekuen sepenuhnya dengan cara berpikir dan cara bekerja ilmiah tersebut.
Jakarta, 3 April 1987.
W. Suwarto, ex-ketua umum
Partai Murba, kongres ke-V
1960, Bandung, ex-anggota
DPA RI.
-----------------------------------------------------------------------------------------------

BEBERAPA CATATAN
Buku “Parlemen atau Soviet” ini ditulis Tan Malaka 40 tahun yang lalu, tahun 1921 di
Semarang, yakni masa tahun-tahun pertama masuknya ajaran Marxisme ke Indonesia.
Walaupun umurnya sudah tua, ditulis 40 tahun yang lalu, tetapi isi buku ini (seperti juga
isi semua buku-buku Tan Malaka yang lain) selalu segar dan hangat dan merangsang buat
masa sekarang inipun.
Khususnya buat masa sekarang di waktu bangsa dan rakyat Indonesia tengah menjari
tiang-tiang baru yang kokoh dan tepat sesuai dengan kepentingan rakyat di lapangan
ketata-negaraan dengan mengadakan lembaga-lembaga negara, maka buku “Parlemen
atau Soviet” ini merupakan buku yang tidak boleh ditinggalkan untuk dipelajari dengan
seksama, merupakan buku yang memberi pedoman tegas kepada wakil-wakil rakyat yang
hendak ikut menentukan haluan negara.
Itulah sebabnya buku ini kai terbitkan, walaupun sementara baru stensilan.
Sebagai partai yang didirikan oleh Tan Malaka, maka Partai kita bukan saja mempunyai
hak tetapi-pun mempunyai kewajiban untuk mengumpulkan semua tulisan-tulisan Tan
Malaka dalam berbagai bentuk dan ukuran, kemudian memilihnya dan menerbitkannya
supaya terbaca luas oleh massa Murba.
Sudah tentu masuk kewajiban kita pula melengkapi tulisan-tulisan tersebut dalam segisegi teknis supaya sesuai dengan zaman sekarang.
Panitia Pengumpulan tulisan-tulisan Tan Malaka yang dibentuk oleh Partai kita itu sedang
melangkah bekerja.
Walaupun buku “Parlemen atau Soviet” ini ditulis Tan Malaka yang kita kenal tidak saja
sebagai penulis revolusioner yang memiliki gaya-bahasa istimewa, tetapipun terkemuka
dalam hal bahasa, akan tetapi karena perkembangan bahasa Indonesia amat cepat dalam
tahun-tahun Perang Dunia II ini, maka bahasa dalam buku ini sudah banyak yang
ketinggalan zaman.
Dan karena terburu-burunya percetakan (stensil) buku ini, maka penerbitan buku ini
tanpa mengubah istilah-istilah yang sudah kuno yang seharusnya diganti, tetapi tidak,
hanya ejaannya saja diganti menurut sistem sekarang. Sehingga dengan demikian
pembaca akan membaca buku ini persis seperti buku aslinya. Memang di antara kita pasti
merasa lebih puas jika membaca buku ini seperti aslinya, tetapi dibalik itu pasti
menjumpai kesulitan-kesulitan, pembacaan tidak akan lancar.
Perkasa tertegun-tegun, sebentar-sebentar berhenti untuk merenungkan kata, ungkapan
atau kalimat yang agak sukar dimengerti.
Buat menolong kelancaran pembacaan, mulai halaman 171 sampai dengan 182 kita
muatkan KOSAKATA (Vocabulary), tidak menurut abjad tetapi tidak pula menurut urutan
halaman buku.

Jakarta, 15 September 1961.
Sekretariat DEPENKA
DEWAN PARTAI “PARTAI MURBA”
https://www.marxists.org/indonesia/archive/malaka/Soviet/Pengantar.htm

PERJUANGAN KITA
Monday, March 11, 2013
KATA -KATA BERSAYAP DARIPADA TAN MALAKA

Tan Malaka quotes

“Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki
oleh pemuda.”
― Tan Malaka
“Sedangkan sebetulnya cara mendapatkan hasil itulah yang
lebih penting daripada hasil sendiri.
(bab 3, ilmu alam -science page 99)”
― Tan Malaka, Madilog
“Ingatlah! Bahwa dari dalam kubur, suara saya akan lebih
keras daripada dari atas bumi”
― Tan Malaka
“Kalau suatu negara seperti Amerika mau menguasai
samudra dan dunia, dia mesti rebut Indonesia lebih dahulu
buat sendi kekuasaan. (Pendahuluan - Melihat ke muka
page 35-36)”
― Tan Malaka, Madilog
“BERGELAP-GELAPLAH DALAM TERANG,
BERTERANG-TERANGLAH DALAM GELAP ! ”
― Tan Malaka
“Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan,
memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan”
“Ia, Tan Malaka, orang pertama yang menulis konsep
Republik Indonesia... Tapi hidupnya berakhir tragis di

ujung senapan tentara republik yang didirikannya.”
― Tan Malaka
“Jeruk sebagai benda, lembu sebagai benda, bumi dan
bintang sebagai benda, ya, "engkau" sebagai benda, tak ada
buat saya. Yang ada cuma ide, pikiran, pengertian,
gambaran dari jeruk, lembu, bumi, bintang dan engkau.
"Engkau",kata hume, cuma "ide" buat saya.
Dengan begitu Hume yang membatalkan benda dan
mengaku ide saja, membatalkan adanya diri sendiri,
mengakui, bahwa sebetulnya dia sendiri tak ada.
(bab 2 filsafat - page 35)”
― Tan Malaka, Madilog
“Bila seseorang ingin menaiki tangga sosial dan
kebudayaan mestilah merdeka lebih dulu dan pengetahuan
tentang kemerdekaan, di Baratlah dilahirkan dan
dipergunakan.”
― Tan Malaka
“Bahwa kebiasaan menghafal itu tidak menambah
kecerdasan, malah menjadikan saya bodoh, mekanis,
seperti mesin.(Pendahuluan - Perpustakaan page 24)”
― Tan Malaka, Madilog
“Modal bisa memenjarakan manusia, membuat manusia
bekerja tanpa henti dari jam 5 subuh sampai jam 8 malam
untuk kekayaan oranglain.”
― Tan Malaka
http://perjuangankitablogspotcom.blogspot.com/2013/03/kata-kata-bersayap-daripadatan-malaka.html

Dokumen yang terkait

Strategi Pemenangan Pilkada Langsung di Kota Batu Periode 2012-2017 (Studi Tentang Strategi Pemenangan Pilkada Langsung Pasangan Calon Edi Rumpoko Dan Punjul Santoso)

2 49 40

MANAJEMEN SIARAN PADA VOICE OF AMERICA (VOA) INDONESIA (Studi Tentang Pengolahan dan Penyebaran Program Acara Radio dan Televisi Oleh VOA Indonesia)

3 48 23

PEMAKNAAN MAHASISWA PENGGUNA AKUN TWITTER TENTANG CYBERBULLY (Studi Resepsi Pada Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2010 Atas Kasus Pernyataan Pengacara Farhat Abbas Tentang Pemerintahan Jokowi - Ahok)

2 85 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2

Dari Penangkapan Ke Budidaya Rumput Laut: Studi Tentang Model Pengembangan Matapencaharian Alternatif Pada Masyarakat Nelayan Di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur

2 37 2

Pandangan Islam Tentang politik pendidikan

0 29 69

Eksistensi Diri Penari Jaipong di Kota Sukabumi (Studi Deskriptif Tentang Eksistensi Diri Penari Jaipong di Kota Sukabumi)

4 40 1

Konstruksi Makna Gaya Blusukan (studi Fenomenologi Tentang Konstruksi Makna Gaya Blusukan Gubenur Joko Widodo Bagi Masyarakat Jakarta Pusat)

1 65 112

Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Sistem Komputerisasi Kantor Pertahanan (KKP) Terhadap Kualitas Pelayanan Sertifikasi Tanah Di Kantor Pertanahan Kota Cimahi

24 81 167

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Jalanan Atas Eksploitasi Dan Tindak Kekerasan Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Jo Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

1 15 79