Tuberkulosis Paru TINJAUAN PUSTAKA

4. Rumus Menentukan CDR CDR= Jumlah Pasien Baru BTA PositifPerkiraan Jumlah Pasien Baru x100 Perkiraan jumlah pasien baru didapatkan dari perhitungan insidens kasus BTA paru positf dikali jumlah penduduk. Target CDR nasional adalah 70.

C. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan penelitian pun didapat bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan Notoatmdjo, 2002. Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu : 1. Tahu know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan. 2. Memahami comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, dan menyimpulkan. 3. Aplikasi application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode maupun prinsip dalam situasi yang lain. 4. Analisis analysis Analisis ialah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis synthesis Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk yang baru. 6. Evaluasi evaluation Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilain terhadap suatu materi atau objek berdasarkan kriteria yang ditetapkan sendiri maupun yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari responden Notoatmodjo, 2002.

D. Kader

1. Pengertian Kader adalah siapa saja dari anggota masyarakat yang mau bekerja sama secara suka rela dan ikhlas, mau dan sanggup menggerakkan masyarakat dalam penanganan berbagai penyakit. Kader juga sebagai penggerak masyarakat dalam hal membantu serta mendukung keberhasilan pemerintah dibidang kesehatan dan tidak mengharapkan imbalan berupa gaji dari pemerintah, melainkan bekerja secara sukarela. Kader merupakan ujung tombak dalam kegiatan yang mendukung permasalahan kesehatan. Mereka merupakan angggota masyarakat yang mau bekerja untuk menggerakkan masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan Trisnawati AG dan Rahayuningsih FB, 2008. 2. Tujuan Pembentukan Kader Menurut Karo-Karo 2003, kader yang dinamis dengan pendidikan rata-rata tingkat desa ternyata mampu melaksanakan beberapa hal yang sederhana, akan tetapi berguna bagi masyarakat sekelompoknya meliputi: a. Pengobatan ringan atau sederhana, pemberian obat cacing pengobatan terhadap diare dan pemberian larutan gula garam, obat-obatan sederhana dan lain-lain. b. Penimbangan dan penyuluhan gizi. c. Pemberantasan penyakit menular, pencarian kasus, pelaporan vaksinasi, pemberian distribusi obatalat kontrasepsi Keluarga Berencana. d. Peyediaan dan distribusi obat atau alat kontasepsi Keluarga Berencana. e. Penyuluhan kesehatan dan bimbingan upaya keberhasilan lingkungan, pembuatan jamban keluarga dan sarana air sederhana. f. Penyelenggaraan dana sehat dan pos kesehatan desa dan lain-lain. 3. Persyaratan menjadi kader Bahwa pembangunan di bidang kesehatan dapat dipengaruhi oleh keaktifan masyarakat dan pemuka-pemukanya termasuk kader, maka pemilihan calon kader yang akan dilatih perlu mendapat perhatian. Secara disadari bahwa memilih kader yang merupakan pilihan masyarakat dan mendapat dukungan dari kepala desa setempat tidaklah mudah. Namun, proses pemilihan kader ini hendaknya melalui musyawarah dengan masyarakat, dan dukungan dari para pamong desa. Berikut ini beberapa persaratan umum yang dapat dipertimbangkan untuk pemilihan calon kader. a. Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia b. Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader c. Mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang bersangkutan. d. Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya e. Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat calon kader lainnya dan berwibawa f. Sanggup membina paling sedikit 10 kepala keluarga untuk meningkatkan keadaan kesehatan lingkungan g. Mempunyai keterampilan Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upanya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Selain itu peran kader ikut membina masyarakat dalam bidang kesehatan dengan melalui kegiatan yang dilakukan dengan baik di Posyandu Zulkifli, 2003. 4. Peran Fungsi Kader Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerak masyarakat: a. perilaku hidup bersih dan sehat b. pengamatan terhadap masalah kesehatan didesa c. upaya penyehatan dilingkungan d. peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita e. permasyarakatan keluarga sadar gizi Zulkifli, 2003.

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan melakukan pendekatan cross sectional, yaitu jenis penelitian yang pengukuran variabel- variabelnya dilakukan hanya satu kali pengamatan pada kurun waktu tertentu Notoatmodjo, 2002.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tulang Bawang Barat selama bulan November 2011.

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh kader yang bertugas mendeteksi TB yang merupakan warga sukarelawan. Jumlah total kader adalah 30 orang dan Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian adalah total sampling, yaitu keseluruhan populasi yang dijadikan sampel serta memenuhi kriteria inklusi. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah 1. Kader yang menangani TB di Kabupaten Tulang Bawang Barat 2. Setuju untuk bekerjasama di dalam penelitian ini. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah 1. Dalam keadaan sakit sehingga tidak mampu menjawab kuesioner dengan baik.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Jenis Data a. Data Primer Data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh 30 responden b. Data sekunder Data yang diambil langsung oleh peneliti di Dinas Kesehatan Kabupaten Tulang Bawang Barat. Data sekunder yang diambil meliputi hasil penemuan kasus yang ada di Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Tumijajar, Gunung Agung, dan Gunung Terang. .

E. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah 1. Variabel terikat dependent yakni penemuan kasus TB di Puskesmas yang terdapat di Kabupaten Tulang Bawang Barat. 2. Variabel Bebas independent yakni pengetahuan kader

F. Definisi Operasional

Definisi operasional dari penelitian ini adalah : Tabel 1 . Definisi Operasional Variabel Definisi Alat ukur Hasil Skala Bebas Pengetahuan Terikat Penemuan kasus TB Kemampuan pengetahuan responden menjawab pertanyaanpernyata an tentang penyebab,gejala, pemeriksaan dan pengobatan TB paru dan cara mendeteksi penderita TB paru Jumlah penemuan pasien TB Paru di Kabupaten Tulang Bawang Barat Kuesioner Data penemuan kasus TB di Dinas Kesehatan Kabupaten Tulang Bawang Barat Mean Mean Numerik Numerik

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KEJADIAN EFEK SAMPING OBAT ANTITUBERKULOSIS TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TUBERKULOSIS DI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

8 43 52

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN PENGAWAS MINUM OBAT (PMO) TERHADAP KETERATURAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

3 16 52

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN MOTIVASI KADER DENGAN PENEMUAN SUSPEK TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS SANANKULON

8 40 96

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO Hubungan Antara Kondisi Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Kismantoro Kabupaten Wonogiri.

0 3 15

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO Hubungan Antara Kondisi Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Kismantoro Kabupaten Wonogiri.

0 3 20

PENDAHULUAN Hubungan Antara Kondisi Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Kismantoro Kabupaten Wonogiri.

0 2 7

Hubungan antara Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Minum Obat Penderita Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kayen Kabupaten Pati.

0 0 1

HUBUNGAN MOTIVASI DAN PENGETAHUAN TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN KETAATAN PERIKSA DAHAK PENDERITA SUSPECT TUBERKULOSIS PARU (Di Puskesmas Trenggalek Kabupaten Trenggalek).

0 0 13

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK KADER KESEHATAN DENGAN PRAKTIK PENEMUAN TERSANGKA KASUS TUBERKULOSIS PARU (Studi Kasus Di Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang)

0 0 80

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DENGAN KETERATURAN BEROBAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASSI-KASSI

0 0 52